Blognya Lorens
dengan pasir yang berbutir halus serta tidak terkonsolidasi dengan rapat. Kuantitas suatu jenis Cara
Menyajikan
tanah tergantung dari konduktivitas hidaruliknya. Untuk jenis tanah lempung (clay), kecepatan Data Dalam
Bentuk
Tabel
aliran (konduktivitas hidraulik) sangat kecil berkisar antara 1/1.000.000.000.000 m/detik (1012 Distribusi...
sampai 109 m/detik), sedangkan bila jenis tanah lanau (silt) maka kecepatan aliran berkisar ► Februari (4)
► Januari (6)
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 2/38
11/7/2016 Blognya Lorens
antara 1/100.000.000 – 1/10.000 m/detik (108 sampai 104 m/detik). Bila jenisnya pasir maka ► 2014 (39)
► 2013 (22)
kecepatan aliran berkisar antara 1/100.000 – 1/100 m/detik (105 sampai 102 m/detik). Untuk
► 2012 (19)
mengetahui kecepatan aliran suatu jenis tanah (sampel tanah) dan kemampuannya menyerap
► 2011 (3)
maupun memindahkan air, biasanya digunakan alat sederhana yang namanya Tensiometer dan
alat ini sering terdapat di laboratorium tanah atau balai pengujian. MENGENAI SAYA
Lorens Rinto Kambuaya
Untuk mengurangi genangan di permukaan tanah, metode teknis yang lazim digunakan
Lihat profil lengkapku
yakni membuat sumur resapan guna mempercepat air meresap ke dalam tanah. Mengenai
pergerakan air kedalam tanah dan persamaanpersamaan yang mendasarinya, sudah dibahas
pada pembahasan sebelumnya mengenai pergerakan air tanah (bisa dibaca disini).
Sumber Pustaka :
Kondoatie RJ & Sjarief Roestam.,2008, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Penerbit ANDI, Yogyakarta
Linsley JR. RK., et. all., 1982, Hidrologi untuk Insinyur, McGrawHill, Inc./ Ir. Yandy Hermawan (alih bahasa)/Penerbit
Aerlangga, 1996.
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Sabtu, November 30, 2013 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google
Label: LINGKUNGAN
Limpasan Permukaan
limpasan permukaan, sehingga ancaman erosi, tanah longsor, banjir serta sedimentasi yang
berdampak pada pendangkalan sungai bisa diminimalisir.
Tumbuhtumbuhan yang tumbuh dalam suatu kawasan hutan yang tidak terganggu
sangat berperan dalam mengurangi dan menghambat laju limpasan permukaan, sehingga
dampak negatif yang timbul akibat besarnya jumlah dan kecepatan limpasan permukaan dapat
dicegah ataupun diminimalisir sifat destruktifnya.
Hujan yang turun diatas kawasan ekosistem hutan sampainya ke permukaan tanah akan
ditahan dan dihambat oleh daundaunan dan rantingranting pohon yang tinggi di kawasan itu
sehingga permukaan tanah akan terlindung dari timpaantimpaan titiktitik hujan yang berdaya
tumbuk (energi kinetik) berat. Air hujan yang tertahan oleh daundaun dan rantingranting
tersebut sampainya ke permukaan tanah kebanyakan mengalir ke bawah mengikuti batang
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 4/38
11/7/2016 Blognya Lorens
batang pohon sehingga daya tumbuknya dapat dikatakan relatif sangat lemah.
dibawah pohonpohon yang tinggi itu yang menutupi permukaan tanah, maka air tak berdaya
menghancurkan agregatagregat tanah menjadi partikelpartikel yang kecil. Sebagian air yang
berinfiltrasi ke dalam tanah setelah diisap oleh akarakar tanaman ada yang ditranspirasikan
(diuapkan kembali) dan yang masih tertahan di sekitar permukaan tanah sebagian mengalir
secara lambat memasuki sungai yang ada di sekitar kawasan tersebut.
Tutupan lahan sangat berpengaruh terhadap jumlah dan kecepatan limpasan
permukaan. Berikut disajikan hubungan antara kondisi lahan dengan jumlah massa air
permukaan dan jumlah massa tanah yang tererosi pada tabel di bawah ini.
Tebel Hubungan antara kondisi lahan dengan jumlah air permukaan dan jumlah massa
tanah yang tererosi (Benner, 1939)
Kondisi Tetumbuhan Massa tanah yang Persentase air
tererosi (ton/acre) permukaan dari curah
hujan (%)
Hutan lebat 0,00 0,12
Rumput 0,04 6,50
Ladang (tanah gembur) 73,20 41,95
Lahan gundul (tanah 69,00 48,80
padat)
Melihat data yang disajikan dalam tabel diatas, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi
jika hutan menjadi gundul ? Jika hutan menjadi gundul jumlah dan daya air hujan yang mengalir
diatas permukan tanah akan meningkat cukup signifikan, sehingga potensi terjadinya erosi,
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 5/38
11/7/2016 Blognya Lorens
banjir, dan tanah longsor serta pendangkalan sungai akibat sedimentasi akan semakin besar.
Ketika suatu lahan merupakan hutan lebat presentase air hujan yang run off sekitar 0,12%,
kondisi tersebut sangat bertolak belakang apabila suatu lahan dalam kondisi gundul, karena
limpasan permukaan (run off) naik menjadi 48,80 %.
Jumlah dan Kecepatan Limpasan Permukaan (Run Off) akan Meningkat Apabila Suatu
Lahan dalam Kondisi Gundul
lahan dalam kondisi gundul, karena jumlah air hujan yang run off (mengalir diatas permukaan)
akan meningkat signifikan dan kecepatan air pun bertambah, dimana kecepatannya berkisar
antara dari 0,1 – 1 m/detik bahkan bisa mencapai lebih dari 10 m/detik tergantung dari
kemiringan lahan, tinggi aliran dan penutup lahan, sehingga peluang terjadinya erosi dan banjir
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 6/38
11/7/2016 Blognya Lorens
sangat besar.
Melihat peran tersebut, maka sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan, secara
khusus hutan di kawasan hulu DAS. Lahanlahan yang sudah terlanjur gundul atau dalam
kondisi kritis perlu dihijaukan kembali (reboisasi) guna meminimalisir dampakdampak negatif
yang mungkin akan terjadi terhadap kawasan hutan di hulu DAS itu sendiri maupun kawasan
bawahannya, baik yang sifatnya jangka pendek maupun jangka panjang. Diharapkan setiap
aktivitas pembangunan, perladangan, maupun usaha perkayuan (HPH) memperhatikan zonasi
dan fungsi kawasan yang tertera dalam RUTR (Rencana Umum Tata Ruang)
provinsi/kabupaten/kota. Jika suatu kawasan hutan telah ditetapkan sebagai kawasan
perlindungan, maka harus bersih dari kegiatan budidaya yang sifatnya dapat menganggu fungsi
lindung. (*)
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 7/38
11/7/2016 Blognya Lorens
Sumber :
Rahim, SE. 2012. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksra. Jakarta
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Jumat, November 29, 2013 Tidak ada komentar:
Label: LINGKUNGAN
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 8/38
11/7/2016 Blognya Lorens
permukaan dengan jumlah dan kecepatan yang besar sering menyebapkan pemindahan atau
pengangkutan massa tanah secara besarbesaran dan berujung pada terjadinya musibah banjir
di daerah yang rendah, terutama daerah yang merupakan dataran banjir (flood plain).
Atas alasan tersebut jumlah limpasan sangat penting untuk diketahui. Adapun tujuannya
yakni ;
1 Untuk merancang jumlah dan dimensi saluran atau struktur lainnya dalam rangka
menyimpan limpasan permukaan;
2 Untuk mengetahui besarnya laju limpasan permukaan di suatu daerah yang digunakan
sebagai dasar untuk antisipasi penanganannya.
Dalam pendugaan laju puncak limpasan permukaan setidaknya ada tiga metode yang
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 9/38
11/7/2016 Blognya Lorens
umum digunakan yakni, metode Rasional, metode Cook, dan metode USSCS (Biro Pelayanan
Konservasi Tanah Amerika). Namun, kali ini kita hanya akan menduga limpasan permukaan
dengan menggunakan metode Rasional yang merupakan rumus empiris yang paling tua dan
sering digunakan. Rumusnya sebagai berikut :
Q (m3/dt) = 0,278 C x I x A
Dimana :
C= Koefisien limpasan
I = intensitas maksimum (mm/jam)
A= luas areal (hektare)
Contoh soal :
Di suatu daerah tangkapan seluas 20 hektare akan dibangun pusat bisnis dan
perkantoran. Sebelum dibangun kawasan ini sebelumnya berupa hutan primer, dimana nilai
koefisien limpasan permukaan (Ctp – C tanpa proyek) 0,30 (topografi datar dan tanahnya
bertekstur liat dan lempung berdebu). Jika ketika telah selesai dibangun, 50% areal tersebut
akan tertutup oleh permukaan kedap air (bangunan,aspal, beton,dll) maka Cdp (C dengan
proyek) adalah 0,55. Apabila intensitas hujan sama, katakanlah 70 mm/jam dan luas areal tetap
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 10/38
11/7/2016 Blognya Lorens
sama 20 hektare maka limpasan permukaan sesudah dan sebelum proyek adalah sebagai
berikut :
= 116,76 m3/dt
= 214,06 m3/dt
Selisih debit
Q = Qdp – Qtp
= 214,06 – 116,76
= 97,3 m3/dt
Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa sebelum ada proyek (masih hutan primer) debit
limpasan permukaan adalah 116,76 m3/dt dan setelah dilakukan pembangunan debit puncak
limpasan permukaan menjadi 214,06 m3/dt. Artinya, terjadi kenaikan sebesar 97,3 m3/dt dari
debit sebelum ada proyek (hutan primer). Hasil pendugaan ini nantinya dijadikan acuan dalam
membuat saluran drainase agar kapasitasnya melebihi potensi banjir yang dapat terjadi (debit
banjir maksimum). Langkahlangkah proses pendugaan limpasan permukaan tersebut
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 11/38
11/7/2016 Blognya Lorens
Sumber :
Rahim, SE. 2012. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Sabtu, November 23, 2013 2 komentar:
Rekomendasikan ini di Google
Label: LINGKUNGAN
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 12/38
11/7/2016 Blognya Lorens
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 13/38
11/7/2016 Blognya Lorens
sungai tidak dapat menampung debit tersebut, pasti air akan meluap dan menggenangi
kawasan sekitarnya. Sedangkan ketika debit minimum kekeringan akan terjadi, khususnya
pada mata air yang terdapat intake (bangunan penangkap air).
Apabila hutan di kawasan DAS dibuka untuk kepentingan budidaya pertanian, industri,
pembangunan perumahan, perkantoran, kawasan bisnis maupun pembangunan sarana fisik
lainnya akan berdampak pada naiknya debit puncak dari 5 sampai 35 kali karena di DAS tidak
ada yang menahan maka aliran permukaan (run off) menjadi besar, sehingga berakibat pada
meningkatnya debit sungai.
Faktor penutupan lahan (vegetasi) cukup signifikan dalam pengurangan ataupun
peningkatan aliran permukaan. Hutan yang lebat mempunyai tingkat penutup lahan yang tinggi,
sehingga apabila hujan turun ke kawasan hutan tersebut, faktor penutup lahan ini akan
memperlambat kecepatan aliran permukaan, bahkan bisa terjadi kecepatannya mendekati nol.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 14/38
11/7/2016 Blognya Lorens
Ketika suatu kawasan hutan berubah menjadi pemukiman, maka penutup lahan kawasan ini
akan berubah menjadi penutup lahan yang tidak mempunyai resistensi untuk menahan aliran.
Yang terjadi ketika hujan turun, kecepatan air akan meningkat tajam di atas lahan ini. Kawasan
hutan di hulu DAS kemiringannya besar (> 40%) dan apabila vegetasi yang bisa menghambat
laju air hujan yang run off hilang, maka kecepatan air meningkat tajam dan cenderung bersifat
destruktif (daya rusak air meningkat). Hal terburuk yang mungkin bisa terjadi adalah banjir
bandang, air yang kecepatannya besar karena dipengaruhi kemiringan ketika meluncur bisa
menyeret batubatu besar dan kayu gelondongan yang ada di sepanjang daerah
pengalirannya.
Untuk mengurangi debit banjir yang diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan, perlu
dimasukan aturan mengenai zonasi kawasan dalam dokumen rencana tata ruang (RUTR)
provinsi maupun kabupaten/kota yang mengatur secara ketat dan tegas tentang kawasan
lindung dan budidaya. Selanjutnya fungsi dan peruntukan kawasan yang tertuang dalam peta
RUTR tersebut menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. Jika zonasi
telah diatur secara jelas, gangguan pada zona perlindungan bisa diminimalisir. Misalnya,
kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung tidak boleh dirambah karena
fungsinya memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya
sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
Departemen PU telah membuat suatu kebijakan tentang debit sungai akibat dampak
perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai (DAS), dengan menyatakan bahwa DAS
boleh dikembangkan atau dirubah dengan delta Q zero policy atau ∆Q = 0. Arti kebijakan ini
adalah bila suatu lahan di DAS berubah maka debit di suatu titik harus tetap sama. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara kompensasi yaitu pada lahan pemukiman harus disisahkan lahan
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 15/38
11/7/2016 Blognya Lorens
untuk penahan run off akibat perubahan seperti dengan membuat sumur resapan, penanaman
intensitas hujan, limpasan permukaan yang berlebih (meningkatnya debit banjir), dan saluran
(alami maupun buatan). Kemudian tinggal pilih, usaha pengendalian mana yang lebih
dikedepankan, apakah metode struktur atau non struktur. Metode non struktur antara lain,
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), pengaturan tata guna lahan, pengendalian erosi di
DAS,dll. Sedangkan metode struktur antara lain; perbaikan sistem jaringan drainase, sudetan,
off) ke laut melalui jalurnya maka pilihannya seperti ini, mengurangi debit limpasan permukaan
(debit banjir) dengan memperbanyak daerah resapan atau memperbanyak saluran (waduk,
embung, spilway,dll) untuk menampung debit banjir tersebut. Jika debit limpasan permukaan
kecil karena sebagian besar telah meresap ke dalam tanah, maka tidak perlu memperbanyak
struktur maupun non struktur bukanlah persoalan yang berarti, karena banyak lahan kosong
dan tata guna lahannya tidak serumit di daerah perkotaan. Sedangkan usaha pengendalian
banjir di perkotaan tidak semudah membalikan telapak tangan karena banyak persoalan yang
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 16/38
11/7/2016 Blognya Lorens
melilit, mulai dari budaya warga yang suka membuang sampah di sungai, minimnya daerah
resapan, pemukiman di bantaran sungai yang padat dan kumuh, lahan yang terbatas untuk
yang bermukim diatas bantaran sungai, dan untuk mendanai pekerjaan struktur.
Akhir kata, perubahan tata guna lahan di kawasan DAS bukan sesuatu yang haram,
asalkan tetap memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan. Jika kita bersahabat
dengan lingkungan dan tidak melakukan tindakan yang bersifat destruktif, maka lingkungan
juga akan bersahabat dan kita pun terhindar dari musibah banjir, tanah longsor maupun
kekeringan. (*)
Sumber Pustaka :
Kondoatie RJ & Sjarief Roestam.,2008, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Penerbit ANDI,
Yogyakarta
Keppres No 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Kamis, November 21, 2013 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google
Label: LINGKUNGAN
Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air, karena
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 17/38
11/7/2016 Blognya Lorens
dari berat badanya. Manusia boleh menahan lapar untuk jangka waktu lama tetapi tidak dapat
menahan haus (dahaga) untuk beberapa jam karena dapat menyebapkan dehidrasi dan
berakibat fatal.
Manusia mendapatkan air dari beberapa sumber air yang tersebar di bumi, seperti air
hujan, air permukaan (waduk, danau, sungai, empang, telaga, kali, parit,dll), dan air tanah
(sumur bor).
Melihat peran dan fungsi air yang begitu vital bagi manusia, tentu kita tidak
mengharapkan sumbersumber air dari segi kuantitas debitnya mengalami penurunan, dan dari
segi kualitas mengalami penurunan karena telah tercemar limbah, serta dari segi kontinuitas
airnya tidak tersedia secara berkesinambungan, dalam artian di musim penghujan ada air
sementara di musim panas airnya tidak ada sama sekali (kering).
adanya kegiatan pembangunan akan mempengaruhi kelangsungan suatu sumber air. Misalnya,
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 18/38
11/7/2016 Blognya Lorens
aktivitas perambahan hutan di kawasan sekitar mata air akan berdampak pada penurunan
debit (kuantitas), limbah industri dan domestik yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari
air tanah, polusi udara yang tinggi di kawasan perkotaan mengakibatkan hujan asam,dll.
Menyadari adanya dampakdampak negatif yang timbul dari aktivitas pembangunan
yang akan mempengaruhi kelangsungan sumber air, maka dipandang perlu untuk melakukan
upaya perlindungan dan pelestarian sumber air. Upayaupaya perlindungan sumber air
ditunjukan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya
terhadap kerusakan atau gangguan yang disebapkan oleh daya alam, termasuk kekeringan
yang disebapkan oleh manusia. Upayaupaya tersebut dijelaskan dalam bagan (chart) di
bawah ini :
Perlindungan dan pelestarian sumber air dapat dilaksanakan secara vegetatif maupun
teknis. Cara vegetatif misalnya, melakukan penanaman vegetasi di sekitar daerah tangkapan
air atau daerah sempadan sumber air, pembuatan lubang biopori untuk resapan air. Cara teknis
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 19/38
11/7/2016 Blognya Lorens
misalnya, membangun bangunan pengendali sedimen (check dam), perkuatan tebing sumber
air (memasang talud/bronjongan). Usaha perlindungan dan pelestarian sumber air yang
dilakukan secara vegetatif dan teknis diharapkan harus memperhatikan kondisi budaya, sosial,
lahan. Kawasankawasan sumber air dipetakan dan dimasukan dalam arahan penatagunaan
lahan (arahan sempadan), untuk dijadikan pedoman bagi pelaku pembangunan atau pihak
pihak yang hendak membangun di kawasan sekitar sumber air, sehingga fungsi sumber air
tidak terganggu.
Contohnya, di daerah perbukitan terdapat beberapa mata air yang merupakan sumber
air bagi masyarakat, sementara lahan di sekitar mata air tersebut akan dibangun kawasan
hunian penduduk (perumahan). Sebelum dibangun jarak dari mata air ke lokasi pembangunan
itu harus dilihat baik, dimana dalam Keppres No 32 Tahun 1990 disebutkan bahwa, kriteria
kawasan sekitar mata air adalah sekuarangkurangnya dengan jarijari 200 meter di sekitar
mata air. Jika jarak kurang dari 200 meter maka, pembangunan harus dihentikan karena
ditakutkan akan menggangu fungsi mata air. Bukan hanya itu, sebelum melakukan
Strategis (KLHS) yang kaitannya dengan RTRW setempat, Amdal, izin lingkungan, izin lokasi,
hinder ordonantie (HO) atau izin gangguan, pembuangan air limbah dan IMB.
daerah
resapan
guna
mengurangi limpasan permukaan. Jangan seluruh arealnya dipenuhi beton (hutan beton),
harus ada proporsi yang seimbang antara kawasan hijau dan non hijau. Daerah resapan ini
merupakan tempat meresapnya (lubang masuk) air hujan kedalam lajur freatik yang nantinya
akan digunakan sebagai sumber air bawah tanah (sumur bor).
Selain itu, pemakaian air bawah tanah (ABT) sebagai sumber air di wilayah perkotaan
juga harus dikendalikan, dimana pengisian (recharge) air melalui poripori tanah harus
sebanding dengan pemakaian (penyedotan). pemakaian secara ekspolitatif harus dihindari,
karena bisa berdampak pada amblesnya tanah (subsidence) akibat adanya ruang kosong
(space) dalam lapisan tanah. Subsidence dapat menggangu ketahanan pondasi bangunan.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 21/38
11/7/2016 Blognya Lorens
Perlindungan dan pelestarian sumber air merupakan tanggung jawab semua pihak.
Sumber daya air bak dua sisi mata uang yang berbeda, di satu sisi jika kita mengelola sumber
daya yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa ini dengan bijak, tentu kita mendapat manfaat yang
akan dirasakan secara berkesinambungan. Sedangkan di sisi lain, jika kita salah mengelola
sumber daya air tentu kita akan menuai malapetaka, seperti bencana banjir, tanah longsor,
kekeringan, dll. (*)
Sumber :
Undangundang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Senin, Oktober 28, 2013 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google
Beberapa waktu yang lalu kita pernah membahas mengenai kualitas air tanah, dimana
dari segi tampilan fisik air tanah terlihat bening (kecuali air tanah di daerah rawa/gambut yang
warnanya agak kekuningkuningan sampai agak kecoklatan). Air tanah telah melalui proses
purifikasi secara alamiah ketika berperkolasi ke dalam tanah, sehingga kualitasnya lebih baik
dari air permukaan. Pertanyaannya, apakah air tanah yang dari segi fisik terlihat bersih (bening)
dapat langsung kita minum ? Tentu tidak, harus dimasak (diolah terlebih dahulu). Air yang dari
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 22/38
11/7/2016 Blognya Lorens
segi fisik bersih (bening), belum tentu bisa langsung diminum. Tapi air minum haruslah bersih
(bening).
Next, penulis ingin bertanya kepada kalian, apakah air bersih sama dengan air minum ?
Yups, tidak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Sederhananya, air yang bersih sudah memenuhi salah satu syarat untuk bisa diminum yakni
tidak berwarna atau bening, tapi tidak untuk syarat lainnya, karena kemungkinan masih ada
bakteri yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, air bersih harus dimasak (direbus sampai
mendidih/1000C), guna membunuh bakteri yang bersifat patogen. Jika telah dimasak (diolah),
1. Syarat fisik
Air yang sebaiknya dipergunakan untuk minum ialah air yang tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa
sehingga menimbulkan rasa nyaman.
2. Syarat bakteriologis
Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan dengan
bakteri didalamnya, terutama yang bersifat patogen. Namun dalam kehidupan seharihari, amat
sukar untuk menentukan apakah air tersebut benarbenar suci hama atau tidak. Karena itulah,
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 23/38
11/7/2016 Blognya Lorens
untuk mengukur apakah air minum bebas dari bakteri atau tidak, pegangan yang dipakai ialah
E. Coli. Tergantung cara pemeriksaan yang dilakukan, jumlah E. Coli yang masih dibenarkan
terdapat dalam sumber air minum bermacammacam. Pada pemeriksaan air minum dengan
memakai prosedur Membrane Filter Technque, 90% dari contoh air yang diperiksa selama 1
bulan, harus bebas dari E.Coli. Sedangkan yang mengandung E.Coli, jumlah kuman tidak
boleh lebih dari 3 untuk setiap 50 cc air, tidak boleh dari 4 untuk setiap 100 cc air, tidak boleh
lebih dari 7 untuk setiap 200 cc air, serta tidak boleh lebih dari 13 untuk setiap 500 cc air.
Apabila terjadi penyimpangan dari ketentuan tersebut, maka air dianggap tidak memenuhi
3. Syarat kimia
Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zatzat kimia
ataupun mineral, tarutama oleh zatzat ataupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan.
Sangat diharapkan zat atau bahan kimia yang terdapat di dalam air minum, tidak sampai
menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air (korosi,misalnya), sebaliknya zat
ataupun bahan kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat
dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 24/38
11/7/2016 Blognya Lorens
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 25/38
11/7/2016 Blognya Lorens
So, pembahasan kita mengenai syarat air minum kirakira demikian. Nanti kita akan
bahas pokok bahasan menarik lainnya di waktu yang akan datang (*)
Sumber Pustaka
Bahan ajar kesehatan lingkungan dan demografi
Permenkes Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Selasa, Oktober 22, 2013 Tidak ada komentar:
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 26/38
11/7/2016 Blognya Lorens
Beberapa diantara kalian mungkin menggunakan air tanah (sumur) sebagai sumber air
di rumah guna keperluan mandi, mencuci, minum, masak,dll, entah digunakan sebagai sumber
air utama atau hanya sebagai sumber air alternatif dikala sumber air utama tidak berfungsi. Air
tanah sendiri merupakan air hujan yang meresap ke dalam tanah dan berada dalam lajur
freatik.
Apakah dari segi kualitas air tanah aman dan layak untuk dikonsumsi oleh manusia ?
Jika dibandingkan dengan air permukaan, air tanah sedikit lebih jernih (murni) karena telah
melalui proses penjernihan ketika berperkolasi ke dalam tanah. Air tanah biasanya bebas dari
kuman penyakit dan tidak perlu dilakukan proses purifikasi atau penjernihan karena telah
melalui proses filtrasi secara alamiah selama peresapannya ke dalam tanah.
Karakteristik kualitas air tanah dipengaruhi oleh gerakan ke bawah dari air pada daerah
imbuhan (perkolasi) dan gerakan lateral melalui akuifernya (aliran bawah). Efektif atau tidaknya
proses penjernihan itu dipengaruhi oleh kedalaman tanah diatas muka air tanah (water table),
jenis tanah dan konsentrasi bahan pencemar di dalam air yang berperkolasi. Jika muka air
tanahnya relatif dalam atau tanahnya kurang berpori proses penjernihan akan lebih bagus, dan
imbuhan akuifernya akan terhindar dari bahanbahan organik yang bisa menurunkan kualitas
air tanah. Namun jika muka air tanahnya dangkal serta tanahnya berpori, gasgas terlarut,
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 27/38
11/7/2016 Blognya Lorens
nitrat, sulfat, senyawa organik yang terlarut dan garam yang terlarut dapat masuk ke dalam
sistem air tanah.
Selain itu, sistem pembuangan limbah padat domestik dan industri yang apabila tidak
dikelola dengan baik dapat juga masuk kedalam sistem air tanah, dimana bahan kimia dan gas
gas hasil pembusukan dengan konsentrasi tinggi akan hanyut masuk melalui poripori tanah
dan akan sampai kedalam lajur freatik sehingga dapat menurunkan kualitas dan mutu air tanah
(tercemar). Air tanah di kawasan pertanian juga sangat rawan tercemar apabila sisa pestisida
(residu) masuk melalui poripori tanah dan meresap sampai ke dalam lajur freatik.
Bukan hanya itu, ketika berperkolasi air tanah juga melarutkan mineral yang terkandung
dalam lapisan tanah dan batuan, sehingga kadar mineral dalam air tanah menjadi tinggi.
Batuan yang mudah terlarut dapat menambahkan mineral terlarut secara mencolok, khususnya
kalsium bikarbonat ( Ca(HCO3)2 ), magnesium bikarbonat ( Mg(HCO3)2 ), kalsium sulfat
(CaSO4), magnesium sulfat (MgSO4). Mineralmineral ini sesungguhnya tidak berbahaya bagi
kesehatan, asalkan tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti yang tertera
dalam Permenkes Nomor 416 Tahun 1990 tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum.
(*)
Sumber Pustaka :
Linsley JR. RK., et. all., 1982, Hidrologi untuk Insinyur, McGrawHill, Inc./ Ir. Yandy Hermawan (alih
bahasa)/Penerbit Aerlangga, 1996
Bahan ajar kesehatan lingkungan dan demografi
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Minggu, Oktober 20, 2013 Tidak ada komentar:
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 28/38
11/7/2016 Blognya Lorens
Jenis‐jenis Akuifer
Seperti yang telah kalian ketahui di pembahasan sebelumnya mengenai pergerakan air
tanah, bahwa formasi geologis yang mengandung air dan memindahkannya dari satu titik ke
titik lain dalam jumlah yang mencukupi untuk pengembangan ekonomi (kuantitasnya
mencukupi) disebut dengan lapisan pembawa air atau akuifer. Formasi ini bersifat permeable,
baik yang terkonsolidasi (lempung, misalnya) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan
kondisi jenuh air dan mempunyai satuan besaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat
membawa air.
Nah, kali ini kita akan melihat atau mempelajari jenisjenis akuifer. Pengertian dari
masingmasing jenis akuifer tertera sebagai berikut :
a Akuifer tertekan/terbatas (confined aquifer) adalah akuifer yang jenuh air yang dibatasi
oleh lapisan atas dan bawahnya merupakan akuiklud (kedap air) dan tekanan airnya lebih
besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no
flux).
b Akuifer semi tertekan (semi confined/leaky akuifer) adalah akuifer yang jenuh air yang
dibatasi oleh lapisan yang berupa aquitard (semi kedap air) dan lapisan bawahnya
merupakan akuiklud. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat aquitard
masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut (influx), walaupun hidraulik
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 29/38
11/7/2016 Blognya Lorens
c Akuifer semi tertekan (semi confined/leaky akuifer) adalah akuifer yang jenuh air yang
dibatasi oleh lapisan yang berupa aquitard (semi kedap air) dan lapisan bawahnya
merupakan akuiklud. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat aquitard
masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut (influx) walaupun hidraulik konduktivitasnya
jauh lebih kecil dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada akuifer
lebih besar dari tekanan atmosfir.
d Akuifer tak tertekan (unconfined aquifer) adalah akuifer jenuh air (saturated). Lapisan
pembatas di bagian bawahnya merupakan akuiklud. Pada bagian atasnya ada lapisan
pembatas yang mempunyai konduktivitas hidraulik lebih kecil dari pada konduktivitas
hidraulik dari akuifer. Akuifer ini juga mempunyai muka air tanah yang terletak pada lapisan
pembatas tersebut.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 30/38
11/7/2016 Blognya Lorens
e Akuifer arteis (artesian aquifer) adalah confined aquifer di mana ketinggian hidrauliknya
(potentiometric surface) lebih tinggi dari muka tanah. Oleh karena itu, apabila pada ukuifer
ini dilakukan pengeboran maka akan timbul pancaran air (spring), karena air yang keluar
dari pengeboran ini berusaha mencapai ketinggian hidraulik tersebut.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 31/38
11/7/2016 Blognya Lorens
So, pembahasan kita kali ini mengenai jenisjenis akuifer kirakira demikian. Nanti kita
akan bahas topik menarik lainnya di waktu dan kesempatan yang akan datang (*)
Sumber Pustaka :
Kondoatie RJ & Sjarief Roestam.,2008, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Penerbit ANDI, Yogyakarta
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Minggu, Oktober 20, 2013 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 32/38
11/7/2016 Blognya Lorens
persamaan kontinuitas, momentum, bernoulli, persamaan energi (euler), dan juga hubungan
antara persamaan energi dan hukum termodinamika dan kali ini kita akan lanjut membahas
kehilangan energi dan tinggi tekan.
Seperti yang kalian telah ketahui, viskositas adalah sifat fluida yang menyebapkan
tegangan geser di dalam fluida yang bergerak. Viskositas juga merupakan situasi dimana
Suatu zat cair yang mengalir dalam suatu bidang batas seperti melalui pipa akan
mengalami tegangan geser dan kemiringan kecepatan (gradien kecepatan) pada seluruh
medan aliran akibat kekekantalan. Tegangan geser tersebut akan mengakibatkan kehilangan
energi selama pengaliran. Kehilangan energi ini disebut dengan kehilangan energi primer yang
Bagaimana bisa kita mengetahui satu titik dengan titik lainnya (pipa) terjadi kehilangan
energi dan tekanan, caranya yakni dibantu dengan garis khayal HGL (hydraulic grade line) dan
EGL (energy grade line). Garis kemiringan hidraulik (garis kemiringan tekanan) atau HGL
adalah garis yang menunjukan tinggi tekanan (pressure head) sepanjang pipa. Di dalam pipa
dengan penampang seragam, tinggi kecepatan adalah konstan dan garis kemiringan enersi
adalah sejajar dengan garis kemiringan tekanan (EGL // HGL). Sedangkan garis gradien
energi (EGL) adalah garis yang menghubungkan sederetan titiktitik yang menggambarkan
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 33/38
11/7/2016 Blognya Lorens
energi tersedia untuk tiap titik sepanjang pipa sebagai ordinat, yang digambar terhadap jarak
Dalam
aliran
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 34/38
11/7/2016 Blognya Lorens
takmampumampat stedi (ajeg) di dalam pipa, ketakmampubalikan dinyatakan dalam kerugian tinggitekan
atau jatuh (droop) pada garis gradien hidrolik. Kerugian atau ketakmampubalikan menyebapkan garis ini
menurun dalam arah aliran. Untuk perhitungan aliran dalam pipa umumnya dipakai persamaan Darcy
Weisbach ;
hf ialah kerugian tinggitekan, atau jatuh garis gradien hidrolik, dalam panjang pipa L, yang
mempunyai garis tengah dalam D dan kecepatan ratarata V, sedangkan f merupakan faktor gesekan
(tanpa dimensi).
mendadak tersebut adalah dari pipa ke reservoar, D1/D2 = 0 dan kerugiannya menjadi V21,
dimana seluruh energi kinetik dalam aliran diubah menjadi energi panas. Kerugian tinggi tekan
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 35/38
11/7/2016 Blognya Lorens
Cc itu merupakan koefisien penyempitan, untuk air telah ditentukan oleh Weisbach.
Untuk kerugian tinggi tekan dalam pipa dapat disimpulkan sebagai berikut :
1 Kerugian tinggitekan berbanding lurus dengan panjang pipa.
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 36/38
11/7/2016 Blognya Lorens
dalam.
Well, pembahasan kita tentang kehilangan energi dan tinggi tekan kirakira seperti itu.
Pembahasan kita kali ini merupakan pokok bahasan terakhir tentang persamaanpersamaan dasar dalam
fluida bergerak. Persamaanpersamaan dasar yang dibahas dalam blog ini hanya secara garis besar
mengingat ruang di blog yang terbatas. Selanjutnya, kalian bisa cari dan baca bukubuku yang terkait
dengan pokok bahasan kita seperti mekanika fluida, hidraulika, drainase ataupun bukubuku yang terkait
dengan sumber daya air supaya bisa lebih paham (*)
SUMBER PUSTAKA
1. Streeter L.V dan Wylie E.B., Mekanika Fluida Jilid I & II, McGrawHill,Inc.,1985.
2. Buku Ajar Hidraulika
Diposkan oleh Lorens Rinto Kambuaya di Minggu, Oktober 06, 2013 Tidak ada komentar:
Rekomendasikan ini di Google
Label: LINGKUNGAN
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 37/38
11/7/2016 Blognya Lorens
http://lorenskambuaya.blogspot.co.id/search?updatedmin=20130101T00:00:00%2B09:00&updatedmax=20140101T00:00:00%2B09:00&maxresults=22 38/38