Anda di halaman 1dari 38

11/7/2016 Blognya Lorens

0 Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

Blognya Lorens

LINGKUNGAN (56) Alam (29) Sumber Daya Air (13)

SABTU, 30 NOVEMBER 2013 PENGIKUT ARSIP BLOG


▼ 2015 (20)
Join this site
Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Kuantitas Resapan with Google Friend ▼ Maret (10)
Connect
Pembagian Air
Salah satu permasalahan yang sering terjadi ketika banjir adalah banyak genangan air Members (19) Tanah
More » Menurut
yang dibarengi dengan lamanya durasi waktu yang dibutuhkan agar genangan tersebut surut. Letaknya
Memakai Data
Hal ini terjadi karena kuantitas resapan menjadi kecil akibat diatas tanah yang dulunya bisa DEM SRTM
untuk
meresap air, kini berubah menjadi bangunan permanen yang kedap air. Bukan hanya itu saja, Analisis
Daerah
jenis tanah juga turut mempengaruhi kuantitas resapan air kedalam tanah. Rawan ...

Already a member? Peta Jayapura


Sign in pada
Zaman
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 Belanda 1/38
11/7/2016 Blognya Lorens
Belanda
Membuat Peta
Kontur
Memakai
Data DEM
SRTM
Beberapa
Sumber
Mendapatka
n Data DEM
Membuat Peta
Memakai
Data DEM
SRTM 90
Meter
Menghitung
Luas Areal
dengan
Metode Dot
Planimetri...
Menghitung
Lempung (clay) kuantitas resapannya sangat kecil, karena memiliki konduktivitas Luas Areal
dengan
Rumus
hidraulik sangat kecil berkisar antara 1/1.000.000.000.000 m/detik (10­12 sampai 10­9 Luas
Segitiga
m/detik)
Menghitung
Luas Areal
dengan
Kecepatan air yang meresap ke dalam tanah tergantung dari jenis tanahnya. Bila jenis Bantuan
Google
tanahnya lempung yang pori­porinya rapat tentu kuantitas resapannya kecil, dibandingkan Earth

dengan pasir yang berbutir halus serta tidak terkonsolidasi dengan rapat. Kuantitas suatu jenis Cara
Menyajikan
tanah tergantung dari konduktivitas hidaruliknya. Untuk jenis tanah lempung (clay), kecepatan Data Dalam
Bentuk
Tabel
aliran (konduktivitas hidraulik) sangat kecil berkisar antara 1/1.000.000.000.000 m/detik (10­12 Distribusi...

sampai 10­9 m/detik), sedangkan bila jenis tanah lanau (silt) maka kecepatan aliran berkisar ► Februari (4)
► Januari (6)
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 2/38
11/7/2016 Blognya Lorens

antara 1/100.000.000 – 1/10.000 m/detik (10­8 sampai 10­4 m/detik). Bila jenisnya pasir maka ► 2014 (39)

► 2013 (22)
kecepatan aliran berkisar antara 1/100.000 – 1/100 m/detik (10­5 sampai 10­2 m/detik). Untuk
► 2012 (19)
mengetahui kecepatan aliran suatu jenis tanah (sampel tanah) dan kemampuannya menyerap
► 2011 (3)
maupun memindahkan air, biasanya digunakan alat sederhana yang namanya Tensiometer dan
alat ini sering terdapat di laboratorium tanah atau balai pengujian. MENGENAI SAYA
Lorens Rinto Kambuaya
Untuk mengurangi genangan di permukaan tanah, metode teknis yang lazim digunakan
Lihat profil lengkapku
yakni membuat sumur resapan guna mempercepat air meresap ke dalam tanah. Mengenai

pergerakan air kedalam tanah dan persamaan­persamaan yang mendasarinya, sudah dibahas
pada pembahasan sebelumnya mengenai pergerakan air tanah (bisa dibaca disini).

Sumber Pustaka :
­

Kondoatie RJ & Sjarief Roestam.,2008, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Penerbit ANDI, Yogyakarta

Linsley JR. RK., et. all., 1982, Hidrologi untuk Insinyur, McGraw­Hill, Inc./ Ir. Yandy Hermawan (alih bahasa)/Penerbit

Aerlangga, 1996.

Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Sabtu, November 30, 2013 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google

Label: LINGKUNGAN

JUMAT, 29 NOVEMBER 2013

Peranan Tumbuh‐tumbuhan dalam Mengurangi dan Menghambat Laju


http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 3/38
11/7/2016 Blognya Lorens

Limpasan Permukaan

Salah satu faktor dari sekian


faktor penyebap terjadinya banjir di
daerah hilir DAS adalah maraknya

aktivitas penebangan pohon yang


tak terkendali dalam kawasan hutan
di hulu DAS. Hal ini sangat
disayangkan karena pepohonan

yang tumbuh dalam suatu kawasan


hutan sangat berperan dalam
mengurangi dan menghambat laju

limpasan permukaan, sehingga ancaman erosi, tanah longsor, banjir serta sedimentasi yang
berdampak pada pendangkalan sungai bisa diminimalisir.
Tumbuh­tumbuhan yang tumbuh dalam suatu kawasan hutan yang tidak terganggu
sangat berperan dalam mengurangi dan menghambat laju limpasan permukaan, sehingga

dampak negatif yang timbul akibat besarnya jumlah dan kecepatan limpasan permukaan dapat
dicegah ataupun diminimalisir sifat destruktifnya.
Hujan yang turun diatas kawasan ekosistem hutan sampainya ke permukaan tanah akan

ditahan dan dihambat oleh daun­daunan dan ranting­ranting pohon yang tinggi di kawasan itu
sehingga permukaan tanah akan terlindung dari timpaan­timpaan titik­titik hujan yang berdaya
tumbuk (energi kinetik) berat. Air hujan yang tertahan oleh daun­daun dan ranting­ranting
tersebut sampainya ke permukaan tanah kebanyakan mengalir ke bawah mengikuti batang­

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 4/38
11/7/2016 Blognya Lorens

batang pohon sehingga daya tumbuknya dapat dikatakan relatif sangat lemah.

Sedangkan tanaman­tanaman rendah, seperti semak belukar dan rumput­rumputan

dibawah pohon­pohon yang tinggi itu yang menutupi permukaan tanah, maka air tak berdaya
menghancurkan agregat­agregat tanah menjadi partikel­partikel yang kecil. Sebagian air yang
berinfiltrasi ke dalam tanah setelah diisap oleh akar­akar tanaman ada yang ditranspirasikan
(diuapkan kembali) dan yang masih tertahan di sekitar permukaan tanah sebagian mengalir
secara lambat memasuki sungai yang ada di sekitar kawasan tersebut.
Tutupan lahan sangat berpengaruh terhadap jumlah dan kecepatan limpasan
permukaan. Berikut disajikan hubungan antara kondisi lahan dengan jumlah massa air

permukaan dan jumlah massa tanah yang tererosi pada tabel di bawah ini.

Tebel Hubungan antara kondisi lahan dengan jumlah air permukaan dan jumlah massa
tanah yang tererosi (Benner, 1939)
Kondisi Tetumbuhan Massa tanah yang Persentase air
tererosi (ton/acre) permukaan dari curah
hujan (%)
Hutan lebat 0,00 0,12
Rumput 0,04 6,50
Ladang (tanah gembur) 73,20 41,95
Lahan gundul (tanah 69,00 48,80
padat)

Melihat data yang disajikan dalam tabel diatas, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi
jika hutan menjadi gundul ? Jika hutan menjadi gundul jumlah dan daya air hujan yang mengalir
diatas permukan tanah akan meningkat cukup signifikan, sehingga potensi terjadinya erosi,

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 5/38
11/7/2016 Blognya Lorens

banjir, dan tanah longsor serta pendangkalan sungai akibat sedimentasi akan semakin besar.
Ketika suatu lahan merupakan hutan lebat presentase air hujan yang run off sekitar 0,12%,
kondisi tersebut sangat bertolak belakang apabila suatu lahan dalam kondisi gundul, karena
limpasan permukaan (run off) naik menjadi 48,80 %.

Jumlah dan Kecepatan Limpasan Permukaan (Run Off) akan Meningkat Apabila Suatu
Lahan dalam Kondisi Gundul

Tumbuh­tumbuhan dalam suatu kawasan hutan mempunyai peranan dalam mengurangi


dan menghambat laju lmpasan permukaan. Tentu situasinya akan sangat kontras apabila suatu

lahan dalam kondisi gundul, karena jumlah air hujan yang run off (mengalir diatas permukaan)
akan meningkat signifikan dan kecepatan air pun bertambah, dimana kecepatannya berkisar
antara dari 0,1 – 1 m/detik bahkan bisa mencapai lebih dari 10 m/detik tergantung dari
kemiringan lahan, tinggi aliran dan penutup lahan, sehingga peluang terjadinya erosi dan banjir

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 6/38
11/7/2016 Blognya Lorens

sangat besar.

Melihat peran tersebut, maka sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan, secara
khusus hutan di kawasan hulu DAS. Lahan­lahan yang sudah terlanjur gundul atau dalam
kondisi kritis perlu dihijaukan kembali (reboisasi) guna meminimalisir dampak­dampak negatif
yang mungkin akan terjadi terhadap kawasan hutan di hulu DAS itu sendiri maupun kawasan

bawahannya, baik yang sifatnya jangka pendek maupun jangka panjang. Diharapkan setiap
aktivitas pembangunan, perladangan, maupun usaha perkayuan (HPH) memperhatikan zonasi
dan fungsi kawasan yang tertera dalam RUTR (Rencana Umum Tata Ruang)
provinsi/kabupaten/kota. Jika suatu kawasan hutan telah ditetapkan sebagai kawasan
perlindungan, maka harus bersih dari kegiatan budidaya yang sifatnya dapat menganggu fungsi
lindung. (*)

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 7/38
11/7/2016 Blognya Lorens

Sumber :
­ Rahim, SE. 2012. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksra. Jakarta

Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Jumat, November 29, 2013 Tidak ada komentar:

Rekomendasikan ini di Google

Label: LINGKUNGAN

SABTU, 23 NOVEMBER 2013

Menduga Limpasan Permukaan dengan Metode Rasional

A. Defenisi Limpasan Permukaan

Limpasan permukaan merupakan


sebagian dari air hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah. Jumlah air yang menjadi
limpasan sangat bergantung kepada jumlah air
hujan per satuan waktu (intensitas), keadaan
penutupan tanah, topografi (terutama
kemiringan lereng), jenis tanah, dan ada atau
tidaknya hujan yang terjadi sebelumnya (kadar
air tanah sebelum terjadinya hujan). Sedangkan
jumlah dan kecepatan limpasan permukaan bergantung kepada luas areal tangkapan, koefisien

run off dan intensitas hujan maksimum.


Mengapa perlu dilakukan pendugaan terhadap limpasan permukaan ? Karena limpasan

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 8/38
11/7/2016 Blognya Lorens

permukaan dengan jumlah dan kecepatan yang besar sering menyebapkan pemindahan atau
pengangkutan massa tanah secara besar­besaran dan berujung pada terjadinya musibah banjir
di daerah yang rendah, terutama daerah yang merupakan dataran banjir (flood plain).
Atas alasan tersebut jumlah limpasan sangat penting untuk diketahui. Adapun tujuannya
yakni ;
1 Untuk merancang jumlah dan dimensi saluran atau struktur lainnya dalam rangka
menyimpan limpasan permukaan;
2 Untuk mengetahui besarnya laju limpasan permukaan di suatu daerah yang digunakan
sebagai dasar untuk antisipasi penanganannya.

Informasi dasar yang dibutuhkan dalam melakukan pendugaan yaitu :


1 Jumlah keseluruhan air hujan yang mungkin jatuh, katakanlah setiap tahunnya.
Sebaiknya data tersebut bersumber dari data iklim untuk periode ulang yang lama,
misalnya 30 tahun ke atas;
2 Laju maksimum limpasan permukaan yang mungkin terjadi

B. Pendugaan Limpasan Permukaan


Pendugaan limpasan permukaan bergantung pada tiga faktor yakni,
1. Jumlah maksimum curah hujan per satuan waktu (intensitas maksimum);
2. Curah hujan yang menjadi limpasan permukaan (nilai faktor limpasan permukaan).
Besarnya nilai faktor ini bergantung kepada topografi, kemiringan lereng, tekstur tanah,
dan juga bergantung kepada tipe penutupan tanah serta pengelolaannya;
3. Luas areal tangkapan (catchment area).

Dalam pendugaan laju puncak limpasan permukaan setidaknya ada tiga metode yang

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 9/38
11/7/2016 Blognya Lorens

umum digunakan yakni, metode Rasional, metode Cook, dan metode USSCS (Biro Pelayanan
Konservasi Tanah Amerika). Namun, kali ini kita hanya akan menduga limpasan permukaan

dengan menggunakan metode Rasional yang merupakan rumus empiris yang paling tua dan
sering digunakan. Rumusnya sebagai berikut :

Q (m3/dt) = 0,278 C x I x A
Dimana :
C= Koefisien limpasan
I = intensitas maksimum (mm/jam)
A= luas areal (hektare)

C. Contoh Soal Pendugaan Limpasan Permukaan


Pembangunan umumnya mempunyai dampak terhadap lingkungan, salah satunya
dampak terhadap kondisi hidrologi di suatu kawasan yakni terjadi kenaikan pada debit limpasan
permukaan. Berikut contoh soal dan jawabannya mengenai pendugaan limpasan permukaan
yang dijelaskan dan diselesaikan secara garis besar.

Contoh soal :

Di suatu daerah tangkapan seluas 20 hektare akan dibangun pusat bisnis dan
perkantoran. Sebelum dibangun kawasan ini sebelumnya berupa hutan primer, dimana nilai
koefisien limpasan permukaan (Ctp – C tanpa proyek) 0,30 (topografi datar dan tanahnya
bertekstur liat dan lempung berdebu). Jika ketika telah selesai dibangun, 50% areal tersebut
akan tertutup oleh permukaan kedap air (bangunan,aspal, beton,dll) maka Cdp (C dengan
proyek) adalah 0,55. Apabila intensitas hujan sama, katakanlah 70 mm/jam dan luas areal tetap

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 10/38
11/7/2016 Blognya Lorens

sama 20 hektare maka limpasan permukaan sesudah dan sebelum proyek adalah sebagai
berikut :

 Limpasan Permukaan Tanpa Proyek :


Q = 0,278 x C (tanpa proyek) x I x A
= 0,278 x 0,30 x 70 x 20

= 116,76 m3/dt

 Limpasan Permukaan Dengan Proyek :


Q = 0,278 x C (dengan proyek) x I x A
= 0,278 x 0,55 x 70 x 20

= 214,06 m3/dt

 Selisih debit
Q = Qdp – Qtp

= 214,06 – 116,76

= 97,3 m3/dt

Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa sebelum ada proyek (masih hutan primer) debit

limpasan permukaan adalah 116,76 m3/dt dan setelah dilakukan pembangunan debit puncak

limpasan permukaan menjadi 214,06 m3/dt. Artinya, terjadi kenaikan sebesar 97,3 m3/dt dari
debit sebelum ada proyek (hutan primer). Hasil pendugaan ini nantinya dijadikan acuan dalam

membuat saluran drainase agar kapasitasnya melebihi potensi banjir yang dapat terjadi (debit
banjir maksimum). Langkah­langkah proses pendugaan limpasan permukaan tersebut
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 11/38
11/7/2016 Blognya Lorens

digambarkan dalam bagan di bawah ini :

Sumber :
­ Rahim, SE. 2012. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta

­ Wesli,Ir.,2008, Drainase Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Sabtu, November 23, 2013 2 komentar:
Rekomendasikan ini di Google

Label: LINGKUNGAN

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 12/38
11/7/2016 Blognya Lorens

KAMIS, 21 NOVEMBER 2013

Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan di Kawasan DAS Terhadap


Peningkatan Debit Banjir

Berdasarkan laporan BMKG,


saat ini 60% daerah di Indonesia
telah memasuki musim penghujan.
Ketika musim penghujan tiba

penduduk yang bermukim diatas


bantaran sungai maupun kawasan
rendah yang sering menjadi
langganan banjir mulai was­was dan
bertindak antisipatif, mengingat
sewaktu­waktu rumah dan harta
benda mereka terancam terendam banjir akibat luapan sungai.
Salah satu penyebap utama terjadinya banjir adalah perubahan tata guna lahan,
khususnya perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai (DAS). Mengapa demikian ?
Daerah aliran sungai (DAS) perannya begitu vital, sebap DAS berfungsi menampung air
yang berasal dari air hujan dan sumber­sumber air lainnya yang penyimpanannya serta
pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum­hukum alam sekelilingnya demi
keseimbangan daerah tersebut; daerah sekitar sungai, meliputi punggung bukit atau gunung
yang merupakan tempat sumber air sampai dan semua curahan air hujan yang mengalir ke

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 13/38
11/7/2016 Blognya Lorens

sungai, sampai daerah dataran dan muara sungai.


Peran dan fungsi DAS amatlah begitu penting bagi manusia, namun peran dan fungsi
tersebut sering kali tergganggu akibat perubahan tata guna lahan (land use), baik di hulu
maupun hilir. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang begitu pesat membuat
perubahan tata guna lahan marak terjadi. Selain itu, di era desentralisasi dan otonomi daerah
dimana kewenangan yang diberikan pusat ke daerah lebih besar dalam hal perizinan tata guna
lahan, marak sekali terjadi perubahan fungsi kawasan DAS.
Perubahan fungsi lahan di kawasan hulu DAS terutama dari hutan menjadi lahan
pertanian budidaya dapat berdampak pada berkurangnya fungsi resapan air dan meningkatnya
perbedaan debit maksimum­minimum (run off), erosi dan sedimentasi. Jika debit limpasan
permukaan maksimum, otomatis debit banjir di sungai mengalami peningkatan dan apabila

sungai tidak dapat menampung debit tersebut, pasti air akan meluap dan menggenangi
kawasan sekitarnya. Sedangkan ketika debit minimum kekeringan akan terjadi, khususnya
pada mata air yang terdapat intake (bangunan penangkap air).
Apabila hutan di kawasan DAS dibuka untuk kepentingan budidaya pertanian, industri,
pembangunan perumahan, perkantoran, kawasan bisnis maupun pembangunan sarana fisik
lainnya akan berdampak pada naiknya debit puncak dari 5 sampai 35 kali karena di DAS tidak
ada yang menahan maka aliran permukaan (run off) menjadi besar, sehingga berakibat pada
meningkatnya debit sungai.
Faktor penutupan lahan (vegetasi) cukup signifikan dalam pengurangan ataupun
peningkatan aliran permukaan. Hutan yang lebat mempunyai tingkat penutup lahan yang tinggi,
sehingga apabila hujan turun ke kawasan hutan tersebut, faktor penutup lahan ini akan
memperlambat kecepatan aliran permukaan, bahkan bisa terjadi kecepatannya mendekati nol.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 14/38
11/7/2016 Blognya Lorens

Ketika suatu kawasan hutan berubah menjadi pemukiman, maka penutup lahan kawasan ini
akan berubah menjadi penutup lahan yang tidak mempunyai resistensi untuk menahan aliran.
Yang terjadi ketika hujan turun, kecepatan air akan meningkat tajam di atas lahan ini. Kawasan
hutan di hulu DAS kemiringannya besar (> 40%) dan apabila vegetasi yang bisa menghambat
laju air hujan yang run off hilang, maka kecepatan air meningkat tajam dan cenderung bersifat
destruktif (daya rusak air meningkat). Hal terburuk yang mungkin bisa terjadi adalah banjir
bandang, air yang kecepatannya besar karena dipengaruhi kemiringan ketika meluncur bisa
menyeret batu­batu besar dan kayu gelondongan yang ada di sepanjang daerah
pengalirannya.
Untuk mengurangi debit banjir yang diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan, perlu
dimasukan aturan mengenai zonasi kawasan dalam dokumen rencana tata ruang (RUTR)
provinsi maupun kabupaten/kota yang mengatur secara ketat dan tegas tentang kawasan
lindung dan budidaya. Selanjutnya fungsi dan peruntukan kawasan yang tertuang dalam peta

RUTR tersebut menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. Jika zonasi
telah diatur secara jelas, gangguan pada zona perlindungan bisa diminimalisir. Misalnya,
kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung tidak boleh dirambah karena
fungsinya memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya
sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
Departemen PU telah membuat suatu kebijakan tentang debit sungai akibat dampak
perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai (DAS), dengan menyatakan bahwa DAS
boleh dikembangkan atau dirubah dengan delta Q zero policy atau ∆Q = 0. Arti kebijakan ini
adalah bila suatu lahan di DAS berubah maka debit di suatu titik harus tetap sama. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara kompensasi yaitu pada lahan pemukiman harus disisahkan lahan
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 15/38
11/7/2016 Blognya Lorens

untuk penahan run off akibat perubahan seperti dengan membuat sumur resapan, penanaman

rumput atau semak­semak (tanaman) yang lebat, pembuatan embung, dll.


Mengapa sungai meluap dan air menggenangi rumah­rumah penduduk yang berada
diatas bantaran sungai ? Karena terjadi peningkatan debit banjir, sementara kapasitas sungai
tidak mampu menampung debit tersebut. Hal ini tambah diperparah dengan menurunnya
kapasitas sungai atau waduk akibat sampah dan sedimentasi.
Dalam usaha pengendalian banjir ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan yakni,

intensitas hujan, limpasan permukaan yang berlebih (meningkatnya debit banjir), dan saluran

(alami maupun buatan). Kemudian tinggal pilih, usaha pengendalian mana yang lebih
dikedepankan, apakah metode struktur atau non struktur. Metode non struktur antara lain,

pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), pengaturan tata guna lahan, pengendalian erosi di
DAS,dll. Sedangkan metode struktur antara lain; perbaikan sistem jaringan drainase, sudetan,

waduk, embung, kolam retensi, bangunan pengurangan kemiringan sungai,dll. Apabila


disederhanakan, inti masalahnya adalah mengalirkan kelebihan air hujan di permukaan (run

off) ke laut melalui jalurnya maka pilihannya seperti ini, mengurangi debit limpasan permukaan
(debit banjir) dengan memperbanyak daerah resapan atau memperbanyak saluran (waduk,

embung, spilway,dll) untuk menampung debit banjir tersebut. Jika debit limpasan permukaan
kecil karena sebagian besar telah meresap ke dalam tanah, maka tidak perlu memperbanyak

saluran. Metode non struktur lebih murah dibandingkan struktur.


Melakukan usaha pengendalian banjir di daerah pedesaan dengan menerapkan metode

struktur maupun non struktur bukanlah persoalan yang berarti, karena banyak lahan kosong
dan tata guna lahannya tidak serumit di daerah perkotaan. Sedangkan usaha pengendalian

banjir di perkotaan tidak semudah membalikan telapak tangan karena banyak persoalan yang
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 16/38
11/7/2016 Blognya Lorens

melilit, mulai dari budaya warga yang suka membuang sampah di sungai, minimnya daerah
resapan, pemukiman di bantaran sungai yang padat dan kumuh, lahan yang terbatas untuk

membangun bangunan pengendali banjir. Dalam melaksanakan semua usaha pengendalian


banjir tentu butuh dana yang besar untuk keperluan pembebasan lahan, merelokasi warga

yang bermukim diatas bantaran sungai, dan untuk mendanai pekerjaan struktur.
Akhir kata, perubahan tata guna lahan di kawasan DAS bukan sesuatu yang haram,

asalkan tetap memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan. Jika kita bersahabat
dengan lingkungan dan tidak melakukan tindakan yang bersifat destruktif, maka lingkungan

juga akan bersahabat dan kita pun terhindar dari musibah banjir, tanah longsor maupun
kekeringan. (*)

Sumber Pustaka :
­ Kondoatie RJ & Sjarief Roestam.,2008, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Penerbit ANDI,
Yogyakarta
­ Keppres No 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
­ UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Kamis, November 21, 2013 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google

Label: LINGKUNGAN

SENIN, 28 OKTOBER 2013

Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air

Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air, karena

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 17/38
11/7/2016 Blognya Lorens

air merupakan kebutuhan utama


bagi proses kehidupan di bumi ini.

Air nilainya begitu berarti bagi


manusia. Sekitar 70% berat badan

manusia terdiri dari air. Darah


mengandung 80% air, tulang 25%,

urat syaraf 75%, ginjal 80%, hati

70%, otot 75%. Manusia akan mati


bilamana kehilangan sekitar 15%

dari berat badanya. Manusia boleh menahan lapar untuk jangka waktu lama tetapi tidak dapat
menahan haus (dahaga) untuk beberapa jam karena dapat menyebapkan dehidrasi dan

berakibat fatal.
Manusia mendapatkan air dari beberapa sumber air yang tersebar di bumi, seperti air
hujan, air permukaan (waduk, danau, sungai, empang, telaga, kali, parit,dll), dan air tanah

(sumur bor).
Melihat peran dan fungsi air yang begitu vital bagi manusia, tentu kita tidak

mengharapkan sumber­sumber air dari segi kuantitas debitnya mengalami penurunan, dan dari
segi kualitas mengalami penurunan karena telah tercemar limbah, serta dari segi kontinuitas

airnya tidak tersedia secara berkesinambungan, dalam artian di musim penghujan ada air
sementara di musim panas airnya tidak ada sama sekali (kering).

Namun, kenyataannya pembangunan yang dilakukan manusia selain memberi dampak


positif juga memberi dampak negatif. Ditakutkan dampak­dampak negatif yang timbul akibat

adanya kegiatan pembangunan akan mempengaruhi kelangsungan suatu sumber air. Misalnya,
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 18/38
11/7/2016 Blognya Lorens

aktivitas perambahan hutan di kawasan sekitar mata air akan berdampak pada penurunan
debit (kuantitas), limbah industri dan domestik yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari

air tanah, polusi udara yang tinggi di kawasan perkotaan mengakibatkan hujan asam,dll.
Menyadari adanya dampak­dampak negatif yang timbul dari aktivitas pembangunan

yang akan mempengaruhi kelangsungan sumber air, maka dipandang perlu untuk melakukan
upaya perlindungan dan pelestarian sumber air. Upaya­upaya perlindungan sumber air

ditunjukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya
terhadap kerusakan atau gangguan yang disebapkan oleh daya alam, termasuk kekeringan

yang disebapkan oleh manusia. Upaya­upaya tersebut dijelaskan dalam bagan (chart) di
bawah ini :

Perlindungan dan pelestarian sumber air dapat dilaksanakan secara vegetatif maupun

teknis. Cara vegetatif misalnya, melakukan penanaman vegetasi di sekitar daerah tangkapan
air atau daerah sempadan sumber air, pembuatan lubang biopori untuk resapan air. Cara teknis

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 19/38
11/7/2016 Blognya Lorens

misalnya, membangun bangunan pengendali sedimen (check dam), perkuatan tebing sumber
air (memasang talud/bronjongan). Usaha perlindungan dan pelestarian sumber air yang

dilakukan secara vegetatif dan teknis diharapkan harus memperhatikan kondisi budaya, sosial,

dan ekonomi masyarakat setempat.


Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air dijadikan dasar dalam penatagunaan

lahan. Kawasan­kawasan sumber air dipetakan dan dimasukan dalam arahan penatagunaan
lahan (arahan sempadan), untuk dijadikan pedoman bagi pelaku pembangunan atau pihak­

pihak yang hendak membangun di kawasan sekitar sumber air, sehingga fungsi sumber air
tidak terganggu.

Contohnya, di daerah perbukitan terdapat beberapa mata air yang merupakan sumber
air bagi masyarakat, sementara lahan di sekitar mata air tersebut akan dibangun kawasan

hunian penduduk (perumahan). Sebelum dibangun jarak dari mata air ke lokasi pembangunan
itu harus dilihat baik, dimana dalam Keppres No 32 Tahun 1990 disebutkan bahwa, kriteria

kawasan sekitar mata air adalah sekuarang­kurangnya dengan jari­jari 200 meter di sekitar
mata air. Jika jarak kurang dari 200 meter maka, pembangunan harus dihentikan karena

ditakutkan akan menggangu fungsi mata air. Bukan hanya itu, sebelum melakukan

pembangunan developer harus melewati tahapan perizinan pembangunan (instrumen hukum)


seperti yang tertera dalam UU No 32/2009 (UU PPLH), meliputi Kajian Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS) yang kaitannya dengan RTRW setempat, Amdal, izin lingkungan, izin lokasi,
hinder ordonantie (HO) atau izin gangguan, pembuangan air limbah dan IMB.

Contoh lainnya, pembangunan di kawasan perkotaan yang padat harus memperhatikan


http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 20/38
11/7/2016 Blognya Lorens

daerah

resapan
guna

mengurangi limpasan permukaan. Jangan seluruh arealnya dipenuhi beton (hutan beton),
harus ada proporsi yang seimbang antara kawasan hijau dan non hijau. Daerah resapan ini

merupakan tempat meresapnya (lubang masuk) air hujan kedalam lajur freatik yang nantinya
akan digunakan sebagai sumber air bawah tanah (sumur bor).

Selain itu, pemakaian air bawah tanah (ABT) sebagai sumber air di wilayah perkotaan

juga harus dikendalikan, dimana pengisian (recharge) air melalui pori­pori tanah harus
sebanding dengan pemakaian (penyedotan). pemakaian secara ekspolitatif harus dihindari,

karena bisa berdampak pada amblesnya tanah (subsidence) akibat adanya ruang kosong
(space) dalam lapisan tanah. Subsidence dapat menggangu ketahanan pondasi bangunan.

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 21/38
11/7/2016 Blognya Lorens

Perlindungan dan pelestarian sumber air merupakan tanggung jawab semua pihak.
Sumber daya air bak dua sisi mata uang yang berbeda, di satu sisi jika kita mengelola sumber

daya yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa ini dengan bijak, tentu kita mendapat manfaat yang
akan dirasakan secara berkesinambungan. Sedangkan di sisi lain, jika kita salah mengelola

sumber daya air tentu kita akan menuai malapetaka, seperti bencana banjir, tanah longsor,
kekeringan, dll. (*)

Sumber :

Undang­undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Senin, Oktober 28, 2013 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google

Label: Sumber Daya Air

SELASA, 22 OKTOBER 2013

Syarat Kualitas Air Minum

Beberapa waktu yang lalu kita pernah membahas mengenai kualitas air tanah, dimana

dari segi tampilan fisik air tanah terlihat bening (kecuali air tanah di daerah rawa/gambut yang
warnanya agak kekuning­kuningan sampai agak kecoklatan). Air tanah telah melalui proses

purifikasi secara alamiah ketika berperkolasi ke dalam tanah, sehingga kualitasnya lebih baik
dari air permukaan. Pertanyaannya, apakah air tanah yang dari segi fisik terlihat bersih (bening)

dapat langsung kita minum ? Tentu tidak, harus dimasak (diolah terlebih dahulu). Air yang dari

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 22/38
11/7/2016 Blognya Lorens

segi fisik bersih (bening), belum tentu bisa langsung diminum. Tapi air minum haruslah bersih
(bening).
Next, penulis ingin bertanya kepada kalian, apakah air bersih sama dengan air minum ?

Yups, tidak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari­

hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Sederhananya, air yang bersih sudah memenuhi salah satu syarat untuk bisa diminum yakni

tidak berwarna atau bening, tapi tidak untuk syarat lainnya, karena kemungkinan masih ada
bakteri yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, air bersih harus dimasak (direbus sampai

mendidih/1000C), guna membunuh bakteri yang bersifat patogen. Jika telah dimasak (diolah),

maka air bersih statusnya meningkat menjadi air minum.


Air minum harus memenuhi syarat­syarat kesehatan, atau paling tidak mendekati.

Adapun syarat­syarat tersebut sebagai berikut :

1. Syarat fisik
Air yang sebaiknya dipergunakan untuk minum ialah air yang tidak berwarna, tidak

berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa
sehingga menimbulkan rasa nyaman.

2. Syarat bakteriologis
Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan dengan
bakteri didalamnya, terutama yang bersifat patogen. Namun dalam kehidupan sehari­hari, amat

sukar untuk menentukan apakah air tersebut benar­benar suci hama atau tidak. Karena itulah,

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 23/38
11/7/2016 Blognya Lorens

untuk mengukur apakah air minum bebas dari bakteri atau tidak, pegangan yang dipakai ialah
E. Coli. Tergantung cara pemeriksaan yang dilakukan, jumlah E. Coli yang masih dibenarkan

terdapat dalam sumber air minum bermacam­macam. Pada pemeriksaan air minum dengan
memakai prosedur Membrane Filter Technque, 90% dari contoh air yang diperiksa selama 1

bulan, harus bebas dari E.Coli. Sedangkan yang mengandung E.Coli, jumlah kuman tidak
boleh lebih dari 3 untuk setiap 50 cc air, tidak boleh dari 4 untuk setiap 100 cc air, tidak boleh

lebih dari 7 untuk setiap 200 cc air, serta tidak boleh lebih dari 13 untuk setiap 500 cc air.
Apabila terjadi penyimpangan dari ketentuan tersebut, maka air dianggap tidak memenuhi

syarat dan perlu penyelidikan lebih lanjut sebelum digunakan.

3. Syarat kimia
Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat­zat kimia

ataupun mineral, tarutama oleh zat­zat ataupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan.

Sangat diharapkan zat atau bahan kimia yang terdapat di dalam air minum, tidak sampai
menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air (korosi,misalnya), sebaliknya zat

ataupun bahan kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat
dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut.

Syarat­syarat diatas dijelaskan secara spesifik dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal : 3 September 1990, pada


bagian lampiran I. Kalian bisa lihat tabelnya dibawah ini :

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 24/38
11/7/2016 Blognya Lorens

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 25/38
11/7/2016 Blognya Lorens

So, pembahasan kita mengenai syarat air minum kira­kira demikian. Nanti kita akan
bahas pokok bahasan menarik lainnya di waktu yang akan datang (*)

Sumber Pustaka
­ Bahan ajar kesehatan lingkungan dan demografi
­ Permenkes Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat­syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Selasa, Oktober 22, 2013 Tidak ada komentar:

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 26/38
11/7/2016 Blognya Lorens

Rekomendasikan ini di Google

Label: Sumber Daya Air

MINGGU, 20 OKTOBER 2013

Kualitas Air Tanah

Beberapa diantara kalian mungkin menggunakan air tanah (sumur) sebagai sumber air

di rumah guna keperluan mandi, mencuci, minum, masak,dll, entah digunakan sebagai sumber
air utama atau hanya sebagai sumber air alternatif dikala sumber air utama tidak berfungsi. Air

tanah sendiri merupakan air hujan yang meresap ke dalam tanah dan berada dalam lajur
freatik.

Apakah dari segi kualitas air tanah aman dan layak untuk dikonsumsi oleh manusia ?
Jika dibandingkan dengan air permukaan, air tanah sedikit lebih jernih (murni) karena telah

melalui proses penjernihan ketika berperkolasi ke dalam tanah. Air tanah biasanya bebas dari

kuman penyakit dan tidak perlu dilakukan proses purifikasi atau penjernihan karena telah
melalui proses filtrasi secara alamiah selama peresapannya ke dalam tanah.

Karakteristik kualitas air tanah dipengaruhi oleh gerakan ke bawah dari air pada daerah
imbuhan (perkolasi) dan gerakan lateral melalui akuifernya (aliran bawah). Efektif atau tidaknya

proses penjernihan itu dipengaruhi oleh kedalaman tanah diatas muka air tanah (water table),
jenis tanah dan konsentrasi bahan pencemar di dalam air yang berperkolasi. Jika muka air

tanahnya relatif dalam atau tanahnya kurang berpori proses penjernihan akan lebih bagus, dan
imbuhan akuifernya akan terhindar dari bahan­bahan organik yang bisa menurunkan kualitas

air tanah. Namun jika muka air tanahnya dangkal serta tanahnya berpori, gas­gas terlarut,

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 27/38
11/7/2016 Blognya Lorens

nitrat, sulfat, senyawa organik yang terlarut dan garam yang terlarut dapat masuk ke dalam
sistem air tanah.
Selain itu, sistem pembuangan limbah padat domestik dan industri yang apabila tidak

dikelola dengan baik dapat juga masuk kedalam sistem air tanah, dimana bahan kimia dan gas­
gas hasil pembusukan dengan konsentrasi tinggi akan hanyut masuk melalui pori­pori tanah

dan akan sampai kedalam lajur freatik sehingga dapat menurunkan kualitas dan mutu air tanah

(tercemar). Air tanah di kawasan pertanian juga sangat rawan tercemar apabila sisa pestisida
(residu) masuk melalui pori­pori tanah dan meresap sampai ke dalam lajur freatik.

Bukan hanya itu, ketika berperkolasi air tanah juga melarutkan mineral yang terkandung
dalam lapisan tanah dan batuan, sehingga kadar mineral dalam air tanah menjadi tinggi.

Batuan yang mudah terlarut dapat menambahkan mineral terlarut secara mencolok, khususnya
kalsium bikarbonat ( Ca(HCO3)2 ), magnesium bikarbonat ( Mg(HCO3)2 ), kalsium sulfat

(CaSO4), magnesium sulfat (MgSO4). Mineral­mineral ini sesungguhnya tidak berbahaya bagi

kesehatan, asalkan tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti yang tertera
dalam Permenkes Nomor 416 Tahun 1990 tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum.

(*)

Sumber Pustaka :
­ Linsley JR. RK., et. all., 1982, Hidrologi untuk Insinyur, McGraw­Hill, Inc./ Ir. Yandy Hermawan (alih
bahasa)/Penerbit Aerlangga, 1996
­ Bahan ajar kesehatan lingkungan dan demografi

Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Minggu, Oktober 20, 2013 Tidak ada komentar:

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 28/38
11/7/2016 Blognya Lorens

Rekomendasikan ini di Google

Label: Sumber Daya Air

Jenis‐jenis Akuifer

Seperti yang telah kalian ketahui di pembahasan sebelumnya mengenai pergerakan air
tanah, bahwa formasi geologis yang mengandung air dan memindahkannya dari satu titik ke

titik lain dalam jumlah yang mencukupi untuk pengembangan ekonomi (kuantitasnya
mencukupi) disebut dengan lapisan pembawa air atau akuifer. Formasi ini bersifat permeable,

baik yang terkonsolidasi (lempung, misalnya) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan
kondisi jenuh air dan mempunyai satuan besaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat

membawa air.

Nah, kali ini kita akan melihat atau mempelajari jenis­jenis akuifer. Pengertian dari
masing­masing jenis akuifer tertera sebagai berikut :

a Akuifer tertekan/terbatas (confined aquifer) adalah akuifer yang jenuh air yang dibatasi
oleh lapisan atas dan bawahnya merupakan akuiklud (kedap air) dan tekanan airnya lebih

besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no
flux).

b Akuifer semi tertekan (semi confined/leaky akuifer) adalah akuifer yang jenuh air yang
dibatasi oleh lapisan yang berupa aquitard (semi kedap air) dan lapisan bawahnya

merupakan akuiklud. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat aquitard
masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut (influx), walaupun hidraulik

konduktivitasnya jauh lebih kecil dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 29/38
11/7/2016 Blognya Lorens

airnya pada akuifer lebih besar dari tekanan atmosfir.

c Akuifer semi tertekan (semi confined/leaky akuifer) adalah akuifer yang jenuh air yang

dibatasi oleh lapisan yang berupa aquitard (semi kedap air) dan lapisan bawahnya
merupakan akuiklud. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat aquitard
masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut (influx) walaupun hidraulik konduktivitasnya
jauh lebih kecil dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada akuifer
lebih besar dari tekanan atmosfir.
d Akuifer tak tertekan (unconfined aquifer) adalah akuifer jenuh air (saturated). Lapisan

pembatas di bagian bawahnya merupakan akuiklud. Pada bagian atasnya ada lapisan

pembatas yang mempunyai konduktivitas hidraulik lebih kecil dari pada konduktivitas
hidraulik dari akuifer. Akuifer ini juga mempunyai muka air tanah yang terletak pada lapisan

pembatas tersebut.

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 30/38
11/7/2016 Blognya Lorens

e Akuifer arteis (artesian aquifer) adalah confined aquifer di mana ketinggian hidrauliknya

(potentiometric surface) lebih tinggi dari muka tanah. Oleh karena itu, apabila pada ukuifer

ini dilakukan pengeboran maka akan timbul pancaran air (spring), karena air yang keluar
dari pengeboran ini berusaha mencapai ketinggian hidraulik tersebut.

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 31/38
11/7/2016 Blognya Lorens

So, pembahasan kita kali ini mengenai jenis­jenis akuifer kira­kira demikian. Nanti kita

akan bahas topik menarik lainnya di waktu dan kesempatan yang akan datang (*)

Sumber Pustaka :
Kondoatie RJ & Sjarief Roestam.,2008, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Penerbit ANDI, Yogyakarta

Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Minggu, Oktober 20, 2013 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google

Label: Sumber Daya Air

MINGGU, 06 OKTOBER 2013

Persamaan‐persamaan Dasar dalam Fluida Bergerak (Part VI/Habis)

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 32/38
11/7/2016 Blognya Lorens

Kehilangan Energi dan Tinggi Tekan

Bro and sist, di pembahasan sebelumnya penulis telah membahas mengenai

persamaan kontinuitas, momentum, bernoulli, persamaan energi (euler), dan juga hubungan

antara persamaan energi dan hukum termodinamika dan kali ini kita akan lanjut membahas
kehilangan energi dan tinggi tekan.

Seperti yang kalian telah ketahui, viskositas adalah sifat fluida yang menyebapkan

tegangan geser di dalam fluida yang bergerak. Viskositas juga merupakan situasi dimana

ketakmampubalikan atau kerugian berkembang.

HGL dan EGL

Suatu zat cair yang mengalir dalam suatu bidang batas seperti melalui pipa akan

mengalami tegangan geser dan kemiringan kecepatan (gradien kecepatan) pada seluruh

medan aliran akibat kekekantalan. Tegangan geser tersebut akan mengakibatkan kehilangan
energi selama pengaliran. Kehilangan energi ini disebut dengan kehilangan energi primer yang

ditulis dengan hf.

Bagaimana bisa kita mengetahui satu titik dengan titik lainnya (pipa) terjadi kehilangan

energi dan tekanan, caranya yakni dibantu dengan garis khayal HGL (hydraulic grade line) dan

EGL (energy grade line). Garis kemiringan hidraulik (garis kemiringan tekanan) atau HGL

adalah garis yang menunjukan tinggi tekanan (pressure head) sepanjang pipa. Di dalam pipa

dengan penampang seragam, tinggi kecepatan adalah konstan dan garis kemiringan enersi
adalah sejajar dengan garis kemiringan tekanan (EGL // HGL). Sedangkan garis gradien

energi (EGL) adalah garis yang menghubungkan sederetan titik­titik yang menggambarkan

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 33/38
11/7/2016 Blognya Lorens

energi tersedia untuk tiap titik sepanjang pipa sebagai ordinat, yang digambar terhadap jarak

sepanjang pipa sebagai absis.


Kalian bisa lihat garis HGL dan EGL pada penampang pipa 1 dan 2 di bawah ini yang

merupakan persamaan Bernoulli yang memperhitungkan kehilangan energi (hf) :

Dalam
aliran

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 34/38
11/7/2016 Blognya Lorens

takmampumampat stedi (ajeg) di dalam pipa, ketakmampubalikan dinyatakan dalam kerugian tinggi­tekan
atau jatuh (droop) pada garis gradien hidrolik. Kerugian atau ketakmampubalikan menyebapkan garis ini
menurun dalam arah aliran. Untuk perhitungan aliran dalam pipa umumnya dipakai persamaan Darcy­
Weisbach ;

hf ialah kerugian tinggi­tekan, atau jatuh garis gradien hidrolik, dalam panjang pipa L, yang

mempunyai garis tengah dalam D dan kecepatan rata­rata V, sedangkan f merupakan faktor gesekan
(tanpa dimensi).

Tinggi tekan karena penyempitan dan pembesaran mendadak

Kerugian tinggi tekan sebanding dengan kuadrat kecepatan. Jika pembesaran

mendadak tersebut adalah dari pipa ke reservoar, D1/D2 = 0 dan kerugiannya menjadi V21,

dimana seluruh energi kinetik dalam aliran diubah menjadi energi panas. Kerugian tinggi tekan

yang disebapkan oleh pembesaran mendadak (termasuk gesekan pipa sepanjang


pembesaran), telah diteliti oleh Gibson dan rumusannya sebagai berikut :

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 35/38
11/7/2016 Blognya Lorens

Cc itu merupakan koefisien penyempitan, untuk air telah ditentukan oleh Weisbach.

Untuk kerugian tinggi tekan dalam pipa dapat disimpulkan sebagai berikut :
1 Kerugian tinggi­tekan berbanding lurus dengan panjang pipa.

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 36/38
11/7/2016 Blognya Lorens

2 Kerugian tinggi­tekan hampir sebanding dengan kuadrat kecepatan.


3 Kerugian tinggi­tekan hampir berbanding terbalik dengan garis tengah.

4 Kerugian tinggi­tekan bergantung pada kekasaran permukaan dinding pipa sebelah

dalam.

5 Kerugian tinggi­tekan bergantung pada sifat­sifat fluida kerapatan dan viskositas.


6 Kerugian tinggi­tekan tidak bergantung pada tekanan.

Well, pembahasan kita tentang kehilangan energi dan tinggi tekan kira­kira seperti itu.
Pembahasan kita kali ini merupakan pokok bahasan terakhir tentang persamaan­persamaan dasar dalam
fluida bergerak. Persamaan­persamaan dasar yang dibahas dalam blog ini hanya secara garis besar
mengingat ruang di blog yang terbatas. Selanjutnya, kalian bisa cari dan baca buku­buku yang terkait
dengan pokok bahasan kita seperti mekanika fluida, hidraulika, drainase ataupun buku­buku yang terkait
dengan sumber daya air supaya bisa lebih paham (*)

SUMBER PUSTAKA
1. Streeter L.V dan Wylie E.B., Mekanika Fluida Jilid I & II, McGraw­Hill,Inc.,1985.
2. Buku Ajar Hidraulika

Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Minggu, Oktober 06, 2013 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google

Label: LINGKUNGAN

Posting Lebih Baru Beranda Posting Lama

Langganan: Entri (Atom)

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 37/38
11/7/2016 Blognya Lorens

lorenskambuayablogspot.com. Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updated­min=2013­01­01T00:00:00%2B09:00&updated­max=2014­01­01T00:00:00%2B09:00&max­results=22 38/38

Anda mungkin juga menyukai