Oleh
Listiyanto Prabowo
NIM: 004200900124
2014
ABSTRAK
Kata Kunci : Efisiensi, Beban kerja, Tenaga kerja, Biaya produksi, Time study,
Lini pengepakan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Walls es krim merupakan salah satu industri makanan seperti dijelaskan di atas,
adalah salah satu industri yang tingkat permintaannya terus meningkat naik.
Karakteristik dari industri es krim ini adalah industri padat mesin atau kebanyakan
proses produksinya dilakukan oleh mesin. Namun walaupun demikian terdapat
beberapa proses di dalam industri ini yang harus dilakukan oleh manusia, dan
tidak dapat digantikan dengan mesin yaitu proses kerja pada lini pengepakan. Lini
pengepakan merupakan lini yang paling banyak membutuhkan peran manusia
pada keseluruhan prosesnya. Jumlah manusia yang banyak pada lini produksi
pengepakan dikarenakan belum dipakainya teknologi yang dapat menggantikan
peran manusia dalam proses kerjanya, selain itu juga manusia yang banyak
dibutuhkan untuk menyeimbangkan output dari mesin produksi pada lini produksi
tersebut. Sehingga setiap keluaran produk dari mesin bisa selesai dilakukan
pengepakan secara berkesinambungan.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam lini pengepakan ini adalah adanya
ketidakseimbangan kemampuan menghasilkan output antara mesin dan manusia.
1
Hal ini terlihat terutama dengan adanya penambahan mesin baru. Dengan mesin
baru biasanya akan berbeda mengenai karakteristik produk yang dihasilkan dan
kapasitas mesin itu sendiri. Lini pengepakan yang baru ini adalah produk
Populaire, dimana Speed outputnya adalah 80 spm (stroke per menit). Dengan
kapasitas dan lini pengepakan yang baru ini belum ada patokan pasti berapa
jumlah pekerja yang ideal untuk ditempatkan di lini pengepakan Populaire
tersebut. Untuk mengatasi hal seperti ini, di awal mulai produksi perusahaan
biasanya mengambil keputusan untuk memenuhi kapasitas mesin baru ini dengan
menempatkan jumlah pekerja sebanyak-banyaknya, tanpa memperhitungkan
berapa sebenarnya jumlah pekerja yang ideal di mesin tersebut. Hal yang sering
terjadi setelah pekerja mulai terbiasa untuk pekerjaan tersebut dan ketrampilan
pekerja juga semakin naik seiring pertambahan waktu, banyak terlihat waktu
menganggur atau idle dari pekerja pada saat proses produksi berlangsung.
2
Menentukan jumlah pekerja ideal untuk ditempatkan di lini pengepakan mesin
Populaire.
1.5 Asumsi
Speed mesin tidak berubah–ubah pada saat dilakukan pengukuran dilakukan.
Tidak ada defect produk, sampah akibat produksi yang kurang lancar.
Kondisi area kerja yang baik, dimana tidak ada breakdown dan mesin berjalan
normal.
Bab 1 Pendahuluan
Merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang pemilihan topik
penelitian dan penjelasan lainnya yang mendasari penelitian. Penjelasan
lainnya mengenai rumusan masalah, batasan masalah dalam penelitian ini
untuk mencapai tujuan yang dicapai dengan akurat, bagian terakhir dari bab
ini adalah membahas sistematika penulisan penelitian ini.
3
Bab 3 Metodologi Penelitian
Merupakan metodologi penelitian, di bab ini dijelaskan secara detail
sistematika penelitan dan penulisanya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(2-1)
Efisiensi adalah syarat produktifitas yang tinggi, bisa saja produk yang dihasilkan
mempunyai keluaran yang maksimal, tetapi itu belum tentu disertai dengan
efisiensi yang tinggi pula, oleh karena sangat diperlukan efisien tinggi dalam
setiap output yang dihasilkan yang bertujuan selain outputnya tercapai ongkos
yang dikelurkan juga efisien.
1
2.2 Definisi Produktifitas
Performa atau kinerja dari suatu sistem dapat diukur dengan berbagai ukuran.
Ukuran–ukuran performa tersebut antara lain produktifitas, efisiensi, dan utilisasi.
Produktifitas merupakan perbandingan atau rasio antara keluaran dan masukan.
Suatu sistem dikatakan produktif jika dapat menghasilkan output yang diinginkan
dan tepat sasaran dengan penggunaan input seoptimal mungkin. Dalam suatu
sistem kerja, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
produktifitas, antara lain:
Faktor teknis:
Yaitu faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas
sumber daya secara lebih baik dan efisien, penerapan metode kerja yang lebih
efektif dan efisien.
Faktor manusia
Yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha yang dilakukan
manusia di dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Produktifitas adalah perbandingan antara output dan input, dan hal ini juga bisa
diperhitungkan hasilnya. Efisiensi sebuah sistem bisa didapatkan dengan
membandingkan waktu kerja standar dengan waktu normal yang dibutuhkannya.
Produktifitas kerja (WignjosoebroTO,2000) dapat dihitung dengan formula
berikut:
Sedangkan untuk mengukur produktifitas kerja dari tenaga kerja manusia, maka
dapat digunakan formulasi berikut :
2
Dalam industri, produktifitas yang tinggi dihasilkan dengan cara semua aspek
yang berhubungan dengan proses tersebut bekerja maksimal. Untuk mendapatkan
produktifitas yang tinggi, petinggi perusahaan harus bisa mendorong semua
karyawanya untuk memberikan hasil yang maksimal dari setiap kegiatan yang
dilakukannya dalam bekerja.
Berikut faktor yang mempengaruhi usaha peningkatan produktifitas adalah :
Faktor Teknis :
Yaitu faktor yang berhubungan dengan bagaimana melakukan aktifitas
pekerjaan, fasilitas dan metode kerja yang diterapkan untuk bisa mencapai
hasil maksimal.
Faktor manusia ;
Yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha yang dilakukan
manusia di dalam menyelesaikan pekerjaannya.
3
biaya lebih murah dan predeterminated yaitu kemampuan memprediksi suatu
penyelesain pekerjaan. Kekurangan untuk pengukuran ini antara lain seperti,
belum ada tabel waktu gerakan yang menyeluruh. Tabel yang digunakan adalah
untuk orang eropa dan dibutuhkan ketelitian tinggi.
4
5. Menentapkan jumlah siklus pekerjaan yang diukur seberapa banyak dan
dilakukan tes uji keseragaman data untuk memastikan data yang diambil
benar.
6. Menetapkan rate of performans dari pekerja dalam melakukan aktifitas
pekerjaanya. Rate of performans ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja
yang ada dan hanya ditujukan untuk performans pekerja. Untuk elemen
pekerjaan yang dilakukan penuh oleh mesin performans 100%.
7. Menyesuaikan waktu yang telah diambil berdasarkan performans kerja
yang ditunjukan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh
waktu kerja normal.
8. Menetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan
fleksibilitas. Kelonggaran ini untuk menyesuaikan kebetuhan dari operator
untuk menghilangkan faktor lelah, kondisi lingkungan dan kebutuhan
pribadi lainnya.
9. Menentukan (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal dan
waktu longgar.
Langkah-langkah Persiapan
Mendefinisikan dan memilah pekerjaam
Memberi informasi dan tujuan
Menentukan pekerja yang akan dilakukan
pencatatan dan penghitungan waktu
Elemental Breakdown
Membagi elemen kerja dalam satu siklus
pekerjaannya
Upper Limit =
Lower Limit =
Cek kecukupan data
2
2 / 0.05 N .
x j ( x j ) 2
2
N'
xj
No
N’≤N
Yes
6
2. Operator sudah mengerti dan memahami prosedur kerja yang benar.
Operator/ pekerja yang dilakukan pengukuran adalah yang kecepatan
bekerjanya standar. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak
jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.
3. Performans kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk
seluruh periode kerja yang ada.
7
menjalankannya. Bahkan bila sistem kerjanya adalah yang sudah ada selama
ini, pekerja pun bisa kurang menguasai pekerjaannya terutama bila ada
perubahan rancangan yang dilakukan. Dalam keadaan seperti ini pekerja harus
dilatih terlebih dahulu, karena sebelum diukur pekerja harus sudah terbiasa
dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan (telah dibakukan) itu.
Gambar 2.2 menunjukan kurva pengembangan pengusaaan pekerja oleh
operator sejak mulai mengenal sampai terbiasa.
Tingkat Penguasaan
Waktu
8
Memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena
ketrampilan bekerja pekerja belum tentu sama untuk semua bagian dari
gerakan-gerakan kerjanya.
Memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang
mungkin saja dilakukan pekerja.
Memungkinkan dikembangkan data waktu baku atau tempat kerja yang
bersangkutan.
Selain itu, terdapat beberapa pedoman yang dapat memudahkan penguraian
pekerjaan atas elemen-elemenya :
Sesuai dengan ketelitian yang diinginkan, uraikan pekerjaan serinci
mungkin, tapi masih dapat diamati oleh indera pengukur dan dapat
dicatat waktunya
Untuk memudahkan, elemen-elemen pekerjaan hendaknya berupa satu
atau beberapa elemen gerakan
Jangan sampai ada elemen yang tertinggal
Elemen yang satu hendaknya dipisahkan dari elemen yang lain secara
jelas.
f. Menyiapkan Perlengkapan Pengukuran
Langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu menyiapkan
perlengkapan yang diperlukan, dimana perlengkapan tersebut meliputi :
Jam henti (stopwatch)
Lembaran-lembaran pengamatan
Pena atau pencil untuk mencatat pengamatan
Papan pengamatan
9
yang harus dilakukan.untuk kecermatan setelah pengukuran memenuhi syarat
kecukupan data seperti yang telah dihitung, dilakukan lagi uji keseragaman dan
kecukupan data. Begitu juga selanjutnya sampai jumlah semua pengukuran
dinyatakan mencukupi pada tingkat ketelitian dan keyakinan yang diyakini
dengan penghitungan sebelumnya. Sampai didapatkan waktu yang yang sesuai
yang diharapkan.
X i X
k (2-
4)
: Standard deviation
: Average data
: Data ith
4. Menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB)
BKA = + б (2-5)
BKB = - б (2-6)
10
5. Memplotkan masing-masing harga Xi beserta BKA dan BKB kedalam peta
kontrol. Jika terdapat Xi yang berada diluar batas kontrol, maka data tersebut
tidak dipakai lagi dalam perhitungan selanjutnya.
2
2 / 0.05 N . x 2 ( x ) 2
N'
j j
xj (2-7)
Dimana :
N’ = J h g h y
N = Jumlah pengamatan yang dilakukan
X = Data waktu pengamatan
A b N’ < N
demikian sebaliknya.
11
2.3.6 Melakukan Perhitungan Waktu Baku
Setelah mendapatkan semua data yang diperlukan dan memiliki keseragaman
yang sama, dan jumlahnya memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan
yang diinginkan, Selanjutnya adalah mengolah data-data tersebut sehingga
memperoleh waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang
telah terkumpul itu adalah sebagai berikut :
b +A
12
2.3.7 Penyesuaian
Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja
yang ditunjukan operator. Ketidakwajaran kerja dapat saja terjadi, seperti bekerja
tidak sungguh-sungguh, ataupun bekerja dengan kecepatan yang tidak seperti
biasanya. Jika muncul ketidakwajaran, maka pengukur harus mengetahuinya dan
menilai seberapa jauh hal ini terjadi. Jadi, jika pengukur mendapatkan harga rata-
rata siklus/ elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh
operator maka agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus
menormalkan dengan melakuan penyesuaian.
Penyesuaian dilakukan dengan cara mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu
elemen rata-rata dengan harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga
p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh
mencerminkan waktu normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja
diatas normal (terlalu cepat) maka harga p-nya akan lebih besar dari satu (p>1);
sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah normal maka harga p akan
lebih kecil dari satu (p<1).
13
Fast 90 Fair + 55
Fast - 85 Fair 50
Excelent 80 Fair - 45
Good + 75 Poor 40
Good 70
Cara Westhinghouse
Cara ini mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan keadaan
kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu ketrampilan, usaha, kondisi
kerja, dan konsistensi, setiap faktor terbagi dalam kelas-kelas dengan nilainya
masing-masing.
Westinghouse membagi juga kelas-kelas untuk usaha atau effort dengan ciri-ciri
tersendiri. Yang dimaksud usaha adalah kesungguhan yang ditunjukan atau
diberikan operator ketika melakukan pekerjaanya.
SKILL EFFORT
0.15 A1 Superskill 0.13 A1
0.13 A2 0.12 A2
0.11 B1 Excellent 0.1 B1
0.08 B2 0.08 B2
0.06 C1 Good 0.05 C1
0.03 C2 0.02 C2
0 D Average 0 D
-0.05 E1 Fair -0.04 E1
14
-0.1 E2 -0.08 E2
-0.16 F1 Poor -0.12 F1
-0.22 F2 -0.17 F2
CONDITION CONSISTENCY
0.06 A Ideal 0.04 A
0.04 B Excellent 0.03 B
Tabel 2.2 Faktor Penyesuaian Westhinghouse Lanjutan
CONDITION CONSISTENCY
0.02 C Good 0.01 C
0 D Average 0 D
-0.03 E Fair -0.02 E
-0.07 F Poor -0.04 F
Kemudian yang dimaksud dengan kondisi kerja pada cara ini adalah kondisi
fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, suhu, dan kebisingan
ruangan. Bila 3 faktor lainnya, yaitu ketrampilan, usaha dan konsistensi
merupakan sesuatu yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja
merupakan sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator
tanpa kemampuan mengubahnya atau memperbaikinya.
Faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah konsistensi atau Consistency.
Faktor ini perlu diperhatikan pada setiap pengukuran waktu angka-angka
yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaianya yang
ditunjukan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya.
2.3.9 Kelonggaran
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun
dihitung. Berikut ini adalah jenis-jenis kelonggaran yang diperhitungkan :
a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum
15
sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap
dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan atau kejemuan
dalam kerja. Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini berbeda
antara pekerja pria ataupun wanita.
b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah
Rasa lelah dapat terlihat dari terjadinya penurunan hasil produksi baik dalam
jumlah maupun kualitas. Untuk menentukan besarnya kelonggaran ini
dilakukan dengan pengamatan sepanjang hari kerja dan memperhatikan
bilamana terjadi penurunan produksi. Jika rasa fatigue telah datang dan pekerja
harus bekerja untuk menghasilkan performansi normalnya, maka usaha yang
dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa
fatigue.
c. Kelonggaran-kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan, Dalam
melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan.
Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan
menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan
karena berada di luar kemampuan pekerja untuk mengendalikanya. Besarnya
hambatan-hambatan untuk kejadian sangat bervariasi dari suatu pekerjaan ke
pekerjaan lain bahkan satu sistem kerja ke sistem kerja lain karena banyaknya
penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian supply alat
dan bahan sebagainya.
Beberapa contoh yang dapat digolongkan sebgai hambatan tak terhindarkan
adalah :
Menerima atau meminta petunjuk pengawas
Melakukan penyesuaian mesin
Memperbaiki kemacetan singkat atau interupsi seperti mengisi material
Membersihkan bagian mesin yang bergerak dari tumpahan material
Mengambil peralatan atau material khusus
16
2.3.9 Perhitungan Beban Kerja
Setelah ditentukan waktu baku yang diperlukan oleh pekerja, selanjutnya adalah
mementukan beban kerja yang diperlukan dalam suatu lini produksi. Perhitungan
beban kerja sebagai berikut :
(2-11)
: Workload
: Frequency of work element
: Total effective time
Untuk menentukan beban kerja total yang diperlukan pekerja, yang pertama perlu
diketahui setelah mendapatkan waktu baku adalah kapasitas mesin, yaitu
menentukan berapa kali pekerja melakukan pekerjaanya sesuai dengan kapasitas/
output dari mesin itu sendiri.
Untuk perhitungan kapasitas mesin dapat dirumuskan :
Kapasitas mesin per shift = Speed mesin x Waktu efektif pershift (2-12)
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Untuk mencapai tujuan, maka keseluruhan kegiatan penelitian dirancang untuk
mengikuti diagram alir seperti pada gambar 3.1 diatas. Secara umum metodologi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2
menunggu/ menganggur. Sehingga tenaga kerja yang digunakan produktifitasnya
kurang maksimal karena jumlahnya terlalu banyak dalam lini tersebut dan beban
kerjanya kurang masksimal dari setiap pekerjanya. Oleh karena itu diperlukan
penghitungan yang tepat untuk penggunaan pekerja ideal di lini pengepakan ini.
Tahap berikutnya dari identifikasi masalah adalah menetapkan tujuan dan batasan
masalah yang diselesaikan. Tujuannya adalah agar penelitian ini lebih terarah dan
mendapatkan hasil untuk menyelesaikan permasalahan diatas.
3
3.6 Analisis dan Perbaikan
Pada tahap ini setelah diketahui beban kerja dan jumlah personil yang ideal di lini
pengepakan tersebut, selanjutnya adalah memberikan perbandingan utilisasi
pekerja/ beban pekerja sebelum dan sesudah dilakukan penelitian dan memberikan
usulan perbaikan untuk lini pengepakan produksi tersebut.
4
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
1
beberapa hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan. Berikut dijelaskan
gambaran umum proses pembuatan es krim sebelum dilakukan pembentukan
dan pengerasan.
Glucose
Product Water
Bulk
Material
Additional
CNO / Material
Rework Tank
PO Premixer
Tank
Pasteurizer
Homogenizer
Balance Tank
Holding Tube
Ageing Tank
Freezer
Ice cream
Machine
Gambar 4. 1 Proses Prosesing es krim
Gambar 4.1 adalah gambaran proses pembuatan campuran es krim yang terjadi di
lini prosesing. Di sini adalah awal mulainya proses es krim dilakukan, pertama-
tama proses yang dilakukan adalah pencampuran semua adonan baik liquid
ingredient maupun raw ingredient dicampur dalam sebuah mixer dengan
diberikan suhu tertentu dalam pencampuranya untuk mendapatkan adonan es krim
sesuai rasa yang akan diproses di Filling/ assembling nantinya. Setelah dilakukan
pencampuran di mixer proses selanjutnya adalah adonan dipompa ke proses
pasteurisasi untuk mensterilkan bakteri yang terkandung dalam adonan, dalam
proses ini adonan es krim dipanaskan sampai minimal suhu yang dianjurkan
adalah 800C, setelah melalui pasteurizer mix/ adonan selanjutnya di transfer ke
homogenizer yaitu proses untuk memecah partikel es krim dengan cara ditekan
2
dengan menggunakan tekanan 100 bar untuk mendapatkan bentuk es krim yang
lembut dan bisa dipadatkan untuk dibentuk nantinya. Proses selanjutnya ialah
mentransfer mix/ adonan tadi ke ageing tank, di ageing tank mix diendapkan
selama minimal 2 jam dan maksimal penyimpanannya adalah 2 hari agar mix es
krim tersebut tidak basi. Setelah mix di simpan di ageing ini selain untuk
menuakan mix disini juga ada beberapa proses untuk varian es krim tertentu
ditambahkan perasa karena perasa tersebut akan rusak apabila dicampur ketika
proses awal di premixer, setelah itu barulah mix es krim ditransfer ke Filling/
assembling lini produksi.
3
Gambar 4.2 adalah gambaran proses assembling es/ filling es krim di lini produksi
mesin Populaire. Di proses assembling ini, yaitu proses dimana mix es krim yang
telah dibuat di area prosessing tadi menjadi sebuah bentuk es krim kemasan untuk
dijual nantinya. Di Walls es krim, proses assembling ini dibagi menjadi 3
teknologi, yaitu Cup cone, Extruded/ Tub dan Moulded stick. Untuk produk
Populaire sendiri termasuk teknologi Cup. Setelah proses assembling proses
selanjutnya adalah kemasan di transfer melalui konveyor menuju tunnel
penyimpanan dan pendinginan, tunnel sendiri prosesnya seperti freezer/ lemari es
yang sangat besar, dimana proses pengerasan es krim dilakukan. Di dalam tunnel
ini es krim didinginkan dengan suhu -300C dan memerlukan waktu sekitar 20
menit untuk proses ini. Proses ini dilakukan secara berkesinambungan di dalam
konveyor tunnel selama produksi berlangsung.
3. Area Pengepakan
Setelah proses es krim melawati tunnel sekitar 30 menit untuk mendapatkan
kepadatan yang diinginkan, proses selanjutnya adalah dimana output keluaran dari
tunnel masuk ke area pengepakan. Area pengepakan ini masih satu ruangan
dengan area produksi es krim.
Gambar 4.3 adalah gambaran proses pekerjaan yang terjadi di lini pengepakan
produksi. Di proses ini adalah yang menjadi obyek penelitian, yaitu proses
memasukan cup es krim yang sudah selesai assembling dan menjadi keras setelah
melewati tunnel untuk dimasukan ke dalam box es krim.
4
4. Coldstore
Area Coldstore adalah tempat penyimpanan es krim sebelum dilakukan
pengiriman ke customer atau distributor-distributor es krim Walls. Saat ini
Coldstore mempunyai 3 area karena seiring perkembangan output es krim itu
sendiri. Suhu di area ini adalah -250C, karena keadaan yang sangat dingin pekerja
di area ini diperlengkapi pakaian khusus yang bertujuan untuk menjaga
keselamatan dan kesehatan dari pekerja disana.
Gambar 4. 4 Coldstore
Gambar 4.4 adalah keadaan ruangan Coldstore, di tempat inilah es krim disimpan
sebelum dilakukan pengiriman ke distributor.
Seperti yang dijelaskan diawal, lini pengepakan adalah sistemnya masih padat
karya, kondisinya masih banyak dilakukan manual oleh manusia. Untuk penelitian
ini dilakukan di lini pengepakan produk Populaire. Lini ini dalam proses
pengepakannya saat ini menggunakan pekerja sebanyak 12 orang, dengan panjang
konveyor 950 cm, posisi pekerja di area ini saling berjajar di area kursi packing
masing–masing. Pekerja inilah yang menjadi obyek penelitian untuk menentukan
jumlah pekerja yang ideal di lini tersebut. Dengan 12 orang per shift di lini
5
pengepakan ini, jadi total pekerja untuk 1 hari adalah 36 orang. Pekerja tersebut
hanya bertugas melakukan pengepakan produk ke dalam dus. Untuk pekerjaan
lain seperti supply material dan maintenance sudah dilakukan oleh pekerja lain.
Keterangan Gambar :
1. Proses Asembling/ Filling
2. Proses Pembekuan/ Tunnel
3. Lini Pengepakan Populaire
Pada gambar 4.5 adalah area kerja mesin untuk produksi produk Populaire,
dimana urutannya dari nomer 1 adalah area untuk proses assembling/ filling, yang
nomer 2 adalah proses pengerasan atau dinamakan area tunnel dan yang nomer 3
yang dilingkari warna merah adalah area pengepakan dimana proses yang masih
banyak dilakukan oleh manusia dan akan dilakukan penghitungan beban kerja
untuk menentukan jumlah pekerja ideal yang akan ditempatkan di area tersebut.
6
Pekerja/Packer
Tunnel
Pekerja/Packer
Pada gambar 4.6 adalah area pengepakan dengan jumlah personel 12 orang
sebelum dilakukan perhitungan jumlah ideal pekerja yang diperlukan.
7
Pekerja
Dus kosong
Produk jadi menuju
coldstore
Meja packing
Sendok Plastik
Pada gambar 4.7 di atas terlihat kondisi kerja seorang pekerja packing melakukan
pekerjaannya. Pada saat memasukan produk dari atas belt conveyor yang keluar
dari tunnel. Packer bekerja selama 8 jam/ per shift dengan diberikan fasilitas kerja
berupa kursi duduk yang memiliki ketinggian yang dapat diatur, mulai dari 80 cm
sampai 100 cm. Dengan kondisi seperti ini berlangsung berkesinambungan selama
mesin tersebut beroperasi dan mengeluarkan output. Waktu istirahat yang
diberikan adalah 30 menit dan 14 menit untuk kebutuhan pribadi selama 1 shift
bekerja.
8
Dus/ Box
Pada gambar 4.8 adalah dus yang digunakan untuk mengemas produk cup
Populaire untuk bisa didistribusikan ke pelanggan atau retail. Dus ini berisi
informasi mengenai nama produk, jumlah isi cup per dusnya dan cara
penyimpanannya. Dalam dus ini produk cup dimasukan sebanyak 40 pcs
perdusnya.
Cup Populaire
Gambar 4.9 adalah deskripsi produk yang dijadikan obyek penelitian yaitu produk
es krim Populaire. Dalam proses ini untuk setiap dus nya pekerja packing harus
mengisikan sejumlah 40 pcs cup Populaire ke dalam dus sesuai yang disediakan
sesuai gambar di atas.
9
4.2.2.1 Aliran Proses cup es krim Populaire
Gambar 4.10 di bawah menunjukan aliran proses yang terjadi pada cup es krim
Populaire, yaitu pada lini pengepakan Populaire dari masuk ke dalam sistem
hingga keluar menjadi menjadi produk dalam dus dan distribusikan ke area
coldstore/ penyimpanan..
Mulai
Eskrim berjalan
Eskrim masuk
melewati packer
didalam Tunnel
2,3,4
Yes
Apakah dimbil
Eskrim keluar
oleh packer
konveyor tunnel
2,3,4,
No
No
Apakah diambil Eskrim berjalan
sejumlah 40 terus sepanjang
pieces coneyor
Yes
Dus diletakan di
conveyor fibrite
Selesai
Alur proses di atas penjelasanya sebagai berikut, cup es krim terus mengalir dari
pekerja 1 hingga pekerja yang terakhir di ujung konveyor yaitu pekerja ke 12,
setiap kali melewati pekerja yang sudah selesai mengepak sebelumnya, cup es
krim akan diambil sejumlah 40 pcs dan dimasukan ke dalam karton seperti yang
10
telah dijelaskan sebelumnya dan diharuskan di ujung konveyor tidak ada lagi cup
es krim yang tersisa atau yang belum ter packing. Proses ini berkesinambungan
selama mesin berproduksi.
Mulai
Mengambil dus
kosong
Memasukan
sendok plastik
kedalam dus
Memasukan cup
eskrim sejumlah
40 pieces
Menutup bagian
atas dus
Menaruh dus
eskrim yang telah
terisi ke conveyor
fibrite
Selesai
11
4.2.2.3 Pembagian Elemen Pekerjaan
Untuk melakukan pengukuran waktu kerja, maka sebelumnya harus dilakukan
pembagian operasi menjadi elemen–elemen pekerjaan. Pembagian operasi
menjadi elemen–elemen pekerjaan harus mampu diukur oleh pengamat dengan
mudah secara terpisah setelah ditentukan elemen pekerjaannya, maka selanjutnya
adalah melakukan pengamatan waktu kerjanya. Berikut adalah pembagian elemen
pekerjaan dari pekerja pengepakan :
Tabel 4.1 di bawah adalah hasil setelah dilakukan pilot time study untuk
mendapatkan jumlah pekerja packing di lini produksi. Dalam pengambilan waktu
di bawah sebelum ditetapkan sebagai acuan pekerja lainnya adalah mengambil
beberapa sample data sampai ditemukan waktu rata-rata dari setiap elemen
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pengepakan.
12
Tabel 4. 1 Data Pilot Study Pekerja Packing
13
Tabel 4. 1 Data Pilot Study Pekerja Packing Lanjutan
BKA = +3б
BKB = -3б
: Standard deviation
: Average data
: Data ith
Berikut adalah perhitungan untuk uji keseragaman data untuk elemen pekerjaan
yang pertama yaitu “ Mengambil dus “
. + . + . + . 3+ ..+
14
. .
+ + +
Di bawah adalah hasil perhitungan dari uji keseragaman data untuk setiap elemen
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di lini pengepakan atau pekerja packing.
Pengambilan data akan terus dilakukan apabila dalam uji keseragaman data di
bawah ini data yang diambil belum dikatakan seragam. Sedangkan yang dikatakan
seragam adalah ada yang diambil masuk dalam batas-batas control chart/ peta
kendali.
2.5
1.5 X1i
Detik
BKA
1
BKB
0.5
0
0 10 20 30 40
Number observation
15
Pada gambar 4.12 adalah hasil pengujian keseragaman data setelah dilakukan
pengambilan data untuk elemen pekerjaan “Mengambil Dus“, dari hasil pengujian
di atas didapatkan hasil pengambilan datanya sudah seragam.
2
detik
X1i
BKA
1 BKB
0
0 10 20 30 40
Number observaton
Pada gambar 4.13 adalah hasil pengujian keseragaman data setelah dilakukan
pengambilan data untuk elemen pekerjaan “Mengambil sendok“ dari hasil
pengujian di atas didapatkan hasil pengambilan datanya sudah seragam.
1.5
detik
X1i
1 BKA
0.5 BKB
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Number observation
16
Pada gambar 4.14 adalah hasil pengujian keseragaman data setelah dilakukan
pengambilan data untuk elemen pekerjaan “Memasukan produk es krim kedalam
box per 5 pcs“ dari hasil pengujian diatas didapatkan hasil pengambilan datanya
sudah seragam.
0.8 X1i
0.6 BKA
0.4 BKB
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
number observation
Pada gambar 4.15 adalah hasil pengujian keseragaman data setelah dilakukan
pengambilan data untuk elemen pekerjaan “Menutup dus setelah terisi penuh 40
pcs es krim“ dari hasil pengujian diatas didapatkan hasil pengambilan datanya
sudah seragam.
2
detik
X1i
BKA
BKB
1
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Number observation
17
Pada gambar 4.16 adalah hasil pengujian keseragaman data setelah dilakukan
pengambilan data untuk elemen pekerjaan “Menaikan dus ke konveyor dus“, dari
hasil pengujian di atas didapatkan hasil pengambilan datanya sudah seragam.
Berikut adalah perhitungan uji kecukupan data atau N’, seperti dalam rumus (2-7)
yang telah dilakukan dari pengamatan pekerja packing untuk elemen kerja
“Mengambil dus “
2
2 / 0.05 N . x 2 ( x ) 2
N'
j j
xj
. . -( . ) 2
N .
Dari hasil perhitungan di atas N’ didapatkan nilai 28,29, yang artinya adalah
pengambilan data untuk elemen pekerjaan mengambil dus minimal pengambilan
datanya adalah 28,29 atau 29 kali. Dan data yang sudah diambil sebelumnya
adalah 40 kali. Itu berarti jumlah data yang diambil sebelumnya sebanyak 40 kali
sudah dinyatakan cukup mewakili, sehingga tidak perlu dilakukan pengambilan
data lagi untuk elemen pekerjaan yang pertama.
Tabel 4.2 di bawah adalah hasil pengujian kecukupan data untuk semua elemen
pekerjaan yang telah dilakukan oleh pekerja packing di lini pengepakan produksi.
untuk semua elemen pekerjaan yang telah dilakukan sudah bisa dikatakan cukup
18
karena jumlah data yang diambil memenuhi minimal data yang seharusnya
diambil.
Tabel 4.2 Uji Kecukupan Data Pekerja
19
Dari tabel 4.3 total dari penyesuaian rating untuk setiap elemen pekerjaan dari
seorang pekerja packing adalah 0.3 per elemen pekerjaannya. Setelah diketahui
performance rating dari pekerja packing ini, selanjutnya adalah menghitung waktu
normal yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap elemen pekerjaan yang
diperlukan.
Berikut adalah hasil perhitungan untuk mencari waktu normalnya untuk elemen
pekerjaan pertama atau “ Mengambil dus”, seperti dalam rumus (2-9) :
n siklus ( + r )
n: Waktu standard
t : Total observed time
r : Performance rating
n . ( + . 3)
n Sec = 0.03 menit
Setelah diketahui data nilai performance rating seperti tabel 4.3 di atas, langkah
selanjutnya adalah mencari faktor kelonggarannya untuk mencari waktu baku dari
tiap-tiap elemen pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja packing.
Pada tabel 4.4 adalah pemberian faktor kelonggaran/ allowance faktor dari setiap
elemen pekerjaan yang dilakukan.
20
Tabel 4. 4 Nilai Kelonggaran Pekerja Packing Lanjutan
Pada tabel 4.4 adalah faktor kelonggaran yang diberikan untuk pekerja
pengepakan untuk melakukan pekerjaan di area produksi. Dengan penjelasan
untuk kelonggaran dari tiap faktor kelonggaran, sebagai berikut:
Tenaga yang dikeluarkan
Untuk pemberian kelonggaran tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar 6%
karena bekerja ringan dan duduk di sebuah kursi dan meja kerja yang telah
disediakan dan tenaga yang dikeluarkan juga cenderung bisa diabaikan.
Sikap Kerja
Pada saat melakukan pekerjaan juga kondisi pekerja dalam keadaan duduk,
dan untuk sikap kerjanya juga normal. Untuk sikap kerja ini diberikan faktor
kelonggarannya sebesar 0.8%.
21
Gerakan Kerja
Gerakan kerja pada saat melakukan pekerjaan pengepakan agak terbatas
meskipun masih bisa melakukan gerakan-gerakan ringan yang lain, untuk
faktor kelonggarannya diberikan nilai sebesar 2%.
Kelelahan Mata
Faktor kelonggaran untuk kelelahan mata diberikan nilai 1%, karena pada
saat pengepakan dilakukan di atas konveyor yang berjalan.
Suhu Ruangan
Suhu di area lini pengepakan adalah antara 180C-230C, karena apabila di atas
230C tidak hygienis lagi, dan bakteri bisa berkembang biak. Untuk faktor
kelonggaran bekerja di area tersebut diberikan nilai faktor 3%.
Keadaan Atmosfer
Keadaan area kerja lini pengepakan kondisinya baik, dengan ventilasi dan
pertukaran udara yang baik, sehingga untuk nilai faktornya diberikan 0%.
Keadaan Lingkungan
Kondisi area pengepakan yang bising karena ada suara yang diakibatkan dari
kipas Tunnel. Menurut pengukuran sebelumnya, kebisingan di area ini adalah
95 db dan untuk itu nilai kelonggaran faktor keadaan lingkungan yang
diberikan adalah 3%.
b Nt ( +a)
: Standard Time
: Allowances factor
22
b . 3 ( + . 3 )
b . 33 mnt
Untuk elemen pekerjaan yang pertama atau mengambil dus telah dihitung untuk
waktu bakunya, yaitu 0.033 menit. Setelah diketahui waktu bakunya, selanjutnya
adalah mencari total waktu bakunya, yaitu dengan mengalikan waktu baku dengan
frekuensi pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan 1 output box es krim yang
telah terisi es krim.
Berikut adalah tabel rekapitulasi untuk hasil dari perhitungan waktu normal dan
waktu baku untuk setiap elemen pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja
pengepakan untuk mencari total waktu dan waktu siklus dalam pekerja
pengepakan dalam menyelesaikan satu pekerjaan mengepak satu dus/ box berisi es
krim dengan total isi per dus adalah 40 pcs es krim. Hasil di bawah sudah
diketahui waktu siklus dari pekerjaan pengepakan produk Popualaire, sehingga
selanjutnya bisa dihitung untuk beban kerja di lini pengepakan ini dibandingkan
dengan kapasitas dari mesin tersebut.
Tabel 4. 5 Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku
Qty Waktu
N Elemen Allowa Tota
R Wn Ws per siklus
o Pekerjaan nce l Ws
dus (mnt)
1 Mengambil
Dus 1.689 1.03 0.029 1.138 0.033 1 0.03
2 Mengisi
sendok 1.835 1.03 0.032 1.138 0.036 2 0.07
3 Mengisi
produk 1.491 1.03 0.026 1.138 0.029 8 0.23 0.395
4 Menutup
dus 1.006 1.03 0.017 1.138 0.020 1 0.01
5 Menaruh
diconveyor 1.914 1.03 0.033 1.138 0.037 1 0.03
Dari tabel 4.5 adalah hasil perhitungan untuk mendapatkan cycle time atau waktu
siklus dari pekerja pengepakan. Dari hasil perhitungan tersebut, waktu yang
23
dibutuhkan pekerja pengepakan menyelesaikan pekerjaan mengepak untuk 1
dusnya adalah 0.359 menit.
24
Berikut perhitungan beban kerja untuk untuk elemen pekerjaan yang pertama
yaitu “ Mengambil dus “ :
Dari hasil perhitungan di atas beban kerja untuk Pekerja packing pada elemen
kerja “menambil dus“ adalah 80.78 % untuk mengerjakan total kapasitas produksi
dari mesin yaitu 9600 dus per shiftnya.
Pada tabel 4.6 adalah rekapitulasi penghitungan total dari beban kerja di lini
pengepakan es krim. Total penjumlahan beban kerja dari tiap-tiap elemen
pekerjaan adalah 895.94 % untuk menyelesaikan total kapasitas mesin produksi
9600 pieces es krim dalam 1 shift. Untuk pengerjaan aktual di lapangan adalah,
setiap pekerja packing mengerjakan mengepak dengan 5 elemen pekerjaan
sekaligus per siklusnya, bukan tiap elemen pekerjaan tersebut dikerjakan oleh
orang yang berbeda. Jadi perhitungan beban kerja total tersebut dibagi dengan
maksimal beban kerja per orang adalah 100 % per shiftnya atau 480 menit.
25
Dari perhitungan pada tabel 4.7 beban kerja total adalah 895.94%, yang artinya
adalah dengan output kecepatan mesin 80 spm, beban kerja total yang dihasilkan
di lini pengepakan adalah 895.94%.
Perhitungan beban kerjanya total adalah :
3 .
eban erja
eban erja .
.
otal ekerja
89 9
26
4.3.7 Perhitungan Beban Kerja Pekerja Packing
Dengan beban kerja yang dihasilkan oleh lini pengepakan produksi Populaire ini
adalah 895.94%. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 9 orang yang berarti beban
kerja maksimalnya adalah 900%, jadi beban kerja per 1 orangnya adalah :
.
eban erja ekerja
Dari perhitungan di atas, dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah 9
orang per shift untuk mengakomodasi output dari mesin sejumlah 9600 dus.
Dengan penggunaan jumlah tenaga kerja sejumlah 9 orang, beban kerja rata-rata
dari pekerja adalah 99.55% per orang.
4.4 Analisa
Dengan diketahui waktu baku yang diperlukan oleh seorang pekerja, perusahaan
akan dimudahkan dalam menentukan jumlah pekerja yang diperlukan suatu mesin
filling es krim sesuai target yang direncakan sebelumnya. Selain bisa digunakan
untuk menentukan jumlah personil yang diperlukan, dengan kondisi mesin yang
sama bisa menjadi pilot penentuan jumlah karyawan juga untuk mesin yang lain.
27
Sehingga dengan begitu diharapkan perusahaan tidak dipusingkan dengan jumlah
karyawan pengepakan yang diperlukan, karena dengan penentuan jumlah
karyawan yang berdasarkan waktu baku yang telah dihitung produktifitas
karyawan juga semakin naik dengan begitu tidak ada waktu idle yang terlalu
banyak dari karyawan atau pekerja.
Dari hasil perhitungan di atas didapatkan bahwa dengan kapasitas produksi mesin
filling yaitu 9600 dus/ per shift didapatkan beban kerja yang didapat adalah
895.94%. Dengan beban kerja dari pekerja adalah maksimal 100% per shift maka
untuk mengakomodasi beban kerja sebesar 895.94 % diperlukan minimal 8.95
orang atau 9 orang per shift. karena jumlah pekerja harus jumlahnya bilangan
bulat.
Dengan usulan jumlah tenaga kerja tersebut kemudian dapat dilihat bahwa pekerja
pengepakan dalam kondisi aktual untuk menyelesaikan output produksi sebanyak
9600 dus per shift cukup diperlukan jumlah minimum tenaga kerja packing
sejumlah 9 orang per shift, dari sebelumnya sejumlah 12 orang untuk kapasitas
produksi yang sama.
28
mengenai perbandingan rata-rata beban kerja dari pekerja di lini pengepakan
Populaire antara sebelum dan sesudah dilakukan penghitungan.
Pada tabel 4.8 adalah beban kerja pada saat sebelum dilakukan perhitungan
jumlah pekerja yang diperlukan dengan metode time study, jumlah personil yang
ada di lini tersebut adalah 12 orang dengan beban kerja rata-ratanya adalah
74.66%, dimana ada 25.34% waktu pekerja yang menganggur sehingga
produktifitasnya kurang maksimal, untuk perhitungan beban kerjanya adalah :
.
eban ekerja
eban ekerja .
Tabel 4.9 berikut ini adalah perhitungan beban kerja dari pekerja packing pada lini
tersebut setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode time study
untuk mendapatkan jumlah tenaga kerja yang ideal, sehingga produktifitas dari
setiap pekerjanya juga maksimal tanpa mengurangi output yang diminta dari
perusahaan.
29
Pada tabel 4.9 adalah kondisi dimana setelah dilakukan perhitungan menggunakan
metode time study untuk mengetahui jumlah optimal untuk pekerja pengepakan
yang seharusnya di tempatkan di lini tersebut, dengan speed dan output mesin
yang sama jumlah pekerja seharusnya bisa dioptimalkan menjadi 9 orang pekerja
pengepakan per shift. Dengan beban kerja rata-rata tenaga kerja adalah 99.55%.
Dengan kondisi seperti ini dengan jumlah pekerja yang lebih optimal, beban kerja
dari tenaga kerjanya juga maksimal. Dengan jumlah tenaga kerja awal yang
digunakan adalah 12 orang dan setalah dilakukan perhitungan jumlah tenaga kerja
yang digunakan mejadi 9 orang per shiftnya, ini berarti perusahaan bisa
menghemat pengeluaran untuk ongkos produksi yang digunakan untuk kebutuhan
tenaga kerja. Selain itu perusahaan bisa memindahkan tenaga kerja yang berlebih
tersebut ke lini pengepakan yang lebih membutuhkan jumlah tenaga kerja yang
lain. Dengan begitu dari penelitian ini didapatkan hasil beban kerjanya yang
maksimal dari tiap pekerja.
Gambar 4.17 menunjukan perbandingan beban kerja dari pekerja sebelum dan
sesudah dilakukan perhitungan jumlah tenaga kerja.
100.00%
74.66%
90.00%
80.00%
70.00%
% Beban Kerja
60.00%
50.00%
40.00% Efisinsi
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
12 orang 9 orang
30
4.4.4 Analisa Kondisi Usulan dengan Perbaikan Layout Kerja
Setelah dilakukan penelitian ini, peneliti bisa mengoptimalkan jumlah tenaga
kerja yang diperlukan dalam lini pengepakan produksi Populaire ini. Sehingga
dengan hasil ini akan ada perubahan selain jumlah tenaga kerjanya, tetapi juga
layout area bekerja dari pekerja tersebut.
Pada gambar 4.18 terlihat kondisi pekerja pengepakan yang digunakan adalah
adalah 9 orang setelah dilakukan perbaikan atau penelitian. Jadi dengan kondisi
selain bisa menghemat pengeluaran biaya produksi karena tenaga kerja bisa juga
menghemat space yang digunakan oleh pekerja. Dengan ini selain area kerjanya
bisa digunakan untuk keperluan lain produksi, bisa juga tetap dengan kondisi awal
apabila ada penambahan kapasitas produksi dari mesin tersebut setelah dilakukan
improvement, karena saat ini kapasitas produksi dengan speed 80 spm tersebut
sudah maksimal dari kemampuan mesin.
31
32
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dengan obyek penelitian lini pengepakan
produksi maka, dapat disimpulkan :
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat sebagai hasil akhir dari penelitian ini,
peneliti juga mengajukan beberapa saran antara lain ;
1
DAFTAR PUSTAKA