Anda di halaman 1dari 13

2.

1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Neonatus

2.4.1 Pengkajian Data

1. Data Subyektif

a. Biodata

Neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Marmi, 2018). Segera setelah bayi

lahir pasang identitas untuk menghindari bayi tertukar (Manuaba, 2012). Lihat

tarisa

b. Keluhan utama

Keluhan utama pada neonatus usia 0-7 hari yaitu hipoglikemi, hipotermi, dan

ikterik, sedangkan pada neonatus usia > 7 hari yaitu ruam merah pada kulit

(milliariasis),kulit bersisik (seborrhea), muntah atau gumoh, bercak monggol, dan

oral trush (Marmi, 2018). Neonatus secara umum dulu lihat verlingga

c. Riwayat Antenatal

Pengaruh imunisasi TT pada janin untuk mencegah risiko tetanus selama dalam

kandungan dan mencegah terjadinya infeksi tetanus saat bayi lahir, sedangkan

pengaruh obat tambah darah pada janin yaitu untuk meningkatkan volume darah.

(Armini. N, Sriasih. N, dan Marhaeni. G, 2017). Pemeriksaan kehamilan minimal 6

kali dan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter (Kemenkes RI, 2020a). Tambah

skrining PE

d. Riwayat natal

Bayi normal mempunyai APGAR skor 8-10. Segera setelah lahir dilakukan inisiasi

menyusui dini (IMD) paling sedikit dilakukan 1 jam , diberikan salep mata, injeksi

vitamin K dan Hb 0 (Winkjosastro, 2017). tambah

e. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi
ASI diberikan sesering mungkin, minimal 8-12x dalam 24 jam secara on

demand atau sesuai keinginan bayi (Marmi, 2018). Tambah dengan yang lain.

Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus pada tabel 2.8 di bawah

ini : bayi diberikan susu formula jika bayi dengan keadaan khusus

Tabel 2. 1 Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus


Hari kelahiran Cairan/Kg/hari Kalori/kg/hari
Hari ke-1 60 ml 40 kal
Hari ke-2 70 ml 50 kal
Hari ke-3 80 ml 60 kal
Hari ke-4 90 ml 70 kal
Hari ke-5 100 ml 80 kal
Hari ke-6 110 ml 90 kal
Hari ke-7 120 ml 100 kal
Sumber: Saifuddin, Abdul bari. 2018. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Halaman 380

2) Eliminasi

BAK pertama dalam 24 jam. Ketika bayi mendapatkan kolostrum, maka BAK

bayi 1-2 kali dalam sehari. Namun setelah bayi mendapatkan cukup ASI

setelah usianya 5 hari, maka intensitasnya bertambah menjadi 5-6 kali per hari.

BAB pertama pada 48 jam setelah lahir, warna BAB berubah dari hitam pekat,

hijau, dan kekuningan mulai hari ke lima. BAB dalam sehari 3-4 kali.

(Kemenkes RI, 2020a).

3) Istirahat dan tidur

Pada bayi baru lahir tidur 16-18 jam sehari, paling sering waktu tidurnya

selama 45 menit sampai 2 jam (Walsh, 2012). Seorang bayi yang baru lahir

sampai kira-kira usia 3 bulan akan menghabiskan waktu untuk tidur sekitar

15-17 jam, dengan pembagian waktu 8 jam untuk tidur siang dan 9 jam untuk

tidur malam. Semakin usia bayi bertambah, jam tidurnya juga semakin

berkurang (Istikhomah. H, 2020).

4) Personal Hygiene
Bayi dimandikan sedikitnya 6 jam setelah kelahiran, atau saat suhu bayi stabil

(36,5ºC-37,5ºC). Pemakaian popok harus dilipat sehingga tali pusat terbuka ke

udara, untuk mencegah urine dan feses membasahi tali pusat. Popok harus

diganti beberapa kali per sehari ketika basah (Walsh, 2012). Perawatan tali

pusat yaitu dengan menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan

dengan sabun sebelum merawat tali pusat (Saifuddin, 2014). Penggunaan

pampers ganti 4 jam sekali, diceboki dengan tisu basah penggunaan bayi

modern

5) Aktivitas

Bayi dapat menangis 5 menit sampai 2 jam perhari. Alasan menangis adalah

lapar, ketidaknyamanan karena popok basah, suhu ekstrim, dan stimulasi

berlebihan (Walsh, 2012). Lihat silfi

f. Latar belakang sosial budaya

Menurut Bahiyatun (2013), tidak dianjurkan untuk melakukan pijat bayi ke dukun,

membubuhkan ramuan seperti kunyit dan alkohol pada tali pusat bayi,

menggunakan gurita terlalu kencang, tidak dianjurkan untuk membedong bayi

terlalu rapat dan lama. Tidak dianjurkan untuk memberi minum selain ASI atau

makanan pendamping ASI sebelum anak berusia 6 bulan, larangan memotong kuku

akan membahayakan bayi. Baby spa

g. Riwayat psikososial

Kontak kulit membuat bayi tenang sehingga pola tidur baik dan meguatkan ikatan

batin ibu dan anak. Stimulasi yang diberikan pada usia 0-3 bulan yaitu sering

memeluk dan menimang bayi dengan kasih sayang, tatapan mata berbicara dan

bernyanyi (Saifuddin, 2014).

2. Data Objektif
a. Keadaan Umum

Bayi sehat tampak kemerah-merahan, tonus otot baik, menangis keras (Saifuddin,

2018).

b. Tanda-tanda Vital

1) Suhu

Suhu tubuh bayi diperiksa setelah suhu tubuh normal pada neonatus adalah

36,5-37,5C melalui pengukuran aksila (Marmi, 2018).

2) Pernafasan

Pernapasan normal bayi baru lahir adalah 40-60x/menit (Marmi, 2018). Pada

pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan tanpa adanya

retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi dan ekspirasi (Saifuddin,

2018).

3) Nadi

Nadi 120-160 x/menit ketika istirahat (Winkjosastro, 2017).

c. Pemeriksaan Antropometri

1) Berat badan

Dalam minggu pertama berat bayi mungkin akan turun terlebih dahulu 10%

kemudian naik kembali pada usia 7-10 hari umumnya telah mencapai berat

lahirnya (Kemenkes RI, 2020a). Selanjutnya peningkatan bervariasi secara

individual tetapi rata-rata 800 gram adalah normal selama bulan pertama

(Walsh, 2012). Tambahan tarisa

2) Panjang badan

Lakukan pengukuran panjang badan, normalnya antara 50-55 cm

pertambahan panjang yaitu 2 cm setiap bulan pada 6 bulan pertama

(Wiknjosastro, 2017).
3) Lingkar kepala

Diameter suboksipito-breghmatika 9,5-10 cm, diameter oksipito-frontalis 11-

12 cm, diameter oksipito mentalis 13,5-15 cm, diameter biparietalis 9,5-10

cm, diameter bitemporalis 8-10 cm, sirkumferensia sub oksipito breghmatika

32 cm, sirkumferensia submentobregmantikus ±32 cm, sirkumferensia oksipito

frontalis ±34 cm, sirkumferensia mento-oksipitalis ±35 cm (Wiknjosastro,

2017).

4) Lingkar dada

Mengukur lingkar dada yaitu dengan meletakkan pita ukur pada tepi terendah

scapula dan tarik pita mengelilingi bagian anterior di atas garis putting

(Armini, N., Sriasih, N, dan Marhaeni, G, 2017). Lingkar dada normal bayi

berkisar 30-38 cm (Marmi, 2018).

d. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Pada kepala ubun-ubun kecil menutup pada minggu ke-6 sampai ke-8. Ubun-

ubun besar tetap terbuka hingga bulan ke-18. Periksa adanya trauma pada

kepala misalnya caput suksedaneum (teraba benjolan lunak, berbatas tidak

tegas) yang menghilang dalam 24 jam. Adanya sefalohematoma (pada

perabaan teraba adanya fluktuasi karena tertimbun darah, biasanya di daerah

parietal) dapat pulih 4-6 minggu (Marmi, 2018).

2) Kulit

Normal kulit berwarna kemerahan kadang mengelupas ringan dan

kering. Pengelupasan yang berlebihan kemungkinan kelainan. Bercak

besar biru yang sering ada di sekitar bokong (Mongolian spot) akan

menghilang pada umur 1-5 tahun (Saifuddin, 2018).


3) Mata

Tidak ada sekret, tidak ada konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat

menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan (Marmi, 2018). Adanya

tanda perdarahan seperti bercak merah yang akan menghilang dalam waktu

6 minggu (Saifuddin, 2018). Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu

pupil berwarna putih. blenore

4) Hidung

Semetris, ada digaris tengah dan membrane mukosa harus berwarna merah

muda dan lembab. Tidak ada pernapasan cuping hidung (Walsh, 2012).

5) Bibir dan Mulut

Simetris, bibir, gusi, langit-langit utuh tidak ada bagian terbelah

(Wiknjosastro, 2017). Reflek hisap kuat, saliva berlebihan berkaitan dengan

fistula atau atresia trakeofagus. Kelainan yang dapat dijumpai yaitu labio

skisis (celah pada bibir), labio palato skisis (celah pada bibir dan langit-langit),

labio palato genato skisis (celah pada bibir, langit-langit, dan gusi)

(Saifuddin, 2018).

6) Telinga

Normalnya tulang kartilago telinga telah sempurna dibentuk.. Pemeriksaan

pendengaran dapat dilakukan untuk menekan gangguan pendengaran sejak

dini, pada bayi kurang dari 12 bulan dilakukan tes daya dengar setiap 3

bulan sekali (Kemenkes RI, 2016).

7) Leher

Simetris, tidak teraba massa, tidak ada krepitasi atau fraktur. Melihat

adanya cedera akibat persalinan atau tidak (Saifuddin, 2018). Kaku

kuduk merupakan salah satu tanda terjadinya tetanus neonatorum dan


ikterus neonatorum (Manuaba, 2012). Adanya lipatan kulit yang

berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan

sindrom down (Marmi, 2018).

8) Dada

Pada pernafasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan, tidak ada

retraksi, tidak terdengar suara inspirasi dan ekspirasi. Gerak pernafasan 30-50

x/menit (Walsh, 2012).

9) Punggung

Tidak ada benjolan pada punggung (Wiknjosastro, 2017). Abnorma-

litas medulla spinalis atau kolumna vertebra adanya spina bifida (Marmi,

2018).

10) Abdomen

Normalnya abdomen simetris, lunak, bulat, tidak menonjol atau cekung

(Walsh, 2012). Tali pusat bayi lepas antara usia 6-7 hari (Saifuddin, 2014).

Hernia umbilikalis memiliki ciri-ciri penonjolan di sekitar tali pusat saat

menangis, perdarahan tali pusat, dan lembek saat tidak menangis (Saifuddin,

2014).

11) Genetalia

Pada laki-laki testis sudah turun pada skrotum dan berjumlah 2

buah. Penis berlubang pada bagian tengah dan di ujung. Pada

perempuan vagina berlubang, uretra berlubang, dan terdapat labia mayora

sudah menutupi labia minora, kadang terlihat cairan vagina berwarna putih

dan kemerahan karena perubahan hormon (Nurjasmi, 2016).

12) Anus
Terlihat lubang anus dan mekonium harus keluar dalam 24 jam

sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atresia ani (Nurjasmi,

2016).

13) Ekstremitas

Normalnya simetris, terdapat 10 jari, tidak terdapat sindaktili adanya

penggabungan jari-jari dan polidaktili menunjukkan jari ekstra. Kuku jari

harus ada pada setiap jari. Bayi yang lahir dengan presentasi bokong

berisiko tinggi untuk mengalami kelainan panggul kongenital (Walsh,

2012).

e. Pemeriksaan Neurologis

Reflek merupakan gerakan alamiah pada bayi, menurut Marmi (2018), antara lain:

1) Refleks mencari (Rooting)

Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi. Misalnya

mengusap pipi bayi dengan lembut, bayi menolehkan kepalanya

kearah jari kita dan membuka mulutnya.

2) Refleks menghisap (Sucking)

Benda menyentuh bibir disertai reflek menelan. Tekanan pada mulut bayi pada

langit bagian dalam gusi atas timbul hisapan yang kuat dan cepat. Dilihat pada

waktu bayi menyusu.

3) Refleks menelan (swallowing reflex)

ASI di mulut bayi mendesak otot daerah mulut dan faring mengaktifkan refleks

menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.

4) Refleks menggenggam (Palmar Gasp)

Menstimulasi telapak tangan bayi dengan jari pemeriksa. Respons bayi

menggenggam erat, sehingga dapat diangkat sebentar dari tempat tidur.


5) Refleks menoleh (tonic neck)

Ekstremitas saat kepala ditolehkan ekstensi, dan ekstremitas yang

berlawanan fleksi bila kepala ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat. Respons

ini dapat tidak lengkap segera setelah lahir.

6) Refleks moro

Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan

atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan. Respons bayi baru lahir berupa

mengehentakkan tangan dan kaki lurus ke arah keluar, sedangkan lutut fleksi.

Tangan kemudian akan kembali lagi ke arah dada seperti posisi bayi dalam

pelukan.

7) Refleks babinsky

Telapak kaki bayi digores, bayi akan menunjukkan respon berupa semua jari

kaki hiperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi.

8) Refleks glabella (berkedip)

Ketuk pangkal hidung pelan menggunakan jari telunjuk pada saat mata terbuka.

Bayi mengedipkan mata 4–5 ketukan pertama.

9) Reflek muntah, batuk dan bersin

Reflek ini melindungi bayi dari sumbatan nafas. Biasanya reflek bayi akan

menghilang pada saat bayi berusia antara 3-4 bulan

(Rosita, R. 2018).

f. Pemeriksaan Perkembangan

Tahap perkembangan bayi normal usia 1 bulan menggunakan DDST dengan

intepretasi hasil 0T d an 1P. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan: status gizi

melalui kartu KMS, hasil bayi normal jika BB pada daerah hijau, stunting, lingkar

kepala makro/mikrocephali/normal dengan lembar lingkar kepala (Kemenkes RI,


2016). Terdapat pada lampiran.

2.4.2 Diagnosa Kebidanan

Neonatus cukup bulan, lahir spontan, usia 0–28 hari, jenis kelamin laki-laki/perempuan,

tumbuh kembang baik, keadaan umum baik. Kemungkinan masalah ikterus, hipotermia,

hipoglikemia,ruam popok, muntah dan gumoh, oral thrush (Marmi, 2018). Prognosa

baik.

2.4.3 Perencanaan

1. Tujuan

Neonatus dapat melewati masa transisi dari intrauterin ke ekstrauterin dengan baik

(Kemenkes, 2016).

2. Kriteria

Menurut Kemenkes RI (2020), meliputi:

a. Keadaan umum baik.

b. TTV normal (S: 36,5-37,5C, N: 120-160 x/menit, RR: 40-60 x/menit).

c. Bayi menangis kuat dan bergerak aktif.

d. BB bayi 2500-4000 gram.

e. Bayi BAB 3-4x/hari, BAB 5-6x/hari.

f. BB bayi turun tidak lebih dari 10% dalam 10 hari pertama kelahiran.

g. Tidak terjadi ikterus <24 jam atau menetap setelah 2 minggu setelah lahir.

3. Intervensi

Menurut Kemenkes RI (2020), meliputi:

a. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan. Rasional: Bayi dalam

keadaan sehat.

b. Menjelaskan kepada ibu mengenai pemberian ASI eksklusif minimal 6 bulan dan

berikan ASI secara on demand. Rasional: Mencegah hipoglikemia pada bayi.


c. Menjelaskan kepada ibu mengenai perawatan BBL sehari-hari. Rasional:

Memenuhi kebutuhan bayi.

d. Menginformasikan kepada ibu tanda – tanda bahaya bayi pada orang tua

seperti nafas <40 atau > 60x/menit, kulit biru, tidak mau menyusu, lemah,

merintih, tali pusat kemerahan/bernanah/bau, panas/dingin pada seluruh tubuh,

mata bernanah, BAK pekat dan sedikit (<6x/hari), BAB encer/tidak bisa >3 hari.

Rasional: Deteksi dini kegawatdaruratan pada bayi.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai masalah yang sering terjadi pada

bayi baru lahir yaitu ikterus, ditandai dengan warna kekuningan pada kulit,

mukosa dan sklera mata, tinja berwarna pucat. Terdapat 3 kategori ikterus yaitu

normal dengan kuning di area wajah saja pada hari ke 1-2, fisiologis kuning

pada kepala sampai dada pada ˃3 hari dan kuning pada kepala sampai siku

pada ˃3 hari, patologis kuning pada seluruh tubun pada ˃3 hari (Saifuddin,

2018). Cara mengatasi dengan memberikan ASI sesegera mungkin dan

lanjutkan setiap 2-4 jam, jika kebutuhan nutrisi terpenuhi memudahkan

keluarnya mekonium dan menjemur bayi di matahari pagi jam 7-9 selama 10

menit (Saifuddin, 2018).

f. Ajarkan ibu untuk melakukan stimulasi bayi usia 0-3 bulan.

Rasional : Menciptakan rasa nyaman

g. Anjurkan ibu untuk melakukan imunisasi sesuai jadwal pada buku KIA.

Rasional : Mendapatkan kekebalan tubuh sesuai dengan usianya

h. Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan neonatal (KN) minimal 3 kali yaitu

6-48 jam pascalahir (KN1), 3-7 hari (KN2), dan 8-28 hari (KN3).

1) KN 2 (3-7 hari): menjaga tali pusat tetap dalam keadaan bersih dan kering,

pemantauan tanda bahaya, perawatan bayi baru lahir, melakukan konseling


kepada ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif, penanganan dan

rujukan kasus bila diperlukan.

2) KN 3 (8-28 hari): pemeriksaan tali pusat, pemantauan tanda bahaya, perawatan

bayi baru lahir, konseling tentang imunisasi lengkap.

i. Kemungkinan masalah yang terjadi pada neonatus:

1) Ikterus

Disebabkan oleh kelebihan kadar bilirubin. Cara mengatasinya yaitu dengan

memberikan ASI sesegera mungkin kepada bayi setiap 2 jam sekali,

memaparkan anak pada sinar UV jam 8-10 pagi selama 5-10 menit. (Tinuk Esti

dan Teta Puji, 2022).

2) Hipotermia

Disebabkan karena bayi kehilangan panas. Cara mengatasinya yaitu mengganti

pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan

selimuti dengan selimut hangat, lakukan kontak skin to skin pada ibu

(Nurhasiyah, S., Sukma, F, dan Hamidah, 2017).

3) Hipoglikemia

Disebabkan karena kadar insulin yang tinggi pada bayi. Cara mengatasinya

yaitu teruskan pemberian ASI setiap 1-2 jam atau 3-10 ml/kg, selanjutnya

monitor kadar gula darah setiap kali sebelum bayi minum sampai gula darah

stabil. Jika kadar gula darah tetap rendah walaupun setelah diberi minum, dapat

dimulai infus glukosa (Nurhasiyah, S., Sukma, F, dan Hamidah, 2017).

4) Ruam popok

Disebabkan oleh iritasi pada kulit bayi. Cara mengatasinya yaitu membersihkan

daerah kulit yang bermasalah dengan sabun ringan, sering mengganti popok

dan biarkan daerah kulit yang bermasalah tetap terbuka (Nurhasiyah, S.,
Sukma, F, dan Hamidah, 2017).

5) Muntah dan gumoh

Disebabkan oleh ASI yang diminum bayi kembali ke kerongkongan (reflek).

Cara mengatasinya yaitu dengan menyendawakan bayi setelah menyusui dan

menghentikan menyusui bayi ketika bayi mulai rewel dan menangis

(Nurhasiyah, S., Sukma, F, dan Hamidah, 2017).

6) Oral thrush

Disebabkan oleh jamur candida albicans pada mulut bayi. Cara mengatasinya

yaitu membersikan mulut bayi setelah menyusu, jika bayi menggunakan susu

formula cuci bersih botol dan dot susu, sebelum menyusui ibu membersihkan

putingya terlebih dahulu (Nurhasiyah, S., Sukma, F. dan Hamidah. 2017).

2.4.4 Pelaksanaan

2.4.5 Evaluasi

Pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan sama seperti di kehamilan. Namun

pelaksanaan dan evaluasi tetap menyesuaikan dengan permasalahan yang muncul pada

neonatus sesuai dengan Kepmenkes Nomor : HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang Standar

Profesi Bidan.

TTD Petugas

Anda mungkin juga menyukai