Anda di halaman 1dari 2

KEHIDUPAN ORANG KRISTEN YANG NORMAL

BAB 5 – PEMISAHAN SALIB (bagian 2)

Roma 6:4
Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya,
sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita
akan hidup dalam hidup yang baru.

Roma 6:5
Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi
satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

PENGUBURAN BERARTI PENGAKHIRAN

Kristus telah berfirman kepada kita melalui salib. Oleh salib Ia telah mengatakan penghakiman-Nya atas diri
kita, atas dunia, atas ciptaan lama, dan atas kerajaan usang. Salib bukan hanya milik Kristus pribadi (salib
perorangan). Salib adalah salib yang "almuhit", salib "korporat", salib yang mencakup Anda dan saya. Allah
telah menaruh diri kita ke dalam Putra-Nya, dan menyalibkan kita di dalam-Nya. Dalam Adam yang akhir, Allah
telah menghapuskan semua yang berasal dari Adam yang pertama.
Dalam Roma 6:4, Paulus menjelaskan bahwa baptisan berarti penguburan: "Sebab itu kita dikuburkan
bersama dengan Dia melalui baptisan dalam kematian." Baptisan tentu saja dihubungkan dengan kematian
dan kebangkitan, walaupun di dalam baptisan itu sendiri tidak ada kematian atau kebangkitan, melainkan
penguburan. Tetapi, siapa yang patut dikuburkan? Jelas, orang yang sudah mati! Maka, jika saya minta
dibaptis, saya menyatakan bahwa saya sudah mati dan hanya patut dikubur.
Celakanya, beberapa orang diajar untuk menganggap penguburan sebagai cara untuk mati; mereka mencoba
mati dengan menguburkan diri mereka! Ijinkan saya menegaskan, "Selain mata kita dicelikkan oleh Allah
sehingga nampak bahwa kita telah mati di dalam Kristus dan telah dikubur bersama Dia, kita tidak
berhak dibaptis." Alasan kita melangkah masuk ke dalam air adalah karena kita telah mengakui, bahwa
dalam pandangan Allah, kita telah mati. Untuk hal inilah kita bersaksi dan boleh berkata, "Tuhan, saya
percaya Engkau telah melakukan penyaliban itu. Saya meng"iya"kan kematian dan penguburan yang
Engkau laksanakan atas diri saya." Dia telah membawa diriku ke dalam kematian dan kubur; dengan minta
dibaptis, saya mengakui fakta itu di depan umum.
Pernah ada seorang wanita ditinggal mati suaminya. Karena begitu sedih akibat kehilangan suaminya itu, ia
menjadi sakit ingatan dan menolak penguburan suaminya. Hari demi hari, sampai dua minggu lamanya, jenazah
suaminya tetap di rumahnya. Ia berkata, "Ia tidak mati. Setiap hari aku bercakap-cakap dengannya." Wanita yang
kasihan ini tidak rela kalau jenazah suaminya dikuburkan, karena ia tidak percaya kalau suaminya sudah mati.
Kapan kita rela menguburkan orang yang kita kasihi? Hanya kalau kita yakin benar bahwa ia sudah meninggal.
Semasih ada sedikit saja harapan untuk hidup, kita tidak akan menguburkannya.
Jadi, kapan saya minta dibaptis? Begitu saya benar-benar yakin, bahwa di hadapan Allah saya sudah mati,
saya minta dibaptis. Saya berkata, "Puji Tuhan, saya sudah mati! Tuhan, Engkau telah menamatkan saya;
kini kuburkanlah saya!"
Di China ada dua jenis badan PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), yaitu "Palang Merah" dan
"Palang Biru". Palang Merah mengurusi orang-orang yang terluka dalam peperangan, tetapi masih hidup;
merawat dan mengobati mereka. Palang Biru mengurusi orang-orang yang sudah mati karena kelaparan, banjir,
atau peperangan; mengurus pemakaman mereka. Dalam menanggulangi kita dalam salib Kristus, Allah jauh
lebih dahsyat daripada Palang Merah. Dia tidak pernah memperbaiki ciptaan lama. Malahan, orang-orang yang
masih hidup dihukum mati di salib dan dikubur, agar mereka dapat dibangkitkan dalam hidup yang baru. Allah
telah melaksanakan pekerjaan penyaliban, sehingga kini kita terhitung di antara orang-orang yang mati; tetapi
kita harus menerimanya dan taat kepada pekerjaan Palang Biru, dengan penguburan membuktikan fakta
kematian.
Hari ini, ada satu dunia yang lama dan ada satu dunia yang baru. Baptisanku menegaskan penetapan bahwa
saya telah terputus dari dunia usang dan kini menjadi milik dunia yang baru. Jadi, baptisan bukanlah perkara
kecil. Begitu kita nampak hal itu, kita pasti menyetujui penguburan ciptaan lama, dan kemudian menyediakan
satu dasar bagi ciptaan baru.
Roma 6:5 tetap ditujukan kepada orang yang sudah dibaptis. Paulus berkata bahwa kita "bersatu dengan Dia
dalam kematian-Nya". Melalui baptisan kita mengakui dalam perlambangan, bahwa Allah telah
menggenapkan satu kesatuan yang intim antara diri kita dengan Kristus dalam hal kematian dan
kebangkitan. Suatu hari, saya mencoba menjelaskan keintiman kesatuan tersebut kepada seorang saudara.
Waktu itu kami sedang minum teh bersama. Saya mengambil sesendok gula dan mengaduknya di dalam air teh.
Beberapa menit kemudian, saya bertanya, "Dapatkah Anda menjelaskan kepada saya, di manakah gulanya
sekarang, dan di manakah tehnya?" Dia menjawab, "Tidak, Anda telah menyatukan keduanya, dan yang satu
telah lenyap di dalam yang lain, keduanya tidak dapat dipisahkan." Ini adalah satu contoh yang sederhana, tetapi
cukup membantunya nampak keintiman dan kesempurnaan kesatuan kita dengan Kristus dalam kematian.
Allahlah yang telah menaruh kita di sana, dan tindakan Allah tidak dapat diputar-balikkan. Melalui baptisan
yang kita mengalami kesatuan dengan Allah, dan inilah yang telah Allah genapkan dan yang kita akui, ketika
kita melangkah masuk ke dalam air baptisan.
BANGKIT DAN MASUK KE DALAM HAYAT BARU

"Sebab jika kita telah menjadi satu dengan Dia dalam apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga
akan menjadi satu dengan Dia dalam apa yang sama dengan kebangkitan-Nya" (Roma 6:5).
Dalam kebangkitan, muncul pernyataan yang berbeda, karena sesuatu yang baru telah masuk. Melalui
baptisan aku masuk ke dalam kematian-Nya, tetapi aku tidak masuk dengan cara yang sama ke dalam
kebangkitan-Nya, Puji Tuhan! Kebangkitan-Nyalah yang masuk ke dalamku, membagikan hayat yang
baru kepadaku. Dalam kematian Tuhan, yang ditekankan ialah "Aku di dalam Kristus". Dalam kebangkitan,
meskipun aku tetap di dalam-Nya, tetapi yang ditekankan di sini ialah "Kristus di dalamku". Bagaimana
Kristus dapat menyalurkan hayat kebangkitan-Nya kepadaku? Bagaimana saya dapat menerima hayat baru
tersebut? Paulus memberikan satu gambaran yang sangat baik dengan perkataan ini, "bersatu dengan Dia".
Karena kata "bersatu" dalam bahasa Yunani mengandung arti "okulasi", ini memberikan gambaran yang
sangat indah tentang hayat Kristus yang dibagikan kepada kita melalui kebangkitan.
Di Fu-Kien, saya pernah mengunjungi seseorang yang memiliki kebun lengkeng. Ia memiliki tanah seluas
tiga-empat hektar yang ditanami kira-kira tiga ratus batang pohon lengkeng. Saya bertanya, pohon-pohon itu
hasil okulasi atau ditanam dari bibit aslinya. Jawabnya, "Anda kira aku mau memboroskan tanahku dengan
menanam pohon yang tidak diokulasikan? Apa yang dapat saya harapkan dari pohon yang ditanam dari bibit
aslinya?" Sambil menunjuk sebatang pohon ia berkata, "Anda lihat pohon itu, saya menyebutnya "pohon induk",
karena semua okulasi untuk pohon lain berasal dari pohon itu. Kalau pohon lain dibiarkan bertumbuh menurut
aslinya, buahnya hanya sebesar buah ceri, kulit dan bijinya tebal. Pohon induk itu, buahnya sebesar buah
rambutan, kulitnya tipis, bijinya kecil, dan rasanya manis. Semua pohon yang diokulasi dengan carang dari
pohon induk itu, pasti menghasilkan buah yang begitu juga. Saya bertanya lagi, "Bagaimana proses terjadinya?"
Jawabnya, "Sederhana sekali. Aku hanya mengambil sebuah carang dari pohon induk itu dan mengokulasikan ke
pohon yang dikehendaki. “Aku melukai (melubangi kecil) pohon yang jelek hasilnya, lalu menyisipkan tunas
pohon yang baik ke bagian yang terluka itu. Kemudian keduanya kuikat menjadi satu dan membiarkannya
bertumbuh." "Tetapi, bagaimana pohon itu bisa bertumbuh?" tanya saya. Dia segera menjawab, "Aku tidak tahu,
tetapi pohon itu nyatanya bertumbuh."
Bagaimana sebatang pohon bisa menghasilkan buah yang lain jenisnya? Bagaimana sebatang pohon yang
jelek bisa menghasilkan buah yang baik? Hanya melalui okulasi, yaitu memasukkan hayat pohon yang baik ke
dalam pohon yang jelek. Kalau manusia dapat mengokulasikan sebatang ranting pohon yang satu ke pohon yang
lain, tidak dapatkah Allah mengokulasikan hayat Putra-Nya ke dalam manusia?
Kalau ahli bedah di dunia ini dapat mengambil selembar kulit dari tubuh seseorang dan memindahkannya
pada tubuh orang lain, tidak dapatkah Ahli Bedah ilahi menanamkan hayat Putra-Nya ke dalam kita? Saya tidak
tahu bagaimana hal itu terjadi. "Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi
engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi; demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang
yang lahir dari Roh" (Yohanes 3:8). Kita tidak dapat menceritakan bagaimana Allah melakukan pekerjaan-Nya
di dalam kita, tetapi hal itu telah terjadi. Kita tidak dapat melakukan apa-apa dan tidak perlu melakukan apa-apa
untuk mewujudkannya, karena melalui kebangkitan Allah sudah melakukannya.
Allah telah melakukan segalanya. Hanya ada satu hayat yang baik dalam dunia ini, dan hayat itu telah
diokulasikan ke dalam jutaan hayat yang lain. Kita menyebutnya "kelahiran baru". Kelahiran baru atau
kelahiran kembali adalah penerimaan suatu hayat yang tidak kumiliki sebelumnya. Bukan berarti hayat
alamiahku berubah sama sekali, melainkan hayat yang lain itu, hayat yang sama sekali baru, hayat ilahi, telah
menjadi hayatku.
Allah telah menyingkirkan ciptaan lama melalui salib Putra-Nya, dan mendatangkan satu ciptaan
baru dalam Kristus melalui kebangkitan. Dia telah menutup pintu kepada kerajaan kegelapan yang lama dan
memindahkan kita ke dalam kerajaan Putra-Nya yang kekasih. Muliaku ada dalam fakta, bahwa semuanya telah
digenapkan melalui salib Tuhan kita Yesus Kristus, dunia yang lama telah "disalibkan bagiku, dan aku bagi
dunia" (Galatia 6:14). Baptisanku adalah kesaksianku di muka umum atas fakta ini; sebagaimana dengan mulut
aku bersaksi, sehingga aku beroleh selamat. "Dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Roma 10:10).

Tuhan memberkati.

Anda mungkin juga menyukai