Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

R UMUR 68 TAHUN
DENGAN HIPERTENSI DI UNIT PENYAKIT DALAM
RSUD Dr.H.M. RABAIN
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2

1. ANA SAPUTRI NIM.PO7124322011


2. DIVA NADYA RISANDI NIM.PO7124322012
3. NADIA SYAITIFONA NIM.PO7124322013
4. FADILLAH RAMADHANTI NIM.PO7124322014
5. LIRA AMELIA NIM.PO7124322015
6. NOVITA SARI NIM.PO7124322016
7. MEPA APRILLA NIM.PO7124322017
8. ANISA MARETA PUTRI NIM.PO7124322018
9. MELLANI DESTA YULFADELLA NIM.PO7124322019
10. RISDIANI NIM.PO7124322020
11. NABIILA NIM.PO7124322021

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2023/2024
MOTTO

“Kesuksesan dimulai dari keputusan untuk mencoba”

PERSEMBAHAN

Laporan ini adalah bagian dari ibadah kami kepada Allah SWT, Karena kepada-
Nyalah kami menyembah dan kepada-Nyalah kami mohon pertolongan.Sekaligus
sebagai ungkapan terimakasih kepada bapak dan ibu yang selalu memberikan
motivasi, dan kakak-kakakku yang selalu memberikan ilmu, keterampilan dan
pengalaman.Terimakasih atas semuanya bapak ibu serta kakak-kakak di Unit
Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M. Rabain.

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R DENGAN


HIPERTENSI DI UNIT PENYAKIT DALAM
RSUD Dr.H.M. RABAIN
TAHUN 2023

Diajukan Oleh:
KELOMPOK 2

Laporan Praktik Belajar Lapangan ini telah disetujui oleh


Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik

Muara Enim, 24 November 2023

Pembimbing Lapangan Pembimbing diklat Pembimbing Institusi

Gunasti Sugiar Am. Kep Yuliana Bertha, SST. M. Kes Nia Clarasari MP. SST., M.Keb
NIP: 197008301994032007 NIP: 196807181994032002 NIP: 198210112006042009

MENGETAHUI
KA. PRODI

Dahliana, SKM.M.Kes

iii
NIP: 196912151990032004
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah.SWT karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah penyusun dapat menyusun laporan yang berjudul “ASUHAN
KEBIDANAN PADA NY.R UMUR 68 TAHUN DENGAN HIPERTENSI DI UNIT
PENYAKIT DALAM RSUD Dr.H.M RABAIN TAHUN 2023”.
Dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dari segi materi maupun dari segi pemahaman. Laporan ini
terwujud berkat bantuan bimbingan serta petunjuk yang di terima dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Muhamad Taswin, S.si, Apt, MM, M. Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang
2. Bapak dr. Alfurqon, Sp selaku Direktur RSUD Dr.H.M Rabain
3. Ibu Dahliana, SKM.M. Kes selaku Ka-Prodi DIII Kebidanan Muara Enim
4. Bapak Dr. Yusril, SP. S(K) selaku ketua tim kordik RSUD Dr.H. M Rabain
5. Ibu Hj. Lismini, Am. KEp selaku kepala unit diklat di RSUD Dr.H.M. Rabain
6. Ibu Yuliana Bertha, SST., M. Kes selaku pembimbing diklat di RSUD Dr.H.M.
Rabain
7. Ibu Gunasti Sugiar Am. Kep selaku pembimbing lapangan
8. Ibu Nia Clarasari MP, SST,. M. Keb selaku dosen pembimbing lapangan

Tanpa bantuan dan bimbingan dari yang mereka berikan, laporan ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik. Penulis memohon maaf apabila dalam pembuatan
laporan ini terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca
karena sebagai manusia biasa kita tidak dapat luput dari kesalahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan masukkan yang bersifat membangun. Harapan
penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Muara Enim, 24 November 2023

iv
Kelompok 2

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iii


KATA PENGANTAR............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Study Kasus...........................................................................................2
1.4 Manfaat Study Kasus.........................................................................................3
BAB IIError! Bookmark not defined.PEMBAHASAN.............................................4
2.1 Pengetian Hipertensi..........................................................................................4
2.2 Penyebab Hipertensi..........................................................................................4
2.3 Tanda Gejala Hipertensi...................................................................................6
2.4 Patofisiologi.......................................................................................................8
2.5 Klasifikasi Hipertensi........................................................................................9
2.6 Pemeriksaan atau Tes Diagnostik.....................................................................14
2.7 Penatalaksanaan................................................................................................14
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................17
BAB IV PENUTUP....................................................................................................34
4.1 Kesimpulan........................................................................................................34
4.2 Saran..................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................38

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh


darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinadi, 2017). Hipertensi sering
dijuluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam karena dapat
menyerang siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan salah satu penyakit yang
dapat mengakibatkan kematian. Hipertensi juga beresiko menimbulkan
berbagai macam penyakit lainnya yaitu seperti gagal jantung, jantung koroner,
penyakit ginjal dan stroke,sehingga penanganannya harus segera dilakukan
sebelum komplikasi dan akibatburuk lainnya terjadi seperti dapat menurunkan
umur harapan hidup penderitanya(Sulastri, Elmatris, and Ramadhani, 2012).
Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistoliksama
atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih
besar dari 90 mmHg, serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik
lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
(NOC, 2019).
Data World Health Organization(WHO) menunjukan sekitar 1,13 orang
di dunia mengalami hipertensi 1 dari 3 orang di dunia. Kejadian hipertensi kian
meningkat setiap tahunnya pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 1,5 milyar
orang yang terkena hipertensi dan 9,5 juta meninggal akibat hipertensi dan
juga komplikasihnya (WHO, 2015). Riskesdas tahun 2018 prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 34, 11 %, estimasi jumlah kasus hipertensi di
Indonesia sebesar 63.309.620 orang sedangkan angka kematian di Indonesia
akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.

1
Di Indonesia Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular dimana
penderita memiliki tekanan darah di atas normal. Penyakit ini seringkali
disebut silent killer karena tidak adanya gejala dan tanpa disadari penderita
mengalami komplikasi pada organ-organ vital (Mathavan dan Pinatih, 2017).
Menurut Riskesdas dalam (Kemenkes RI, 2021) prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%, mengalami peningkatan dibandingkan
prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%.
Provinsi Sumatra Selatan prevalansi hipertensi sebesar 30, 44%
(Kemenkes, 2019).
Data dari Dinas kesehatan Kabupaten Muara Enim, angka kejadian
hipertensi mengalami kenaikan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini.
Tahun 2018 sebesar 889 kasus (13,6%), tahun 2019 sebesar 1235 kasus
(16,5%) dan tahun 2020 sebesar 2173 (17,8%) dan menduduki peringkat
pertama 10 besar Penyakit Lansia. Data di Kabupaten Muara Enim dalam 3
tahun terakhir, tahun 2018 sebesar 935 kasus (12%), tahun 2019 sebanyak
1150 kasus (14,5%) dan pada tahun 2020 sebesar 1325 kasus (16,3%) dan
merupakan terbanyak ke dua setelah penyakit persendian sebesar 1570 kasus
(21%) (Puskesmas Muara Enim., 2020).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan ini, maka dari itu kami mahasiswa
Prodi D-III Kebidanan muara enim poltekkes kemenkes Palembang tertarik
untuk melakukan kasus mengenai hipertensi untuk melakukan
menganalisa,mencatat perkembangan serta memberikan asuhan terhadapat
hipertensi sebagain acuan pembelajaran kami di RSUD.H.Moh
Rabain.Kabupaten Muara Enim tahun 2023.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang diatas dan


kenyataan yang ada maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu Bagaimana
“Asuhan Kebidanan Pada Ny “R” Umur 68 Tahun Dengan Hipertensi Di Unit
Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain Tahun 2023”.

1.3 Tujuan Khusus

1. Melaksanakan pengkajian data pada Wanita Lansia Dengan


Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
2. Merumuskan data serta merumuskan diagnosa,masalah dan
kebutuhan pada Wanita Lansia Dengan Hipertensi Di Unit Penyakit
Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain
3. Mengidentifikasi masalah dan dianosa pada Wanita Lansia Dengan
Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
4. Mengantisipasi masalah potensial yang terjadi pada Wanita Lansia
Dengan Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
5. Menyusun perencanaan yang dibuat pada Wanita Lansia Dengan
Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
6. Melaksanakan perencanaan pada Wanita Lansia Dengan Hipertensi
Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
7. Mengevaluasi terhadap tindakan pada Wanita Lansia Dengan
Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.

3
1.4 Manfaat Study Kasus
1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar


pengembangan manajemen asuhan dan membantu perawatan dalam
meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan asuhan yang diberikan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan


ilmu pengetahuan khususnya di bidang Kebidanan pada pasien Hipertensi.

3. Bagi Penulis
Hasil penulisan laporan ini diharapkan memberikan pengetahuan dan
memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun
asuhan kebidanan pada pasien Hipertensi sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan program studi D3 Kebidanan Muara Enim
Poltekkes Kemenkes Palembang.
4. Bagi Klien
Membantu klien dalam memperoleh informasi penting tentang
Hipertensi, bagaimana usaha pencegahan, pengobatan, dan perawatan
pasien Hipertensi di Rumah Sakit.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengetian Hipertensi
Seseorang didiagnosis mengalami hipertensi ketika hasil pengukuran
tekanan darah sistolik TDS) yang dimiliki ≥140 mmHg dan/atau tekanan
darah diastolic (TDD) yang dimiliki ≥90 mmHg setelah dilakukan
pemeriksaan tekanan darah berulang (Unger et al., 2020). Hasil pengukuran
ini berlaku untuk seluruh individu / pasien dengan usia dewasa (> 18 tahun).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg
(Hidayati et al., 2022)
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah
penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak
konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika
memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada
arterial sistemik, baik diastolik maupun sistolik secara terus-menerus. Gejala
hipertensi sulit diketahui karena tidak memiliki gejala khusus. Gejala yang
mudah diamati yaitu pusing, sering gelisah, wajah merah, telinga berdengung,
sesak napas, mudah lelah, mata berkunang-kunang. (Sutanto, 2010; Sijabat et
al., 2020).

2.2 Penyebab Hipertensi


Penyebab-penyebab Hipertensi ternyata sangat banyak. Tidak bisa
diterangkan hanya dengan satu faktor penyebab. Memang betul pada akhirnya
kesemuaanya itu akan menyangkut kendali natrium (Na) di ginjal sehingga
tekanan darah meningkat (Harahap et al., 2022). Ada dua faktor yang
mendominasi terjadinya Hipertensi :

5
2.2.1 Peran Volume Intravaskular
Menurut Kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi antara
cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan total peripheral resisten
(TPR) yang masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor. Volume
intravaskular merupakan determinan utama untuk kestabilan tekanan darah
dari waktu ke waktu. Tergantung keadaan TPR apakah dalam posisis
vasodilatasi atau vasokonstriksi. Bila asupan NaCl meningkat, maka ginjal
akan merespons agar ekskresi garam keluar bersama urine ini juga akan
meningkat. Tetapi bila upaya mengekskresi NaCl ini melebihi ambang
kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi H2O sehingga volume
intravaskular meningkat.Pada gilirannya CO dan CJ akan meningkat.
Akibatnya terjadi ekspansi
volume intravaskular, sehingga tekanan darah akan meningkat. Seiring
dengan perjalanan waktu TPR juga akan meningkat, lalu secara berangsur
CO dan CJ akan turun menjadi normal lagi akibat autoregulasi. Bila TPR
vasodilatasi tekanan darah akan menururn, sebaliknya bila TPR
vasokonstriksi tekanan darah akan meningkat.
2.2.2 Peran Kendali Saraf Otonom
Persarafan autonom ada dua macam, yang pertama ialah saraf sistem
saraf simpatis, yang mana saraf ini yang akan menstimulasi saraf viseral
(termasuk ginjal) melalui neurotransmiter : katekolamin, epinefrin, maupun
dopamin. Sedang saraf parasimpatis adalah yang menghambat stimulasi
saraf simpatis. Regulasi simpatis dan para simpatis berlangsung independen
tidak dipengaruhi oleh kesadaran otak, akan tetapi terjadi secara otomatis
sesuai siklus sikardian. Ada beberapa reseptor adrenergik yang berada di
jantung, ginjal, otak serta dinding vascular pembuluh darah ialah reseptor

6
α1, α2, β1 dan β2. Belakangan ditemukan reseptor β3 di aorta yang ternyata
kalau dihambat dengan beta bloker β1 selektif yang baru (nebivolol) maka
akan memicu terjadinya vasodilatasi malalui peningkatan nitrit oksida (NO).
Karena pengaruh-pengaruh lingkungan misalnya genetik, stres kejiwaan,
rokok, dan sebagainya, akan terjadi aktivitas sistem saraf simpatis berupa
kenaikan ketekolamin, nor epineprin (NE) dan sebagainya.
Selanjutnya neurotransmiter ini akan meningkatkan denyut jantung
(Heart Rate) lalu di ikuti kenaikan CO atau CJ, sehingga tekanan darah akan
meningkat dan akhirnya akan mengalami agregrasi platelet. Peningkatan
neurotransmiter NE ini menpunyai efek negatif terhadap jantung, sebab di
jantung ada reseptor α1, β1, β2 yang akan memicu terjadinya kerusakan
miokard, hipertrofi, dan aritmia dengan akibat progesivitas dari hipertensi
aterosklerosis. Karena pada dinding pembuluh darah juga ada reseptor α1,
maka bila NE meningkat hal tersebut akan memicu vasokonstriksi (melalui
reseptor α1) sehingga hipertensi aterosklerosis juga semakin progresif. Pada
ginjal NE juga berefek negatif, sebab di ginjal ada reseptor β1 dan α1 yang
akan memicu terjadinya retensi natrium, mengaktifasi sistem RAA, memicu
vasokonstriksi pembuluh darah dengan akibat hipertensi aterosklerosis juga
makin progresif. Selanjutnya bila NE kadarnya tidak pernah normal maka
sindroma hipertensi aterosklerosis juga akan berlanjut makin progresif
menuju kerusakan organ target / Target Organ Damage (TOD).

2.3 Tanda Gejala Hipertensi


Gejala utama adalah tekanan darah di atas 140/90, dan dianggap parah jika
tekanan di atas 180/120. Gejala – gejala Hipertensi, berupa:

7
3.3.1 Sakit Kepala
Gejala Hipertensi yang pertama adalah sakit kepala. Ini adalah gejala
umum dari masalah kesehatan tersebut. Akan tetapi, seseorang mungkin baru
akan merasakan sakit kepala apabila tekanan darahnya berada di level
180/110 mmHg atau bahkan lebih. Sakit kepala juga terasa pada perubahan
tekanan darah secara tiba-tiba. Sementara pada kasus Hipertensi berlangsung
kronis (naik secara perlahan lahan dalam jangka waktu yang panjang), gejala
ini biasanya tidak akan terasa. Sakit kepala akibat Hipertensi juga umumnya
terjadi secara konstan dan tidak dipengaruhi siklus tidur.

3.3.2 Kepala Pusing


Selain nyeri, kepala yang terasa pusing juga menjadi gejala tekanan
darah tinggi. Lagi-lagi, hal ini biasanya terjadi apabila Hipertensi yang
dialami terjadi secara tiba-tiba /akut.. Kepala pusing atau vertigo yang terjadi
lebih dari 3 hari dapat disebabkan karena karena penyakit Stroke (sumbatan
atau perdarahan) pada otak kecil/cerebellum. Oleh sebab itu, segera
periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami pusing kepala atau vertigo
yang tidak kunjung reda.

3.3.3 Hidung Mimisan


Hidung yang mengalami perdarahan atau yang biasa kita kenal dengan
istilah mimisan menjadi gejala Hipertensi selanjutnya yang harus Anda
waspadai. Apabila Anda memiliki riwayat darah tinggi kemudian mengalami
mimisan secara tiba-tiba, hal ini bisa jadi menandakan bahwa kondisi tersebut
sudah bertambah parah sehingga harus segera mendapat penanganan medis
sebelum bertambah buruk.

8
3.3.4 Mual dan Muntah
Selain hidung mimisan, mual dan muntah yang terjadi secara tiba-tiba
juga bisa menjadi pertanda tekanan darah tinggi sudah berada di level yang
cukup mengkhawatirkan. Akan tetapi, jangan buru-buru panik karena gejala
ini merupakan gejala umum yang bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan
lainnya. Mual dan muntah yang menjadi gejala darah tinggi biasanya juga
disertai dengan gejala lainnya seperti sakit kepala. Jika ini yang Anda alami,
sebaiknya segera periksakan diri ke dokter sebelum terlambat.

3.3.5 Kesemutan
Meningkatnya tekanan darah secara otomatis akan memperlambat laju
aliran darah di dalam tubuh. Kondisi ini lantas juga akan menimbulkan gejala
berupa kesemutan. Selain itu, kesemutan pada salah satu tangan dan kaki bisa
merupakan pertanda dari terjadinya stroke baru. Segera periksakan diri ke
dokter apabila Anda mengalami gejala yang satu ini.

3.3.6 Terdapat bintik darah pada mata


Bintik darah di mata (perdarahan subkonjungtiva) merupakan gejala
yang dapat terjadi pada saat Hipertensi karena pembuluh darah kecil pada
selaput mata tidak dapat menahan tekanan sehingga terjadi perdarahan tiba-
tiba.

3.3.7 Nyeri dada


Hipertensi yang sudah tergolong parah karena tidak segera diobati
dapat menimbulkan gejala berupa nyeri dada. Timbulnya gejala yang satu ini
dikarenakan terhambatnya aliran darah dari dan menuju ke organ jantung.
Apabila mengalami gejala nyeri dada, khususnya di sebelah kiri, yang sudah
berlangsung cukup lama dan semakin tinggi intensitasnya. Pemeriksaan medis

9
akan dilakukan guna memastikan apakah hal ini berkaitan dengan gangguan
jantung akibat hipertensi atau masalah kesehatan yang lainnya.

3.3.8 Tubuh mudah lelah


Tubuh yang mudah lelah juga bisa menjadi gejala Hipertensi. Akan
tetapi, kelelahan yang mendera tubuh Anda tidak melulu berkaitan dengan
masalah kesehatan yang satu ini. Oleh karena itu, jangan langsung panik dan
disarankan untuk melakukan pemeriksaan medis guna memastikan kondisi.

3.3.9 Penglihatan ganda


Penderita Hipertensi yang diikuti dengan gejala stroke pada batang
otak juga dapat mengalami gejala yang disebut sebagai diplopia. Diplopia
adalah kondisi di mana Anda objek yang Anda lihat menjadi ganda. Selain itu,
hipertensi juga akan menyebabkan penglihatan kabur. Gejala ini baru akan
muncul apabila hipertensi sudah mencapai tahap yang tergolong parah.

3.3.10 Detak jantung abnormal


Penyumbatan pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan
iskemia pada titik titik kelistrikan pada jantung (misal nodus SA, nodus AV)
dapat mengakibatkan gangguan irama jantung semisal atrial fibrilasi, av
block, VT / VF. Silakan periksa ke IGD untuk dilakukan ECG bila mengalami
denyut jantung yang tidak teratur.

3.3.11 Kebingungan
Terhambatnya aliran darah ke otak akibat tingginya tekanan darah juga
sedikit banyak akan memengaruhi kinerja dari organ tersebut. Salah satu
dampak yang kemungkinan akan dirasakan yakni Anda akan sulit untuk fokus
dan mudah merasa bingung. Akan tetapi, perlu pemeriksaan medis lebih lanjut

10
guna memastikan kondisi ini.
Sebagian besar Hipertensi disebabkan oleh Kegemukan (obesitas),
gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam
dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang
memiliki kepekaan yang diturunkan.

2.4 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya Hipertensi adalah melalui terbentuknya


angiostensin II dari angiostensin I oleh Angiostensin I Converting Enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiostensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiostensin I. oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiostensin I diubah
manjadi angiostensin II. Angiostensin II inilah yang memiliki peranan kunci
dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama (Prayitnaningsih et
al., 2021).
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur Aldosteron dan volume urin.
Meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi Aldosteronnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi garam
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal (Sylvestris, 2014;

11
Prayitnaningsih et al., 2021)
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi esensial
merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah
fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi
mediator hormon, latihan vaskuler, volume sirkulasi 10 darah, kaliber
vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan
stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa
faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat
berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi (Yogiantoro, 2006;
Prayitnaningsih et al., 2021).

2.5 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dibedakan menjadi dua golongan jika dilihat dari


penyebabnya, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi
primer atau hipertensi esensial adalah suatu kejadian dimana terjadi
peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan mekanisme
kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut hipertensi idiopatik. Kurang
lebih 95% dari kasus hipertensi disebabkan oleh hipertensi primer atau
esensial. Faktor yang mempengaruhi hipertensi esensial ini seperti,
lingkungan, sistem renin-angiotensin, genetik, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan
faktorfaktor yang berisiko meningkatkan tekanan darah seperti obesitas dan
merokok (Ayu, 2021)
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang
berhubungan dengan gangguan sekresi hormon dan fungsi ginjal. Sekitar 10%
dari kasus hipertensi termasuk hipertesni sekunder dan telah diketahui

12
sebabnya. Peyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain penyakit ginjal,
hipertensi vaskuler renal, penggunaan estrogen, hiperaldosteronisme primer,
sindroma Cushing, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Kebanyakan kasus hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan
penatalaksanaan penyebabya secara tepat (Diartin et al., 2022)
Jika dilihat dari bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga
golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik dan hipertenis
campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan
umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan
tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung).
Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin
pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih
besar. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi
apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan
tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua
denyutan. Sedangkan untuk hipertensi campuran merupakan gabungan antara
hipertensi sistolik dan hipertensi diastolik dimana terjadi peningkatan pada
tekanan sistolik dan diastolic (Warjiman et al., 2020).
Hipertensi (HT) emergensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah (TD) yang berat (>180/120 mm Hg) disertai bukti kerusakan baru atau
perburukan kerusakan organ target (target organ damage=TOD). Pada kondisi
klinis ini terjadi kerusakan organ diperantarai hipertensi (hypertensive
mediated organ damage=HMOD) yang mengancam nyawa (tabel-1), sehingga
memerlukan intervensi penurunan TD segera dalam kurun waktu menit/jam

13
dengan obat-obatan intravena (iv). Sedangkan HT urgensi merupakan situasi
terkait peningkatan TD yang berat pada kondisi klinis stabil tanpa adanya
perubahan akut atau ancaman kerusakan organ target atau disfungsi organ.
Pada kondisi ini tidak terdapat bukti klinis kerusakan organ akut diperantarai
hipertensi, sehingga Koplan et al-2015 menggantikannya dengan istilah HT
berat yang tidak terkontrol ("uncontrolled severe hypertension"), sedangkan
ACC/AHA guidelines-2017 juga menyebutnya peningkatan TD dengan nyata
("markedly elevated blood- pressure". Penurunan TD pada keadaan ini
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam. Terdapat perbedaan batas (cut-
off) TD yang dipakai batasan krisis HT antara. ACC/AHA guidelines-2017
(TD >180/120 mm Hg) dan ESC/ESH guidelines-2018 (TD sistolik ≥180 mm
Hg dan/atau TD diastolik ≥110 mm Hg). Sedangkan pada beberapa registry
menggunakan batasan TD sistolik ≥220 mm Hg atau TD diastolik ≥120 mm
Hg. Dibalik perbedaan cut-off TD, perlu diingat bahwa tingkat TD absolut
bukan merupakan kondisi yang lebih penting dibandingkan kecepatan
peningkatan TD.
Hipertensi diklasifikasikan menurut gejalanya di bedakan menjadi dua
yaitu hipertensi benigna dan hipertensi maligna. Hipertensi benigna
merupakan hipertensi yang tidak menimbukan gejala, biasanya ditemukan saat
penderita melakukan check up. Sedangkan hipertensi maligna adalah keadaan
hipertensi yang mambahayakan yang biasanya disertai dengan keadaan
kegawatan sebagai akibat komplikasi dari organ seperti otak, jantung dan
ginjal (Hastuti, 2020). Menurut berbagai guideline, klasifikasi hipertensi
dibedakan menjadi :

14
1. Klasifikasi Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professional,
sukarelawan, Halaman | 109 dan agen federal. Mereka mencanangkan
klasifikasi JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel berikut,
yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat.

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Commite 7

Kategori tekanan darah TDS (mmHg) TDS (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pra-hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89

Hipertensi tingkat 1 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi tingkat 2 > 160 atau > 100

Hipertensi sistolik terisolasi > 140 dan < 90

Hipertensi sistolik terisolasi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan


darah sistolik (TDS) (140 mmHg) dan atau tekanan darah diastolic (TDD)
rendah (<90 mm Hg) sering terjadi pada orang muda dan lanjut usia. Pada
individu muda, termasuk anak-anak, remaja dan dewasa muda, hipertensi
sistolik terisolasi adalah bentuk paling umum dari hipertensi esensial.
Namun, hal ini juga sangat umum terjadi pada lanjut usia, yang
mencerminkan kekakuan arteri besar dengan peningkatan tekanan nadi

15
(perbedaan antara TDS dan TDD). Individu yang didentifikasi dengan
hipertensi yang dikonfirmasi (hipertensi tingkat 1 dan hipertensi tingkat 2)
harus menerima pengobatan farmakologis yang sesuai.

Peningkatan kejadian hipertensi yang terjadi secara terus menerus


dan sering tidak trekendali, menjadikan American College of Cardiology
(ACC), the American Heart Association (AHA), dan 9 organisasi lainnya
mengklasifikasikan ulang hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan
darah sistolik dan diastolic menjadi :
Tabel 2. Klasifikasi hipertensi

Kategori tekanan darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pra-hipertensi 120 – 129 ata < 80


u

Hipertensi tingkat 1 130 – 139 ata 80 – 89


u

Hipertensi tingkat 2 > 139 ata > 89


u

Sumber : (Lin, 2022)

2. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)


WHO dan International Society of Hypertension Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal,
normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi
berat. Hal ini dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berskala

16
nasional sangat jarang, sehingga Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) memilih klasifikasi sesuai WHO/ISH karena memiliki sebaran
yang lebih luas.

Tabel 3. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


Kategori
(TDS) Diastolik (TDD)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal-Tinggi 130-139 85-89

Tingkat 1 (hipertensi
140-159 90-99
ringan)

Sub-group : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi
160-179 100-109
sedang)

Tingkat 3 (hipertensi
≥ 180 ≥ 110
berat)

Hipertensi systole ≥ 140 < 90

17
terisolasi (isolated
systolic hypertension)

Sub-group : perbatasan 140-149 < 90

Sebagian besar penderita hipertensi termasuk dalam kelompok


hipertensi ringan. Perubahan pola hidup merupakan pilihan pertama
penatalaksanaannya, tetapi juga dibutuhkan pengobatan untuk
mengendalikan tekanan darah. Pada kelompok hipertensi sedang dan
berat memiliki kemungkinan terkena serangan jantung, stroke, dan
kerusakan organ target lainnya. Risiko ini akan diperberat dengan adanya
lebih dari tiga faktor risiko penyebab hipertensi yang menyertai hipertensi
pada kedua kelompok tersebut.

2.6 Pemeriksaan atau Tes Diagnostik


Dalam menegakkan diagnosis hipertensi memerlukan beberapa tahapan.
Pada wawancara (anamnesis) kita dapat menanyakan apakah ada riwayat darah
tinggi sebelumnya, faktor risiko lain, gejala kerusakan organ lain misalnya
keluhan mata kabur, sakit kepala hebat, apakah ada kelemahan anggota gerak,
obat apa yang dikonsumsi sebelumnya bila ada. Kemudian dilakukan
pemeriksaan tekanan darah sesuai prosedur, pemeriksaan berat badan dan tinggi
badan, apakah ada tanda pebesaran jantung, atau adanya sembab perut dan pada
tungkai. Saat diagnosis hipertensi ditegakkan perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan untuk mencari kemungkinan komplikasi hipertensi ke organ lain.
Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan saat menemukan kasus
hipertensi adalah pemeriksaan darah rutin, gula darah, profil lipid, elektrolit,
fungsi ginjal, pemeriksaan rekam jantung (elektrokardiografi/EKG) dan ronsen

18
dada. Penapisan atau skrining berguna untuk mendeteksi sedini mungkin adanya
hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi ke organ lain.

2.7 Penatalaksanaan

Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling


rendah yang masih dapat ditoleransi oleh penderita dan mencegah komplikasi
yang mungkin timbul. Penatalaksanaan hipertensi, yaitu :

3.7.1 Prinsip Penatalaksanaan


Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling
rendah yang masih dapat ditoleransi oleh penderita dan mencegah
komplikasi yang mungkin timbul. Penatalaksanaan hipertensi, yaitu :
a. Penatalaksanaan umum, Merupakan usaha untuk mengurangi faktor risiko
terjadinya peningkatan tekanan darah. Penatalaksanaan umum adalah
penatalaksanaan tanpa obat-obatan, seperti :

1) Diet rendah natrium, dengan syarat dan prinsip diet sebagai berikut :
a) Energi cukup, jika pasien dengan berat badan 115% dari berat badan
ideal disarankan untuk diet rendah kalori dan olahraga.
b) Protein cukup, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
c) Karbohidrat cukup, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
d) Membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
e) Asupan natrium dibatasi 800 mg/hari
f) Asupan magnesium memenuhi kebutuhan harian (DRI) serta dapat
ditambah dengan suplementasi magnesium 240-1000 mg/hari
2) Diet rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah
3) Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol
4) Menurunkan berat badan agar kembali mencapai status gizi normal

19
5) Olahraga, bermanfaat untuk menurunkan tekanan perifer
b. Medikamentosa, merupakan penatalaksanaan hipertensi dengan obat-
obatan, yaitu :
1) Golongan diuretic
2) Golongan inhibitor simpatik
3) Golongan blok ganglion
4) Golongan penghambat Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)
5) Golongan antagonis kalsium

3.7.2 Dalam Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi


Disebutkan bahwasanya tatalaksana hipertensi terdiri dari :
1. Intervensi Pola Hidup
Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat awitan
hipertensi dan dapat mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup sehat
juga dapat memperlambat ataupun mencegah kebutuhan terapi obat pada
hipertensi derajat 1, namun sebaiknya tidak menunda inisiasi terapi obat
pada pasien dengan HMOD atau risiko tinggi kardiovaskular. Pola hidup
sehat telah terbukti menurunkan tekanan darah yaitu pembatasan
konsumsi garam dan alkohol, peningkatan konsumsi sayuran dan buah,
penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal, aktivitas fisik
teratur, serta menghindari rokok.
2. Pembatasan konsumsi garam
Terdapat bukti hubungan antara konsumsi garam dan hipertensi.
Konsumsi garam berlebih terbukti meningkatkan tekanan darah dan
meningkatkan prevalensi hipertensi. Rekomendasi penggunaan natrium
(Na) sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan 5-6 gram NaCl
perhari atau 1 sendok teh garam dapur). Sebaiknya menghindari makanan
dengan kandungan tinggi garam.

20
3. Perubahan pola makan
Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang
mengandung sayuran, kacangkacangan, buah-buahan segar, produk susu
rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak
zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.
4. Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal
Terdapat peningkatan prevalensi obesitas dewasa di Indonesia dari
14,8% berdasarkan data Riskesdas 2013, menjadi 21,8% dari data Riskesdas
2018. Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah obesitas (IMT
>25 kg/m2), dan menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 kg/m2 )
dengan lingkar pinggang
5. Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status
merokok harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita
hipertensi yang merokok harus diedukasi untuk berhenti merokok.
6. Penentuan Batas Tekanan Darah Untuk Inisiasi Obat
Penatalaksanaan medikamentosa pada penderita hipertensi
merupakan upaya untuk menurunkan tekanan darah secara efektif dan
efisien. Meskipun demikian pemberian obat antihipertensi bukan selalu
merupakan langkah pertama dalam penatalaksanaan hipertensi

Tabel 4. Ambang Batas Tekanan Darah untuk Inisiasi Obat.


Kelompok TTD di
Usia Klinik
Ambang batas TDS di klinik untuk inisiasi obat
(mmHg)
(mmHg)

Hipertensi +Diabetes +PGK +PJK +Stroke/

21
TIA

18-65 tahun 140 140 140 140 140 90

65-79 tahun 160 160 160 160 160 90

80 tahun 90 90 90 90 90

TTD di
klinik
(mmHg)

Sumber : ( ESC/ESH Hypertension Guidelines, 2018; PERHI, 2019)


TD = tekanan darah
TDD = tekanan darah diastolic
TDS = tekanan darah sistolik
PGK = penyakit ginjal kronik
PJK = penyakit jantung coroner
TIA = transient ischemic attac
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R UMUR 68 TAHUN
DENGAN HIPERTENSI DI UNIT PENYAKIT DALAM
RSUD Dr.H.M.RABAIN
TAHUN 2023

Tempat Praktik : RSUD Dr.H.M.Rabain


No. Reg : 088636
Tanggal, Jam : 20-11-2023
Oleh : Kelompok 2
IDENTITAS

22
Nama Ibu : Ny R Nama Suami : Tn A (Alm)
Umur : 68 Tahun Umur :-
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :-
Alamat : Dusun I Desa Penanggiran

I. DATA SUBJEKTIF
A. Keluhan Utama

Pasien mengeluh sering pusing dan berat,pandangan kabur serta


berkunang kunang jika bangun tidur sejak kemarin.

B. Data Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang :
Pada saat ibu datang ke IGD tanggal 20 November 2023, pukul 11.00
dengan keluhan sakit kepala ± sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
disertai mual.

Riwayat penyakit yang lalu / operasi : Tidak ada


Riwayat kesehatan keluarga : Tidak Ada
Riwayat penyakit keturunan : Tidak Ada

C. Nutrisi/Hidrasi/Eliminasi/Tidur/Psikososial

Terakhir makan (porsi) : 1/2 porsi makan habis


Terakhir minum : 6-7 gelas air putih

23
Eliminasi : BAB normal ± 1 kali perhari
Tidur : 6 jam
Psikososial : Ibu merasa cemas dengan
Keadaannya.

II. DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : CM
BB sebelumnya / sekarang: 53 kg / 49 kg
Tinggi badan : 155 cm
TD : 170 /113 mmHg
Suhu : 36,4˚C
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20x/menit

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Rambut hitam beruban
2. Mata : Conjungtiva tidak anemis, simetris kiri kanan
3. Telinga : Simetris kiri dan kanan
4. Hidung : Simetris kiri dan kanan
5. Mulut : Mukosa mulut lembab
6. Gigi : Gigi putih kekuning kuningan dan tidak
Lengkap.
7. Leher : Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada
pembesaran vena juguralis.
8. Paru-paru : Tidak dilakukan pemeriksaan.

24
9. Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan.
10. Abdomen : Tidak ada benjolan atau masa, nyeri tekan

Abdomen.
11. Punggung : Simetris kiri dan kanan.
12. Ekstremitas
Atas : Pergerakan kiri dan kanan simetris ( akral
hangat )
Bawah : Pergerakan kiri dan kanan simetris ( akral
hangat )
13. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
C. Pemeriksaan Penunjang
(a) Darah
Hemoglobin : 12,0 g / dl
Eritrosit : 4,1 10^6/uL
Leukosit : 7,88 10^3 /uL
Trombosit : 346 10^3 /uL
Hematokrit : 35,4 %
MCV : 87 fL
MCH : 29 pg
MCHC : 34 g/dL
RDW-CV : 13 %

(b) Urine
Glukosa Urine : Tidak dilakukan pemeriksaan
Protein Urine : Tidak dilakukan pemeriksaan

25
Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kejernihan
Kimia Urin
Berat Jenis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ph : Tidak dilakukan pemeriksaan
Keton : Tidak dilakukan pemeriksaan
Darah( Uri : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bilirubin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Urobilinogen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nitrit : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leukosit Esterase : Tidak dilakukan pemeriksaan
(c) Sidimen
Leukosit : Tidak dilakukan pemeriksaan
Eritrosit : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sel Epitel : Tidak dilakukan pemeriksaan
USG : Tidak dilakukan pemeriksaan
Endoskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan

III. ANALISA DATA


Diagnosa Kebidanan : Ny. R umur 68 Tahun, dengan Hipertensi

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan menjelaskan keadaan pasien.

( pasien sudah tau dengan kondisinya)

26
2. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisinya yang mengalami Hipertensi
( pasien sudah paham dengan kondisisnya)

3. Memberikan obat sesuai dengan instruksi dokter


Nicardipin 2 amp drip NaCl 0,9% 100 ml gtt 10x/mnt/Jam

Omeprazole 1 x 40 mg pkl 09.45 di IGD


Ketorolac 2x1 amp
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg
Flunarizine 2 x 1 tablet
IVFD terpasang RL dengan gtt 20x / menit

( Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)

4. Memberikan KIE tentang Hipertensi


Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) seperti mengajarkan ibu untuk mengurangi konsumsi garam
(jangan melebihi 1 sendok teh per hari), melakukan aktivitas fisik teratur
(seperti jalan kaki 3 km/ olahraga 30 menit per hari minimal 5x/minggu),
tidak merokok dan menghindari asap rokok, diet dengan Gizi Seimbang,
mempertahankan berat badan ideal, menganjurkan ibu mengurangi stress,
memeriksa tekanan darah secara teratur, dan mengajurkan ibu untuk banyak
beristirahat.

27
5. Memberitahu pasien upaya pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan
program :
a. Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
b. Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
c. Tetap diet dengan gizi yang seimbang
d. Upayakan aktivitas fisik dengan aman
e. Hindari asap rokok, alkohol, dan zat karsinogeniK

(Pasien mengerti dan paham tentang penjelasan mengenai pengendalian


hipertensi)

6. Memberitahu pasien untuk berolahraga secara rutin guna mencegah


datangnnya penyakit serta agar sehat bila berolahraga
(pasien mengerti dan mau berolahraga)

7. Memberitahu pasien agar Segera mencari pelayanan kesehatan terdekat


apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah ke krisis hipertensi atau
perburukan kerusakan organ, seperti sakit kepala, nyeri dada hebat, sesak
napas, edema, dan penurunan kesadaran.
(pasaien mengeti tentang penjelasan )

28
V.CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari / tanggal pukul CATATAN SOAP

1 Senin, 20 11.00 S=
November 2023 Pasien mengatakan pusing nyeri kepala sejak kemarin disertai mual
dan sakit kepala
O=

Keadaan Umum : Lemah


Kesadaran: Composmentis
TD : 170/113 mmhg
T : 36,4 ºC
N : 68 x/m
RR : 30 x/m
A = Ny. R Pasien mengeluh sering pusing dan berat,pandangan
kabur serta berkunang kunang jika bangun tidur sejak kemarin.
P=
1. Memberitahu Pasien hasil tanda-tanda Vital
( pasien mengetahui kondisinya )
2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
(pasien mengerti penjelasan bidan )
3. Atur posisi nyaman pasien
( pasien sudah nyaman dengan posisi yang telah diatur )
4. Anjurkan pasien untuk meminum air hangat
( pasien mau melakukannya )
5. Jelaskan kepada pasien kondisinya yang mengalami
Hipertensi

29
( pasien sudah paham dengan kondisisnya )
6. Anjurkan pasien untuk diet garam
( pasien mau melakukannya )
7. Kaloborasi dalam memberikan obat sesuai dengan terapi
dokter
Nicardipin 2 amp drip NaCl 0,9% 100 ml/Jam,gtt 10x/m
Omeprazole 2 x 1 amp
Ketorolac 2 x 1/hari
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg/hari
Flunarizine 2 x 1/hari
IVFD terpasang RL dengan gtt 20x / menit
(Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)
8. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet nasi biasa
rendah garam

2 Selasa, 21 09. 00 S=
November 2023 Pasien mengatakan mengatakan sakit kepala dan badan lemas
O=
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
TD : 160 /100 mmhg
T : 36,6 ºC
N : 98 x/m
RR : 22 x/m
A = Ny. R Pasien mengeluh masih pusing dan berat,pandangan
kabur serta berkunang kunang jika bangun tidur.

30
P=
1. Memberitahu Pasien hasil tanda-tanda Vital
( pasien mengetahui kondisinya )
2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
( pasien mengerti penjelasan bidan )
3. Atur posisi nyaman pasien
( pasien sudah nyaman dengan posisi yang telah diatur )
4. Anjurkan pasien untuk meminum air hangat
( pasien mau melakukannya )
5. Menjelaskan kepada pasien kondisinya yang mengalami
Hipertensi
( pasien sudah paham dengan kondisisnya)
6. Ajurkan pasien untuk diet garam
( pasien mau melakukannya)
7. Kaloborasi dalam memberikan obat sesuai dengan terapi
dokter
Nicardipin 2 x drip NaCl 0,9% 100 ml/jam,gtt
10x/menit.
Omeprazole 1 x 40 mg
Ketorolac 2 x 1 amp
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg

31
Flunarizine 2 x 1 tablet
IVFD terpasang RL dengan gtt 20x / menit
(Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)
8. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet nasi biasa
rendah garam.

3 Rabu 09.00 S = Pasien mengatakan mengatakan sakit kepala dan badan lemas
22 November O=
2023 Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compossmentis
TD : 153 /86 mmhg
T : 36,7 ºC
N : 72 x/m
RR : 26 x/m
A = Ny. R Pasien mengeluh masih agak sering pusing dan berat.
P=
1. Memberitahu Pasien hasil tanda-tanda Vital
( pasien mengetahui kondisinya )
2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
( pasien mengerti penjelasan bidan )
3. Atur posisi nyaman pasien
( pasien sudah nyaman dengan posisi yang telah diatur )
4. Anjurkan pasien untuk meminum air hangat
( pasien mau melakukannya )
5. Menjelaskan kepada pasien kondisinya yang mengalami
Hipertensi

32
( pasien sudah paham dengan kondisisnya)
6. Anjurkan pasien untuk diet garam
( pasien mau melakukannya )
7. Kaloborasi dalam memberikan obat sesuai dengan terapi
dokter :
Nicardipin 2 x 1 amp (stop)
Omeprazole 1 x 40 mg
Ketorolac 2 x 1 amp
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg
Flunarizine 2 x 1 tablet
IVFD terpasang RL dengan gtt 20x / menit
(Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)
(Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet nasi biasa
rendah garam)

4 Kamis, 23 09.00 S = Pasien mengatakan mengatakan sakit kepala dan badan lemas
November 2023 O=
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 147 /90 mmhg
T : 36,7 ºC
N : 72 x/m
RR : 26 x/m
A=
Pasien merasakan agak sedikit membaik tapi masih merasakan
pusing kepala saat berdiri

33
P :=
1. Memberitahu Pasien hasil tanda-tanda Vital
( Pasien mengetahui kondisinya )
2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
( Pasien mengerti penjelasan bidan )
3. Atur posisi nyaman pasien
( Pasien sudah nyaman dengan posisi yang telah diatur )
4. Anjurkan pasien untuk meminum air hangat
( Pasien mau melakukannya )
5. Menjelaskan kepada pasien kondisinya yang mengalami
Hipertensi
( Pasien sudah paham dengan kondisisnya)
6. Anjurkan pasien untuk diet garam
( Pasien mau melakukannya )
7. Kaloborasi dalam memberikan obat sesuai dengan terapi
dokter
Nicardipin 2 x1 amp (stop)
Omeprazole 1 x 40
Ketorolac 2 x 1/hari
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg/hari
Flunarizine 2 x 1/hari
IVFD terpasang RL dengan gtt 20x / menit
( Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)
8. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet nasi biasa

34
rendah garam

5 Jum’at, 24 S = Pasien mengatakan sudah tidak sakit kepala lagi.


November 2023 O=
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 133 /88 mmhg
T : 36,7 ºC
N : 72 x/m
RR : 26 x/m
A=
Pasien mulai merasakan keadannya membaik dan tidak mengeluh
sakit kepala dan pusing lagi
P=
1. Memberitahu Pasien hasil tanda-tanda Vital
( Pasien mengetahui kondisinya )
2. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup
( Pasien mengerti penjelasan bidan )
3. Atur posisi nyaman pasien
( Pasien sudah nyaman dengan posisi yang telah diatur )
4. Anjurkan pasien untuk meminum air hangat
( Pasien mau melakukannya )
5. Anjurkan pasien untuk diet garam
( Pasien mau melakukannya )
6. Informasi diberikan pasien boleh pulang
( Pasien mengerti penjelasan bidan )
7. Kaloborasi dalam memberikan obat sesuai dengan terapi
dokter

35
Omeprazole 1 x 40
Amlodipin 1 x 10 mg
Candesertan 1 x 16 mg
Betahistine 3 x 24 mg/hari
( Pasien sudah di beri obat melalui oral maupun injeksi)
8. Memberi jadwal kontrol ulang kembali ke poli pada tanggal
27 desember 2023.
( Pasien mengerti penjelasan bidan)

BAB III
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan bagian dari Karya Tulis Ilmiah yang membahas


keadaan atau hambatan selama melakukan asuhan kebidanan pada Ny. R dengan
Hipertensi. Kendala yang menyangkut kesenjangan tersebut dapat dilakukan
pemecahan masalah, adapun pemecahan masalahnya dengan melaksanankan asuhan
kebidanan sebagai salah satu cara yang dilakukan oleh bidan dalam menangani
masalah kebidanan, sehingga dapat diuraikan pembahasan dengan menggunakan
Manajemen Asuhan Kebidanan 7 langkah Varney yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Melaksanakan pengkajian data pada Wanita Lansia Dengan


Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
2. Merumuskan data serta merumuskan diagnosa,masalah dan
kebutuhan pada Wanita Lansia Dengan Hipertensi Di Unit Penyakit
Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain
3. Mengidentifikasi masalah dan dianosa pada Wanita Lansia Dengan
Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.

36
4. Mengantisipasi masalah potensial yang terjadi pada Wanita Lansia
Dengan Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
5. Menyusun perencanaan yang dibuat pada Wanita Lansia Dengan
Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
6. Melaksanakan perencanaan pada Wanita Lansia Dengan Hipertensi
Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.
7. Mengevaluasi terhadap tindakan pada Wanita Lansia Dengan
Hipertensi Di Unit Penyakit Dalam RSUD Dr.H.M.Rabain.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny. R dengan
Hipertensi di ruang rawat inap Penyakit Dalam RSUD Dr. H.M. RABAIN pada
tanggal 20 sampai 24 November 2023 dapat di simpulkan:
a) Pengkajian

Pengkajian asuhan kebidanan pada klien dengan hipertensi dapat dilakukan


dengan baik dan tidak ada mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data.
b) Diagnosa
Pada diagnosa asuhan kebidanan pada klien dengan hipertensi di dapat
diagnosa di tinjau dari kasus.
c) Perencanaan Asuhan Kebidanan
Perencanaan asuahn kebidanan pada klien Hipertensi ada yang dapat di
terapkan di rumah sakit dan ada yang tidak dapat di terapkan di rumah sakit.
d) Implementasi Asuhan Kebidanan

37
Implementasi asuhan kebidanan pada klien dengan Hipertensi ada yang
dapat dilakukan di rumah sakit dan ada yang tidak dapat dilakukan di rumah sakit
di karenakan ada sebagian sudah di lakukan oleh perawat atau bidan diruangan
seperti pemasangan infus dan pemberian terapi.
e) Evaluasi
Pada klien Hipertensi dapat dilakukan dan dari diagnosa tersebut semua
masalah dapat teratasi dan pasien sudah di izinkan pulang oleh dokter.

4.2 Saran
1) Bagi Penulis
Diharapkan bagi penulis agar dapat mencari tau dan memberikan
lebih banyak lagi pengetahuan tentang Hipertensi sehingga penulis bisa
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Hipertensi,
bagaimana penyebab dan juga cara pencegahan pada penyakit tersebut.
2) Bagi Instusi Pendidikan
Menjadi sumber referensi yang baik dalam memahami tentang
Hipertensi dan juga menjadi acuan untuk Asuhan Kebidanan pasien dengan
Hipertensi.
3) Bagi Rumah Sakit
Untuk mencegah meningkatnya Hipertensi sebaiknya pasien diberikan
informasi yang memadai mengenai Hipertensi itu sendiri dan aspeknya.
Dengan diperolehnya informasi yang cukup maka pencegahan dapat
dilakukan dengan segera.

38
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Jesmo Aldoran., Sri Dewi Siregar. 2021. Jurnal Pengalaman Keluarga dalam
Merawat Salah Satu
Anggota Keluarga dengan Penyakit Hipertensi di Kelurahan Binjai Timur. Sekolah
Tinggi Ilmu
Kesehatan Flora, Medan, Indonesia.
Tika, Tiara Trias. 2021. Pengaruh Pemberian Daun Salam atau Syzygium Poliyanthum pada
Penyakit
Hipertensi. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung.
Santoso, Rahmat dkk. 2022. Mengatasi dan Mencegah dengan Kenali Hipertensi Untuk Pola
Hidup
Sehat di Kelurahan Cipadung Wetan, Kota Bandung. Universitas Bakti Kencana,
Bandung, Jawa
Barat.
Azizah, Wafiq., Uswatun Hasanah., Asri Tri Pakarti. 2022. Penerapan Slow Deep Breathing
Terhadap

39
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Akademi Keperawatan Dharma Wacana
Metro.
Lukitaningtyas, Dika., Eko Agus Cahyono. 2023. Jurnal Pengembangan Ilmu dan Praktik
Kesehatan.
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Ngawi.

40

Anda mungkin juga menyukai