Budi Daya Tanaman Sehat Secara Organik
Budi Daya Tanaman Sehat Secara Organik
Secara Organik
Penulis:
Ismail Marzuki, Noverita Sprinse Vinolina, Rahmatia Harahap, Arsi
Evan Purnama Ramdan, Marulam MT Simarmata, Yogi Nirwanto
Tili Karenina, Astrina Nur Inayah, Cheppy Wati
Bayu Adirianto, Wasissa Titi Ilhami
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan karunia-Nya serta kemampuan yang
diberikan kepada para penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan
buku kolaborasi dengan judul Budi Daya Tanaman Sehat Secara Organik.
Penyusunan buku kolaborasi ini tentunya disusun dengan semaksimal
mungkin, tetapi sebagai manusia biasa, kami penulis tidak luput dari
kesalahan maupun kekhilafan baik dari segi teknik penulisan atau tata
bahasa yang kami gunakan.
Tema besar yang diuraikan dalam buku ini adalah pertanian dengan budi
daya tanaman secara organik dan sehat, diproduksi dengan
memperhatikan prinsip kesehatan dan keamanan konsumsi serta
memenuhi aspek keseimbangan lingkungan yang di urai dalam 12 sub
tema menarik berikut:
Bab 1 Potensi Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia
Bab 2 Prinsip Pertanian Organik Sebagai Sistem Pertanian
Berkelanjutan
Bab 3 Pertanian Organik Dalam Berbagai Perspektif
Bab 4 Pengembangan Sayuran Organik Pada Lahan Pekarangan
Bab 5 Penerapan Teknologi Rizobakteri Indigenos Dalam Pertanian
vi Budi Daya Tanaman Sehat Secara Organik
Akhir kata, untuk penyempurnaan buku ini, kritik dan saran yang sifatnya
menyempurnakan dan membangun dari pembaca tentunya sangat berguna
bagi penulis dalam karya-karya berikutnya.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................ v
Daftar Isi ..................................................................................................... vii
Daftar Gambar ............................................................................................ xi
Daftar Tabel ................................................................................................ xiii
Tabel 1.1: Perbandingan Luas Lahan Pertanian Organik Terhadap Luas Total
Lahan Pertanian Dunia Tahun 2010 .......................................... 8
Tabel 6.1: Contoh Perhitungan Biaya Penyusutan...................................... 93
Tabel 6.2: Contoh Analisis Usaha Tani Sayuran Horenso Organik ............ 94
Tabel 7.1: Umur Panen Pada Beberapa Jenis Tanaman Sayur Umur Genjah 101
Tabel 7.2: Klasifikasi Jenis Tanaman Umur Genjah................................... 102
Tabel 7.3: Tahapan Budidaya Organik pada Jenis Tanaman Umur Genjah103
Tabel 7.4: Bahan Dalam Pembuatan POP .................................................. 106
Tabel 7.5: Bahan dalam Pembuatan POC .................................................. 107
Tabel 7.6: Bahan Dalam Mengendalikan Organisme Penggangu Tanaman
(OPT) ............................................................................... 108
Tabel 8.1: Bahan pokok (hijauan dan kotoran ternak) dan hasil analisa kimia
pupuk organik cair .................................................................... 118
Tabel 8.2: Pengelompokan sayuran berdasarkan bagian yang dikonsumsi 123
Tabel 8.3: Pola Tanam Sayuran Organik.................................................... 123
Tabel 9.1: Persentase Luas Lahan Pertanian Organik terhadap Total Lahan
Organik Dunia........................................................................... 133
Tabel 10.1: Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik ........................... 142
Tabel 10.2: Jenis dan Kandungan Zat Hara pada beberapa Kotoran Ternak
Padat dan Cair ........................................................................... 142
Tabel 10.3: Sumber bahan dan bentuk pupuk organik yang umum digunakan
di Indonesia .............................................................................. 144
Tabel 12.1: Perubahan Sosial Budaya Petani Organik ................................ 188
xiv Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Bab 1
Potensi Pengembangan
Pertanian Organik di Indonesia
1.1 Pendahuluan
Sistem pertanian organik adalah model pertanian yang menerapkan sistem
budi daya pertanian tanpa menggunakan bahan kimia sintetis atau sistem
pertanian budi daya yang hanya menggunakan bahan-bahan alami. Berbagai
jenis tanaman Indonesia yang potensial dikembangkan dengan sistem dan
teknik budi daya organik, misalnya padi, beberapa tanaman hortikultura
meliputi buah, sayur, bunga, dan tanaman obat. Sistem pertanian organik di
jalankan dengan mengacu pada sistem dan model tertentu sesuai dengan
prinsip-prinsip kesehatan dan keseimbangan lingkungan, ekologi, keadilan dan
perlindungan serta pemulihan tanaman (Astiko et al., 2020).
Istilah pertanian organik dipicu oleh perkembangan kehidupan yang
membutuhkan produk-produk pangan yang memberi daya dukung pada model
dan tren hidup sehat. Membaca situasi kecenderungan model kehidupan
masyarakat, menyebabkan munculnya cara budi daya yang memanfaatkan
bahan-bahan alami hijau sebagai bahan baku untuk menyuburkan tanaman,
membasmi hama, pengolahan lahan dan penerapan teknologi pasca panen
2 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
berorientasi organik. Label organik dalam sistem budi daya, digunakan oleh
berbagai pelaku pertanian dan pengusaha sebagai daya Tarik untuk menarik
minat para konsumen. Cara tersebut semakin meyakinkan dilakukan hingga
diperkenalkan model-model penjualan produk pangan siap saji dengan olah
langsung tanpa menggunakan bahan campuran sintetik dan ditawarkan melalui
berbagai gerai (Arofi and Wahyudi, 2017; Khorniawati, 2014).
Mencermati situasi seperti tersebut di atas dan melihat potensi dan pangsa
pasar yang menunjukkan kecenderungan positif, menyebabkan usaha tersebut
semakin terbuka lebar dengan munculnya para pelaku pertanian organik.
Pangsa pasar ini semakin berdaya dan tersebar pada berbagai negara, termasuk
di beberapa wilayah Indonesia. Performa positif ini, cukup beralasan karena
selain bernilai ekonomi tinggi, juga karena kebutuhan dalam mempertahankan
keseimbangan dan perbaikan ekosistem pertanian yang dirasakan semakin
rusak karena mengalami kontaminasi bahan sintetik dan kimiawi seperti pupuk
sintetik dan pestisida kimia (Purba, Marzuki, et al., 2020).
Usaha untuk mencapai pertanian organik dengan mengikuti aspek budi daya
berorientasi pada penyediaan tanaman sehat dan baik serta mempertahankan
keseimbangan lingkungan dan ekologi, maka perlu dilakukan dengan hati-hati
dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan pada semua makhluk dan
mendatangkan kesejahteraan bagi manusia. Pada dasarnya pertanian organik
tidak terlalu jauh dengan pertanian tradisional yang dilakukan sejak zaman
prasejarah yang memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki da
nada di sekitarnya untuk menyediakan produk pertanian, sehingga dapat
dikatakan bahwa pertanian tradisional juga merupakan bagian dari pertanian
organik. Perbedaan pertanian organik masa kini adalah dilakukan secara
modern dan sebagian dilakukan secara terintegrasi dengan menggunakan
teknologi pengolahan, budi daya dan penanganan pasca panen, sehingga secara
prinsip sama untuk tujuan menghasilkan dan menyediakan produk pangan
organik yang sehat (Eviyati, 2017).
organik merupakan bagian penting ekonomi saat ini. Era pertanian organik
yang berkembang saat ini tidak lepas dari perkembangan masyarakat yang
berkesinambungan dan bersendi pada ketersediaan sumber pangan yang
cukup. Era masyarakat primitif yang bersendi pada pengumpulan pangan
melalui perburuan, di mana individu dan komunitas masyarakat berusaha
untuk menyediakan persediaan pangan yang melimpah, namun semua itu
hanyalah bersifat sementara dan berlangsung dalam masa yang panjang,
sehingga menuntut masyarakat yang hidup di zamannya untuk mengatasi
model hidup rutinitas yang cenderung tanpa ada variasi dan dinamika ke arah
yang lebih baik dalam memanjakan hidup (Hamka et al., 2018).
Penemuan api dan perkembangan pertanian adalah dua inovasi yang memiliki
wujud berbeda, namun keduanya menjadi dasar atas kebudayaan dan
peradaban yang saling bersinggungan baik dalam hal penggunaan maupun
dalam pengembangan selanjutnya. Api adalah dasar dari eksistensi manusia
yang tidak hanya sebagai cikal bakal kehidupan sosial, tetapi dalam
perkembangannya menjadi perangsang lahirnya sederet teknologi yang saling
berhubungan satu objek dan bidang dengan yang lainnya. Apa menjadi dasar
dalam pemanfaatan dan penyediaan pangan yang bervariasi termasuk cita dan
rasa, yang semakin disadari oleh masyarakat pada zaman tersebut bahwa tanpa
api ketersediaan pangan yang melimpah tidak dapat dinikmati. Api menjadi
awal penemuan-penemuan baru dalam rangka penyediaan bahan pangan yang
umumnya dari hasil perburuan (Khorniawati, 2014).
Sejak munculnya peradaban manusia, di mana manusia hidup dalam
kelompok-kelompok tertentu dan mendiami suatu area dan zona kekuasaan,
menyebabkan lahirnya inovasi-inovasi yang dilakukan oleh setiap kelompok
masyarakat tersebut dalam rangka mempertahankan hidupnya. Inovasi ini juga
tidak lepas pada perkembangan pertanian yang diawali oleh adanya usaha
untuk disesuaikan dengan pertanian dan ternak. Perkembangan pertanian
lambat laun membawa keuntungan dan melimpahnya bahan pangan. Sejalan
dengan meningkatnya taraf hidup manusia dan tersedianya waktu untuk
melakukan pengembangan yang pada masa lampau dianggap sebagai barang
mewah dan kehidupan dalam kemewahan, kini berubah menjadi barang
kebutuhan dan model hidup yang biasa (Mayrowani, 2012).
Asal usul kehidupan yang mengarah pada perkembangan dunia pertanian
sebagai bagian dari budaya hidup manusia dapat ditelusuri pada pemahaman
dan keyakinan bahwa persediaan pangan yang melimpah hanya dapat dicapai
dengan menanam bagian tertentu tanaman, terutama biji. Tanaman yang
4 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
yang lebih maju karena sudah menggunakan irigasi dan pengolahan lahan
pertanian berupa teras dan terasering (Susanti and Afrila, 2016).
Tanaman tebu dan kedelai yang berasal dari Asia Timur mulai diperkenalkan
oleh orang-orang Arab ke Palestina, Sisilia Kepulauan Yunani hingga ke
Spanyol. Pengembangan tanaman ini juga telah dibarengi dengan penggunaan
hewan (Kuda) dalam membantu pengelolaan pasca panen, sehingga
menggiurkan minat bangsa-bangsa Eropa untuk mengarungi samudera dan
akhirnya menemukan benua-benua baru (Benua Amerika), sehingga mulai
dikenal berbagai jenis tanaman yang memberi harapan akan masa depan
penyediaan bahan pangan. Keadaan ini menimbulkan perubahan luar biasa di
Benua Eropa dengan runtuhnya sistem Feodal dan berbarengan dengan
tumbuhnya kota-kota baru dan negara dengan sistem pemerintahan nasionalis.
Diciptakannya alat permanen pada akhir abad ke 19 oleh Mc. Gormick di
Amerika tepatnya di Virginia (Purba, Marzuki, et al., 2020).
Masa perang saudara yang terjadi di berbagai wilayah belahan dunia akibat
persaingan untuk merebut wilayah kekuasaan yang pada dasarnya disebabkan
karena upaya penyediaan bahan pangan, mengakibatkan kurangnya tenaga
kerja dan harga bahan pangan serealia semakin tinggi. Kondisi ini pula yang
menyebabkan perkembangan pertanian semakin maju, hingga pada awal abad-
20 yang dipimpin oleh Amerika Serikat mencanangkan setiap petani harus
mampu menghasilkan bahan pangan yang mampu memberi berbagai
kebutuhan dirinya dan tujuh orang lainnya, hingga pada akhirnya di
pertengahan abad-20 ternyata petani mampu menghasilkan lahan pangan yang
dapat menyokong kebutuhan hingga 40 orang, sehingga harga bahan pangan
sangat murah. Kemajuan dan kemampuan ini didukung oleh perkembangan
penerapan teknologi, namun di sisi lain, negara berkembang justru terjadi
sebaliknya, di mana sebagian besar orang tidak mampu menyediakan bahan
pangan bukan hanya untuk orang lain, bahkan untuk dirinya sendiri meskipun
terasa sulit (Syukur and Melati, 2015).
Proses dan tingkat perkembangan masyarakat di suatu wilayah atau negara
mewarnai perkembangan pertanian di negara tersebut. Sistem ekonomi yang
menganut sistem dan mekanisme pasar sulit dihindari. Kondisi ini juga
mempengaruhi perkembangan teknologi, ekonomi dan perkembangan struktur
sosial yang menyusun dirinya sendiri secara alamiah. Perkembangan dan suatu
masyarakat pada suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan
ketersediaan bahan pangan yang pada prinsipnya merupakan bagian yang akan
menjadi kebudayaan negara tersebut.
Bab 1 Potensi Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia 7
Tabel 1.1, di atas memberi asumsi bahwa meskipun luas lahan pertanian
organik menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, namun masih
tergolong sangat rendah apabila dibandingkan dengan luas lahan pertanian
dunia secara umum. Apa makna yang ditunjukkan dalam tabel ini adalah
bahwa masih sangat besar pelaku usaha pertanian yang menjalankan usaha
pertanian tidak didasarkan pada prinsip kesehatan dan keseimbangan alam. Ini
menjadi tantangan dan sekaligus peluang bagaimana agar para pelaku
pertanian dapat dengan sukarela dapat beralih ke pertanian organik. Untuk itu
diperlukan kebijakan, insentif dan dorongan baik dalam penguasaan ilmu dan
teknologi pertanian organik juga pada kesadaran mendalam masyarakat
Bab 1 Potensi Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia 9
peluang untuk dijalani sebagai pilihan tetap khususnya bagi pelaku pertanian
(Purba, Nainggolan, et al., 2020).
buruk jika dibandingkan dengan persentase lahan pertanian organik dunia yang
hanya mencapai 12 % tahun 2010.
yang semakin tinggi minat untuk mengkonsumsi bahan pangan organik yang
sehat (Marzuki et al., 2020).
sumber daya pertanian, (2) lemahnya sistem alih teknologi terkait sistem
pertanian organik, program Go Organic yang berjalan selama ini banyak yang
salah sasaran, (3) terjadi keterbatasan layanan usaha kepemilikan modal
terhadap para pelaku pertanian organik, (4) rantai niaga dan sistem pemasaran
produk pertanian organik dipandang berjalan tidak adil, (5) pelaku usaha
pertanian organik memiliki kualitas, keterampilan dan mentalitas sumber daya
petani masih tergolong rendah, (6) sistem lembaga yang lemah sehingga posisi
dan nilai tawar pelaku pertanian organik sangat lemah, (7) lemahnya
koordinasi antara lembaga terkait dan birokrasi, (8) kebijakan ekonomi makro
dianggap belum berpihak pada petani (Marzuki, 2019; Khorniawati, 2014).
dan kesejahteraan generasi sekarang dan masa datang dan juga kepada
keseimbangan lingkungan hidup (Susanti and Afrila, 2016).
Badan Standardisasi Nasional (BSN) menjelaskan prinsip pertanian organik
lebih rinci pada produk tanaman dengan prinsip produksi pangan organik
diterapkan pada lahan yang sedang dalam periode konversi paling minimal dua
tahun sebelum penebaran benih, atau 3 tahun untuk tanaman tahunan selain
padang rumput. Masa konversi lahan untuk penanaman produk pertanian
organik dapat dimulai sejak pengolahan dan sistem pertanian organik
dilakukan secara penuh dalam pengawasan pihak terkait yang berwenang baik
untuk usaha peternakan maupun pertanian atau budi daya tanaman (Tenea et
al., 2020).
Pengelolaan peternakan organik harus dilakukan dengan menggunakan
metode pembibitan (breeding) dan cara alami, meminimalkan stres, ada
pencegahan penyakit secara progresif dan menghindari penggunaan obat
hewan jenis kemoterafeutik termasuk antibiotik, alopati kimia, dan
meminimalkan penggunaan pakan ternak yang berasal dari binatang misalnya
tepung daging, sedangkan pada pengelolaan pertanian untuk budi daya jenis
tanaman organik harus menggunakan bahan-bahan alami termasuk pestisida
yang dihasilkan dari metode ekstraksi tanaman atau pemberian musuh alami.
Penggunaan benih harus berasal dari lembaga sertifikasi.
bebas dari kandungan bahan kimia, mikro organisme dan lain-lain, termasuk
lokasi dan waktu pelaksanaan yang lebih elastis. Adanya sistem pertanian
organik modern di picu oleh kebutuhan pasar yang sangat tinggi dan terus
menerus sebagai bagian dari gaya hidup. Kondisi ini dicermati oleh para
pelaku pertanian organik dengan melakukan sedemikian rupa modifikasi baik
pada skala, lokasi, dan cara melakukan atau model budi dayanya. Inovasi ini
sah dan tidak melanggar aturan dalam sistem pertanian organik yang telah
ditetapkan sepanjang produk pangan yang dihasilkan aman konsumsi,
diproduksi dengan proses yang mempertahankan ekologi dan keseimbangan
lingkungan.
Mencermati banyaknya produk pertanian yang diakui sebagai produk pangan
organik, termasuk pada pihak konsumen dan perlindungan terhadap warga
negara, maka pengawasan dan persyaratan produk pangan organik semakin
ketat, untuk mengatasi keraguan yang banyak muncul pada kalangan
konsumen terhadap produk pangan organik yang semakin bervariasi.
Pengawasan dan persyaratan ketat terhadap produk pertanian organik juga
diberlakukan di Indonesia. Produk pertanian organik untuk penyediaan
konsumen domestik harus lolos uji sertifikasi lokal yang dalam pengujian
tersebut masih memberi toleransi pada penggunaan pupuk kimia sintetis dalam
jumlah minimal dan pestisida sintetik dalam jumlah dan konservasi sangat
terbatas, sedangkan produk pertanian/ pangan organik untuk tujuan penjualan
internasional juga harus lolos uji sertifikasi yang lebih ketat atau mendapatkan
sertifikasi dari SKAL atau IFOAM (Yuhono, 2007).
Metode budi daya pertanian organik juga menjalankan asas keekonomian yang
merupakan bagian dari sub bidang ekonomi yang mencakup seluruh jenis dan
proses serta dampak dari pelaksanaan pertanian organik. Faktor eksternalitas
juga menjadi bagian dari metode budi daya dengan sistem organik yang
mencakup pada biaya atau keuntungan yang dapat dibebankan atau diterima
oleh suatu pihak yang tidak menyebabkan munculnya biaya atau keuntungan
dari usaha pertanian organik. Contoh eksternalitas misalnya penggunaan
sumber daya air, terjadinya erosi, perpindahan beban pajak ke pajak pertanian
dan mungkin ancaman kehilangan suatu keanekaragaman hayat (Khorniawati,
2014).
kompos, pembuatan pestisida alami dan lain-lain, (3) jenis produk bahan alam
bervariasi dan volume yang besar sebagai bahan utama atau primer dalam
memproduksi berbagai keperluan dalam budi daya tanaman berbasis organik
dan sehat, (4) Tenaga kerja tersedia cukup dan dapat diberikan keterampilan
dengan cepat untuk dapat mengelola lahan dalam sistem pertanian organik, (5)
tidak sedikit inovasi-inovasi yang yang muncul yang telah dihasilkan dalam
negeri dan bermanfaat serta dapat diterapkan dalam sistem pertanian organik,
(6) wilayah Indonesia adalah memiliki iklim tropis dan subtropis yang sangat
memungkinkan adanya keanekaragaman hayati yang dibutuhkan dalam
pengembangan sistem pertanian organik (Khorniawati, 2014).
2.1 Pendahuluan
Prinsip pertanian organik adalah suatu pendekatan budi daya dengan cara
organik dan berkelanjutan. Pertanian organik adalah suatu sistem produksi
yang mengabaikan atau meminimalkan penggunaan pupuk sintetis, pestisida,
bahan-bahan mempercepat pertumbuhan dan, bahan adiktif lainnya. Produksi
dimaksimumkan dengan sistem pertanian organik dengan rotasi pemanenan,
hasil residu, pupuk kandang, pupuk hijau, sampah dari pertanian organik dan
memperhatikan pengontrolan hama, tumbuhan liar dan lainnya dari aspek
biologi untuk mempertahankan produktivitas tanah (USDA, 2012).
Ada pun manfaat pertanian organik adalah konservasi tanah dan pemeliharaan
kesuburan tanah, mengurangi polusi air (air tanah, sungai, danau),
perlindungan binatang liar (burung, katak, serangga, dan lainnya),
meningkatkan keragaman hayati, landscape yang lebih beragam, perlakuan
24 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
hewan ternak yang lebih baik, mengurangi penggunaan input eksternal dan
energi yang tidak terbarukan, mengurangi residu pestisida dalam makanan,
tidak terdapat hormon dan antibiotik dalam produk hewani, mutu produk yang
lebih baik (rasa, sifat-sifat penyimpanan).
Hal penting dalam pertanian organik adalah pemanfaatan sumber-sumber daya
alam secara berkelanjutan. Produksi makanan sehat dengan meniadakan
penggunaan input sintetis dan penghematan energi. Pertanian konvensional
dikonversi menjadi pertanian organik karena adanya keinginan peningkatan
pendapatan serta hidup sehat. Pola hidup sehat berwawasan lingkungan. Pola
hidup sehat ini mensyaratkan adanya jaminan bahwa produk pertanian harus
aman dikonsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan
(Mayrowani, 2012). Pada Gambar 2.1 di bawah ini dapat dilihat luas area
organik di Indonesia hingga tahun 2018 adalah sebesar 251,6 ribu ha atau
meningkat setiap tahun, dan data 2019 belum diperoleh (AOI, 2020).
Gambar 2.1: Luas Pertanian Organik (Ha) Per Tahun (AOI, 2020)
Suatu proses produksi yang didasarkan pada komponen-komponen organik
antara lain: bahan-bahan organik berasal dari tanaman dalam bentuk segar atau
lapuk, mikroorganisme, atau bahan non sintetis lainnya adalah konsep
pertanian organik dalam makna sempit (Mayrowani, 2012). Komponen
produksi yang digunakan adalah bahan-bahan yang dapat diperbaharui,
sehingga sistem produksi dapat dipertahankan secara berkelanjutan. Adanya
Bab 2 Prinsip Pertanian Organik Sebagai Sistem Pertanian Berkelanjutan 25
3. Risiko kelembagaan
4. Risiko sumber daya manusia
5. Risiko finansiell (Moncada et al., 2010).
Risiko Produktivitas
Penurunan produksi dapat terjadi pada masa transisi. Masa konversi pada
pertanian organik relatif lebih lama, karena masa konversi lahan tergantung
pada penggunaan lahan, pupuk, pestisida, dan jenis tanaman (Cushon, 2008).
Risiko Serangan Organisme Pengganggu
Saat pengolahan, penanganan, dan pengangkutan dapat menurunkan mutu
karena serangan organisme pengganggu. Pemisah fisik atau perlakuan seperti
penggunaan suara, ultra-sound, pencahayaan/ultraviolet, perangkap,
pengendalian suhu dan udara dengan karbondioksida, oksigen, nitrogen dapat
dilakukan pada tempat penyimpanan atau pengangkutan
Risiko Daya Simpan dan Daya Tahan Produk
Proses pemurnian serta penggunaan bahan tambahan pangan dan bahan
penolong. Radiasi ion (ionizing radiation) tidak diperkenankan untuk
pengendalian hama, pengawetan makanan, pemusnahan penyakit atau sanitasi.
Risiko Tercampur pada Tahap Pengolahan dan Manufaktur
Hal ini dapat terjadi akibat adanya komponen yang tidak diperbolehkan pada
alat, bahan tambahan pangan dan bahan lain, flavouring non natural, air yang
dapat digunakan adalah air minum, organisme hasil rekayasa/modifikasi
genetik (GE/GMO) dan enzim yang berasal dari organisme rekayasa genetik
(GE), vitamin, asam amino dan asam lemak esensial, dan senyawa nitrogen
lain; dan preparasi mikroorganisme dan enzim hasil rekayasa/modifikasi
genetika.
Risiko Ketersediaan Bahan Baku Kemasan Organik
Bahan baku kemasan terkait pada ketersediaan bahan yang dapat diuraikan
oleh mikroorganisme (biodegradable materials), bahan hasil daur-ulang
(recycled materials), atau bahan yang dapat didaur-ulang (recyclable
materials).
Risiko Kehilangan Identitas Organik
Risiko ini dapat terjadi apabila pemilik tidak memenuhi standar dan regulasi
teknik produk pangan organik serta tidak mendokumentasikan persyaratan
teknis yang minimal mencakup penggunaan label, komposisi produk, dan
kalkulasi persentase kandungan produk organik.
Bab 2 Prinsip Pertanian Organik Sebagai Sistem Pertanian Berkelanjutan 29
Risiko Tercampur
Risiko pemasaran pada praktek pertanian organik adalah bila integritas produk
organik yang tidak dipelihara selama penyimpanan dan pengangkutan, serta
ditangani dengan menggunakan tindakan pencegahan dapat menyebabkan
risiko tercampur dengan produk pangan non-organik, atau tersentuh bahan
yang tidak diizinkan untuk digunakan dalam sistem produksi pangan organik
dan penanganannya.
Risiko harga input dan output
Pada bidang pertanian, fluktuasi harga input dan output merupakan sumber
penting dari risiko pasar terutama dipengaruhi oleh kondisi pasokan dan
permintaan lokal, sementara pasar yang lebih terintegrasi secara global akan
dipengaruhi oleh dinamika produksi internasional.
Risiko Distribusi
Risiko ini muncul dalam proses penyampaian produk ke pasar.
Ketidakmampuan untuk memberikan produk yang tidak mudah rusak untuk
pasar yang tepat pada waktu yang tepat dapat mengganggu upaya produsen
membangun pasar produk organik. Kurangnya infrastruktur dan pasar yang
berkembang dengan baik merupakan sumber signifikan pada banyak negara
berkembang.
Risiko Harga dan Luas Pasar
Risiko pasar dinyatakan dengan harga premium yang kurang stabil dan
eksistensi pasar. Pada beberapa kasus diketahui bahwa harga premium mudah
jatuh dan ceruk pasar yang telah dikembangkan selama jangka waktu yang
lama, dapat hilang dengan cepat (Hanson et al., 2004).
Risiko terkait daya simpan dan daya tahan produk dapat dilakukan dengan
memastikan bahwa pengolahan dilakukan dengan menggunakan cara yang
tepat dan hati-hati dengan meminimalkan pemurnian serta penggunaan bahan
tambahan pangan. Radiasi ion tidak digunakan untuk pengendalian hama,
pengawetan makanan, dan pemusnahan penyakit atau sanitasi. Risiko serangan
organisme pengganggu pada saat pengolahan, penanganan, dan pengangkutan
dilakukan dengan beberapa pendekatan.
Pengendalian hama saat penanganan produk dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Tindakan pencegahan, seperti penghilangan habitat/sarang hama
merupakan alternatif pertama dalam pengendalian hama;
2. Alternatif pertama dianggap tidak cukup, maka cara mekanis/fisik
dan biologi merupakan alternatif kedua dalam pengendalian hama;
3. Alternatif kedua dianggap tidak cukup, maka penggunaan bahan
pestisida seperti yang tertera dalam SNI Pangan Organik ini
merupakan alternatif ketiga yang digunakan secara sangat hati-hati
untuk menghindari kontaminasi. Risiko tercampur pada tahap
pengolahan dan manufaktur dapat dilakukan dengan menerapkan
prinsip-prinsip standar.
32 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Strategi pengelolaan risiko pada bidang pertanian terdiri dari: strategi budi
daya, strategi pembagian risiko, diversifikasi, jaminan sosial, pasar berjangka,
atau asuransi. Adapun alat pengelolaan risiko antara lain asuransi pertanian
(asuransi biaya, asuransi hasil, asuransi pendapatan, asuransi indeks
meteorologi), contract farming, atau perdagangan berjangka komoditas
pertanian. Strategi pada tingkat budi daya ditekankan kepada manajemen budi
daya termasuk pemilihan produk dengan risiko rendah, atau produk dengan
siklus produksi yang pendek, memberikan kecukupan likuiditas, dan
diversifikasi produk. Strategi pembagian risiko termasuk kontrak produksi dan
pemasaran, integrasi vertikal, pasar berjangka, partisipasi pada pendanaan
bersama dan asuransi. Pasar berjangka akan membantu mengurangi risiko
harga pada jangka pendek, dan pada saat yang bersamaan akan meningkatkan
transparansi pembentukan harga. Strategi diversifikasi dilakukan melalui
peningkatan pendapatan yang bersumber dari kegiatan di luar pertanian.
Standar Mutu, Tantangan, dan Peluang Pengembangan Pertanian
Organik
Hal yang penting untuk dilakukan pada pertanian organik adalah:
1. Ekosistem tetap sehat melalui optimasi penggunaan sumberdaya
alami, memaksimalkan penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan,
meningkatkan diversitas ekosistem dan melakukan pergiliran
tanaman.
2. Kegiatan produksi dengan konsep pertanian berkelanjutan.
3. Penerapan asas efisiensi pada sistem budi daya seperti minimum
tillage (pengolahan tanah minimum) dan mengurangi penggunaan
bahan baku dari luar luar ekosistem (low external input).
4. Produk bebas pestisida.
5. Kegiatan produksi berdasarkan hasil analisis agroekosistem dan
sesuai dengan permintaan pasar.
6. Menjaga kelestarian lingkungan.
3.1 Pendahuluan
Konsep pertanian organik tercipta karena banyaknya tumbuhan di alam yang
dapat hidup dan berkembang dengan subur secara alami tanpa adanya bahan
tambahan. Alamlah yang memberikan perlindungan untuk semua makhluk
hidup tak terkecuali tumbuhan /tanaman. Adanya pupuk alami yang berasal
dari kotoran hewan maupun tanaman yang berguguran secara alami
memberikan pertumbuhan yang baik kepada tanaman. Merujuk hal ini,
manusia mencoba untuk melakukan proses pertanian secara organik di
samping memberikan hasil yang memuaskan juga tidak memberikan dampak
buruk bagi lingkungan (Pracaya dan Gema Kartika, 2016).
Isu terkait pemanasan global tentu masih berada di peringkat atas
permasalahan yang dihadapi dunia. Solusi yang ditawarkan untuk pemanasan
global ini yaitu dengan mendeklarasikan teknik pengolahan yang ramah
lingkungan dari segala lini tak terkecuali sistem pertanian. Pertanian
konvensional dengan menggunakan pestisida yang tidak terkontrol nyatanya
merupakan salah satu dari kegiatan yang menyumbang pemanasan global.
36 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
masih menanam tanaman sayuran seperti bayam, kangkung, selada dan tomat.
Akan tetapi saat ini sudah berkembang ke tanaman buah, padi dan juga
tanaman jenis farmako. Sedangkan di beberapa negara lainnya telah merambah
ke tanaman keras seperti kopi, teh dan juga kapas. Jika melihat konsumennya,
produk tanaman organik masih terbatas dikonsumsi oleh orang-orang yang
sadar akan kesehatan, sementara masih banyak orang yang awam terhadap
tanaman organik (Pracaya dan Gema Kartika, 2016).
Pemerintah juga memiliki peranan penting dalam mendukung sistem pertanian
organik di Indonesia. Keseriusan pemerintah dalam penerapan sistem
pertanian organik di Indonesia dapat dilihat dengan terbitnya Peraturan
Menteri Pertanian terkait pertanian organik, mulai dari penjelasan istilah
’organik’ yang menempel pada produk pertanian, budi daya pertanian organik,
standar yang digunakan sebagai acuan dalam produk organik sampai dengan
lembaga sertifikasi yang bertanggung jawab dalam mengeluarkan sertifikasi
produk pertanian organik
Adanya dukungan pemerintah terhadap sistem pertanian organik menjadikan
petani semakin giat dalam melakukan pemasaran produk organik. Strategi
pemasaran yang berbasis pada pelestarian lingkungan, merupakan
perkembangan yang baru di bidang pemasaran, serta merupakan peluang yang
potensial dan strategis dan memiliki keuntungan untuk kedua belah pihak
pelaku utama ekonomi. Produk organik ini yang juga dikenal dengan produk
green marketing merupakan produk yang aman bagi kesehatan manusia dan
juga lingkungan (Khorniawati, 2014).
Aspek terhadap dampak terhadap lingkungan, yang akan dibahas satu per satu
dari setiap aspek.
Secara ekonomi nilai jual produk organik lebih mahal dibandingkan dengan
produk non-organik, tentu hal ini sangat menguntungkan kepada produsen
namun tidak untuk konsumen. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab
masyarakat enggan untuk membeli produk organik. Selain harga masyarakat
juga kesulitan mencari produk yang diinginkan karena pada umumnya produk
organik merupakan produk impor.
Harga produk organik yang mahal juga disebabkan sistem pertanian
konvensional masih mendominasi, dikarenakan pertanian organik tidak
menggunakan bahan kimia dan sejenisnya pada masa produksinya sehingga
risiko gagal panen lebih besar daripada pertanian konvensional. Kondisi inilah
yang menyebabkan terbatasnya produk pertanian organik dan mengakibatkan
harga semakin mahal (Khorniawati, 2014). Melalui pertanian organik ada
banyak keuntungan yang bisa diraih yaitu keuntungan secara ekologis,
ekonomis, sosial, politis dan keuntungan kesehatan. Diharapkan keuntungan
dalam segi ekonomi tidak menjadi orientasi utama sehingga melupakan aspek
perlindungan terhadap lingkungan (Suwantoro, 2008). Dari penjelasan diatas
maka dapat disimpulkan beberapa poin penting terkait perspektif Pertanian
Organik jika dilihat dari tiga aspek di atas yaitu:
Aspek petani atau produsen bidang pertanian organik
1. Peluang bisnis pertanian organik cukup besar kepada petani
2. Petani mendapatkan keuntungan terhadap biaya produksi yang tidak
menggunakan bahan kimia
3. Sertifikasi diperlukan oleh petani untuk pengakuan produk organik
sehingga menambah nilai jual
Aspek konsumen
1. Konsumen mendapatkan nilai gizi dan nutrisi yang tinggi terhadap
produk yang dikonsumsi
2. Konsumen lebih memahami bahaya penggunaan bahan kimia
4.1 Pendahuluan
Tanaman sayuran merupakan tanaman yang paling banyak dibudi dayakan dan
dibutuhkan oleh masyarakat baik untuk dikonsumsi secara langsung maupun
dimasak. Sayuran merupakan tanaman yang dikelompokkanke dalam tanaman
hortikultura. Di dalam hortikultura tanaman sayuran dapat diartikan ke bagian
dari tanaman sayuran seperti tunas, daun, buah dan akar yang dapat
dikonsumsi secara utuh atau sebagian dari tanaman sayuran tersebut. Tanaman
sayuran dapat dicampur dengan bahan-bahan lain seperti, daging dan ikan
yang dimasak secara langsung (Andriani et al., 2018).
Kebutuhan tanaman sayuran di masyarakat meningkat, hal ini dikarenakan
masyarakat sangat tahu manfaat dan khasiat tanaman sayuran. Tanaman
sayuran memiliki sumber vitamin, mineral, serat dan juga bahan yang lain
yang dapat menyehatkan serta menyembuhkan penyakit bagi masyarakat yang
48 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
4.2.2 Perkarangan
Salah satu cara untuk mengembangkan pertanian organik di perkotaan dengan
cara melakukan sosialisasi tentang pangan sehat sebagai produk pangan untuk
dikonsumsi. Untuk melakukan penanaman sayuran organik tidak perlu
dilakukan pada lahan yang luas.Jadiluas lahan yang relatif sempit, seperti
pekarangan justru memberikan kemudahan dalam mengembangkan pertanian
organik di daerah perkotaan (Susanti dan Afrila, 2016).Apalagi luas lahan
pertanian saat ini mulai menipis akibat dari pembangunan infrastruktur
membuat luas lahan semangkin sedikit.Salah satu alternatif untuk mengatasi
luas lahan pertanian semakin sempit, masyarakat dapat melakukan
pemanfaatan lahan pekarangan yang ada disekitar tempat mereka. Lahan
pekarangan merupakan salah satu tempat untuk kegiatan pertanian organik
yang mempunyai peran besar dalam usaha pemenuhan kebutuhan pangan dan
obat-obatan keluarga (Nurlina et al., 2019).
Pemanfaatan lahan pekarangan dapat dimulai lingkungan masyarakat yang
paling kecil yaitu keluarga. Pemanfaatan lahan pekarangan baik yang ada di
pedesaan maupun diperkotaan untuk mendukung ketahanan pangan nasional
yang harus dikembangkan untuk memberdayakan potensi pangan lokal. Jenis-
jenis tanaman yang dapat ditanam di pekarangan rumah masing-masing adalah
jenis sayur- sayuran, buah-buahan, obat- obatan, tanaman hias, dan lain
sebagainya yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan
selebihnya bisa dijual. Hasil penjualan bisa menambah pendapatan dan bisa
meningkatkan kesejahteraan bagi keluarga (Swardana, 2020).
Pekarangan yang banyak digunakan adalah tanah-tanah yang ada sekeliling
rumah, baik yang berada di sebelah kiri dan kanan maupun yang berada di
sebelah depan dan belakang yang mempunyai batas-batas dengan wilayah
sendiri (Ashari et al., 2016). Masyarakat di perkotaan harus pemanfaatan lahan
pekarangan penting dilakukan, karena suatu pekarangan merupakan tempat
yang paling mudah untuk dijadikan sebagai tempat budi daya tanaman,
sehingga kita tidak perlu meluangkan waktu yang lama untuk merawat
tanaman tersebut dan semua anggota keluarga dapat membantu mengelola
lahan pekarang agar dapat menghasilkan berbagai bahan pangan yang bergizi,
seperti sayur, buah, dan obat-obatan. Suatu pekarangan diartikan sebagai
tempat yang tanah di sekitar perumahan kita, di pekarangan biasanya
kebanyakan keliling pagar dan biasanya pekarangan ditanami tanaman
hortikultura dengan beraneka macam tanaman semusim maupun tahunan
54 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
untuk keperluan sehari-hari dan dapat dijual, sehingga nilai ekonomis dari
tanaman tersebut tinggi (Sutariati et al., 2019).
Pekarangan merupakan sebagai tempat tata guna lahan yang memiliki sistem
produksi bahan-bahan pangan pokok dan tambahan dalam skalakecil. Karena
yang mengerjakan lahan tersebut merupakan anggota keluarga rumah tangga
serta memiliki ekosistem tajuk berlapis (Herijanto dan Fiernaningsih, 2013).
Berdasarkan fungsi pekarangan itu sendiri adalah tempat suatu habitat dari
berbagai organisme yang hidup, pangan, sandang, dan papan. Selain itu juga,
fungsi sebagai sumber tambahan pendapatan bagi suatu keluarga, tempat
dilakukannya aktivitas santai ketika waktu senggang.Sebagai tempat duduk-
duduk menikmati udara segar dan sebagai tempat ruang terbuka hijau bagi
lingkungan sekitarnya pekarangan (Triwidyastuti et al., 2018).
Fungsi suatu pekarangan adalah dapat menghasilkan bahan-bahan makanan
pokok yang organik paling mudah. Pekarangan juga dapat diartikan sebagai
tambahan hasil tanaman dari sawah dan tegalan, seperti sayur-sayuran, buah-
buahan, unggas, ikan, rempah, bumbu wangi-wangian dan bahan kerajinan
tangan. Pekarangan adalah sebidang tanah yang kita miliki di sekitar rumah
yang mudah diusahakan. Sehingga dapat memiliki tujuan untuk meningkatkan
gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga dengan cara memanfaatkan hasil
dari pekarangan tersebut (Putro dan Sopyan, 2020).
Pekarangan yang di sekitar rumah sering juga disebut sebagai lumbung hidup,
warung hidup dan apotik hidup. Dalam keadaan tertentu, pekarangan dapat
juga memanfaatkan kebun dan rawa di sekitar rumah. Pekarangan disebut
sebagai lumbung hidup, hal ini dikarenakan pekarangan dapat sewaktu-waktu
menyimpan kebutuhan pangan pokok seperti beras, jagung, umbi-umbian dan
sebagainya persediaan bagi keluarga. Bahan-bahan tersebut disimpan dalam
pekarangan memenuhi kehidupan sehari-hari. Pekarangan juga dapat sebagai
warung hidup, karena pekarangan dapat dijadikan tempat untuk menanam
sayuran yang berguna untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, sayuran tersebut dapat dijual. Sementara itu
pekarangan juga disebut apotik hidup. Apotek hidup merupakan suatu
tanaman obat-obatan yang dijadikan sebagai obat tradisional untuk
menyembuhkan penyakit (Sebayang et al., 2020).
Peranan dan pemanfaatan masing-masing pekarangan bervariasi. Hal ini
tergantung antar daerah yang satu dengan lainnya. Selain itu juga, tergantung
tingkat kebutuhan, sosial budaya, pendidikan maupun faktor fisik dan ekologi
Bab 4 Pengembangan Sayuran Organik Pada Lahan Pekarangan 55
di suatu daerah tersebut. Berkebun bukan hanya di halaman luas saja, halaman
sempit juga bisa untuk menanam atau berkebun tanaman sayuran dan tanaman
lainnya. Berkebun bisa dilakukan di mana saja, asalkan ada cahaya dan
sirkulasiudara yang optimal. Tidak hanya di pekarangan sempit, di rumah yang
tidak punya pekarangan sama sekali seperti di rumah susun pun hal itu bisa
dilakukan untuk menanam (Tamba, 2017).
Semangkin sempit lahan pertanian, dapat menyebabkan petani dan para
penggemar tanaman di daerah perkotaan terpaksa harus mengefisienkan
penggunaan lahan untuk mencapai produksi yang maksimal. Pot merupakan
salah satu cara budi daya tanaman yang dapat dilakukan di perkotaan. Pot-pot
yang digunakan dalam budi daya tanaman sangat bervariasi seperti dari tanah,
semen, pipa PVC, papan, bambu, dan polybag. Diameter Bambu dan pipa
PVC yang akan digunakan harus berdiameter 10 cm.Barang-barang bekas juga
bisa dijadikan sebagai pot untuk ditanam tanaman-tanaman. Botol-botol bekas
juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk menanam tanaman yang dibudi
dayakan (Gustia et al., 2019).
Upaya memaksimalkan pekarangan dapat dilakukan dengan membudi
dayakan berbagai jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, vitamin, mineral,
dan protein bagi keluarga. Hasil optimalisasi pekarangan dapat dijadikan
sebagai suatu lokasi kawasan perumahan atau warga yang saling berdekatan
akan dapat terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang
diproduksi sendiri. Potensi suatu pekarangan sempit inilah yang harus dapat
diberdayakan. Pengoptimalan pemakaian lahan pekarangan sempit dapat
terealisasi secara efisien dengan sistem pertanian yang memanfaatkan benda-
benda yang ada disekeliling kita seperti, ember bekas cat, botol bekas dan lain-
lainnya. Polibag-polybag yang disusun pada halaman atau rak-rak sehingga
populasi tanaman jauh lebih banyak bila dibandingkan sistem pertanian
konvensional (Kusumo et al., 2020).
Pekarangan dimanfaatkan secara efisien untuk berbagai hal walaupun lahan
tersebut sempit. Lahan yang sempit dapat di tanam atau dikelola dengan
baikseperti menanam sayuran, tanaman obat keluarga dan dibuat kolam ikan.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya usaha dalam memanfaatkan
setiap ruang pekarangan (Solihin danSandrawati, 2018).
56 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
merah sebagai pestisida nabati. Karena kedua bawang tersebut memiliki aroma
yang tidak disukai oleh beberapa hama tertentu dapat mengusir serangga dari
areal tanaman dan dapat menghambat perkembangan patogen penyakit.
Penggunaan biji bengkoang, daun mimba, dan akar tuba yang memiliki kadar
racun untuk mematikan serangga hama dan penyakit yang menyerang tanaman
(Robika et al., 2019).
Dalam pertanian organik sistem pengendalian hama dan penyakit terpadu
(PHT) adalah suatu konsep atau cara berpikir dalam upaya pengendalian
populasi. Dengan PHT dapat menurunkan tingkat serangan hama dengan
menerapkan berbagai teknik pengendalian yang dipadukan. Perpaduan dalam
PHT untuk membentuk satu kesatuan untuk mencegah kerusakan tanaman dan
timbulnya kerugian secara ekonomis serta mencegah kerusakanlingkungan
dan ekosistem. Dengan demikian, pengendalian hama terpadu adalah
pengendalian hama dan penyakit tanaman yang lebih mendekatan ekologi
yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit
dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel.
Pada sistem pengendalian hama terpadu (PHT) memiliki 4 prinsip dasar dalam
bidang pertanian. Prinsip dasar tersebut yang mencerminkan konsep
pengendalian hama dan penyakit yang berwawasan lingkungan serta
mendorong penerapan PHT secara nasional untuk pembangunan pertanian
yang berkelanjutan.
Empat prinsip dasar dalam penerapan PHT tersebut adalah sebagai berikut ;
1. Tanaman yang sehat merupakan tanaman yang memiliki daya tahan
yang baik terhadap serangan hama dan penyakit. Kemampuan
tanaman dalam mengatasi dan memulihkan dirinya sendiri akibat dari
kerusakan hama dan penyakit dengan cepat disebut dengan tanaman
yang sehat. Budi daya tanaman yang sehat perlu memperhatikan
dalam pemilihan varietas yang akan dibudi dayakan, proses
penyemaian harus dengan cara yang benar dan pemeliharaan tanaman
yang dari benih sampai pasca panen.
2. Keberadaan Musuh alami atau lebih dikenal dengan agens hayati
yang mampu menekan populasi hama dan dapat menurunkan risiko
kerusakan tanaman akibat serangan hama dan penyakit serta
mengurangi pemakaian pestisida. Pemanfaatan musuh alami dalam
64 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Oleh sebab itu, suatu konsep pengendalian hama dapat dikatakan sebagai
sistem PHT jika mencerminkan konsep pengendalian hama dan penyakit yang
ramah lingkungan dapat dicirikan sebagai berikut:
1. Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dilakukan secara
bersistem, terpadudan terkoordinasi dengan baik di lapangan.
2. Produksi dan ekonomi merupakan sasaran yang harus tercapai tanpa
merusak lingkungan hidup dan aman bagi kesehatan manusia.
3. Mempertahankan produksi dan kualitas produk pertanian harus
menjadi prioritas utama dalam budi daya tanaman.
4. Populasi hama dan tingkat kerusakan akibat hama dan penyakit harus
dipertahankan di bawah ambang ekonomi.
5. Penggunaan pestisida kimia harus dikurangi dan dibatasi.
6. Pestisida kimia merupakan alternatif terakhir dalam mengendalikan
hama dan penyakit di lapangan.
Kultur teknik salah satu cara pengendalian hama dan penyakit melalui sistem atau
cara dalam bercocok tanam. Kultur teknik dalam cara bercocok tanam yang dapat
mengurangi atau menekan populasi dan serangan hama antara lain sebagai berikut:
1. Mengurangi kesesuaian ekosistem hama di lapangan dengan melakukan
sanitasi, modifikasi inang, pengelolaan air, dan pengolahan lahan.
2. Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup hama di lapangan,
yaitu dilakukan dengan cara pergiliran tanaman yang berbeda famili,
pemberian dan penanaman serempak pada suatu wilayah yang luas.
3. Pengalihan populasi hama di lapanagan agar menjauhi pertanaman,
misalnya dengan menanam tanaman perangkap.
4. Pengurangan dampak kerusakan oleh hama di lapangan dengan cara
mengubah toleransi inang.
5. Pengendalian hama dan penyakit dengan varietas tahan yaitu
mengurangi atau menekan populasi hama dan penyakit, serangan dan
tingkat kerusakan tanaman dengan menanam varietas yang tahan hama
maupun penyakit di lapangan.
6. Pengendalian secara hayati adalah pengendalian hama atau penyakit
dengan memanfaatkan agens hayati (musuh alami) yaitu predator,
parasitoid, maupun patogen hama. contohnya adalah sebagai berikut:
7. Pengendalian dengan peraturan perundangan yaitu pencegahan
penyebaran atau perpindahan dan penularan organisme pengganggu
tanaman melalui kebijakan perundangan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Bab 5
Penerapan Teknologi
Rizobakteri Indigenos Dalam
Pertanian Organik Budi daya
Tanaman Palawija
5.1 Pendahuluan
Tanaman palawija berupa jagung, kedelai, dan kacang tanah merupakan
komoditas tanaman pangan yang penting setelah tanaman padi. Umumnya
tanaman palawija dibudidayakan pada musim kemarau di lahan sawah
(Rusastra et al., 2004). Hal tersebut dikarenakan tanaman palawija mampu
menghemat air dimusim kemarau sehingga cocok ditanam pada saat musim
kemarau ataupun pada daerah yang memiliki kesulitan air. Mengingat kondisi
penanaman palawija pada musim kemarau, maka perlu input tambahan untuk
meningkatan produktivitasnya. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetik
yang terus menerus akan menurunkan kesuburan tanah dan menurunkan
68 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Sebagai Fitosimulator
Secara umum, IAA memengaruhi pembelahan, perluasan, dan diferensiasi sel
tumbuhan; merangsang perkecambahan benih dan umbi; meningkatkan laju
perkembangan xilem dan akar; mengontrol proses pertumbuhan vegetatif;
memulai pembentukan akar lateral dan adventif; memediasi respons terhadap
cahaya, gravitasi, dan fluoresensi; memengaruhi fotosintesis, pembentukan
pigmen, biosintesis berbagai metabolit, dan ketahanan terhadap kondisi stres.
IAA yang dihasilkan oleh rhizobacteria kemungkinan besar, mengganggu
proses fisiologis tanaman di atas dengan mengubah kolam auksin tanaman.
Selain itu, IAA bakteri meningkatkan luas dan panjang permukaan akar, dan
dengan demikian memberikan akses yang lebih besar bagi tanaman ke nutrisi
tanah. Selain itu, IAA rhizobakteri mengendurkan dinding sel tanaman dan
sebagai hasilnya memfasilitasi peningkatan jumlah eksudasi akar yang
memberikan nutrisi tambahan untuk mendukung pertumbuhan bakteri
rhizosfer (Glick, 2012). Dengan demikian, IAA rhizobakteri diidentifikasi
sebagai molekul efektor dalam interaksi tumbuhan-mikroba, baik dalam
patogenesis maupun fitostimulasi (Spaepen dan Vanderheyden, 2011).
Tanaman pemacu pertumbuhan rhizobacteria yang memiliki enzim, 1
aminocyclopropane-1-carboxylate (ACC) deaminase, memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan menurunkan kadar etilen,
mendorong toleransi garam dan mengurangi stres kekeringan pada tanaman
(Nadeem et al., 2007; Zahir et al. ., 2008).
Sebagai Biopestisida
Pestisida kimia telah dipraktekkan sejak beberapa dekade di bidang pertanian
untuk berhasil mengendalikan hama dan dengan demikian meningkatkan
produksi tanaman. Salah satu kelemahan utama dari pestisida kimia adalah
banyak dari mereka tidak dapat terurai menjadi konstituen yang sederhana dan
lebih aman dan tetap utuh dalam jangka waktu lama yang mencemari
lingkungan tanah. Pestisida sintetis juga tidak ditargetkan karena memengaruhi
spektrum luas mikroba termasuk mikroba menguntungkan tanaman.
Biopestisida adalah alternatif yang menarik untuk pestisida kimia. Biopestisida
memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan pestisida konvensional.
Biopestisida aman digunakan dibandingkan dengan pestisida sintetik dan
memiliki aktivitas yang ditargetkan untuk melawan patogen spesifik. Ini juga
dapat dengan mudah membusuk daripada pestisida konvensional. Beberapa
Bab 5 Penerapan Teknologi Rizobakteri Indigenos 71
Oleh karena itu, tampaknya kadar auksin pada tanaman legum inang
diperlukan untuk pembentukan bintil (Glick, 2012; Spaepen et al., 2007).
Dilaporkan juga bahwa inokulasi dengan Rhizobium leguminosarum bv.
viciae di mana jalur biosintesis IAA telah diperkenalkan, menghasilkan nodul
akar pengikat nitrogen potensial yang mengandung hingga 60 kali lipat lebih
banyak IAA daripada nodul yang dibentuk oleh rekan tipe liar di Vicia hirsuta
(Camerini et al., 2008). Faktor stres lingkungan yang memodulasi biosintesis
IAA pada bakteri yang berbeda termasuk pH asam, stres osmotik dan matriks,
dan batasan karbon (Spaepen et al., 2007).
Di antara faktor-faktor genetik, baik lokasi gen biosintesis auksin dalam
genom bakteri (baik plasmid atau kromosom) dan cara ekspresi (konstitutif vs.
terinduksi) telah terbukti memengaruhi tingkat produksi IAA. Lokasi gen
biosintesis auksin dapat memengaruhi tingkat IAA, karena sebagian besar
plasmid terdapat dalam banyak salinan. Hal ini dapat digambarkan dengan
adanya perbedaan kadar IAA antara strain rhizobakteri Pseudomonas
savastanoi pv. savastanoi dan P. syringae pv. syringae.
Pada galur pertama, gen untuk gen biosintesis auksin terdapat pada plasmid,
sedangkan pada galur terakhir gen yang sesuai terletak pada DNA kromosom,
sehingga produksi IAA lebih rendah. Produksi IAA di P. syringae pv. Syringae
dapat ditingkatkan berkali-kali lipat dengan memperkenalkan plasmid salinan
rendah, membawa operon biosintetik IAA (Spaepen dan Vanderleyden, 2011;
Spaepen et al., 2007; Brandl dan Lindow, 1997; Patten dan Glick, 1996)
1-Aminocyclopropane-1-carboxylate (ACC) deaminase
Secara umum, etilen merupakan metabolit esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal tanaman (Khalid et al. 2006). Hormon pertumbuhan
tanaman ini diproduksi secara endogen oleh hampir semua tanaman dan juga
diproduksi oleh proses biotik dan abiotik yang berbeda di tanah dan penting
dalam mendorong berbagai perubahan fisiologis pada tanaman. Selain sebagai
pengatur tumbuh tanaman, etilen juga telah ditetapkan sebagai hormon stres
(Saleem et al., 2007).
Dalam kondisi stres seperti yang ditimbulkan oleh salinitas, kekeringan,
genangan air, logam berat dan patogenisitas, tingkat etilen endogen meningkat
secara signifikan yang berdampak negatif terhadap pertumbuhan tanaman
78 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
6.1 Pendahuluan
Pencanangan gerakan revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an telah
memberikan kontribusi terjadinya degradasi penurunan kesuburan tanah dan
kerusakan lingkungan akibat penggunaan sistem pertanian berbasis high input
energy dengan penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali,
yang merusak tanah dan menurunkan produktivitas tanah. Akibat kondisi
tersebut, sejalan dengan perjalanan waktu, berkembang pertanian organik.
Pertanian organik sejatinya telah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok
tanam dikenal manusia, semuanya dilakukan secara tradisional dan
menggunakan bahan-bahan alami.
Pertanian organik modern didefinisikan sebagai sistem budi daya pertanian
yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia
sintetis. Pengelolaan pertanian organik didasarkan pada prinsip kesehatan,
84 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Gambar 6.1: Tren Hidup Sehat dengan Sayur Organik (Pane, 2020)
Keberlanjutan budi daya organik, tidak dapat dipisahkan dengan dimensi
ekonomi, selain dimensi lingkungan maupun sosial. Budi daya tanaman
organik tidak hanya sebatas meniadakan penggunaan input sintetis, tetapi juga
pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, produksi makanan sehat
dan penghematan energi. Aspek ekonomi akan dapat berkelanjutan jika
produksi pertaniannya mampu mencukupi kebutuhan dan memberikan
pendapatan yang cukup bagi petani, namun, sering motivasi ekonomi sebagai
kemudi menyetir arah pengembangan budi daya tanaman organik.
Kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis
dalam budi daya tanaman menjadikan budi daya tanaman organik menarik
perhatian baik di tingkat produsen maupun konsumen. Kebanyakan konsumen
akan memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan,
sehingga mendorong meningkatnya permintaan produk organik. Pola hidup
sehat yang akrab lingkungan telah menjadi tren baru meninggalkan pola hidup
Bab 6 Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga Melalui Budi daya Sayuran Organik 85
lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida
kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian.
Pola hidup sehat ini telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan
jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food
safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah
lingkungan (eco-labelling attributes). Pangan yang sehat dan bergizi tinggi ini
dapat diproduksi dengan metode budi daya tanaman organik (Yanti, 2005).
Gambar 6.2: KWT Binama Hasilkan Omzet 2-3 Juta Perbulan dengan
Pemanfaatan Pekarangan dengan Sayur Sehat (JPNN, 2020)
86 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
konsumsi sayuran organik dan pentingnya gizi pada tiap jenis sayuran organik
akan mendorong peningkatan permintaan sayuran organic. Produk tanaman
organik masih terbatas dikonsumsi oleh orang-orang yang sadar akan
kesehatan. Namun, dengan demikian munculnya produk pertanian organik di
setiap pameran dan ditunjang oleh promosi mengenai pentingnya kesehatan,
tidak menutup kemungkinan di tahun mendatang banyak orang beralih ke
produk tanaman organik (Pracaya, 2005).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa budi daya tanaman
memberikan manfaat seperti menghasilkan makanan yang cukup aman dan
bergizi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
peningkatan daya saing produk agribisnis, meningkatkan pendapatan
petani/keluarga, menciptakan lingkungan yang aman dan sehat, meningkatkan
dan menjaga produktivitas lahan, menciptakan lapangan kerja baru. Kegiatan
budi daya ini berdasarkan hasil-hasil penelitian telah membuktikan
memberikan sumbangan tambahan pendapatan keluarga petani, serta dengan
sentuhan teknologi saat ini, kegiatan budi daya ini dapat memanfaatkan lahan -
lahan sempit seperti pekarangan. Berikut akan diuraikan pemanfaatan
pekarangan rumah untuk budi daya tanaman organik, serta dalam skala usaha
tani.
Melihat fungsi di atas, bahwa pekarangan adalah sebidang tanah darat yang
terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami
dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan
kepemilikan dan fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan
fungsional yang dimaksudkan disini adalah meliputi hubungan sosial budaya,
hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika.
Yulida (2012), menguraikan dalam penelitiannya bahwa kontribusi
pendapatan petani dari usahatani lahan pekarangan terhadap pendapatan rumah
90 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Dalam usaha tani sayuran organik dapat diperoleh dengan cara membuat
catatan usaha tani yang diisi langsung oleh petani atau disebut Farm Record
Keeping (FRK). Data dan informasi pada FRK kemudian diartikan sebagai
tabel usaha tani. Penggunaan investasi untuk pengembangan usaha tani
sayuran organik, misal pembangunan rumah kasa, perlu dihitung penyusutan.
Sebagai contoh, biaya pembuatan rumah kasa sebesar Rp. Y, nilai sisa pada
akhir masa pakai diperkirakan 10%, dan umur ekonomis bangunan 10 tahun,
maka biaya penyusutan per tahun adalah Rp (Y x 90%)/10. Hal yang sama
dapat dilakukan pada peralatan lain (sprayer, cangkul, dll) serta sewa lahan.
Analisis finansial usaha tani sayuran organic dapat dilakukan dengan
menghitung rasio B/C, BEP, NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate
of Return). Ilustrasi analisis finansial usaha tani sayuran organik seperti
disajikan pada Tabel 6.1. Irawan (2018), memberikan contoh analisis usaha
tani sayuran organik pada salah satu operator pertanian organik (X) berbasis
sayuran di Kabupaten Bogor. Operator organik X tersebut mencatat secara
lengkap, permintaan, harga jual dan aplikasi teknik budi daya organik sayuran
pada lahan usaha taninya. Operator organik X memproduksi 22 jenis sayuran
organik yang dipasarkan kepada mitra (pasar swalayan) dan konsumen
langsung. Berdasarkan catatan transaksi penjualan, permintaan sayuran
organik operator X yang relatif konsisten tiap bulannya seperti disajikan pada
Gambar 6.4.
92 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Berdasarkan informasi Tabel 6.2. dapat dinyatakan bahwa usaha tani sayuran
Horenso organik secara finansial menguntung petani. Pada tingkat
produktivitas Horenso 11 kg/bedeng dan harga jual Rp. 29.500/kg, keuntungan
mencapai Rp. 149.787/bedeng/musim tanam. Indikator kelayakan finansial
usaha tani tersebut dicirikan oleh nilai R/C sebesar 1,86 yang berarti bahwa
setiap pengeluaran modal Rp. 100 akan menghasilkan penerimaan usaha tani
naik Rp. 186. Tingkat pengembalian modal usaha mencapai 86%/35 hari, jauh
lebih tinggi daripada suku bunga pinjaman modal ke bank yang berkisar
12%/tahun serta sensitivitas kelayakan usaha tergolong tidak rentan, artinya
pada tingkat produktivitas yang sama (11 kg/bedeng) kelayakan usaha tani
akan tetap positif (layak) selama harga jual tidak lebih kecil dari Rp.
15.8333/kg.
Masih berdasarkan informasi Irawan (2018), bahwa contoh ilustrasi dengan
tanpa memperhitungkan biaya sertifikasi organik, apabila di ekstrapolasi, yakni
jika operator organik mampu mengelola usaha tani sayuran Horenso organik
sebanyak 45-50 bedeng/bulan (seluas 630-700 m2) maka nilai keuntungan
usaha tani berkisar Rp 6,8 – 7,5 juta/bulan.
Tabel 6.1: Contoh Perhitungan Biaya Penyusutan (Irawan, 2018)
Penyu-
Bangunan Umur Nilai Sisa sutan
Harga Jumlah Total
dan Ekonomi Rp
(Rp) Unit Biaya
Alsintan s % Rp
Green House 1.200.0 1 1.200.000 5 10 120.00 216.000
00
Meja 150.000 4 600.000 4 10 60.000 135.000
Persemaian
Cangkul 32.250 6 193.500 1 10 19.350 174.150
Kored 22.500 2 45.000 1 10 4.500 40.500
Parang 30.000 3 90.000 1 10 9.000 81.000
Gunting 75.000 4 300.000 2 10 30.000 135.000
Ember 15.000 5 75.000 1 10 7.500 67.500
Gentong Air 97.500 3 292.500 2 10 29.250 131.625
Selang Air 7.500 15 112.500 2 10 11.250 50.625
Meja 15.000 2 30.000 2 20 6.000 12.000
Wraping
Bangku 22.500 4 90.000 2 10 9.000 40.500
Sprayer 375.000 3 1.125.000 5 20 225.000 180.000
Timbangan 225.000 1 225.000 4 10 22.500 50.625
Total 4.378.500 1.314.525
94 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Tabel 6.2: Contoh Analisis Usaha Tani Sayuran Horenso Organik (Irawan,
2018)
No Deskripsi Kebutuhan Harga (Rp/Unit) Total Nilai (Rp)
1 Pajak Tanah (14 m2) - - 108
2 Penyusutan Alsintan - - 12.605
3 Total Biaya Tetap (A) z- - 12.713
4 TK Laki-laki (jam kerja) 1 6.000 6.000
5 TK Wanita (jam kerja) 12 5.000 60.000
6 Benih (butir) 1000 5 5.000
7 Pupuk Kandang (kg) 10 250 2.500
8 Kompos (kg) 2 500 1.000
9 Kapur Pertanian (kg) 0,25 20.000 5.000
10 Pestisida Nabati (liter) 1,3 10.000 13.000
11 Perangkap OPT (unit) 3 5.000 15.000
12 Bahan Lainnya (paket) 1 50.000 50.000
13 Transportasi (paket) 1 4.500 4.500
14 Total Biaya Variabel (B) - - 162.000
15 Total Biaya Usaha Tani - - 174.713
(C=A+B)
16 Produksi (kg) dan 11 29.500 324.500
Nilainya (R)
17 Keuntungan Usaha Tani - - 149.787
(R-C)
18 Rasio R/C - - 1,86
19 BEP Harga (Rp/kg) - - 15.883
20 BEP Produksi - - 5,9
(kg/bedeng)
bahaya bagi kesehatan tubuh manusia dan lingkungan. Kesadaran akan pola
hidup sehat membuat meningkatnya permintaan terhadap produk organik bagi
sebagian besar konsumen. Hal ini menjadikan para petani mulai merubah
sistem pola cocok tanam yang tidak menggunakan bahan kimia adalah sistem
pola cocok tanam pertanian organik.
7.1 Pendahuluan
Pertanian merupakan suatu upaya manusia dalam mencukupi kebutuhan
primer yaitu kebutuhan pangan. Pertanian juga menjadi penggerak roda
perekonomian bila dilihat dari sumber daya alam di Indonesia yang begitu
melimpah. Perkembangan sistem pertanian terus meningkat dan berkembang,
hingga saat ini sudah banyak tersebar ilmu tentang sistem pertanian yang lebih
modern. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah, dimanfaatkan sebagai
sistem dalam pertanian organik dengan memanfaatkan bahan alami, tidak
memakai bahan kimia sintetis seperti pestisida dan pupuk kimia.
“Back to nature” kata demikian mungkin sekarang sering kita dengar
menggaung sebagai motivasi dalam Pertanian organik (Organic Farming),
kegiatan tersebut merupakan pola pertanian model lama dengan
memanfaatkan bahan alami, antara lain pupuk organik, pestisida serta zat
98 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
pengatur tumbuh (ZPT). Pangan yang murah, sehat, dan mudah dalam
penggunaannya dapat dibuat dengan sederhana dikenal sebagai pertanian
organik. Pertanian saat ini lebih didominasi pertanian anorganik dari pada
pertanian organik. Penggunaan pupuk kimia sintetik maupun pestisida kimia
mudah dalam aplikasinya (Bande, La Ode Santiaji, dkk, 2020).
Pertanian organik merupakan suatu bagian integral dari pertanian yang
berkelanjutan dengan memanfaatkan bahan organik alami (Mayrowani, 2012).
Tujuan untuk menyediakan produk pertanian yang menghasilkan bahan
pangan aman sehat dapat menjaga kesehatan konsumen, produsen dan ramah
lingkungan. Ungkapan “hidup sehat” telah menggema baik Nasional maupun
Internasional, diharapkan produk pertanian dapat memberikan jaminan
kualitas mutu “aman dikonsumsi (food safety attributes), ramah lingkungan
(eco-labelling attributes) dan kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes).
Adapun tujuan dari Pertanian organik di antaranya:
1. Diharapkan menjadi produk yang berkualitas
2. Meningkatkan dan mendorong kualitas ekosistem pertanian
3. Membudidayakan tanaman secara alami
4. Mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh penerapan teknik
pertanian
5. Meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang
6. Mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis
7. Memelihara dan meningkatkan keragaman genetik.
membutuhkan waktu yang lama, dengan masa panen kurang lebih 3 bulan atau
90 hari. Tanaman tersebut bisa dipanen dalam 1 kali, kemudian akan mati dan
diganti oleh tanaman yang baru, meskipun demikian beberapa tanaman dapat
dipanen lebih dari satu kali panen seperti tomat, bayam, cabai, dan kangkung
potong. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat dalam budidaya tanaman
genjah, memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat seperti mencukupi
kebutuhan pangan keluarga dan meningkatkan pendapatan keluarga.
Sayuran itu sendiri merupakan salah satu komponen dari bahan makanan yang
sehat, dewasa ini kebutuhan sayuran semakin meningkat sejalan dengan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan. Oleh karena itu
maka perlu upaya yang dapat meningkatkan produksi tanaman dengan
melakukan pengembangan pertanian organik. Sehingga pengembangan
pertanian organik ke depan mempunyai prospek yang bagus, jika dikelola
dengan baik, dan menerapkan prinsip - prinsip pertanian berkelanjutan serta
menuju sistem pertanian terencana yang berkelanjutan (Amar Ma’ruf 2017).
Muncul Tunas
Urut Tanaman Panen Pertama
(dalam hari)
1 Bayam 21 - 25 HST 2 - 4+
2 Buncis 45 - 50 HST 3 - 7+
3 Kangkung 25 - 30 HST 3 - 5+
4 Kol 45 - 70 HST 3 - 9+
5 Mentimun 30 - 40 HST 1 - 3+
6 Pakcoy 30 - 45 HST 3 - 5+
8 Selada 40 - 50 HST 3 - 5+
Secara teknis menanam sayuran bisa dilaksanakan pada lahan dengan ukuran
luas maupun dilahan yang sempit, seperti lahan pekarangan atau sering dikenal
dengan urban farming (bagi masyarakat perkotaan yang memiliki lahan
pekarangan yang sempit), pada lahan dan menggunakan polybag.
102 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Jenis
No. Pengendalian
Tanaman Panen dan Pasca
Gambaran umum Penyiapan Benih Persiapan lahan Penanaman Perawatan Tanaman Hama dan
Panen
Penyakit
1 Bayam Bayam Perbanyakan dengan biji. Buat bedengan dengan Benih bayam ditebar Pada proses perawatan Hama yang Pemanenan mulai usia
(Amaranthus) Benih dari tanaman tinggi 30 cm, lebar 100 secara langsung hal yangpenting yaitu menyerang tanaman 25 setelah tanam dengan
Tumbuhan ini berumur sekitar 3 bulan. cm dan panjang dapat menggunakan tangan pengaturan air, terutama yaitu kutu daun, ulat tinggi berkisar 20 cm,
berasaldari Amerika Daya perkecambahan mengikuti keadaan atau saringan. Upayakan pada fase awal daun, tungau, serta panen rata-rata mencapai
tropis tersebar rendah. Benih baik dapat lahan, untuk jarak antar benih dapat disebar penebaran benih awal. karat putih. Pada usia 20 ton/ha. Tanaman ini
seluruh dunia. Jenis disimpan sampai 1 tahun bedeng 30 cm. Arah secara rata. Jumlah tebar Penyiraman dilakukan 2 tanam menginjak 2 baik dibudidayakan
tanaman ini juga dan tidak memerlukan bedengan dibuat dari benih yaitu 0,5 - 1 kalisehari, lakukan minggu, bila terlihat secara organik karena
dikenal sebagai masa dorman. Kebutuhan timur ke barat agar gram/m2. Lakukan penyiangan gulma daun menguning belum dijumpai
nabati sumber zat dalam 1 ha yaitu 5-10 kg. memperoleh cahaya pencampuran benih setelah bayam maka berikan pupuk serangan hama penyakit
besi yang yang secara langsung. pH dengan tanah dan pupuk berkecambah serta tambahan, seperti yang serius yang
pentingbagi tubuh. rendah < 6 netralkan kompos kemudian dapat membersihkan rumput menggunakan pupuk mengakibatkan
Budidaya tanaman dengan kapur atau ditebarkan pada yang tumbuh di sekitar kompos darikotoran kegagalan panen. Pupuk
bayam dapat dolomit, pH> 7 perlu bedengan. tanaman. ayam yang telah yangdibutuhkan juga
dilakukan secara dinetralkan difermentasi. sangat sedikit (cukup
organik dan non menggunakan belerang. dengan pupuk organik).
organik dalam Kebutuhan pupuk 10
perlakuannya. ton/ha, simpan selama
2-3 hari.
2 Buncis Buncis (Phaseolus Perbanyakan tanaman Tanah dibajak guna Masukan benih tanaman Penyiraman dilakukan Hama tanaman yang Buncis berbungan pada
vulgaris L.) masuk dengan menggunakan menggemburkan media buncis pada lubang bila terjadi kondisi menyerang yaitu usia tanam 40 hari.
dalam tanaman biji yang terseleksi. Buah tanam, campurkan tanam yang sebelumnya kekeringan. Naikan kumbangpemotong Kemudian di usia 50
polong - polongan dijemur sampai kering kapur secukupnya bila sudah dibuat, isi setiap tanah yang berada daun, dapat merusak hari sudah bisa
yang berasal dari dibawah sinar matahari kondisi tanah asam. lubang tanam sebanyak disekitaran tanaman jaringan pengangkut. dilakukan pemanenan.
amerika tengah dan langsung, kurang lebih 1- Tinggi bedengan 30 cm 2 biji bibit tanaman, pada usia tanam 2 Kumbang tersebut Sehari dapat dilakukan
selatan. Berumur 2 hari, kemudian kupas dengan lebar 100 cm setelah itu tutup dengan minggu, berguna untuk menyebabkan pemanenan sebanyak 2
pendek termasuk kulit buah untuk dan jarak antar bedeng tanah secara rata dan membersihkan tanaman tanaman kering dan kali dengan
dalam tanaman mengambilbijinya. 30 cm. Pupuk kandang lakukan penyiraman yang mengganggu. gagal berbungan, pemotongan, lakukan
hortikultura yang Simpan biji dalam botol atau kompos berkala, bila kondisi Pemasangan lenjer pada antisipasi dengan pemotongan secara
penting, karena kaca yang bersih, setelah dimasukan dalam tanah kering. Dalam 1 minggu ke-2, pemberian perlahan supaya bunga
banyak mengandung terisi penuh tutup lubang tanam, sekitar 1 ha lahan membutuhkan Gabungkan 4 lenjer biopestisida berasal tidak jatuh. Produksi
vitamin dan protein menggunakan abu kayu. genggaman tangan, kurang lebih 50 kg benih dipangkal atas. Pada dari ekstrak buah panen pertama dan
yang berguna dalam Abu kayu bermanfaat dalam 1ha tanaman tanaman. Tanaman minggu ke 3 lakukan gadung. Hama kedua berkisar sebesar
menurunkan tekanan untuk menyerap memerlukan kurang buncis berkecambah pemupukan susulan. tanaman yang 2-4 ton/ha. Panen
darah dan kelembaban pada botol lebih 20 ton pupuk atau pada usia tanam 3-7 hari. Pemberian pupuk menyerang lalat berikutnya akan
metabolisme gula tersebut. kompos, supaya Hari ke 7 tanaman sudah kompos kurang lebih 1 kacang, ulat bunga, mencapai puncak. Panen
darah. Kandungan hasilnya bagus biarkan mulaiberkecambah kepal tangan, dengan kutu daun, dari hasilbudidaya
serat enzim yang selama 2-3 hari. secara serempak. kebutuhan pupuk sekitar penggerek biji, dan tanaman buncis
tinggimembantu 20 ton/ha. ulat grayak. Langkah mencapai48 ton/ha
dalam menurunkan pengendaliannya
beratbadan. dengan cara kultur
teknis (merotasi
tanaman dan
penanaman
serempak).
3 Kangkung Budidaya kangkung Perbanyakan dengan biji, Lahan pengolahan Biji ditanam pada Penyiraman dilakukan 2 Hama yang Panen pada umur + 25
(Ipomoea reptana), dalam luasan 1 Ha tanah dengan bedengan dengan lubang kali dalam sehari. menyerang kutu HST, dengan cara
tanaman merambat dibutuhkan benih sekitar menggunakan cangkul tanam berjarak 20 x 20 Pengendalian hama daun, ulat grayak, mencabut kemudian
hidup di daerah 10 kg. Biji kangkung supaya tanah menjadi cm, satu lubang tanam dengan pengendalian dan penyakit memotongpada pangkal
perairan (tumbuhan termasuk dikotil atau gembur dengan 5-7 biji kangkung, guna gulma. 3 HST berikan tanaman yang tanaman kurang lebih 2
hidrofit), secara berkeping dua. Pada jenis kedalaman bidang olah memaksimalkan titik pupuk kandangpada menyerang yaitu cm di atas tanah.
organik dapat kangkung darat, biji yang 20-30 cm, kemudian tanam. Disarankan konsentrasi 4 kg/m2. karat putih, berasal Sebaiknya hasil panen
tumbuh disawah dan dihasilkan oleh tanaman dilanjutkan dengan dalam penanaman tambahkan juga POC dari Albugo ipomoea disimpan ditempat yang
lahan perkebunan dapat digunakan untuk membuat bedengan lakukang secara sebanyak 3 liter/ha pada reptans. Langkah tidak terkena sinar
holtikultura. Hasil perbanyakan tanaman dari arah barat ke timur berseling atau zigzag usia 1-2 minggu HST pengendalian dengan matahari langsung
olahan makanan dari secara generatif. supaya sinar matahari atau dengan model menggunakan sehingga tidak mudah
tanaman kangkung dapat masuk maksimal, larikan lurus/ berbaris.. pestisida nabati layu atau lakukan
menjadi tumis Lebar bedengan 100 karena mudah perendaman bagian
104 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
4 Kol Tanaman Kol Buat media semai dalam Pengolahan tanah Penanaman dengan Pemupukan diberikan Pemilihan bibit Potong bagian bawah
(Brassica oleracea bedengan sedalam 7 cm, dengan mencangkul jarak 50 x 50 cm jenis sebelum tanam dari tanaman yang bebas batang kemudian
L), tanaman ini lakukan pengolahan sedalam 20-30 cm. bertajuk lebar dan jenis hasil fermentasikotoran dari penyakit dapat sisakan 6 s/d 7 helai
berdaun hijau serta median tanah dan pupuk Bedengan dibuat dari bertajuk tegak 45 x 65 ayam, konsentrasi 4 menjadi upaya daun guna membungkus
mengandung organik perbandingan barat ke timur agar cm. Bibit yang baik kg/m2. Umur tanam 10, dalam pengendalian bunga, apabila keadaan
vitamin C, 1:1, sebelumnya berikan mendapatkan sinar untuk ditanam berumur 20 dan 30 hari berikan penyakit tanaman, bunga sudah padat.
sedangkan untuk kol naungan. Benih direndam matahari secara kurang lebih 1 bulan pupuk cair. Umur 2 upaya lain seperti Setelah dipanen
yang berdaun putih terlebih dahulu dengan maksimal. Ukuran memiliki 3-5 helaidaun. minggu berikan pupuk sanitasi kebun, rotasi sebaiknya hasil panen
mengandung larutan frevikur N bedengan lebar 100 cm, Kemudian lakukan urea pada konsentrasi 4 dalam tanaman dan disimpan pada tempat
Vitamin A serta kol sebanyak 0,1% selama 2 dengan tinggi 30 cm penanaman untuk 1 gr + ZA 9 gram, SP36 9 hindari tanaman teduh supaya tidak
bunga mengandung jam, lalu keringkan. benih dan jarak bedengan 40 lubang tanam di isi satu gram dan KCL 7 gram. yang mengalami mudah layu. Sortasi
vitamin B. Suhu ditanam secara rata, cm serta panjang bibit tanaman. Umur 4 minggu HST kerusakan akibat tanaman dilakukan
udara rendah dan dengan sebelumnya disesuaikan dengan berikan tambahan gigitan serangga. untuk memisahkan
lembab dengan pH melakukan penyiraman kondisi lahan dan pupuk anorganik seperti Bila tanah masam bagian tanaman yang
tanah berkisar 6-7. terlebih dahulu, disarankan tidak lebih urea 2 gram + ZA 4,5 lakukan pengapuran tua, busuk dan sakit.
kemudian media semai dari 15 m. Sebelum gram/tanaman. dan membuang
dapat ditutup kembali. tanam lakukan tanaman yang
pengapuran dengan terserang. Pestisida
konsentrasi 2 t/ha ( pH yang dipakai aman
tanah < 5,5). terhadap tanaman
seperti pestisida
biologi dan pestisida
nabati.
5 Mentimun Mentimun (Cucumis Media pada Pengolahan tanah Jumlah daun 2-3 helai Pembersihan gulma Hama tanaman yang Umur tanam 75-85
sativus L.) perkecambahan dengan cara sudah bisa ditanam. dibarengi dengan menyerang seperti panen pertama, masa
merupakan falimi menggunakan pasir mencangkul 30-35 cm Penanaman berbaris 30 pemberian pupuk kumbang, panen tersebut
dari Cucuebitaceae. (sudah disaring halus), pada lahan tanam, x 40 cm jarak untuk kompos, sedangkan menyebabkan daun berlangsung sekitar 1-
Mentimun dapat tebal media 7-8 cm, alur balikan tanah dan tanaman, buat rambatan penyuluman bisa berlubang, 1,5 bulan. Pada masa
diolah menjadi tanam dibuat sedalam 1 biarkan 2 minggu. model tunggal dan ditemukan tanaman sedangkan kumbang panen, mentimun
makanan segar, cm dan jarak tanam Pengapuran dilakukan ganda dengan lubang yangmati. Pengajiran totol hitam membuat mengalami kehilangan
bahan dasar acar dan tanaman 5 cm, panjang pada usia tanam 3-4 tanam berupa alur. Jarak umur 5 HST berfungsi kerusakan pada kandungan air yang
bisa juga sebagai alur 4 cm (sesuaikan minggu dengan kapur tanam sistem rambatan sebagai tempat daun. Upaya dalam banyak sehingga
Jus/minuman. panjangbak). Bila sudah dolomi, pHtanah < 6 piramida 60 x 90 cm. merambat. Umur 3 penanggulangan mengakibatkan buat
Mentimun mampuh berkecambah benih konsentrasi 1 t/ha, Sedangkan persegi minggu lakukan hama tersebut akan keriput dan layu.
tumbuh dengan baik dipindahkan pada media kemudian bersihkan panjang jarak tanam 50 pemangkasan. dilakukan secara Maka dari itu setelah
pada iklim yang dipolybag. Pindahkan gulma, rumput, pohon x 80 menggunkan Penyiraman 2 kali langsungdengan panen lakukan
baik, optimum pada bibitke lapangan setelah lain. Buat bedengan sistem rambatan para- sehari selama 15-30 mengambil hama penyimpanan pada
pertumbuhan di berdaun 3-4helai dan lebar 100 cm dengan para. menit. tersebut, membuang tempat yang sejuk.sejuk.
iklim keringpada berumur 12 hari. tinggi 30 dan 30 cm telur, larva, imago
ketinggian 400 mdpl, untuk jarak antar sebagai sumber
dengan temperatur bedengan. Komposkan inokulum penyakit
21,1°C - 26,7°C. pH pupuk kandaqng berikutnya..
6-7 dengan tektur sebanyak 0,5 kg, pada
berkadar liat rendah. setiap lubang tanam
pada 2 minggu sebelum
tanam.
Bab 7 Aplikasi Sistem Pertanian Organik pada Budidaya Sayur Umur Genjah 105
6 Packhoy Tanaman Packhoy Media bedengan yaitu Pembuatan media Penanaman bibit dapat Penyiraman 2 kali Sanitasi lahan dan Panen tanaman Packhoy
(Brassica rapa L.) pupuk organik, dicampur semaidengan cara dilakukan pada umur 21 sehari. Penyulaman drainase sangat perlu umur 45 hari. Produksi
termasuk kedalam bersama tanah 1:1 mencangkul pada hari, setelah ditanam umur 1 minggu, diperhatikan guna skala kecil hingga 10-20
sayuran genjah atau dengan ketebalan semai 7 kedalaman 30 cm, agar kemudian bibit pembersihan gulma sebagai kontrol t/ha . Hasil panen
berumur pendek (+ cm. Rendam benih tanah menjadi gembur. dipindahkan ke umur 2 minggu. dalam budidaya ini. tanaman pakcoy tidak
45 hari). Sayuran menggunakan previkur N Bedengan dibuat searah bedengan yang Lakukan pemupukan Gunakan pupuk dapat bertahan dengan
yang menjadi salah dengan konsentrasi 0,1% daribarat ke timur sebelumnya sudah pada usia 3 hari setelah organik yangmudah umur simpan sekitar 10
satu tanaman penting kurang lebih 2 jam, supaya sinar matahari dibuat, dengan jarak tanam, daripupuk larut sepertipestisida hari. Supaya kualitasnya
dibudidayakan di setelah itu keringkan. dapat masuk dengan tanam 30 x 30 cm. Pada organik hasilfermentasi dari bahan organik. tetap baik maka
Asia. Daun tanaman Benih ditebar pada baik, luas bedengan media tanam kotoran ayam, Pengaturan tempatkan pada wadah
bertangkai dengan bagian atas bedengan, lebar 120 cm, dengan sebelumnya telah konsentrasi 2-4 kg/m2. pemberian pupuk yangberlubang.
warna hijau tua. sebelumnya sudah tinggi 30 cm, dan jarak dilakukan penyiraman Berikan urea umur 2 pestisida seperti
Tangkai daun disiapkan, dengan ukuran bedengan 30 cm. terlebih dahulu. minggu dengan pemilihan bahan
melekatpada batang 1 x 10 m, bagian atas Lakukan pengapuran konsentrasi 100 kg/ha. dasar pupuk, takaran
tangkai yang semai dtutup bilah pHtanah asam Tambahkan pupuk cair konsentrasi, volume
tertekan, tinggi menggunkan jerami menggunakan dolomit 3 liter/ha, umur 10 - 20 penyemprotan, dan
tanaman berkisar kering selama 2 hari. agar dapat menaikan setelah tanam. waktu penyiraman.
sekitar 15-30 cm. derajatkeasaman
dengan konsentrasi 1,5
t/ha, dilakukan pada
usia tanam 4 minggu.
7 Sawi Tanaman sawi Kebutuhan benih sawi Lakukan pengeolahan Penanaman dapat Penggemburan media Jenis hama yang Pemanenan dengan
(Brassica juncea L.) 650 gr/ha. Lakukan media tanam dengan dilakukan bila tanaman tanam dapat dilakukan menyerang ulat daun mencabut tanaman,
Komoditas baik perendaman benih kedalaman 30 cm, sudah berdaun 3-4 helai, berbarengan dengan kubis, gunakan kemudian potong pada
untuk dibudidayakan selama 2 jam, ketebalan bedengan dibuat arah adapun jarak tanam penyiangan lahan atau diadegma bagian pangkal tanaman.
dan memiliki nilai media 7 cm. Media barat ke timur, ukuran yangdianjurkan disesuaikan dengan semiclausuma Pemanenan pada umur
komersil yang baik, berasaldaripupuk bedengan lebar 100 cm, berukuran 20x20 cm. sebaran gulma. sebagai parasitoid 40 hari setelah tanam.
mengandung organik yang dicampur dengan tinggi 30 cm Lakukan penanaman Sebelum usia tanaman 3 hama Plutella Bila hasil panen
vitamin A. Tanaman dengan tanah dan panjang pada sore hari karena hari lakukan xylostella untuk disimpan maka
ini mempunyai perbandingan 1:1. Setelah disesuaikan pada suhu dan kelembaban pemupukan, pupuk dari mengendalikan tempatkan pada tempat
prospek baik untuk benih ditanam lakukan kondisi lapangan. Jarak media tanam tidak kotoran ayam hama tersebut. yang tidak terkena sinar
diusahakan di penutupan media semai bedengan kurang lebih kerlalu tinggi. Bila difermentasi, Gunakan pestisida matahari langsung,
indonesia dilihat dari pada bagian atasnya, 30 cm. pHlahan rendah ditemukan tanaman konsentrasi pemberian yang mudah larut Sortasi dilakukan pada
aspek klimatologi, kemudian ditambahkan bisa dilakukan yang mati maka lakukan 2-4kg/m2. tambahkan seperti pestisida tanaman, guna
aspek teknis, aspek ditutup dengan pengapuran pada penyulaman. pupuk urea sebanyak nabati, dalam menseleksi tanaman tua,
ekonomi dan sosial. menggunakan alang- minggu ke 2-4 sebelum 150 kg/ha. Kemudian penggunaanya dapat tanaman busuk atau
Sebagai tanaman alang selama 2-3 hari. tanam. tambahkan POC 3 diatur sesuai tanaman sakit.
sayuran organik liter/ha. kebutuhan dan
sebagai olahan aturan pakai.
makanan yang
bernilai gizi.
8 Selada Tanaman Selada Penyemaian biji Pengolahan media Bibit ditanam bila sudah Penyemaian 2 kali Hama tanaman yang Umur 2 bulan setelah
(Lactuca sativa L) dilakukan terlebih dahulu. tanam dengan memiliki 3-4helaian sehari, Penyulaman menyerang antara tanam sudah bisa
Famili compositae Setelah penanaman benih mencangkul sedalam daun, setelah itu setelah tanam pada usia lain ulat daun, dipanen, potongpangkal
termasuk dalam diratakan kembali pada 20-30 cm, setelah pindahkan ke media 10 hari. Pemupukan nyamuk kecil, batang bagian bawah
sayuran berumur media bedengan. Media media diolah tanam di bedengan. umur 3 hari, dengan belalang. tanaman. Hasil panen
semusim. Tanaman tanam dari pupuk organik dilanjutkan dengan Jarak tanam 25x25 cm, pupuk organik hasil Pengendalian yang baik berkisar 15
ini menjadi tanaman dicampur dengan tanah 1: pembuatan bedengan, (tergantung jenis). Bila fermentasi pada dengan cara mekanik ton/ha. Tanaman salada
favorit masyarakat 1. Setelah benih ditanam arah bedengan dibuat jenis bibit tanman konsentrasi 3 kg/m2. atau secara langsung mudah layu setelah
yangdijadikan dapat ditutup dengan membujur ke barat - semakin besar atau pada usia 2 minggu dengan dipungut dipanen maka dari itu
sebagai salado. jeramikering selama 3 timur, dengan lebar tinggi maka semakin tambahkan pupuk urea oleh tanaman, untuk menjaga
Tumbuhan dengan hari. Pemindahan bibit bedengan 1 m, 0,3 m, lebar juga untuk jarak 150 kg/ha. Berikan Pestisida yang kualitasnya, lakukan
baik pada mkondisi dilakukan pada umur 7-8 dengan panjang 15 cm tanamnya. campuran pupuk urea dipakai mudah larut perendaman pada bagian
lahan yang harikedalam pot plastik dan jarak bedengan 30 dan organik pada setiap seperti Pestisida akar tanaman didalam
mengandunghumus, atau polybag. cm. pHrendah lakukan tanaman. Tambahkan nabati, pestisida air.
dengan pHberkisar pengapuran juga pupuk cair 3 biologi. Penyakit
5-6,5. menggunakan liter/ha, umur 10 dan 20 tanaman yang
dolomite, dengan hst. menyerang antara
konsentrasi 1,5 t/ha, lain cacar daun dan
aduk secara merata bercak hitam pada
tanah pada lahan. daun.
106 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Kelebihan:
Adanya peran probiotik dalam pembuatan bokashi, dapat mempersingkat
proses fermentasi menjadi cepat, berkisar selama 4 - 7 hari dalam prosesnya.
Hasil dari bokashi tidak mengeluarkan bau, tidak mudah membusuk, tidak
panas, tidak mengandung hama dan penyakit, baik menjaga pertumbuhan dan
produksi tanaman.
2. Pupuk Organik Cair
pada tanaman (bukan pada batang tanaman) tidak dilakukan tiap hari,
cukup 3 hari sekali.
Catatan: MOL hijau berwarna hijau pekat dan berbau agak
menyengat.
c. POC Bahan Sabut Kelapa
Sebagai pengganti pupuk kimia (KCL), panen hasil pemberian pupuk
cair ini tidak berbeda jauh dengan hasil panen yang didapat dari
pemberian pupuk kimia.
8.1 Pendahuluan
Masyarakat di seluruh dunia telah melaksanakan praktek budi daya tanaman
sejak ribuan tahun yang lalu. Praktek budi daya tanaman yang telah
dilaksanakan dalam berbagai bentuk, salah satunya pertanian organik.
Pertanian organik merupakan bentuk pertanian yang tidak menggunakan
bahan kimia sintetik dalam pelaksanaan budi dayanya. Dalam pelaksanaan
budi dayanya, pertanian organik dilaksanakan dengan memanfaatkan ekologi
hutan sebagai kebun hutan atau perladangan. Sistem pemanfaatan ekologi
hutan itu merupakan sistem pelaksanaan budi daya tanaman yang
menghasilkan sumber pangan pada masa prasejarah.
Sejak praktek bercocok tanam di masa prasejarah, pertanian organik telah
dilaksanakan secara tradisional dengan memanfaatkan bahan-bahan yang
bersumber dari alam. Dalam perkembangannya, pertanian organik modern
112 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik berupa
kompos dan pupuk kandang dewasa ini sudah biasa digunakan petani untuk
memperbaiki produktivitas tanah. Kompos adalah hasil penguraian parsial dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembab, dan aerobik atau anaerobik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang
esensial bagi tanaman. Dengan penambahan kompos ke dalam tanah akan
memacu perkembangan mikroorganisme dalam tanah sehingga gas CO2 yang
dihasilkan mikroorganisme akan dipergunakan untuk fotosintesis tanaman dan
menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan (Suhastyo, 2017). Pembuatan
pupuk kompos berikut adalah kompos pupuk kandang sapi yang dimodifikasi
dari (Ratriyanto et al., 2019).
Bahan yang digunakan antara lain:
1. Pupuk kandang sapi sebanyak 200 kg.
2. Arang sekam/arang serbuk gergaji sebanyak 200 kg
3. Dedak padi halus sebanyak 10–20 kg
4. Gula pasir ¼ kg
5. Bioactivator (EM-4, Biang Kompos) sebanyak 1 l
6. Air secukupnya
Cara pembuatan:
1. Dilarutkan bioaktivator atau biang kompos ke dalam 200 liter air. Air
yang dicampurkan dengan bioaktivator selanjutnya ditambahkan gula
pasir sebanyak 2 kg. Larutan bioaktivator yang sudah ditambah gula
selanjutnya diaduk hingga merata (homogen).
2. Semua bahan (jerami, sekam padi, dedak halus dan kotoran ternak)
dicampur dan diaduk secara merata. Setelah semua bahan tercampur
merata kemudian campuran bahan dibuat berlapis-lapis sesuai
keinginan.
3. Bahan-bahan kompos yang telah diaduk rata dan disusun berlapis-
lapis tersebut selanjutnya ditempatkan di lokasi yang teduh dengan
ukuran gundukan disesuaikan.
4. Bahan-bahan kompos yang telah tercampur disiramkan larutan
bioaktivator secukupnya secara merata.
5. Jika gundukan bahan dibuat secara berlapis, maka setelah disiram
dengan larutan bioaktivator, maka adonan berikutnya dinaikkan lagi
secara berlapis, dan di atasnya disiram lagi dengan larutan
bioaktivator, begitu seterusnya sampai bahan tadi habis.
6. Setelah selesai penyiraman dengan larutan bioaktivator, gundukan
bahan tersebut ditutup dengan terpal atau karung goni sampai rapat
(Gambar 8.2).
7. Setelah 24 jam, suhu bahan-bahan kompos dikontrol. Jika suhu dalam
bahan-bahan kompos tersebut mencapai 500 ℃ atau lebih, maka
penutup bahan campuran kompos harus dibuka. Setelah penutup
dibuka dilakukan pembalikan agar suhunya kembali normal. Setelah
dilakukan pembalikan bahan kemudian ditutup kembali.
8. Pengecekan suhu selanjutnya dilakukan setiap 5 jam.
9. Setelah 7 hari pupuk kompos sudah dapat digunakan sebagai pupuk
organik.
10. Ciri pupuk kompos yang jadi diantaranya bila bahan dikepal, air tidak
menetes dan jika kepalan tangan dibuka, bahan mengembang dan
punya aroma bau yang khas (Lasmini, Monde and Nasir, 2020).
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 115
Cara pembuatannya:
1. Disiapkan tempat pengomposan atau disebut komposter, yang dapat
dibuat dari wadah plastik (galon) cukup tebal yang dilengkapi dengan
tutup.
2. Wadah plastik (galon) yang digunakan sebagai komposter dibiarkan
tertutup rapat selama pengomposan. Komposter selanjutnya
dihubungkan dengan pipa/ selang plastik yang dipasang rapat pada
tutupnya.
3. Ujung pipa/ selang plastik lainya dicelupkan pada botol yang bersi air
sekitar 2/3 bagian. Pemasangan pipa/ selang plastik itu bertujuan
sebagai saluran pembuangan gas hasil fermentasi tanpa adanya udara
masuk ke dalam komposter
4. Hijauan yang telah dikumpulkan dicincang 1 cm kemudian
dimasukkan ke dalam komposter melalui tutup komposter.
5. Kotoran ternak yang telah matang juga dimasukkan ke dalam
komposter bersama hijauan yang telah dicincang
6. Terasi dan gula merah terlebih dahulu dilarutkan dengan air dan
selanjutnya dimasukkan ke dalam komposter yang berisi hijauan dan
kotoran ternak
7. Komposter yang telah berisi campuran pupuk cair selanjutnya
ditambahkan bakteri EM4 dan air. Penambahan air diupayakan
hingga memenuhi perbandingan campuran bahan organik dan air
sekitar 2:1
8. Komposter selanjutnya ditutup kencang dan memasukkan ujung
selang penghubung dengan botol berisi air.
9. Komposter selanjutnya disimpan di tempat sejuk dan teduh.
10. Pengadukan bahan organik di dalam komposter dapat dilakukan
setelah dua hari pengomposan
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 117
Tabel 8.1: Bahan pokok (hijauan dan kotoran ternak) dan hasil analisa kimia
pupuk organik cair (Kasmawan, 2018)
Bahan pokok pupuk Kandungan pupuk cair
Hijauan Limbah ternak N (%) P (mg/L) K (mg/L)
Bayam dan kangkung Kotoran babi 0,04 146.7 296,4
Daun gamal, pandan, bunga Kotoran babi 0,07 153,75 246,48
Kulit pisang Kotoran sapi 0.06 112,31 556,47
Rumput liar dan tebu Kotoran sapi 0,07 117,41 663,98
Daun gamal Kotoran sapi 0,16 145,67 251,47
Cara membuat:
1. Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk atau dihaluskan.
2. Seluruh bahan diaduk dalam 20 liter air kemudian direndam selama
24 jam.
3. Setelah itu larutan disaring dan larutan hasil penyaringan diencerkan
kembali.
4. Untuk 1 liter dapat dilarutkan dengan 30 liter air dan larutan tersebut
dapat digunakan untuk 1 hektar.
8.6.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan yang meliputi penyiraman, pemupukan,
penyiangan, penyulaman, penyiangan, dan pengendalian hama penyakit.
Penyiraman dilakukan apabila tanah kering. Pemupukan dilakukan sesuai
dengan dosis anjuran. Penjarangan dilakukan apabila jarak tanam terlalu rapat.
Penjarangan dilakukan untuk menghindari adanya kompetisi makanan dan
juga mencegah kelembaban. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang
mati. Penyiangan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dapat dilakukan
secara manual dengan cara dicabut menggunakan tangan atau menggunakan
alat. Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan penyemprotan
pestisida nabati pada saat terlihat gejala penyakit dan serangan hama.
8.6.4 Pengairan
Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari pada pagi dan sore hari.
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Pada musim hujan tidak
perlu dilakukan penyiraman. Pada musim hujan, air yang turun biasanya
mampu untuk mencukupi kebutuhan air yang diperlukan sayuran. Pada saat
hujan deras, air berlimpah sehingga harus disalurkan dari areal pertanaman
melalui parit yang merupakan jarak antar bedengan. Hal ini dilakukan supaya
sayuran tidak tergenang oleh air.
8.6.5 Panen
Panen sayuran harus memperhatikan beberapa hal yaitu waktu panen, umur
panen, cara panen, serta penggunaan alat bantu berupa pisau untuk
mengurangi kerusakan terhadap sayur yang dipanen. Masa panen setiap
sayuran berbeda-beda. Sayuran yang dipanen harus sudah mencapai tingkat
perkembangan umur dan fisiologi panen. Ciri-ciri sayuran yang siap dipanen
122 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
yang akan dijadikan standar dalam menentukan waktu panen, seperti umur
tanaman, keadaan fisik berupa warna atau bentuk. Umur tanaman dapat
dihitung dari saat tanam, yaitu biji yang ditanam atau disemai.
Panen sebaiknya dilakukan pada saat tidak turun hujan dan berkabut. Bila
dipanen ketika daun masih basah, dapat menyebabkan daun rapuh, mudah
rusak, dan mudah terinfeksi. Panen dapat dilakukan pada waktu pagi, siang
atau sore. Namun waktu panen yang dianjurkan sebaiknya dilakukan pada sore
hari, karena sayuran yang akan dipasarkan, pada pagi hari sudah sampai pada
konsumen.
11. Tang
12. Gunting
Cara membuat:
1. Diukur talang air sepanjang 1 m kemudian dipotong
2. Ditutup bagian ujung talang air yang telah dipotong dengan
menggunakan penutup (Gambar 8.5).
Gambar 8.6: Bagian Bawah Talang Dilubangi Untuk Mengeluarkan Air yang
Berlebih (Werdhany, 2012)
126 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
4. Pasang pengait pada tembok kemudian letakan talang air yang telah
dipotong pada tembok
5. Wadah tanam media vertikultur juga dapat disusun di rak besi secara
bertingkat
6. Wadah tanam media vertikultur siap diisi media tanam untuk budi
daya sayuran daun.
Pembuatan wadah tanam vertikultur dengan menggunakan pipa air, bahan dan
alat yang diperlukan:
1. Pipa air
2. Pot ukuran sedang
3. Tanah, kompos
4. Sekam
5. Serutan, atau gergaji
6. Gergaji besi
7. Kayu
8. Lampu spritus
9. Spidol
Cara membuat:
1. Diukur pipa air sepanjang 1 m kemudian dipotong.
2. Dibagi pipa air menjadi empat bagian secara vertikal lalu buat garis
dengan menggunakan spidol
3. Diukur 10 cm pada garis yang sudah dibuat pada pipa secara spiral
lalu tandai dengan menggunakan spidol (Gambar 8.6).
Bab 8 Bimbingan Teknik Budi daya Sayuran Organik Bebas Residu Pestisida 127
Gambar 8.7: Pipa dibagi menjadi empat bagian secara vertikal dan dibuat
garis secara spiral (Werdhany, 2012)
4. Gergaji pipa air pada tanda yang sudah dibuat, usahakan berkas
gergaji tidak lebih dari 5 cm.
5. Dipanaskan bagian bawah hasil gergaji, kemudian ungkit lubang
bekas gergaji ke arah luar dengan menggunakan kayu sehingga
terbentuk lubang.
6. Wadah tanam media vertikultur siap diisi media tanam untuk budi
daya sayuran daun (Gambar 8.7).
Gambar 8.8: Media vertikultur pipa air siap digunakan untuk budi daya
sayuran organik (Werdhany, 2012)
128 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Bab 9
Pemberdayaan Lahan
Pekarangan Untuk Budi daya
Sayur Berorientasi Organik
9.1 Pendahuluan
Lahan pekarangan merupakan salah satu salah satu cara alternatif demi
mewujudkan ketersediaan pangan, ketahanan serta kemandirian pangan dalam
rumah tangga. Alternatif tersebut adalah teknik agroekosistem yang baik
dalam mencukupi kebutuhan hidup petani atau pemiliknya, memiliki potensi
yang tidak kecil, bahkan dapat bermanfaat jauh lebih besar bagi kesejahteraan
masyarakat sekitar dan pemenuhan kebutuhan pasar, sehingga dapat
meningkatkan penghasilan petani atau kesejahteraan masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan gizi (Jayaputra, Nurrachman, Santoso, dan Jaya, 2020).
Lahan pekarangan adalah lahan terbuka yang berada di sekitar rumah tinggal
memberikan lingkungan yang menarik dan nyaman serta sehat. Penghuni akan
betah tinggal dirumah, jika di sekitar rumah dipelihara dengan baik dan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan keinginan seperti menanam tanaman yang
130 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Tabel 9.1: Persentase Luas Lahan Pertanian Organik terhadap Total Lahan
Organik Dunia (Khorniawati, 2014)
Wilayah Luas Pertanian (ha) Lahan Pertanian Organik (%)
Uni Eropa 8.346.372 4.7
Oceania 12.152.108 2.8
Eropa 9.259.934 1.9
Amerika Latin 8.558.910 1.4
Amerika Utara 2.652.624 0.7
Asia 3.581.918 0.3
Afrika 1.026.632 0.1
Total 37.232.127 0.9
4. Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan pada pagi hari atau sore hari sampai
matahari mulai terbenam. Pupuk yang digunakan yaitu dari bahan
organik seperti pupuk bokashi, pupuk kompos, dan pupuk kandang
(Widyawati, dan Rizal, 2015).
5. Penyiangan
Tahap selanjutnya yaitu penyiangan untuk mengendalikan gulma dan
tanaman pengganggu. Penyiangan dilakukan pada masa sepertiga
sampai setengah dari umur tanaman. Pengendalian gulma dilakukan
secara kultur dengan pengaturan jarak tanam dan secara mekanis
dengan melakukan pembabatan serta secara kimia menggunakan
herbisida (Widyawati, dan Rizal, 2015).
6. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara di sekitar
tanaman dan memperkokoh tanaman agar tidak mudah rebah,
menutupi bagian tanaman di dalam tanah. Tahap pembumbunan
dilakukan sesuai dengan tingkat erosi tanah di bawah tanaman.
Penyiraman dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman obat
dilakukan penyiraman dengan gembor, selang atau alat lain untuk
lahan pada skala luas (Widyawati, dan Rizal, 2015).
7. Pengendalian hama penyakit
Pemberian pestisida alami dibuat dengan cara ekstrak tanaman seperti
daun sirsak, sereh, lengkuas, daun brotowali, biji mimba, daun
tembakau, daun sirih, daun brotowali. Pengendali penyakit dilakukan
dengan cara memusnahkan tanaman terserang sehingga tidak
menulari tanaman lainnya. Untuk penyakit virus yang
penyerbukannya diperantarai serangga seperti kutu pucuk, kutu daun,
maka pengendalian dilakukan dengan cara menghalangi serangga
vektor melalui aplikasi pestisida alami (Widyawati, dan Rizal, 2015).
8. Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara sistem cabut akar (sawi, selada,
kangkung, seledri, bawang daun, bayam. Pemanenan sayuran
dilakukan secara bertahap sesuai dengan fase pematangan buah dan
136 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
10.1 Pendahuluan
Pada masa era revolusi hijau, masyarakat disuguhkan teknologi pertanian
dengan muatan input luar tinggi, yang berdampak negatif pada lingkungan dan
manusia, seperti penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia. Pemakaian
bahan kimia yang dilakukan oleh para petani konvensional terdahulu sifatnya
hanya menyuburkan tanaman secara cepat, instan, singkat dan akhirnya
membuat petani menjadi bergantung dan dapat mematikan unsur hara dalam
tanah sebagai sumber utama secara perlahan-lahan (MS & NQ, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 90% produk- produk pertanian
di Indonesia diproduksi dengan menggunakan bahan anorganik, seperti pupuk
dan pestisida kimia, sehingga kemungkinan besar produk pertanian Indonesia
tidak dapat memenuhi standar internasional dan tidak diminati oleh pasar
internasional. Hal tersebut dikarenakan semakin meningkatnya kesadaran
140 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
molybdenum (Mo) dan Aluminium (Al). Pupuk organik yang dibuat dengan
bahan baku yang lengkap bisa mengandung semua kebutuhan unsur hara
tersebut.
Tabel 10.1: Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik (Suriadikarta dan
Setyorini, 2006)
Kandungan
No Parameter
1 C-organik (%) >12 ≥ 4,5
2 C/N ratio 10-25 -
3 Bahan ikutan (%) (krikil, ≤2 -
beling, dan plastik)
4 Kadar air (%)
- Granula 4-12 -
- Curah 13-20 -
5 Kadar logam berat
- As (ppm) ≤10 ≤ 10
- Hg (ppm) ≤1 ≤1
- Pb (ppm) ≤ 50 ≤ 50
- Cd (ppm) ≤ 15 ≤ 10
6 pH 4-8
7 Kadar total
- P2O5 (%) <5 <5
- K2O (%) <5 <5
8 Mikroba patogen
(E coli, Salmonella) dicantumkan dicantumkan
9 Kadar unsur mikro (%)
- Zn, Cu, Mn Maks 0,500 Maks 0,2500
- Co Maks 0,002 Maks 0,0005
-B Maks 0,250 Maks 0,1250
- Mo Maks 0,001 Maks 0,0010
- Fe Maks 0,400 Maks 0,0400
kandang dan pupuk kompos. Pupuk organik padat atau cair digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan organik
berupa; kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan,
tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri
yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah). Di Indonesia
bahan organik sebagai bahan baku pupuk organik biasanya berasal dari sisa
atau limbah panen hasil pertanian dan seringkali juga dari non pertanian.
Tabel 10.3: Sumber bahan dan bentuk pupuk organik yang umum digunakan
di Indonesia (Kurnia et al., 2001)
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan
limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi
secara aerobik dan lembab serta panas yang secara biologis dibantu oleh
mikroorganisme seperti bakteri, fungi dan aktinomiset, di mana dalam
prosesnya merubah bahan organik menjadi senyawa- senyawa yang sederhana,
melepaskan sejumlah hara (mineralisasi) yang dikandung bahan organik,
menyisakan bahan-bahan organik yang resisten dan relatif stabil serta
melepaskan karbon dioksida (CO2) (Agustian and Agustian, 2010).
Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami,
sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung,
dan sabut kelapa. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan Azolla. Sedangkan,
bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran
ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas.
Bab 10 Teknologi Produksi Pupuk dan Pestisida Berbahan Dasar Material Organik 145
Pada prinsipnya proses pengomposan dapat dibagi atas dua tahap. Pada tahap
pertama pengomposan (1-2 hari) merupakan tahap aktif, di mana kelompok
mikroorganisme mesophilic (aktif pada rentang temperatur 35-450C) mulai
menginisiasi dekomposisi senyawa organik. Inbar and Chen (1993),
mengungkapkan setelah tahap aktif proses berlanjut ke tahap kedua yaitu tahap
pematangan di mana tahap ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam
pengomposan. Pada tahapan ini aktivitas mikroba menyebabkan temperatur
terus naik sampai 55-600C.
Pada kondisi ini mikroba thermophilik berperan aktif dan merombak dengan
cepat (sedapat mungkin temperatur dipertahankan sampai akhir
pengomposan). Jika temperatur melebihi rentang temperatur tersebut maka
diperlukan pembalikan bahan untuk menjaga agar mikroba thermophilik tidak
mati. Aerasi dan kelembaban merupakan kondisi yang perlu dikontrol untuk
mendapatkan temperatur dibutuhkan oleh mikroorganisme selama
pengomposan.
Lamanya waktu pengomposan berkaitan erat dengan temperatur pengomposan
dan karakteristik bahan yang dirombak. Jika bahan banyak mengandung bahan
yang mudah dirombak maka proses dapat berlangsung dengan cepat,
selanjutnya melambat jika bahan yang tersisa adalah bahan yang relatif sulit
dirombak seperti selulosa dan lignin. Tingginya kandungan selulosa dan lignin
146 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Kandungan unsur hara kompos yaitu Nitrogen sebesar 0,1-0,6%, Fosfor 0,1-
0,4%, Kalium 0,8-1,5%, dan Kalsium 0,8-1,5%. Tanaman yang dipupuk
dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang
dipupuk dengan pupuk kimia, misal hasil panen lebih tahan disimpan, lebih
berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat bagi
tanaman menurut Isroi (2008), yaitu meningkatkan kesuburan tanah,
memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas serap air
tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil
panen (rasa, nilai gizi dan jumlah panen), menyediakan hormon dan vitamin
bagi tanaman, menekan pertumbuhan atau serangan penyakit pada tanaman,
meningkatkan retensi atau ketersedian hara di dalam tanah.
Dari segi ekonomi penggunaan pupuk kompos ini dapat menghemat biaya
untuk transportasi dan penimbunan limbah, mengurangi ukuran atau volume
limbah, memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
Sedangkan manfaat dalam aspek lingkungan sebagai berikut mengurangi
148 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Pupuk kandang adalah pupuk yang terbentuk dari kotoran ternak, yang berasal
dari kotoran hewan seperti unggas, sapi, kerbau dan kambing. Ternak yang
dipelihara masyarakat dan oleh peternakan, menghasilkan kotoran yang
berguna untuk bahan baku pupuk. Kotoran ternak dapat diambil dari kotoran
ternak Kuda, Sapi, Kambing, Babi, Ayam, dan lain sebagainya. Kotoran
terkumpul dan dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk
kandang. Jika dilihat dari bentuknya pupuk kandang terdiri dari pupuk
kandang padat dan pupuk kandang cair.
Pupuk kandang padat
Pupuk kandang padat banyak mengandung unsur hara makro, seperti; fosfor,
nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk
kandang, diantaranya kalsium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan
molibdenum. Pupuk kandang (pukan) padat yaitu kotoran ternak yang berupa
padatan baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai
sumber hara terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia,
biologi, dan fisik tanah.
Penanganan pukan padat oleh petani umumnya: kotoran ternak besar
dikumpulkan 1-3 hari sekali pada saat pembersihan kandang dan dikumpulkan
dengan cara ditumpuk di suatu tempat tertentu. Petani yang telah maju ada
yang memberikan mikroba dekomposer dengan tujuan untuk mengurangi bau
dan mempercepat pematangan, tetapi banyak pula yang hanya sekedar
ditumpuk dan dibiarkan sampai pada waktunya digunakan ke lahan.
Bab 10 Teknologi Produksi Pupuk dan Pestisida Berbahan Dasar Material Organik 149
Pupuk hayati adalah produk biologi aktif terdiri atas mikroba yang dapat
meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah
(Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.140/10/, 2011).
Mikroorganisme hidup yang terkandung dalam pupuk hayati memiliki
kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan nutrisi
penting bagi tanaman. Selain untuk penyubur tanah dan menyediakan hara
bagi tanaman penggunaan mikroba juga sebagai metabolit pengatur tumbuh
tanaman, serta melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit. Teknologi
pupuk hayati merupakan penggunaan produk biologi aktif yang terdiri dari
mikroba penyubur tanah untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan
dan kesehatan tanah.
Pupuk hayati bekerja tidak seperti pupuk organik biasa yang bisa langsung
meningkatkan kesuburan tanah dengan menyediakan nutrisi untuk tanaman.
Pupuk ini secara alami menyediakan nutrisi melalui proses gradual dengan
cara memfiksasi unsur N dari atmosfer, melarutkan fosfor dan mensintesis zat-
zat lain yang dibutuhkan tanaman. Jadi, dengan pupuk hayati siklus
penyuburan tanah akan berlangsung terus menerus dan secara berkelanjutan.
Pupuk hayati dibuat dengan mengisolasi bakteri-bakteri tertentu seperti
Azotobacter choococum yang berfungsi mengikat unsur-unsur N, Bacillus
megaterium bakteri yang bisa melarutkan unsur P dan Bacillus mucilaginous
yang bisa melarutkan unsur K. Mikroorganisme tersebut bisa didapatkan di
tanah-tanah hutan, pegunungan atau sumber-sumber lain (Dinas Pertanian
Buleleng, 2014).
Beberapa contoh produk pupuk hayati yang dikembangkan oleh Balai
Penelitian Tanah Kementerian Pertanian, menurut (Rasti Saraswati and
Purnomo, 2020), yaitu Pupuk Mikroba Multiguna (PMMg) Rhizoplus untuk
kedelai, Mikroflora Tanah Multiguna (MTM) Nodulin untuk tanaman legum,
Bab 10 Teknologi Produksi Pupuk dan Pestisida Berbahan Dasar Material Organik 151
MTM BioNutrient untuk padi, jagung, dan sayuran, Dekomposer MDec dan
DSA, untuk perombakan bahan organik berserat lignin dan selulosa (jerami,
TTKS, daduk, bagas) dan lain-lain.
4. Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman yang masih
hidup. Bahan tanaman yang digunakan sebagai sumber pupuk hijau, seperti
kacang-kacangan dan tanaman paku air (Azolla). Jenis tanaman yang dijadikan
sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis Leguminoseae, karena tanaman ini
mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan
jenis tanaman lainnya (Isroi, 2008). Tanaman legume relatif mudah
terdekomposisi sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat. Bahan
tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah
dikomposkan.
Beberapa kriteria penting yang harus dipenuhi untuk bahan-bahan yang akan
digunakan sebagai pupuk hayati menurut Rachman, Dariah and Santoso,
(2020).yaitu:
1. Kandungan bahan kering,
2. Kandungan humus total dan yang mudah dimineralisasi,
3. Kandungan N yang dapat dimanfaatkan secara cepat (quick-acting),
4. C/N rasio,
5. Tingkat kandungan bahan-bahan berbahaya bagi pertumbuhan,
6. Kualitas hasil tanaman terutama unsur-unsur logam berat harus di
bawah ambang batas yang sudah ditentukan, dan
7. Tidak mengandung senyawa yang bersifat alelopati terhadap tanaman
utama.
Bahan tanaman yang mempunyai rasio C/N tinggi dapat diaplikasikan secara
langsung (tanpa melalui pengomposan), jika diaplikasikan sebagai mulsa
(Gambar 1). Sebelum lapuk bahan tanaman tersebut akan berperan sebagai
penutup tanah yang sangat bermanfaat dari segi pencegahan erosi dan untuk
menciptakan iklim mikro yang lebih baik untuk pertumbuhan tanaman.
Gambar 10.1: Aplikasi Sisa Tanaman Sebagai Mulsa (Rachman, Dariah and
Santoso, 2020)
Pupuk hijau juga bisa digunakan sebagai tanaman pagar, yaitu dengan
mengembangkan sistem pertanaman lorong, di mana tanaman pupuk hijau
ditanam sebagai tanaman pagar berseling dengan tanaman utama. Selain ini
pupuk hijau juga digunakan sebagai tanaman penutup tanah, yaitu dengan
mengembangkan tanaman yang ditanam sendiri, pada saat tanah tidak
ditanami tanaman utama atau tanaman yang ditanam bersamaan dengan
tanaman pokok bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan.
Pupuk hijau yang diproses (diolah), terutama jika untuk diperdagangkan,
umumnya memerlukan persiapan secara mekanis dan kimia, misalnya dengan
cara menjemur, menggiling atau mencampur, menggranulasi, menetralkan,
atau melengkapi dengan menambahkan unsur-unsur hara tertentu, dan
membebaskannya dari patogen penyebab penyakit tanaman (Rachman, Dariah
and Santoso, 2020).
Bab 10 Teknologi Produksi Pupuk dan Pestisida Berbahan Dasar Material Organik 153
5. Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan
daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk yang mengalami
dekomposisi yang akhirnya mengubah humus menjadi tanah. Bahan baku
untuk humus adalah dari daun ataupun ranting pohon yang sudah mati, limbah
pertanian dan peternakan, industri makanan, agroindustri, kulit kayu, serbuk
gergaji (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga,
dan limbah-limbah padat perkotaan diluar plastik.
Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi
pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan
dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus
dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam
menahan pupuk anorganik larut air, mencegah pengikisan tanah, menaikkan
aerasi tanah, dan menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-
senyawa organik toksik. Humus merupakan penentu akhir dari kualitas
kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan
kompos.
nutrisi bagi tanaman selalu diperlukan penambahan pupuk dalam jumlah yang
terus meningkat (Dinas Pertanian Buleleng, 2014).
sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien
bagi tanaman yang diberi pupuk organik tersebut.
2. Selektivitas
Sering disebut dengan istilah spektrum pengendalian, merupakan
kemampuan pestisida untuk membunuh beberapa jenis organisme.
Pestisida yang disarankan di dalam pengendalian hama terpadu
adalah pestisida yang berspektrum sempit.
3. Fitotoksisitas
Fitotoksisitas merupakan suatu sifat yang menunjukkan potensi
pestisida untuk menimbulkan efek keracunan bagi tanaman yang
ditandai dengan pertumbuhan yang abnormal setelah aplikasi
pestisida.
4. Residu
Residu adalah racun yang tertinggal pada tanaman setelah dilakukan
penyemprotan yang akan bertahan sebagai racun hingga batas
tertentu. Residu yang bertahan lama pada tanaman akan berbahaya
bagi kesehatan manusia tetapi residu yang cepat hilang, efektivitas
pestisida tersebut akan menurun.
5. Persistensi
Persistensi merupakan kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk
racun di dalam tanah. Pestisida yang mempunyai persistensi tinggi
akan sangat berbahaya karena dapat meracuni lingkungan.
6. Resistensi
Resistensi merupakan kekebalan organisme pengganggu tumbuhan
terhadap aplikasi suatu jenis pestisida. Jenis pestisida yang mudah
menyebabkan resistensi organisme pengganggu sebaiknya tidak
digunakan.
7. LD 50 atau Lethal Dosage 50%
Adalah dosis tertentu yang dinyatakan dalam miligram berat bahan
uji per kilogram berat badan (BB) suatu organisme yang
menghasilkan 50% respon kematian pada populasi organisme uji
dalam jangka waktu tertentu.
160 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
8. Kompatibilitas
Kompatibilitas adalah kesesuaian suatu jenis pestisida untuk
dicampur dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak negatif
(Anonim, 2020).
Pestisida organik yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan
yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman disebut dengan
pestisida nabati (Herawati et al., 2014). Lebih dari 1500 jenis tumbuhan dari
berbagai penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Di
Filipina, tidak kurang dari 100 jenis tumbuhan telah diketahui mengandung
bahan aktif insektisida. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil
racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial
insektisida nabati antara lain Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae
dan Rutaceae. Selain bersifat sebagai insektisida, jenis-jenis tumbuhan tersebut
juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida,
mitisida maupun rodentisida. Jenis pestisida yang berasal dari tumbuhan
tersebut dapat ditemukan di sekitar tempat tinggal petani, dapat disiapkan
dengan mudah menggunakan bahan serta peralatan sederhana (Setiawati et al.,
2008).
Bahan aktif pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman
yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu
senyawa bioaktif seperti: alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat–zat kimia
sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman
yang terinfeksi OPT, tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan
maupun aspek fisiologis tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem
saraf otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa penarik, anti
makan dan sistem pernafasan OPT (Setiawati et al., 2008).
Efektivitas suatu bahan-bahan alami yang digunakan sebagai pestisida nabati
sangat tergantung pada bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis
tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat
menghasilkan efek yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan sifat bioaktif atau
sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari
tumbuhan tersebut. (Setiawati et al., 2008).
162 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
12.1 Pendahuluan
Kondisi pertanian organik di Indonesia sebagian besar masih belum bisa
meninggalkan metode konvensional. Kurangnya kesadaran akan kelestarian
lingkungan menjadi sebab pola pikir petani yang masih belum bisa
menerapkan pertanian organik di Indonesia. Petani masih memiliki orientasi
produksi jangka pendek yaitu hasil yang melimpah saat itu daripada
memikirkan dampak jangka panjangnya yaitu kerusakan lahan pertanian akibat
semakin terkikisnya unsur hara dan bahan organik di dalam tanah. Menurut
data IFOAM (2012), luas lahan pertanian organik di Indonesia meningkat dari
tahun 2007 hingga 2011.
Tercatat pada tahun 2007 luas lahan pertanian organik di Indonesia hanya
seluas 40.970 hektar, kemudian terjadi peningkatan yang signifikan sebesar
409% menjadi 208.535 hektar pada tahun 2008. Hingga pada 2011 luas lahan
pertanian organik sudah mencapai 225.063 hektar. Pertanian Organik semakin
dikenal sebagai pertanian yang bertujuan mengurangi dampak negatif pada
lahan baik fisik kimia dan biologi, sehingga produktivitas lahan dapat
182 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
yang diinginkan dan atau sesuai dengan standar mutu lingkungan. Lingkungan
hidup yang berkualitas dicirikan oleh keadaan dan kondisi unsur-unsur atau
komponen-komponen lingkungan hidup yang saling berinteraksi (interactive),
saling ketergantungan hidup satu sama lainnya (interdependence), hubungan
antar unsur atau komponen lingkungan yang harmonis (harmoni) selaras,
berkemampuan untuk bertahan hidup dalam keberagaman (diversity), seluruh
unsur-unsur atau komponen-komponen lingkungan melaksanakan tugas sesuai
fungsinya masing-masing (utility), adanya arus informasi (information) yang
dapat diperoleh dari kondisi lingkungan hidup untuk dapat dimanfaatkan
sebagai ilmu pengetahuan, dan keadaan atau kondisi-kondisi ini harus
diupayakan untuk dapat berlangsung secara berkelanjutan (sustainability)
(Reda, 2017).
Secara umum, dampak pertanian organik sangat baik dalam perbaikan kualitas
lingkungan. Lingkungan pertanian yang dilihat secara ekologi, sosial dan
ekonomi memiliki dampak masing-masing yang mendukung keberlanjutan
pertanian organik itu sendiri.
Menurut (Zamroni, 2010), studi kasus di Dusun Serut, Yogyakarta awal mula
mengenalkan pertanian organik kepada warga mendapatkan tanggapan yang
sinis bahkan terkesan menyepelekan. Akan tetapi, setelah mereka mengetahui
hasilnya dan memahami tujuan diterapkannya pertanian organik, berangsur-
angsur warga mulai sadar dan beralih ke sistem pertanian tersebut. Perubahan
dari model pertanian konvensional ke model pertanian organik di Dusun Serut
tidak terjadi secara tiba-tiba, namun memerlukan kerja keras, komitmen yang
tinggi dan kemauan yang kuat untuk mengembalikan kondisi tanah yang sudah
‘sakit’ menjadi lebih baik.
Dampak pertanian organik terhadap kualitas sosial budaya diantaranya:
1. Dapat menggalakkan kemandirian dalam memanfaatkan masukan
saprodi lokal.
2. Melestarikan produktivitas lahan secara optimal.
3. Menyediakan produk pertanian organik dengan harga yang memadai.
4. Memantapkan sikap gotong royong.
5. Melestarikan dan mengembangkan teknik budi daya lokal spesifik
yang telah teruji kehandalannya.
188 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Tren bahan organik juga mulai merambah ke rumah makan, hotel, restoran,
catering yang menyediakan menu organik sehat. Dari sejumlah pengguna hasil
pertanian organik, ternyata tidak hanya pengguna langsung melainkan pelaku
bisnis lain pun mulai melirik hasil pertanian organik untuk mereka jadikan
bahan baku makanan. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk
bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena
berbagai keunggulan komparatif antara lain: 1) masih banyak sumberdaya
lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2)
teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti
pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.
Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur
kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian
intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok tani koperasi,
asosiasi atau korporasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting
lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar petani.
Seiring dengan perubahan pada tingkat petani, kesadaran akan bahaya atau
residu bahan kimia yang terkandung dalam bahan pangan yang dihasilkan
dengan menggunakan asupan kimia pada tingkat konsumen juga mulai
meningkat. Produk organik mulai dicari dan telah menciptakan tren baru
dalam pola konsumsi dan menjadi gaya hidup khususnya bagi konsumen kelas
menengah keatas. Adanya tren tersebut akan menambah penghasilan dari
petani. Perbedaan label atas pangan organik dan non organik pun dilakukan.
Inilah yang kemudian membuat produk pangan organik harganya sedikit lebih
mahal dibandingkan non organik. Pangan organik mahal, salah satu alasan
mengapa petani pindah ke pertanian organik.
Menurut (Mayrowani, 2016) Pada umumnya petani berharap mendapat harga
yang tinggi untuk produk-produk organis mereka setelah lahan mereka
organik. Tetapi, bila harga tertinggi tidak terpenuhi, sebenarnya petani organik
sudah mendapatkan keuntungan karena biaya produksi organik lebih rendah
dibandingkan non organik. Beberapa keuntungan membudi dayakan padi
secara organik adalah: (1) kesehatan konsumen; (2) penggunaan pupuk
organik yang mengembalikan kesuburan tanah dan kelestarian lingkungan;
dan (3) meningkatkan pendapatan petani, karena harga jualnya lebih tinggi dari
beras konvensional. Sayangnya pangsa pasar produk organik di Indonesia
belum termonitor. Karena itu dengan tingkat harga yang menarik tersebut,
petani akan tergerak dan termotivasi untuk mengembangkan pertanian
192 Budi daya Tanaman Sehat Secara Organik
Evan Purnama Ramdan lahir di Garut, 14 Mei 1988 dari pasangan Bapak
Engkoh dan Ibu Heni Nurjanah. Pendidikan S1 diperoleh dari Program Studi
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal
Soedirman. Kemudian melanjutkan progam magister di Program Studi
Fitopatologi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Riwayat pekerjaan
dimulai dari tugas sebagai planting material staff, Research and Agronomi
Departement, PT Pilar Wanapersada pada tahun 2014-2016. Selanjutnya
bergabung sebagai staff pengajar di Program Studi Agroteknologi, Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Gunadarma. Penulis saat ini banyak menekuni
bidang proteksi tanaman, terutama pengendalian penyakit tumbuhan dengan
agens hayati.