Anda di halaman 1dari 10

I’RÂBU ‘L-MUDHÂRI’ WA BINÂUHU

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Nahwu Takmili


Dosen Pengampu: Miftahul Huda, M.A.

Disusun Oleh:
1. Dafa Kamal Ahmad (2210210018)
2. Mariya Ulfa (2210210030)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS TARBIYAH

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga makalah yang di buat untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Nahwu Takmili dapat terselesaikan dengan lancar
tanpa halangan suatu apapun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Miftahul Huda, M.A.


selaku dosen mata kuliah Nahwu Takmili yang telah membimbing dalam
penugasan membuat makalah ini. Dan juga kami ucapkan pada teman-teman yang
sudah membaca makalah ini.

Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat menambah pemahaman


dasar terhadap materi perkuliahan Nahwu Takmili. Dengan penuh kesadaran
bahwa makalah ini perlu disempurnakan lagi, sehingga kritik dan saran
dibutuhkan untuk penyajian serta isinya sangat diperlukan.

Kudus, 5 Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Pengertian Af’al Raja, Af’al Syuru’............................................................5
B. Bagian-Bagian Af’al Raja, Af’al Syuru’.......................................................6
BAB III....................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu untuk memahami bahasa
arab serta memahami Al-Qur’an dan Hadis yang menjadi pedoman bagi
umat islam di dunia. Ilmu Nahwu juga dapat membantu dalam mengkaji
buku-buku karangan para ulama pada zaman dahulu maupun sekarang.
Mempelajarai ilmu dirasa penting karena dalam pembahasan ilmu ini
sangat dibutuhkan oleh seseorang yang sedang mempelajari bahasa arab
atau hal hal yang bersangkutan dengan bahasa arab.
Pembahasan dalam ilmu nahwu sangat banyak bentuk dan
jumlahnya. Salah satunya yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu
I’râbu ‘l-Mudhâri’ wa Binâuhu atau I’robnya fi’il mudzori dan bina’ –bina’
nya fiil mudzori.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja i’rob dari fi’il mudzori?
2. Apa saja bina’ bina dari fiil mudzori ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui macam-macam I’rob fi’il mudzori.
2. Untuk mengetahui macam-macam bina’ fi’il mudzori.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. I’RAB FI’IL MUDHARI’

Fi’il Mudhari’ juga mengalami I’rab atau perubahan baris/bentuk di akhir kata
bila didahului oleh harf-harf tertentu. Fi’il Mudhari mengenal tiga macam I’rab:

1. I’RAB RAFA’ ialah bentuk asal dari Fi’il Mudhari’ dengan alamat (tanda):

a. Dhammah:
‫ َيْف َعُل‬/ ‫ َتْف َعُل‬/ ‫ َنْف َعُل‬/ ‫َأْفَعُل‬

b. Huruf Nun: ‫ َيْف َعُلْو َن‬/ ‫ َيْف َعَالِن‬/ ‫ َتْف َعُلْو َن‬/ ‫ َتْف َعَالِن‬/ ‫َتْف َعِلَنْي‬

Contoh : ‫( الَّد ْر َس َأْك ُتُب َأَنا‬saya menulis pelajaran)

2. I’RAB NASHAB bila dimasuki Harf Nashab. Alamatnya adalah:

a. Fathah: ‫َيْف َعل‬ / ‫ َتْف َعَل‬/ ‫ َنْف َعَل‬/ ‫َأْفَعَل‬

b. Hilangnya huruf Nun: ‫ا‬ ‫ِل‬


‫ َيْف َعُلْو‬/ ‫ َيْف َعَال‬/ ‫ َتْف َعُلْو ا‬/ ‫ َتْف َعَال‬/ ‫َتْف َع ْي‬

Contoh : ‫( الَّد ْر َس َأْك ُتَب َأْن ُأِر ْيُد‬saya mau menulis pelajaran)

5
Adapun yang termasuk Harf Nashab ialah: ‫=( َأْن‬bahwa), ‫=( َلْن‬tidak akan),

‫=( ِإَذْن‬kalau begitu), ‫=( َك ْي‬supaya), ‫=( َح ىَّت‬hingga), ‫=( لِـ‬untuk).

3. I’RAB JAZM ( ‫ ) َج ْز م‬bila dimasuki Harf Jazm. Alamatnya ada tiga:

a. Sukun:
‫ َيْف َعْل‬/ ‫ َتْف َعْل‬/ ‫ َنْف َعْل‬/ ‫َأْفَعْل‬

b. Hilangnya huruf Nun: ‫ َيْف َعُلْو ا‬/ ‫ َيْف َعَال‬/ ‫ َتْف َعُلْو ا‬/ ‫ َتْف َعَال‬/ ‫َتْف َعِل‬
‫ْي‬

c. Hilangnya huruf ‘Illat ( ‫ ) ِعَّلة‬atau “huruf penyakit” yaitu ‫ ى‬/ ‫ و‬/ ‫ا‬

Contoh : ‫َبْيْيِت َتْد ُخ ُلْو ا َال‬ (jangan memasuki rumahku)

Adapun yang termasuk Harf Jazm terbagi dalam dua kelompok:

1. Harf Jazm yang men-jazm-kan satu fi’il saja

yaitu: ‫=( ْمَل‬tidak), ‫ا‬ ‫=( َلَّم‬belum), ‫ْلـ‬/‫ ِلـ‬untuk perintah


(=hendaklah), ‫ َال‬untuk larangan (=jangan).

2. Harf Jazm yang men-jazm-kan dua fi’il

yaitu: ‫=( ِإْن‬jika), ‫=( َمْن‬siapa), ‫=( َم ا‬apa), ‫=( َم ْه َم ا‬jangan), ‫=( َمىَت‬kapan), ‫( َأَّياَن‬
saja), ‫َأَّن‬
=kapan), ‫=( َأْيَن‬dimana), ‫ا‬ ‫=( َأْيَن َم‬dimana
‫=( ى‬darimana), ‫ا‬ ‫=( َح ْيُثَم‬darimana saja), ‫ا‬ ‫=( َك ْيَف َم‬bagaimana
saja), ‫=( َأُّي‬yang mana).

6
B. Bina’ Fi’il Mudzori.

Kaidah:

‫ ويبىن على السكون إن اتصلت به‬،‫يبىن الفعل املضارع على الفتح إن اتصلت به نون التوكيد‬

.‫ ويعرب فيما عدا ذلك‬،‫نون النسوة‬

fi’il mudhari’ di-mabni-kan fathah (mabniyyun ‘ala al-fathi) pada huruf akhir
katanya jika mendapat akhiran nun taukid dan di-mabni-kan sukun (mabniyyun
‘ala as-sukun) jika mendapat akhiran nun niswah, dan selain keadaan itu adalah
mu’rab.

1. Mabni fathah:

Fi’il Mudhori’ difathah huruf terakhirnya apabila bersama dengan nun


taukid yang bertemu secara langsung secara lafazh dan secara taqdir.
Karena nun taukid ada yang bertemu secara langsung dan ada yang
bertemu tidak secara langsung yaitu ada pemisah antara nun taukid dan
fi’il. Pemisahnya berupa dhamir (alif itsnain/wawu jama’ah/ya’

mukhathabah) yaitu fi’il yang “af’alul khamsah”. Contohnya : ( ‫)َتَّتِبَعآِّن‬, (‫َلُتْبَل‬

‫)ُو َّن‬, ( ‫)َتَر ِيَّن‬

Jadi yang mabni dengan fathah adalah yang asalnya marfu’ dengan
dhammah, baik dhammahnya muqaddarah atau dhammah dzhahirah.

a. ‘nun taukid tsaqilah’: ‫( الَّنِص ْيَح َة َأَلْس َتِم َعَّن‬Aku sungguh-sungguh


mendengar nasehat itu)

7
b. ‘nun taukid khafifah’: ‫( َس ِعْيُد َي ا َتْس ِرَت َحْيْن َأَال‬Tidakkah Anda sungguh-

sungguh istirahat, hai Said ?)

2. Mabni Sukun:
a. Nun niswah
Fi’il mudzori dimabnikan atas sukun jika bertemu dengan nun niswah, 1
Yaitu nun yang maknanya mereka perempuan atau kalian perempuan.

Contoh :
‫َيْذ َهَنْب الِّنَس اُء‬
“Fi’il yang bertemu dengan nun niswah, ketika ditambah nun taukid
tidak berubah jadi mabni dengan fathah, tetapi tetap mabni dengan

sukun.” Yaitu dhamir ‫ُه َّن‬ dan ‫َأْنَّنُت‬. Ketika nun niswah bertemu nun

taukid tsaqilah, maka diwajibkan untuk memisah keduanya dengan alif

karena tidak menyukai berkumpulnya beberapa nun, seperti ( ‫) َﻳْﻜ ُﺘْﺒَﻨﺎِّﻥ‬

dan ( ‫) ﺍْﻛ ُﺘْﺒَﻨﺎِّﻥ‬. Dimana nun niswah tidak boleh dihapus, begitu juga
nun taukid. Sehingga jalan keluarnya adalah dengan memberi pemisah
supaya tidak ada 3 huruf berurutan dalam satu lafadz.2

1
Abu Muhammad Badruddin Hasan, (Taudhihul Maqoshid: 1/306)

2
Syekh Jamaluddin Ibnu Hisyam Al-Anshari, Qathrun Nada wa Ballus Shada, hal 51-52

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Fi’il Mudhari’ juga mengalami I’rab atau perubahan baris/bentuk


di akhir kata bila didahului oleh harf-harf tertentu. Fi’il Mudhari mengenal
tiga macam I’rab, yaitu rofa’ dengan dhommah dan tsubutun nun, nashab
dengan fathah dan hadzfu nun, dan jazm dengan sukun dan hadzfu harfil
ilat.

F i’il mudhari’ di-mabni-kan fathah (mabniyyun ‘ala al-fathi) pada


huruf akhir katanya jika mendapat akhiran nun taukid dan di-mabni-kan
sukun (mabniyyun ‘ala as-sukun) jika mendapat akhiran nun niswah, dan
selain keadaan itu adalah mu’rab.

B. Saran
Sebagai seorang muslim kita harus berusaha untuk memahami
kandungan yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan cara memahami kaidah-
kaidah bahasa Arab. Dalam penyusunan makalah ini, pemakalah meyadari
akan banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun penyampaian materi.
Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun untuk pengembangan yang lebih baik

9
DAFTAR PUSTAKA

Abu Muhammad Badruddin Hasan, (Taudhihul Maqoshid: 1/306)

Syekh Jamaluddin Ibnu Hisyam Al-Anshari, Qathrun Nada wa Ballus Shada, hal 51-52

10

Anda mungkin juga menyukai