5974 16884 1 PB
5974 16884 1 PB
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) kebutuhan materi ajar membaca
bagi siswa BIPA (Bahasa Indonesia Penutur Asing) tingkat A1 dengan pendekatan deduktif
di Sekolah Dasar D’Royal Moroco Integrative Islamic School, dan 2) kondisi materi ajar
membaca yang selama ini digunakan di sekolah tersebut. Metode penelitian yang digunakan
merupakan tahapan eksplorasi dari penelitian pengembangan. Berdasarkan hasil observasi,
analisis dokumen, wawancara, dan tes dapat dijabarkan bahwa sekolah tersebut belum
memiliki silabus dan materi ajar khusus bagi para siswa BIPA. Sedangkan di sekolah
tersebut memiliki cukup banyak siswa BIPA. Hal ini menjadikan pentingnya pengembangan
materi ajar membaca BIPA tingkat A1 untuk segera dilakukan. Dalam pendekatan deduktif,
materi ajar yang dikembangkan, harus memiliki urutan penyajian sebagai berikut: 1) kaidah
pada bagian awal, 2) diikuti contoh-contoh relevan, dan 3) latihan yang memadai. Dalam
kaitannya dengan penggunaan materi bagi siswa SD yang masih tergolong anak-anak, maka
materi ajar yang dikembangkan juga harus memuat ilustrasi yang menarik.
Kata Kunci: Analisis kebutuhan, materi ajar, membaca, BIPA A1, deduktif
Abstract: This study aims to describe: 1) the need of reading material for BIPA (Indonesian
Language for Foreign Speakers) students at A1 level using deductive approach in D'Royal
Moroco Integrative Islamic Elementary School, and 2) the condition of reading material that
has been used in the school. This research was the exploration stage of research and
development method. Based on the observations, documents analysis, interviews and tests
result, can be elaborated that the school did not have any syllabus and specific teaching
materials for BIPA. While the school had quite a lot of BIPA students. This situasion needs
immediate action of developing reading teaching material for BIPA at A1 level. By
following the deductive approach, the teaching material should have: 1) begins with the
concept introduction, 2) followed by relevant examples, and 3) contains of adequate practice.
It is also should containing relevant and interesting illustrations.
©2018 –Pembelajar Universitas Negeri Makassar. Ini adalah artikel dengan akses terbuka
dibawah licenci CC BY-NC-4.0 (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ ).
bahasa Indonesia. Perbedaannya, terletak pada segala deskripsi sistematis dari teknik-teknik dan
status wajib atau pilihan yang dipengaruhi oleh latihan-latihan yang akan digunakan dalam
kewarganegaraan siswa yang bersekolah di kegiatan pemelajaran yang mencakup rencana
sekolah tersebut. Siswa berkewarganegaraan pengajaran, namun dapat diakomodasi dalam
Indonesia wajib mengikuti bidang studi Bahasa bentuk buku, paket alat bantu audiovisual,
Indonesia sedangkan siswa asing dapat memilih permainan, atau kegiatan lainnya yang terjadi di
untuk mengikuti atau pun tidak mengikuti. dalam kelas (Brown, 1995).
Sebagai penutur asing yang mempelajari Perbedaan pengetahuan konsep bahasa
bahasa Indonesia di Indonesia, seharusnya siswa antara penutur asli bahasa Indonesia dan penutur
asing mendapatkan kelebihan berdasarkan asing membuat standar kompetensi yang harus
pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran dicapai keduanya juga menjadi berbeda.
bahasa asing yang ideal terjadi apabila proses Pemerintah telah menetapkan standar kompetensi
belajar bahasa itu dilakukan dalam suatu lulusan untuk pengajaran Bahasa Indonesia bagi
budaya, negara, atau tempat bahasa itu penutur asing dalam Permendikbud Nomor 27
digunakan. Kontak langsung dengan tahun 2017. Peraturan tersebut membagi level
masyarakat penutur bahasa asli serta hal-hal kompetensi dalam 7 tingkat. Adapun Bagi siswa
yang berkaitan dengan bahasa tersebut akan SD dapat mengikuti BIPA tingkat 1 sampai
membuat bahasa tersebut mudah dipahami dengan tingkat 2. Untuk tingkat 1 ini sama
(Rivai, 2010). Inilah faktor pendukung yang dengan tingkat A1 dalam CEFR (Common
penting dalam keberhasilan belajar suatu European Framework of Reference for
bahasa. Language). CEFR sendiri menjadi salah satu
Berdasarkan pendapat tersebut, seharusnya acuan standardisasi Permendikbud yang
siswa BIPA di SD D’Royal Moroco Integrative dimaksud. Acuan lainnya yaitu UKBI (Uji
Islamic School mendapatkan keuntungan Kemahiran Bahasa Indonesia).
sebagaimana dipaparkan Rivai. Akan tetapi, Dalam setiap tingkatan BIPA, diajarkan
faktanya tidak sesederhana anggapan tersebut. empat keterampilan berbahasa. Empat
Masalah muncul ketika siswa BIPA di SD keterampilan tersebut memiliki proses yang
saling terkait dan berurutan mulai dari
D’Royal Moroco Integrative Islamic School menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
keadaannya sangat dinamis. Tidak semua siswa Dalam kaitannya dengan keterampilan membaca,
BIPA berada di kelas rendah seperti kelas 1 atau keterampilan membaca merupakan salah satu
kelas 2. Mereka tersebar di semua kelas karena keterampilan yang sangat penting untuk
tahun masuk para siswa BIPA ke sekolah tersebut dikembangkan karena membaca merupakan
tidak selalu sama. Terkait erat dengan masa kunci gudang ilmu (Tarigan, 1986). Posisi
kedatangan mereka ke Indonesia. Masalah keterampilan membaca ini menduduki posisi
vital dalam keberhasilan suatu pencapaian hasil
lainnya yaitu, siswa BIPA mendapatkan belajar sehingga perlu mendapat perhatian
pengajaran Bahasa Indonesia dengan standar khusus (Sudiana, 2007).
yang sama dengan siswa non-BIPA. Mereka Siswa BIPA kelas paling rendah disebut
ditempatkan dalam kelas yang sama dengan dengan tingkat A1. Siswa pada tingkat ini
kurikulum, materi ajar, sumber belajar, dan memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang
proses evaluasi yang sama saat proses pengajaran masih pada tingkat nol. Oleh karena itu, perlu
bahasa Indonesia berlangsung. dirancang pembelajaran membaca secara khusus.
Siswa BIPA dan non-BIPA tentu saja Membaca merupakan keterampilan yang harus
memiliki karakteristik yang berbeda dalam dikuasai pertama sebelum mempelajari
mempelajari bahasa Indonesia. Siswa non-BIPA keterampilan aktif produktif. Selain itu, posisi
umumnya telah mengetahui konsep bahasa membaca sebagai tahap permulaan sangat vital
Indonesia sedangkan siswa BIPA yang dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa
merupakan penutur bahasa asing hanya kedua pada tahap awal.
mengetahui konsep-konsep bahasa ibunya. Dalam kaitannya dengan pembelajaran
Dengan demikian, jika terdapat perbedaan bahasa kedua, terdapat tantangan tersendiri
konsep antara bahasa ibunya dan bahasa dalam penggunaan bahasa target sebagai bahasa
Indonesia yang sedang dipelajarinya, maka pengantar sehingga sedikit atau banyak guru
diperlukan suatu materi ajar yang tepat untuk masih memerlukan bantuan dari bahasa pertama
membantu mereka agar terampil berbahasa siswa untuk dapat menyampaikan materi ajar.
Indonesia. Materi ajar, didefinisikan sebagai Dalam pendekatan deduktif, penggunan bahasa
86
Siti Ayu Ningsih, Yumna Rasyid, Liliana Muliastuti. Analisis Kebutuhan Materi
target masih harus dibatasi karena agak sulit serta alasan siswa mengikuti program
menggunakan bahasa target sehinggga masih pembelajaran perlu diketahui (Richards, 2005).
perlu dibantu dengan bahasa asli siswa, serta Analisis kebutuhan juga merupakan hal
adanya ketidakteraturan dalam berlatih krusial dalam pengembangan materi ajar karena
menerjemahkan kalimat dari bahasa target ke jika analisis terhadap guru, siswa, orang tua
bahasa ibu siswa (Hmedan & Nafi, 2016). siswa, dan pihak administratif sekolah gagal
Dengan berlandaskan pada pendapat dilakukan, produksi materi ajar yang tepat tidak
tersebut, maka jelaslah meski dalam konteks akan pernah terlaksana. Pihak yang terlibat
pengajaran BIPA di mana bahasa Indonesia utamanya ialah guru dan siswa. Sebenarnya,
menjadi bahasa target, penggunannya tidak dapat sangat memungkinkan bagi guru untuk
diberikan secara bertubi dan tiba-tiba dalam melakukan analisis kebutuhan di setiap kegiatan
jumlah yang signifikan karena dapat memberikan pembelajaran, baik secara langsung maupun
efek kejut pada siswa. tidak (Darici, 2000). Diperjelas lagi oleh Darici
Mengingat siswa SD masuk dalam kategori dengan mengutip Nation dan Macalister bahwa
anak-anak (Riley, 2006) maka penguasaan pihak-pihak utama yang terlibat yaitu tiga pihak,
bahasa kedua anak-anak berproses jauh lebih siswa, guru, dan pihak manajemen sekolah.
mudah melalui peniruan. Dengan demikian, Adapun dimensi-dimensi yang digali seputar
pendekatan deduktif dapat menjawab tantangan- kebutuhan personal, kebutuhan profesional, dan
tantangan tersebut. Maka analisis kebutuhan kebutuhan institusi. Berdasarkan paparan
yang dilakukan ini dispesifikkan pada analisis masalah tersebut, maka perlu dilakukan sebuah
kebutuhan materi ajar membaca BIPA A1 dengan penelitian yang berkaitan dengan analisis
pendekatan deduktif. kebutuhan terhadap materi ajar membaca bagi
Pendekatan deduktif merupakan proses siswa BIPA A1 di D’Royal Moroco Integrative
penalaran yang bermula dari keadaan umum ke Islamic School.
khusus. Sebagai pendekatan pengajaran, bermula
dari menyajikan aturan, prinsip umum yang 2 METODE
disertai contoh-contoh khusus atau penerapan
aturan. Lebih lanjut, dipaparkan langkah-langkah Penelitian ini merupakan tahapan eksplorasi
dalam menuangkan pendekatan deduktif ke dari penelitian pengembangan Borg dan Gall
dalam materi ajar dapat menempuh langkah- (1983). Tahapan eksplorasi ini dibagi menjadi
tiga tahapan utama, yaitu: pertama, menggali
langkah berikut: 1) memilih konsep, prinsip, teori yang berkaitan dengan BIPA, pengajaran
aturan yang akan disajikan, 2) menyajikan keterampilan membaca, materi ajar, dan
konsep, prinsip, dan aturan yang bersifat umum pendekatan deduktif. Kedua, melakukan
lengkap dengan definisinya, 3) menyajikan pengambilan data berupa analisis kebutuhan
contoh-contoh khusus yang sesuai dengan yang mengacu pada analisis kebutuhan Darici.
konsep yang telah dipaparkan, dan 4) menyajikan Analisis kebutuhan dilakukan terhadap seluruh
pengajar bahasa Indonesia, seluruh siswa BIPA
bukti-bukti yang menunjang (Sagala, 2008). tingkat A1, dan pihak sekolah terkait pengajaran
Analisis kebutuhan merupakan merupakan membaca bagi siswa BIPA di sekolah tersebut.
kegiatan mengidentifikasi unsur-unsur Pengambilan data dilakukan di SD D’Royal
kebahasaan yang dibutuhkan siswa saat siswa Moroco Integrative Islamic School dengan cara
diharuskan untuk memahami dan menggunakan observasi untuk tahapan pendahuluan, analisis
bahasa target (Brown, 1995). Yang dimaksud dokumen untuk mengetahui kondisi materi ajar
bahasa target yaitu bahasa yang sedang dipelajari yang digunakan selama ini, wawancara untuk
menganalisis kebutuhan guru dan institusi.
siswa yang bukan merupakan bahasa ibunya. Khusus untuk siswa, digunakan sistem tes untuk
Analisis kebutuhan ini menjadi penting karena mengetahui kebutuhan siswa BIPA di sekolah
merupakan salah satu asumsi dasar dari tersebut. Ketiga, membuat kesimpulan mengenai
pengembangan kurikulum. Analisis kebutuhan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan untuk
adalah prosedur yang digunakan untuk dijadikan pijakan dalam mengembangkan silabus
mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan dan materi ajar.
siswa. Dalam hal ini, tujuan yang ingin dicapai
selama proses pembelajaran, kemampuan siswa,
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Kebutuhan Pengajar
87
Pembelajar: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran. 2 (2) Oktober 2018
dengan analisis kebutuhan siswa, tidak dilakukan mengharapkan arah pengajaran bahasa Indonesia
teknik wawancara maupun angket untuk dapat sejalan dengan tuntutan Ujian Nasional.
mengetahui topik-topik apa saja yang diinginkan Meskipun cukup banyak siswa yang tidak mahir
siswa. Hal tersebut disebabkan oleh sangat berbahasa Indonesia, namun sebagian besar
terbatasnya penguasaan siswa BIPA tingkat A1 siswa di sekolah tersebut merupakan warga
terhadap bahasa Indonesia sehingga wawancara dan negara Indonesia yang pada akhirnya akan
angket tidak mungkin dilakukan. Sebagai tindak mengikuti Ujian Nasional ataupun kejar paket A.
lanjut dari hasil tes, dilakukan wawancara terhadap Pihak sekolah juga mengharapkan agar para
pengajar untuk menggali lebih dalam mengenai siswa dapat meraih hasil Ujian Nasional yang
kesulitan siswa BIPA dalam mempelajari bahasa memadai, walau bagaimana pun Ujian Nasional
Indonesia di kelas. Dipaparkan oleh para pengajar tetap memiliki persentase nilai dalam kelulusan
bahwa kesulitan-kesulitan siswa antara lain meski tidak menentukan kelulusan secara penuh.
terdapat pada pelafalan, penguasaan kosakata, 2) Dari segman pasar, yang diunggulkan sekolah
dan kemampuan menyusun kalimat. tersebut terletak pada kurikulum Singapura untuk
Berkaitan dengan pelafalan, masalah yang bidang studi selain bahasa Indonesia, serta
ditemukan berupa kesulitan siswa dalam pengajaran dan lingkungan sekolah juga
melafalkan gabungan huruf konsonan seperti ng, menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, dengan
ny, kh dan sebagainya dengan demikian dapat mengitegrasikan kurikulum keislaman yang
dikatakan bahwa masalah masih muncul pada terejawantahkan dalam bidang studi tahsin,
tataran fonologi. Selain itu, kesulitan juga masih tahfizh, pendidikan agama islam, dan bahasa
terdapat pada bagian ejaan. Masih banyak siswa Arab juga menjadi hal yang diunggulkan sekolah.
yang sulit melafalkan secara tepat kata-kata yang Segmen pasar untuk bahasa Indonesia
ingin mereka lihat maupun kata-kata yang dititikberatkan pada nilai Ujian Nasional yang
didiktekan oleh guru. Masalah lain yang juga diharapkan mampu bersaing dengan sekolah-
muncul ditemukan dalam aspek yang berbeda, sekolah nasional. 3) Bahasa Indonesia, tidak
yakni pada struktur bahasa dan penguasaan diwajibkan untuk dipelajari oleh siswa
kosakata. Siswa mengalami kesulitan saat harus berkewarganegaraan asing, namun di sekolah ini,
menyusun sebuah kalimat sederhana secara utuh. bahasa Indonesia diajarkan secara menyeluruh di
Hal-hal tersebut terkait erat dengan keterampilan tingkat SD. Kurikulum yang digunakan yaitu
membaca. Sehingga kebutuhan materi ajar KTSP untuk setiap jenjang. Hanya saja, untuk
membaca BIPA sangat mendesak untuk segera siswa berkewarganegaraan asing, tidak
diadakan. diwajibkan mengikuti Ujian Nasional, dan
selama ini siswa-siswa berkewarganegaraan
Tabel 2. Kondisi Siswa SD D’Royal Moroco asing di sekolah tersebut memang belum pernah
Jumlah ada yang mengikuti Ujian Nasional. 4)
Jumlah Jumlah Keterbatasan sumber daya pengajar dengan latar
siswa
siswa siswa non belakang keilmuan bahasa Indonesia dialami
Kelas BIPA
BIPA A1 BIPA sekolah ini. Sekolah ini hanya memiliki satu
tingkat pengajar dengan latar belakang Pendidikan
(%) (%)
lain (%) Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengajar tersebut
1 8,9 0 5,6 merupakan peneliti sendiri yang pada tahun
3,4 0 2,2 ajaran 2015-2016 ditempatkan untuk mengajar
2 bidang studi Bahasa Indonesia di jenjang SD
3 3,3 4,4 5,6 untuk kelas 3 sampai 6. Pada tahun ajaran 2016-
8,9 2017 ditempatkan kelas 4 sampai kelas 6.
4A 3,3 2,2 Adapun untuk tahun ajaran 2017-2018 pengajar
4B 4,4 2,2 7,7 tersebut ditempatkan di jenjang SD untuk kelas 5
11,2 dan 6.
5A 0 0 Berdasarkan hasil wawancara diketahui
5B 2,2 0 10 bahwa pihak sekolah setuju mengenai perlunya
penyusunan materi ajar membaca khusus BIPA
6 2,2 0 12,3 pemula.
27,7 8,8 63,5
3.4 Kondisi Materi Ajar yang Selama ini
3.3 Kebutuhan Pihak Sekolah Digunakan
Wawancara dilakukan terhadap wakil Berdasarkan analisis dokumen yang
kepala sekolah bagian kurikulum untuk tingkat dilakukan, ditemukan bahwa sekolah tersebut
SD. Dimensi yang ditanyakan dalam wawancara tidak memiliki silabus maupun materi ajar
mencakup dimensi kebutuhan institusi. diperoleh BIPA. Selama ini sekolah tersebut tidak
keterangan sebagai berikut: 1) Pihak sekolah menggunakan materi ajar khusus BIPA,
89
Pembelajar: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran. 2 (2) Oktober 2018
90
Siti Ayu Ningsih, Yumna Rasyid, Liliana Muliastuti. Analisis Kebutuhan Materi
melakukan penelitian di sekolah tersebut, dan tim Richards, Jack C., (2005). Curriculum
redaksi Jurnal Pembelajar atas saran dan Development in Language Teaching
masukan untuk perbaikan penulisan artikel ini. (hal. 51). New York: Cambridge
University Press.
6 DAFTAR RUJUKAN
Riley, Jeni., (2006). Language and Literacy 3-7:
Creative Approach to Teaching (hal.
Brown, James Dean., (1995). The Elements of 233). London: SAGE Publication
Language Curriculum: A Systematic
Approach to Program Development (hal. Rivai, et. al., (2010). Pemetaan Pengajaran
20, 139). Boston: Heinle&Heinle. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
(BIPA) di Asia. Retrived from
Darici, Alper., (2016). The Importance of Needs http://km.ristek.go.id/assets/files/125Pen
Analysis in Materials Development In didikan/BIPAdiAsia /BIPAdiAsia.pdf.
M. Azernoosh et al., Issues in Materials
Teaching (hal. 30). Rotterdam: Sense Sagala, Syaiful., (2008). Konsep dan Makna
Publishers. Pemelajaran (hal. 76). Bandung:
Alfabeta.
Hmedan, Heba Ali Amer & Nafi, Jamal Subhi
Ismail., (2016). The Effect of Using Sudiana, I Nyoman., (2007). Membaca (hal. 2).
Inductive and Deductive Methods on 7th Malang: UM Press.
Grade Students Achievement in
Grammar in Bethlehem District and their Tarigan, Henry Guntur., (1986). Teknik
Attitude toward EFL. International Pengajaran Keterampilan Berbahasa
Journal of Education and Social Science, (hal. 135). Bandung: Angkasa.
3(9), 38-53.
Gall, Meredith D., & Borg, Walter R., (1983).
Educational Research: An Introduction
(hal. 569). New York: Longman.
91