PROPOSAL Kelompok 2 Hipertensi (1) Revisi
PROPOSAL Kelompok 2 Hipertensi (1) Revisi
R UMUR 68 TAHUN
DENGAN HIPERTENSI DI UNIT PENYAKIT DALAM
RSUD Dr.H.M. RABAIN
TAHUN 2023
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
PERSEMBAHAN
Laporan ini adalah bagian dari ibadah kami kepada Allah SWT, Karena kepada-
Nyalah kami menyembah dan kepada-Nyalah kami mohon pertolongan.Sekaligus
sebagai ungkapan terimakasih kepada bapak dan ibu yang selalu memberikan
motivasi, dan kakak-kakakku yang selalu memberikan ilmu, keterampilan dan
pengalaman.Terimakasih atas semuanya bapak ibu serta kakak-kakak di Unit
Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M. Rabain.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Oleh:
KELOMPOK 2
Gunasti Sugiar Am. Kep Yuliana Bertha, SST. M. Kes Nia Clarasari MP. SST., M.Keb
NIP: 197008301994032007 NIP: 196807181994032002 NIP: 198210112006042009
MENGETAHUI
KA. PRODI
Dahliana, SKM.M.Kes
iii
NIP: 196912151990032004
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah.SWT karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah penyusun dapat menyusun laporan yang berjudul “ASUHAN
KEBIDANAN PADA NY.R UMUR 68 TAHUN DENGAN HIPERTENSI DI UNIT
PENYAKIT DALAM RSUD Dr.H.M RABAIN TAHUN 2023”.
Dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dari segi materi maupun dari segi pemahaman. Laporan ini
terwujud berkat bantuan bimbingan serta petunjuk yang di terima dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Muhamad Taswin, S.si, Apt, MM, M. Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang
2. Bapak dr. Alfurqon, Sp selaku Direktur RSUD Dr.H.M Rabain
3. Ibu Dahliana, SKM.M. Kes selaku Ka-Prodi DIII Kebidanan Muara Enim
4. Bapak Dr. Yusril, SP. S(K) selaku ketua tim kordik RSUD Dr.H. M Rabain
5. Ibu Hj. Lismini, Am. KEp selaku kepala unit diklat di RSUD Dr.H.M. Rabain
6. Ibu Yuliana Bertha, SST., M. Kes selaku pembimbing diklat di RSUD Dr.H.M.
Rabain
7. Ibu Gunasti Sugiar Am. Kep selaku pembimbing lapangan
8. Ibu Nia Clarasari MP, SST,. M. Keb selaku dosen pembimbing lapangan
Tanpa bantuan dan bimbingan dari yang mereka berikan, laporan ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik. Penulis memohon maaf apabila dalam pembuatan
laporan ini terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca
karena sebagai manusia biasa kita tidak dapat luput dari kesalahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan masukkan yang bersifat membangun. Harapan
penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Muara Enim, 24 November 2023
iv
Kelompok 2
DAFTAR ISI
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Di Indonesia Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular dimana
penderita memiliki tekanan darah di atas normal. Penyakit ini seringkali
disebut silent killer karena tidak adanya gejala dan tanpa disadari penderita
mengalami komplikasi pada organ-organ vital (Mathavan dan Pinatih, 2017).
Menurut Riskesdas dalam (Kemenkes RI, 2021) prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%, mengalami peningkatan dibandingkan
prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%.
Provinsi Sumatra Selatan prevalansi hipertensi sebesar 30, 44%
(Kemenkes, 2019).
Data dari Dinas kesehatan Kabupaten Muara Enim, angka kejadian
hipertensi mengalami kenaikan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini.
Tahun 2018 sebesar 889 kasus (13,6%), tahun 2019 sebesar 1235 kasus
(16,5%) dan tahun 2020 sebesar 2173 (17,8%) dan menduduki peringkat
pertama 10 besar Penyakit Lansia. Data di Kabupaten Muara Enim dalam 3
tahun terakhir, tahun 2018 sebesar 935 kasus (12%), tahun 2019 sebanyak
1150 kasus (14,5%) dan pada tahun 2020 sebesar 1325 kasus (16,3%) dan
merupakan terbanyak ke dua setelah penyakit persendian sebesar 1570 kasus
(21%) (Puskesmas Muara Enim., 2020).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan ini, maka dari itu kami mahasiswa
Prodi D-III Kebidanan muara enim poltekkes kemenkes Palembang tertarik
untuk melakukan kasus mengenai hipertensi untuk melakukan
menganalisa,mencatat perkembangan serta memberikan asuhan terhadapat
hipertensi sebagain acuan pembelajaran kami di RSUD.H.Moh
Rabain.Kabupaten Muara Enim tahun 2023.
2
1.2 Rumusan Masalah
3
1.4 Manfaat Study Kasus
1. Bagi Rumah Sakit
3. Bagi Penulis
Hasil penulisan laporan ini diharapkan memberikan pengetahuan dan
memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun
asuhan kebidanan pada pasien Hipertensi sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan program studi D3 Kebidanan Muara Enim
Poltekkes Kemenkes Palembang.
4. Bagi Klien
Membantu klien dalam memperoleh informasi penting tentang
Hipertensi, bagaimana usaha pencegahan, pengobatan, dan perawatan
pasien Hipertensi di Rumah Sakit.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengetian Hipertensi
Seseorang didiagnosis mengalami hipertensi ketika hasil pengukuran
tekanan darah sistolik TDS) yang dimiliki ≥140 mmHg dan/atau tekanan
darah diastolic (TDD) yang dimiliki ≥90 mmHg setelah dilakukan
pemeriksaan tekanan darah berulang (Unger et al., 2020). Hasil pengukuran
ini berlaku untuk seluruh individu / pasien dengan usia dewasa (> 18 tahun).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg
(Hidayati et al., 2022)
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah
penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak
konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika
memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada
arterial sistemik, baik diastolik maupun sistolik secara terus-menerus. Gejala
hipertensi sulit diketahui karena tidak memiliki gejala khusus. Gejala yang
mudah diamati yaitu pusing, sering gelisah, wajah merah, telinga berdengung,
sesak napas, mudah lelah, mata berkunang-kunang. (Sutanto, 2010; Sijabat et
al., 2020).
5
2.2.1 Peran Volume Intravaskular
Menurut Kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara
cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan total peripheral resisten
(TPR) yang masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor. Volume
intravaskular merupakan determinan utama untuk kestabilan tekanan darah
dari waktu ke waktu. Tergantung keadaan TPR apakah dalam posisis
vasodilatasi atau vasokonstriksi. Bila asupan NaCl meningkat, maka ginjal
akan merespons agar ekskresi garam keluar bersama urine ini juga akan
meningkat. Tetapi bila upaya mengekskresi NaCl ini melebihi ambang
kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O sehingga volume
intravaskular meningkat.Pada gilirannya CO dan CJ akan meningkat.
Akibatnya terjadi ekspansi
volume intravaskular, sehingga tekanan darah akan meningkat. Seiring
dengan perjalanan waktu TPR juga akan meningkat, lalu secara berangsur
CO dan CJ akan turun menjadi normal lagi akibat autoregulasi. Bila TPR
vasodilatasi tekanan darah akan menururn, sebaliknya bila TPR
vasokonstriksi tekanan darah akan meningkat.
2.2.2 Peran Kendali Saraf Otonom
Persarafan autonom ada dua macam, yang pertama ialah saraf sistem
saraf simpatis, yang mana saraf ini yang akan menstimulasi saraf viseral
(termasuk ginjal) melalui neurotransmiter : katekolamin, epinefrin, maupun
dopamin. Sedang saraf parasimpatis adalah yang menghambat stimulasi
saraf simpatis. Regulasi simpatis dan para simpatis berlangsung independen
tidak dipengaruhi oleh kesadaran otak, akan tetapi terjadi secara otomatis
sesuai siklus sikardian. Ada beberapa reseptor adrenergik yang berada di
jantung, ginjal, otak serta dinding vascular pembuluh darah ialah reseptor
6
α1, α2, β1 dan β2. Belakangan ditemukan reseptor β3 di aorta yang ternyata
kalau dihambat dengan beta bloker β1 selektif yang baru (nebivolol) maka
akan memicu terjadinya vasodilatasi malalui peningkatan nitrit oksida (NO).
Karena pengaruh-pengaruh lingkungan misalnya genetik, stres kejiwaan,
rokok, dan sebagainya, akan terjadi aktivitas sistem saraf simpatis berupa
kenaikan ketekolamin, nor epineprin (NE) dan sebagainya.
Selanjutnya neurotransmiter ini akan meningkatkan denyut jantung
(Heart Rate) lalu di ikuti kenaikan CO atau CJ, sehingga tekanan darah akan
meningkat dan akhirnya akan mengalami agregrasi platelet. Peningkatan
neurotransmiter NE ini menpunyai efek negatif terhadap jantung, sebab di
jantung ada reseptor α1, β1, β2 yang akan memicu terjadinya kerusakan
miokard, hipertrofi, dan aritmia dengan akibat progesivitas dari hipertensi
aterosklerosis. Karena pada dinding pembuluh darah juga ada reseptor α1,
maka bila NE meningkat hal tersebut akan memicu vasokonstriksi (melalui
reseptor α1) sehingga hipertensi aterosklerosis juga semakin progresif. Pada
ginjal NE juga berefek negatif, sebab di ginjal ada reseptor β1 dan α1 yang
akan memicu terjadinya retensi natrium, mengaktifasi sistem RAA, memicu
vasokonstriksi pembuluh darah dengan akibat hipertensi aterosklerosis juga
makin progresif. Selanjutnya bila NE kadarnya tidak pernah normal maka
sindroma hipertensi aterosklerosis juga akan berlanjut makin progresif
menuju kerusakan organ target / Target Organ Damage (TOD).
7
3.3.1 Sakit Kepala
Gejala Hipertensi yang pertama adalah sakit kepala. Ini adalah gejala
umum dari masalah kesehatan tersebut. Akan tetapi, seseorang mungkin baru
akan merasakan sakit kepala apabila tekanan darahnya berada di level
180/110 mmHg atau bahkan lebih. Sakit kepala juga terasa pada perubahan
tekanan darah secara tiba-tiba. Sementara pada kasus Hipertensi berlangsung
kronis (naik secara perlahan lahan dalam jangka waktu yang panjang), gejala
ini biasanya tidak akan terasa. Sakit kepala akibat Hipertensi juga umumnya
terjadi secara konstan dan tidak dipengaruhi siklus tidur.
8
3.3.4 Mual dan Muntah
Selain hidung mimisan, mual dan muntah yang terjadi secara tiba-tiba
juga bisa menjadi pertanda tekanan darah tinggi sudah berada di level yang
cukup mengkhawatirkan. Akan tetapi, jangan buru-buru panik karena gejala
ini merupakan gejala umum yang bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan
lainnya. Mual dan muntah yang menjadi gejala darah tinggi biasanya juga
disertai dengan gejala lainnya seperti sakit kepala. Jika ini yang Anda alami,
sebaiknya segera periksakan diri ke dokter sebelum terlambat.
3.3.5 Kesemutan
Meningkatnya tekanan darah secara otomatis akan memperlambat laju
aliran darah di dalam tubuh. Kondisi ini lantas juga akan menimbulkan gejala
berupa kesemutan. Selain itu, kesemutan pada salah satu tangan dan kaki bisa
merupakan pertanda dari terjadinya stroke baru. Segera periksakan diri ke
dokter apabila Anda mengalami gejala yang satu ini.
9
akan dilakukan guna memastikan apakah hal ini berkaitan dengan gangguan
jantung akibat hipertensi atau masalah kesehatan yang lainnya.
3.3.11 Kebingungan
Terhambatnya aliran darah ke otak akibat tingginya tekanan darah juga
sedikit banyak akan memengaruhi kinerja dari organ tersebut. Salah satu
dampak yang kemungkinan akan dirasakan yakni Anda akan sulit untuk fokus
dan mudah merasa bingung. Akan tetapi, perlu pemeriksaan medis lebih lanjut
10
guna memastikan kondisi ini.
Sebagian besar Hipertensi disebabkan oleh Kegemukan (obesitas),
gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam
dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang
memiliki kepekaan yang diturunkan.
2.4 Patofisiologi
11
Prayitnaningsih et al., 2021)
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial
merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah
fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi
mediator hormon, latihan vaskuler, volume sirkulasi 10 darah, kaliber
vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan
stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa
faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat
berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi (Yogiantoro, 2006;
Prayitnaningsih et al., 2021).
12
sebabnya. Peyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain penyakit ginjal,
hipertensi vaskuler renal, penggunaan estrogen, hiperaldosteronisme primer,
sindroma Cushing, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Kebanyakan kasus hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan
penatalaksanaan penyebabya secara tepat (Diartin et al., 2022)
Jika dilihat dari bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik dan hipertenis
campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan
umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan
tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung).
Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin
pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih
besar. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi
apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan
tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua
denyutan. Sedangkan untuk hipertensi campuran merupakan gabungan antara
hipertensi sistolik dan hipertensi diastolik dimana terjadi peningkatan pada
tekanan sistolik dan diastolic (Warjiman et al., 2020).
Hipertensi (HT) emergensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah (TD) yang berat (>180/120 mm Hg) disertai bukti kerusakan baru atau
perburukan kerusakan organ target (target organ damage=TOD). Pada kondisi
klinis ini terjadi kerusakan organ diperantarai hipertensi (hypertensive
mediated organ damage=HMOD) yang mengancam nyawa (tabel-1), sehingga
memerlukan intervensi penurunan TD segera dalam kurun waktu menit/jam
13
dengan obat-obatan intravena (iv). Sedangkan HT urgensi merupakan situasi
terkait peningkatan TD yang berat pada kondisi klinis stabil tanpa adanya
perubahan akut atau ancaman kerusakan organ target atau disfungsi organ.
Pada kondisi ini tidak terdapat bukti klinis kerusakan organ akut diperantarai
hipertensi, sehingga Koplan et al-2015 menggantikannya dengan istilah HT
berat yang tidak terkontrol ("uncontrolled severe hypertension"), sedangkan
ACC/AHA guidelines-2017 juga menyebutnya peningkatan TD dengan nyata
("markedly elevated blood- pressure". Penurunan TD pada keadaan ini
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam. Terdapat perbedaan batas (cut-
off) TD yang dipakai batasan krisis HT antara. ACC/AHA guidelines-2017
(TD >180/120 mm Hg) dan ESC/ESH guidelines-2018 (TD sistolik ≥180 mm
Hg dan/atau TD diastolik ≥110 mm Hg). Sedangkan pada beberapa registry
menggunakan batasan TD sistolik ≥220 mm Hg atau TD diastolik ≥120 mm
Hg. Dibalik perbedaan cut-off TD, perlu diingat bahwa tingkat TD absolut
bukan merupakan kondisi yang lebih penting dibandingkan kecepatan
peningkatan TD.
Hipertensi diklasifikasikan menurut gejalanya di bedakan menjadi dua
yaitu hipertensi benigna dan hipertensi maligna. Hipertensi benigna
merupakan hipertensi yang tidak menimbukan gejala, biasanya ditemukan saat
penderita melakukan check up. Sedangkan hipertensi maligna adalah keadaan
hipertensi yang mambahayakan yang biasanya disertai dengan keadaan
kegawatan sebagai akibat komplikasi dari organ seperti otak, jantung dan
ginjal (Hastuti, 2020). Menurut berbagai guideline, klasifikasi hipertensi
dibedakan menjadi :
14
1. Klasifikasi Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professional,
sukarelawan, Halaman | 109 dan agen federal. Mereka mencanangkan
klasifikasi JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel berikut,
yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat.
15
(perbedaan antara TDS dan TDD). Individu yang didentifikasi dengan
hipertensi yang dikonfirmasi (hipertensi tingkat 1 dan hipertensi tingkat 2)
harus menerima pengobatan farmakologis yang sesuai.
16
nasional sangat jarang, sehingga Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) memilih klasifikasi sesuai WHO/ISH karena memiliki sebaran
yang lebih luas.
Tingkat 1 (hipertensi
140-159 90-99
ringan)
Tingkat 2 (hipertensi
160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi
≥ 180 ≥ 110
berat)
17
terisolasi (isolated
systolic hypertension)
18
dada. Penapisan atau skrining berguna untuk mendeteksi sedini mungkin adanya
hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi ke organ lain.
2.7 Penatalaksanaan
1) Diet rendah natrium, dengan syarat dan prinsip diet sebagai berikut :
a) Energi cukup, jika pasien dengan berat badan 115% dari berat badan
ideal disarankan untuk diet rendah kalori dan olahraga.
b) Protein cukup, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
c) Karbohidrat cukup, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
d) Membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
e) Asupan natrium dibatasi 800 mg/hari
f) Asupan magnesium memenuhi kebutuhan harian (DRI) serta dapat
ditambah dengan suplementasi magnesium 240-1000 mg/hari
2) Diet rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah
3) Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol
4) Menurunkan berat badan agar kembali mencapai status gizi normal
19
5) Olahraga, bermanfaat untuk menurunkan tekanan perifer
b. Medikamentosa, merupakan penatalaksanaan hipertensi dengan obat-
obatan, yaitu :
1) Golongan diuretic
2) Golongan inhibitor simpatik
3) Golongan blok ganglion
4) Golongan penghambat Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)
5) Golongan antagonis kalsium
20
3. Perubahan pola makan
Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang
mengandung sayuran, kacangkacangan, buah-buahan segar, produk susu
rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak
zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.
4. Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
Terdapat peningkatan prevalensi obesitas dewasa di Indonesia dari
14,8% berdasarkan data Riskesdas 2013, menjadi 21,8% dari data Riskesdas
2018. Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah obesitas (IMT
>25 kg/m2), dan menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 kg/m2 )
dengan lingkar pinggang
5. Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status
merokok harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita
hipertensi yang merokok harus diedukasi untuk berhenti merokok.
6. Penentuan Batas Tekanan Darah Untuk Inisiasi Obat
Penatalaksanaan medikamentosa pada penderita hipertensi
merupakan upaya untuk menurunkan tekanan darah secara efektif dan
efisien. Meskipun demikian pemberian obat antihipertensi bukan selalu
merupakan langkah pertama dalam penatalaksanaan hipertensi
21
TIA
80 tahun 90 90 90 90 90
TTD di
klinik
(mmHg)
22
Nama Ibu : Ny R Nama Suami : Tn A (Alm)
Umur : 68 Tahun Umur :-
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :-
Alamat : Dusun I Desa Penanggiran
I. DATA SUBJEKTIF
A. Keluhan Utama
B. Data Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang :
Pada saat ibu datang ke IGD tanggal 20 November 2023, pukul 11.00
dengan keluhan sakit kepala ± sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
disertai mual.
C. Nutrisi/Hidrasi/Eliminasi/Tidur/Psikososial
23
Eliminasi : BAB normal ± 1 kali perhari
Tidur : 6 jam
Psikososial : Ibu merasa cemas dengan
Keadaannya.
A. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : CM
BB sebelumnya / sekarang: 53 kg / 49 kg
Tinggi badan : 155 cm
TD : 170 /113 mmHg
Suhu : 36,4˚C
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20x/menit
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Rambut hitam beruban
2. Mata : Conjungtiva tidak anemis, simetris kiri kanan
3. Telinga : Simetris kiri dan kanan
4. Hidung : Simetris kiri dan kanan
5. Mulut : Mukosa mulut lembab
6. Gigi : Gigi putih kekuning kuningan dan tidak
Lengkap.
7. Leher : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada
pembesaran vena juguralis.
8. Paru-paru : Tidak dilakukan pemeriksaan.
24
9. Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan.
10. Abdomen : Tidak ada benjolan atau masa, nyeri tekan
Abdomen.
11. Punggung : Simetris kiri dan kanan.
12. Ekstremitas
Atas : Pergerakan kiri dan kanan simetris ( akral
hangat )
Bawah : Pergerakan kiri dan kanan simetris ( akral
hangat )
13. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
C. Pemeriksaan Penunjang
(a) Darah
Hemoglobin : 12,0 g / dl
Eritrosit : 4,1 10^6/uL
Leukosit : 7,88 10^3 /uL
Trombosit : 346 10^3 /uL
Hematokrit : 35,4 %
MCV : 87 fL
MCH : 29 pg
MCHC : 34 g/dL
RDW-CV : 13 %
(b) Urine
Glukosa Urine : Tidak dilakukan pemeriksaan
Protein Urine : Tidak dilakukan pemeriksaan
25
Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kejernihan
Kimia Urin
Berat Jenis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ph : Tidak dilakukan pemeriksaan
Keton : Tidak dilakukan pemeriksaan
Darah( Uri : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bilirubin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Urobilinogen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nitrit : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leukosit Esterase : Tidak dilakukan pemeriksaan
(c) Sidimen
Leukosit : Tidak dilakukan pemeriksaan
Eritrosit : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sel Epitel : Tidak dilakukan pemeriksaan
USG : Tidak dilakukan pemeriksaan
Endoskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan menjelaskan keadaan pasien.
26
2. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisinya yang mengalami Hipertensi
( pasien sudah paham dengan kondisisnya)
27
5. Memberitahu pasien upaya pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan
program :
a. Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
b. Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
c. Tetap diet dengan gizi yang seimbang
d. Upayakan aktivitas fisik dengan aman
e. Hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogeniK
28
V.CATATAN PERKEMBANGAN
1 Senin, 20 11.00 S=
November 2023 Pasien mengatakan pusing nyeri kepala sejak kemarin disertai mual
dan sakit kepala
O=
29
( pasien sudah paham dengan kondisisnya )
6. Anjurkan pasien untuk diet garam
( pasien mau melakukannya )
7. Kaloborasi dalam memberikan obat sesuai dengan terapi
dokter
Nicardipin 2 amp drip NaCl 0,9% 100 ml/Jam,gtt 10x/m
Omeprazole 2 x 1 amp
Ketorolac 2 x 1/hari
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg/hari
Flunarizine 2 x 1/hari
IVFD terpasang RL dengan gtt 20x / menit
(Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)
8. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet nasi biasa
rendah garam
2 Selasa, 21 09. 00 S=
November 2023 Pasien mengatakan mengatakan sakit kepala dan badan lemas
O=
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
TD : 160 /100 mmhg
T : 36,6 ºC
N : 98 x/m
RR : 22 x/m
A = Ny. R Pasien mengeluh masih pusing dan berat,pandangan
kabur serta berkunang kunang jika bangun tidur.
30
P=
1. Memberitahu Pasien hasil tanda-tanda Vital
( pasien mengetahui kondisinya )
2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
( pasien mengerti penjelasan bidan )
3. Atur posisi nyaman pasien
( pasien sudah nyaman dengan posisi yang telah diatur )
4. Anjurkan pasien untuk meminum air hangat
( pasien mau melakukannya )
5. Menjelaskan kepada pasien kondisinya yang mengalami
Hipertensi
( pasien sudah paham dengan kondisisnya)
6. Ajurkan pasien untuk diet garam
( pasien mau melakukannya)
7. Kaloborasi dalam memberikan obat sesuai dengan terapi
dokter
Nicardipin 2 x drip NaCl 0,9% 100 ml/jam,gtt
10x/menit.
Omeprazole 1 x 40 mg
Ketorolac 2 x 1 amp
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg
31
Flunarizine 2 x 1 tablet
IVFD terpasang RL dengan gtt 20x / menit
(Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)
8. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet nasi biasa
rendah garam.
3 Rabu 09.00 S = Pasien mengatakan mengatakan sakit kepala dan badan lemas
22 November O=
2023 Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compossmentis
TD : 153 /86 mmhg
T : 36,7 ºC
N : 72 x/m
RR : 26 x/m
A = Ny. R Pasien mengeluh masih agak sering pusing dan berat.
P=
1. Memberitahu Pasien hasil tanda-tanda Vital
( pasien mengetahui kondisinya )
2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
( pasien mengerti penjelasan bidan )
3. Atur posisi nyaman pasien
( pasien sudah nyaman dengan posisi yang telah diatur )
4. Anjurkan pasien untuk meminum air hangat
( pasien mau melakukannya )
5. Menjelaskan kepada pasien kondisinya yang mengalami
Hipertensi
32
( pasien sudah paham dengan kondisisnya)
6. Anjurkan pasien untuk diet garam
( pasien mau melakukannya )
7. Kaloborasi dalam memberikan obat sesuai dengan terapi
dokter :
Nicardipin 2 x 1 amp (stop)
Omeprazole 1 x 40 mg
Ketorolac 2 x 1 amp
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg
Flunarizine 2 x 1 tablet
IVFD terpasang RL dengan gtt 20x / menit
(Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)
(Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet nasi biasa
rendah garam)
4 Kamis, 23 09.00 S = Pasien mengatakan mengatakan sakit kepala dan badan lemas
November 2023 O=
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 147 /90 mmhg
T : 36,7 ºC
N : 72 x/m
RR : 26 x/m
A=
Pasien merasakan agak sedikit membaik tapi masih merasakan
pusing kepala saat berdiri
33
P :=
1. Memberitahu Pasien hasil tanda-tanda Vital
( Pasien mengetahui kondisinya )
2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
( Pasien mengerti penjelasan bidan )
3. Atur posisi nyaman pasien
( Pasien sudah nyaman dengan posisi yang telah diatur )
4. Anjurkan pasien untuk meminum air hangat
( Pasien mau melakukannya )
5. Menjelaskan kepada pasien kondisinya yang mengalami
Hipertensi
( Pasien sudah paham dengan kondisisnya)
6. Anjurkan pasien untuk diet garam
( Pasien mau melakukannya )
7. Kaloborasi dalam memberikan obat sesuai dengan terapi
dokter
Nicardipin 2 x1 amp (stop)
Omeprazole 1 x 40
Ketorolac 2 x 1/hari
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg/hari
Flunarizine 2 x 1/hari
IVFD terpasang RL dengan gtt 20x / menit
( Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)
8. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet nasi biasa
34
rendah garam
35
Omeprazole 1 x 40
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg/hari
( Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)
8. Memberi jadwal kontrol ulang kembali ke poli pada tanggal
27 desember 2023.
( Pasien mengerti penjelasan bidan)
BAB III
PEMBAHASAN
36
4. Mengantisipasi masalah potensial yang terjadi pada Wanita Lansia
Dengan Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
5. Menyusun perencanaan yang dibuat pada Wanita Lansia Dengan
Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
6. Melaksanakan perencanaan pada Wanita Lansia Dengan Hipertensi
Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
7. Mengevaluasi terhadap tindakan pada Wanita Lansia Dengan
Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny. R dengan
Hipertensi di ruang rawat inap Penyakit Dalam RSUD Dr. H.M. RABAIN pada
tanggal 20 sampai 24 November 2023 dapat di simpulkan:
a) Pengkajian
37
Implementasi asuhan kebidanan pada klien dengan Hipertensi ada yang
dapat dilakukan di rumah sakit dan ada yang tidak dapat dilakukan di rumah sakit
di karenakan ada sebagian sudah di lakukan oleh perawat atau bidan diruangan
seperti pemasangan infus dan pemberian terapi.
e) Evaluasi
Pada klien Hipertensi dapat dilakukan dan dari diagnosa tersebut semua
masalah dapat teratasi dan pasien sudah di izinkan pulang oleh dokter.
4.2 Saran
1) Bagi Penulis
Diharapkan bagi penulis agar dapat mencari tau dan memberikan
lebih banyak lagi pengetahuan tentang Hipertensi sehingga penulis bisa
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Hipertensi,
bagaimana penyebab dan juga cara pencegahan pada penyakit tersebut.
2) Bagi Instusi Pendidikan
Menjadi sumber referensi yang baik dalam memahami tentang
Hipertensi dan juga menjadi acuan untuk Asuhan Kebidanan pasien dengan
Hipertensi.
3) Bagi Rumah Sakit
Untuk mencegah meningkatnya Hipertensi sebaiknya pasien diberikan
informasi yang memadai mengenai Hipertensi itu sendiri dan aspeknya.
Dengan diperolehnya informasi yang cukup maka pencegahan dapat
dilakukan dengan segera.
38
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Jesmo Aldoran., Sri Dewi Siregar. 2021. Jurnal Pengalaman Keluarga dalam
Merawat Salah Satu
Anggota Keluarga dengan Penyakit Hipertensi di Kelurahan Binjai Timur. Sekolah
Tinggi Ilmu
Kesehatan Flora, Medan, Indonesia.
Tika, Tiara Trias. 2021. Pengaruh Pemberian Daun Salam atau Syzygium Poliyanthum pada
Penyakit
Hipertensi. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung.
Santoso, Rahmat dkk. 2022. Mengatasi dan Mencegah dengan Kenali Hipertensi Untuk Pola
Hidup
Sehat di Kelurahan Cipadung Wetan, Kota Bandung. Universitas Bakti Kencana,
Bandung, Jawa
Barat.
Azizah, Wafiq., Uswatun Hasanah., Asri Tri Pakarti. 2022. Penerapan Slow Deep Breathing
Terhadap
39
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Akademi Keperawatan Dharma Wacana
Metro.
Lukitaningtyas, Dika., Eko Agus Cahyono. 2023. Jurnal Pengembangan Ilmu dan Praktik
Kesehatan.
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Ngawi.
40