FullBook Biologi Reproduksi Dan Mikrobiologi - Compressed
FullBook Biologi Reproduksi Dan Mikrobiologi - Compressed
Mikrobiologi
Murti Ani, Etni Dwi Astuti, Evita Aurilia Nardina, Ninik Azizah
Julietta Hutabarat, Cintika Yorinda Sebtalesy, Winarsih
Siti Maryani, Dian Puspita Yani, Niken Bayu Argaheni
Raudatul Jannah, Abbas Mahmud
Penulis:
Murti Ani, Etni Dwi Astuti, Evita Aurilia Nardina, Ninik Azizah
Julietta Hutabarat, Cintika Yorinda Sebtalesy, Winarsih
Siti Maryani, Dian Puspita Yani, Niken Bayu Argaheni
Raudatul Jannah, Abbas Mahmud
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021
Murti Ani., dkk.
Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Yayasan Kita Menulis, 2021
xvi; 198 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-342-268-0
Cetakan 1, Oktober 2021
I. Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
II. Yayasan Kita Menulis
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya buku ”Biologi Reproduksi dan
Mikrobiologi” ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.
Penulis
Daftar Isi
1.1 Pendahuluan
Semua makhluk hidup memiliki rentang hidup yang terbatas. Oleh karena itu
untuk mempertahankan kelangsungan hidup, diperlukan generasi penerus.
Proses biologis ketika makhluk hidup menghasilkan individu baru dari jenis
mereka sendiri disebut dengan reproduksi. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Tiap jenis
makhluk hidup memiliki sistem reproduksi yang berbeda-beda.
Sistem reproduksi pada manusia termasuk ke dalam kategori reproduksi
seksual. Artinya, reproduksi terjadi melalui proses bertemunya gamet jantan
(sperma) dengan gamet betina (ovum) membentuk individu baru yang disebut
dengan fertilisasi. Hasil dari fertilisasi atau pembuahan adalah terbentuknya
zigot. Zigot kemudian mengalami perkembangan embrio hingga dilahirkan
menjadi anak. Sebagian mamalia, termasuk manusia, bereproduksi secara
seksual. Laki-laki akan menghasilkan sperma, sementara perempuan akan
menghasilkan ovum.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang
mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria
2 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon
testosteron. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu
menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen.
Sistem reproduksi pada manusia, baik pria maupun wanita, memiliki struktur
organ internal dan eksternalnya masing-masing. Setiap organ dalam sistem
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda pula. Awal proses reproduksi
manusia terjadi ketika sel sperma bertemu dengan sel telur, yang umumnya
terjadi dalam hubungan seksual. Proses ini dapat berlangsung berkat adanya
organ-organ reproduksi yang berfungsi. Organ reproduksi beserta kelenjar dan
hormon, membentuk sistem reproduksi yang berperan dalam proses
reproduksi manusia. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari tentang
anatomi sistem reproduksi pria dan wanita.
2. Skrotum
Skrotum merupakan kantong yang terdiri dari jaringan kutis dan
subkutis yang terletak dorsal dari penis dan kaudal dari simfisis
pubis. Skrotum juga terbagi atas dua bagian dari luar oleh raphe
scrota dan dari dalam oleh septum skrotum scrota. Masing-masing
skrotum membungkus testis, epididimis, dan sebagai funikulus
spermatikus. Skrotum sinistra lebih rendah rendah daripada dekstra.
Lapisan skrotum terdiri atas lapisan cutis dan lapisan subcutis.
longgar, bagian tengah dilapisi otot polos, dan bagian dalam dilapisi
epitelium skuamosa berlapis yang membentuk lipatan/rugae. Bagian
lapisan tengah dan dalam memungkinkan terjadinya pelebaran untuk
mengakomodasi hubungan seksual dan persalinan. Hymen yang tipis
dan berlubang, mengelilingi sebagian mulut vagina / introitus vagina.
Vagina terkait erat dengan banyak organ di daerah pelvis/panggul.
Terletak obliq membentuk sudut 45o dibatasi oleh:
a. Bagian anterior: Vesika urinaria dan uretra
b. Bagian posterior: Rectouterine pouch, rectum, anus
c. Bagian lateral: Ureter dan musculus levator ani
2.1 Pendahuluan
Pada manusia, perubahan-perubahan besar pada saluran reproduksi merupakan
syarat awal dalam keberhasilan pelestarian jenisnya atau dalam arti memperoleh
keturunan. Pada wanita harus ada uterus sebagai tempat berkembangnya
embrio, ovarium atau indung telur sebagai penghasil sel telur (ovarium). Oleh
karena itu diperlukan serangkaian hormon yang diperlukan untuk mengatur
perubahan-perubahan periodik pada struktur-struktur di dalam saluran
reproduksi baik pria maupun wanita. Hormon berasal dari akar kata bahasa
Yunani yang memiliki arti ”merangsang”, yang bisa dijelaskan bahwa
sebenarnya hormon ini dapat menghambat proses-proses tertentu seraya
merangsang proses-proses lainnya. Hormon dapat memberikan efeknya pada
struktur-struktur target dengan cara megubah fungsi gen, memengaruhi jalur-
jalur metabolik secara langsung dan mengontrol perkembangan organ-organ
spesifik atau produk-produk skretorisnya.
14 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
i. Hormon Relaksin
Hormon ini dihasilkan oleh plasenta yang berperan untuk
merangsang relaksasi ligamen pelvis pada saat proses kelahiran.
j. Laktogen
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise yang bersama-
sama dengan progesteron merangsang pembentukan air susu.
3.1 Pendahuluan
Kehamilan yaitu fertilisasi atau suatu penyatuan dari spermatozoa dan ovum
kemudian dilanjutkan dengan penempelan (nidasi) atau yang berlangsung
dalam kurun waktu 40 minggu atau 9 bulan (Sarwono, 2011). Kehamilan adalah
suatu proses fisiologis yang terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum serta
tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (Nugroho, 2014).
Janin akan tumbuh dan bertambah seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
sampai usia kehamilan matur. Disebut kehamilan matur apabila umur
kehamilan kurang lebih selama 280 hari yang dihitung sejak Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT) (Mochtar, 2013).
22 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Pembelahan
Setelah zigot membelah menjadi tingkat 2 sel (dalam 30 jam), 4 sel, 8 sel,
sampai dengan 16 sel yang disebut sebagai blastomer yang terbentuk pada hari
ke 3 dan akan membentuk gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel-sel
akan membelah dan membentuk morula dalam kurun waktu 14 hari. Saat
morula masuk ke dalam rongga Rahim, cairan akan menembus zona pellusida
dan masuk kedalam ruang antar sel dan menyatu hingga akhirnya terbentuklah
rongga atau ruang/ blastokel yang disebut sebagai blastokista dalam kurun
waktu 4 sampai 5 hari. Sel yang berada di bagian dalam disebut sebagai
embrioblas dan sel telur yang berada di bagian luar disebut trofoblast. Zona
pellusida seiring berjalannya waktu akan menghilang sehingga trofoblast dapat
masuk ke dalam endometrium dan siap berimplantasi pada hari ke 4 dan 6 dalam
bentuk balstoksa tingkat lanjut.
Konsepsi
Menurut Manuaba (2010) berlangsungnya proses konsepsi dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Ovum yang dilepaskan pada saat proses ovulasi dilapisi oleh korona
radiata yang banyak mengandung protein.
2. Di dalam ovum terdapat inti yang berbentuk metafase yang
ditengahnya terdapat sitoplasma yang disebut sebagai vitelus.
3. Di dalam perjalanan konsepsi, korona radiata akan semakin berkurang
yang berada pada zona pellusida. Nutrisi yang dialirkan kedalam
vitelus melalui saluran pada zona pellusida.
4. Konsepsi terjadi pada bagian pars ampularis tuba, di mana pars
ampularis tuba merupakan tempat yang paling luas dan dindingnya
penuh dengan jonjot dan tertutup sel yang memiliki silia. Ovum
memiliki waktu hidup yang lama pada saat berada di ampula tuba.
5. Ovum akan siap dibuahi setelah 12 jam dan dapat bertahan selama 48
jam. Spermatozoa akan menyebar dan masuk melalui kanalis
Bab 3 Proses Kehamilan, Tumbuh Kembang Fetus, Pertumbuhan Plasenta 25
Nidasi/ Implantasi
Yaitu tertanamnya sel telur yang telah dibuahi (stadium blatokista) kedalam
dinding uterus yang terjadi pada awal kehamilan yang terjadi pada pars superior
korpus uteri pada bagian anterior/posterior. Pada saat terjadi implantasi selaput
lendir Rahim yang sedang berada pada fase sekretonik dan terjadi pada hari ke
2 sampai hari ke 3 setelah ovulasi. Pada keadaan ini kelenjar Rahim dan
pembuluh darah berubah menjadi berkelok-kelok. Jaringan ini banyak sekali
mengandung cairan ( Marjati, dkk, 2010). Pertumbuhan dan perkembangan
blastula akan terus berlangsung, blastula dan vili korealis yang dilapisi oleh sel
trofoblast dan siap untuk melakukan nidasi. Proses yang terjadi pada penanaman
blastula disebut sebagai nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke enam sampai
dengan hari ke tujuh setelah konsepsi. Saat tertanamnya blastula kedalam
endometrium, beberapa orang akan mengalami perdarahan disebut sebagai
tanda Hartman (Manuaba, 2010).
Plasentasi
Plasentasi merupakan proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah
terjadi nidasi embrio di dalam endometrium, plasentasi akan dimulai. Pada
manusia plasentasi akan berlangsung pada usia kehamilan 12 sampai dengan 18
minggu setelah fertilisasi (Saifudin, 2010).
Periodi Embrionik
Mulai dari konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat yaitu di mana
zigot akan mengalami pembelahan yang akan menjadi morula (terdiri atas 16
sel blastomer) kemudian menjadi blastokis (terdapat cairan ditengah) yang telah
mencapai uterus, dan sel-sel akan mengelompok kemudian berkembang
26 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
3. Bulan ketiga
Pada minggu ke 9 embrio sudah berubah menjadi janin dan memiliki
panjang 3 cm. Telah memiliki tangan sebesar kacang kapri dan jari
mulai terbentuk. Kaki membentuk lutut dan jari. Pada minggu ini
organ genital terlihat jelas.
Pada minggu ke 10 panjang janin yaitu 4,5 cm. Rahang atas dan bawah
telah terbentuk dan muli memproduksi air seni. Janin semakin
menyerupai manusia. Darah dan sel-sel tulang mulai terbentuk.
Pada minggu ke 11 organ tubuh terbentuk dengan lengkap dan
berfungsi serta memiliki panjang kira-kira 6 cm. Rambut, kuku pada
jari tangan dan kaki telah tumbuh. Janin mulai bergerak dan
meluruskan badan bahkan merubah posisi.
Pada minggu ke 12 organ dan struktur yang belum terbentuk akan terus
berkembang dan tumbuh semakin sempurna. Pada bulan ini sistem
syaraf dan otot janin telah mencapai tingkat kematangan. Selain
mampu bernapas janin juga mampu mencerna makanan.
Pada minggu ke 21 berat janin kurang lebih 350 gram dengan panjang
18 cm. Pada minggu ini sistem organ tubuh mengalami pematangan
fungsi dan perkembangan.
Pada bulan kelima janin mulai aktif mencari tahu tentang sekeliling
bahkan bagian dari kehidupannya. Janin sering meraba-raba kantong
amnion dengan kedua tangan mungilnya. Namun apabila janin bosan
bermain dengan kantong amnion janin mencoba menyentuh tubuhnya
sendiri.
5. Pada bagian yang berada disisi ibu terlihat permukaan yang menonjol
(kotiledon) yang diliputi oleh selaput tipis desidus basalis.
6. Pada bagian sisi janin terlihat arteri dan vena besar (pembuluh korion)
yang menuju ke tali pusat, di mana korian diliputi oleh amnion.
7. Sirkulasi darah ibu yang mengalir ke plasenta diperkiraan sebanyak
300 cc/ menit pada usia kehamilan sampai dengan 20 minggu dan akan
meningkat sampai 600-700 cc/ menit sampai kehamilan aterm (cukup
bulan).
Plasenta juga memiliki fungsi sebagai barrier protektif terhadap bakteri, namun
mikroorganisme seperti virus dapat menembus plasenta dan dapat menginfeksi
fetus. Obat-obatan dapat menembus plasenta, seperti jenis acetaminophen
(Tylenol) dan warfarin (antikoagulan). Plansenta juga memiliki fungsi untuk
menstansfer antibody dari ibu ke sirkulasi tubuh janin yang kemudian dapat
bertahan bingga beberapa bulan setelah lahir. Plasenta merupakan alat yang
sangat penting bagi janin sebagai pertukaran zat antara ibu dan janin atau
sebaliknya. Janin dapat tumbuh dengan sempurna dibutuhkan penyaluran darah
yang membawa zat asam, asam amino, vitamin, dan mineral dari ibu kepada
janin, begitu juga pembuangan karbondioksida dan limbah metabolisme janin
ke sirkulasi ibu.
Faal plasenta antara lain:
1. Nutrisi memiliki fungsi memberikan bahan makanan pada janin
2. Ekskresi memiliki fungsi mengalirkan / mengeluarkan keluar sisa
metabolisme janin.
3. Respirasi yaitu memberikan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida janin.
4. Endokrin memiliki fungsi menghasilkan hormon-hormon (HCG, HPL,
estrogen, progesterone, dsb)
5. Imunologi yaitu menyalurkan berbagai komonen antibodi ke janin.
6. Farmakologi memiliki fungsi menyalurkan obat-obatan yang mungkin
diperlukan janin, yang disalurkan melalui ibu.
7. Proteksi memiliki fungsi sebagai barrier terhadap infeksi bakteri dan
virus, zat-zat toksik (tetapi akhir-akhir ini diragukan, karena pada
kenyataannya jam sangat mudah terpapar infeksi/ intoksikasi yang
dialami ibunya).
36 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Bab 4
Konsep Genetika
4.1 Pendahuluan
Konsep genetika pada perkembangan terkini telah berbeda dengan yang
dipahami oleh kebanyakan orang. Pemahaman lama, genetika sebagai ilmu
yang mempelajari penurunan sifat. Perkembangan selanjutnya pemahaman ini
sudah tidak tepat lagi. Hampir atau tidak satupun ilmu biologi yang dapat
berkembang tanpa tahu konsep genetika. Dengan kata lain bangunan dasar
biologi adalah genetika. Genetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang
materi genetik (Effendi, 2020).
Genetika saat ini yang telah tumbuh dan berkembang sejak temuan hasil
percobaan J.G. Mendel diumumkan pada 1966. Ilmu genetika terus tumbuh dan
berkembang; bahkan pada beberapa dekade terakhir ini, laju pertumbuhan dan
perkembangan genetika sangat pesat, banyak aplikasinya sudah terbukti
mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari (Russel, 1992). Masyarakat luas juga
semakin banyak yang menyadari peranan gen terhadap keberadaan makhluk
hidup. Ternyata gen berperan dalam menentukan kehidupan seluruh makhluk
hidup penghuni bumi. Oleh karena itu sebenarnya banyak harapan yang
berkaitan dengan masa depan manusia, telah dipercayakan pada pertumbuhan
dan perkembangan genetika selanjutnya (Effendi, 2020).
38 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
informasi genetik antara DNA, RNA, serta molekul protein (Micklos dan
Freyer, 1990).
Dewasa ini kajian yang bersifat molekuler sudah sangat berkembang. Kita
ketahui bersama bahwa dewasa ini bahkan tengah dikembangkan teknologi
rekayasa genetika yang memberikan banyak harapan bagi kita di berbagai
bidang kebutuhan termasuk upaya terapi gen; telah dilaksanakan juga proyek
genom manusia atau human genome project.
Pendekatan molekuler itu melahirkan konsep-konsep baru, dan para ahli biologi
tidak lagi menganggap/memandang gen secara sederhana sebagai satuan atau
unit kebakaan; selanjutnya gen dipandang sebagai satuan atau unit informasi
biologis. Dalam hubungan ini keseluruhan gen yang dimiliki suatu makhluk
hidup mengandung seluruh jumlah informasi yang dibutuhkan untuk
membangun suatu contoh makhluk yang hidup dan fungsional. Perkembangan
genetika yang demikian pesat itu bahkan telah menyebabkan terjadinya revolusi
pemikiran biologis di saat kita memasuki abad 21. Revolusi itu sudah dimulai
pada 1953 sejak Watson & Crick berhasil mengungkap struktur molekul DNA.
Kenyataan yang terlihat adalah bahwa sejak struktur molekul DNA diungkap,
terjadilah revolusi biologi khususnya revolusi DNA. Jelaslah bahwa revolusi
DNA telah memicu terjadinya revolusi pemikiran biologis seperti tsb. Revolusi
pemikiran biologis itu bahkan sedang mengubah penguasaan kita atas makhluk
hidup maupun persepsi kita terhadap diri kita sendiri. Dalam hubungan ini efek
revolusi DNA atas pandangan kita terhadap diri kita sendiri maupun terhadap
dunia tercermin pada kultur sehari-hari. Para ahli Ilmu Pengetahuan Alam
memang tidak memandang manusia sekedar sebagai produk dari gen-gennya,
tetapi pada kenyataannya dalam kultur popular, DNA hampir dipandang
memiliki kekuatan magis.(Nusantari, 2019)
Berikut ini adalah urutan penemuan di bidang genetika dan biologi molekuler
sejak 1865 hingga 1989 (Brown, 1989 & Gardner, dkk., 1991 dalam Corebima,
2008) (Kabesch, 2013).
1865 : Mendel membacakan makalahnya yang memberitakan hasil
percobaan pada tanaman ercis di forum The Brün Society for Natural
History;
1866 : Makalah Mendel dipublikasikan dalam prosiding forum The Brün
Society for Natural History;
44 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
1961 : Jacob dan Monod (pemenang hadiah Nobel pada 1965) mengusulkan
―model operonǁ untuk regulasi ekspresi gen;
1964 : Kolinearitas antara gen dan polipeptida ditetapkan atas dasar karya
Yanofsky dkk. serta karya Brenner dkk;
1964 : Temin (pemenang hadiah Nobel pada 1975) mengajukan usulan
tentang bentukan provirus DNA dari virus tumor RNA;
1965 : Holley (pemenang hadiah Nobel pada 1968) pertama kali
mengungkap struktur nukleotida lengkap dari suatu RNA-t, yaitu suatu
RNA-t alanin pada khamir;
1966 : Kode genetika lengkap diungkap oleh Nirenberg dan Khorana
(pemenang hadiah Nobel pada 1968) serta para koleganya yang lain;
1970 : Mathans dan Smith (pemenang hadiah Nobel pada 1978) mengisolasi
endonuklease restriksi yang pertama;
1970 : Enzim reverse transcriptase dari virus tumor RNA diidentifikasi oleh
Baltimore (pemenang hadiah Nobel pada 1975);
1972 : DNA rekombinan pertama diproduksi secara in vitro di laboratorium
Berg (pemenang hadiah Nobel pada 1980);
1976 : Bishop dan Varmus (pemenang hadiah Nobel pada 1989)
mendemonstrasikan hubungan antara protoonkogen dan onkogen;
1976 : Hozumi dan Tonigawa mendemonstrasikan somatic rearrangements
dari gen-gen pengkode antibody;
1977 : Demonstrasi intron pada gen-gen eukariot oleh Breathnach, Mandel,
dan Chambon, maupun oleh Jeffreys dan Flavell;
1977 : Publikasi teknik-teknik pengurutan (sekuensing) DNA dari Maxam
dan Gilbert, serta dari Sanger, Nicklen, dan Coulson (Sanger dan
Gilbert adalah pemenang hadiah Nobel pada 1980;
1977 : Publikasi urut-urutan lengkap nukleotida fag Φ X174 sebanyak 5387
buah oleh Sanger dkk;
1978 : Penemuan “splicingǁ” dari RNA adenovirus pada tiga laboratorium
yang berbeda;
1982 : Publikasi urut-urutan pasangan nukleotida fag lambda sebanyak
48502 buah oleh Sanger dkk;
Bab 4 Konsep Genetika 47
1983 : Cech dan Altman (pemenang hadiah Nobel pada 1989) memastikan
adanya RNA katalitik;
1988 : Watson ditetapkan menjadi koordinator human genome project;
1989 : Komite kepenasihatan DNA rekombinan NIH meyetujui percobaan
transplantasi gen manusia yang pertama (Nusantari, 2019)
1989 : Peletakan landasan statistika yang kuat bagi analisis lokus sifat
kuantitatif (analisis QTL);
1995 : Sekuensing genom Haemophilus influenzae, yang menjadi
sekuensing genom pertama terhadap organisme yang hidup bebas;
1996 : Sekuensing pertama terhadap eukariota: khamir Saccharomyces
cereviceae;
1998 : Hasil sekuensing pertama terhadap eukariota multiselular, nematoda
Caenorhabditis elegans, diumumkan;
2001 : Draf awal urutan genom manusia dirilis bersamaan dengan mulainya
Human Genome Project;
2003 : Proyek Genom Manusia (Human Genome Project) menyelesaikan
99% pekerjaannya pada tanggal (14 April) dengan akurasi 99.99%.
(Rahmadina, 2019)
dalam aliran darah sebagai derivat-derivat yang meracuni sistem saraf pusat.
Diet fenilalanin yang sangat ketat pada bayi akan dapat terhindar dari penyakit
PKU meskipun gen mutan penyebabnya sendiri sebenarnya tidak diperbaiki.
Beberapa penyakit genetika lainnya telah dapat di atasi dampaknya dengan cara
seperti itu. Meskipun demikian, hingga sekarang masih banyak penyakit yang
menjadi tantangan para peneliti dari kalangan kedokteran dan genetika untuk
menanganinya seperti perkembangan resistensi bakteri patogen terhadap
antibiotik, penyakit-penyakit kanker, dan sindrom hilangnya kekebalan bawaan
atau acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Contoh lain dari
perkembangan ilmu genetika dibidang kesehatan adalah proyek genom manusia
yang dipelopori oleh Amerika Serikat dimana proyek ini akan menguraikan
100.000 gen manusia. Diperkirakan pada abad XXI mendatang akan muncul
bidang kedokteran baru yang disebut ilmu kedokteran prediktif (predictive
medicine). Munculnya ilmu kedokteran tersebut di mungkinkan karena pada
abad XXI mendatang, diperkirakan seluruh informasi dari genom manusia yang
mengandung 100.000 gen akan teridentifikasi. Genom manusia dapat
digunakan memprediksi berbagai penyakit, artinya dengan ilmu kedokteran
prediktif dapat diketahui kemungkinan seseorang mengalami kanker payudara
atau kanker calon rental dengan melakukan analisa terhadap kombinasi gen-gen
yang dipunyai orang tersebut (Nusantari, 2019).
satu penyakit genetis yang dapat dideteksi, dia juga harus diberi
nasihat untuk menjalani amniocentensis pada setiap kehamilan
berikutnya.
Tujuan pemeriksaan diagnostik pranatal adalah untuk mengetahui
adanya kelainan pada bayi yang masih ada didalam kandungan dan
dilakukan dengan pemeriksaan Ultrasonografi (USG), Amniocentesis
dan pengambilan contoh jonjot khorion (Chorion villi sampling/CVS).
Dengan cara USG, yaitu menggunakan gema gelombang-gelombang
suara yang dibuat oleh alat khusus dimana kita dapat memotret bayi
didalam kandungan. Alat ini akan memberi gelombang suara yang
pantulannya akan dapat dilihat dilayar monitor TV, jadi siibu maupun
ayah dapat melihat bayinya di TV. Para ahli kandungan
memperkirakan usia bayi dari besarnya ukuran kepala dan juga dapat
mengetahui apakah otak dan ginjal terbentuk dengan lengkap. Akhir-
akhir ini juga digunakan untuk mengukur panjang dan tungkai dari
bayi yang mempunyai risiko cebol. Kadang-kadang dokter juga dapat
mengetahui apakah bayi tersebut laki-laki atau wanita dari terlihat atau
tidaknya penis sibayi.
Amniocentesis adalah pengambilan cairan ketuban dan biasanya
dilakukan setelah usia kehamilan 16 minggu. Pengambilan juga
dibantu dengan alat USG untuk menghindarkan bayi dari terkenanya
placenta. Sel-sel yang ada didalamnya dibiak dalam Laboratorium
Sitogenetika dengan waktu 2- 3 minggu. Dengan pemeriksaan ini juga
dapat dipastikan apakah bayi yang akan dilahirkan laki-laki atau
wanita. Dengan pemeriksaan ini 95% kelainan berat dari sumsum
tulang belakang dan otak dapat diketahui. Pengambilan contoh jonjot
khorion bertujuan mengetahui adanya kelainan pada bayi sedini
mungkin Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalm usia kehamilan 8
minggu. Pengarabilan ini dilakukan dengan bantuan alat USG. Dari
contoh jonjot khorion ini dapat dilakukan pemeriksaan DNA, sehingga
adanya penyakit Thalassemia yang kadang-kadang fatal, bahkan
membahayakan jiwa ibu dapat diketahui sedini mungkin.
52 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
5.1 Pendahuluan
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk menilai
keberhasilan derajat kesehatan masyarakat. AKI adalah rasio kematian ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,
persalinan, dan nifas atau pengelolaannya. AKI di Indonesia masih tergolong
tinggi yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2019).
Tahun 2019, penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan 1.280 kasus,
hipertensi dalam kehamilan 1.066 kasus, dan infeksi 207 kasus. Upaya
percepatan penurunan AKI dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu
mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di
fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi,
perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi (Kemenkes, 2019).
56 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
dan ketika usia kehamilan sudah aterm dan pertumbuhan janin normal,
pada kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri 25 cm, pada 32 minggu
27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu TFU turun
kembali dan terletak 3 jari di bawah prosessus xyfoideus. Taksiran
kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus:
a. Tidak hamil/normal: sebesar telur ayam (+ 30 g)
b. Kehamilan 8 minggu: telur bebek
c. Kehamilan 12 minggu: telur angsa
d. Kehamilan 16 minggu: pertengahan simfisis-pusat
e. Kehamilan 20 minggu: pinggir bawah pusat
f. Kehamilan 24 minggu: pinggir atas pusat
g. Kehamilan 28 minggu: sepertiga pusat-xyphoid
h. Kehamilan 32 minggu: pertengahan pusat-xyphoid
i. Kehamilan 36 minggu: 3 sampai 1 jari bawah xyphoid (Tyastuti,
2016).
Sistem Endokrin
Adaptasi pada sistem endokrin sangat penting bagi stabilitas ibu dan
kehamilannya, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin.
Hormon pada plasenta berasal dari korpus luteum di ovarium. Setelah terjadi
impalantasi, ovum yang sudah matang dan vili korion memproduksi hCG.
Fungsi hCG pada awal kehamilan adalah untuk mempertahankan korpus luteum
dalam memproduksi progesteron dan penting untuk produksi hormon estrogen
hingga plasenta tumbuh serta memproduksi kedua hormon tersebut (Pantiwati
and Saryono, 2017).
Perubahan endokrin lainnya adalah sekresi kelenjar hipofise umumnya
menurun, dan penurunan ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi semua
kelenjar endokrin (khususnya kelenjar tiroid, paratiroid, dan adrenal). Kadar
hormon hipofise, prolaktin meningkat secara berangsur-angsur menjelang akhir
kehamilan namun fungsi prolaktin dalam memicu laktasi disupresi sampai
plasenta dilahirkan dan kadar estrogen menurun (Pantiwati and Saryono, 2017).
Sistem Kardiovaskular
Pembesaran uterus menekan jantung ke atas dan kiri. Pembuluh jantung yang
kuat membantu jantung mengalirkan darah keluar jantung kebagian atas tubuh.
Selama hamil kecepatan darah meningkat (jumlah darah yang dialirkan oleh
jantung dalam setiap denyutnya sebagai hasil dari peningkatan curah jantung.
Denyut jantung meningkat dengan cepat setelah usia kehamilan 4 minggu dari
15 denyut per menit menjadi 70-85 denyut per menit aliran darah meningkat
dari 64 ml menjadi 71 ml (Pantiwati and Saryono, 2017).
Sistem Pernafasan
Perubahan anatomi dan fisiologi sistem pernafasan selama kehamilan
diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen
bagi tubuh ibu dan janin. Kapasitas inspirasi meningkat selama kehamilan selain
itu volume tidak meningkat sampai 40%. Peningkatan volume tidak
menyebabkan peningkatan pernafasan permenit yaitu jumlah udara yang masuk
dalam satu menit. Karena pertukaran udara selama kehamilan meningkat oleh
karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk nafas dalam daripada nafas cepat. Pada
akhir kehamilan, ventilasi pernafasan permenit meningkat 40% (Tyastuti,
2016).
Bab 5 Fisiologi Kehamilan, Persalinan, dan Nifas 63
Sistem Pencernaan
Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah,
Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut Morning Sickness. Selain
itu terjadi juga perubahan peristaltic dengan gejala sering kembung, dan
konstipasi. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah
banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum). Aliran
darah ke panggul dan tekanan vena yang meningkat dapat mengakibatkan
hemoroid pada akhir kehamilan. Hormon estrogen juga dapat mengakibatkan
gusi hiperemia dan cenderung mudah berdarah. Tidak ada peningkatan sekresi
saliva, meskipun banyak ibu hamil mengeluh merasa kelebihan saliva
(ptialisme), perasaan ini kemungkinan akibat dari ibu hamil tersebut dengan
tidak sadar jarang menelan saliva ketika merasa mual sehingga terkesan saliva
menjadi banyak. Ibu hamil trimester pertama sering mengalami nafsu makan
menurun, hal ini dapat disebabkan perasaan mual dan muntah yang sering
terjadi pada kehamilan muda. Pada trimester kedua mual muntah mulai
berkurang sehingga nafsu makan semakin meningkat (Tyastuti, 2016).
Sistem Perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter membesar, tonus
otot-otot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi
glumerulus meningkat sampai 69 %. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh
pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan
hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. kadar kreatinin, urea dan
asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.
Wanita hamil trimester I dan III sering mengalami sering kencing (BAK/buang
air kecil) sehingga sangat dianjurkan untuk sering mengganti celana dalam agar
tetap kering (Tyastuti, 2016).
Sistem Integumen
Ibu hamil sering mengalami perubahan pada kulit yaitu terjadi hiperpigmentasi
atau warna kulit kelihatan lebih gelap. Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan Melanosit Stimulating Hormon (MSH). Hiperpigmentsi dapat
terjadi pada muka, leher, payudara, perut, lipat paha dan aksila. Hiperpigmentasi
pada muka disebut kloasma gravidarum biasanya timbul pada hidung, pipi dan
dahi. Hiperpigmentasi pada perut terjadi pada garis tengah berwarna hitam
kebiruan dari pusat ke bawah sampai sympisis yang disebut linea nigra.
Perubahan keseimbangan hormon pada ibu hamil dapat juga menimbulkan
perubahan berupa penebalan kulit, pertumbuhan rambut maupun kuku.
64 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Perubahan juga terjadi pada aktivitas kelenjar meningkat sehingga wanita hamil
cenderung lebih banyak mengeluarkan keringat maka ibu hamil sering
mengeluh kepanasan. Peregangan kulit pada ibu hamil menyebabkan elastis
kulit mudah pecah sehingga timbul striae gravidarum yaitu garis–garis yang
timbul pada perut ibu hamil. Garis–garis pada perut ibu berwarna kebiruan
disebut striae livide. Setelah partus striae livide akan berubah menjadi striae
albikans. Pada ibu hamil multigravida biasanya terdapat striae livide dan striae
albikans (Tyastuti, 2016).
Sistem Muskuloskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil,
menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok. Berat
uterus dan isinya menyebabkan perubahan pada titik pusat gaya tarik dan garis
bentuk tubuh. Lengkung tulang belakang akan berubah bentuk untuk
mengimbang pembesaran abdomen dan menjelang akhir kehamilan banyak
wanita yang memperlihatkan postur tubuh yang khas (lordosis) (Tyastuti, 2016).
Berat Badan
1. Trimester I
Seorang wanita yang sedang hamil sudah mengalami penambahan
eberat badan, namun penambahan tersebut masih tergolong rendah,
kira-kira 1-2 kg karena pada masa ini saat di mana otak, alat kelamin,
dan panca indra janin sedang dibentuk.
2. Trimester II
Seorang wanita hamil akan mengalami berat badan yang lebih banyak
dibandingkan pada saat trimester I, karena pada trimester II ini
pertumbuhan janin juga semakin besar. Dan sebagian besar
penambahan berat badan selama masa kehamilan berasal dari uterus
dan isi-isinya. Pada trimester II ini seorang wanita yang sedang hamil
akan mengalami penambahan berat badan kira-kira 0,35-0,4 kg per
minggu. Kenaikan berat badan yang baik memang secara bertahap dan
kontinyu. Bisa jadi catatan bahwa adanya penambahan berat badan
yang berlebih dan secara cepat bisa adi indikasi awal keracunan
kehamilan atau diabetes.
Bab 5 Fisiologi Kehamilan, Persalinan, dan Nifas 65
3. Trimester III
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB dari
mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg.
kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg adalah:
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri).
Mekanisme Persalinan
1. Engagement
Engagement adalah peristiwa ketika diameter biparetal (Jarak antara
dua paretal) melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis
melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi.
Engagement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan
sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan.
Bab 5 Fisiologi Kehamilan, Persalinan, dan Nifas 71
tahanan yang paling sedikit yang disebelah depan yaitu hiatus genitalis
(Yulizawati et al., 2019).
5. Extension
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas,
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada
kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah dan
satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju
karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan
suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum
ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan
gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut
hypomochlion (Yulizawati et al., 2019).
6. External Rotation (Restitution)
Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke posisi pada
saat engagement. Dengan demikian bahun depan dan belakang
dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong, dan seluruh
tungkai.
a. Setelah kepala lahir, selanjutnya memutar kembali ke arah
punggung untuk menghilangkan torsi pada leher (putaran restitusi)
b. Selanjutnya putaran dilanjutkan sampai belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak
c. Putaran paksi luar disebabkan ukuran bahu menempatkan diri
dalam diameter anteroposterior dari PAP
d. Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi
hipomoklion kelahiran bahu belakang
e. Bahu depan menyusul lahir. Dan diikuti seluruh badan anak
(Yulizawati et al., 2019).
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis menjadi
hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul lahir,
diikuti seluruh badan anak: badan (toraks, abdomen) dan lengan,
Bab 5 Fisiologi Kehamilan, Persalinan, dan Nifas 73
Lama pada kala II ini pada primi dan multipara berbeda yaitu:
1. Primipara kala II berlangsung 1,5 jam – 2 jam.
2. Multipara kala II berlangsung 0,5 jam – 1 jam (Yulizawati et al., 2019).
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya
tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya
sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat
menandakan adanya edometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada
abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau
busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak
lancar disebut dengan “lokhea statis” (Wahyuningsih, 2018).
3. Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak
menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama
berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan
seperti sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm
sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap.
Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah
2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum
serviks sudah menutup kembali (Wahyuningsih, 2018).
84 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas
tubuh. Supaya buang air besar kembali normal, dapat di atasi dengan diet tinggi
serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil,
dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia (Dewi, 2020).
Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah
terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini
mengalami kompresi (tekanan) atara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan belangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36
jam post partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
Bab 5 Fisiologi Kehamilan, Persalinan, dan Nifas 85
Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri.
Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat
sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini
terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu
mengeluarkan banyak sekali jumlah urine (Wahyuningsih, 2018).
Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta
faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post
partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan
mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses
persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari post partum. Jumlah sel darah
tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi
patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama. Selama
kelahiran dari post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada hari ke-3 sampai hari ke-7
post partum, akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum
(Wahyuningsih, 2018).
6.1 Pendahuluan
Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang sangatlah berharga.
Payudara dapat menghasilkan Air Susu Ibu (ASI) yang dibutuhkan oleh bayi.
Untuk itu, struktur payudara harus dipelajari untuk mengetahui apakah terdapat
kelainan di dalamnya, karena hal itu dapat memengaruhi produksi ASI. Jika
produksi ASI lancar, maka proses laktasi akan lancar juga, sehingga
menghasilkan bayi sehat dan sejahtera yang tumbuh dengan ASI. Namun, tidak
hanya struktur payudara saja yang dapat memengaruhi proses laktasi. Ada
beberapa faktor lain yaitu salah satunya adalah pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu dalam memberikan ASI kepada buah hatinya. Air Susu Ibu (ASI)
merupakan nutrisi alamiah bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk
pertumbuhan optimal. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia
memberikan rekomendasi agar setiap bayi baru lahir mendapatkan ASI
eksklusif selama enam bulan, namun pada sebagian ibu tidak memberikan ASI
eksklusif karena alasan ASI nya tidak keluar atau hanya keluar sedikit sehingga
tidak memenuhi kebutuhan bayinya. Berdasarkan hasil RISKESDAS
pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan hanya 40,6 %, jauh dari
target nasional yang mencapai 80%. Kurangnya produksi ASI menjadi salah
90 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
mencapai 600 gram dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800 gram (Fitri,
2017).
Ada tiga bagian utama payudara yaitu:
1. Korpus (badan) yaitu bagian yang membesar
2. Areola yaitu bagian yang kehitaman di tengah
3. Papila atau puting yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara
Dalam korpus Mamae terdapat alveolus yaitu unit yang terkecil yang
memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok
membentuk lobulus, Kemudian beberapa lobus berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada setiap payudara. Dari alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil
(duktulus) kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus laktiferus).
Di bawah areola saluran yang besar melebar disebut sinus laktiferus. Akhirnya
semua memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding
alveolus maupun saluran-saluran, terdapat otot polos yang berkontraksi
memompa ASI keluar.
7. Drainase Limfatik
Drainase limfatik terutama kedalam kelenjar axillaris, dan sebagian
akan dialirkan ke dalam fissura portae hepar dan kelenjar mediastinum.
Pembuluh limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu
sama lain.
8. Persarafan
Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormon, tetapi
kulitnya disarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat
sejumlah saraf simpatis, terutama di sekitar areola dan papilla
mammae.
a. Secara vertikal payudara terletak antara II dan VI
b. Secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea axillaris
medialis
c. Kelenjar susu berada di jaringan subkutan
d. Pada payudara terdapat pada puting susu yang terletak setinggi
intercosta IV
e. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan
muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung saraf, pembuluh darah
pembuluh getah bening, serat otot polos sirkuler.
f. Payudara terdiri dari 15-25 lobus
g. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus
h. Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan
masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu/sistem
duktus
94 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
6.3.5 Kehamilan
Perubahan payudara merupakan awal kehamilan dan terjadi sebagai respon
terhadap estrogen, kemudian terhadap progesteron dari corpus luteum dan
kemudian terhadap hormon hormon dari plasenta yang sedang berkembang.
Rangsangan oleh estrogen saat kehamilan menyebabkan perkembangan papilla
dan areola mammae lebih lanjut, dan pertumbuhan kebuli dan duktus laktiferus.
Pada wanita yang tidak hamil dan tidak menyusui alveoli kecil dan padat berisi
jaringan granulasi. Pada kehamilan, progesteron mula-mula menyebabkan
proliferasi alveoli dalam persiapannya untuk menghasilkan air susu, kemudian
diikuti oleh pembesaran alveoli dan penggandaan lebih lanjut.
Meskipun hormon prolaktin ini meningkat selama masa kehamilan namun ASI
belum keluar karena kadar hormon estrogen dan progesteron mencegah laktasi
dengan cara menghambat efek stimulatorik prolaktin pada sekresi susu. Hormon
estrogen dan progesteron tersebut masih bekerja sesuai perannya untuk
mengembangkan struktur dan berusaha menghambat kinerja prolaktin sampai
bayi lahir dan benar-benar memerlukan susu (Sutanto, 2018).
Estrogen dan progesteron dihasilkan di otak, korpus luteum di ovarium,
sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di
plasenta. Kadar keduanya akan menurun saat hari kedua atau ketiga pasca
persalinan karena plasenta dan korpus luteum. Sel yang terbentuk dalam ovari
dan bertanggung jawab untuk pengeluaran hormon progesteron selama masa
kehamilan awal untuk menyokong kehamilan. Fungsinya, menjadi produsen
hormon tersebut telah lepas dan kurang berfungsi. Hasilnya prolaktin yang
berfungsi untuk menghasilkan susu serta estrogen yang menjadi penghambat
efek stimulatorik prolaktin sudah hilang (Sutanto, 2018).
sakit, maka berarti bayi tidak terpisah secara benar. Sebagai respon
terhadap penghisapan, prolaktin dari glandula pituitaria anterior,
sehingga memacu pembentukan air susu yang lebih banyak titik
Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak
awal, maka ibu dapat memerah air susu dari payudara nya dengan
tangan atau menggunakan pompa payudara titik penghisapan oleh bayi
akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan kedua cara tersebut.
2. Fiksasi
Fiksasi bayi (yaitu posisi yang benar antara lidah dengan gusi bayi
terhadap papilla dan areola mammae ibu).
3. Pengosongan
Bayi sebaiknya mengosongkan 1 payudara sebelum diberikan
payudara yang lain titik Apabila bayi tidak mengosongkan payudara
yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara
kedua ini yang diberikan pertama kali. Atau bayi mungkin sudah
kenyang dengan satu payudara, maka payudara yang kedua digunakan
pada pemberian air susu berikutnya.
6.9.1 Prolaktin
Penghisapan puting payudara oleh bayi menyebabkan dilepaskannya impuls
aferens melalui columna anterolateral ke batang otak dan hipotalamus.
Hipotalamus kemudian mengurangi pelepasan dopamin (yang dulu disebut
sebagai faktor inhibisi prolaktin) ke dalam sirkulasi portal ke kelenjar hipofisis.
Hormon prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior yang ada di dasar
otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI, sedangkan
rangsangan pengeluaran prolaktin ini adalah pengosongan nasi dari sinus
laktiferus. Semakin banyak asi yang dikeluarkan dari payudara maka semakin
banyak ASI yang diproduksi, Sebaliknya apabila bayi berhenti menghisap atau
sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi
ASI.
Setiap hisapan bayi pada payudara ibunya akan merangsang ujung saraf di
sekitar payudara, sehingga merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk
memproduksi prolaktin. Prolaktin dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara dan
akan merangsang pengeluaran ASI. Rangsangan payudara sampai pengeluaran
ASI disebut refleks produksi ASI atau refleks prolaktin semakin sering ibu
menyusui semakin banyak pula produksi ASI. Semakin jarang ibu menyusui,
maka semakin berkurang produksi ASI. Prolaktin mempunyai fungsi penting
lain yaitu menekan fungsi indung telur ( ovarium), dan akibatnya dapat
memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid.
104 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan reflek
prolaktin saja, dan harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak
bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan nasi yang memadai, walaupun
produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks
prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung dengan kejiwaan atau
sensasi ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan menghambat produksi ASI.
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat dijelaskan bahwa refleks oksitosin
itu juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya yaitu lingkungan di mana Ibu
dan bayi tinggal. Ketidakpedulian akan ketenangan ibu dan bayi akan membuat
Ibu prestasi yang akibatnya Ibu merasa sedih, bingung, kesal dan marah sebagai
dampak kejiwaan sehingga memengaruhi kerja hormon oksitosin. Hal tersebut
menuntut lingkungan terdekat yaitu keluarga untuk berperan dalam
menciptakan suasana ketenangan dan kenyamanan ibu dan bayi.
7.1 Pendahuluan
Masa prenatal merupakan titik awal dari proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia yaitu di saat manusia belum lahir atau masih berada di
rahim ibu. Namun, banyak masyarakat pedesaan pada umumnya cenderung
menganggap bahwa permulaan perkembangan psikologis dimulai pada saat
anak dilahirkan. Akibat kecenderungan ini, kebanyakan dari mereka tidak
melakukan hal-hal yang dapat memengaruhi perkembangan psikologis anak
pada masa prenatal. Padahal pada masa inilah penentu dan pembentuk karakter
dan tingkah laku anak sesudah lahir.
Pertumbuhan janin dalam kandungan merupakan hasil interaksi antara potensi
genetik dari ayah maupun ibu dan lingkungan intrauterin. Pertumbuhan janin
dipengaruhi oleh faktor-faktor selama kehamilan, yaitu sakit berat, komplikasi
kehamilan, kurang gizi, dan keadaan stress pada ibu hamil (Soetjiningsih, 2012).
Kelahiran buah hati pasti sudah sangat berarti bagi orang tua, yang tentunya
akan menjadikan penerus bagi keturunan keluarganya kelak. Setiap anak pasti
melalui proses kelahiran dengan tahapan perkembangan janin selama 9 bulan
lamanya. Untuk tahapan minggu I terjadi konsepsi embrio di mana setelah 4-5
hari embrio dan plasenta melekat pada dinding uterus. Pada minggu ke II – III
terjadi pembelahan menjadi 3 bagian (eksoderm, mesoderm, endoderm).
110 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
8. Minggu ke-11, organ tubuh sudah terbentuk dengan lengkap dan mulai
berfungsi. Panjang sekitar 6 cm dengan berat 10 gram. Janin mulai
bergerak dan bisa meluruskan tubuhnya (Rahmatia, halaman 3). Di
minggu ke-12, struktur yang telah terbentuk akan terus bertumbuh dan
berkembang semakin sempurna. Di usia ini, sistem saraf dan otot janin
mencapai tingkat kematangan. Selain bernapas, kini janin juga mulai
mampu mencerna makanan.
9. Pada minggu ke-13 panjang janin sekitar 65-78 mm dengan berat kira-
kira 20 gram. Seluruh tubuh janin ditutupi rambut-rambut halus yang
disebut lanugo 17. Pada minggu-16, panjang janin sekitar 12 cm
dengan berat kira-kira 100 gram. Reflek gerak bisa dirasakan ibu,
meski masih amat sederhana. Di usia ini, janin juga mulai mampu
mengenali dan mendengar suara-suara dari luar kantong ketuban.
Termasuk detak jantung ibu bahkan suara-suara di luar diri ibu seperti
gaduh atau sapaan lembut.
10. Pada bulan kelima, berat dan panjang janin semakin meningkat. Pada
minggu ke-18 taksiran panjang janin adalah 14 cm dengan berat sekitar
150 gram. Pada minggu ke-21, beratnya sekitar 350 gram dengan
panjang kira-kira 18 cm, sistem organ tubuh mengalami pematangan
dan fungsi dan perkembangan.
11. Pada minggu ke-29, berat janin sekitar 1250 gram dengan panjang
rata-rata 37 cm. kelahiran bayi prematur harus diwaspadai karena
umumnya meningkatkan keterlambatan perkembangan fisik maupun
mentalnya. Pada minggu ke-32, berat bayi sekitar 1800- 2000 gram
dengan panjang tubuh 42 cm.
12. Pada minggu ke-33 berat janin lebih dari 2000 gram dan panjangnya
sekitar 43 cm. pada minggu ke-35, secara fisik bayi berukuran sekitar
45 cm dengan berat 2450 gram. Mulai minggu ini, fungsi paru bayi
sudah matang. Pada permukaan paru-paru yang telah matur ditemukan
lipoprotein yang berfungsi mengurangi tahanan pada permukaan
alveoli dan memudahkan paru-paru berkembang pada penarikan nafas
pertama oleh janin.
114 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
13. Pada minggu ke-36, berat bayi seharusnya mencapai 2500 gram
dengan panjang 46 cm. Pada minggu ke-37, dengan panjang 47 cm dan
berat 2950 gram bayi dinyatakan sudah siap lahir karena seluruh fungsi
organ-organ tubuhnya sudah matang dan bisa bekerja sendiri. Kepala
bayi biasanya masuk ke jalan lahir, dan siap lahir. Pada minggu ke-38,
berat bayi sekitar 3100 gram dengan panjang 48 cm. meski biasanya
akan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, bayi rata-rata lahir
di usia kehamilan 38 minggu.
2. Mengajak Bicara
Janin dalam kandungan mulai bias mendengar suara ibu dan ayahnya
setelah berusia 16 minggu. Saat memasuki usia 23 minggu, janin sudah
bias menanggapi setiap suara yang didengarnya dengan bergerak lebih
aktif di dalam rahim, seperti menendang dan membuka mulutnya .
Berbagai jenis suara dari tubuh Bunda bias didengar oleh janin, seperti
suara detak jantung, suara napas ibu, suara perut saat lapar, dan suara
mulut ibu saat mengunyah makanan. Selain suara dari tubuh Ibu, janin
juga sudah dapat mendengar suara music dan suara dari lingkungan di
sekitar.
3. Mendongengkan
Mendongeng dapat menjadi salah satu cara menyenangkan
mendukung tumbuh kembang Janin, terutama untuk menstimulasi
keterampilan bahasa dan beberapa jenis kecerdasan majemuknya.
Karena itu, alangkah baiknya bila Ibu dan Ayah selalu meluangkan
waktu untuk membacakan atau mendongengkan cerita untuk Janin
dalam kandungan.
sudah memasuki dewasa tengah (di atas 35). Bayi yang lahir dari ibu
remaja, kebanyakan mengalami prematur dan keguguran. Pada ibu
yang berusia paruh baya, kehamilan bisa berakibat keguguran,
keterbelakangan mental pada bayi, dan komplikasi penyakit.
3. Faktor Ayah
Ayah juga berperan penting dalam tahap perkembangan janin.Dengan
memberikan perhatian yg lebih kepada sang ibu itu akan sangat
memengaruhi perkembangan janin kedepannya. Perhatian dan kasih
sayang seorang ayah kepada ibu akan membuat emosi ibu akan stabil,
tenang dan bahagia. Stimulasi ayah pada janin dan sering mengajak
bicara janin dalam kandungan juga dapat menenangkan janin,
membangun ikatan emosional bayi dengan ayah dari suara dan
sentuhan bayi, bisa berdampak pada perkembangan bahasa bayi.
Selain itu, usia ayah yang sudah terlalu tua mengakibatkan anak
kekurangan kalsium sehingga tinggi badannya kurang dan bisa
mengakibatkan anak mengalami keterbelakangan mental seperti down
syndrome.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang sehat ataupun tidak sehat juga sangat berpengaruh
terhadap perkembangan janin. Polusi dan bahan-bahan beracun yang
semakin banyak di suatu lingkungan dapat membahayakan kondisi
janin dalam kandungan dan berakibat keterbelakangan mental pada
anak. Terkontaminasi polusi dan bahan-bahan beracun dapat
mengakibatkan keterbelakangan mental pada anak. Ibu yang sedang
mengandung sebaiknya sangat berhati-hati dengan lingkungan dan apa
yang akan di konsumsinya, karena jika ia mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi bahan-bahan beracun dapat mengganggu
perkembangan janin.
5. Faktor Gen
Faktor ini pun menjadi salah satu faktor yg sangat sering menjadi
penghalang pada perkembangan janin.Pentingnya genetik dan
keturunan bagi ciri – ciri fisik calon bayi seperti warna mata, tinggi
badan, bentuk kuku dan lainnya. Abnormalitas kromosom dapat
berakibat pada perkembangan yang tidak lazim, seperti sindrom down
Bab 7 Perkembangan Janin 119
3. Usia Maternal
yaitu penundaan kehamilan semakin umum di masyarakat barat dan ini
dapat meningkatkan risiko ibu dan bayi. Risiko-risiko pada bayi
prematir, berat lahir rendah, dan abnormalitas-abnormalitas kromosom
tertentu seperti sindroma down. Risiko ini di perkirakan paling besar
pada ibu berusia di atas 30 Tahun, dan ini di kaitkan dengan
menurunnya kondisi sel telur perempuan. Begitupun dengan ibu
berusia muda. Kehamilan di usia remaja lebih mungkin
mengakibatkan kelahiran prematur dan angka kematian bayi pada
kelompok umur ini lebih tinggi daripada semua Kelompok lainnya.
4. Obat – Obatan Ilegal
penggunaan kokain dimasa kehamilan telah dikaitkan dengan
berat,panjang,badan dan lingkar kepala anak bayi yang rendah ketika
lahir. serta kelemahan-kelemahan nerurologis dan kohgnitif dalam jangka
lebih panjang. termasuk kelemahan perkembangan motorik pada usia dua
tahun.Meski demikian, variabel-variabel penyerta yang dikaitkan dengan
lingkungan dan gaya hidup pengguna obat juga harus dipertimbangkan
(contoh nya: kemiskinan dan gizi buruk) . Anak-anak yang dilahirkan oleh
pengguna heroin diketahui menunjukan gejala menagih segera setelah
lahir,termasuk tremor,mudah marah,menangis secara tidak merasa
normal, tidur yang gelisah, dan lemah nya pengendalian motorik.
5. Alkohol
konsumsi alkohol yang tinggi secara konstan di masa kehamilan dapat
mengakibatkan sindroma alkohol janin (FAS -fatal alcohol syndrome)
sesuatu kelompok abnormalitas yang meliputi kelainan
wajah,perusakan anggota badan,gangguan gangguan jantung dan
kelemahan kognitif.
6. Bahaya – Bahaya Lingkungan
Radiasi dapat mengakibatkan mutasj gen, abnormalitas kromosom
lebih tinggi pada anak-anak dengan ayah yang terpapar radiasi tingkat
tinggi dalam pekerjaan. Sinar X pada minggu-minggu pertama
kehamilan meningkatkan risiko mikroensefalitis, masalah-masalah
kognitif, leukimia dan bahaya polutan seperti karbon monoksida,
merkuri, pupuk-pupuk tertentu, dan pestisida.
Bab 8
Konsep Dasar Mikrobiologi
8.1 Pendahuluan
Kadang kita kurang menyadari bahwa mikroorganisme terdapat di mana-mana
disekitar kita. Baik di lingkungan tanah, di udara, di dalam air, disekitar kita,
bahkan pada mulut, hidung, di dalam perut, di dalam jaringan tubuh kita (kulit
dan selaput lendir)dijumpai berbagai mikroorganisme. Mikroorganisme sangat
erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya bermanfaat
dan yang lainnya merugikan. Mikroorganisme banyak terdapat di alam dan
amat besar peranannya, termasuk dalam bidang kesehatan, maka sudah
selayaknya setiap mahasiswa kesehatan harus mengetahui hal-hal yang terkait
dengan mikrobiologi. Sedemikan kecilnya sehingga keberadaan mereka hanya
dapat dilihat dengan alat yang disebut mikroskop.
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil yaitu
dalam skala micrometer atau micron (µ) atau sepersejuta meter dan tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Dalam percakapan sehari-hari atau untuk
kepentingan praktis mikroorganisme sering disebut sebagai mikroba atau
kuman. Untuk mempelajarinya diperlukan cara tertentu yaitu observasi
mikroskopik dan biakan atau pure culture. Ilmu yang mempelajari
mikroorganisme disebut mikrobiologi.
122 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
dari sisa makanan yang menempel di giginya serta air hujan, dan pada
berikutnya dikenal sebagai bakteri dan protozoa.
Antonie van Leeuwenhoek dikenal juga sebagai first microbiologist
yang pertama kali mengamati mikroorganisme menggunakan
mikroskop sederhana. Lensa-lensa yang dibuat Leewenhoek mampu
melihat benda kecil dengan pembesaran sampai 400 x dengan lensa
tersebut keberadaan mikroorganisme baru diketahui dengan nyata.
Mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata biasa karena
ukurannya yang sangat kecil. Dengan ditemukannya lensa sebagai
kaca pembesar menjadikan hasil pengamatan pada organisme-
organisme kecil menjadi sangat menakjubkan pada jaman itu, bahkan
sampai sekarang jika didasarkan kepada sederhananya alat yang
digunakan. Penemuan Leeuwenhoek tersebut merupakan awal penting
dalam dunia mikrobiologi. Dengan demikian bahwa penemuan
organisme kecil oleh Leewenhoek tersebut baru menjawab bahwa di
dunia ini ada makhluk hidup yang ukurannya sangat kecil, tidak
terlihat mata, dan terdapat di mana-mana.
4. Ignaz Semmelweis (1840-an)
Ignaz Semmelweis adalah dokter yang mengajarkan tentang hand
washing yang terbukti sangat efektif dalam mencegah kontaminasi
atau penularan penyakit
5. Joseph Lister (1860-an)
Joseph Lister adalah orang pertama yang memproduksi dan
menggunakan antiseptic.
6. Robert Koch (1870-an)
Robert Koch berjasa dalam menyusun “Koch's Postulates” yang
menyatakan tahapan suatu mikroba dapat menyebabkan penyakit
tertentu. Koch juga menemukan beberapa bakteri: Bacillus anthracis,
Mycobacterium tuberculosis dan Vibrio cholera. Koch juga
mengembangkan media untuk membiakan bakteri.
7. Dmitri Iwanowski (1890-an)
Dmitri Iwanowski merupakan penemu virus pertama yaitu tobacco
mozaic virus.
124 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Mikrobiologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu mikros = kecil, bios = hidup, dan
logos = ilmu) merupakan suatu ilmu tentang organisme hidup yang berukuran
mikroskopis. Organisme yang dipelajari dalam mikrobiologi yaitu
mikroorganisme yang meliputi bakteri, virus, jamur, protozoa. Ilmu
mikrobiologi kedokteran mempelajari mikroorganisme sebagai penyebab
penyakit infeksi, cara mendiagnosis, pengobatan, pencegahan dan pengendalian
infeksi. Mikrobiologi merupakan ilmu aneka disiplin karena ilmu ini mencakup
Bab 8 Konsep Dasar Mikrobiologi 129
9.1 Pendahuluan
Tidak bisa dipungkiri bahwa mikroorganisme itu berada di mana-mana baik di
lingkungan udara, air, tanah, bahkan pada mulut, perut, hidung, serta dalam
jaringan tubuh kita banyak dijumpai adanya mikroorganisme. Pada
mikroorganisme merupakan organisme yang berukuran sanget kecil sehingga
tidak bisa dilihat dengan kasat mata, hanya bisa dilihat dengan menggunakan
alat mikroskopi. Mikroorganisme terdiri dari bateri (Bakteriologi), Virus
(virologi) yang merupakan kesemuanya adalah berukuran kecil.
Bakteriologi adalah ilmu murni (bakteriologi murni) serta ilmu terapan
(bakteriologi pangan, kedokteran, pertanian, lingkungan, serta industri) yang
bisa dipelajari. Kedua ilmu pada bakteriologi saling mengisi di mana, sebagai
salah satu contoh bakteriologi murni dapat memberikan kontribusi dalam
mengkaji untuk menerapkan bakteriologi terapan, begitupun sebaliknya ilmu
pada bakteriologi terapan dapat memberikan kontribusi dalam upaya penemuan
hal-hal baru perkembangan bakteriologi murni.
Dalam bab ini akan dibahas tentang definisi bakteriologi dasar, klasifikasi
bakteriologi dasar, struktur dan bentuk bakteriologi dasar, serta peranan
bakteriologi dasar pada kehidupan makhluk hidup yang ada disekitar
lingkungan kehidupan.
132 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
c. Bentuk spiral
d. Bentuk vibrio
5. Klasifikasi terhadap sifat pewarnaan
a. Pewarnaan sederhana
b. Pewarnaan diferensial
c. Pewarnaan khusus
6. Klasifikasi berdasarkan sifat pertumbuhan
a. Aerob
b. Anaerob
c. Mikroaerofilik
7. Klasifikasi berdasarkan metabolism.
a. Bakteri autotrophic
b. Bakteri heterotrophic
Sel bakteri dalam sel organisme terdiri dari dua golongan utama yaitu sel
prokariotik dan sel eukariotik di mana kedua golongan ini merupakan kedua tipe
sel secara kimiawi adalah serupa, yaitu sama-sama mempunyai asam nukleat,
lipid, karbohidrat serta protein. Jika menggunakan reaksi kimia maka kedua
golongan ini mempunyai reaksi yang sama untuk menyimpan energi,
metabolisme makanan, dan membentuk protein. Akan tetapi golongan ini juga
memiliki perbedaan yaitu tidak adanya organel, struktur dinding sel, serta
membran sel .
Tabel 9.1: Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik
Perbedaan Sel Prokariotik Sel Eukaruotik
Lipida Sterol
2. Membran Sel
Merupakan bungkusan dari protoplasma yang terletak di dalam
dinding sel yang tidak terikat oleh dinding sel . Membran sel terdapat
protein lipida dan asam nukleat serta menyerap cat-cat basa lebih kuat
dari sitoplasma.
Fungsi membran sel adalah
a. Spesies aerob tempat transport elektron dan oksidasi-fosforlasi
b. Tempat ekspresi eksoenzim yang hidrolitik
c. Transport makanan secara selektif
d. Mengandung enzim dan molekul berfungsi pada biosintesa DNA
e. Pengaturan keluar masuknya zat
f. Pembentukan dinding pemisah
g. Berperan dalam proses pembelahan sitoplasma
h. Mengandung reseptor protein untuk sistem kemotaktik
3. Sitoplasma
Isi sel berupa cairan yang disebut dengan protoplasma. Protoplasma
itu sendiri merupakan koloid mengandung enzim-enzim, belerang,
protein, kalsium karbonat, karbohidrat dan volutin. Komponen dari
sitoplasma itu sendiri terdiri dari: Inti, ribosom, granula sitoplasma,
dan plasmid.
10.1 Pendahuluan
Mikroorganisme terdapat di mana-mana, seperti pada tanah, debu, udara, air,
makanan ataupun permukaan jaringan tubuh kita. Keberadaan mikroorganisme
tersebut ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi banyak pula yang
merugikan manusia misalnya dapat menimbulkan berbagai penyakit atau
bahkan dapat menimbulkan kerusakan akibat kontaminasi. Udara bukanlah
suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa
bahan partikulat, debu dan tetesan cairan, yang kesemuanya ini mungkin
dimuati oleh bakteri. Jumlah dan tipe mikroorganisme yang mencemari udara
ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan misalnya, dari saluran
pernafasan manusia yang disemprotkan melalui batuk, bersin, dan partikel-
partikel debu diedarkan oleh aliran udara.
Mikroorganisme dapat hidup di mana – mana, tidak hanya di ruang terbuka tapi
di ruangan tertutup. Kehidupan mikroorganisme di ruang tertutup lebih mudah
dikendalikan dibanding di ruang terbuka. Jika suatu ruangan tertutup, kehidupan
mikroorganisme dapat dikendalikan, maka ruangan tersebut dapat
dikategorikan sebagai ruangan steril. Seseorang yang bekerja di dalam satu
ruangan dengan kepadatan mikroba yang tinggi dengan sendirinya
mendapatkan risiko yang besar akan terjangkitnya penyakit. Ditambah lagi jika
instansi tempat bekerja itu merupakan sarana pelayanan publik seperti institusi
142 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
10.2 Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media dan
lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang
patogen maupun yang a patogen. Atau bisa dikatakan sebagai proses untuk
membebaskan sesuatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk
vegetative maupun bentuk spora. Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang
mikrobiologi untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang bedah
untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-
obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme
dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting. Sterilisasi
adalah suatu proses untuk menghasilkan suatu keadaan yang steril.
Suatu kegiatan yang lazim dilakukan di rumah sakit dengan tujuan utama untuk
menyediakan barang atau produk yang steril.
1. Pengertian
Sterilisasi merupakan setiap proses (kimia maupun fisika) yang
membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme.
Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran atau penghilangan semua
bentuk kehidupan mikroorganisme dan sporanya (Lawrence and May,
2003). Sterilisasi adalah proses penghilangan seluruh mikroorganisme
dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri (Nursalam, dan
Kurniawati, 2007).
Bab 10 Sterilisasi Dan Desinfeksi 143
2. Metode sterilisasi
Prosedur sterilisasi cukup beraneka ragam tergantung pada faktor
seperti macam bahan yang dibuat dan suasana peristiwa
pemakaiannya. Metode utama yang biasa digunakan dalam proses
sterilisasi dapat berupa sterilisasi fisika dan sterilisasi kimia (Suendra
et al., 1991). Metode sterilisasi yang dilakukan di rumah sakit terhadap
instrumen medis dan linen dapat berupa sterilisasi dengan uap air,
panas kering, gas formaldehid, gas etilen oksida, dan sterilisasi dengan
plasma.
3. Sterilisasi dengan panas basah (autoklaf)
Sterilisasi dengan autoklaf adalah sterilisasi dengan menggunakan uap
air disertai tekanan. Autoklaf memiliki suatu ruangan yang mampu
menahan tekanan di atas 1 atm. Alat-alat atau bahan yang akan
disterilkan, dimasukkan dalam ruangan. Setelah udara dalam ruangan
ini digantikan oleh uap air, maka ruangan ini ditutup rapat sehingga
tekanannya akan meningkat, yang juga akan diikuti oleh kenaikan
suhunya (Dwidjoseputro, 2005). Ada tiga waktu yang dapat digunakan
dalam proses sterilisasi dengan panas basah. Sterilisasi dengan panas
basah pada suhu 134-137ºC dengan waktu minimum 3 menit dan
tekanan 2,25 bar. Sterilisasi pada suhu 126-129ºC selama 10 menit dan
tekanan 1,50 bar. Sterilisasi pada suhu 121-124ºC selama 15 menit dan
tekanan 1,15 bar (Lawrence dan May, 2003). Di dalam autoklaf yang
mensterilkan adalah panas basah, bukan tekanannya. Oleh karena itu,
setelah air dalam tangki mendidih dan mulai dibentuk uap air, maka
uap air dialirkan ke ruang pensteril guna mendesak keluar semua udara
di dalamnya. Apabila masih ada udara yang tersisa, maka udara
tersebut akan menambah tekanan di dalam ruang pensteril yang akan
mengganggu naiknya suhu dalam ruang tersebut.
4. Sterilisasi dengan panas kering
Proses sterilisasi dengan panas kering terjadi melalui mekanisme
konduksi panas, di mana panas yang terbentuk akan diabsorbsi oleh
permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merambat ke bagian
144 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
heart valves, bantal, kasur dan sepatu dapat disterilkan dengan cara
ini.
b. Sterilisasi dengan uap formaldehid
Selain dalam bentuk cairan, formaldehid juga sangat bermanfaat
dalam bentuk gas. Larutan formaldehid 37% dalam air apabila
dipanaskan akan melepaskan uap formaldehid yang merupakan
disinfektan yang sangat efektif bagi alat-alat dan berbagai bahan
yang tercemar dengan spora atau Mycobacterium tuberculosis.
Gas formaldehid dapat membunuh mikroorganisme melalui
mekanisme alkilasi. Formaldehid biasa digunakan untuk
mendisinfeksi ruangan, lemari, maupun instrumen-instrumen.
Siklus kerja mesin sterilisasi gas formaldehid ada beberapa tahap.
Tahapan itu berupa tahap pemanasan, loading atau memulai, pre-
vakum, pemberian uap awal, dan pulsing. Pada tahap pre vakum
dilakukan di bawah 50 mbar, pada proses ini akan menghilangkan
udara dari chamber dan isi chamber. Sedangkan pada tahap
pulsing ada empat tahapan yaitu pemberian steam atau uap secara
kontinyu sampai suhu 73°C, pompa vakum dijalankan di bawah
50 mbar, pemaparan formaldehid sehingga diperoleh konsentrasi
15 mg/m3, serta fase kesetimbangan gas.
6. Sterilisasi dengan plasma
Plasma secara umum didefinisikan sebagai gas yang terdiri dari
elektron, ion-ion, maupun partikel-partikel netral. Plasma buatan dapat
terjadi pada suhu tinggi maupun suhu rendah. Gas plasma suhu rendah
terjadi apabila dalam keadaan deep vacuum. Gas tertentu distimulasi
dengan frekuensi radio atau energi gelombang mikro sehingga
terbentuk plasma. Plasma dari beberapa gas seperti argon, nitrogen,
dan oksigen menunjukkan aktivitas sporosidal. Dalam pembentukan
plasma yang berasal dari hidrogen peroksida, akan mengalami dua fase
yaitu fase hidrogen peroksida dan fase plasma. Pembentukan plasma
dimulai setelah prevakum chamber. Uap hidrogen peroksida yang
dihasilkan dari larutan 58% hidrogen peroksida masuk ke dalam
chamber melalui mekanisme difusi. Kemudian alat dan bahan yang
146 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
sterilisasi. Oleh karenanya hanya digunakan pada metode sterilisasi uap panas
yang menggunakan sistem vacum. Jadi indikator ini sama sekali bukan untuk
mengetahui apakah kondisi sterilisasi telah tercapai. Tes Bowie Dick pertama
kali diperkenalkan oleh J. Boy dan J. Dick. Mereka berpendapat bahwa apabila
masih terdapat sisa udara dalam ruang sterilisasi setelah dilakukan vacum dan
hanya ada satu kemasan di dalamnya, maka udara akan terkonsentrasi dalam
kemasan tersebut. Tes Bowie Dick dilakukan dengan menggunakan sejumlah
handuk khusus (28 -32 lembar) yang dilipat menjadi tiga bagian. Handuk
tersebut disusun sedemikian rupa sehingga berukuran (12 x 9) Inchi dan
tingginya 10 - 11 Inchi. Kedudukan handuk diusahakan sedemikian rupa
sehingga mendatar. Jumlah handuk dapat bervariasi, tergantung ketebalannya.
Handuk yang digunakan adalah handuk bersih yang tidak disetrika. Handuk
kemudian dibungkus. Lembaran Tes Bowie Dick diletakkan ditengah-tengah
bungkusan, kemudian dimasukan ke dalam alat sterilisasi yang kosong, tepatnya
di bagian depan bawah, di atas drain kemudian dilakukan sterilisasi pada suhu
1320 C selama 3,5 menit. Setelah selesai, lembaran Tes Bowie Dickdievaluasi
dengan mengamati adanya perubahanwarna contoh dari putih menjadi hitam.
Hasil yang baik ditandai dengan perubahan warna yang merata. Apabila
perubahan warna tidak merata, maka diduga masih ada udara yang tertinggal
dalam ruang sterilisasi yang berarti ada kerusakan pada pompa vacum dari alat.
Beberapa alat sterilisasi yang baru sudah dilengkapi dengan perangkat untuk
menguji kebocoran udara, sehingga tidak perlu lagi melakukan Tes Bowie Dick.
Dengan melakukan tes indikator biologi
Indikator biologi adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam
bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol
dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerja dari indikator
biologi adalah dengan mensterilkan spora hidup mikroorganisme yang non
patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu. Apabila selama proses
sterilisasi spora-spora tersebut terbunuh, maka dapat diasumsikan bahwa
mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan benda yang kita sterilkan bisa
disebut steril. Jenis mikroorganisme yang digunakan adalah Bacillus
Stearothermophillus (Sterilisasi uap panas) dan Bacillius Subtelis (Sterilisasi
Gas Etilen Oksid dan Panas Kering).
1. Jenis-jenis Indikator Biologi
Awalnya Indikator biologi berupa strip kertas yang mengandung
spora kering dan dikemas dalam kantung bersegel. Setelah melewati
proses sterilisasi, spora kering dipindahkan secara aseptis ke dalam
Bab 10 Sterilisasi Dan Desinfeksi 151
Prosedur:
• Lakukan pengukuran temperatur, tekanan, waktu sampai akhir
proses.
• Check indikator lampu ganti bila perlu.
• Yakinkan bahwa test pack sesuai dengan yang diharapkan.
• Washer Strelilizer Schedule Tahunan
Prosedur:
• Bersihkan Bagian dalam.
• Check supply Air sewaktu pengisian.
• Check keamanan valve.
• Check tekanan Door Gasket.
• Inspeksi kebocoran air dan oli.
• Check temperatur kontrol valve.
• Check steam strainner.
• Check level oli pada gear conveyer motor.
• Lumasi bagian bergerak.
• Lumasi dan bersihkan sistem motor pembuka pintu.
• Ukur ketebalan door gasket.
• Inspeksi tabung dari keretakan.
• Ukur kondensor coil.
• Ethylene Oxide Sterilizer Schedule Bulanan
Bab 10 Sterilisasi Dan Desinfeksi 155
Prosedur:
• Check sistem listrik dan mekanik seluruh komponen dari
kerusakan dan keausan. Perbaiki bila perlu.
• Lepaskan door gasket, bersihkan dan lumasi dengan silicon,
check kehalusan door gasket.
• Lumasi mekanik pintu, buang bagian pelumas yang berlebih.
• Checkrak, lumasi bila perlu.
• Check steam valve, solenoid, trap dan pipa.
• Bersihkan mekanik sterilizer, chamber, jacket, strainner, main
drain dan lantai di bawah alat.
• Check kebocoran Ethylene oxide valve, sambungan dan pipa
dari kebocoran.
• CheckEthylene oxide filter, Ganti bila perlu.
• Check filter masukan gas, bersihkan dengan air bila perlu.
• Ethylene Oxide SterilizerSchedule Enam Bulanan
Prosedur:
• Check sistem listrik dan mekanik seluruh komponen dari
kerusakan dan keausan. Perbaiki bila perlu.
• Lepaskan door gasket, bersihkan dan lumasi dengan silicon,
check kehalusan door gasket.
• Lumasi mekanik pintu, buang bagian pelumas yang berlebih.
• Chek rak, lumasi bila perlu.
• Check steam valve, solenoid, trap dan pipa.
• Bersihkan mekanik sterilizer, chamber, jacket, strainner, main
drain dan lantai di bawah alat.
• Check kebocoran Ethylene oxide valve, sambungan dan pipa
dari kebocoran.
• Check Ethylene oxide filter. Ganti bila perlu.
• Check filter masukan gas, bersihkan dengan air bila perlu.
156 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Prosedur:
• Letakkan pack test kedalam unit.
• Letakkan pengukur temperatur kedalam chamber dan ukur
temperatur pada akhir proses.
• Lakukan pengukuran temperatur, tekanan, waktu sampai akhir
proses.
• Check indikator lampu ganti bila perlu.
• Yakinkan bahwa test pack sesuai dengan yang diharapkan.
• Yakinkan bahwa seluruh alarm aliran exhaust dan alarm area
Eto
• Check kelurusan gasket, seal, pipa dan mounting pump
• Check inlet steam strainer dan tank main steam.
10.6 Desinfeksi
1. Pengertian
Disinfeksi adalah proses pengurangan jumlah kemungkinan
mikroorganisme ke tingkat bahaya yang lebih rendah pada area yang
terindikasi kontaminasi oleh microorganisme. Desinfeksi merupakan
tindakan/upaya untuk membunuh mikroba patogen dalam bentuk
162 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
11.1.1 Sel
Perkembangan sel sistem imun dimulai di sumsum tulang dari selpunca
hematopoietik pluripoten yang kemudian berdiferensiasi menjadi sel yang lebih
terspesialisasi untuk membentuk kelompok sel imun heterogen yang disebut
leukosit (Gambar 11.1).
sel dan bekerja pada sel yang berbeda dari sistem kekebalan tubuh. Berbagai
jenis sitokin antara lain: tumor nekrosis faktor-α (TNF-α), interferon (IFN-α,
IFN-β, dan IFN-γ), interleukin (IL-1, IL-2, IL-3, dll.), dan kemokin. Semua
sitokin mencapai peran fungsionalnya dengan mengikat reseptor spesifik yang
diekspresikan pada permukaan sel. Beberapa sitokin, seperti TNF-α dan
interferon, memiliki peran untuk meningkatkan sistem imun dan meningkatkan
respons imun. Sedangkan TGF-β dan IL-10, merupakan sitokin penghambat
dan menekan respon imun.
Kemokin adalah bagian dari sitokin kecil yang terlibat dalam kemotaksis sel.
Oleh karena itu, kemokin adalah sitokin kemotaktik. Peran utama kemokin
adalah untuk memandu migrasisel sistem kekebalan tubuh sehingga mereka
dapat mencapai organ atau jaringan di mana fungsinya diperlukan.
dua subset utama limfosit yaitu limfosit B danT. Patogen, sel terinfeksi, dan sel
tumor mengekspresikan antigen permukaannya yang dikenali oleh limfosit B
dan T. Antigen didefinisikan sebagai molekul yang dikenali oleh sistem imun
adaptif.
Imunitas adaptif membutuhkan waktu lebih lama untuk terlibat jika
dibandingkan dengan imunitas bawaan dan merupakan garis kedua pertahanan
organisme. Meskipun imunitas adaptif memerlukan beberapa hari atau minggu
untuk berkembang, pada akhirnya dapat menimbulkan eliminasi spesifik
antigen, sel terinfeksi, dan sel kanker. Itu disebut adaptif karena jenis kekebalan
ini mampu menghasilkan memori. Dengan demikian, paparan berulang
terhadap antigen yang sama menyebabkan respons yang lebih kuat dan cepat
dan memberikan perlindungan jangka panjang.
Gambar 11.2: Deskripsi skema dari respon imun bawaan dan hubungannya
dengan inisiasi respon imun adaptif.
Ketika sel epitel gagal untuk memblokir mikroorganisme, masuknya patogen
akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh bawaan. (1) Garis pertahanan
pertama terdiri dari makrofag jaringan yang menelan mikroorganisme dan
menghancurkannya melalui pengenalan pola terkait patogen melalui
reseptornya. Pembersihan patogen baik dimediasi melalui fusi fagosom dengan
lisosom yang mengandung senyawa antimikroba (2) Makrofag yang teraktivasi
juga mampu mensekresi sitokin dan kemokin, menyebabkan inflamasi dan
Bab 11 Sistem Imunologi 167
perekrutan sel imun lainnya. (3) Respon inflamasi dapat meningkatkan aliran
darah lokal, mengurangi kecepatan aliran darah, dan menginduksi up-regulation
molekul adhesi pada sel endotel yang teraktivasi dengan konsekuensi
ekstravasasi leukosit yang bersirkulasi ke dalam jaringan yang terinfeksi. (4)
Neutrofil adalah yang pertama tiba di tempat infeksi diikuti oleh monosit.
Diferensiasi monosit mengarah pada pembentukan makrofag tambahan yang
siap untuk respons bawaan. (5) Selama infeksi virus, sel NK memainkan peran
penting dalam memberikan pertahanan utama dengan melepaskan molekul litik
saat menghubungi sel target. (6) Sistem komplemen selanjutnya diaktifkan oleh
produk mikroba,yang berkontribusi pada penciptaan lingkungan inflamasi.
Respon inflamasi juga meningkatkan aliran antigen dari jaringan yang terinfeksi
ke kelenjar getah bening yang mengalir, suatu mekanisme yang akan membantu
meningkatkan respons imun adaptif. Pada tahap ini, kekebalan bawaan mungkin
berhasil menghilangkan infeksi. Sebagai alternatif, infeksi dapat dikendalikan
untuk mencegah penyebaran, sementara respon imun adaptif berkembang untuk
memberikan tingkat pertahanan yang lebih kuat. (7) Sel dendritik adalah efektor
kunci dalam pengembangan respons adaptif. Mereka menangkap antigen dalam
jaringan, bermigrasi ke kelenjar getah bening, dan menyajikan antigen ke sel T
naif untuk mengaktifkan kekebalan adaptif.
Respon adaptif didasarkan pada dua komponen: (1) Imunitas humoral,
dimediasi oleh limfosit B (sel B) yang memproduksi dan mengeluarkan molekul
yang disebut imunoglobulin (Ig) atau antibodi dan (2) Imunitas seluler, yang
dimediasi oleh limfosit T (sel T). Limfosit T dibagi dalam dua himpunan bagian
utama yaitu sel T helper (Th) yang mengkoordinasikan aksi sel lain dari sistem
kekebalan dan sel T sitotoksik (CTL) yang menghancurkan sel terinfeksi atau
kanker.
Sebelum antigen masuk ke dalam organisme inang, sangat sedikit sel B dan T
disebut sel naif karena kurangnya pertemuan dengan antigen. Setelah stimulasi
antigenik, sel-sel ini diaktifkan dan berkembang biak untuk menghasilkan
keturunan sel yang diaktifkan. Oleh karena itu, respon imun adaptif humoral dan
seluler memerlukan beberapa hari atau minggu untuk berkembang. Waktu ini
diperlukan untuk memungkinkan limfosit B dan T berproliferasi untuk
meningkatkan jumlah mereka dan berdiferensiasi menjadi sel efektor yang
mampu menghancurkan sel yang terinfeksi atau kanker.
168 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
11.4 Limfosit B
11.4.1 Perkembangan dan Fungsi Sel B
Pematangan sel B terjadi melalui serangkaian peristiwa molekuler dan seluler
yang terjadi di sumsum tulang. BCR adalah Ig atau antibodi yang diekspresikan
pada permukaan sel B di mana ia dikaitkan dengan molekul yang terlibat dalam
transduksi sinyal. Antibodi adalah protein multimerik yang terdiri dari dua rantai
berat dan dua rantai ringan yang bergabung membentuk molekul berbentuk “Y”
(Gambar 11.4). Masing-masing dari dua lengan pendek Y dibentuk oleh
penjajaran satu rantai ringan dengan satu rantai berat. Mereka identik dan
mengikat dua epitop identik. Lengan panjang mengikat protein lain atau reseptor
seluler dan memberikan fungsi biologis pada antibodi. Ada lima kelas utama
atau isotipe antibodi yang berbeda dalam rantai berat dan fungsinya yaitu IgM,
IgD, IgG, IgA, dan IgE.
Bab 11 Sistem Imunologi 169
antibodi yang lebih sesuai dengan respon imun yang sedang berlangsung
(isotype switch). Setelah diaktifkan, sel B menjadi sel penghasil antibodi dan
melepaskan antibodi lingkungan ekstraseluler yang memiliki afinitas terhadap
antigen dan isotipe yang ditunjukkan oleh BCR yang dipasang pada permukaan
sel B. Akibatnya, dengan respon imun yang sedang berlangsung, sel B
melepaskan antibodi yang menunjukkan peningkatan afinitas terhadap
antigennya.
Fungsi utama antibodi adalah untuk memblokir menetralkan antigen. Kapasitas
penetralan antibodi sangat bergantung pada afinitasnya terhadap antigen. Fungsi
ini sangat penting untuk menetralisir racun yang dikeluarkan oleh bakteri
(seperti toksin tetanus, toksin pertusis, dan lain-lain) dan untuk menetralisir virus
agar tidak masuk ke dalam sel target (virus poliomielitis, virus campak, dan lain-
lain).
11.5 Limfosit T
11.5.1 Gambaran umum aktivasi limfosit T
Aktivasi limfosit T membutuhkan urutan kejadian. Antigen asing ditangkap dan
diproses oleh sel penyaji antigen (APC) seperti sel dendritik. Fragmen antigen
diangkut ke permukaan sel untuk dikenali oleh limfosit T spesifik yang sudah
ada sebelumnya yang menampung reseptor komplementer untuk antigen yang
diberikan (reseptor antigen sel T, atau TCR). TCR sangat spesifik dan setiap
limfosit T biasanya hanya membawa satu bentuk TCR. Pengenalan antigen
bersama dengan sinyal yang diberikan oleh molekul aksesori bernama molekul
kostimulasi (CD80/86 pada APC dan CD28 pada limfosit T) akan
menyebabkan aktivasi limfosit T terpilih yang kemudian akan menjalani
putaran pembelahan yang kuat (ekspansi klon). Presentasi antigen ke limfosit T
adalah proses kompleks yang dapat dianggap sebagai peristiwa kunci dalam
pengembangan respon imun adaptif dan dijelaskan lebih rinci di bawah ini.
Penting untuk diketahui bahwa limfosit T tidak dapat mengenali antigen dalam
bentuk aslinya. Antigen harus diproses dan didegradasi dalam kompartemen
intraseluler dan kemudian diekspresikan pada permukaan sel yang terkait
dengan molekul khusus milik MHC. Molekul-molekul ini memiliki fungsi
mengikat fragmen antigen (peptida antigenik) dan untuk "menyajikannya" ke
TCR. Dengan kata lain, pengikatan TCR ke antigen hanya dapat terjadi ketika
Bab 11 Sistem Imunologi 171
antigen diproses dan sebagian darinya terikat pada molekul MHC dari
organisme inang. Mekanisme kompleks ini memberikan limfosit T dengan
spesifisitas ganda: satu untuk peptida antigenik dan satu lagi untuk molekul
MHC (Gambar 11.5).
Gen rantai pertama yang mengatur ulang selama seleksi timus. Pertama, ada
asosiasi salah satu segmen D dengan segmen J; kemudian segmen V akan
ditambahkan ke segmen DJ yang dibuat sebelumnya menghasilkan segmen
VDJ. Pada titik ini, semua segmen gen yang terletak di interval kompleks V-D-
J dihilangkan dan transkrip primer yang disintesis berisi Vβ-Dβ-Jβ-Cβs. Intron
dihilangkan dan translasi RNA messenger menghasilkan rantai TCR. Protein ini
kemudian diasosiasikan dengan substitusi rantai TCR untuk membentuk pra-
TCR dan diekspresikan pada permukaan timosit DN. Jika penataan ulang rantai
TCR berfungsi, sel berproliferasi, dan selanjutnya terjadi penataan ulang gen
yang mengkode rantai. Segmen V akan disusun ulang dengan segmen J dan
kemudian, setelah transkripsi dan translasi, rantai TCR diekspresikan. Selama
proses rekombinasi gen ini, beberapa mekanisme menginduksi variabilitas di
lokasi persimpangan gen, sehingga menghasilkan variasi yang sangat tinggi
dalam struktur wilayah TCR yang akan mengikat antigen. Diperkirakan bahwa
melalui proses rekombinasi somatik seperti itu, lebih dari 1015 TCR dapat
dihasilkan secara teoritis selama perkembangan timus. Namun sejumlah besar
timosit yang mengekspresikan TCR tertentu dihilangkan selama seleksi positif
dan negatif. Dengan demikian, diperkirakan bahwa TCR limfosit T naif
manusia adalah sekitar 2,5×107 TCR yang berbeda (Nikolich-Zugich, Slifka
and and Messaoudi, 2004)
Gambar 11.7 dan 11.8 menggambarkan secara skematis struktur molekul MHC
Kelas I dan Kelas II dan bagaimana TCR dan koreseptor berinteraksi dengan
kompleks pMHC di tempat kontak antara limfosit T dan APC. Kiri, molekul
MHC Kelas I terdiri dari rantai 45 kDa dengan tiga domain (α1, 2, dan 3, mirip
dengan imunoglobulin) yang terkait dengan 2-mikroglobulin. Domain 1 dan 2
membentuk saku, yang merupakan situs di mana peptida antigenik mengikat
molekul MHC dan di mana polimorfisme molekul sebagian besar diwakili.
MolekulMHC Kelas II adalah molekul heterodimer, terdiri dari dua glikoprotein
transmembran: rantai 30-32kDa yang secara non-kovalen terkait dengan rantai
27-29 kDa. Kantong pengikat peptida dibentuk oleh domain 1 dari rantai.
178 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
durasi interaksi sel-sel (Benvenuti et al., 2004)(Friedl, A.T. and and Gunzer,
2005).
Urutan kejadian khas yang terjadi selama interaksi sel T/APC produktif dan
pembentukan IS dirangkum dalam Gambar 11.9.
Interaksi sel T/APC secara skematis dapat dibagi menjadi tiga fase(Friedl, A.T.
and and Gunzer, 2005):
1. Inisiasi kontak sel-sel
2. Durasi dan stabilitas kontak
3. Pelepasan sel T setelah beberapa menit atau beberapa jam, diikuti oleh
dimulainya kembali migrasi.
Gambar 11.9: Pertemuan antara sel T dan APC dan inisiasi pembentukan IS.
(1) Sel T membentuk konjugat acak dengan APC yang dimediasi oleh
keterlibatan molekul adhesi seperti LFA-1 dan ICAM-1. (2) Setelah keterlibatan
TCR produktif dengan kompleks peptida/MHC, adhesi antara dua sel
meningkat dan mereka membentuk konjugat yang stabil. (3) Sel T berubah
bentuk, menghentikan migrasi, mempolarisasi mesin sekretori menuju APC,
dan mulai mengatur ulang komponen molekuler IS.
180 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Afodun A.M, Ajao M.S and Enaibe B.U. 2015. Placental Anthropometric
Features: Maternal and Neonatal Characteristics in North Central Nigeria:
Hindawi Publishing Corporation.
Alarcon, B. et al. (1988) ‘Assembly of the human T cell receptor-CD3 complex
takes place in the endoplasmic reticulum and involves intermediary
complexes between the CD3-gamma.delta.epsilon core and single T cell
receptor alpha or beta chains’, J Biol Chem, 263, pp. 2953–2961.
Amini, Galila Aisyah. (2017). Buku Ajar Mikrobiologi Kebidanan. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ.
Antara Kalsel (2020) Pemkab Lumajang tempatkan bilik disinfeksi di RS dan
ruang publik. Available at:
https://kalsel.antaranews.com/nasional/berita/1385434/pemkab-
lumajang-tempatkan-bilik-disinfeksi-di-rs-dan-ruang-
publik?utm_source=antaranews&utm_medium=nasional&utm_
campaign=antaranews
Ariotti, S. et al. (2012) ‘Tissue-resident memory CD8+ T cells continuously
patrol skin epithelia to quickly recognize local antigen.’, Proc Natl Acad
Sci U S A, 109, pp. 19739–19744.
Artadana, I. B. M. (2018) ‘Dasar-Dasar Genetika Mendel dan
Pengembangannya’, xviii, pp. 1–100. Available at:
https://donordarah.info/pewarisan-golongan-darah-sistem-rhesus/.
Association of Occupational and Environmental Clinics (2012) AOEC
Exposure Code Lookup. Available at:
http://www.aoecdata.org/ExpCodeLookup.
Auliasari, N., Rantika, N., Yuliarti, A., Garut, F. M., & No, J. J. (2017). Jurnal
Ilmiah Farmako Bahari Gel Hand Sanitizer Formulation Of Ethanol
184 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom LS, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom
KD. (2005). Williams Obstetrics 22nd Edition. United States of America:
McGraw-Hill Companies. Inc.
Curtsinger, J. M. and and Mescher, M. F. (2010) ‘Inflammatory cytokines as a
third signal for T cell activation’, Curr Opin Immunol, 22, pp. 333–340.
Dewi, D. A. P. R., Iravati, S., & Sarto. (2016). Efektivitas Desinfektan terhadap
Bakteri Ruang Bedah Intalasi Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Sanglah
Denpasar. ResearchGate.
Dewi, Y. V. (2020) Buku Ajara Asuhan Kebidanan 3. Bandung: Media Sains
Indonesia.
Diah Rahmatia.(2008). Bagaimana Pertumbuhan & Perkembangan Manusia.
Jakarta: Shakti Adiluhung
Dr.Masganti Sit, M. A. (2015). Perkembangan Anak.pdf. Psikologi
Perkembangan Anak Usia Dini, 1, 39.
Effendi, Y. (2020) ‘Buku Ajar Genetika Dasar’, in Genetika. Magelang: Pustaka
Rumah Cinta, pp. 5–6.
Fitri, I. (2017). Lebih Dekat dengan Sistem Reproduksi Wanita. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Friedl, P., A.T., den B. and and Gunzer, M. (2005) ‘Tuning immune responses:
Diversity and adaptation of the immunological synapse.’, Nat Rev
Immunol, 5, pp. 532–545.
Ganong, William F., (2008) Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC,.
Garry, W. T. (2016). Psikologi Perkembangan Anak (11th ed.). Erlangga.
Gaudenzio, N. et al. (2009) ‘Cell-cell cooperation at the T helper cell/mast cell
immunological synapse’, Blood, 114(4979–4988).
Guyton & Hall. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Mashudi,Sugeng. (2011). Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta : Salemba
Medika.
Harmiatun, Y. (2007). Oogenesis dan Spermatogenesis Pada Mamalia. Majalah
Kedokteran, 25(2), 77-85.
186 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Hartati, S., & Sukarni. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pasar Banjit Wilayah Kerja Puskesmas
Banjit Way Kanan Tahun 2017. Jurnal Gizi Aisyah, 56-64.
Hurlock, Elizabeth B .(1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima, terjemahan Development
Psychology A Live-Span Approach, Fifth Edition oleh Istiwidayanti dan
Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Hutahaean, S. (2021). Perawatan antenatal. Jakarta: Salemba Medika
Ikalor, Allvanialista. (2013). Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan ISSN :
2104-1994. Volume : 7, Nomor 1, Mei 2013 : 1-6
http://allvanialista.files.wordpress.com/2013/05/jurnalpertumbuhan-dan
perkembangan.doc, [diakses 2 November 2017].
Indrawati, W. (2020). membantu masyarakatmencegah wabah covid-19. Jurnal
adalah, 4(1), 145-150.
Jeneng Tariagan. (1988). Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: UI. Press
Jorgensen, J. L. et al. (1992) ‘Mapping T-cell receptor peptide contacts by
variant peptide immunization of single-chain transgenics’, Nature, 355, pp.
224–230.
Jorgensen, J. L. et al. (1992) ‘Mapping T-cell receptor peptide contacts by
variant peptide immunization of single-chain transgenics’, Nature, 355, pp.
224–230.
Kabesch, M. (2013) ‘Genetik’, Pädiatrische Pneumologie, pp. 91–102. doi:
10.1007/978-3-642-34827-3_7.
Kemenkes (2019) ‘Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019’, p. 497.
Klein, L. O. et al. (2014) ‘Positive and negative selection of the T cell repertoire:
What thymocytes see (and don’t see)’, Nature Rev Immunol, 14, pp. 377–
339.
Klein, L. O. et al. (2014) ‘Positive and negative selection of the T cell repertoire:
What thymocytes see (and don’t see)’, Nature Rev Immunol, 14, pp. 377–
339.
Kortylewski, M. et al. (2004) ‘Interferon-gamma-mediated growth regulation of
melanoma cells: Involvement of STAT1-dependent and STAT1-
independent signals.’, J Invest Dermatol, 122, pp. 414–422.
Daftar Pustaka 187
Von, B., H., Teh, H. S. and Kisielow, P. (1989) ‘The thymus selects the useful,
neglects the useless and destroys the harmful.’, Immunol Today, 10, pp.
57–61.
Wahyuningsih, H. P. (2018) Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta
Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Waluyo, L. (2004). Mikrobiologi Umum. Malang: UNM. Press
Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Waspada, Edy. (2009). Pendekatan Fisioterapi pada Anak dengan Kondisi
Down Syndrome di URM Fisioterapi YPAC Surakarta: Politeknik
Kesehatan Surakarta
Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Yoshimoto, T. et al. (2009) ‘Basophils contribute to T(H)2-IgE responses in
vivo via IL-4 production and presentation of peptide-MHC class II
complexes to CD4+ T cells.’, Nat Immunol, 10, pp. 706–712.
Yulizawati et al. (2019) Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan.
Sidoarjo: Info Media Pustaka.
Yuwono. (2012). Mikrobiologi. Palembang : UNSRI
192 Biologi Reproduksi dan Mikrobiologi
Biodata Penulis