Anda di halaman 1dari 15

2.

4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Neonatus

2.4.1. Pengkajian Data

1. Data Subyektif

a. Biodata

1) Identitas bayi, masa neonatal dibagi menjadi 2 yaitu masa neonatal dini saat

bayi berusia 0-7 hari dan masa neonatal lanjut saat bayi berusia 8-28 hari

(Kemenkes RI, 2016).Identitas Bayi Identifikasi pada bayi menggunakan alat

pengenal berupa gelang yang harus segera dipasang pasca persalinan, pada

gelang tersebut tercantum nama bayi dan ibu, tanggal lahir, nomor bayi, jenis

kelamin dan unit pelayanan (Saifuddin, 2014). N

b. Keluhan utama: pada neonatus kemungkinan ikterus, ruam popok, muntah dan

gumoh, oral trush, dan miliariasis (Marmi, 2015). Bidan harus melakukan

anamnesa kepada ibunya (Allo anamnesa) tentang keadaan bayinya. Fokus

anamnesa untuk mengetahui apakah bayi dalam keadaan stres kedinginan,

sering rewel, lemah dan tidak ada reflek untuk menetek, lunglai, perubahan pola

pernapasan, panas badan dan tidak pernah BAB atau tidak sering ngompol

(Sunarto & Arsyad, 2023).

a. Riwayat antenatal: pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dilakukan minimal 6

kali selama kehamilan dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter SpOG pada

trimester 1 dan trimester III untuk mendeteksi dini (Kemenkes, 2021). Menurut

penelitian Novita (2022), imunisasi Tetanus Toxoid yang diberikan sebanyak

5x bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi neonatorum.skirining PE


b. Riwayat natal: riwayat penyulit persalinan seperti persalinan lama, KPD>6

jam, demam pada ibu dan cairan amnion yang berbau adalah faktor risiko

signifikan terjadi infeksi neonatal (Walsh, 2012). Bayi dilahirkan spontan

presentasi belakang kepala. Dapat bergerak aktif, tubuh kemerahan, tonus otot

baik, menangis keras, segera setelah lahir dilakukan inisiasi menyusui dini

(IMD) paling sedikit dilakukan 1 jam (Winkjosastro, 2017).bayi besar terjadi

distosia bahu S

c. Riwayat post natal: melakukan penilaian yaitu pola menyusu, BAK, BAB, tidur,

aktivitas, dan tanda vital (Walsh, 2012). Pemberian IMD segera setelah lahir

untuk memberikan kehangatan, mendapatkan antibodi berupa kolostrum dan

mencegah perdarahan pada ibu. Salep mata diberikan untuk mencegah

kebutaan, injeksi vitamin K1 mencegah perdarahan otak dan Hb0 mencegah

penyakit hepatitis (Saifuddin, 2016).

d. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi: segera setelah bayi lahir dilakukan IMD selama 1 jam atau lebih. ASI

diberikan pada bayi minimal 8-10 kali atau lebih dalam 24 jam atau secara on

demand (Saifuddin, 2016). Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus

dapat dilihat dalam tabel 2.13: bayi diberikan susu formula jika bayi dengan

keadaan khusus tidak usah dimasukkan.

Tabel 2.13 Kebutuhan Dasar Cairan dan Kalori pada Neonatus


Hari kelahiran Cairan/Kg/hari Kalori kg/hari
Hari ke-1 60 ml 40 kal
Hari ke-2 70 ml 50 kal
Hari ke-3 80 ml 60 kal
Hari ke-4 90 ml 70 kal
Hari ke-5 100 ml 80 kal
Hari ke-6 110 ml 90 kal
Hari ke-7 120 ml 100 kal
Hari ke->10 150-200 ml >120 kal
Sumber: Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal
Neonatal, Jakarta.

2) Eliminasi: frekuensi BAK bayi normalnya mengalami berkemih 8-10 x/hari,

warna, bau, konsistensi, dan volume (Walsh, 2012). Dalam waktu 24 jam

normalnya bayi mengeluarkan tinja yang berwarna mekonium warna hijau

tua, pengeluaran ini berlangsung sampai hari ke 2-3. Pada hari ke 4-5 warna

tinja coklat kehijau-hijauan. Defekasi mungkin 3-8 kali sehari. Bayi yang

mendapat susu buatan tinjanya berwarna keabu-abuan dengan bau yang

sedikit menusuk. Bayi yang mendapat ASI tinjanya berwarna kuning dan

lembek (Saifuddin, 2016). Frekuensi BAK neonatus normalnya 5–6 x/hari, 1-

3 hari pertama jernih dan tidak pekat (Sunarto & Arsyad, 2023).

3) Istirahat dan tidur: Bayi baru lahir normalnya tidur 16 sampai 18 jam sehari.

Waktu tidurnya selama 45 menit sampai 2 jam, karena setelah itu bayi harus

segera menyusu lagi. Bayi dapat menangis sedikitnya 5 menit per hari sampai

2 jam perhari (Sunarto & Arsyad, 2023).

4) Personal hygiene: bayi dimandikan sedikitnya 4-6 jam setelah kelahiran,

setelah suhu bayi stabil. Pencucian rambut hanya perlu dilakukan sekali atau 2

kali dalam seminggu. Pemakaian popok harus dilipat sehingga punting tali

pusat terbuka ke udara, yang mencegah urin dan feses membasasi tali pusat.
Popok harus diganti beberapa kali sehari ketika basah (Walsh, 2012).

Perawatan tali pusat tetap kering dan bersih agar tidak menimbulkan infeksi.

Pada tali pusat tidak diberi apapun dibiarkan terbuka dan kering (Saifuddin,

2014).penggunaan pampers

5) Aktivitas: normalnya bayi melakukan gerakan tangan dan kaki yang simestris

pada saat bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki, dan tangan pada waktu

menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur (Saifuddin,

2016) Bayi menangis sedikitnya 5 menit per hari sampai 2 jam per hari

(Walsh, 2012).

6) Latar belakang sosial budaya: menurut Bahiyatun (2013), tidak dianjurkan

untuk melakukan pijat bayi ke dukun, membubuhkan ramuan seperti kunyit

dan alkohol pada tali pusat bayi, menggunakan gurita terlalu kencang, tidak

dianjurkan untuk membedong bayi terlalu rapat dan lama. Pemberian makanan

pendamping ASI (MPASI) secara dini karena bayi diyakini belum kenyang

jika hanya minum susu saja, namun memberikan makanan secara dini pada

bayi dapat menyebabkan sembelit karena pencernaan bayi belum sempurna,

diare, batuk/pilek, panas karena adanya bakteri pada makanan, dan terjadi

alergi. baby spa

7) Psikososial: kontak awal ibu dengan bayi setelah kelahiran melalui sentuhan,

kontak mata, suara, aroma, bioritme akan membentuk ikatan kasih sayang

antara bayi dan orang tua (Marmi, 2015). Bayi baru lahir memiliki

kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu lingkungan.


Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga di dapat

pola tidur yang lebih baik (Saifuddin, 2016).

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum

1) Keadaan umum baik, neonatus dalam kondisi sehat, kulit tampak

kemerahan, gerak aktif, tonus otot baik, menangis keras, kemampuan

menetek kuat, neonatus merespon saat ada rangsangan kejutan atau

rangsangan suara keras (Sunarto & Arsyad, 2023).

2) Tanda-tanda vital:

a. Suhu tubuh normal pada neonatus adalah 36,5-37,5 C melalui

pengukuran aksila dan rectum (Marmi, 2015).

b. Pernafasan normal bayi baru lahir adalah 40-60x/menit (Marmi, 2015).

Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan

tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi dan

ekspirasi (Saifuddin, 2014b).

c. Nadi pada menit pertama 180 kali/menit yang kemudian turun sampai

140 – 120 kali/menit pada 30 menit pascasalin (Wiknjosastro, 2017). S

d. Pemeriksaan antropometri

1. Berat badan bayi normal adalah 2500-4000 gram (IBI, 2016). Berat badan

bayi dapat berkurang 10% selama beberapa hari pertama, tetapi harus

meninkat kembali dalam 2 minggu setelah kelahiran. Normalnya peningkatan

berat badan dalam 1 bulan minimal 800 gram (Walsh, 2012). Penambahan
berat badan seterusnya dipantau kenaikannya melalui KMS (Kartu Menuju

Sehat) (Kemenkes RI, 2020a).

2. Panjang badan, lakukan pengukuran panjang badan, normalnya antara 50-55

cm pertambahan panjang yaitu 2 cm setiap bulan pada 6 bulan pertama

(Marmi, 2017).

3. Lingkar kepala, sirkumferensia mento oksipitalis ±35 cm (Wiknjosastro,

2017). Pemantauan lingkar kepala dapat dilihat di buku KIA. Lingkar kepala

di lengkapi vira

4. Lingkar dada

Mengukur lingkar dada yaitu dengan meletakkan pita ukur pada tepi terendah

scapula dan tarik pita mengelilingi bagian anterior di atas garis putting (Armini,

N., Sriasih, N., & Marhaeni, 2017). Lingkar kepala normal pada bayi baru lahir

33-37 cm (Wiknjosastro, 2017). NS

e. Pemeriksan fisik

1) Kepala: Kepala, periksa adanya trauma kelahiran, misalnya caput

suksedaneum, chepal hematoma, perdarahan sub aproneurotik dan

sebagainya. Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian pada saat

proses persalinan, umunya hilang dalam 48 jam (Noordiati, 2018). Ubun-

ubun kecil akan menutup pada usia 6-8 minggu. Ubun-ubun besar menutup

pada bayi skitar usia 18 bulan (Oktarina, 2016). S

2) Mata diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah yang

akan menghilang dalam waktu 6 minggu (Saifuddin, 2016). menilai ada


tidaknya Strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna),

kebutaan seperti jarang berkedip atau sensitifitas terhadap cahaya berkurang,

katarak konginetal, apabila pupil berwarna putih (Marmi, 2015). blenore

3) Hidung periksa adanya cuping hidung, jika cuping hidung mengembang

menunjukkan adanya gangguan pernafasan (Marmi, 2015).

4) Mulut bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian yang terbelah,

nilai kekuatan isap bayi (Noordiati, 2018). Kelainan yang dapat dijumpai

yaitu labioschisis, labiopalatoschisis, labiopalatogenatoschisis (Saifuddin

A. B., 2018). S

5) Telinga normalnya bentuk simestris, daun telinga tidak menempel,

kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta tidak ada

gangguan pendengaran (Indrayani, 2013). Pada bayi premature telinga

biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan (Legawati, 2018)

6) Leher diperiksa adanya trauma leher yang dapat meyebabkan kerusakan

pada flaksus brakhialis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian

belakang leher menunjukan adanya kemungkinan trisomy 21 (Marmi,

2015). Bayi dengan leher yang mengalami kaku kuduk merupakan salah

satu tanda terjadinya Tetanus Neonatorum dan Ikterus Neonatorum

(Manuaba et al., 2012).

7) Dada Pada pernafasan normal, perut dan dada bergerak hampir

bersamaan tidak ada retraksi, tidak terdengar suara inspirasi dan ekspirasi.

Gerak pernafasan 30-50 x/menit (Saifuddin, 2014). Apabila garakan dada


tidak simetris bayi mungkin mengalami pneumotoraks atau hernia

diafragmatika. Puting susu pada bayi cukup bulan akan tampak baik dan

simetris (Marmi, 2018). N

8) Punggung tidak ada benjolan (Wiknjosastro, 2017). Abnormalitas medulla

spinalis atau kolumna vertebra adanya spina bifida, pembengkakan, lesung

atau bercak kecil berambut (Marmi, 2015).

9) Abdomen bayi datar, teraba lemas. Tali pusat tidak ada perdarahan,

bengkak, keluar nanah, bau tidak sedap atau kemerahan sekitar tali pusat

(Wiknjosastro, 2017). Tali pusat puput ketika bayi berusia 6-7 hari

(Saifuddin, 2016). Hernia umbilikalis memiliki ciri-ciri penonjolan

disekitar tali pusat saat menangis, perdarahan tali pusat, dan lembek saat

tidak menangis (Saifuddin, 2016).

10) Genetalia pada laki-laki skrotum jumlah testis harus dua, pastikan tidak ada

hipospadia dan epispadia. Pada perempuan yang cukup bulan labia mayora

menutupi labia minora, terkadang tampak adanya secret yang berdarah dari

vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (Marmi, 2015).

11) Anus meconium harus keluar dalam 24 jam sesudah bayi lahir, bila tidak

harus waspada terhadap atresia ani (Saifuddin, 2016).

12) Ekstremitas tungkai simetris, terdapat 10 jari, tidak terdapat sindaktili

adanya penggabungan jari-jari dan polidaktili menunjukkan jari ekstra

(Walsh, 2012).

f. Pemeriksan neurologis
Pemeriksaan neurologis bayi ada beberapa reflek terdapat pada tabel 2.14

Tabel 2.14 Reflek pada Bayi Normal


Jenis reflek Hasil reflek
Reflek ketuk (glabella) Bayi mengedipkan mata pada 4 sampai 5
ketukan pertama ketika daerah pangkal hidung
di ketuk pelan menggunakan jari telunjuk.
Reflek mencari (rooting) Bayi menoleh kea rah benda yang menyentuh
pipi.
Reflek menghisap (sucking) Jika sisi mulut atau dagunya disentuh bayi
menoleh ke samping untuk mencari sumber
objek, dan membuka mulutnya untuk
menghisap.
Reflek menggenggam Meletakkan pensil atau jari di telapak tangan
(swallowing) maka jari atau pensil itu akan digenggam
dengan mantap.
Reflek kejut (morro) Satu teriakan atau gerakan mendadak maka bayi
akan menghentakkan tangan dan kaki lurus
kea rah lurus, sedangkan lutut fleksi. Tangan
kemudian kembali lagi kearah dada seperti
posisi bayi dalam pelukan. Jari-jari ampak
terpisah, membentukhuruf C, dan bayi mungkin
menangis.
Reflek leher (tonic neck) Ekstremitas pada satu sisi dimana
kepala ditolehkan akan ekstensi, dan
ekstremitas yang berlawanan akan fleksi.
Reflek jari kaki (babinsky) Gores telapak kaki, dari lutu, gores sisi lateral
telapak kaki ke atas, gerakan jari sepanjang
telapak kaki maka bayi merespon semua jari
kaki hiperekstensi dan ibu jari dorsofleksi.
Sumber: Ladewig. (2013). Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
g. Pemeriksaan perkembangan

Tahap perkembangan bayi normal usia 1 bulan menggunakan DDST dengan

intepretasi hasil 0T dan 1P. Perkembangan bayi dinilai melalui pelayanan

Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) yang

dilakukan mulai usia 29 hari hingga usia 6 bulan sebagai deteksi dini pada

pertumbuhan (status gizi normal, kurang-buruk, makrocephali dan mikrocephali),


perkembangan (kelambatan perkembangan, gangguan daya lihat dan daya

dengar), gangguan mental emosional, autisme, hiperaktivitas dan gangguan

pemusatan perhatian. Pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua yang dibantu

kader menggunakan buku KIA (Kemenkes RI, 2020).

3. Analisa Data, sesuai dengan temuan pada data neonatus.

2.4.2. Diagnosa Kebidanan

Neonatus cukup bulan, lahir spontan, usia 0–28 hari, jenis kelamin

laki-laki/perempuan, tumbuh kembang baik, keadaan umum baik. Kemungkinan

masalah hipotermi, hipoglikemi, muntah dan gumoh, oral trush, diaper rush, dan

ikterus fisiologis. (Marmi, 2015). Prognosa baik.

2.4.3. Perencanaan

Tujuan: Neonatus dapat melewati masa transisi dari intrauterin ke ekstrauterin dengan

baik tidak terjadi hipotermi dan hipoglikemi (Kemenkes, 2016).

Intervensi menurut Kemenkes RI (2020) meliputi :

1. Keadaan umum baik

2. TTV normal (S: 36,5-37,5C, N: 120-160 x/menit, RR: 40-60 x/menit).

3. Bayi menangis kuat, gerak aktif, cukup bulan, kulit kemerahan, tonus otot baik.

4. BB bayi 2500-4000 gram, PB 48-52 cm, LK 32-36,8 cm.

5. Setelah lahir bayi BAK dan BAB secara bersamaan, pada usia 3 hari akan

meningkat BAK 3-4x/hari, BAB 5-6x/hari.

6. BB bayi turun tidak lebih dari 10% dalam 7 hari pertama kelahiran.
7. Tali pusat sudah lepas di hari ke 6-7 dan tidak ada tanda infeksi.

8. Tidak terjadi ikterus <24 jam atau menetap setelah 2 minggu setelah lahir.

9. Daerah sekitar kelamin, pantat, dan lipatan paha tidak ada luka

10. Bayi tidak tersedak setelah menyusu

Pada daerah sekitar mulut, lidah, gusi tidak ada luka atau sariawan

1. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan. Rasional : bayi dalam

keadaan sehat.

2. Jelaskan perubahan fisiologis bayi baru lahir meliputi sistem pernapasan, sistem

pencernaan, dan perubahan sistem mekanisme kehilangan panas. Menurut

Wiknjosastro (2017), mekanisme kehilangan panas pada BBL yaitu:

a) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas yang terjadi pada saat

bayi tidak langsung dikeringkan setelah lahir dan pada saat bayi terlalu cepat

dimandikan serta tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

b) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin seperti meja, tempat tidur, atau

timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi sehingga

menyerap panas tubuh bayi.

c) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin seperti saat terkena aliran dingin dari kipas angin,

hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.

d) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di

dekat benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi
sehingga menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan

secara langsung).

3. Rencanakan memandikan bayi 6 jam setelah kelahiran atau suhu bayi stabil.

Rasional : mencegah hipotermi

4. Menjelaskan kepada ibu mengenai pemberian ASI eksklusif minimal 6 bulan dan

berikan ASI secara on demand. Rasional : mencegah hipoglikemia pada bayi.

5. Menginformasikan kepada ibu tanda – tanda bahaya bayi pada orang tua seperti

nafas <40 atau > 60x/menit, kulit biru, tidak mau menyusu, lemah, merintih, tali

pusat kemerahan/bernanah/bau, panas/dingin pada seluruh tubuh, mata bernanah,

BAK pekat dan sedikit (<6x/hari), BAB encer/tidak bisa >3 hari. Rasional :

mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut

6. Beritahu ibu tentang tanda BBL yang sehat. Rasional : pedoman ibu bila

ditemukan masalah pada bayinya

7. Jelaskan pada ibu perawatan BBL sehari-hari meliputi pemberian ASI, cara

menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan tali pusat. Rasional: perawatan yang

diberikan untuk memenuhi kebutuhan bayi.

8. Ajarkan ibu untuk melakukan stimulasi bayi usia 0-3 bulan sesuai buku KIA

(Kemenkes RI, 2020). Menurut penelitian Rahayu & Handayani (2022) stimulasi

dapat dilakukan menggunakan metode Ultraviolet and Baby Massage (UBaMa)

yaitu pemberian paparan sinar ultraviolet (UV) dengan pemijatan bayi serta

memandang mata bayi penuh kasih sayang selama proses pemijatan, sentuhan

ringan pada awal pemijatan, sentuhan ringan disepanjang sisi muka bayi atau
mengusap rambutnya dengan mengajak bicara.

Rasional : kegiatan stimulasi dapat merangsang kemampuan dasar anak, agar

anak tumbuh dan berkembang secara optimal

9. Menjelaskan mengenai masalah yang mungkin terjadi pada bayi seperti:

a. Hipotermi, ditunjukkan dengan adanya perubahan suhu badan bayi. Cara

mengatasinya yaitu dengan tetap menjaga kehangatan bayi serta mencegah

kehilangan panas bayi yang dapat terjadi dengan 4 cara yaitu evaporasi,

konduksi, konveksi, dan radiasi (Nurhasiyah, 2017).

b. Hipoglikemi, ditunjukkan dengan bayi yang terlihat lemas dan tidak mau

menetek, serta kulit kebiruan. Cara mengatasinya yaitu dengan menambah

asupan glukosa melalui ASI dengan meningkatkan frekuensi pemberian ASI

10-12 kali selama 24 jam, serta meningkatkan produksi ASI dengan kontak

kulit antara ibu dan bayi (Nurhasiyah, 2017).

c. Ikterus, ditunjukkan dengan perubahan warna kekuningan pada kulit.

Dengan memberikan ASI sesegera mungkin kepada bayi setiap 2 jam sekali

dan jemur bayi di matahari pagi jam 8- 9 selama 10 menit.

d. Ruam popok, disebabkan oleh iritasi pada kulit bayi. Membersihkan daerah

kulit yang bermasalah dengan sabun ringan, sering mengganti popok dan

biarkan daerah kulit yang bermasalah tetap terbuka.

e. Muntah dan gumoh, disebabkan oleh ASI yang diminum bayi kembali ke

kerongkongan. Dengan menyendawakan bayi setelah menyusui dan

menghentikan menyusui bayi ketika bayi mulai rewel dan menangis.


f. Oral trush, disebabkan oleh jamur candida albicans pada mulut bayi. Cara

mengatasinya yaitu membersikan mulut bayi setelah menyusu, jika bayi

menggunakan susu formula cuci bersih botol dan dot susu, sebelum

menyusui ibu membersihkan putingya terlebih dahulu.

10. Diskusikan bersama ibu untuk melakukan imunisasi sesuai jadwal pada buku

KIA. Rasional : mendapatkan kekebalan tubuh sesuai dengan usianya

11. Anjurkan ibu untuk melakukan skrining perkembangan sesuai buku KIA.

Rasional: tahap perkembangan sesuai dengan usianya

12. Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan neonatal (KN) minimal 3 kali

yaitu 6-48 jam pascalahir (KN1), 3-7 hari (KN2), dan 8-28 hari (KN3).

a. KN 2 (3-7 hari) : menjaga tali pusat tetap dalam keadaan bersih dan kering,

pemantauan tanda bahaya, perawatan bayi baru lahir, melakukan konseling

kepada ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif, penanganan dan

rujukan kasus bila diperlukan.

b. KN 3 (8-28 hari) : pemeriksaan tali pusat, pemantauan tanda bahaya,

perawatan bayi baru lahir, konseling tentang imunisasi lengkap.

2.4.4. Pelaksanaan

Menurut (Kemenkes, 2011), dalam pelaksanaan seluruh rencana tindakan

yang sudah disusun dilaksanakan dengan efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan, sebagaian lagi oleh klien, atau anggota

lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri dia tetap memikul

tanggung jawab untuk melaksanakan rencana asuhannya (missal memastikan


langkah tersebut benar-benar terlaksana

2.4.5. Evaluasi

Pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan sama seperti di kehamilan. Namun

pelaksanaan dan evaluasi tetap menyesuaikan dengan permasalahan yang muncul

di neonatus sesuai dengan Kemenkes RI No. 938/Menkes/SK/VII/2007

tentang Standar Asuhan Kebidanan.

Petugas

Anda mungkin juga menyukai