Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH SEMINAR KE-SD-AN

MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN IPS SISWA
SEKOLAH DASAR

ANISA IISOLEHA
5020080

Dosen Pembimbing :

Elya Rosalina M.Pd, Mat.


NIDN. 0206039001

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN IPS SISWA
SEKOLAH DASAR

ANISA IISOLEHA
NIM. 5020080

Makalah ini dibuat untuk memenuhi sebagai persyaratan


untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Seminar Ke-SD-an

Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing

Elya Rosalina, M.Pd. Mat.


NIDN. 0206039001

Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Andri Valen, M.Pd.


NIDN. 0212028706
HALAMAN PENGESAHAN

MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN IPS SISWA
SEKOLAH DASAR

ANISA IISOLEHA
5020080

Makalah ini dibuat untuk memenuhi sebagai persyaratan menyelesaikan tugas


Mata Kuliah Seminar Ke-SD-an

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Elya Rosalina, M.Pd.Mat. Asep Sukenda Egok, M.Pd


NIDN. 0206039001 NIDN. 0220129101

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Andri Valen, M.Pd


NIDN. 0212028706
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah swt.dimana atas nikmat dan karunia nya
penulis dapat membuat makalah seminar ke-sdan ini dengan judul “Model
Pembelajaran Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD N 46 Lubuklinggau” penulis juga
berterimakasih kepada ibu Elya Rosalina.M.Pd. selaku dosen pembimbing
dengan sepenuh hati sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan waktu
yang telah ditentukan.
Penulis sangat berharap makalah penelitian ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Model
Pembelajaran Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD N 46 Lubuklinggau”. Sebagai
mahasiswa penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap akan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah penulis buat dimasa yang akan datang.

Lubuklinggau, 12 Oktober 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................. v
ABSTRAK..................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................. vi

A. Latar Belakang .................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian............................................................... 3
D. Manfaat Penelitian............................................................. 3
E. Tinjauan Pustaka................................................................ 4

BAB II KAJIAN LITERATUR..................................................... 6

A. Deskripsi Teoritik............................................................... 6
B. Penelitian Yang Relevan.................................................... 13

BAB II METODE PENELITIAN.................................................. 15

A. Jenis Penelitian ................................................................. 15


B. Lokasi Penelitian................................................................ 15
C. Subjek Penelitian............................................................... 16
D. Desain Penelitian............................................................... 16
E. Teknik Analisis Data.......................................................... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................... 20

A. Hasil Penelitian.................................................................. 20
B. Pembahasan....................................................................... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................ 30


DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 32

v
MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA
SEKOLAH DASAR

Anisa Iisoleha, Elya Rosalina.


Universitas PGRI Silampari
Universitas PGRI Silampari
Email : anisa.usoleha27@gmail.com
elyarosalina25@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Model pembelajaran Numbered Head
Together dapat meningkatkan hasil belajar IPS Siswa kelas V SD. Penelitian ini
dilaksanakan di SDN 46 Kota Lubuklinggau. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan Subjek Penelitian Peserta didik kelas V
SDN 46 Kota Lubuklinggau sebanyak 22 orang terdiri dari 11 Laki-laki dan 11
Perempuan. Teknik Pengumpulan data dengan tes, Observasi dan Dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan deskriptif kualitatif dan deskritif Kuantitatif.
Penelitian terdiri dari tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu
Perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN
46 Kota Lubuklinggau menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together.
Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata siswa, Siklus 1 nilai rata-rata Pre-test 30
Post-Test 48,18,siklus 2 dengan nilai rata-rata Pre-Test 51,81 Post-Test dan siklus 3
nilai rata-rata pretest 73,18 post-test 84,09. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SD Negeri 46 Lubuklinggau.
Kata kunci: model pembelajaran Numbered Head Together, hasil belajar,Ips
Abstract
This study aims to determine the Numbered Head Together learning model can improve
social studies learning outcomes of grade V elementary school students. This research
was conducted at SDN 46 Lubuklinggau City. The type of research used is Classroom
Action Research (PTK), with research subjects of class V students of SDN 46
Lubuklinggau City as many as 22 people consisting of 11 males and 11 females. Data
collection techniques with tests, observation and documentation. Data analysis
techniques used qualitative descriptive and quantitative descriptive. The research
consisted of three cycles and each cycle consisted of four stages, namely planning, action
implementation, observation, and reflection. The results of this study indicate that there is
an increase in social studies learning outcomes in grade V students of SDN 46
Lubuklinggau City using the Numbered Head Together learning model. This is indicated
by the average value of students, Cycle 1 average value Pre-test 30 Post-Test 48.18, cycle
2 with an average value Pre-Test 51.81 Post-Test and cycle 3 average value pretest 73.18
post-test 84.09. With this it can be concluded that the Numbered Head Together learning
model can improve the learning outcomes of fifth grade students of SD Negeri 46
Lubuklinggau.
Keywords: Numbered Head Together learning model, learning outcomes, social studies.

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di sekolah dasar merupakan seperangkat pembelajaran yang


mencakup dasar pembelajaran yang akan mengembangkan potensi diri di dalam
dunia pendidikan. Pendidikan disekolah dasar bertujuan memberikan siswa
kemampuan dasar seperti keterampilan membaca,tulis,hitung dan pengetahuan
yang akan menjadikan bekal menuju tingkat pendidikan selanjutnya. Salah satu
masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masih lemahnya
proses pembelajaran. Meningkatkan mutu pendidikan nasional merupakan salah
satu upaya pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia agar mampu
bersaing dalam era globalisasi.(Wiriani, 2023:51) Selama ini hasil pendidikan
hanya tampak dari kemampuan siswa menghapal fakta-fakta.Walaupun banyak
siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang
diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara
mendalam substansi materinya. Sebagian besar dari siswa tidak mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan
tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan (Putra, 2019:2).

Dari pengertian di atas, maka pendidikan merupakan suatu kegiatan yang


dilaksanakan oleh masyarakat secara sadar dan terorganisir, mempunyai landasan
dan tujuan yang jelas, proses pendidikan mempunyai tahapan-tahapan dan adanya
komitmen bersama antara pendidik dan peserta didik. Terwujudnya tujuan
pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor, bisa siswa atau guru.

Ilmu Pengetahuan Sosial, atau yang biasanya disingkat IPS adalah salah satu
mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa di SD yang mengkaji tentang
sosial kemasyarakatan yang berguna bagi kehidupan siswa kelak. Ilmu
pengetahuan sosial (IPS) sebagai bagian dari kurikulum sekolah mempunyai
peranan besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Sundari & Aulia, 2022:18).

1
2

Depdiknas (2005:7) menyatakan, Di Indonesia IPS diberikan di sekolah


memiliki tujuan mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan menitik beratkan pada
pengembangan individu yang dapat memahami masalah-masalah yang berada
dalam lingkungan, baik yang berasal dari lingkungan sosial yang membahas
interaksi antar manusia dan lingkungan alam yang membahas interaksi antar
manusia dengan lingkungannya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat, selain itu dapat berpikir kritis dan kreatif dan dapat melanjutkan serta
mengembangkan nilai- nilai budaya bangsa (Putra, 2019:3).

Tujuan utama mempelajari IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa


agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya
sendiri maupun yang menimpa kehidupan masyarakat (Matje, 2022:17).

Berdasarkan uraian diatas,dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial


(IPS) merupakan kajian yang membahas tentang berbagai kehidupan sosial,
ekonomi, psikologi, budaya, sejarah maupun politik semuanya di pelajari dalam
ilmu sosial ini. Karena itu dalam proses pembelajaran sangat diperlukan model
pembelajaran tepat agar siswa tidak merasa sulit serta merasa bosan saat proses
pemnbelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari hasil observasi pada tanggal 5 Oktober 2023 dengan siswa kelas V
SD Negeri 46 Kota Lubuklinggau Semester I Tahun Pelajaran 2023/2024
ditemukan beberapa fenomena antara lain siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru pada setiap pembelajaran. Dalam pembelajaran banyak siswa
yang tidak fokus pada pelajaran, kurangnya kesadaran siswa terhadap
pembelajaran IPS. Masih kurang adanya pembelajaran IPS yang aktif dan
kreatif, maka perlu adanya perbaikan nilai dengan cara pembelajaran yang
aktif agar seluruh siswa kelas V SD Negeri 46 Kota Lubuklinggau mendapat
nilai yang di atas KKM dan tentunya dengan nilai yang memuaskan
khususnya untuk mata pelajaran IPS.
3

Berdasarkan pengamatan tersebut perlu diadakan penelitian yang dapat


meningkatkan hasil belajar siswa dan penulis akan menggunakan model yang
berbeda yang selama ini digunakan oleh guru, yaitu model Numbered Head
Together (NHT). Penggunaan model ini diharapkan akan dapat meningkatkan
hasil belajar IPS kelas V SD Negeri 46 Kota Lubuklinggau.

B. Rumusan Masalah

Apakah model Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil


belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 46 Lubuklinggau?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah “untuk


mengetahui Apakah model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 46
Lubuklinggau”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat digunakan


sebagai alternatif rujukan informasi oleh praktisi pendidikan dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa.

Manfaat Praktis

1. Bagi guru, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan,


referensi, dan bahan masukan mengenai model Numbered Head
Together yang digunakan dalam pembelajaran sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar IPS.
2. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman
dan semangat belajar siswa dengan model pembelajaran yang
menyenangkan.
3. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat sebagai masukan untuk
mengembangkan model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan
bagi siswa terutama dalam mata pelajaran IPS.
4

E.Tinjauan Pustaka

Pembelajaran merupakan serangkaian proses belajar perolehan ilmu


dan pengetahuan dimana terjadi perubahan yang relatif permanen. Menurut
Sugiyah (2018:539) Pembelajaran merupakan suatu proses yang tidak hanya
sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai
kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan terutama jika menginginkan hasil
belajar yang lebih baik.

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya


adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.(Marhadi & Kurniaman,
2019:5)

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pembelajaran


yang berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah
laku dan kebutuhannya, seperti: (1) cara manusia memenuhi kebutuhannya,
baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya; (2)
memanfaatkan sumberdaya yang ada dipermukaan bumi; dan (3) mengatur
kesejahteraan maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan
kehidupan masyarakat manusia (Noviana, 2018:3) Pendidikan IPS sebagai
salah satu program pendidikan, dihadapkan pada tantangan untuk dapat
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yang mampu berbuat dan
berkiprah dalam kehidupan masyarakat modern. Agar hasil belajar IPS siswa
menjadi lebih baik maka upaya peningkatan kualitas pembelajaran merupakan
suatu kebutuhan yang mendesak dan harus diupayakan (Mustamiroh et al.,
2023:278).
5

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)


merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan.(Suparyono, 2018:952)
Model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa aktif, misalnya
dalam menyampaikan ide-ide dalam berkelompok maupun dalam diskusi
kelas.(Trisianawati et al., 2018:355).
BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses dimana yang sebelumnya tidak tau


menjadi tau. Hakekatnya belajar merupakan proses yang terus menerus terjadi
di dalam kehidupan. Dalam proses pembelajaran selalu diharapkan hasil yang
optimal maka dari itu siswa sebagai subjek terlibat harus aktif dalam proses
pembelajaran. Belajar merupakan suatu kegiatan yang cukup urgen dalam
upaya pencapaian tujuan Pendidikan.(Endang Kusripinah & Subrata, 2022:30)

Menurut Slameto (2015:2) “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan


seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam intraksi dengan
lingkungannya”. Menurut Triyanto belajar secara umum diartikan sebagai
perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena
pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak
lahir. Proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
Proses belajar dapat terjadi tanpa sadar berdasarkan apa yang sedang terlihat
dan terdengar oleh seseorang pada saat tertentu. Peristiwa yang sedang dialami
oleh seseorang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan belajar


merupakan suatu proses individu yang dimana memperoleh suatu perubahan
dalam diri dimana belajar ini dimulai seseorang sejak lahir.

2. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar adalah perubahan kemampuan dalam segi kognitif,


afektif, maupun psikomotor yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari
hasil kegiatan atau proses belajar mengajar (Tantriyani, 2023:103). Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

6
7

pengalama belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek


kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan
evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
(Asmoyowati, 2023:703) Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku
seseorang baik dari segi pengetahuan ataupun sikap setelah melakukan proses
pembelajaran baik pemebelajran formal maupun Nonformal. hasil belajar
merupakan ketercapaian tujuan belajar yang diperoleh melalui pengalaman
pembelajaran yang bisa dilihat dari hasil penilaian tertulis maupun penilaian
tidak tertulis yang telah dilakukan (Kurniasih, 2020:10).

Menurut Susanto (2014:5) hasil belajar yaitu perubahan-perubahan


yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, hasil
belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pembelajaran. Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.Menurut
Purwanto(2016:44), Hasil belajar seringkali digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Kingsley
(Sudjana, 2014:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan
dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita.
Masing- masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum (Purwanti, 2019:27).

Menurut Suprijono dalam suparyono (2018:953) menjelaskan bahwa


hasil belajar adalah pola -pola perbuatan, nilai, pengertian, sikap, apresiasi,
dan keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan,
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, kemampuan
yang dimiliki harus dipandang secara komprehensif atau secara terpisah.
Menurut Sutrisno (2021:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu
akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengkuran berupa tes
disusun secara terencana seperti tes tertuis, tes lisan, dan tes perbuatan.
8

Dari beberapa pendapat menurut para ahli diatas dapat disimpulkan


bahwa hasil belajar merupakan capain dari serangkain proses pembelajaran
dimana diperoleh berupa perubahan tinkah laku,nilai,sikap dan keterampilan.

3. Hakikat Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan


keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah. Penerapan model pembelajaran
yang tepat dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif
sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan
yang diharapkan (Marhadi & Kurniaman, 2019:3).

Menurut Suprijono (2013:46), model pembelajaran dapat didefinisikan


sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran merupakan desain atau pola yang


menggambarkan proses pembelajaran secara sistematis yang digunakan
sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas yang disesuaikan
dengan kondisi perkembangan siswa. Model pembelajaran dapat membantu
peserta didik untuk mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir
dan mengekspresikan ide serta menjadi pedoman bagi guru dalam
merencanakan suatu pembelajaran (Yuli, 2018:17).

4. Model Pembelajaran Cooperative Tipe Numbered Head Together


a. Pengertian Cooperative Learning

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya


mengerjakan sesuatu secara bersama sama dengan saling membantu satu
sama lain sebagai satu kelompok atau suatu tim. Slavin dalam Isjoni
(2013:15) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran di mana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang
murid lebih bergairah dalam belajar.
9

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dimana


sejumlah siswa menjadi anggota kelompok kecil dengan tingkat kemampuan
yang berbeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
dalam kelompoknya harus bekerja sama dan saling membantu dalam
memahami isi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran
dianggap tidak lengkap apabila salah satu teman dalam kelompok tidak
menguasai materi pembelajaran.(Marhadi & Kurniaman, 2019:4)

Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


pembelajaran kooperative tidak hanya menjadikan peserta didik untuk lebih
mudah memahami materi pembelajaran tetapi, membuat peserta didik
memiliki kemampuan sosial yaitu kemampuan berkelompok untuk bekerja
sama dan bertanggung jawab terhadap sesama teman kelompok untuk
mendapatkan tujuan kelompok.

b. Tujuan pembelajaran Cooperative learning

Tujuan utama dalam penerapan pembelajaran kooperatif adalah agar


peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya
dengan cara saling menghargai pendapat dan dapat memberikan kesempatan
kepada orang lain dalam menyampaikan pendepat mereka secara
berkelompok (Isjoni 2019:14)

1) pembelajaran kooperatif bertujuan untuk memberikan kesempatan


pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-
tugas yang terstruktur.
2) Melalui pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi
sumber belajar bagi temannya yang lain.(Budi, 2019:55)

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperative dapat


meningkatkan pengembangan keterampilan, pengetahuan,kemampuan serta
menjadikan peserta didik saling menghargai dan membantu satu sama lain.
10

5. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)


a. Pengertian model pembelajaran numbered head together (NHT)

Model pembelajaran Numbered head Together (NHT) suatu model


pembelajaran yang menggunakan nomor-nomor yang ditaruh di kepala untuk
bekerja sama dalam mengungkapkan pendapat yang saling berkaitan. Dengan
Numbered Head Together (NHT) guru dapat mendorong siswa untuk aktif
bekerja sama serta membangkitkan motivasi siswa dalam belajar, dan jika
pemahaman siswa terhadap materi semakin baik maka hal ini akan
memberikan dampak yang bersifat signifikan dalam meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa (Tantriyani, 2023:101)

NHT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang


menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan
3-5 orang siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda. Tiap individu
dalam kelompok nantinya akan saling bertukar ide dan informasi terkait tugas
ataupun permasalahan yang diberikan oleh guru (Alfiansyah, 2018:86).

b. Langkah-langkah model pembelajaran numbered head together


(NHT)

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head


Together (NHT) ini sebagai berikut:

1) Penomoran Dalam fase ini, guru membagi para siswa ke dalam


kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi
nomor antara 1 sampai 5.
2) Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada para
siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan
dalam bentuk kalimat tanya atau berbentuk arahan, misalnya pastikan
setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota provinsi yang terletak di
Pulau Sumatera.
11

3) Berpikir Bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban


pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban tim.
4) Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Budi, 2019:57).

Sedangkan menurut Ibrahim (dalam fahturohman 2015:83) langkah-


langkah NHT sebagai berikut: Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat skenario pembelajaran (SP), kemudian memperisapkan LKS dan
membentuk kelompok menjadi 3 – 5 orang siswa,Guru memberikn nomor kepada
siswa dgn nama yg berbeda. Kemudian guru menyebut satu nomor dan para siswa
dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyampaikanjawaban kepada siswa di kelas., yang terakhir guru bersama sama
siswa mengambil kesimpulan dari hasil diskusi.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran NHT yang akan penelitilakukan
adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan LKS,


2) Guru membagi kelompok setiapkelompok terdiri dari 3-5 siswa
dan masing masing siswa diberi nomor urut.
3) Guru memberi tugas dan masing- masing kelompok
mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka di depan kelas.
5) Kelompok yang lain memberi tanggapan, kemudian guru
menunjuk nomor yang lain.
6) Guru memberikan kesimpulan, melakukan evaluasi/penilaian dan
menutup Pembelajaran.

Hamdani mengemukakan bahwa NHT memiliki Langkah-langkah seperti


berikut:
12

1) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam


setiap kelompok mendapat nomor.
2) Guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok disuruh untuk
mengerjakannya.
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan siswa yang nomornya
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
5) Siswa lain diminta untuk memberikan tanggapan, kemudian
menunjuk nomor lain.
6) Kesimpulan

c. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head


Together (NHT)

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head


Together (NHT) menurut Kurniasih (2017:30) sebagai berikut :

1. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


2. Mampu memperdalam pemahaman siswa.
3. Melatih siswa bertanggung jawab.
4. Meningkatkan rasa percaya diri siswa.
5. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
6. Tercipta suasana gembira dalam belajar sehingga siswa antusias
dalam mengikuti pelajaran sampai selesai.

Kelemahan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)


menurut Shoimin (2014:109) sebagai berikut:

1. Tidak terlalu cocok diterapkan dalam jumlah siswa yang banyak


karena membutuhkan waktu yang lama.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru karena
kemungkinan waktu yang terbatas.
13

6. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


a. Pengertian Ips

Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for


Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan
“Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat
terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik,
ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya

Berikut Ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

1) Kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat yang


secara bersama- sama merupakan masalah sosial tertentu. Dalam
Ilmu Sosial Dasar kita menggunakan pendekatan interdisiplin atau
multidisiplin.
2) Konsep sosial atau pengertian tentang kenyataan-kenyataan sosial
dibatasi pada konsep dasar/ elementer yang sangat diperlukan
untuk mempelajari masalah sosial yang dibahas.
3) Masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat
dalam berbagai kenyataan-kenyataan sosial antara satu dengan
yang lain saling berkaitan.

b. Tujuan pembelajaran Ips

Pendidikan IPS bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal


kemampuan dasar agar dapat mengembangkan diri sesuai dengan bakat,
minat, kemampuan, dan lingkungannya serta berbagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. IPS merupakan salah
satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran
integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata
pelajaran ilmu sosial lainnya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial (Hopeman, 2022:143).
14

B. Penelitian Relevan
1. (Mahera et al., 2019) dengan Judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Sd Negeri 177 Pekanbaru”. Hasil
aktivitas guru Pada siklus I pertemuan pertama presentase aktivitas
guru 58,3% berkategori cukup, pertemuan kedua sisklus I dengan
persentase 70,8% berkategori baik. Pada pertemuan pertama siklus II
dengan persentase 83,3% berkategori amat baik, pertemuan kedua
siklus II dengan persentase 95,8% berkategori amat baik. Pada siklus I
pertemuan pertama presentase aktivitas siswa 54,2% berkategori
cukup, pertemuan kedua sisklus I dengan persentase 62,5% berkategori
baik. Pertemuan pertama siklus II dengan persentase 79,2%
berkategori baik, pertemuan kedua siklus II dengan persentase 91,7%
berkategori amat baik. Ketuntasan belajar siswa pada skor dasar siswa
yang tuntas 18 orang siswa sedangkan yang tidak tuntas 19 orang
siswa, dengan ketuntasan klasikal 48,64% (tidak tuntas). Pada ulangan
akhir siklus I siswa yang tuntas 27 orang sedangkan yang tidak tuntas
10 orang siswa, dengan ketuntasan klasikal 72,97% (tidak tuntas).Pada
ulangan akhir siklus II mengalami peningkatan ketuntasan, siswa yang
tuntas 35 orang siswa sedangkan yang tidak tuntas 2 orang siswa,
dengan ketuntasan klasikal 94,59% (tuntas).
2. (Mustamiroh et al., 2023) dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPS di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan nilai
rata-rata siswa dari nilai pra siklus siswa yaitu 61, kemudian
mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 3,2%,
menjadi 63. Pada siklus II juga mengalami peningkatan nilai rata-rata
kelas sebesar 14,2% menjadi 72. Berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT dapat
meningkatkan hasil belajar IPS siswa sekolah dasar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom


action research). Penelitian tindakan kelas ini bertujuan memecahkan
masalah yang bersumber dari proses peningkatan hasil belajar ilmu
pengetahuan sosial murid kelas V melalui model pembelajaran kooperatif
tipe NHT (Numbered Heads Together) di SD Negeri 46 Kota
Lubuklinggau yang dilakukan didalam kelas. Menurut Zainal Arifin (2011:
98) “PTK dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan ilmiah dalam
bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalam situasi pendidikan
tertentu dengan tujuan memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang
situasi atau praktik pendidikan, memahami tentang praktik yang
dilakukan, dan situasi-situasi di mana praktik itu dilaksanakan”.

Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat


mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri” (Rochiati Wiriaatmadja, 2010: 13). Mereka
dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran
mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Gagasan perbaikan
yang dilakukan guru harus berdasarkan masalah yang dialami guru dalam
pembelajaran.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas


(PTK) adalah suatu proses penyelidikan ilmiah yang sengaja dilakukan di dalam
sebuah kelas dimana dilakukan oleh guru sebagai peneliti merancang,
melaksanakan, merefleksikan serta kolaboratif dimana bertujuan memperbaiki
kualitas pembelajaran di kelas. Apabila PTK berjalan dengan baik maka guru
dapat meningkatkan proses pembelajaran di kelas.

B. Lokasi Penelitian

15
16

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 46 Lubukliggau


Kecamatan Lubuklinggau Selatan II, Kota Lubuklinggau. Murid yang diteliti
berjumlah 22 orang.
C. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian ini adalah murid kelas V SD Negeri 46 Kota
Lubuklinggu semester I Tahun 2023/2024, dengan jumlah siswa sebanyak 22
siswa. Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas di SD Negeri 46
lubuklinggau pada tanggal 5 oktober 2023 di ketahui bahwa pembelajaran dengan
model Numbered Head Together (NHT) belum pernah dilaksanakan dan keaktifan
peserta didik di kelas juga masih kurang, hal ini membuat kurang menigkatnya
hasil belajar siswa.

D. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksana dengan tiga siklus, dimana diantara siklus I
sampai dengan silklus III merupakan sebuah rangkaian yang saling
berkaitan. Siklus II dan siklus III dilakukan untuk memperbaiki siklus
sebelumny yaitu siklus I. Penelitian ini menggunakan metode Kemmis &
McTaggart. “Metode yang dikemukanan oleh Kemmis & McTaggart pada
hakekatnya terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi” (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010:
21). Metode tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
17

Gambar 1. Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart


Penjelasan dari tahapan tersebut yaitu:
1. Perencanaan Tindakan (Planning)
a. semua langkah tindakan secara rinci.
b. segala keperluan pelaksanaan PTK (materi atau bahan ajar, metode
mengajar, serta teknik dan instrumen observasi).
c. perkiraan kendala yang mungkin timbul pada pelaksanaan.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Realisasi dari teori dan teknik mengajar serta tindakan (treatment) yang
sudah direncanakan sebelumnya.
3. Pengamatan Tindakan (Observing)
Dalam pengamatan atau observasi harus mengacu pada instrumen yang
sudah dibuat dan dimungkinkan melibatkan pengamat dari luar.
4. Refleksi terhadap Tindakan (Reflecting)
Refleksi terhadap tindakan meliputi:
a. data yang dapat dianalisis
b. dalam analisis data melibatkan orang luar.

E. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan Analisis pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif ini berkaitan dengan perbaikan atau
peningkatan proses pembelajaran pada suatu kelas. Sedangkan pendekatan
Analisis data kuantitatif diambil dari data hasil tes pada setiap siklus.
Setiap siklus penilaian data tes dianalisis secara deskriptif menggunakan
teknik rata-rata untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar
yang dicapai dalam pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe NHT. Dalam mengolah data tes digunakan rumus perhitungan sebagai
berikut:
1. Nilai siswa
18

Didalam penelitian ini,nilai siswa dihitung menggunakan rumus:

Nilai = Jumlah skor yang diperoleh siswa


Jumlah skor total
2. Nilai rata-rata kelas
Menurut Untung (2021:28) rata-rata hitung atau nilai tengah,
denganlambang μ untuk populasi dan X untuk sampel, merupakan salah satu
ukuran pemusatan. Karena sifat sifatnya yang mudah untuk dipelajari, nilai
tengah ini memegang peranan penting dalam statistik inferensial. Nilai tengah
yang akan kita pelajari dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu nilai
tengah untuk data tunggal dan nilai tengah untuk data yang telah
dikelompokkan dalam tabel distribusi frekuensi. Bila data sampel terdiri dari
sejumlah nilai-nilai hasil pengamatan yang tidak terlalu besar, rata-rata
hitungnya (arithmetic mean) dapat langsung dicari dari data yang
besangkutan tanpa harus terlebih dahulu menyusunnya ke dalam distribusi
frekuensi.
Mean (X) atau disebut juga dengan rata-rata adalah angka yang diperoleh
dengan membagi jumlah nilai-nilai (X) dengan jumlah individu (N). rumus
yang digunakan:

Mx= ∑X
N

Keterangan :
M x = mean yang kita cari

∑ X = Jumlah dari skor-skor ( nilai-nilai ) yang ada


N = Number of cases (banyaknya skor-skor itu sendiri

3. Presentase ketuntasan hasil belajar


Selain mecari rata-rata, peneliti juga menghitung persentase siswa yang
19

tuntas KKM. KKM yang digunakan kelas V SD Negeri 46 Lubuklinggau


yaitu 70. Menurut Anas Sudijono (2010:10) untuk memperoleh frekuensi
relatif (angka persenan) menggunakan rumus :

P= x 100%
N

Keterangan :
P = angka persentase
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = jumlah frekuensi/banyaknya individu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada tahap ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang model


pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan hasil
belajar pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 46 Lubuklinggau. Untuk
mengetahui apakah ada perubahan hasil belajar IPS siswa pada setiap siklus
maka data dapat dilihat pada tabel persentase rekapitulasi ketuntasan hasil
belajar IPS siklus 1, siklus 2, siklus 3.

Tabel 1
Persentase Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPS
Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3

Tidak
Nilai Tuntas Jumlah
N Treatmen Tuntas
Siklus Rata-
o t Persen Perse Perse
rata F f f
(%) n (%) n (%)
Siklus Pre-test 30 19 86,36 3 13,63 22 100
1
1 Post-test 48,18 16 72,72 6 27,27 22 100
Siklus Pre-test 51,81 17 77,27 5 22,72 2 100
2
2 Post-test 66,81 9 40,90 13 59,09 22 100
Siklus Pre-test 73,18 7 31,81 15 68,18 22 100
3
3 Post-test 84,09 2 9,09 20 90,90 22 100

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah


ketuntasan hasil belajar IPS siswa Kelas V, hal ini dapat dibuktikan pada
kegiatan pembelajaran menggunakan model Numbered Head Together
dengan materi Jenis-jenis Kegiatan Ekonomi Masyarakat yang diterapkan
pada siklus 1, dari 38 siswa kelas V. nilai rata-rata (pre-test) 30, siswa
yang tuntas 13,63% sebanyak 3 siswa dan nilai rata-rata (post-test) 48,18
siswa yang tuntas 27,27% sebanyak 6 siswa. Artinya dari 22 siswa,
sebanyak 6 siswa telah mampu menyerap kegiatan yang diterapkan pada
siklus 1.

20
21

Sementara pada siklus 2, kegiatan pembelajaran menggunakan model


Numbered Head Together dengan materi Jenis-jenis Usaha yang Dikelola
secara Perorangan dan Kelompok, siswa yang tuntas juga terjadi
peningkatan yang cukup signifikan. Dari 22 siswa kelas V nilai rata-rata
(pre-test) 51,81, siswa yang tuntas 22,72% sebanyak 5 siswa dan nilai rata-
rata (post-test) 40,90 siswa yang tuntas 59,09% sebanyak 13 siswa.
Artinya dari 22 siswa, sebanyak 13 siswa telah mampu menyerap kegiatan
yang diterapkan pada siklus 2.
Sedangkan pada siklus 3, kegiatan pembelajaran menggunakan model
Numbered Head Together dengan materi Pengaruh Kegiatan Ekonomi
terhadap Kesejahteraan Masyarakat, hampir keseluruhan siswa mencapai
ketuntasan dalam belajar. Dari 22 siswa kelas V, nilai rata-rata (pre-test)
31,81 siswa yang tuntas 68,18% sebanyak 15 siswa dan nilai rata-rata
(post-test) 9,09 siswa yang tuntas 90,90% sebanyak 20 siswa. Artinya dari
22 siswa, sebanyak 20 siswa telah mampu menyerap kegiatan yang
diterapkan pada siklus 3.
Dari hasil data diatas setiap siklus peneliti mengelompokan beberapa
tahap yaitu:
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus pertama yaitu peneliti berkoordinasi
dengan guru pengampu mata pelajaran pda kelas V. Kegiatan ini
meliputi:
1) Mempersiapkan materi yang akan diberikan kepada siswa
yaitu “Jenis-Jenis Usaha Kegiatan Ekonomi Masyarakat”.
2) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang sudah disetujui oleh guru mata pelajaran IPS
3) Mempersiapkan soal pretest dan posttest untuk mengukur
tingkat pemahaman siswi terhadap materi yang di berikan.
4) Mempersiapkan masalah yang akan diberikan kepada siswa
untuk dijadikan bahan diskusi kelompok.
22

5) Mempersiapkan lembar observasi untuk menilai tingkat hasil


belajar siswa selama proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Tindakan pada siklus I dilakukan selama 1 kali pertemuan,
pertemuan dilakukan pada hari sabtu tanggal 26 Oktober 2023.
Berikut ini rincian dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan.
Materi yang disampaikan pada siklus pertama yaitu sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Sebelum memulai proses
pembelajaran peneliti melakukan kegiatan yang meliputi:
1) Kegiatan awal
a) Peneliti memberi salam dan mengajak siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing.
b) Peneliti mengecek kesiapan siswa serta absensi kehadiran
c) Peneliti menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
a) Siswa mendegarkan dan menyimak peneliti terkait model
pembelajaran yang akan diterapakan dalam proses
pembelajaran dan materi pembelajaran.
b) Peneliti mengajukan pertanyaan terkait denagn materi
c) lalu peneliti membagi siswa dalam kelompok yang teridiri
dari 5-6 orang dimana setiap anggota kelompok mendapat
topi bernomor.
d) Peneliti memberikan tugas terkait materi kemudian masin-
masing kelompok mengerjakan dan mendiskusikannya.
e) Salah satu anggota dari kelompok akan maju untuk
melaporkan hasil diskusi mereka,dan kelompok lain di
berikan kesempatan untuk menberi tangggapan
f) Setelah itu peneliti memberikan soal pretest yang bertujuan
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.
3) Kegiatan Penutup
23

Peneliti dan siswa betanya jawab terkait materi yang sudah


di pelajari memberikan secara singkat hasil pembelajaran yang
telah dilakukan dan memberikan semangat kepada peserta didik
supaya pada pertemuan kedua peserta didik dapat lebih aktif.
Setelah kelompok selesai berdiskusi peneliti membagikan soal
postest siklus satu kepada siswa untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa. Setelah itu peneliti menutup pembelajaran
dengan mengajak siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan
masing-masing.
c. Refleksi
Berdasarkan dari data yang telah didapatkan pada siklus
pertama, model pembelajaran Numbere Head Together untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS ini belum
dapat dikatakan berhasil dikarenakan kriteria nilai yang diharapkan
belum bisa tercapai. Meskipun dalam prosesnya terdapat sedikit
pengaruhnya, akan tetapi secara keseluruhan hasilnya belum efektif.
Dengan pertimbangan tersebut maka untuk meningkatkan hasil belajar
dengan model Numbered Head Together ini maka peneliti bersama
guru pengampu bersepakat untuk melakukan perbaikan yaitu dengan
melanjutkan ke tahap siklus II.

2. Siklus II
Sementara pada siklus II, kegiatan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Numbered Head Together dengan materi jenis-jenis
usaha yang dikelola secara perorangan dan kelompok. Secara umum
tindakan pada siklus kedua ini hampir sama dengan tindakan pada siklus
pertama.
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus kedua yaitu peneliti berkoordinasi dengan
guru pengampu mata pelajaran teknologi pengukuran mengenai hal-
hal teknis selama proses pembelajaran. Kegiatan ini meliputi:
24

1) Mempersiapkan materi yang akan diberikan kepada siswa


yaitu “Jenis-Jenis Usaha Yang Dikelola Secara Perorangan
Dan Kelompok”.
2) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang sudah disetujui oleh guru mata pelajaran IPS
3) Mempersiapkan soal pretest dan posttest untuk mengukur
tingkat pemahaman siswi terhadap materi yang di berikan.
4) Mempersiapkan masalah yang akan diberikan kepada siswa
untuk dijadikan bahan diskusi kelompok.
5) Mempersiapkan lembar observasi untuk menilai tingkat hasil
belajar siswa selama proses pembelajaran

b. Pengamatan
Tindakan pada siklus II dilakukan selama 1 kali pertemuan,
pertemuan dilakukan pada hari sabtu 28 Oktober 2023. Berikut ini
rincian dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan. Sebelum
memulai proses pembelajaran peneliti melakukan kegiatan yang
meliputi:
1) Kegiatan awal
a) Peneliti memberi salam dan mengajak siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing.
b) Peneliti mengecek kesiapan siswa serta absensi kehadiran
c) Peneliti menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran.
3) Kegiatan inti
a) Siswa mendegarkan dan menyimak peneliti terkait model
pembelajaran yang akan diterapakan dalam proses
pembelajaran dan materi pembelajaran.
b) Peneliti mengajukan pertanyaan terkait denagn materi
c) lalu peneliti membagi siswa dalam kelompok yang teridiri
dari 5-6 orang dimana setiap anggota kelompok mendapat
topi bernomor.
25

d) Peneliti memberikan tugas terkait materi kemudian masin-


masing kelompok mengerjakan dan mendiskusikannya.
e) Salah satu anggota dari kelompok akan maju untuk
melaporkan hasil diskusi mereka,dan kelompok lain di
berikan kesempatan untuk menberi tangggapan
f) Setelah itu peneliti memberikan soal pretest yang bertujuan
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.
4) Kegiatan Penutup
Peneliti dan siswa betanya jawab terkait materi yang sudah
di pelajari memberikan secara singkat hasil pembelajaran yang
telah dilakukan dan memberikan semangat kepada peserta didik
supaya pada pertemuan ke tiga peserta didik dapat meningkatkan
lagi hasil belajarnya. Setelah setiap kelompok selesai berdiskusi
peneliti membagikan soal postest siklus dua kepada siswa. untuk
mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Setelah itu peneliti
menutup pembelajaran dengan siswa berdo’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing.

c. Refleksi
Refleksi dilakukan ketika selesai pembelajaran pada siklus II.
kegiatan refleksi yang dilakukan yaitu memaparkan hasil dari tindakan
siklus I terkait tentang meningkatnya hasil belajar peserta didik. Hasil
refleksi dari siklus I hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria yang
diharapkan. Dan pada siklus II diketahui bahwa penggunaan model
pembelajaran Numbered Head Together di dalam siklus II ini dapat
dikatakan sudah memunuhi keriteria yang diharapkan karena
meningkat secara signifikan.. Karena itu pembahasan materi perlu
dilanjutkan sampai dengan siklus III.

3. Siklus III
26

Sedangkan pada siklus III, kegiatan pembelajaran menggunakan


model pembelajaran Numbered Head Together dengan materi “Pengaruh
Kegiatan Ekonomi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat”. Secara umum
tindakan pada siklus ke tiga ini hampir sama dengan tindakan pada siklus
satu dan siklus dua.
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus kedua yaitu peneliti berkoordinasi dengan
guru pengampu mata pelajaran teknologi pengukuran mengenai hal-
hal teknis selama proses pembelajaran. Kegiatan ini meliputi:
1) Mempersiapkan materi yang akan diberikan kepada siswa
yaitu “Pengaruh Kegiatan Ekonomi Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat”.
2) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang sudah disetujui oleh guru mata pelajaran IPS.
3) Mempersiapkan soal pretest dan posttest untuk mengukur
tingkat pemahaman siswi terhadap materi yang di berikan.
4) Mempersiapkan masalah yang akan diberikan kepada siswa
untuk dijadikan bahan diskusi kelompok.
5) Mempersiapkan lembar observasi untuk menilai tingkat hasil
belajar siswa selama proses pembelajaran

b. Pelaksanaan
Tindakan pada siklus III dilakukan selama 1 kali pertemuan,
pertemuan dilakukan pada hari Selasa 31 Oktober 2023. Berikut ini
rincian dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan. Sebelum
memulai proses pembelajaran peneliti melakukan kegiatan yang
meliputi:
1) Kegiatan awal
a) Peneliti memberi salam dan mengajak siswa berdo’a
menurut agama dan keyakinan masing-masing.
b) Peneliti mengecek kesiapan siswa serta absensi kehadiran
27

c) Peneliti menyampaikan tahapan kegiatan pembelajaran.


2) Kegiatan inti
a) Siswa mendegarkan dan menyimak peneliti terkait model
pembelajaran yang akan diterapakan dalam proses
pembelajaran dan materi pembelajaran.
b) Peneliti mengajukan pertanyaan terkait denagn materi
c) lalu peneliti membagi siswa dalam kelompok yang teridiri
dari 5-6 orang dimana setiap anggota kelompok mendapat
topi bernomor.
d) Peneliti memberikan tugas terkait materi kemudian masin-
masing kelompok mengerjakan dan mendiskusikannya.
e) Salah satu anggota dari kelompok akan maju untuk
melaporkan hasil diskusi mereka,dan kelompok lain di
berikan kesempatan untuk menberi tangggapan
f) Setelah itu peneliti memberikan soal pretest yang bertujuan
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.
5) Kegiatan Penutup
Peneliti dan siswa betanya jawab terkait materi yang sudah
di pelajari memberikan secara singkat hasil pembelajaran yang
telah dilakukan dan memberikan semangat kepada peserta didik
supaya pada pertemuan ke tiga ini peserta didik dapat
meningkatkan hasil belajar yang tuntas. Setelah setiap kelompok
selesai berdiskusi peneliti membagikan soal postest siklus tiga
kepada siswa untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
siswa. Setelah itu peneliti menutup pembelajaran dengan
mengajak siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-
masing.

c. Refleksi
Refleksi dilakukan ketika selesai pembelajaran pada siklus III.,
kegiatan refleksi yang dilakukan yaitu memaparkan hasil dari
28

tindakan siklus I, II dan III terkait tentang meningkatnya hasil belajar


peserta didik. Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus III ini
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head
Together untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPS dalam siklus III ini dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria
yang diharapkan. Dimana pada siklus tiga ini siswa yang tuntas 20
siswa dengan persentase 90,90% dari 22 siswa.

B. Pembahasan
Didalam pembahasan ini akan diuraikan hasil penelitian dimana dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan dari siklus satu
sampai dengan siklus ketiga dengan model pembelajaran Numbered Head
Together mendapat hasil yang meningkat dimana setiap siklus ada peningkatan
hasil belajar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat di lihat bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar siswa mulai dari Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3. Pada Siklus 1 besarnya
peningkatan nilai rata-rata (pre-test - post-test) dari 30 menjadi 48.18, Siklus 2 nilai
rata-rata (pre-test - post-test) dari 51,81 menjadi 66,81 dan nilai rata-rata (pre-test -
post-test) Siklus 3 dari 73,18 menjadi 84,09. Pada Siklus 1 jumlah siswa yang tuntas
dengan KKM 70 adalah dari 3 siswa atau sebesar 13,63% (pre-test) menjadi 6 Siswa
atau sebesar 27,27% (post-test), dan jumlah siswa yang tuntas pada Siklus 2 adalah
dari 5 siswa atau sebesar 22,72%(pre-test) menjadi 13 siswa atau sebesar 59,09%
(post-test), sedangkan pada Siklus 3 jumlah siswa yang tuntas adalah dari 15 siswa
atau sebesar 68,18% (pre-test) menjadi 20 siswa atau 90,90% (post-test). Jika
dibandingkan dengan Indikator kinerja, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil
karrena telah melampaui indikator kinerja yang telah ditentukan dalam penelitian yaitu
90.90% siswa dari jumlah siswa mendapat nilai ≥ 70.
Dengan kata lain, melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head
Together menunjukkan peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri
46 Lubuklinggau. Karena melalui model pembelajaran Numbered Head
Together siswa dapat saling membantu satu sama lain dalam kelompok yang
29

heterogen dan secara individu mereka juga dapat berpikir dan berusaha dalam
memahami materi.
Selain itu dalam penerapan model pembelajaran Numbered Head Together
dapat melatih kerjasama, tanggung jawab serta mengembangkan
keterampilan.Numbered Heads Together memiliki manfaat. Artinya, seorang
siswa yang pandai dapat mengajar siswa yang tidak pandai, dan siswa dapat
berdiskusi secara serius. Manfaat tersebut diperoleh dari interaksi siswa dengan
guru maupun dengan siswa lainnya dalam kegiatan berdiskusi, dan dengan
tindakan yang dilakukan semakin terlihat siswa saling mengajar, karena
masing-masing siswa merasa siap untuk menguasai materi.
Jika ada anggota yang mengalami kesulitan, siswa cerdas akan
membimbing siswa kurang cerdas agar setiap siswa dapat lebih memahami
materi. Manfaat tersebut diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran yang
menghasilkan siswa memperoleh pemahaman materi yang lebih mendalam,
siswa meningkatkan hasil belajarnya, dan siswa meningkatkan hasil
belajarnya.Penelitian ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh Zuhdi
(2010: 65). Ada harapan agar guru dapat meningkatkan prestasi akademiknya
dan menjadi guru yang profesional. Lebih lanjut diharapkan siswa tidak lagi
malu untuk mengemukakan pendapat, berinteraksi dengan teman dan guru,
berpartisipasi dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan dapat disimpulkan


bahwa “model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat
meningkatkan hasil belajar terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V
SD Negeri 46 Lubuklinggau. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata siswa,
Siklus 1 nilai rata-rata Pre-test 30 dan Post-test 48,18, Siklus 2 nilai rata-
rata Pre-test 51,81dan Post-test 66,81, Siklus 3 nilai rata-rata Pre-test
73,18 dan 89,09 Post-test.
Pada Siklus 1 jumlah siswa yang tuntas dengan KKM 70 adalah dari
3 siswa atau sebesar 3,63% (pre-test) menjadi 6 Siswa atau sebesar
27,27% (post-test), dan jumlah siswa yang tuntas pada Siklus 2 adalah dari
5 siswa atau sebesar 22,27% (pre-test) menjadi 13 siswa atau sebesar
59,09% (post-test), sedangkan pada Siklus 3 jumlah siswa yang tuntas
adalah dari 15 siswa atau sebesar 68,18% (pre-test) menjadi 20 siswa atau
90,90% (post-test). Dari hasil belajar IPS tersebut maka indikator kinerja
jumlah siswa yang nilainya di atas KKM 70 dapat mencapai ketuntasan
adalah sebesar 92.10% atau sebanyak 35 siswa dari 38 jumlah siswa kelas
V.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa model Numbered Head
Together secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
kelas V SD Negeri 46 Lubuklinggau. Model ini dapat membantu siswa
untuk bekerja sama dalam kelompok yang heterogen dan membantu
mereka untuk berpikir dan berkreasi dalam memahami materi. Selain itu,
model Numbered Head Together dapat memfasilitasi kolaborasi, kerja
sama, dan pengembangan keterampilan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang dilakukan, maka
penulis dapat memberikan beberapa, yaitu :

30
31

1. Model pembelajaran Numbered Head Together (HNT) dapat dijadikan


sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPS.
2. Bagi guru hendaknya lebih memperhatikan penggunaan model
pembelajaran dalam proses mengajar.
3. Guru juga harus mampu melibatkan siswa secara aktif dalam penggunaan
model pembelajaran agar proses pembelajaran agar proses pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Seperti model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) ini.
DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah, I. (2018). NHT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA


KELAS III SEKOLAH DASAR Iqnatia Alfiansyah Abstract : This study refers
to the low learning outcomes of students in learning because the methods of
teachers in teaching less varied , especially group discussion m. 2(1), 85–93.

Asmoyowati, T. (2023). (2023). Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head


Together ( Nht ) Dalam Upaya Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Ips
Pada Siswa Kelas Iv Sdn Sejomulyo 01 Juwana Titik Asmoyowati Sd Negeri
Sejomulyo 01 Kecamatan Juwana PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan
Sosal merup. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(14), 701–709.

Budi, C. (2019). Numbered Head Together. Journal of Mathematics Education


(AJME), 1(2010), 54–62.

Endang Kusripinah, R. R., & Subrata, H. (2022). Penerapan Model Pembelajaran


Untuk Meningkatan Literasi Baca Tulis: Literature Review. Pionir: Jurnal
Pendidikan, 11(2), 29–38. https://doi.org/10.22373/pjp.v11i2.13507

Hopeman, T. A. (2022). Hakikat, Tujuan Dan Karakteristik Pembelajaran Ips


Yang Bermakna Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Kiprah
Pendidikan, 1(3), 141–149. https://doi.org/10.33578/kpd.v1i3.25

Kurniasih, C. (2020). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran


Kooperatif Dengan Media Strip Stroy Pada Mata Pelajaran PAI Kelas IX di
SMP Negeri Satap 18 Konse. Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 3(4),
10–29.

Mahera, A., Hermita, N., & N, L. (2019). Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Ips Siswa Kelas V Sd Negeri 161 Pekanbaru. Tunjuk Ajar: Jurnal
Penelitian Ilmu Pendidikan, 2(2), 111. https://doi.org/10.31258/jta.v2i2.111-
122

32
33

Marhadi, H., & Kurniaman, O. (2019). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPS SISWA KELAS III SD NEGERI 21 PEKANBARU. 1–11.

Matje, I. (2022). Meningkatkan Hasil Belajar Ips Menggunakan Model Kooperatif


Tipe Numbered Head Together Siswa Kelas Iv Sdn 2 Wameo.
TAKSONOMI: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar, 2(1), 16–23.
https://doi.org/10.35326/taksonomi.v2i1.2178

Mustamiroh, M., Jannah, A. M., Buhari, M. R., Muhlis, M., & Djangka, L.
(2023). Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar. PTK: Jurnal Tindakan
Kelas, 3(2), 277–288. https://doi.org/10.53624/ptk.v3i2.234

Noviana, E. (2018). IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING


MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER ( NHT ) TYPE OF
LEARNING TO IMPROVE IPS CLASS SD NEGERI 005 RAJA BEJAMU
TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA
KELAS IV SD NEGERI 005 RAJA BEJAMU. Elementary School Teacher
Education Faculty, 1–15.

Purwanti, R. S. (2019). Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa


Menggunakan Model Number Heads Together (Nht) Pada Mata Pelajaran
Matematika. J-PiMat : Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 26–37.
https://doi.org/10.31932/j-pimat.v1i1.407

Putra, 1 Ketut Pramana Adi. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Numbered Heads Together (NHT) Berbantuan Media Kartu Berseri
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 2
Sukadana, Kubu, Karangasem. 2, 1–23.

Sugiyah. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Menggunakan


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif NHT Pada Pembelajaran IPS
Untuk Siswa Kelas IV SD Negeri 005 Titian Resak. Jurnal Mitra Guru,
IV(5), 538–549.
34

Sundari, K., & Aulia, R. (2022). PEDAGOGIK, Vol. X, No 1. Februari 2022 17.
Pedagogik,X(1),17–28.
https://jurnal.unismabekasi.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/
4604/2261

Suparyono, S. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Sd Negeri 016 Marsawa.
JURNAL PAJAR (Pendidikan Dan Pengajaran), 2(6), 950–956.
https://doi.org/10.33578/pjr.v2i6.6536

Tantriyani, N. (2023). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS PADA
MATERI KEGIATAN. Journal Pendidikan Sekolah Dasar, 2(2), 100–108.

Trisianawati, E., Djudin, T., & Stianingsih, Y. D. (2018). Pengaruh Penerapan


Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil
Belajar Siswa. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(3), 354–361.
https://doi.org/10.20527/bipf.v6i3.5295

Wiriani, N. L. (2023). Head Together Untuk Matematika Pada Siswa Kelas V Sd


Negeri 1 Kampung Bugis Semester I Tahun Pelajaran 2022 / 2023.
Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama Dan Budaya, 7(1), 50–61.
http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/widyacarya/index

Yuli, D. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan


Model Pembelajaran Make A Match Pada Mata Pelajaran IPS Materi
Koperasi dan Kesejahteraan rakyat kelas IV MIS AL-MUTTAQIN Dusun
Karang Sari Kec. Padang Tualang Kab. Langkat TA. 2016/2017. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1–73.

Zainal Arifin. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA
Zuhdi, A. 2010. Guru Idola. Yogyakarta: GenK Publisher.
35

Fathurrohman. 2015. NHT adalah model pembelajaran yang memberikan


kesempatan Selain itu NHT dapat meningkatkan semangat kerja sama
siswa).

Anda mungkin juga menyukai