Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL KEGIATAN

PENINGKATAN KESERASIAN SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT


DI DESA BOLANG MELALUI KEGIATAN BERSAMA
PENGASPALAN

JALAN LINGKAR DESA TAHUN 2009

A. LATAR BELAKANG

Desa Bolang adalah salah satu “desa pinggiran” di Provinsi Jawa Tengah
yang posisi geografisnya berada di ujung paling barat dari provinsi tersebut.
Desa ini terletak di barat laut Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap,

Provinsi Jawa Tengah; berbatasan langsung dengan Desa Sukamandi,


Kecamatan Sukasari, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Beberapa
alasan mengapa Desa Bolang disebut sebagai “desa pinggiran” anatara lain
adalah: Pertama, secara geografis, desa ini memang terletak di ujung
(pinggir) paling barat ibu kota provinsinya. Kedua, Desa Bolang berjarak
cukup jauh dari pusat kota atau pusat pemerintahan di atasnya. Jarak dari
pusat desa ke ibu kota kecamatan sejauh 14 km dengan waktu tempuh
perjalanan hampir 30 menit; sementara jarak ke ibu kota kabupaten
mencapai 153 km dengan waktu tempuh perjalanan hampir 3 jam. Hal ini
menjadi salah satu penghambat lancarnya kegiatan sosial, ekonomi dan
pendidikan masyarakat, serta menjadi penghambat bagi lancarnya proses
pelaporan administrasi pemerintahan dari desa tersebut. Ketiga, dari
sentuhan pembangunan, desa perbukitan ini memang kurang tersentuh jika
dibandingkan dengan desa-desa lain; khusunya dengan desa-desa lain di
Kecamatan Dayeuhluhur dan umumnya di Kabupaten Cilacap dan Provinsi

Jawa Tengah. Di samping kurang tersentuh, sejumlah kegiatan


pembangunan yang selama ini telah dilakukan di desa tersebut juga dirasa
masih kurang merata. Dan persoalan tidak meratanya proyek
pembangunan inilah yang kemudian diduga telah menjadi salah satu
penyebab potensial munculnya masalah sosial di Desa Bolang.
Khusus untuk masalah pembangunan, kita dapat melihat secara lebih
jelas ketertinggalan dan ketidakmerataan pembangunan di desa ini dengan
mengamati beberapa indikator. Terutama dilihat dari indikator
pembangunan infrastruktur yang belum cukup memadai dan cukup merata
sarana pendukung kegiatan sosial-ekonomi dan pendidikan bagi masyarakat
di desa tersebut. Pertama, sebagian wilayah Desa Bolang adalah areal
persawahan--yang menjadi sumber penghidupan utama masyarakat, tetapi
fasilitas irigasi dan fasilitas jalan untuk mengangkut hasil pertanian dari

1
areal persawahan tidak tersedia secara memadai. Akibatnya produktivitas
pertanian masyarakat menjadi kurang efektif dan efisien. Meskipun
sebagian petani dapat melakukan panen sampai 5 kali dalam 2 tahun,
tetapi sebagian besar petani masih menjalani pola tanam 2 kali setahun
karena irigasi yang ada tidak mampu melayani kebutuhan air dikarenakan
cukup banyak jaringan irigasi yang telah rusak. Akibat tidak adanya jalan
yang memadai dari areal persawahan, petani harus menanggung biaya
angkut dua kali lebih mahal dari seharusnya, yaitu dari sawah ke pinggir
jalan (dengan tenaga manusia) dan dari pinggir jalan ke gudang (dengan
angkutan mobil). Dengan demikian, ongkos angkut hasil sawah yang harus
dikeluarkan petani menjadi membengkak. Kemudian selain jalan lingkar

pertanian, jalan lingkar desa yang menghubungkan lokasi antar dusun juga
kondisinya banyak yang telah rusak sehingga mobilisasi masyarakat yang
bekerja atau bersekolah di luar Desa Bolang juga turut terhamat.
Kedua, dengan jumlah penduduk lebih dari 2000 jiwa, Desa Bolang
hanya memiliki fsilitas pendidikan berupa 1 bangunan SD Negeri dan 1
bangunan SMP Swasta (Muhammadiya). Kondisi ini menyebabkan akses
masyarakat terhadap fasilitas pendidikan cukup sulit. Untuk menjangkau
sekolah misalnya, banyak murid sekolah di Bolang yang harus berjalan kaki
lebih dari 3 KM setiap hari. Di samping itu, lemahnya kemampuan ekonomi
menjadi penyebab kurangnya daya jangkau masyarakat terhadap
pendidikan yang lebih tinggi. Sampai tahun 2008, tercatat hanya 9 warga
bolang yang berhasil menempuh pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1), tapi
7 orang diantaranya merantau di luar desa (atau pergi ke kota) untuk
mencari penghidupan. Sementara itu, penduduk dewasa yang berhasil
mengenyam pendidikan diploma sebanyak 13 orang, lulus SLTA sebanyak
137 orang, lulus SLTP sebanayk 275 orang, hanya lulus SD sebanyak 1609
orang dan tidak tamat SD sebanyak 16 orang. (lebih detil lihat lampiran:
Statistik Desa Bolang).
Uraian di atas kiranya cukup sebagai bukti mengapa Desa Bolang
dikatakan sebagi salah satu “desa pinggiran” di Provinsi Jawa Tengah.
Untuk mengurangi keterpinggiran Desa Bolang, sebenarnya pemerintah
telah banyak memberikan bantuan, terutama dalam tiga tahun terakhir ini.
Bantuan yang diberikan terutama berupa proyek untuk pembangunan

infrastruktur (fisik) irigasi, jalan dan jaringan irigasi. Adapun bantuan


pembangunan yang telah dilakukan antara lain: Rehabilitasi Bendung dan
Saluran DI Cimangceng dan DI Ciengang (tahun 2007 dan 2008);
Pengaspalan dan Perkuatan Tebing Jalan Bolang - Rancah (tahun 2007 dan
2008); Pipanisasi Air Bersih Pedesaan yang telah mengairi sebagian rumah

2
di Bolang (tahun 2008); dan Proyek Sarpras Pengaspalan Jalan Masa –
Guriang sejauh 400 M (tahun 2009).
Akan tetapi, secara keseluruhan proyek-proyek pembangunan
tersebut ternyata belum cukup memenuhi “aspek ketersediaan secara
memadai” dan “aspek ketersediaan secara merata” fasilitas infrastruktur di
setiap wilayah (dusun) di Desa Bolang, terutama untuk wilayah yang
letaknya di daerah pelosok. Pembangunan yang ada selama ini ternyata
sebagian besar baru dilaksanakan di wilayah Desa Bolang sebelah selatan
(Dusun Sukamulya dan Dusun Cimahi), yang kebetulan wilayahnya paling
dekat dengan jalan kabupaten yang melintas di desa tersebut. Dan hal ini
agak ironis karena masyarakat di wilayah tersebut secara ekonomi

umumnya justeru memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan


dengan masyarakat di wilayah yang belum mendapatkan jatah
pembangunan.
Dari sini masalah bermula. Akibat pembangunan yang dirasa kurang
adil dan merata, timbullah masalah sosial di Desa Bolang. Masalah itu
adalah munculnya kecemburuan sosial dari masyarakat di wilayah yang
belum mendapat proyek pembangunan (wilayah belum terbangun) terhadap
masyarakat di wilayah yang sudah mendapatkan proyek pembangunan
(wilayah terbangun). Pemerintah (baik di tingkat desa maupun di tingkat
yang lebih tinggi) juga turut menjadi sasaran kecemburuan sosial tersebut
karena masyarakat di wilayah belum terbangun merasa telah “di-anak-tiri-
kan” oleh pemerintah. Pada tataran praktis sikap cemburu sosial tersebut
ditunjukan antara lain oleh: pertama, cenderung semakin menurunnya
partisipasi warga masyarakat dari wilayah belum terbangun dalam kegiatan
kemasyarakatan di tingkat desa; dan kedua, munculnya beberapa oknum
individu yang berusaha mengganjal pembangunan di wilayah lain yang akan
atau sedang mendapat bantuan proyek pembangunan dari pemerintah
dengan melakukan tindakan provokasi atau pengacauan.1
Kontras dengan sikap cemburu sosial masyarakat dari wilayah belum
terbangun, muncul reaksi balik dari masyarakat dari wilayah yang telah

1
Sebagai contoh kasus, pernah terjadi di tahun 2008, ketika Proyek Pembangunan Saluran Irigasi
Ciengan II yang mengairi wilayah Dusun Sukajaya dan Cimahi dipersoalkan oleh sebagaian
masyarakat Dusun Pamijen. Pihak Pamijen beranggapan bahwa seharusnya proyek pembangunan
irigasi tersebut dilakukan untuk pembangunan Saluran Irigasi Ciengan I yang mengairi wilayah
mereka karena berdasarkan nomor urut, Ciengan I seharusnya mendapat jatah lebih awal dari
pada Ciengan II. Padahal secara prosedural, turunnya proyek tersebut telah diatur dalam
Musrenbang baik di tingkat desa maupun kecamatan, bahwa dengan berbagai perimbangan,
secara prioritas Saluran Irigasi Ciengan II lebih mendesak untuk dibangun daripada Saluran Irigasi
Ciengan I.
Persoalan ini awalnya sempat menghambat pengerjaan proyek oleh pihak kontraktor. Namun,
setelah melalui proses musyawarah di tingkat desa dengan mediasi pihak kecamatan dan Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Cilacap, akhirnya pihak Pamijen dapat menerima pelaksanaan proyek
tersebut dengan lapang dada.

3
terbangun. Terhadap masyarakat dari wilayah belum terbangun mereka
menganggapnya sebagai masyarakat yang terbelakang dan “reseh”.
Dianggap terbelakang mungkin karena wilayahnya masih belum mendapat
fasilitas yang memadai, dan dianggap “reseh” mungkin karena mereka suka
protes akibat merasa belum dapat fasilitas. Bahkan dalam bahasa
2
percakapan sehari-hari, sebutan “urang tonggoh” atau “urang peuntas,”3
dianggap memiliki konotasi yang kurang baik sebagai cap bagi orang yang
berasal dari wilayah belum terbangun. Beberapa oknum masyarakat di
wilayah terbangun cenderung bersikap arogan dan superior terhadap
anggota masyarakat belum terbangun.
Begitu pula sebaliknya di kalangan masyarakat yang belum terbangun

muncul sikap yang cenderung inferior. Hal ini secara nyata tampak dalam
forum-forum umum dimana masyarakat yang merasa lebih superior
cenderung berbicara lebih “vokal.” Contoh kasus lain adalah ketika ada
perlombaan atau turnamen antar dusun di Desa Bolang, dimana seringkali
suporter dari pihak yang merasa superior cenderung menunjukan sikap
yang arogan dengan mengungkapkan makian-makian yang kurang baik
terhadap suporter atau pemain lawannya. Hal ini tentu dapat memicu
terjadinya konflik sosial anatar warga yang dapat meresahkan. Meskipun
belum sampai terjadi konflik sosial secara terbuka, tapi kalau dibiarkan
terus, masalah seperti itu cukup berbahaya karena secara akumulatif dapat
saja masalah sosial yang kecil ini akan tumbuh menjadi konflik sosial yang
lebih besar.
Tentu permasalahan seperti ini tidak boleh dibiarkan begitu saja
karena seperti bola salu, jika dibiarkan semakin lama masalah ini akan
menggumpal menjadi masalah yang lebih besar dan semakin sulit untuk
mengatasinya. Bagaimana mengantisipasi masalah sosial tersebut?
Di atas kita telah menyimak bahwa masalah sosial tersebut timbul
karena terdapat kondisi tertentu (precondition) sebagai penyebab
utamanya. Penyebab utama dari masalah sosial ini adalah karena tidak
meratanya proyek pembangunan di Desa Bolang. Oleh karena itu, untuk
mengatasi agar masalah sosial yang ada tidak berkembang menjadi lebih
besar terdapat empat formula yang perlu dilakukan: Pertama,
mengupayakan agar pembangunan di Desa Bolang dapat ditingkatkan dan

dilakukan secara lebih merata. Kedua, melakukan penyadaran melalui


penyuluhan atau pembinaan kepada seluruh warga masyarakat tentang
hakekat pembangunan yang bertahap dan berkesinambungan, dengan
2
) “Urang tonggoh” artinya orang atas. Disebut demikian karena umumnya wilayah yang belum
tersentuh pembangunan umumnya berada di daerah sebelah atas desa.
3
) “Urang peuntas” artinya orang seberang.Disebut demikian karena wilayah yang belum tersentuh
pembangunan berada di seberang Sungai Moloko yang memisahkan kedua wilayah tersebut.

4
segala konsekuensi yang ditimbulkannya. Dalam hal ini, setidaknya
masyarakat perlu disadarkan bahwa masalah dalam pembangunan nasional
kita adalah keterbatasan sumber pendanaan sehingga anggaran yang ada
tidak dapat sekaligus mendanai seluruh proyek pembangunan yang
diperlukan. Oleh karena itu pembangunan mesti dilakukan secara bertahap
sesuai kemampuan pendanaan dan prioritas kebutuhan yang paling
mendesak. Selanjutnya, sebagai bagian objek sekaligus pelaku
pembangunan masyarakat diharapkan partisipasinya berupa kesediaan
bergotong royong atau bahkan bersedia bersabar menunggu giliran
mendapat kesempatan dalam perolehan proyek pembangunan di
wilayahnya. Ketiga, melakukan penguatan modal sosial (social capital) di

dalam masyarakat melalui pemupukan rasa kebersamaan, solidaritas,


gotong royong dan kekeluargaan di antara sesama warga masyarakat.
Dengan penguatan modal sosial, alih-alih saling curiga, saling konflik atau
saling mementingkan kepentingan pribadi dan golongan, masyarakat justru
akan lebih solider, lebih perduli dan harmonis. Keempat, melakukan
penguatan kelembagaan organisasi kemasyarakatan yang antara lain dapat
dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai pembinaan dan pelatihan
keterampilan keorganisasian dan kepeminpinan untuk para aktivis
organisasi kemasyarakatan. Dengan kelembagaan yang kuat, organisasi
masyarakat dapat lebih berdaya optimal dalam membantu mengatasi
masalah yang timbul dalam masyarakat. Sehingga, dengan formula seperti
ini, diharapkan usaha antisipasi atau penanggulangan munculnya masalah
sosial dalam masyarakat dapat dilakukan dengan baik.
Berangkat dari pemikiran di atas, dalam mengantisipasi munculnya
potensi masalah sosial yang lebih besar sebagai ekses dari belum
meratanya kegiatan pembangunan di Desa Bolang, Forum Keserasian Sosial
Desa Bolang bermaksud menyelenggarakan suatu program peningkatan
keserasian sosial berbasis masyarakat melalui suatu kegiatan bersama
pembangunan jalan lingkar desa.

B. NAMA KEGIATAN

Selanjutnya kegiatan ini diberi nama: “Peningkatan Keserasian Sosial

Berbasis Masyarakat di Desa Bolang Melalui Kegiatan Bersama


Pengaspalan Jalan Lingkar Desa Tahun 2009.”

C. MAKSUD DAN TUJUAN

5
1. Maksud
Maksud dari kegiatan ini adalah sebagai upaya pemerataan
pembangunan dan sekaligus sebagai wadah untuk meningkatkan
harmonisasi, pemupukan rasa kebersamaan, solidaritas, gotong royong
dan kekeluargaan di antara warga masyarakat melalui pendekatan
kegiatan bersama pembangunan infrastruktur.

2. Tujuan
Adapun tujuan kegiatan ini adalah untuk pemerataan pembangunan dan
untuk meningkatkan kebersamaan, saling menghargai, kesetaraan dan

gotong royong melalui kegiatan bersama pembangunan jalan lingkar


desa.

D. SASARAN

Sasaran kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Sasaran Fisik
Jalan Lingkar Desa (Sukahurip-Pamijen); P = 750 M; L = 2,5 M

2. Sasaran Non-Fisik
a. Sasaran Langsung: Warga Masyarakat Dusun Sukahurip
b. Sasaran Tidak Langsung: Warga Masyarakat Desa Bolang

E. PENGORGANISASIAN

1. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada September – Desember 2009.
Matriks Implementasi Kegiatan (Time Chedule) terlampir.

2. Organisasi Penyelenggara
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Forum Keserasian Sosial Desa Bolang,
Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap. Kepanitiaan terdiri dari

pengurus dan anggota forum. Pemantauan dilakukan oleh Pendamping,


Kepala Desa, Instansi terkait, Dinas Sosial Kabupaten dan Propinsi serta
Departemen Sosial RI melalui Direktorat Bantuan Sosial Korban Bencana
Sosial Ditjen Bantuan dan Jaminan Sosial. Susunan organisasi
kepanitiaan terlampir.

6
3. Langkah-langkah
Langkah-langkah kegiatan ini telah dirumuskan dalam musyawarah
Forum pada 29 Agustus 2009 sebagai berikut:

a. Persiapan
 Sosialisasi kegiatan dan pembinaan
 Pemantapan panitia lapangan
 Pengukuran ulang lokasi kegiatan

b. Pelaksanaan


Pembelian/pengumpulan material
 Penyewaan dan mobilisasi alat
 Pengerjaan tambal sulam perkerasan lapis bawah (LPB)
 Pengerjaan tambal sulam perkerasan lapis atas (LPA)
 Pengerjaan lapis aspal labur dua kali (Burda)
 Pemeliharaan bahu jalan
 Pembuatan tugu keserasian

c. Evaluasi
Evaluasi dan monitoring dilakukan terhadap:

 Tingkat partisipasi, intensitas kebersamaan, solidaritas,


kekeluargaan dan gotong royong masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatan yang mencerminkan keserasian sosial masyarakat,

 Proses pelaksanaan dan kualitas hasil fisik kegiatan, dan

 Transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana kegiatan.

F. HASIL YANG DIHARAPKAN (OUTPUT KEGIATAN)

1. Terjadinya pemerataan pembangunan di Desa Bolang.


2. Meningkatnya rasa kebersamaan, solidaritas, serta budaya gotong
royong dan kekeluargaan antar warga masyarakat Desa Bolang.
3. Terwujudnya kerukunan dan harmonisasi kehidupan masyarakat Desa
Bolang.
4. Meningkatnya modal sosial (social capital) masyarakat dalam menangkal
dan menanggulangi terjadi berbagai masalah sosial di Desa Bolang.

G. RENCANA ANGGARAN BIAYA

7
(Terlampir)

H. PENUTUP

Demikian proposal ini disusun sebagai gambaran kegiatan yang akan


dilaksanakan, sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang
berkepentingan khusunya bagi Direktorat Bantuan Sosial Korban Bencana
Sosial Ditjen Bantuan dan Jaminan Sosial Departemen Sosial Republik
Indonesia.

Bolang, 4 September 2009


Forum Keserasian Sosial Desa
Bolang

OYON DARSOYO
(Ketua)

8
FORUM KESERASIAN SOSIAL DESA BOLANG KECAMATAN DAYEUHLUHUR KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
Skretarian: Kantor Desa Bolang, Jl. Desa No. 3 Desa Bolang,
Kecamatan Dayeuhluhur 53266 Kabupaten Cilacap

Nomor : 003/FKS-BOLANG/IX/2009
Lampiran : 1 (satu) bendel
Perihal : Permohonan Bantuan Kegiatan

Kepada Yth.
Direktur Bantuan Sosial Korban Bencana
Sosial, Direktorat Bantuan Sosial Korban
Bencana Sosial, Ditjen Bantuan dan
Jaminan Sosial, Departemen Sosial RI
Di –
JAKARTA

Dengan hormat.
Berdasarkan hasil musyawarah Forum Keserasian Sosial Desa Bolang,
Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, pada 30
Agustus 2009, kami bermaksud melaksanakan kegiatan Keserasian Sosial
Berbasis Masyarakat di Desa Bolang Melalui Kegiatan Bersama Pengaspalan
Jalan Lingkar Desa Tahun 2009. Adapun fokus kegiatan adalah pengaspalan
jalan dusun Sukahurip Desa Bolang, dengan volume = 750 m x 2,5 m.
Maksud dari kegiatan tersebut adalah sebagai upaya pemerataan
pembangunan dan sekaligus sebagai wadah untuk meningkatkan harmonisasi,
pemupukan rasa kebersamaan, solidaritas, gotong royong dan kekeluargaan di
antara warga masyarakat melalui pendekatan kegiatan bersama pembangunan
infrastruktur di Desa Bolang. Selanjutnya dari kegiatan tersebut diharapkan
akan tercipta pemerataan pembangunan dan terjadi peningkatan rasa
kebersamaan, saling menghargai, kesetaraan dan gotong royong yang
mencerminkan masyarakat Desa Bolang yang harmonis.
Perlu diketahui bahwa kegiatan ini memerlukan biaya sebesar Rp.
114.330.000,- dimana sebesar Rp. 38.100.000,- akan ditanggung swadaya
masyarakat dan sebesar Rp. 76.230.000,- akan dimohonkan dari dana
bantuan. RAB kegiatan terlampir bersama proposal ini.
Sehubungan dengan itu, untuk kelancaran kegiatan tersebut, bersama

ini kami mohon pembinaan dan bantuan pendanaan dari Direktorat Bantuan
Sosial Korban Bencana Sosial Ditjen Bantuan dan Jaminan Sosial Departemen
Sosial Republik Indonesia.
Demikian surat permohonan ini. Atas perhatiannya disampaikan terima
kasih.

Bolang, 4 September 2009,


Mengetahui
Kepala Desa Forum Keserasian Sosial Desa
Bolang
Bolang

SARIPIN SUJANA
OYON DARSOYO
Ketua

9
PROFIL DESA BOLANG

DATA UMUM
Nama D esa : B olang
Kecamatan : D ayeuhluhur
Kabupaten : C ilacap
Provinsi : J awa T engah
Luas W ilayah : 2 147 H a
Ketinggian Rata-rata : 654 M diatas permukaan
laut Kontur Wilayah : Perbukitan
Jumlah R T : 19RT
Jumlah D usun : 6 D usun

ARGOTASI
Jarak ke Ibu Kota Kecamatan : 14 KM
Waktu Tempuh Perjalanan : 30 Menit
Jarak ke Ibu Kota Kabupaten : 153 KM
Waktu Tempuh Perjalanan : 3 Jam

POTENSI SDM
Jumlah Penduduk : 2420 jiwa
Jumlah Penduduk Laki-laki : 1219 jiwa
Jumlah Penduduk Perempuan : 1201 jiwa
Jumlah K K : 689 K K

TENAGA KERJA
Usia 15 – 60 tahun : 1901 jiwa
Ibu Rumah Tangga : 689 jiwa
Usia s ekolah : 379 j iwa

CACAT FISIK/MENTAL
Cacat Fisik
Tuna R ungu : 8 ji wa
Tuna W icara : 3 j iwa
Tuna N etra : 4 ji wa
Lumpuh : 2 jiw a
Sumbing : 2 jiw a
Cacat Mental
Idiot : 2 jiw a
Gila : 4 jiw a

TINGKAT PENDIDIKAN
Belum S ekolah : 363 j iwa
Tidak T amat S D : 16 j iwa
Tamat S D : 1 609 ji wa
Tamat S LTP : 275 j iwa

TDaipmloamt aS L( TDA-3) : 13173 j iwa


Sarjana ( S-1) : 9 j iwa

10
MATA USAHA
Petani : 1506 jiwa
Buruh T ani : 161 j iwa
Buruh S wasta : 48 j iwa
PNS : 4 0 jiw a

Pendaggrajning : 37 ji wa
Peternak : 1 40 ji wa
Montir : 17 jiw a

PREFERENSI PARTAI POLITIK


 PARTAI GOLKAR
 PDIP

 PARTAI GERINDRA


PARTAI DEMOKRAT

Bolang, 4 September 2009


Kepala Desa Bolang

SARIPIN SUJANA

11
BERITA ACARA
RAPAT PEMBENTUKAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM KERJA
FORUM KESERASIAN SOSIAL DESA BOLANG

Pada hari ini, Sabtu tanggal lima belas bulan Agustus tahun dua ribu
sembilan (15-8-2009) kami warga Desa Bolang Kecamatan Dayeuhluhur
Kabupaten Cilacap, telah mengadakan musyawarah dengan daftar hadir
sebagaimana terlampir dengan hasil sebagai berikut:

1. Membentuk Forum Keserasian Sosial Desa Bolang yang akan

melaksanakan kegiatan keserasian sosial di Desa Bolang.


2. Program kerja Forum adalah mendorong usaha pemerataan
pembangunan dengan mengusahakan kegiatan pengaspalan jalan
lingkar desa yang berlokasi di Dusun Sukahurip.
3. Semua pihak yang hadir dalam musyawarah ini sepakat dan tidak
akan menganggu gugat atas keputusan dalam musyawarah ini.
4. Hasil dari musyawarah ini akan dikukuhkan dalam Surat Keputusan
Kepala Desa Bolang.

Demikian berita acara ini dibuat untuk dapat dipergunakan


seperlunya.

Forum Keserasian
Sosial Desa Bolang

OYON DARSOYO
(Ketua)

Mengetahui

Kepala Desa Bolang Pendamping Sosial

SARIPIN SUJANA ASEP SADIANA

12
BERITA ACARA
PENGUKURAN LOKASI DAN PERHITUNGAN BIAYA KEGIATAN
“PENINGKATAN KESERASIAN SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT DI
DESA BOLANG MELALUI KEGIATAN BERSAMA PENGASPALAN JALAN
LINGKAR DESA TAHUN 2009”

FOSUM KESERASIAN SOSIAL DESA BOLANG

Pada hari ini, Minggu tanggal tiga puluh bulan Agustus tahun dua ribu
sembilan (30-8-2009) kami anggota Forum Keserasian Sosial Desa Bolang
Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap, telah mengadakan kegiatan
pengukuran dan perhitungan biaya kegiatan “PENINGKATAN KESERASIAN

SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT DI DESA BOLANG MELALUI KEGIATAN


BERSAMA PENGASPALAN JALAN LINGKAR DESA TAHUN 2009” dengan
daftar hadir sebagaimana terlampir dengan hasil sebagai berikut:

1. Volume kegiatan pengaspalan adalah adalah 750 x 2.5 m.


2. Biaya kegiatan sebesar Rp. 114.330.000 diusahakan dengan
swadaya sebesar Rp. 38.100.000,- dan Rp. 76.230.000,-
diusahakan oleh bantuan pihak lain.
3. Warga Dusun Sukahurip bersedia bergotong royong dalam
penyelesaian pekerjaan tersebut.

Demikian berita acara ini dibuat untuk dapat dipergunakan


seperlunya.

Forum Keserasian
Sosial Desa Bolang

OYON DARSOYO
(Ketua)

Mengetahui

Kepala Desa Bolang Pendamping Sosial

SARIPIN SUJANA ASEP SADIANA

13
LAMPIRAN

1
4
PROPOSAL KEGIATAN
PENINGKATAN KESERASIAN SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT
DI DESA BOLANG MELALUI KEGIATAN BERSAMA
PENGASPALAN JALAN LINGKAR DESA TAHUN 2009

DISAMPAIKAN KEPADA:
DIREKTORAT BANTUAN SOSIAL KORBAN BENCANA SOSIAL
DITJEN BANTUAN DAN JAMINAN SOSIAL
DEPARTEMEN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

DISUSUN OLEH
FORUM KESERASIAN SOSIAL DESA BOLANG
KECAMATAN DAYEUHLUHUR KABUPATEN
CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2009

15
5/16/2018 Proposal Forum Bolang 1 - slidepdf.com

STRUKTUR ORGANISASI
FORUM KESERASIAN SOSIAL DESA BOLANG

PENDAMPING PELINDUNG
ASEP SADIANA SARIPIN SUJANA
(KADES BOLANG)

KETUA
OYON DARSOYO

BENDAHARA
SEKRETARIS YAYAH
WARTINI

ANGGOTA
MASYARAKAT

Bolang, 4 Septermber 2009


Forum Keserasian Sosial Desa Bolang

OYON DARSOYO
Ketua

16

Anda mungkin juga menyukai