Anda di halaman 1dari 6

Nama : Irma Suryani

NIM : 1907101030039
Resume Hipertiroid
Pengertian

Tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar dalam tubuh manusia yang terletak di leher
depan, terdiri atas dua bagian (lobus kanan dan lobus kiri). Panjang kedua lobus masing-masing
5 cm dan menyatu di garis tengah berbentuk seperti kupu-kupu. Kelenjar tiroid menghasilkan
hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triidotironin (T3). Hormon tiroid mempunyai peran dalam
berbagai metabolisme (metabolisme protein, karbohidrat, lemak) dan aktivitas fisiologik pada
hampir semua sistem organ tubuh manusia. Pembentukan hormon tiroid dipengaruhi oleh
mekanisme umpan balik yang melibatkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). Bila produksi
hormon tiroid meningkat maka produksi TSH menurun dan sebaliknya jika produksi hormon
tiroid tidak mencukupi kebutuhan maka produksi TSH meningkat.

Tiroksikosis adalah manifestasi kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi darah.
Hipertiroid adalah tiroksikosis yang disebabkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif.

Etiologi

1. Tiroid :

a. Grave’s disease : penyebab tersering hipertiroidisme (60-90% dari seluruh kasus


hipertiroid di dunia)
b. Adenoma toksik
c. Toksik nodular goiter
d. McCune-Albrigth
e. Tiroiditis sub akut
f. Tiroiditis limfositik kronik
2. Hiposis :
a. Adenoma hipofisis
b. Hipofisis resisten terhadap T4
3. Lain :
a. Eksogen
b. Iodine induced hyperthyroidism
c. hCG
Epidemiologi
Hipertiroid merupakan penyakit hormonal yang menempati urutan kedua terbesar di Indonesia
setelah diabetes mellitus. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi diabetes mellitus
dan hipertiroid di Indonesia berturut-turut adalah sebesar 1,5 dan 0,4 persen. Prevalensi penyakit
hipertiroid pada wanita adalah 0,5-2,0% dan 10 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria.
Di Amerika Serikat prevalensi hipertiroid diperkirakan 1,2% (0,5% overt hyperthyrodism dan
0,7% hipertiroid subklinik)

Patofisiologi
Penyebab tersering hipertiroid adalah penyakit grave, suatu penyakit autoimun, yakni tubuh
secara serampangan membentuk thyroid stimulating immunogloin (TSI), suatu antibodi yang
sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid. TSI merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid
dengan cara yang serupa dengan yang dilakukan TSH. Namun, tidak seperti TSH, TSI tidak
dipengaruhi oleh inhibisi umpan balik negatif oleh hormon tiroid, sedingga sekresi dan
pertumbuhan tiroid terus berlangsung. Sepert diperkirakan, pasien hipertiroidisme mengalami
peningkatan laju metabolik basal. Terjadi peningkatan peningkatan panas yang menyebabkan
pengeluaran keringat berlebihan dan penurunan toleransi terhadap panas. walaupun nafsu makan
dan asupan makan meningkat terjadi akibat meningkatkanya kebutuhan metabolik, berat badan
berkurang karena tubuh membakar bahan bakar dengan kecepatan abnormal. Penurunan massa
protein otot rangka menyebabkan lemas. Hipertiroidisme menimbulkan berbagai kelainan
kardiovaskuler yang disebabkan baik oleh efek langsung hormon tiroid maupun oleh
interaksinya dengan katekolamin. Kecepatan dan kekuatan denyut jantung dapat menjadi sangat
meningkat sehingga individu mengalami palpitasi. Keterlibatan susunan saraf ditandai dengan
kewaspadaan mental yang berlebihan sampai pada keadaan pasien mudah tersinggung, tegang,
cemas dan sangat emosional.
Gejala dan Tanda

Sistem Gejala dan Tanda


Susunan saraf Labil/emosional, menangis tanpa alasan yang jelas (iritabel),
psikosis, tremor, nervositas, sulit tidur, sulit konsentrasi.
Mata Pandangan ganda, melotot
Kelenjar tiroid Pembesaran tiroid
Jantung dan paru Sesak nafas (dispnoe), hipertensi,aritmia, berdebar-debar, gagal
jantung, tekanan darah meningkat (takikardi)
Saluran cerna Sering buang air besar, lapar, bayak makan, haus, muntah, berat
badan turun cepat, toleransi obat.
Sistem reproduksi Tingkat kesuburan menurun, menstruasi berkurang, tidak haid,
libido menurun.
Darah-limfatik Limfositosis, anemi, pembesaran limpa, pembesaran kelenjar
limfe leher.
Tulang Osteoporosis, epifisis cepat menutup, nyeri tulang
Otot Lemah badan (thyrotoxic periodic paralysis), refleks meningkat,
hiperkenesis, capai, tangan gemetar.
Kulit Berkeringat tidak wajar (berlebih) di beberapa tempat.

Diagnosis

a. Penentuan kadar TSHs serum mempunyai tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
dan digunakan sebagai uji saring fungsi tiroid; kadar TSHs tersupresi di bawah nilai
acuan menunjukkan suatu keadaan hipertiroid, sedangkan bila nilainya di atas nilai acuan
menunjukkan keadaan hipotiroid;
b. Seseorang dinyatakan menderita penyakit hipertiroid bila kadar TSHs di bawah nilai
acuan dengan kadar FT4 lebih tinggi dari nilai acuan
c. Seseorang dinyatakan menderita T3 toksikosis bila kadar TSHs dibawah nilai acuan
disertai dengan kadar T3 lebih tinggi dari nilai acuan, tetapi kadar FT4 normal
d. Seseorang dinyatakan menderita hipertiroid subklinik bila kadar TSHs di bawah nilai
acuan, tetapi kadar T4 dan T3 normal; sebaliknya pada hiporiroid subklinik kadar TSHs
di atas nilai acuan dengan kadar T4 dan T3 normal.
e. Indeks Diagnostik Wayne dapat digunakan sebagai acuan untuk menegakkan diagnosa
penyakit hipertiroid secara klinik
f. Sidik tiroid bila diduga ada adenoma toksik/nodul tiroid otonom atau struma multinodosa
toksik; penangkapan radioaktivitas pada penyakit hipertiroid graves akan memberikan
gambaran difus kecuali bila disertai adanya nodul atau fibrosis.
g. Pemeriksaan ultrasonografi diperlukan untuk mengetahui morfologi serta membedakan
kelenjar tiroid yang hiperaktif (peningkatan aliran darah pada ultrasonografi color-
doppler) seperti pada penyakit hipertiroid yang berbeda dari tiroiditis destruktif.

Diagnosis penyakit hipertiroid ditegakkan berdasarkan keluhan dan gejala yang dikonfirmasi
dengan uji diagnostik tiroid, walaupun tidak semua uji tersebut dilakukan.

Indeks Diagnostik Wayne merupakan alat diagnostik sederhana yang digunakan sebagai acuan
untuk membantu menegakkan diagnosa hipertiroid graves secara klinis. Indeks tersebut
digunakan terutama bila belum tersedia fasilitas laboratorium biokimia untuk menentukan kadar
hormon tiroid.
Tabel Indeks Diagnostik Wayne

Gejala awitan baru dan/ Sko Tanda Klinis Jika ada Jika tidak
atau peningkatan r ada
keparahan
Dyspnea d’effort (+)1 Tiroid teraba/membesar (+)3 (-)3
Palpitasi (+)2 Bruit di tiroid (+)2 (-)2
Lelah (+)2 Eksoftalmus (+)2 -
Lebih suka suhu hangat (-)5 Retraksi kelopak mata (+)2 -
Lebih suka suhu dingin (+)5 Lid lag (+)1 -
Keringat berlebih (+)3 Hiperkinesis (+)4 (-)2
Gugup/gelisah (+)2 Tangan panas (+)2 (-)2
Nafsu makan naik (+)3 Tangan lembab (+)1 (-)1
Nafsu makan turun (-)3 Denyut nadi sewaktu
Berat badan naik (-)3 >80 x/menit - (-)3
Berat badan turun (+)3 >90x/menit (+)3 -
Fibrilasi atrial (+)4 -
Interpretasi skor total : >19 : Hipertiroid

11-19 : Ekuivokal

<11 : Eutiroid/non-toksik

Tatalaksana
Ada tiga cara pengobatan penyakit hipertiroid yaitu menggunakan Obat Anti Tiroid (Oat),
pengobatan dengan iodium radioaktif atau pembedahan.
1. Obat Anti Tiroid (OAT)
OAT yang dapat digunakan adalah turunan thiourea yaitu : Methimazole/Carbimazole
atau Prophylthiouracil (PTU). Cara pemberian OAT dapat dilakukan melalui salah satu
cara berikut :
 Metode titrasi : Methimazole/Carbimazole diberikan dengan dosis awal 20-40
mg/hari sekali sehati atau Prophylthiouracil 300-600 mg/hari tiga kali sehari.
OAT dapat diberikan sampai keadaan eutiroid tercapai, kemudian dosis
diturunkan secara bertahap dan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan serendah
mungkin.
 Metode block-supplement : setelah mencapai keadaan eutiroid dengan obat anti
tiroid, pengobatan dilanjutkan dengan menambahkan I-tiroksin 100-150 mcg/hari.
Tujuannya untuk menurunkan angka kekambuhan dan antisipasi terjadinya
keadaan hipotiroid.
 Pemantauan fungsi tiroid dilakukan dengan menentukan kadar FT4 setiap 4-6
minggu sekali, kadar TSHs ditentukan setiap 4-6 minggu setelah kadar FT4
mencapai nilai normal.

2. Pengobatan dengan iodium radioaktif


Indikasi pengobatan iodium radioaktif pada penyakit hipertiroid :
 Hipertiroid graves
 Struma nodosa toksik/nodul tiroid otonom
 Struma multinodosa toksik
 Rekurensi setelah tiroidektomi subtotal
 Diperlukan pengobatan definitif seperti pada penyakit jantung tiroid
Kontraindikasi pengobatan iodium radioaktif :
 Ibu hamil dan ibu menyusui
 Oftalmopati aktif
 Ko-morbid karsinoma tiroid

3. Pembedahan
Indikasi pembedahan : struma besar,adenoma toksik atau struma multinodosa toksik, atau
penyakit hipertiroid yang sering kambuh. Sebelum pembedahan pasien harus menjadi
eutiroid terlebih dahulu dengan pemberian OAT, dengan atau tanpa obat penyekat beta.
Preparat iodida diberikan dalam periode preoperatif. Bila pasien tidak mungkin dijadikan
eutiroid sedangkan tiroidektomi perlu segera dilakukan atau pasien alergi terhadap OAT,
pasien harus terlebih dahulu diobati dengan penyekat beta, kalium iodida, glukokortikoid,
dan cholestyramine sebelum dilakukan tindakan operasi.

Daftar Pustaka
1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis Penyakit
Tiroid. 2015
2. Juwita DA, Suhatri, Hesrtia R. Evaluasi Penggunaan Obat Antitiroid Pada Pasien
Hipertiroid di RSUP Dr. M. Djamil Padang, Indonesia. Jurnal Sains Farmasi dan
Klinis.2018; 5(1):45-54.
3. PERKENI. Pedoman Pengelolaan Penyakit Hipertiroid.2017. Jakarta :Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai