Anda di halaman 1dari 36

STERILISASI DAN

APLIKASI DI
RUMAH SAKIT
By: Juliandi, S.Kep, Ns, M.Kes
Materi Kuliah Manajemen Pasient Safety
TK II Semester III Tahun Ajaran 2021-2022
Defenisi Sterilisasi
Sterilisasi adalah upaya
untuk menghilangkan semua
mikroorganisme dengan
cara fisik dan kimiawi.
Defenisi
Sterilisasi yaitu suatu proses mematikan segala
bentuk kehidupan mikro organisme yang ada
dalam sample/contoh, peralatan-peralatan atau
lingkungan tertentu. Dalam bidang bakteriologi,
kata sterilisasi sering dipakai untuk
menggambarkan langkah yang diambil agar
mencapai tujuan meniadakan atau mematikan
semua bentuk kehidupan mikroorganisme.
Persyaratan Sterilisasi
Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan
pasien secara fisik dengan pemanasan pada suhu ± 121°
C selama 30 menit
atau pda suhu 134° C selam 13 menit dan harus mengacu
pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang digunakan.
6. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah
lingkungan.
7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung
diri dan menguasai prosedur sterilisasi yang aman.
8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan
ruang isolasi harus bebas dari mikroorganisme hidup.
Tata Laksana
1. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus
dilakukan disinfeksi dan disterilisasi sampai
aman untuk dipakai pada operasi
berikutnya.

2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan


sterilisasi harus melalui persiapan, meliputi :
a. Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali
pakai.
Penataan – Pengemasan – Pelabelan – Sterilisasi
b. Persiapan sterilisasi instrumen baru :
Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat
(bila diperlukan) - Pelabelan – Sterilisasi
c. Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama
:
Disinfeksi – Pencucian (dekontaminasi) –
Pengeringan (pelipatan bila perlu) - Penataan –
Pelabelan – Sterilisasi
3. Indikasi kuat untuk tindakan disinfeksi/sterilisasi :
a. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang
dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, sistem vaskuler atau
melalui saluran darah harus selalu dalam keadaan steril sebelum
digunakan.
b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti
endoskopi, pipa endotracheal harus disterilkan/ didisinfeksi dahulu
sebelum digunakan.
c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari
jaringan tubuh, darah atau sekresi harus selalu dalam
keadaan steril
sebelum dipergunakan.
Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
32 / 50
4. Semua benda atau alat yang akan
disterilkan/didisinfeksi harus terlebih dahulu dibersihkan
secara seksama untuk menghilangkan
semua bahan organik (darah dan jaringan tubuh) dan sisa
bahan linennya.
5. Sterilisasi (132° C selama 3 menit pada gravity
displacement steam sterilizer) tidak dianjurkan untuk
implant.
6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya
karena dibersihkan, disterilkan atau didisinfeksi
tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh
karena itu, hindari proses ulang yang dapat
mengakibatkan keadan toxin atau mengganggu
keamanan dan efektivitas pekerjaan.
7. Jangan menggunakan bahan seperti linen,
dan lainnya yang tidak tahan terhadap
sterilisasi, karena akan mengakibatkan
kerusakan seperti kemasannya rusak atau
berlubang, bahannya mudah sobek, basah,
dan sebagainya.
8. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan
harus ditempatkan pada tempat (lemari) khusus
setelah dikemas steril pada
ruangan :
a. Dengan suhu 18° C – 22° C dan kelembaban 35%
- 75%, ventilasi menggunakan sistem tekanan
positif dengan efisiensi
partikular antara 90%-95% (untuk partikular 0,5
mikron)
b. Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus,
kuat, dan mudah dibersihkan.
c. Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm – 24
cm.
d. Lantai minimum 43 cm dari langit-langit dan 5 cm
dari dinding serta diupayakan untuk menghindari
terjadinya penempelan
debu kemasan.
9. Pemeliharaan dan cara penggunaan
peralatan sterilisasi harus memperhatikan
petunjuk dari pabriknya dan harus dikalibrasi
minimal 1 kali satu tahun.
10. Peralatan operasi yang telah steril jalur masuk ke
ruangan harus terpisah dengan peralatan yang telah
terpakai.
11. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan
medis dan peralatan medis dilakukan sesuai
permintaan dari kesatuan kerja
pelayanan medis dan penunjang medis.
Beberapa tehnik sterilisasi alat kedokteran yang biasa dilakukan :

a. Cara sterilisasi dengan pemanasan secara kering.

Pemanasan kering tersebut kurang efektif apabila


temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai efektivitas
diperlukan pemanasan mencapai temperatur antara
160°C s/d 180°C. Pada temperatur tersebut akan
menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan
jaringan; hal tersebut disebabkan terjadinya auto
oksidasi sehingga bakteri pathogen dapat terbakar
Pada sistem pemanasan kering terdapat
udara; hal mana telah diketahui bahwa
udara merupakan penghantar panas
yang buruk sehingga sterilisasi melalui
pemanasan kering memerlukan waktu
cukup lama, rata-rata waktu yang
diperlukan 45 menit.
Pada temperatur 160°C memerlukan
waktu 1 jam, sedangkan pada
temperatur 180°C memerlukan waktu
30 menit. Pada Cara pemanasan kering
tersebut secara rutin dipergunakan
untuk mensterilisasikan peralatan-
peralatan pipet, tabung reaksi, stick
swab, jarum operasi, jarum suntik,
syringe
b. Cara sterilisasi dengan radiasi

Dalam mikro biologi radiasi


gelombang cahaya yang banyak
digunakan adalah pancaran cahaya
ultraviolet, gamma atau sinar X dan
cahaya matahari.
Cahaya matahari banyak mengandung
cahaya ultraviolet, sehingga secara
langsung dapat dipakai untuk proses
sterilisasi; hal tersebut telah lama
diketahui orang. cahaya ultraviolet bisa
diperoleh dengan menggunakan katoda
panas (emisi termis) yaitu ke dalam
tabung katoda bertekanan rendah diisi
dengan uap air raksa;
Cahaya ultraviolet yang diserap oleh
sel organisme yang hidup, khususnya
oleh nukleotida maka elektron-elektron
dan molekul sel hidup akan mendapat
tambahan energi.
Tambahan energi tersebut kadang-kadang
cukup kuat untuk mengganggu bahkan
merusak ikatan intramolekuler, seperti
ikatan atom hidrogen dalam DNA.
Perubahan intramolekuler tersebut
menyebabkan kematian pada sel-sel
tersebut. Beberapa plasma sangat peka
terhadap cahaya ultraviolet sehingga
mudah menjadi rusak.
c. Cara sterilisasi dengan pemanasan
dengan uap air dan pengaruh tekanan
(auto slave)
Benda yang akan disuci hamakan
diletakkan di atas lempengan saringan
dan tidak langsung mengenai air di
bawahnya. Pemanasan dilakukan
hingga air mendidih (diperkirakan pada
suhu 100°C), pada tekanan 15 lb
temperatur mencapai 121°C.
Organisme yang tidak berspora dapat
dimatikan dalam tempo 10 menit saja.
Banyak jenis spora hanya dapat mati dengan
pemanasan 100°C selama 30 menit tetapi ada
beberapa jenis spora dapat bertahan pada
temperatur tersebut selama beberapa jam. Spora-
spora yang dapat bertahan selama 10 jam pada
temperatur 100°C dapat dimatikan hanya dalam
waktu 30 menit apabila air yang mendidih
tersebut ditambah dengan natrium carbonat (Na2
CO3 ).
d. Cara sterilisasi dengan pemanasan
secara intermittent/terputus-putus

John Tyndall (1877) memperoleh dari hasil


penelitiannya bahwa pada temperatur didih
(100°C) selama 1 jam tidak dapat
mematikan semua mikroorganisme tetapi
apabila air dididihkan berulang-ulang
sampai lima kali dan setiap air mendidih
istirahat berlangsung 1 menit akan sangat
berhasil untuk mematikan kuman
e. Cara Cara sterilisasi dengan
incineration (pembakaran langsung).

Peralatan-peralatan platina, khrome yang akan


disteril dapat dilakukan melalui pembakaran •
secara langsung pada nyala lampu bunzen
hingga mencapai inerah padam. Hanya saja
dalam proses pembakaran langsung tersebut
peralatan-peralatan tersebut lama kelamaan
menjadi rusak. Keurtungannya:
mikroorganisme akan hancur semuanya.
f. Cara Cara sterilisasi dengan filtrasi
(filtration)

Cara filtrasi berbeda dengan cara


pemanasan. Sterilisasi dengan Cara
pemanasan dapat mematikan
mikroorganisme tetapi mikroorganisme yang
mati tetap berada pada material tersebut,
sedangkan sterilisasi dengan Cara filtrasi
mikroorganisme tetap hidur hanya
dipisahkan dari material.
Peranan CSSD dalam Rumah Sakit

Konsep dan peranan Central Sterile Supply


Department (CSSD) telah berkembang dari hanya
suatu departemen di rumah sakit menjadi
koordinator dari suatu sistem kerja supply dan alat
alat steril, hal ini dapat dianalogikan seperti satu
unit autoclave untuk sterilisasi menjadi sistem
infection control di rumah sakit
CSSD adalah satu departemen yang
independen dengan fasilitas untuk
menerima,men desinfect, membersihkan,
mengemas, men-steril, menyimpan dan
mendistribusikan alat alat (baik yang dapat
dipakai berulang kali dan alat sekali pakai),
sesuai dengan standar prosedur. Beban
kerja untuk CSSD berbeda antara rumah
sakit satu dibandingkan dengan rumah sakit
lainnya.
Bertambahnya jumlah penderita yang mengalami
infeksi di rumah sakit (nosocomial infection),
telah membuka mata akan pentingnya CSSD.
Jika CSSD tidak ada, maka ada kemungkinan
peningkatan terjadinya infeksi nosocomial.
Kemungkinan terjadinya infeksi nosocomial
yang menyebabkan peningkatan angka kematian,
peningkatan jangka waktu rawat inap dan
pengeluaran dapat diturunkan dengan
membangun CSSD yang baik.
Secara umum CSSD dilihat sebagai
bagian penting dari sebuah Operating
Theatre (OT) karena pengguna
terbanyak dari alat-alat steril adalah
OT. Tetap hal ini telah berubah, CSSD
adalah bagian tak terpisahkan dari
berbagai departemen seperti Out
Patient Departemen, Dental, dan lain
lain.
Salah satu faktor penting dalam
menjalankan CSSD adalah sistem kerja
yang baik. Untuk memiliki sistem kerja
yang baik, proses sterilisasi
membutuhkan fungsional dan kordinasi
yang baik dari 3 area: area kotor (soiled
zone), yang juga dikenal sebagai area
pencucian, area bersih (clean zone)
yang juga dikenal sebagai area
assembly atau area packing
dan area steril (sterile zone) yang juga
berfungsi sebagai tempat penyimpanan
alat alat steril. Rumah sakit yang
dibangun tanpa CSSD pada awalnya,
akan mengalami kesulitan untuk
design dan perencanaan di tahap
selanjutnya untuk mengintegrasikan
CSSD departemen.
TERIMA KASIH
ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai