Anda di halaman 1dari 19

0

KELOMPOK 3
HALA HAIDIR NIM. 21040117410006
MUHAMMAD IQBAL S NIM. 21040117410015
MOHAMMAD RAFLI NIM. 21040117410037
MUHARAR RAMADHAN NIM. 21040117410009
NAUFAL HAIDAR NIM. 21040117410005
PUNGKI HARTANTO NIM. 21040117410018

1
A. PENDAHULUAN

Lokasi merupakan penjelasan yang dikaitkan dengan tata ruang dari suatu kegiatan
ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang
terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi
berbagai aktivitas baik ekonomi atau sosial (Sirojuzilam, 2006:22).Fenomena kegiatan retail
atau eceran mau tak mau memang harus disadari sebagai sebuah kegiatan yang paling
digemari oleh masyarakat terutama di kawasan perkotaan. Mengapa? Sebab dibanding
dengan pertambangan, industri pabrik, atau pekerjaan lainnya, kegiatan eceran telah
menjadi tumpuan terbesar masyarakat sebagai mata pencaharian. kegiatan eceran adalah
kegiatan yang memperjualbelikan dan memberikan layanan dalam penyediaan kebutuhan
sehari-hari. Maka tak heran bila kegiatan ini juga sangat dibutuhkan masyarakat karena
masyarakat membutuhkan belanja untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu kegiatan retail dalam
ruang (space) telah memberikan ciri khas atau bahkan landmark dari suatu kawasan. Sering
kali para turis mencirikan suatu kawasan dengan mengingat posisi suatu retail yang terkenal.
Oleh sebab itu, lokasi kegiatan retail tidak bisa dipikirkan sembarangan. Lokasi kegiatan
retail perlu dianalisis dengan berbagai pertimbangan yang semua bertumpu pada konsumen
atau pasar itu sendiri. Pada artikel ini kami akan memfokuskan membahasa tentang lokasi
retail yaitu seleksi lokasi , analisis kawasan perdagangannya dan pemilihan lokasi strategis
lokasi.

B. PEMBAHASAN

Analisis lokasi kegiatan retail menurut Jones dan Simmons (1990) secara umum
terkonsentrasi pada 4 level yaitu toko dan areanya, pengelompokan toko-toko menjadi
sebuah distrik, struktur retail di perkotaan, dan pola permukiman wilayah. Semua tingkatan
tersebut saling dihubungkan sehingga menjadi sebuah permasalahan yaitu distribusi
pemasaran dari produsen ke konsumen. Retailer atau detailer yaitu toko-toko, restoran-
restoran dan warung-warung dengan sendirinya lokasinya berorientasi kepada konsumen.
Bagi retailer jenis barang yang dijualnya dan jenis pembeli merupakan faktor yang
menentukan di mana lokasinya.

2
Gambar 1: Skema Jalur Distribusi

Ada tiga jenis barang yang dijual oleh retailer, yaitu barang-barang convenience
(barang-barang untuk kenyamanan) : (convenience goods), barang-barang shopping
(shopping goods), dan barang-barang speciality (specality goods).
Jika yang dijual adalah barang-barang convenience, lokasinya sebaiknya di tempat
yang mudah dikunjungi calon pembeli tanpa banyak memakan waktu dan tenaga, terutama
bagi personil-personil rumah tangga yang membutuhkan barang-barang untuk keperluan
sehari-hari. Tempat yang optimal biasanya berada di tengah-tengah atau di antara tempat
tinggal keluarga-keluarga. Sedangkan retailer besar biasanya terdapat di tempat yang
berpenduduk padat, dan pada tempat-tempat yang konsentrasi penduduknya semakin
jarang semakin kecil pula retailer itu. Namun itu hanya asumsi untuk membuktikannya berikut
ini akan diuraikan beberapa faktor penentu lokasi retail.

1. Seleksi lokasi

Faktor lokasi yang berkontribusi terhadap pemilihan lokasi yaitu demografi,


permintaan konsumen, kepadatan lalu lintas, generator lalu lintas (pusat perbelanjaan, Rumah
Sakit, bandara stadion), populasi harian, kompetisi, bisnis pelengkap, dan gaya hidup.
Terkait dengan faktor lokasi, terdapat dua pertimbangan penting yang harus diputuskan oleh
sebuah pengecer (retailer), yaitu:
a. Memilih target pasar
b. Menentukan format retail yang bagaimana yang paling efektif untuk menjangkau
pasar.

3
Variabel Pertimbangan Pemilihan Lokasi Retail
Sebuah study mengungkapkan bahwa faktanya retailer memiliki kriteria tertentu yang
mereka gunakan untuk mencari lokasi baru untuk sebuah toko. Charles G. Schimdt. Seorang
profesor dari Departeman Geografi di University Colorado-Denver, mengemukakan empat
karakteristik utama dalam memilih lokasi retail yaitu:
a. Volume lalu lintas yang padat
b. Frontage yang lebar dan akses yang aman untuk keluar masuk menuju tapak
c. Ukuran tapak untuk ekspansi
d. Threshold populasi
Pembahasan paling penting dalam kegiatan retail menurut Jones dan Simmons (1990)
adalah tentang pasar. Pasar adalah pola pengaturan konsumen. Dengan membentuk pasar
yang baik maka kita dapat mengetahui letak dan jenis retail yang tepat. Berikut adalah
pengelompokan segmen pasar yang berhubungan dengan analisis lokasi kegiatan retail:
1. Lokasi
Lokasi menerangkan tentang luasan pasar. Suatu perusahaan retailer besar
hendaknya berada di pusat kota yang wilayah layanannya sangat luas sedangkan
kelontong eceran sebaiknya di lingkungan perumahan.
2. Pendapatan,
Pengelompokan berdasarkan pendapatan karena kebutuhan dan daya beli
masyarakat menengah ke atas dengan menengah ke bawah tentu berbeda. Retailer
dengan diskon yang besar-besaran misalnya harus lebih mengarah segmen menengah
ke bawah.
3. Demografi,
Berkaitan dengan kebutuhan berdasarkan pengelompokan data kependudukan
seperti jenis kelamin, umur, pekerjaan, dll.

4
4. Gaya Hidup
Dengan mempelajari gaya hidup suatu konsumen dalam suatu lingkup pasar, maka
memudahkan suatu retailer memilih jenis dagangan yang sesuai dengan minat
konsumen mayoritas.

Menurut Davidson et al (1980) mengungkapkan bahwa terdapat secara berurutan


terdapat empat hal penting yang harus diputuskan untuk memilih lokasi perdagangan, yaitu
pertimbangan wilayah, pertimbangan cakupan pasar, pertimbangan area perdagangan,
dan pertimbangan tapak.

a. Pertimbangan Wilayah
Pertimbangan yang digunakan untuk memutuskan lokasi wilayah adalah
1. Kondisi populasi (ukuran, pertumbuhan, kepadatan, distribusi, dan lahan kosong)
2. Jaringan kota (ukuran, jarak dan hubungan dengan kota di sekitarnya)
3. Karakteristik lingkungan (iklim, vegetasi, karakteristik medan)
4. Karakteristik ekonomi (tenaga kerja, industry, trend)
5. Target pasar (jumlah dan persentase populasi yang dibidik)
6. Budaya lokal
7. Kompetisi
8. Tingkat kejenuhan pusat perbelanjaan
9. Daya beli
b. Pertimbangan Kawasan Pasar
1. Dimensi populasi (ukuran, pertumbuhan, kepadatan, distribusi) dan dimensi target
populasi pasar
2. Publik transportasi dan jaringan jalan
3. Karakteristik ekonomi dan daya beli efektif
4. Potensi pasar dalam hal barang
5. Selera konsumen
6. Intensitas persaingan (kejenuhan pasar)
7. Kemampuan distribusi
8. Karakteristik lingkungan
9. Batasan peraturan dan zonasi
10. Iklim bisnis

5
c. Pertimbangan Area Perdagangan (Trade Area)
Area perdagangan adalah wilayah geografis yang berdekatan yang
menyumbangkan sebagian besar jumlah penjualan dan konsumen. Area perdagangan bisa
dibagi menjadi tiga poligon yaitu zona utama, zona sekunder, dan zona tersier (cincin
terluar).
1. Zona utama merupakan area geografis dimana pusat perbelanjaan atau toko
memperoleh 60% - 65% tingkat penjualan dari total konsumen.
2. Zona sekunder merupakan area geografis yang menyumbangkan 20% tingkat
penjualan dari total konsumen.
3. Sedangkan zona tersier merupakan zona dimana pengunjung hanya sesekali saja
untuk berbelanja di pusat perdagangan. Beberapa alasan mengapa pengunjung di
zona ini mendatangi pusat perbelanjaan yang jauh secara jarak dari rumah yaitu
ketersediaan akses jalan bebas hambatan, toko berada pada jalan menuju tempat
kerja, dan toko berada dekat dengan daerah wisata.
d. Pertimbangan Karakteristik Tapak
1. Profil tapak (ukuran dan bentuk)
2. Kebutuhan sewa/harga tanah
3. Rasio parkir
4. Arus pejalan kaki
5. Akses publik transportasi
6. Visibilitas
7. Akses menuju area perdagangan

2. Analisis Kawasan Perdagangan

Dalam Melakukan Analisis kita terlebih dahulu harus mengetahui Seperti apa atribut
umum wilayah pasar, teknis analogi dengan mencoba membandingkan karakteristik konsumen
kegiatan/toko lain yang telah sukses, serta melihat ukuran pasar yang potensial.
a. Atribut Umum Wilayah Pasar
Pendapatan-pengeluaran rumah tangga
Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan bisnis di wilayah tertentu
b. Teknis Analogis
Teknik analogis ini yaitu mencoba membandingkan karakteristik konsumen
kegiatan/toko lain yang telah sukses, bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti:

6
Memperkirakan gambaran kasar tentang karakteristik yang seharusnya
dipertimbangkan
Analisis diskriminan apa beda antara yang berhasil dan tidak
Regresi berganda mengukur tingkat keuntungan dari berbagai faktor
c. Menganalisis ukuran pasar yang potensial, melalui:
Data geodemografik, data geo-lifestyle
Kebiasaan belanja masyarakat di sekitar lokasi potensial

Dalam penentuan lokasi retail terdapat tingkat persaingan wilayah pasar yang
berbeda, dengan beberapa pertimbangan seperti :a) Wilayah pasar bukanlah batas yang
bersifat ya dan tidak (pasti). Ada beberapa kecenderungan perluasan atau penyempitan
karena berbagai hal dan b) Wilayah pasar tidak tergantung kepada kita saja tetapi juga
pesaing kita.
a. Mengukur persaingan
Untuk mengukur persaingan dengan menggunakan saturation index [R/(PE)]

P = populasi; E = pengeluaran per kapita, R = retail space, di mana max adalah nilai
maksimum yang bisa didapat di sembarang wilayah pasar nilai indeks adalah antara
0 dan 1.

b. Pemodelan wilayah pasar berdasar lokasi pesaing


Dengan menggunakan analisis Hukum gravitasi retail Reilly
Aij = k Pij Dij -a
A = tingkat tarikan
k = bobot konstanta lokasi
P = nilai/kualitas tarikan/ukuran, biasanya dalam retail space
D = jarak

c. Pemodelan wilayah pasar berdasar lokasi pesaing


Dengan menggunakan analisis Titik henti (breaking point)
Ba = Dac / [1 + (Sc/Sa)]
B = titik henti
D = jarak
S = potensi masing-masing lokasi yang bersaing

7
d. Perkiraan jumlah konsumen dari setiap lokasi
Dalam memperkirakan jumlah konsumen dari setiap lokasi maka kita harus melakukan
Pemetaan asal konsumen dengan menggunakan analisis statistik model interaksi
spasial
Iij = k Pi Pj dij-a
k = 1/SjPjdij-a, sehingga
Iij = Pi Pj dij-a/ SjPjdij-a
di mana
Iij = interaksi
Pi = jumlah permintaan di titik I
Pj = jumlah tarikan di pusat retail j
D = adalah jarak (biaya untuk melakukan perjalanan dari i ke j)
a = faktor penghambat (kemudahan, aksesibilitas)

3. Pemilihan Strategis Lokasi


Strategi adalah proses untuk Identifikasi aset-aset spesifik organisasi, memahami
lingkungan di mana organisasi berada dan memutuskan bagaimana menggunakan aset untuk
memperoleh hasil yang terbaik. Dimana asumsinya adalah: organisasi dapat mengendalikan
asetnya dan aspek internal, tetapi tidak bisa mengontrol lingkungan di mana dia berada.
Strategi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
o Corporate strategy di mana bisnis dimainkan, bagaimana lingkungan yang ada
o Business strategy bagaimana cara bersaing (produk, target pasar,
kualitas/harga)
o Functional strategy bagaimana cara terbaik untuk memenuhi target

Namun dalam memilih strategis lokasi retail terdapat beberapa masalah yaitu sebagai
sebagai berikut:
Wilayah seperti apa pasar retail yang ada
o Ini terkait dengan seleksi pasar
o Pada skala internasional, ini adalah corporate strategy
o Pada skala nasional-regional, ini berkaitan dengan masalah kesempatan dan
logistik
Berapa banyak outlet yang diperlukan untuk melayani pasar yang diinginkan
o Ekonomi skala vs perbedaan jarak
o Cannibalization vs eliminating competition

8
Di mana melokasikan setiap outlet (atau outlet mana yang harus ditutup)
o Pada wilayah pasar yang mana areal analisis
o Pada tapak yang mana site evaluation
Bagaimana campuran produk yang optimal di setiap outlet
o Berkaitan dengan functional strategy strategi pemasaran
o Segmentasi pasar
Selain permasalahan ada beberapa pertimbangan dalam memilih lokasi retail yaitu:
Di mana sebenarnya posisi pasar sekarang atau pasar yang diinginkan
(Apakah pasar monopolistik atau tidak)
Bagaimana cara membagi pasar dengan outlet-outlet yang lain
(Dengan asumsi pasar monopolistik atau oligopolistic)
Bagaimana seharusnya lokasi yang dipilih dan bagaimana distribusi pasar
(Kalau dilihat dari kacamata sendiri atau kacamata pesaing)
Dengan beberapa permasalahan dan pertimbangan diatas maka yang haru dilakukan
dalam memilih strategis Lokasi Retail adalah sebagai berikut:
a. Proses non-sistematis
o Good feeling atau observasi lingkungan
o Imitasi lokasi dari pesaing atau pesaing terdekat
b. Proses sistematis asumsi ukuran wilayah pasar
o Bagaimana mengasumsikan ukuran wilayah pasar secara tradisional dan survei
kepada konsumen potensial (radius pelayanan)
o Bagaimana melakukan proses identifikasi dan mengurutkan wilayah pasar yang
diinginkan sesuai dengan ukurannya
c. Pemodelan wilayah pasar berdasarkan lokasi pesaing
Bagaimana posisi wilayah pasar dibandingkan dengan wilayah pasar pesaing

d. Memperkirakan jumlah konsumen dari setiap lokasi yang mungkin


Bagaimana karakteristik pelanggan (sosial, ekonomi, sebaran, dsb)

C. STUDI KASUS

Judul Artikel : Pengaruh Sebaran Lokasi Minimarket terhadap Jangkauan Pelayanan


Pasar Tradisional di Kecamatan Banyumanik
Penulis : Pratamaningtyas Anggraini
Diterbitkan : Jurnal Pembangunan Wilayah dan
Kota, Volume 9 (1): 97109 Maret 2013

9
Hasil Review : Analisisanalisis terkait pengaruh sebaran lokasi minimarket
terhadap jangkauan pelayanan pasar tradisional di Kecamatan
Banyumanik, bahwa:

1. Pola sebaran ritel modern (minimarket) dan pasar tradisional


Melalui analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbor Analyst), menghasilkan pola
sebaran minimarket bersifat mengelompok/ kluster dengan nilai nearest neighbor
ratio sebesar 0.735834. Sedangkan pasar tradisional memiliki pola acak dengan
kategori pola menyebar/ dispered sebesar 2.158673.

2. Karakteristik ritel (minimarket) dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik


Pada dasarnya minimarket dan pasar tradisional memiliki karakteristik yang
berbeda. Berdasarkan variabel analisis yang digunakan, bahwa perbedaan
tersebut terlihat mencolok pada jenis komoditi kedua fasilitas tersebut. Berikut
merupakan karakteristik minimarket dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik.
Tabel 1
Karakteristik Minimarket Dan Pasar Tradisional

Minimarket Pasar tradisional


Lokasi Berada sepanjang jalan utama Berada pada lokasilokasi
di kawasan perumahan, tertentu, terutama di
permukiman, pendidikan, kawasan permukiman
perdagangan dan jasa. penduduk.
Sifat kedekatan lokasi Linier mengikuti jalan Tersebar di area permukiman
Jenis komoditi Bahan Makanan pokok, Keb. Jenis barang tahan lama,
Seharihari, Makanan ringan, jenis barang tidak tahan
Perlengkapan Belajar dan lain lama, dan jenis jasa
lain
Alasan konsumen Lokasi Lokasi dan harga murah
memilih fasilitas

10
3. Lokasi ritel (minimarket) dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik
Lokasi konsumen yang tidak terjangkau minimarket adalah sebagian besar
kelurahan Jabungan karena karena ketiadaan fasilitas. Jarak titiktitik antar fasilitas
(baik minimarket dan pasar tradisional) dapat dilihat pada matrik Lampiran. Hasil
simulasi berdasarkan gambar pada analisis lokasi fasilitas:
a. Lokasi minimarket yang berada pada jalur utama dan tersebar mengikuti pola jalan
memberikan jangkauan pelayanan tersendiri dari masingmasing titik lokasi
fasilitas minimarket, sehingga memiliki area pelayanan lebih besar dari jangkauan
pelayanan minimarket.
b. Lokasi pasar tradisional yang tersebar di beberapa titik di area permukiman
memiliki jangkauan pelayanan tersendiri pada area permukiman. Hal tersebut
didukung dengan adanya posisi pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik
pada skala pelayanan wilayah dan lingkungan.

Berdasarkan gambaran analisis lokasi minimarket dan pasar tradisional dapat


disimpulkan bahwa konsumen menuju minimarket dan pasar tradisional menciptakan
suatu jarak dan ruang pergerakan, sehingga membentuk suatu area pelayanan
tersendiri.

Gambar Area pelayanan & jarak konsumen minimarket dan pasar tradisional

4. Jangkauan pelayanan minimarket dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik


Berdasarkan Christaller (1933) pada teori tempat pusat (central place theory),
jangkauan pelayanan minimarket dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik
mengalami persinggungan antar titiktitik fasilitas. Dari analisis jangkauan
pelayanan, dapat disimpulkan bahwa:

11
a. Jangkauan pelayanan minimarket hampir menjangkau seluruh kelurahan di
Kecamatan Banyumanik dengan lokasi konsumen berada pada area pelayanan 100
meter hingga 500 meter dari pusat fasilitas (minimarket). Jangkauan lokasi
minimarket sebagian besar belum menjangkau di Kelurahan Jabungan, sebagian Kelu
rahan Gedawang dan sebagian Kelurahan Tinjomoyo.
b. Pada jangkauan pelayanan pasar tradisional, dari hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa pasar Jatingaleh sebagai pasar skala wilayah memiliki
jangkauan pelayanan pada suatu kawasan area permukiman. Sedangkan
pada pasar Srondol, Rasamala, Banyumanik dan Damar merupakan pasar
skala lingkungan sehingga terjadi persinggungan pada jarak antara 500
hingga 1000 meter. Konsumen yang berada diluar area jangkauan
pelayanan pasar tradisional, memiliki area pelayanan di pada lingkungan
pasar tradisional di luar pasar tradisional yang terdapat di Kecamatan
Banyumanik.
Gambar Jangkauan pelayanan minimarket dan pasar tradisional

5. Pengaruh sebaran lokasi ritel (minimarket) terhadap jangkauan pelayanan pasar tradisio
nal di Kecamatan Banyumanik
Seperti pada pengertian lokasi optimal/optimum location ialah lokasi yang terbaik
secara ekonomis (Daldjoeni, 1992:61) Maka, berdasarkan analisis lokasi fasilitas (minima
rket dan pasar tradisional) yang telah dilakukan, bahwa untuk mengetahui lokasi
optimal minimarket dan pasar tradisional dilihat melalui jangkauan konsumen dalam
pemenuhan kebutuhannya dan area pelayanan dari keberadaan lokasi fasilitas. Lokasi k
onsumen yang tidak berada pada area pelayanan fasilitas (minimarket dan
pasar tradisional) dapatdiartikan bahwa fasilitas tidak menjangkau lokasi konsumen di su

12
atu area tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh jarak sebagai bentuk jangkauan pela
yanan. Pengaruh lokasi sebaran ini didasarkan pada overlay peta jangkauan
pelayanan minimarket dan pasar tradisional. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui l
okasi maupun area yang menjadi daerah persinggungan kedua fasilitas tersebut.
Pengaruh sebaran lokasi fasilitas dapat disimpulkan bahwa:
a. Minimarket memiliki pangsa pasar yang luas karena lokasi minimarket berada pada
lokasi strategis yang terletak di beberapa koridor ruas jalan utama dan
memiliki jangkauan pelayanan lebih besar.
b. Pasar tradisional memiliki pangsa pasar yang relative sedikit karena hanya
menjangkau wilayah/ kawasan yang terdapat di sekitarnya.
Berdasarkan dukungan analisisanalisis sebelumnya, pengaruh sebaran lokasi fasilitas da
pat disimpulkan, bahwa:
a. Area pelayanan Sebaran lokasi fasilitas menghasilkan suatu area pelayanan.
Berdasarkan hal tersebut memberikan pengaruh pada luasan area pelayanan
yang ditandai dengan adanya luasan area pelayanan minimarket lebih besar
daripada pasar tradisional, sehingga menyebabkan berkurangnya area pelayanan
pada pasar tradisional.
b. Jangkauan pelayanan Jangkauan pelayanan masingmasing fasilitas (minimarket
dan pasar tradisional) berbeda didukung dengan pangsa pasar masingmasing.
Hasil yang diperoleh dari overlay kedua fasilitas tersebut, menunjukkan terjadinya ko
nfik yang ditandai dengan irisan/ persinggungan antara jangkauan pelayanan minim
arket dan pasar tradisional. Area penutupan pada jangkauan pelayanan pasar
tradisional, merupakan pengaruh dari titiktitik lokasi sebaran minimarket yang memili
ki pola linier yang tersedia hampir diseluruh ruas jalan utama.
Gambar pengaruh Minimarket & Pasar Tradisional Di Kecamatan Banyumanik

13
6. Kesimpulan
pola sebaran fasilitas berdasarkan analisis tetangga terdekat, menyatakan bahwa
pola sebaran minimarket bersifat mengelompok/ cluster, sedangkan pola sebaran
pasar tradisional memiliki pola acak dengan kategori pola menyebar/ dispered.
Karakteristik yang terdapat pada minimarket dan pasar tradisional adalah berbeda
yang dipengaruhi oleh keberadaan lokasi, sifat kedekatan antar lokasi, jenis
komoditi yang tersedia sehingga menjadi tarikan bagi konsumen serta adanya
perbedaan atas alasan konsumen didalam memilih suatu fasilitas.
lokasi minimarket yang berada pada jalur utama dan tersebar mengikuti pola jalan
memberikan jangkauan pelayanan tersendiri dari masingmasing titik lokasi fasilitas mi
nimarket, sehingga memiliki area pelayanan lebih besar dari jangkauan pelayanan mi
nimarket. Sedangkan lokasi pasar tradisional yang tersebar di beberapa titik di
area permukiman memiliki jangkauan pelayanan tersendiri pada area
permukiman.
Jangkauan pelayanan minimarket hampir menjangkau seluruh kelurahan di
Kecamatan Banyumanik dengan lokasi konsumen berada pada area pelayanan
100 meter hingga 500 meter dari pusat fasilitas. Sedangkan, pada jangkauan
pelayanan pasar tradisional, pasar Jatingaleh sebagai pasar skala wilayah memiliki j
angkauan pelayanan pada suatu kawasan area permukiman. Pasar skala
lingkungan mengalami persinggungan pada jarak antara 500 hingga 1000 meter
Lokasi minimarket memiliki pangsa pasar yang luas karena berada pada lokasi strate
gis yang terletak dibeberapa koridor ruas jalan utama dan memiliki jangkauan pelay
anan lebih besar. Pada pasar tradisional memiliki pangsa pasar yang relatif sedikit
karena hanya menjangkau wilayah/ kawasan yang terdapat di sekitarnya
Pangsa pasar dari kedua fasilitas tersebut, menunjukkan terjadinya konflik yang
ditandai dengan irisan/ persinggungan antara jangkauan pelayanan minimarket
dan pasar tradisional.
Area penutupan pada jangkauan pelayanan pasar tradisional, merupakan pengaruh
dari titiktitik lokasi sebaran minimarket.

14
D. CRITICAL REVIEW

Berdasarkan hasil dari review terhadap artikel penelitian tersebut, perlu dilakukan
critical review yang dibandingkan dengan teori lokasi retail/perdagangan. Adapun hasil
critical review tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Karakteristik sebaran lokasi minimarket dan pasar tradisional di Kecamatan
Banyumanik sebagai penghubung antara produsen dan konsumen kurang sesuai
dengan teori lokasi retail oleh Jones dan Simmons, 1996. Dimana lokasi minimarket
dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik dipengaruhi oleh keberadaan lokasi,
sifat kedekatan antar lokasi, jenis komoditi, dan pengaruh alasan konsumen;
2. Berdasarkan capaian lokasi terkait dengan waktu dan biaya perjalanan, lokasi
minimarket dan pasar tradisional tidak terkait dengan hal tersebut. Hal ini dibuktikan
saat ini lokasi minimarket tersebar mengikuti jalan utama sehingga konsumen tidak
dibebani dengan biaya perjalanan;
3. Lokasi retail seperti minimarket dan pasar tradisional kurang relevan dipengaruhi oleh
sumber barang dagangan. Lokasi minimarket tersebar dan menjamur mengikuti pola
jalan utama. Sehingga walaupun cukup jauh dari sumber barang dagangan,
minimarket tetap mengikuti aktivitas utama konsumen. Sedangkan lokasi pasar
tradisional tersebar mengikuti area permukiman, walaupun cukup jauh dari barang
dagangan yang diperolehnya pasar tradisional tetap mengikuti aktivitas konsumen.

E. KESIMPULAN

1. Ada tiga jenis barang yang dijual oleh retailer, yaitu barang-barang convenience
(barang-barang untuk kenyamanan) (convenience goods), barang-barang shopping
(shopping goods), dan barang-barang speciality (specality goods).;
2. Charles G. Schimdt, mengemukakan 4 (empat) karakteristik utama dalam memilih
lokasi retail yaitu:
a. Volume lalu lintas yang padat
b. Frontage yang lebar dan akses yang aman untuk keluar masuk menuju tapak
c. Ukuran tapak untuk ekspansi
d. Threshold populasi.
3. Menurut Davidson et al (1980), mengungkapkan bahwa terdapat 4(empat) hal
penting yang harus diputuskan untuk memilih lokasi perdagangan, yaitu pertimbangan
wilayah, pertimbangan cakupan pasar, pertimbangan area perdagangan, dan
pertimbangan tapak.

15
4. Dalam Melakukan Analisis kawasan perdagangan, terlebih dahulu harus mengetahui
seperti apa atribut umum wilayah pasar, teknis analisis dengan mencoba
membandingkan karakteristik konsumen kegiatan/toko lain yang telah sukses, serta
melihat ukuran pasar yang potensial;
5. Pemilihan strategis lokasi retail perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu :
a. seperti apa pasar retail yang ada di suatu wilayah;
b. Berapa banyak outlet yang diperlukan untuk melayani pasar yang diinginkan;
c. Di mana melokasikan setiap outlet;
d. Bagaimana campuran produk yang optimal di setiap outlet;
e. Di mana sebenarnya posisi pasar sekarang atau pasar yang diinginkan;
f. Bagaimana cara membagi pasar dengan outlet-outlet yang lain;
g. Bagaimana seharusnya lokasi yang dipilih dan bagaimana distribusi pasar.
6. Pemilihan strategis lokasi retail dapat dilakukan sebagai berikut :
Proses non-sistematis, dengan cara observasi lingkungan terbaik dan imitasi lokasi
dari kompetitor;
Proses sistematis, dengan cara mengasumsi ukuran wilayah pasar dan melakukan
proses identifikasi dan mengurutkan wilayah pasar yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto, R dan Hadisumarno, 1982, Metode Analisa Geografi, Jakarta, LP3ES


Jones, K dan Jim Simmons. 1990. The Retail Environment. Routledge: London
Rodrique, John J, 1975, Retail Center Planning and Center Place Theory, California State
University, on his artikel at www.retail location.com / last maintained 06/22/01
diakses pada 11 November 2017.
Sirojuzilam, 2006, Teori Lokasi, Medan, USU Press.
Utami, Christina Whidya, 2006, Manajemen Ritel, Strategi dan Implementasi Ritel Modern,
Jakarta, Salemba Empat

16
Hasil Diskusi

Pertanyaan 1. (M. Rusdin Rangga) :


Proses beberapa analisis yang digunakan ada beberapa, apakah perlu sebanyak
itu?
Hala Haidir : Analisis yang digunakan saling berhubungan satu sama lain,
dikarenakan untuk mendapatkan tujuan penelitian yang diinginkan perlu
dilakukan beberapa tahapan analisis.
Pengaturan mengenai retail apakah sudah masuk ke dalam dokumen perencanaan
yang ada di Kota Semarang?
Untuk saat ini di Kota Semarang belum ada kebijakan mengenai rencana tata
ruang yang mengatur lokasi sebaran retail.

Pertanyaan 2. (Galuh Wardina) :


Bagaimana perkembangan ke depannya atas produk-produk yang tersedia secara
online terhadap retail yang sudah ada?
Pada saat ini masyarakat tengah mengalami perubahan perilaku, khususnya
dalam pola belanja. Saat ini masyarakat, banyak memilih bertransaksi online
dibanding secara konvensional atau retail. Hal ini dikarenakan yang biasanya
beli barang-barang tertentu harus beli ke toko, sekarang hanya melalui media
internet (komputer atau handphone) sudah bisa berbelanja bermacam-macam
barang dan jasa. Walaupun demikian, perubahan perilaku belanja secara
online hanya salah satu faktor melesunya atau menurunya daya beli
masyarakat.

Pertanyaan 3. (I Made Bagus) :


Menurut saya pasar tradisional jangkauan pelayanannya lebih besar daripada toko
retail, akan tetapi di penelitian ini kenapa sama radiusnya?
Pasar yang menjadi objek penelitian ini sudah dibatasi dengan pasar yang
memiliki radius pelayanan lokal, namun dari kelompok kami juga sebenarnya
tidak sepakat dengan penelitian ini karena kurang sebanding juga dalam
penilaian layanannya.

17
18

Anda mungkin juga menyukai