BAB II REVISI EDIT 2 New
BAB II REVISI EDIT 2 New
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Definisi Kepuasan Pasien
Kepuasan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah puas, merasa
senang, perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan
sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang
dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkomsumsi suatu produk atau jasa
untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa. https://kbbi.web.id/puas (2021)
Menurut Oliver (dalam Supranto, 2001) mendefinisikan kepuasan
sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil
yang dirasakan dengan harapan. Apakah kinerja dibawah harapan, maka
pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan
akan sangat harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa
lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai
media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap
harga dan memberi komentar yang baik tentang rumah sakit tersebut.
Menurut Kotler (2017) kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan
dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah
kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai
jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan
pelanggan total bukanlah hal yang mudah, mudie dan cottom menyatakan
bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya
untuk sementara waktu (Tjiptono,2014).
Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasaan
adalah suatu rasa senang ketika pasien mendapatkan pelayanan sesuai dengan
apa yang diharapkan, sehingga ketika rasa puas itu menimbulkan rasa
percaya kepada rumah sakit ataupun perusahaan lain yang menurutnya patut
dipercaya untuk melayaninya, ketika pasien puas pun dia akan memberikan
informasi kepada media ataupun orang lain terkait pelayanan yang
didapatkan, maka dari itu kepuasan pasien itu sangat penting untuk rumah
sakit ataupun perusahaan yang menjual jasa maupun produk.
berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi
pada pasien.
e. Biaya
Mendapatkan produk atau jasa, pasien tidak perlu mengeluarkan
biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan
jasa pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
Tjiptono (2014) kepuasan pasien ditentukan oleh beberapa faktor antara lain,
yaitu:
k. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa
dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien
dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam
memberikan bantuan terhadap keluhan pasien.
6. Metode Pengukuran
Metode yang dapat digunakan mengukur kepuasan pelanggan adalah
sistem keluhan dan saran, ghost shopping, lost customer analysis dan
survai kepuasan pelanggan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Sistem keluhan dan saran
Organisasi yang berorientasi pelanggan memberikan kesempatan
kepada palanggan untuk menyampaikan secara langsung. Informasi-
informasi yang diperoleh melaui metode ini dapat memberikan ide-ide
baru dan masukan yang berharga untuk direspons dengan cepat untuk
mengatasi keluhan pelanggan.
b. Ghost shopping
Metodi ini efektif jika para manajer perusahaan bersedia sebagai ghost
shoppers untuk mengetahui secara langgsung bagaimana karyawannya
berinteraksi dan meperlakukan pelanggan.
c. Lost customer analysis
Perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli
atau beralih pemasok, agar dapat memahami mengapa berhenti atau
berpindah pemasok. Hasil ini digunakan untuk mengambil kebijakan
perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. Pemantauan customer loss
rate penting, karena peningkatan customer loss rate berarti ada
kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggan.
B. BPJS Kesehatan
1. Pengertiaan BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disebut BPJS
BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
adalah badan hukum yang dibentuk dengan Undang-Undang untuk
menyelenggarakan perogram jaminan sosial. BPJS menurut UU Nomor 40
Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah trasformasi
dari badan penyelenggara jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan
dimungkinkan untuk membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan
dinamika perkembangan jaminan sosial. (UUD No.40 Tahun 2004).
2. Tujuan Dibentuknya BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan merupakan badan hukum yang di bentuk pemerintah
Indoesia khusus untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan nasional.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial yang selanjutnya yang disebut dengan UU BPJS
menyebutkan bahwa,”BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan
perogram jaminan kesehatan”. Jaminan kesehatan menurut UU SJSN
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asurani sosial dan
prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat
b. Hak memilih
c. Hak mendapat informasi
d. Hak untuk didengar
a. Membayar iuran
b. Melaporkan perubahaan data kepersertaan
c. Melaporkan perubahan status kepersertaan
d. Melaporkan kerusakan dan/atau kehilangan kartu identitas peserta
Jaminan Kesehatan.
5. Pelayanan kesehatan
Setiap peserta BPJS Kesehatan berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabiliatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai
kebutuhan medis yang diperlukan. Pengertian mengenai pelayanan
kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabiliatif ini terdapat pada
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yakni:
a. Laboratorium
b. Instalasi farmasi rumah sakit
c. Apotek
d. Unit tranfusi darah/palang merah indonesia
e. Optik
4. Hak Pelanggan
Sesuai dengan undang – undang RI No 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen, Pasal 5 Tentang Hak Pasien, di katakan bahwa
pasien berhak :
a. Memperoleh kenyamanan, keamanan dan keselamatan.
b. Memilih jasa pelayan kesehatan.
c. Mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur.
d. Didengar pendapatnya dan keluhannya.
e. Mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa.
f. Mendapat pembinaan dan pendidikan kesehatan.
g. Mendapat pelayanan secara benar dan jujur.
h. Mendapat ganti rugi.
keuntungan bagi rumah sakit itu sendiri. Dari sisi pasien atau pelanggan
rumah sakit apabila mendapatkan apa yang menjadi harapannya di rumah
sakit pada saat berobat, pengobatan dan perawatannya menjadi lebih efisien
dan efektif maka secara ekonomis danan yang akan dikeluarkan dapat
diminimalkan.
b. Pelayanan
Rumah sakit sangat tergantung pada pasien, oleh karena itu semua
komponen yang ada di rumah sakit harus memberi pelayanan maksimal
sesuai harapan pasien, cepat dan tepat. Pasien menilai efisiensi rumah sakit
melalui petugas yang ditemui, kesan pertama sangat peting karena akan
sulit menghapus kesan pertama yang negatif.
c. Persaingan Rumah Sakit Semakin Ketat
Tantangan bagi rumah sakit dalam pemberian pelayanan sangatlah ketat,
pasien maupun keluarganya berhak memilih rumah sakit terbaik, pelayanan
yang bermutu. Oleh karena itu petugas dari rumah sakit harus dapat
memberi kepuasan pelanggan atau pasien, memberi informasi yang tepat
tidak penuh harapan, murah terjangkau sehingga mampu bersaing.
d. Terapkan Sikap Caring
Caring mempunyai makna adalah peduli, memperhatikan, mengenal siapa
pasien yang dirawat. Pengenalan pasien menjadi krusial sehingga menjadi
penentu keberhasilan layanan yang diberikan. Memperhatikan terhadap
kepentingan atau kebutuhan pasien menjadi kunci suksesnya pelayanan
yang petugas berikan, sehingga dapat membantu mendekatkan loyalitas
pasien kepada rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit memiliki harapan
besar dan standar tinggi kepada semua staf rumah sakit. Pasien atau
keluarga akan percaya dan senang apabila dilayani dengan baik. Apabila
pasien atau pelanggan ruah sakit percaya, ini dapat menjadi sumber
promosi yang gratis dan sangat efektif bagi rumah sakit. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan atau keperawatan kepada pelanggan
atau pasien, maka perawat mempunyai peluang kontak pertama dan terlama
E. Kerangka Teori
Berdasarkan uraian pada landasan teori di atas, maka kerangka teori dapat
dijelaskan bagian kerangnka teori di bawah ini.
Skema 2.1
Kerangka Teori Penelitian
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
KEPUASAN PASIEN
BPJS KESEHATAN
Pengertian BPJS
Tujuan dibentuk BPJS
Peserta BPJS
Hak dan kewajiban peserta
BPJS
Pelayanan kesehatan
Tidak diteliti
Sumber kerangka teori: Rusyadi (2007), Tjiptono (2014), UU No. 40 Tahun 2004