Anda di halaman 1dari 14

Dx.

Medis/Kasus : BBLR Prodi Profesi Ners


Stikes Bhakti Al-Qodiri

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)


1. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir (Kosim, 2012).
2. Etiologi
a. Faktor Ibu
1. Penyakit : Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya :
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan
nefritis akut.
2. Usia ibu : Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia
antara 26 – 35 tahun.
3. Keadaan sosial ekonomi : Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang
kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
perkawinan yang sah.
4. Sebab lain :
a) ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
b) faktor janin yang meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik, gawat
janin, dan kehamilan kembar.
c) faktor plasenta: hidramnion, plasenta previa, solution plasenta, sindrom tranfusi
bayi kembar, ketuban pecah dini.
d) faktor lingkungan: tempat tinggal, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
3. Patofisiologi
Menurut Maryanti et al. (2012:169) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari faktor
janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan koromosom.
Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi
air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebelum kehamilan 28 minggu,

1
sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR.
Pada kehamilan ganda berat badan kedua janin pada kehamilan tidak sama, dapat berbeda
50-1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin
tidak sama. Pada kehamilan kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga
melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan prematur (Amirudin & Hasmi,
2014 : 110-111). Menurut Saifuddin dalam Amirudin & Hasmi (2013 : 111-112) kelainan
kongenital atau cacat bawaan merupakan kelaianan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang lahir dengan kelainan
kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil.
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi berat badan
dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah- pecah dan terkelupas
serta tidak adanya jaringan subkutan (Mitayani, 2013 :176). Karena suplai lemak subkutan
terbatas dan area permukaan kulit yang besar dengan berat badan menyebabkan bayi
mudah menghantarkan panas pada lingkungan (Sondakh, 2013 : 152). Sehingga bayi
dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia
(Maryanti, 2012 : 171). Selain itu tipisnya lemak subkutan menyebabkan struktur kulit
belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit yang akan memudahkan terjadinya kerusakan
integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama
(Pantiawati, 2010 : 28).
Pada bayi prematuritas juga mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna (Maryanti, 2012 : 172).
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan belum sempurnanya
pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat
menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan
kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps
setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative
intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat. Hal tersebut
menyebakan ketidakefektifan pola nafas (Pantiawati,2010 : 24-25).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang (Maryanti et al., 2012 : 171). Selain itu jaringan lemak
subkutan yang tipis menyebabkan cadangan energi berkurang yang menyebabkan
malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat fungsi organ-organ belum baik terutama pada otak
dapat menyebabkan imaturitas pada sentrum-sentrum vital yang menyebabkan reflek

2
menelan belum sempurna dan reflek menghisap lemah. Hal ini menyebabkan
diskontinuitas pemberian ASI (Nurarif & Kusuma, 2015 54-55).

4. Pathway
Faktor ibu Faktor Janin Faktor Placenta
- Penyakit genetik - Kehamilan ganda - Plasenta previa
- Usia - Hidramnion - Sindrom
- Ekonnomi - Kelainan kromosom
- Trauma fisik
Dismaturitas
Prematur BBLR

Alat tubuh belum berfungsi

Vaskuler paru BBLR < 2500 gr Imatur fungsi Refleks isap


imatur termoregulasi & menelan
Imanur imunitas lemak subkutan menurun
Pernapasan imatur tipis
Bayi belum bisa Asupan asi
Membran hialin membentuk imun suhu tubuh dibawah menurun
Yang belum normal
Sempurna Kurangnya daya
Defisit
tahan tubuh Hipotermi Nutrisi
Peningkatan frekuensi
Pernapasan retaksi
Risiko
Dinding dada Infeksi

Pola Nafas
Tidak Efektif

3
5. Manifestasi Klinis
Menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya lemah :
a. Fisik
1. Bayi kecil
2. Pergrakan kurang dan masih lemah
3. Kepala lebih besar dari pada badan
4. Berat badan < 2500 gram
b. Kulit dan kelamin
1. Kulit tipis dan transparan
2. Lanugo banyak
3. Rambut halus dan tipis
4. Genitalia belum sempurna
c. Sistem syaraf
1. Refleks moro
2. Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
d. Sistem muskuloskeletal
1. Axifikasi tengkorak sedikit
2. Ubun-ubun dan satura lebar
3. Tulang rawan elastis kurang
4. Otot-otot masih hipotonik
5. Tungkai abduksi
6. Sendi lutut dan kaki fleksi
7. Kepala menghadap satu jurusan
e. Sistem pernafasan
1. Pernafasan belum teratur sering apnoe
2. Frekuensi nafas bervariasi
6. Klasifikasi
Bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang
Bulan – Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK). Makin rendah masa gestasi dan makin
kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Melalui
pengelolaan yang optimal dan dengan cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat

4
yang canggih, beberapa sangguan yang berhubungan dengan prematuritas dan dapat
diobati, sehingga ejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari dapat dicegah atau
dikurangi. Bayi prematuritas murni digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu. Bayi dengan masa
gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara yang belum atau
sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat
hidup dengan perawatan yang sangat intensif.
2. Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately premature) : 31-36 minggu.
Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari pada golongan
pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di kemudian hari juga lebih ringan, asal
saja pengelolaan terhadap bayi ini benar-benar intensif.
3. Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat
prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi
matur, akan tetapi sering timbul problematika seperti yang dialami bayi prematur,
misalnya sindrom gangguan pernapasan, hiperbilirunemia, daya hisap yang lemah
dan sebagainya, sehingga bayi harus diawasi dengan seksama.
b. Dismaturitas. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur
ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK)
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK), Neonatus Lebih
BulanKecil Masa Kehamilan (NLB- KMK).
7. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penatalaksanaan prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di
luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan
dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat
besi
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR Bayi prematuritas dengan cepat
akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan
panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan
badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator
maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi

5
dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada
bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas, sehingga panan badannya dapat dipertahankan.
2. Makanan bayi prematur Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna,
lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan
makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila
faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan
cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai
sekitar 200 cc/kg BB/ hari.
3. Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan
anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR).
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
b. Penatalaksanaan dismaturitas (KMK)
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan
gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi.
2. Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau laboratorium
kalau hipoglikemia perlu diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila frekwensi lebih dari 60
x/ menit dibuat foto thorax.

6
9. Komplikasi
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Apnea of Prematurity
10. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
- Gangguan perkembangan
- Gangguan pertumbuhan
- Gangguan penglihatan (Retinopati)
- Gangguan pendengaran
- Penyakit paru kronis
- Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
- Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
10. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik
a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3,
hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).
b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal ).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan ).
d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-
50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
g. Pemeriksaan Analisa gas darah.

7
10. Pengkajian
A. Pengkajian
1. Identitas klien : nama, no MR. umur, alamat, penaggungjawab, tanggal masuk
rumah sakit.
2. Riwayat kesehatan:
 Riwayat kesehatan sekarang : berat badan bayi kurang dan 2500 gram, rambut tipis
clan hams, penampilan rapuh, kulit merah sampai merah muda dengan vena dapat
dilihat, rambut tipis dan halus, lanugo pada punggung dan wajah, sedikit atau tidak
ada bukti lemak subkutan, kepala lebih besar dan tubuh, kartilago telingan
berkembang buruk, sedikit keriput hams pada telapak tangan dan kaki. Pada wanita
klitoris menonjol, pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung, dan
testis tidak menurun.
 Riwayat kesehatan dahulu : pada ibu didapat kekurangan nutrisi, kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alcohol atau narkoba, karena adanya penyakit kronis atau
akut, dan atau gangguan proses persalinan.
 Riwayat kesehatan keluarga : kemungkinan tidak banyak ditemukan penyakit
keturunan dan keluarga yang membahayakan.
3. Pemeriksaan fisik bayi:
 Pengukuran umum:
Lingkar kepala < persentil ke-1 0 atau > persentil ke-90.
Berat badan lahir < persentil ke-lO atau > persentil ke-90.
 Tanda-tanda vital:
Suhu: Flipotermia, Hipertermia
Frekuensi : bradikardia-frekuensi istirahat dibawah 80 sampai 100
Denyut l menit, takikardi-frekuensi kira-kira 160 sampai 180 denyut/ menit, irama
tidak teratur.
Pernafasan : takipnea-frekuensi dibawah 60 kali.menit, apnea >15-20 detik
TD : tekanan sistolik pada manset 6 sampai 9 mmHg kurang dan tekanan
diekstremitas atas
 Kulit:
Ikterik berlanjut khususnya pada 24 jam pertama, kulit memucat, sianosis
umum, pucat, keabu-abuan, turgor kulit buruk, ruam, pustule/lepuli, bereak
coklat terang.

8
 Kepala:
Sutura menyatu, pelebaran sutura dan fontanel,.
 Mata:
Warna merah muda dan iris, rabas purulen, tidak ada reflek merah, pupil dilatasi ,
tidak ada reflek pupil atau komea, ketidak mampuan mengikuti objek atau cahaya
terang kegaris tengali, sclera biru dan kuning, katarak congenital.
 Telinga:
Penempatan telinga terlalu rendah, tidak adanya reflek kejut (moro) sebagai respon
terhadap bunyi keras, abnormalitas pinna minor dapat menjadi tanda dan berbagai
sindrom.
 Hidung:
Kanal tidak paten, rabas nasal kental dan berdarah, pelebaran cuping hidung,
sekresi nasal berlebihan atan tersumbat, tidak ada sputum, batang hidung datar.
 Mulut dan tenggorokan:
Bibir sumbing, palatutum terbelah, lidah besar;menjulur;atau kesalahan posisi
posterior dan lidah, saliva berlebihan atau meneteskan air hun, ketidak mampuan
untuk menelan selang nasogastnik, dagu kecil dan tertarik kebelakang.
 Leher:
Lipatan kulit yang berlebihan atau berselaput, tahanan terhadap fleksi, tidak adanya
leher tonik.
 Dada
Depresi sternum, retraksi dada dan ruang interkontal selama pernafasan,
kemerahan dank eras dsekitar putting, putting berjarak jauh.
 Paru-paru:
Dada naik sementara abdomen turun, menetap mengi, penurunan bunyi nafas,
takipnea.
 Jantung:
Mumur, sianosis menetap.
 Abdomen:
Distensi abdomen, penonjolan setempat, distensi vena, bising usus tidak ada,
abdomen cekung, tali umbilicus hijau.
 Genitalia:
Wanita: pembesaran klitoris dengan meatus uretra pada bagian ujung, labia
menyatu, tidak berkemih dalam 24 jam, massa pada labia.

9
Pria : hipospadia, epispadia, testis tidak dapat diraba dalam skrotum, tidak ada
urinasi dalam 24 jam, massa dalam skrotum.
4. Pengkajian Bayi
 Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.
 Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelali kelahiran cesaria atau
persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron
dan dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan,
mengorok, pernafasan cuping hidung.
 Makanan cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram: kurang dan 2500 gr menunjukkan kecil untuk
usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus
diberi infus, Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR
belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 - 150m1/kg BB/hari.
 Berat badan Kurang dati 2500 gram
 Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan
 Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering
11. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d imaturitas neurologis d.d pola napas abnormal, dyspnea,
penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Hipotermia b.d kekurangan lemak subkutan d.d kulit teraba dingin, kutis memorata,
suhu tubuh dibawah nilai normal.
3. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan d.d otot menelan lemah,
membrane mukosa pucat, berat badan menurun
4. Risiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.

10
12. Intervensi Keperawatan dan Rasional
No. LUARAN INTERVENSI
1. DX : Pola napas tidak efektif Manajemen Jalan Napas
Observasi :
Setelah dilakukan intervensi
- Monitor Pola Nafas(Frekuensi,kedalaman
keperawatan selama 3 x 24 jam, usaha nafas)
- Monitor bunyi nafas
maka pola nafas membaik.
(mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
KH : kering)
- Monitor sputum (jumlah,warna ,aroma)
- Frekuensi napas membaik
Terapeutik:
- Kedalaman napas membaik - Pertahankan Kepatenan Jalan Nafas
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Dispnea menurun
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
pengisapan endrotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,jika
tidak ada kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran,mukolitik jika perlu
2. DX : Hipotermia Manajemen Hipotermia
Observasi
Setelah dilakukan intervensi
- Monitor suhu tubuh
keperawatan selama 3 x 24 jam, - Identifikasi penyebab hipotermi
(mis.terpapar suhu lingkungan
maka termoregulasi membaik.
rendah,pakaian tipis,kekurangan lemak
KH : subkutan)
- Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi.
- Suhu tubuh membaik
Terapeutik
- Suhu kulit membaik - Sediakan lingkungan yang hangat(mis.atur
suhu ruangan,inkubator)
- Tekanan darah membaik
- Ganti pakaian dan/atau linen yang basah
- Lakukan penghangatan pasif (mis.selimut
menutup kepala,pakaian tebal)
- Lakukan penghangatan aktif
eksternal(mis.kompres air hangat,botol
hangat,selimut hangat,perawatan metode
kangguru)
- Lakukan penghangatan aktif internal(mis
infus hangat,oksigen hangat,lavaase
peritoneal dengan cairan hangat)
11
Edukasi
- Anjurkan makan /minuman hangat
3. DX : Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi
Observasi :
Setelah dilakukan intervensi
- Identifikasi status nutrisi
keperawatan selama 3 x 24 jam, - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
maka status nutrisi membaik.
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
KH : nutrient
- Monitor asupan makanan
- Porsi makan yang dihabiskan
- Monitor berat badan
membaik - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Teraupetik :
- BB membaik
- Lakukan orah hygine sebelum makan
- Indeks Masa Tubuh membaik - Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
- Fasilitasi pedoman diet
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pembeian medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.

12
4. DX : Risiko Infeksi Pencegahan Infeksi
Observasi
Setelah dilakukan intervensi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
keperawatan selama 3 x 24 jam, sistemik
Terapeutik
maka tingkat infeksi menurun
- Batasi jumlah pengunjung
KH : - Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
- Demam menurun
dengan pasien dan lingkungan pasien
- Kemerahan menurun - Pertahankan teknik aseptik pada pasien
beresiko tinggi
- Nyeri menurun
Edukasi
- Bengkak - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi,jika
perlu .

13
DAFTAR PUSTAKA

Proverawati, A.,Ismawati, C. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

14

Anda mungkin juga menyukai