Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TENTANG

TETRALOGI FALLOT

DOSEN PENGAMPU : Ns. Ravika Ramlis, S. Kep, M.Kes


NAMA KELOMPOK :
1. CHERY ANGELIA
2. NETY ANGGRAINI
3. DWI SUCI MELANTI
4. IKHSAN RAHMAT ILAHI
5. YOGA ARDIANSYAH PUTRA
6. HAMZAHAZ

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITA DEHASEN BENGKULU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk
bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Prinsip perawatan pada bayi
dan anak dengan orangtua HIV AIDS makalah ini merupakan salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan HIV AIDS.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
kami, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan.

Bengkulu, 6 april 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................ ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................2
C. Tujuan.................................................................................... 3

BAB II KONSEP TEORI


A. Pengertian..............................................................................4
B. Etiologi..................................................................................4
C. Tanda & Gejala......................................................................5
D. Patofisiologi...........................................................................6
E. Pemeriksaan pununjang.........................................................7
F. Penatalaksanaan.....................................................................8
G. Komplikasi............................................................................ 9

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian.............................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan . 13
C. Intervensi...............................................................................14
D. Evaluasi................................................................................. 27

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................29
B. Saran......................................................................................29

DAFTARPUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan kelainan bawaan yang
merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai.
dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan
pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus
arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung
bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan
2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling
sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau
kanan ke kiri. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang
ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang
perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan
suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena
kelainan perkembangan dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VSD,
stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan overiding aorta (Nursalam
dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara
kedua rongga ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep
pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot
dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan. Hipertrofi
ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Overiding aorta
merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari
bilik kanan.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF ini menempati
urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum
ventrikel, defek septum atrium duktus arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari
seluruh penyakit bawaan, dan merupakan penyebab utama diantara penyakit
jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan
jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut
berperan sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil,
faktor lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan
kromosom.
Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk kebanyakan penelitian dalam
rentang 8 – 10 per 1000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih sering muncul
pada laki – laki daripada perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid
bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa timbul. Hal ini dapat
diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini
penyakit ini pada anak – anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi
yang lebih parah terjadi. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar
bermanfaat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya
pembaca makalah ini yang membahas kelainan jantung tetralogy of fallot serta
asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain:
1. Apa definisi dari penyakit tetralogi fallot?
2. Apa saja etiologi dari penyakit tetralogi fallot?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit tetralogi fallot?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
a. Agar dapat menjelaskan definisi dari penyakit tetralogi fallot
b. Agar dapat menjelaskan etiologi dari penyakit tetralogi fallot
BAB II
KONSEP TEORI

A. Defenisi
Tetralogy fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi
defekseptup ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi
ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan hingga berat.
Stenosis pulmonal bersifat progresif dan semakin lama semakin berat.
Tetralogy of fallot (TOF) adalah merupakan defek jantung yang terjadi
secara kongenital dimana secara khusus mempunyai empat kelainan anatomi
pada jantungnya TOF ini adalah merupakan penyebab tersering pada cyanotic
heart tefect dan juga pada blue baby syndrome.

B. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti. Diduga karena adanya factor endogen dan eksogen.
1. Factor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, seperti diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu
b. Sebelumnya ikut program kb oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter (tali damid, dekstro amfetamin, aminoptering,
metoptering, jamu)
c. Ibu menderita penyakit infeksi rubella
d. Pajanan terhadap sinar x
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya pajanan
terhadap factor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan,
oleh karena pada minggu kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada penderita tetralogy fallot adalah sebagai
berikut:
1. Sianosis
Sianosis merupakan manifestasi tetralogy paling nyata, mungkin tidak
ditemukan saat lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin
tidak berat dan bayi tersebut memiliki pintasan kiri ke kanan yang besar
bahkan mungkin dapat gagal jantung kogesif.
2. Dyspnea
Dyspnea terjadi jika penderita melakukan aktivitas fisik. Bayi dan anak
yang mulai belajar berjalan akan bermain aktif untuk waktu singkat
kemudian akan duduk atau berbaring. Anak yang lebih besar mungkin
mampu berjalan sejauh kurang lebih lebih satu blok sebelum berhenti
untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung pada penderita
tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak akan
mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilngkan
dyspnea yang terjadi akibat dari aktivitas fisik, biasanya anak tersebut
dapat melanjutkan aktivitasnya kembali dalam beberapa menit
3. Serangan dyspnea paroksimal (serangan anoksia biru)
Manifestasi ini merupakan masalah selama dua tahun pertama kehidupan
penderita. Bayi menjadi dyspnea dengan gelisah, sianosis yang terjadi
menjadi bertambah hebat dan penderita mulai sulit bernafas. Serangan
tersebut sering terjadi pada pagi hari.
4. Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan pertumbuhan tinggi badan terutama pada anak gizi kurang dari
kebutuhan normal, pertumbuhan otot dari jaringan subkutan terlihat
kendur dan lunak, masa pubertas terlambat.
5. Bising sistolik
Bising sistolik ditemukan sering kali terdengar keras dan kasar, bising
tersebut menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi kiri
tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas lintasan aliran keluar ventrikel
kanan serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan
dari kanan ke kiri. Bunyi jantung kedua terdengar tunggal dan di
timbulkan oleh penutupan katub aorta. Bising sistolik tersebut jarang
diikuti oleh bising diastolic, bising yang terus menerus ini dapat terdengar
pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising tersebut
dihasilkan oleh pembuluh darah koleteral bronkus yang melebar atau
terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap.

D. Patofisiologi
Tetralogy fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan” yang terdiri atas
defekseptup ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi
ventrikel kanan secara anatomis sesungguhnya tetralogy fallot merupakan
suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai defiasi ke anteriol septum
infundibuler (bagian basal dekat aorta). Defiasi ini menyebabkan akar aorta
bergesek kedepan (dekstro posisi aorta), sehingga terjadi over riding aorta
terhadap septum interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel
kanan dan hypoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogy fallot, overriding aorta
biasanya tidak melebihi 50%. Apabila overriding aorta melebihi 50%,
hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel
kanan.
Defiasi septup infundibuler kearah anteriol ini sesungguhnya merupakan
bagian yang paling esensial pada tetralogy fallot. Itu sebabnya suatu defek
septum ventrikel dan over riding aorta yang disertai stenosis pulmonal
valvuler, misalnya, tidak dapat disebut sebagai tetralogy fallot apabila tidak
terdapat defiasi septum infundibuler ke anteriol. Terkadang tetralogy fallot
disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini
disebut sebagai tetralogy fallot.
Adanya obstruksi infundibuler menyebabkan tekanan dalam ventrikel
kanan meningkat, tetapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogy
fallot tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi
sama. Oleh sebab itu, pada tetralogy fallot jarang terjadi gagal jantung
kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek
septum ventrikel, gagal jantung kongestif dapat saja melebihi tekanan
sistemik.
Sianosis merupakan gejala tetralogy fallot yang utama. Berat ringannya
sianosis tergantung dari tingkat keparahan stenosis infundibuler yang terjadi
pada tetralogy fallot dan arah pirau interventrikuler. Sianosis dapat timbul
semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat
atau bahkan atresia pulmonal atau dapat pula sianosis timbul beberapa bulan
kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang
perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya
peningkatan usia hipertropi infundibuler pulmonal yang memperberat
obstruksi pada bagian itu.
Stenosis infundibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi
ventrikel kanan, sehingga semakin lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi.
Disamping itu dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam
ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luasa pada
tetralogy fallot, melalui cabang mediastinal, bronkial, esofagus, subklavika
dan anomaly arteri lainnya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA (Major Aorta
Pulb monary Collateral Arteries).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penderita tetralogy fallot adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Adanya peningkatan hemoglobin dan hematocrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin di pertahankan 16-18
gr/dl dan hematocrit antara 50-65%. Nilai gas darah arteri menunjukkan
peningkatan tekanan parsial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan klien yang memiliki nilai Hb dan Ht
normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologi
Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak
apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu. Selain itu, didapatkan
hasil arkus aorta di sebelah kanan, aorta asendens melebar, konus
pulmonalis, apeks terangkat dan vaskularitas paru berkurang.
3. Elektrokardiogram
Pada pemeriksaan EKG di dapatkan hasil sumbu QRS hampir selalu
berdevisiasi kekanan. Tampak pula hipertropi ventrikel kanan.
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan, penurunan arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru.
5. Kateterisasi
Kateterisasi diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui
defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis
normal atau rendah.
F. Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan
untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara
sebagai berikut:
1. Menekuk lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morfin sulfat 0,1 – 0,2 mlg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipnea.
3. Natrium bikarbonat 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis.
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian pada kondisi ini tidak
begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi
karena aliran dara ke paru menurun.
Dengan usaha di atas di harapkan anak tidak lagi mengalami takipnea,
sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal tersebut tidak terjadi
dapat dilanjutkan dengan pemberian:
1. Propranolol 0,01-0,25 mlg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan
denyut jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan
dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal /bolus diberikan setengahnya,
bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit
berikutnya.
2. Ketamine 1-3 mlg/kg (rata-rata 2,2 mlg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative.
3. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penaganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat
meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru-paru
bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh
juga meningkat
G. Komplikasi
1. Thrombosis Serebri
Biasanya terjadi dalam sinus duralis dan terkadang dalam arteri serebrum,
lebih sering ditemukan pada polisitemia hebat. Dapat juga dibangkitkan
oleh dehidrasi. Thrombosis lebih sering ditemukan pada usia 2 tahun.
Penderita ini lpaling sering mengalami anemia defisiensi besi dengan
kadar Hb dan Ht dalam batas normal.
2. Abses Otak
Komplikasi abses otak biasanya dialami oleh pasien yang telah mencapai
usia di atas 2 tahun. Awitan penyakit sering kali tersembunyi di sertai
demam derajat rendah. Mungkin ditemukan nyeri tekan setempat pada
cranium. Laju endap darah dan hitung jenis leukosit dapat meningkat.
Penderita juga dapat mengalami serangan seperti epilepsy. Tanda
neurologis yang terlokalsasi tergantung dari tempat dan ukuran abses
tersebut.
3. Endocarditis Bakterialis
Komplikasi ini terjadi pada penderita yang tidak mengalami pembedahan,
tetapi lebih sering ditemukan pada anak yang menjalani prosedur
pembuatan pintasan selama masa bayi.
Gagal Jantung Kongestif Hipoksia terjadi akibat stenosis pulmonal yang
menyebabkan aliran darah dalam paru menurun.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas (data biografi)
Tetralogy fallot sering ditemukan pada anak-anak. Manifestasi yang paling
sering muncul adalah sianosis. Tetralogy fallot juga dapat diturunkan
secara genetic dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga
karena kelainan kromosom
2. Keluhan utama
Klien tetralogy fallot sering mengalami sianosis saat melakukan aktifitas
fisik seperti pada saat bayi atau anak-anak yang mulai belajar berjalan
akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau
berbaring
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien tetralogy fallot, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
sianosis, dyspnea, sesak nafas ketika melakukan aktifitas, jantung
berdebar.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah klien terlahir premature atau ibu menderita
infeksi rubella.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit tetralogy fallot pada anggota
keluarga yang lain karena penyakit ini dapat diturunkan secara genetic
atau karena kelainan kromosom
6. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan. Anak akan sering jongkok selama beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
7. Riwayat psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaiman perilaku
anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan
anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap
penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
8. Pengkajian fisik (ROS: Review Of Systeem)
a. B1 (pernafasan)
Nafas cepat dan dalam, dyspnea, sianosis, sesak nafas ketika
melakukan aktivitas. Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di
daerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertamabahnya
derajat obstruksi.
b. B2 (kardiovaskuler)
Takikardi, distritmia, adanya jari tabuh, setelah 6 bulan, sianosi pada
membrane mukosa, gigi sianotik.
c. B3 (Persarafan)
Kejang kaku kuduk, tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan
kematian. Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal leher kaku.
Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/mengadu/mengeluh.
d. B4 (Perkemihan)
Adanya inkontinensia dan / atau retensi urin.
e. B5 (Pencernaan)
Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan, sulit menyusu, anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
f. B6 (Muskuloskeletal dan Intergumen)
Malaise, keterbatasan aktivitas atau istirahat karena kondisinya.
Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum, keterbatasan
dalam rentang gerak. Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri.
B. Diagnosa keperawatan
1. Penuruanan curah jantung b/d malformasi jantung
2. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti pulmonal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kelelahan
pada saat makan dan meningkatkan kebutuhan kalori.

C. Rencana tindakan keperawatan


No. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
(1) (2) (3) (4)
1. Penurunan curah Seletah dilakukan Perawatan jantung
jantung asuhan keperawatan a. Evaluasi adanya nyeri
Definisi : selama 1 x24 jam dada (intensitas,
Ketidak adekuatan klien menunjukkan lokasi, radiasi, durasi,
darah yang di curah jantung dan factor pencetus
pompa oleh adekuat, dengan nyeri).
jantung untuk kriteria: b. Lakukan penilaian
memenuhi a. Tekanan darah komprehensif terhadap
metabolic tubuh. dalam rentang sirkulasi perifer
normal (misalnya cek nadi
Batasan b. Toleransi perifer, edema,
Karakteristik : terhadap aktivitas pengisian kapiler dan
Perubahan c. Nadi perifer kuat suhu ekstrimitas).
frekunesi/irama d. Ukuran jantung c. Catat tanda dan gejala
jantung : normal penurunan curah
1. Bradikardi e. Tidak ada jantung.
2. Takikardi distensi vena d. Observasi tanda-tinda
3. Palpitasi jugularis vital
jantung f. Tidak ada e. Observasi status
4. Perubahan disritmia kardiovaskular
EKG g. Tidak ada bunyi f. Observasi disritmia
Perubahan jantung abnormal jantung termasuk
preload : h. Tidak ada angina gangguan irama dan
1. Keletihan i. Tidak ada edema konduksi
2. Mumur jantung perifer g. Observasi status
3. Edema j. Tidak ada udema respirasi terhadap
4. Penurunan dan pulmo gejala gagal jantung
peningkatan k. Tidak ada h. Observasi
CVP, PAWP. diaphoresis keseimbangan cairan
(central venous l. Tidak ada mual (asupan-haluaran dan
pressure, m.Tidak ada berat badan harian)
pulmonary kelelahan i. Kenali adanya
artery wedge perubahan tekanan
pressure) darah
Perubhan j. Kenali pengaruh
afterload : psikologis yang
1. Dyspnea mendasari kondisi
2. Perubahan klien.
warna kulit k. Evaluasi respons klien
(mis : pucat, terhadap disritmia
sianosis, abu- l. Kolaborasi dalam
abu) pemberian terapi
3. Perubahan antiarimia sesuai
tekanan darah kebutuhan.
m. Monitor respons klien
terhadap pemberian
terapi antiaritmia.
n. Instruksikan klien dan
keluarga tentang
pembatasan aktivitas.
o. Tentukan periode
latihan dan istirahat
untuk menghindari
kelelahan.
p. Observasi toleransi
klien terhadap
aktivitas
q. Abservasi adanya
dyspnea, kelelahan,
takipnea, dan ortopnea
r. Ciptakan hubungan
yang saling
mendukung antara
klien dan keluarga
s. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan
dada.
t. Tawarkan dukungan
spiritual untuk klien
dan keluarganya.
2. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
pertukaran gas asuhan keperawatan a. posisikan klien untuk
Definisi : selama 1 x 24 jam memaksimalkan
kelebihan atau klien menunjukkan ventilasi.
deficit oksigenasi pertukaran gas b. Auskultasi bunyi
dan/atau eliminasi adekuat, dengan napas, area penurunan
karbon dioksida kriteria: ventilasi atau tidak
pada membrane a. Status mental adanya ventilasi dan
alveolar-kapiler. dalam rentang adanya bunyi napas
Batasan normal tambahan.
karakteristik : b. Klien bernapas c. Keluarkan secret
1. Dyspnea dengan mudah dengan batuk efektif
2. Gelisah c. Tidak ada atau lakukan suction
3. Sianosis dyspnea sesuai kebutuhan
4. Hipoksia d. Tidak ada d. Anjurkan klien untuk
5. Pola kegelisahan bernapas pelan, napas
pernapasan e. Tidak ada dalam dan batuk
abnormal sianosis e. Ajarkan klien cara
6. Warna kulit f. Tidak ada menggunakan inhaler
abnormal somnolen f. Atur posisi klien untuk
7. Takikardia g. PaO2 dalam batas mengurangi dyspnea.
8. Napas cuping normal g. Monitor status
hidung h. PCO2 dalam respirasi dan
9. Penurunan batas normal oksigenasi sesuai
karbondioksida i. pH arteri dalam kebutuhan.
10. pH arteri batas normal h. Atur asupan caitan
abnormal j. saturasi O2 dalam untuk mengoptimalkan
batas normal keseimbangan cairan.
k. ventilasi perfusi Terapi ossksigen
seimbang a. Bersihkan mulut,
hidung, dan trakea dari
sekresi sesuai
kebutuhan.
b. Pertahankan kepatenan
jalan napas.
c. Siapkan perlengkapan
oksigen dan atur
system humidifikasi.
d. Berikan tambahan
oksigen sesuai
permintaan
e. Observasi aliran
oksigen.
f. Observasi posisi
pemberian oksigen.
g. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan.
h. Observasi efektivitas
terapi oksigen
i. Monitor kemampuan
pasien dalam
menoleransi
perpindahan oksigen
ketika makan.
j. Observasi tingkat
kecemasan klien
berhubungan dengan
kebutuhan terapi
oksigen.
Monitor Pernapasan
a. Observasi kecepatan,
irama, kedalaman
pernapasan.
b. Catat pergerakan dada,
kesimetrisan,
penggunaan otot napas
tambahan dan adanya
retraksi otot interkosta.
c. Observasi pola napas,
seperti bradipnea,
takipnea,
hiperpentilasi,
pernapasan abnormal.
d. Lakukan perkusi
toraks anterio dan
posterior di bagian
apeks dan dasar kedua
paru.
e. Auskultasi bunyi paru
setelah pemberian
pengobatan.
f. Observasi peningkatan
kegelisahan dan
kecemasan.
g. Observasi kemampuan
klien untuk batuk
efektif
h. Catat karakteristik dan
lamanya batuk.
i. Observasi adanya
bunyi krepitasi sesuai
kebutuhan
j. Observasi hasil
pemeriksaan foto
toraks

Gangguan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas


pertukaran gas asuhan i. posisikan klien untuk
Definisi : kelebihan keperawatan memaksimalkan
atau deficit selama 1 x 24 jam ventilasi.
oksigenasi dan/atau klien menunjukkan j. Auskultasi bunyi
eliminasi karbon pertukaran gas napas, area penurunan
dioksida pada adekuat, dengan ventilasi atau tidak
membrane alveolar- kriteria: adanya ventilasi dan
kapiler. l. Status mental adanya bunyi napas
Batasan dalam rentang tambahan.
karakteristik : normal k. Keluarkan secret
11. Dyspnea m.Klien bernapas dengan batuk efektif
12. Gelisah dengan mudah atau lakukan suction
13. Sianosis n. Tidak ada sesuai kebutuhan
14. Hipoksia dyspnea l. Anjurkan klien untuk
15. Pola pernapasan o. Tidak ada bernapas pelan, napas
abnormal kegelisahan dalam dan batuk
16. Warna kulit p. Tidak ada m. Ajarkan klien cara
abnormal sianosis menggunakan inhaler
17. Takikardia q. Tidak ada n. Atur posisi klien
18. Napas cuping somnolen untuk mengurangi
hidung r. PaO2 dalam batas dyspnea.
19. Penurunan normal o. Monitor status
karbondioksida s. PCO2 dalam respirasi dan
20. pH arteri batas normal oksigenasi sesuai
abnormal t. pH arteri dalam kebutuhan.
batas normal p. Atur asupan caitan
u. saturasi O2 dalam untuk
batas normal mengoptimalkan
v. ventilasi perfusi keseimbangan cairan.
seimbang Terapi oksigen
k. Bersihkan mulut,
hidung, dan trakea
dari sekresi sesuai
kebutuhan.
l. Pertahankan
kepatenan jalan
napas.
m. Siapkan perlengkapan
oksigen dan atur
system humidifikasi.
n. Berikan tambahan
oksigen sesuai
permintaan
o. Observasi aliran
oksigen.
p. Observasi posisi
pemberian oksigen.
q. Berikan oksigen
sesuai kebutuhan.
r. Observasi efektivitas
terapi oksigen
s. Monitor kemampuan
pasien dalam
menoleransi
perpindahan oksigen
ketika makan.
t. Observasi tingkat
kecemasan klien
berhubungan dengan
kebutuhan terapi
oksigen.
Monitor Pernapasan
k. Observasi kecepatan,
irama, kedalaman
pernapasan.
l. Catat pergerakan
dada, kesimetrisan,
penggunaan otot
napas tambahan dan
adanya retraksi otot
interkosta.
m. Observasi pola napas,
seperti bradipnea,
takipnea,
hiperpentilasi,
pernapasan abnormal.
n. Lakukan perkusi
toraks anterio dan
posterior di bagian
apeks dan dasar
kedua paru.
o. Auskultasi bunyi paru
setelah pemberian
pengobatan.
p. Observasi
peningkatan
kegelisahan dan
kecemasan.
q. Observasi
kemampuan klien
untuk batuk efektif
r. Catat karakteristik
dan lamanya batuk.
s. Observasi adanya
bunyi krepitasi sesuai
kebutuhan
t. Observasi hasil
pemeriksaan foto
toraks
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari asuhan a. Tanyakan pada klien
kebutuhan tubuh keperawatan tentang alergi
Definisi : selama …… x24 terhadap makanan
Asupan nutrisi tidak jam klien dapat b. Tanyakan makanan
cukup untuk meningkatkan kesukaan klien
memenuhi status nutrisi c. Kolaborasi dengan
kebutuhan metabolic dengan kriteria: ahli gizi tentang
Batasan a. Asupan nutrisi jumlah kalori dan tipe
Karakteristik : adekuat. nutrisi yang
1. BB badan 20% b. Asupan dibutuhkan.
atau lebih di makanan dan d. Anjurkan asupan
bawah rentang cairan adekuat kalori yang tepat
BB ideal c. Energy yang sesuai dengan
2. Bising usus meningkat gaya hidup
hiperaktif d. Berat badan e. Anjurkan
3. Membrane meningkat peningkatan zat besi
mukosa pucat yang sesuai
4. Tonus otot f. Anjurkan
menurun peningkatan asupan
5. Sariawan rongga protein dan vitamin c.
mulut g. Anjurkan untuk
6. Ketidakmampuan banyak makan buah
memakan dan minum
makanan h. Berikan klien diet
7. Diare tinggi protein tinggi
8. Kelemahan otot kalori.
pengunyah
9. Kelemahan otot
menelan

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


nutrisi kurang dari asuhan keperawatan i. Tanyakan pada klien
kebutuhan tubuh selama …… x24 tentang alergi
Definisi : jam klien dapat terhadap makanan
Asupan nutrisi tidak meningkatkan j. Tanyakan makanan
cukup untuk status nutrisi kesukaan klien
memenuhi dengan kriteria: k. Kolaborasi dengan
kebutuhan metabolic e. Asupan nutrisi ahli gizi tentang
Batasan adekuat. jumlah kalori dan tipe
Karakteristik : f. Asupan nutrisi yang
10. BB badan 20% makanan dan dibutuhkan.
atau lebih di cairan adekuat l. Anjurkan asupan
bawah rentang g. Energy kalori yang tepat
BB ideal meningkat yang sesuai dengan
11. Bising usus h. Berat badan gaya hidup
hiperaktif meningkat m. Anjurkan
12. Membrane peningkatan zat besi
mukosa pucat yang sesuai
13. Tonus otot n. Anjurkan
menurun peningkatan asupan
14. Sariawan rongga protein dan vitamin c.
mulut o. Anjurkan untuk
15. Ketidakmampuan banyak makan buah
memakan dan minum
makanan p. Berikan klien diet
16. Diare tinggi protein tinggi
17. Kelemahan otot kalori.
pengunyah
18. Kelemahan otot
menelan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kombinasi kelainan kongenital yang di kenal sebagai tetralogy fallot antara
lain defekseptum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katub pulmoner, dan
hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab tetralogy fallot terdiri dari dua factor
yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogy fallot umumnya akan
mengalami sesak saat beraktifitas, berat badan bayi yang tidak bertambah,
clubbing fingers, dan sianosis.pemeriksaan yang dilakukan antara lain
pemeriksaan darah, foto toraks, elektrokardiografi dan ekokardiografi.

B. Saran
1. Hindari penggunaan alcohol atau obat yang membahayakan pada masa
kehamilan.
2. Makanan ibu harus mencukupi nilai gizi serat nutrisi yang di butuhkan

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler
Aplikasi NIC dan NOC, Jakarta : EGC, 2014.

Karso. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Yogyakarta : Nuha


Medika

Anda mungkin juga menyukai