Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode penelitian tahun 2017 sampai dengan 2020. Perusahaan
manufaktur adalah sebuah badan usaha yang mengoprasikan mesin, peralatan dan tenaga
kerja dalam suatu proses untuk mengubah bhan-bahan mentah menjadi barang jadi yang
memiliki nilai jual. Semua proses dan tahapan yang dilakukan dalam keguatan
manufaktur dilakukan dengan mengacu pada Standar Oprasional Prosedur (SOP) yang
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data sekunder, yaitu laporan
sebanyak 143 perusahaan. Dalam penelitian ini obyek penelitian dipilih dengan metode
penelitian dipilih bagi perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan periode tahun
2017 sampai 2020 secara lengkap, berdasarkan metode purposive sampling diperoleh
Statistic deskriptif merupakn teknik statistika yang menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan semua data yang telah terkumpul salah satunya untuk cara korelasi
antara variabel. Berikut adalah table-tabel hasil perhitungan CMV, INTAV, dan RnD.
Nilai pasar perusahaan merupakan (CMV) atau Corporate market value merupakan
keseluruhan nilai saham yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu nilai dari harga saham
Tabel 4.1
Nilai Pasar Perusahaan
Berdasarkan table tersebut diperoleh hasil bahwa perusahaan yang memiliki nilai
pasar paling tinggi adalah Berlina Tbk. Dengan nilai pasar sebesar 48,955,500,000,000
hasil ini diperoleh berdasarkan jumlah saham yang beredar yaitu sebanyak
979,110,000,000 per lembar dengan harga penutupan Rp, 50,. sedangkan perusahaan
yang memiliki nilai pasar paling rendah adalah Lionmesh Prima Tbk, dengan nilai pasar
96,000,000 per lembar dengan harga saham saat penutupan sebesar Rp 100,.
2. Nilai Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud adalah aset non moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud
fisik. Berdasarkan definisi tersebut terdapat beberapa karaktristik dari aset tidak
berwujud, yaitu dapat diidentifikasi ,adanya pengendalian dan idak mempunyai wujud
fisik. Variabel nilai aset tidak berwujud dapat dilambangkan dengan INTAV (Intangible
asset value) merupakan selisih lebih nilai pasar perusahaan (CMV) dari nilai buku aset
bersih (BVNA).
Tabel 4.2
Nilai Aset Tidak Berwujud
No Kode Total Aset Total Utang BVNA CMV INTAV
1 ARNA 1,601,346,561,573 571,946,769,034 1,029,399,792,539 91,767,887,200 937,631,905,339
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh hasil bahwa perusahaan yang memiliki nilai
aset tidak berwujud paling tinggi adalah Argha Karya primaindustry Tbk, dengan nilai
aset tidak berwujud sebesar 339,998,873,387,509, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai
pasar paling rendah adalah Sarana Central Bajatama Tbk. Dengan nilai aset tidak berwujud
sebesar -7,983,789,727.
3. RnD
dan berikut ini adalah biaya yang diperoleh dalam laporan keuangan perusahaan yang
sampel penelitian ini menyajikan biaya R&D dalam laporan keuangannya. Dan
adapun yang tidak menyajikan biaya RnD antaran lain yaitu, Wilmar cahaya indoneisa
Tbk, Ekadharma international Tbk, Tunas alfin Tbk, Impack pratama industri Tbk,
Sebagai tinjauan terhadap data penelitian, berikut ini akan disajikan ringkasan data
data dalam bentuk statistik deskriptif untuk masing-masing variabel. Penelitian ini
menggunakan 120 data pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.4
Descriptive Statistics
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai
minimum aset tidak berwujud (INTAV) sebesar 7984,00 dan nilai maksimum sebesar
1694769,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa besar INTAV pada perusahaan yang
menjadi sampel penelitian ini berkisar antara 7984,00 sampai 1694769,00 dengan rata-
Variabel biaya penelitian dan biaya pengembangan (RnD) dalam statistik deskriptif
menunjukkan bahwa nilai minimum ukuran perusahaan sebesar 0,00 dan nilai maksimum
sebesar 279134,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa besar RnD pada perusahaan yang
menjadi sampel penelitian ini berkisar antara 0,00 sampai 279134,00 dengan rata-rata
dalam statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum reaksi pasar sebesar
9600,00 dan nilai maksimum sebesar 1500000,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa besar
reaksi pasar pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini berkisar antara 9600,00
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan atau
tidak yang terdapat pada model regresi yang dilakukan pada penelitian ini yang dimana
meliputi uji normalitas data, uji multikolinieritas dan uji heteroskedasitas, dan uji
autokorelasi Wijiantoro (2017). Berikut merupakan hasil dari masing-masing uji tersebut:
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Menurut Priyanto (2013) dalam Wijiantoro
(2017) uji normalitas merupakan pengujian data untuk memastikan apakah data
normal jika nilai Asmptotic Significance > 0,05, dan sebaliknya jika nilai Asymptotic
Significance < 0,05, maka data mempunyai distribusi yang tidak normal (Ghozali, 2005)
dalam (Nugroho, 2016:31). Berikut adalah hasil uji normalitas menggunakan uji K-S.
Tabel 4.5
Uji Normalitas 1 K-S
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 85
Mean .0000000
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 219810.543733
16
Most Extreme Absolute .140
Differences Positive .126
Negative -.140
Kolmogorov-Smirnov Z 1.289
Asymp. Sig. (2-tailed) .072
tersebut berada di atas tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji data dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya
tidak memiliki korelasi antar variabel independen. Apabila nilai tolerance lebih dari 0,10
dan nilai Varian Inflation Factor (VIF) kurang dari 10,0 maka model tersebut tidak terjadi
Tolerance VIF
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada korelasi antar variabel independen atau model regresi pada penelitian ini tidak
terdapat kesamaan atau perbedaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain.
Menurut Ghozali (2006). Tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara
y cap (y hasil regresi) sebagai sumbu x dengan nilai error sebagai sumbu y. Jika angka
dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar acak sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi
homoskedastisitas terpenuhi.
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas dari hasil uji Glejser masing
masing variabel independen memperoleh nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Uji regresi linear berganda digunakan untuk memperkirakan nilai variabel terikat
jika nilai variabel bebas mengalami perubahan baik peningkatan maupun penurunan agar
diketahui arah hubungan positif atau negative (Priyatno, 2013:25). Adapun hasil analisis
regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Linear Berganda Variabel
X1, X2 danY Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
Dari Tabel 4.8 di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut:
Diminta :
bila tidak.
e : Nilai Error
2. Aset tidak berwujud (X1) mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar
0,260 artinya setiap kenaikan aset tidak berwujud sebesar 1 poin maka nilai dari
nilai perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 0,260 poin dengan asumsi
arah positif sebesar 2,668 , artinya setiap kenaikan biaya penelitian dan
sebesar 2,668 poin dengan asumsi faktor-faktor yang lain tetap atau cateris
paribus.
dengan tingkat signifikansi 5% dan degree of freedom (df) = n-k. Dimana apabila t hitung
> t tabel, maka hipotesis diterima, dengan kata lain variabel independen secara individual
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, sebaliknya jika t hitung <
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik t Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Berdasarkan hasil analisis regresi varibel INTAV dan RnD terhadap nilai
sehingga H2 diterima. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa besarnya asset
variabel RnD sebesar -6,227 dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena sig. t < 5% (0,000
< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa RnD berpengaruh secara signifikan terhadap
Nilai Perusahaan.
adalah antara nol dan satu R2 = 0-1 artinya apabila nilai R2 kecil, berarti kemampuan
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary(b)
determinasi (R2) diperoleh nilai R Square sebesar 0,316. Hal ini menunjukkan bahwa
Nilai perusahaan dipengaruhi oleh Aset tidak berwujud , dan biaya penelitian dan
pengembangan sebesar 31,6%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 68,4% dipengaruhi oleh
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini yaitu Nilai asset tidak
hipotesis ini dilakukan dengan uji statistik t. Uji statistik t untuk variabel perataan laba
diperoleh nilai t hitung sebesar 4.506 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,663. Nilai
signifikansi yang diperoleh sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi yang telah
ditetapkan yaitu 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Nilai aset tidak berwujud berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian yaitu penelitian ini menjelaskan
bahwa besarnya asset tidak berwujud berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
signifikansi sebesar 0,000. Karena sig. t < 5% (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama yaitu Aset Tidak
Berwujud (INTAV) dan biaya peelitian dan pengembangan (RnD) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesi
pengaruh aset tidak berwujud dan biaya penelitian dan pengembangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2020, dapat ditarik
1. Aset tidak berwujud yang diukur dengan INTAV berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai pasar perusahaan yang diukur dengan CMV pada perusahaan
nilai pasar perusahaan (CMV) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa
5.2 Saran
lebih banyak dan periode pengamatan ditambah selama 5 tahun, sehingga jumlah
sampel dan data yang dapat digunakan dalam penelitian semakin banyak. Dengan
demikian, diharapkan hasil penelitian dapat mewakili keseluruhan perusahaan
2. Peneliti selanjutnya perlu menambah variabel lain diluar variabel penelitian ini
yang berkaitan dengan nilai pasar perusahaan (CMV) seperti size, growth,
perhitungan data perusahaan yang akan diteliti, karena nantinya akan berpengaruh