Anda di halaman 1dari 33

RONDE KEPERAWATAN

A. PENDAHULUAN
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan iptek, maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model asuhan
keperawatan professional yang efektif dan efisien.
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian pelayanan
keperawatan dimana salah satu metode pemberian pelayanan keperawatan di mana salah
satu kegiatannya adalah ronde keperawatan, yaitu suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan
kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer/asosiate,
konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim keperawatan dengan melibatkan pasien secara
langsung sebagai focus kegiatan.
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih
dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif,afektif, dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih elalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori kedalam praktik keperawatan.

B. PENGERTIAN
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat primer dan konselor, kepala ruangan, dan perawat asosiate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).
Karakteristik antara lain sebagai berikut :
1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan focus kegiatan
3. PA,PP, dan konselor melakukan diskusi bersama
4. Konselor memfasilitasi kreativitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis dan diskusi
Tujuan Khusus.
2. Tujuan Khusus
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

D. MANFAAT
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar

E. KRITERIA PASIEN
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki
kriteria sbb:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka

F. METODE
Diskusi
G. ALAT BANTU
1. Sarana diskusi : buku atau pulpen
2. Status dokumentasi keperawatan pasien
3. Materi yang disampaikan secara lisan

H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN


Langkah –langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap Pra :

PP 1. PENETAPAN PASIEN
2. PERSIAPAN PASIEN :
 INFORMED CONSENT
 HASIL PENGKAJIAN/VALIDASI
DATA

4. PERSIAPAN PASIEN : 3. PENYAJIAN MASALAH


 APA DIAGNOSIS KEPERAWATAN ?
 APA DATA YANG MENDUKUNG ?
 BAGAIMANA INTERVENSI YANG
SUDAH DILAKUKAN
 APA HAMBATAN DITEMUKAN ?

7. LANJUTKAN
5. VALIDASI DATA DI BED PASIEN 6. PP,KONSELOR,KARU
DISKUSI DI NURSE
STATION

8. KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI SOLUSI
MASALAH
KETERANGAN :
1. Praronde :
a. Menentukan kasus dan topic masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literature
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi : apa diagnose keperawatan ? apa data yang mendukung? Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan ? apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilakukan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3. Pascaronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendaasi penegakkan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya.

I. PERAN MASING-MASING ANGGOTA TIM


Peran perawat primer dan perawat asosiate :
1. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
2. Menjelasakan diagnosis keperawatan
3. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
4. Menjelaskan hasil yang didapat
5. Menjelaskan rasional tindakan yang diambil
6. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
Peran perawat konselor dan tenaga kesehatan lainnya :
1. Memberikan justifikasi
2. Memberikan reinforcement
3. Memvalidasi kebenaran dan masalah serta intervensi keperawatan dan rasional
tindakan
4. Mengarahkan dan koreksi
5. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipeljari

J. KRITERIA EVALUASI
Struktur :
1. Persyaratan administrative (informed consent,alat,dan lainnya)
2. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
3. Persiapan dilakukan sebelumnya
Proses:
1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
Hasil :
1. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2. Masalah pasien dapat teratasi
3. Perawat dapat :
a. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
b. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
c. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
f. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.K
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF, NYERI AKUT, RISIKO INFEKSI, RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR
GLUKOSA DARAH, RISIKO JATUH, PADA DIAGNOSIS MEDIS TUMOR MEATUS
AKUSTICUS EKSTERNUS DEXTRA DI RUANG KATINTING RUMAH SAKIT
UNHAS MAKASSAR

Topik : Asuhan Keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan Bersihan jalan
napas tidak efektif, Nyeri akut, Risiko Infeksi, Risiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah, Risiko jatuh.
Sasaran : Pasien Tn. K 56 Thn
Hari/tanggal : Senin 12 Juni 2023
Waktu : 60 menit

I. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu Bersihan jalan napas tidak
efektif dan Risiko infeksi
2. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer serta tim kesehatan lain
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien

II. SASARAN
Pasien Tn. K di ruangan Katinting RS Unhas Makassar

III. MATERI
A. Teori Asuhan Keperawatan pasien dengan Tumor Meatus akusticus eksternus.
B. Masalah – masalah yang muncul pada pasien dengan Tumor meatus akusticus eksternus
dextra. Intervensi keperawatan pada pasien dengan Tumor meatus akusticus eksternus
dextra. dengan masalah keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif dan Risiko
infeksi
IV. METODE
Diskusi

V. MEDIA
1. Dokumen/ status pasien
2. Sarana diskusi : kertas dan pulpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan

VI. KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

WAKTU TAHAP KEGIATAN PELAKSANA KEG. PASIEN TEMPAT

1 hari Praronde 1. Menentukan kasus dan Penanggung - Nurse


sebelum topic. jawab : station
ronde 2. Menentukan tim ronde. Kepala dan ke
3. Menentukan literature. ruangan dan bed
4. Membuat proposal PP pasien
5. Mempersiapkan pasien 435
dengan pemberian
informed consent

5 menit Ronde Pembukaan : Kepala - Nurse


(nurse 1. Salam pembuka Ruangan station
station) 2. Memperkenalkan
tim ronde
3. Menjelaskan tujuan
ronde
4. Mengenalkan
masalah pasien
secara sepintas

30 menit Penyajian masalah : PP Mendengar Nurse


1. Memberikan salam Kan station
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan pasien
3. Menjelaskan
masalah pasien dan
rencana tindakan
yang telah
dilaksanakan dan
serta menetapkan
prioritas yang perlu
didiskusikan

Validasi data (bed pasien):


KARU,PP,

4. Mencocokkan dan Perawat,

menjelaskan Konselor

kembali data yang


telah disampaikan
dengan wawancara ,
observasi dan
pemeriksaan
keadaan pasien
secara langsung, dan
melihat dokumentasi
5. Diskusi antar Memberikan Depan

anggota tim dan respon bed


pasien tentang dan menjawab pasien
masalah pertanyaan
keperawatan
tersebut di bed
pasien. Karu,PP,
6. Pemberian Perawat
justifikasi oleh konselor
perawat primer atau
konselor atau kepala
ruang tentang
10 menit masalah pasien Karu,
Pasca supervisor,
ronde 1. Melanjutkan diskusi dan perawat Nurse
masukan dari tim. konselor, station
2. Menyimpulkan untuk pembimbing.
menentukan tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas yang
telah ditetapkan
3. Merekomendasikan
intervensi keperawatan
4. penutup

VII. KRITERIA EVALUASI


1. Struktur:
a. Ronde Keperawatan dilaksanakan di ruang Katinting RS Unhas
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses:
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan
3. Hasil:
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan. Menumbuhkan
pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien.
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

VIII. PENGORGANISASIAN
1. Kepala Ruangan : Andi Ririn Latief, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
2. PP : Niniarfina, S.Kep.,Ns.
3. PA : Wiwin Indrayani, Amd.Kep
4. Konselor : Yunita Nurmalasari,S.Kep.,Ns
5. Pembimbing : Jenny Latif S,Kep.,Ns.,M.Kep.
6. Supervisor : Isna Faradiba Putri,S.Kep.,Ns.,M.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MEATUS AKUSTIKUS EKTERNUS
A. PENDAHULUAN
Pada umumnya tumor THT-KL ditemukan pada rongga mulut, orofaring,nasofaring,
hidung dan sinus paranasal, hipofaring, laring dan telinga. Tumor pada telinga dapat bersifat
jinak atau ganas. Tumor dapat terjadi di daun telinga, saluran telinga luar ( meatus akustikus
externus ), telinga tengah dan telinga dalam. Tumor didaerah yang berbeda dari telinga
berperilaku berbeda juga. Jadi, perlu untuk menggambarkan tumor berdasarkan kejadian,
gejala dan pengobatannya.

Saluran telinga eksternal dimulai pada pembukaan dari bagian berbentukcangkir


(konka) dari telinga dan memanjang ke bawah ke gendang telinga. Tumor jinak pada saluran
telinga luar seperti dalam cholesteotoma atau ganas seperti padakarsinoma sel skuamosa.
Kedua tumor ini tumbuh lambat dan memberikan waktu yang cukup untuk dapat didiagnosis
pada awal perjalanan penyakit. Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis yang paling umum
dari kanker telinga yang didapatkan.Tumor-tumor ganas pada saluran telinga eksternal
bersifat sangat serius, Biopsi langsung dari setiap lesi yang mencurigakn di saluran telinga
eksternal harusdilakukan segera.

National Cancer Institute di Amerika Serikat melaporkan bahwa pada tahun 1991
terdapat 6 juta penderita tumor ganas. Tercatat jumlah penderita tumor ganasleher dan
kepala sebanyak 78.000 orang lebih dari 75% adalah karsinoma selskuamosa. Dari seluruh
penderita tumor ganas yang tercatat pada tahun 1991 tersebut,10% penderita meninggal
dunia pada tahun pertama, di antaranya 3-4% adalah penderita keganasan pada kepala dan
leher.

Pada awal januari 1997 dilaporkan bahwa kira-kira 33% penderita tumorganas kepala
dan leher telah meninggal dunia. Secara keseluruhan angka rata-rata bertahan hidup 5 tahun
untuk tumor ganas leher dan kepala berkisar sebanyak 50-60% untuk tumor primer saja dan
30% pada penderita tumor primer yang bermetastasis.
B. PENGERTIAN
Tumor meatus aurikus eksternus (MAE) dalah tumor yang terdapat disaluran telinga
luar. Tumor ganas pada saluran telinga luar (MAE) lebih jarang terjadi. Hanya
1 pasien di antara 10.000 pasien yang datang berobat dengan keluhan telinga, yang terbukti
menderita tumor pada saluran telinga luar. Tumor pada saluran telinga luar, baik ganas atau
jinak, umumnya mirip satu sama lain. Meskipun relatif jarang, insiden kanker telinga
sering terjadi pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, namun dapat juga terjadi pada
setiap kelompok usia. Hal ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita.

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker telinga belum diketahui secara jelas .Namun Keganasan
pada daun telinga dan liang telinga terjadi diduga karena faktor anatominya yang berada di
permukaan tubuh dan radiasi ultraviolet. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa
keganasan yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa. Kedua keganasan ini seringdihubungkan dengan radiasi ultraviolet (walaupun
tidak selalu faktor radiasiultraviolet yang menjadi faktor utama pencetus keganasan).
Karsinoma sel basal dankarsinoma sel skuamosa bisa tumbuh dalam liang telinga atau
menyebar dari aurikulake dalam liang telinga.
Karsinoma daun telinga sering timbul pada decade 6 atau ke 7 dan 80%
terjadi pada laki-laki. Hal ini dihubungkan dengan udara terbuka dalam waktu yang lama,
ekstrim kronis, atau radiasi teliga sebelumnya. Didapatkan 75% dari karsinoma liang telinga
dan telinga tengah berhubungan dengan otore kronis. Studi lain menjelaskan bahwa
prevalensi peselancar , terutama mereka yang berselancar di perairan dingin meningkatkan
resiko untuk terjadinya exostoses/ tumor jinak saluran telinga luar.
Merokok dan minum alkohol adalah faktor etiologi yang sering ditemukaan pada
tomor ganas THT-KL. Perokok berat beresiko 5 sampai 25 kali lebih tinggi mengalami
tumor ganas dibandigkan bukan perokok. Efek lagsung dari nikotin dan hidrokarbon
polisiklik aromatic dipertimbangkan bersifat karsinogenik. Merokok dan minum alcohol
juga menyebabkan mutasi dari gen suspensor tumor p53.
Human papilloma Virus (HPV) dan Epstein barr virus (EBV) adalah virus yang erat
hubugannya dengan kejadian tumor ganas THT-KL, EBV HPV berkaitan dengan karinoa sel
squmosa kepala,leher dan telinga. Dari penelitian yang pernah dilakukan, keganasan di
bidang telinga hidung dan tenggorok ini sangat erat hubungannya dengan penderita
sosioekonomi yang rendah, malnutrisi, penderita-penderita perokok berat dan peminum
alkohol.
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenalsuara & juga


banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telingaterdiri dari tiga bagian:
telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrantimpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telingamemiliki beberapa
bagian, antara lain: concha, helix, antihelix, lobulus, trogusdan antitragus. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan
dua pertiga bagian dalam rangkanyaterdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½- 3 cm.
Meatus auditus eksternus merupakan saluran yang agak gepeng
dari permukaan sampai ke dalam tulang temporalis. Batas dalamnya adalahmembrane
timpani. Suatu epitel berlapis skuamosa yang berlanjut dari kulit,melapisi saluran ini.
Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjarseruminosa (sejenis modifikasi
kelenjar keringat) di dalam submukosa.Kelenjar seruminosa adalah kelenjar tubular
bergelung yang menghasilkanserumen-atau “lilin” telinga campuran lemak dan lilin
yang semisolid dan berwarna kecoklatan. Rambut dan serumen memiliki fungsi
protektif.
Membran timpani telinga adalah membran semitransparan yang tipis,oval,
berdiameter ± 1cm dan terletak di bagian paling dalam dari telinga luar.Membran
timpani dilapisi oleh kulit tipis pada bagian luar dan membranmukosa pada bagian
dalam.
Gendang telinga atau membran timpani adalah perbatasan dengantelinga tengah,
yang berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaaneksternal dan membrane
mukosa pada permukaan internal.
2. Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
 Batas luar : membran timpani- Batas depan : tuba eustachius
 Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
 Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
 Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
 Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,
kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),tingkap bundar (round window)dan
promontorium.
Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosustulang
temporal, Telinga tengah terdiri dari, tuba eustachius yangmenghubungkan telinga
tengah dengan faring yang berfungsi untukmenyeimbangkan tekanan udara pada kedua
sisi membrane timpani.
Tulang pendengaran atau Ossikula auditiva yang terdiri dari (martil atau malleus
,landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes).
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ketulang
pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikangetaran ke tulang
berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecildi tubuh meneruskan
getaran ke koklea atau rumah siput.
3. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin ossea (labirin tulang), sebuahrangkaian rongga
padatulang pelipisyang dilapisi periosteumyang berisicairan perilimfe& labirin
membranasea, yang terletak lebih dalam danmemiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampangmelintang koklea
terdiri atas tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, danskala timpani. Bagian
dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulangsanggurdi melalui jendela
berselaput yang disebuttingkap oval, sedangkanskala timpani berhubungan dengan
telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis ataumembran Reissner
dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atasmembran basilaris
terdapatorgano cortiyang berfungsi mengubah getaransuara menjadi impuls. Organo
corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong.Di atas sel rambut terdapat membran
tektorial yang terdiri darigelatinyanglentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan
dengan bagian otak dengansaraf vestibulokoklearis.
E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala tumor pada telinga berbeda untuk tiap jenisnya. Berikut ini adalah beberapa
tanda-tanda gejala kanker telinga biasa terjadi pada tahap awal tumor :
1. Munculnya ulkus tumor
2. Pembengkakan atau benjolan di leher
3. Nyeri telinga (Otalgia)
4. Gangguan pendengaran
5. Otore dari telinga sering bercampur darah
6. Tinitus
Membedakan tumor-tumor ini harus dengan pemeriksaan mikroskopik karena setiap
tumor hampir tanpa gejala kecuali bila tumor menutupi seluruh liang telinga dan
menyebabkan gangguan pendengaran konduktif. Rasa nyeri merupakan tanda keganasan dan
perlu dicurigai bila terjadi nyeri pada tumor dalam liang telinga.
Setiap massa yang tumbuh dalam liang telinga luar, bila menetap harusdiangkat untuk
pemeriksaan. Lesi yang diduga sebagai polip, granuloma, atau bentuk jinak yang lain,
ternyata kadang-kadang dapat terbukti ganas biasanya berupakarsinoma sel skuamosa.
Karena penyakit ini sering sekali ditandai oleh sekretmenahun dari telinga. Maka pasien
seperti itu harus dicurigai terutama bila dengan pengobatan adekuat tidak terjadi perbaikan.
Karsinoma liang telinga atau telinga tengah lebih sukar didiagnosis padakeadaan dini.
Biasanya berhubungan dengan infeksi kronis. Tumor ini mempunyai permukaan yang kasar
dan berwarna merah sehingga sering diduga granuloma atau polip. Oleh karena itu setiap
kasus infeksi telinga yang tdak mudah sembuh, harus dicurigai. Bila didapatkan permukaan
kulit yang tidak rata, granuloma atau polipharus dilakukan biopsi. Rasa nyeri dan perdarahan
adalah dua gejala yang palingsering pada keganasan liang telinga atau telinga tengah.
Karena infeksi kronis biasanya tidak menimbulkan gejala seperti ini, maka kedua gejala
tersebut dapatmerupakan tanda suatu keganasan. Bila penyakit ini berlanjut, sering dapat
mengenaisaraf fasial yang menimbulkan paralisis. Selanjutnya penyebaran mungkin
kekelenjar getah bening atau ke dasar tengkorak, dengan melibatkan saraf kranial bagian
bawah.
F. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebuah karsinoma yang timbul dari kanalis auditorius eksternal sering
sulitdibedakan dengan otitis supuratif. Karena tingginya insiden otitis eksterna dan mediadan
karena patologi sering kronis, diagnosis karsinoma meatus akustikus ekstesnushampir selalu
terlambat.
Adapun pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk menegakkan diagnosis daritumor
tersebut :
1. Anamnesis :
a. Daun telinga / liang telinga tumbuh benjolan
b. Nodul tumbuh pelan ( jinak)
c. Benjolan cepat membesar, ulkus + ganas
d. Liang telinga terasa nyeri, rasa buntu, sekret ada darah atau perdarahantelinga
e. Otore kronis, tinitus, pendengaran menurun
f. Rasa nyeri di telinga luar, tengah atau sebelah dalam
g. Telinga bag. belakang membengkak
h. Benjolan di leher (kel. GB) = metastasis
2. Pemeriksaan klinis
Setiap massa yang tumbuh dalam liang telinga luar, bila menetap harus
diangkat untuk pemeriksaan. Lesi yang diduga sebagai polip, granuloma, atau
bentuk jinak yang lain, ternyata kadang-kadang dapat terbukti ganas biasanya berup
akarsinoma sel skuamosa. Karena penyakit ini sering sekali ditandai oleh
sekretmenahun dari telinga. Maka pasien seperti itu harus dicurigai terutama bila
dengan pengobatan adekuat tidak terjadi perbaikan.
Curiga ganas, bila :
a. Sekret ada darah, perdarahan telinga
b. Liang telinga permukaan kasar, merah, granuloma atau polip _ perlu biopsi
c. Nyeri tekan, tampak kesakitan
d. Paresis N. VII
3. Tes pendengaran
a. Tes Berbisik
b. Tes garpu tala (tes Rinne, tes weber, tes swabach, tes bing)
c. Tes Audiometri
Bila tumor menutupi seluruh liang telinga maka akan menyebabkan
gangguan pendengaran konduktif.

4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Sebuah resolusi tinggi CT Scan dan MRI diperlukan untuk evaluasi
yangtepat. Sebuah resolusi tinggi CT Scan menentukan erosi osseus disebabkan
oleh tumor, sedagkan MRI lebih unggul untuk evaluasi jaringan lunak. MRI
menunjukkanadanya dural invasi, perluasan intrakranial, serta keterlibatan
jaringan lunakekstrakranial
b. Pemeriksaan histopatologi
Diagnosis yang tepat harus dibuat dengan biopsi. Keseluruhan risiko
metastasisuntuk karsinoma sel skuamosa kulit dari telinga eksternal
dan sekitarnya
G. PENATALAKSANAAN
Ketika tumor ditemukan di liang telinga, lokasi, ukuran dan luasnya tumorharus
dievaluasi secara menyeluruh di bawah mikroskop operasi. Pengobatan terdiridari eksisi
bedah luas dan pasca operasi terapi radiasi
a. Pembedahan
Bila tumor melibatkan bagian posterior saluran telinga luar dan belum
sampaike gendang telinga maka dilakukan sebuah mastoidektomi radikal,
dilanjutkandengan mengeluarkan seluruh tulang rawan & tulang liang telinga serta
massa tumordi meatus eksternus. Defek op. di tutup skin graft Jika tumor ganas sangat
luas danmelibatkan telinga tengah maka dilakukan reseksi tulang mastoid subtotal atau
total.(startme).
Untuk tumor ganas prosedur yang digunakan adalah total "enbloc" darisaluran
telinga dan seluruh kulit sekitarnya, termasuk tulang, gendang telinga dantulang
pendengaran.
Walaupun ada kontroversi mengenai penatalaksanaan bagi tumor liangtelinga,
banyak data yang berkembang mengatakan bahwa bedah ekstensif/luas(seperti dalam
pembedahan en bloc) harus dilakukan dibandingkan bila hanyadilakukan sedikit demi
sedikit. Pembedahan en bloc temporal subtotal dikembangkanuntuk meningkatkan hasil
pengobatan yang lebih baik pada keganasan liang telingadan tulang temporal.
Sembilan puluh lima persen dari karsinoma sel basal <2 cm dapat diatasidengan
eksisi lokal dengan margin bedah minimal 4 mm. Aurikularis rekonstruksimungkin
diperlukan untuk cacat besar, sedangkan Kanker sel skuamosa
diketahui bermetastasis secara lokal ke dalam kulit dan kelenjar getah bening. Pencangk
okankulit dari telinga dilakukan untuk membangun kembali saluran telinga sebuah
graft jenis fasia digunakan untuk membangun kembali gendang telinga.
b. Radiasi
Terapi radiasi sendiri belum dibuktikan merupakan metode efektif dalam mengobati
keganasan pada liang telinga. Pada kenyataannya, banyak tumor yangtimbul lagi jika
diberi radioterapi saja. Tetapi walaupun begitu banyak pengarangyang tetap
menyarankan radioterapi sebagai satu-satunya modalitas bagi stage III danIV .
Pada stadium tumor dimana sudah terjadi perluasan tumor pada saraf, wajahdan
vascular.Disarankan untuk dilakukan pembedahan juga terapi radiasi terutama pada
stage III dan IV.
Jika tumor ganas, terapi radiasi harus dipertimbangkan setelah operasi,terutama
pada kanker sel skuamosa. Reseksi bedah dari saluran telinga tanpa terapiradiasi adalah
cukup untuk kanker sel basal dan keganasan kelenjar. Hal inimembutuhkan operasi
lebih radikal, kecuali pada fase awal kasus.
SOAP Pasien Tn.K di Ruang Katinting RS UNHAS

Diagnosa 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif


Subjektif : Klien mengatakan batuk berlendir yang dialami sejak setelah operasi, dahak yang
sulit dikeluarkan.
Objektif :
a. Keadaan umum lemah
b. Pasien nanpak batuk
c. Lendir ada, warnah putih, produksi sedang
d. Ortopnea ada, dengan RR : 22x/menit, SpO2 : 99 dengan modalitas O2 3LPM
via nasal kanul
e. Inspeksi : tidak ada deformitas, bentuk simetris
f. Palpasi : taktil fremitus tidak ada,krepitasi tidak ada
g. Perkusi : Sonor hemothrax
h. Auskultasi : gargling ada, ronkhi ada area basal dextra
Assesment : Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas d.d batuk tidak
efektif
Planning : Menunjukkan bersihan jalan napas meningkat ditandai dengan indikator :
a. Produksi sputum menurun (5/5)
b. Ortopnea menurun (5/5)
c. Gargling menurun (5/5)
d. Batuk menurun (5/5)
Intervensi :
1. Latihan batuk efektif
2. Manajemen jalan napas
3. Pemantauan respirasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (ronchi)
- Posisikan semifowler atau fowler
- Kolaborasi pemberian Oksigen
Evaluasi : Menunjukkan bersihan jalan napas sedang ditandai dengan indikator :
a. Produksi sputum sedang (3/5) : Produksi sputum masih ada
b. Ortopnea sedang (3/5) : Ortopnea ada, irama reguler dengan RR : 22x/menit,
SpO2 : 99 dengan modalitas O2 3LPM via nasal kanul
c. Gargling sedang (3/5) : gargling masih terdengar
d. Batuk sedang (3/5) : klien masih nampak batuk

Diagnosa 2: Nyeri akut b.d proses inflamasi d.d NPRS 2/10


Subjektif : Klien mengeluh nyeri pada telinga kanan
P : Saat bergerak
Q : Tajam
R : Telinga kanan
S : 2/10 NPRS
T : Intermitten
Objektif :
a. Tampak meringis bila timbul nyeri
b. Bersikap protektif, posisi menghindari nyeri
c. Tampak wajah asimetris, gangguan pada nervus VII (Facialis)
d. Penurunan fungsi koklea
e. Tampak luka post operasi terbalut verban pada belakang aurikula, tampak
tumor menutupi lubang telinga.
f. Tekanan darah : 100/70 mmHg
g. Kualitas nadi kuat angkat, irama reguler, HR : 78x/menit
Assesment : Nyeri kronik b.d proses inflamasi d.d NPRS 3/10
Planning : Menunjukkan tingkat nyeri menurun ditandai dengan indikator :
a. Keluhan nyeri menurun (5/5)
b. Meringis menurun (5/5)
c. Sikap protektif menurun (5/5)
d. Frekuensi nadi membaik (5/5)
e. Tekanan darah membaik (5/5)
Intervensi :
1. Manajemen nyeri
2. Pemberian terapi analgetik
3. Perawatan kenyamanan
Evaluasi : Menunjukkan tingkat nyeri cukup menurun ditandai dengan indikator :
a. Keluhan nyeri cukup menurun (4/5) : klien masih ada keluhan nyeri dengan
skala 2/10NPRS
b. Meringis cukup menurun (4/5) : tampak meringis sesekali bila nyeri
c. Sikap protektif cukup menurun (4/5) : tampak menghindari nyeri
d. Frekuensi nadi cukup membaik (4/5) : 78x/menit
e. Tekanan darah cukup membaik (4/5) : 100/70mmHg

Diagnosa 3 : Risiko infeksi


Faktor resiko :
a. Terbalut verban pada luka post op, rembesan tidak ada
b. Tampak kemerahan pada area telinga kanan
c. Suhu teraba hangat pada daerah sekitar telinga kanan
d. Suhu tubuh : 36,5oC
e. Post op mastoidektomi + Insisi biopsi CAE
f. Hasil Lab (7/6/2023):
 WBC : 16.760/ul
 HGB : 10,6 g/dl
 Netrofil : 95,5%
g. Kultur pus (31/5/2023) : Hasil identifikaasi kultur ditemukan cocobasil gram
negatif yang teridentifikasi sebagai Brucella melitenisis
Assesment : Risiko infeksi d.d Leukositosis
Planning : Menunjukkan tingkat infeksi menurun ditandai dengan indikator :
a. Demam menurun (5/5)
b. Kemerahan menurun (5/5)
c. Kadar sel darah putih membaik (5/5)
Intervensi : Pengendalian Infeksi
Evaluasi : Menunjukkan tingkat infeksi sedang ditandai dengan indikator :
a. Demam cukup menurun (4/5) : Suhu tubuh : 36,5oC
b. Kemerahan sedang (3/5) : Tampak kemerahan pada area telinga kanan
c. Kadar sel darah putih sedang (3/5) : WBC 16.760/ul
Diagnosa 4 : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
Faktor resiko :
a. Tampak lemas
b. Kesadaran Composmentis, GCS 15 : E4V5M6
c. Mulut kering
d. Diabetes melitus tipe II
e. GDP : 146mg/dl
f. HbA1c : 13,5 %
Assesment : Risiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah d.d GDP 146mg/dl
Planning : Menunjukkan kestabilan kadar glukosa darah meningkat ditandai dengan
indikator
a. Tingkat kesadaran meningat (5/5)
b. Mulut kering menurun (5/5)
c. Kadar glukosa darah membaik (5/5)
Intervensi : Manajemen hiperglikemia
Evaluasi : Menunjukkan kestabilan kadar glukosa darah sedang ditandai dengan indikator :
a. Tingkat kesadaran cukup meningkat (4/5) : Kesadaran Composmentis, GCS 15,
E4V5M6
b. Mulut kering sedang (3/5) : tampak mulut kering
c. Kadar glukosa darah sedang (3/5) : GDP 146mg/dl

Diagnosa 5 : Risiko Jatuh


Faktor resiko :
a. Skor jatuh : 35
b. Terpasang IV Line H1 RL 20 TPM ditangan kiri
c. Terpasang NGT H4
d. Diagnosis Sekunder : Diabetes melitus tipe II
Assesment : Risiko infeksi d.d Leukositosis
Planning : Menunjukkan tingkat infeksi menurun ditandai dengan indikator :
d. Demam menurun (5/5)
e. Kemerahan menurun (5/5)
f. Kadar sel darah putih membaik (5/5)
Intervensi : Pengendalian Infeksi
Evaluasi : Menunjukkan tingkat infeksi sedang ditandai dengan indikator :
d. Demam cukup menurun (4/5) : Suhu tubuh : 36,5oC
e. Kemerahan sedang (3/5) : Tampak kemerahan pada area telinga kanan
f. Kadar sel darah putih sedang (3/5) : WBC 16.760/ul
Lampiran : Resume Pasien-Pelaksanaan Ronde
A. IDENTITAS
Nama : Tn. K
Umur : 56 tahun
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Kepala Lingkungan
Alamat : Maruala, Lompo Riaja, Barru
Masuk RS : 30/05/2023
DPJP : Dr.dr.Riskia

B. DIAGNOSIS
Tumor Meatus akustikus eksternus

C. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada telingan kanan

D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien masuk tanggal 30/05/2023 dengan keluhan nyeri pada telinga kanan menjalar ke
kepala dengan skala 3/10 NPRS yang dirasakan sejak 15 hari yang lalu dan memberar 2 hari
sebelum masuk di rumah sakit. Pasien masuk dengan rencana biopsi + mastoidektomi dextra.
Operasi biopsi + mastoidektomi dilakukan tanggal 31/05/2023. Setelah tindakan
pembedahan, klien masih mengeluh nyeri pada telinga kanan dengan skala 3/10 NPRS. Pada
tanggal 01/06/2023 nyeri pada telinga meningkat 4/10 NPRS, dikonsul pada pain intervensi
dan mendapatkan terapi Fentanyl 30mcg/jam/sp, pemberian fentanyl diberikan selama 4 hari.
Pada tanggal 04/01/2023 pukul 23.05 pasien mengeluh ada lendir ditenggorokan dan ada
refleks batuk. Tanggal 05/06/2023 jam 06.30 nyeri pada telinga berkurang dengan skala 3/10
dan fentanyl distop dan digantikan dengan puyer nyeri 1 capsul/8 jam. Keluhan batuk
bertambah menjelang siang disertai sekret yang keluar warnah putih frekuensi batuk
meningkat dan terdapat ortopnea. Pada tanggal 06/06/2023 pasien mngeluh sekret yang
ditenggorokan bertambah banyak, pasien sulit menelan dan lemas karena intake tidak ada
sehingga dikonsul dengan Gizi klinik untuk pemasangan kateter dan pemantauan intake
nutrisi.
Pasien telah dilakukan tindakan suction setiap kali ada penumpukan lendir, dan telah
diajarkan untuk latihan batuk efektif, namun karena dahak yang kental sehingga disarankan
untuk menggunakan metode terapi inhalasi nebulizer dengan NaCl 0,9 % 3cc/ 12jam.
Telah dilakukan cek darah rutin kontrol dan thorax kontrol. Darah rutin kontrol
menunjukkan adanya leukositosis dan thorax kontrol tidak tampak kelainan pada thorax.

E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien 1 tahun yang lalu pada bulan 6 tahun 3022 mengeluh telinga berdengung,
pendengaran mulai menurun dan ada bengkak pada daerah telinga kanan. Keluhan berkurang
dengan minum obat dari pelayanan kesehatan terdekat. Pada bulan 11 tahun 2022telinga
berdengung muncul lagi disertai demam. Satu bulan kemudian pada bulan 12 tahun 2023
pasien dirawat di RSUD Barru dengan keluhan nyeri kepala, mual dan muntah, pasien
menjalani perawatan selama 1 minggu..
Pada bulan februari tahun 2023 pasien datang ke puskesmas Taneteriaja dengan keluhan
wajah membengkan pada kanan dan tidak simetris, gangguan pada nervus VII, terdapat
cairan darah keluar pada telinga dengan produksi sedang, sehingga pasien dirujuk ke poli
rawat jalan spesialis saraf. Tiga hari setelah dari poli saraf, pasien dikonsul ke bagian THT
untuk penatalaksanaan cairan darah yang masih keluar. Setelah menjalani pengobatan ± 1
minggu, warnah cairan yang keluar pada telinga berubah menjadi kuning kecoklatan.
Pada bulan 13/03/ 2023 pasien dirujuk ke RS Unhas dengan diagnosis Otitis nedia
supuratif kronik dextra + parese nervus facialis dengan keluhan otorea, cefalgia, otalgia,
tinitus, vertigo dan openurunan pendengaran telinga kanan, pasien diberikan terapi antibiotik
dan menjalani CT scan 1 hari setelah kontrol.
Pasien kotrol kembali di poli THT pada tanggal 21/03/2023 dengan keluhan yang sama
sehingga tanggal 24/3/2023 dijadwalkan untuk operasi namun batal operasi dikarenakan
glukosa darah meningkat. Pada tanggal 27/03/2023 pasien dikonsul ke bagian endokrin
dengan diagnosis Otitis ksternal + DM tipe 2 non obese dan mendapatkan terapi ryzodeg
flexpen 18 unit/SC.
Pasien masuk IGD pada tanggal 08/04/2023 dengan keluhan mual dan muntah sejak 1
bulan terakhir memberat sejak 1 pekan sebelum masuk dirumah sakit dengan frekuensi > 3
kali isi cairan dan sisa makanan. Setiap kali pasien mual dan muntah disertai keluar darah
dari telinga kanan. Pasien mnjalani terapi untuk perbaikan keadaan umum untuk rencana
tindakan biopsi. Tindakan biopsi dilakukan pada tanggal 14/04/2023 menjalani perawatan
selama 10 hari.
Manifestasi klinis pada pasien :
TANDA DAN GEJALAH YA TIDAK
Demam √
Arthritis √
Hepatomegali √
Sakit kepala √
Sakit perut √
Berat badan menurun (dalam 2 bulan) √
Kelelahan √
Berkeringat √
Suhu tubuh meningkat √
Nyeri pada daerah tulang mastoid √
Limfadenitis di leher dan temporal √
Gangguan pendengaran √
Mastoiditis √
Otitis media √

F. RIWAYAT PEKERJAAN
Aktivitas sehari-hari pasien sebagai kepala lingkungan di lingkungan Moroali. Riwayat
pelihara sapi tidak ada, domba tidak ada, kucing tidak ada, anjing tidak ada. Riwayat kontak
dengan pekerja ternak ada, pasien melayani pembuatan surat keterangan bagi pekerja ternak
yang akan melakukan jual beli ternak maupun persuratan izin untuk mengangkut hewan
ternak lintas daerah.
Pasien tinggal dilingkungan dekat pemotongan hewan ternak, namun hewan ternak
didaerah pasien selalu berada di kandang. Riwayat konsumsi susu mentah tidak ada.

G. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien tidak tahu riwayat penyakit keluarganya

H. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda –tanda vital tgl 09/06/2023
TD : 100/70 mmHg, N: 76x/menit, RR: 22 x/menit, SPO2 : 98%, Suhu : 36,6oC, GCS 15
(E4V6M5).
• System pernafasan (Breath)
Ada keluhan batuk, sekret tertahan ditenggorokan, terdapat ortopnea, irama nafas reguler,
bunyi napas tambahan
• System kardiovaskular
Irama jantung regular, bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, CRT <3 detik,akral hangat,tidak
terdapat sianosis.
• System persarafan
Kesadaran composmentis, pupil isokor 2,5 kanan dan 2,5 mm kiri. GCS E4M6V5 (15).
• System pencernaan
Pasien ada keluhan susah menelan ada, pasien terpasang NGT, pasien makan dengan
bubur saring 3x1 via NGT dan susu diabetasole 2x1 via NGT.

• System perkemihan
Keluhan saat berkemih tidak ada, frekuensi berkemih 3-4 kali sehari dengan warna urine
kuning sedikit pekat dengan volume ± 1500cc.
• System muskoleskeletal dan integument
Kemampuan pergerakan sendi bebas, pasien merasa lemah kekuatan otot menurun, warna
kulit tidak ada keluhan, edema tidak ada, tidak terdapat luka dekubitus.
• System endokrin
Tiroid tidak membesar, gds : 146 mg/dL
• Kebersihan pribadi
Pasien tidak mampu melakukan personal hygiene sendiri, dibantu oleh perawat.
• Psikososial spiritual
Pasien mempunyai motivasi tinggi untuk sembuh,tetapi pasien juga berkeluh kesah
karena keadaannya tidak kunjung sembuh.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• CT Scan mastoid tanpa kontraks 14/03/2023
Aurikula kanan :
 Tampak prselubungan (15 HU) disertai lesi isodens (38 HU) bebatas tidak tegas,
yang meliputi cavumtympani, air cell mastoid dan auricula externa, menyempitkan
canalis acusticus externus, yang menyebabkan erosi ossikula, tegment tympani,
tegmentmastoideum, mastoid antrum dan menumpulkan scutum serta mendestruksi
air cell mastoid.
 Telinga dalam : choclea dan canalis semisirkularis masih intak
 Internal auditory canal kanan dalam batas normal
Aurikula kanan :
 Telinga luar ; Canalis acusticus externus dalam batas normal, membran tympani
intak
 Telinga tengah : Cavum tympanicum dan ossikula intak
 Telinga dalam : Choclea dan canalis semiscularis masih intak
 Internal auditory canal kiri dalam batas normal
 Air cell mastoid dalam batas normla

 Tampak multiple lesi litik pada spenoid wing bilateral


 Tampak perselubungan (24HU) pada sinus maksilaris bilateral dan spenoidalis kiri
 Tampak concha nasalis bilateral hypertrophy asimetris disertai mukosa yang
irreguler
Kesan :
- Cholesteatoma dextra disertai otomastoiditis
- Multiple lesi letak spenoid wing bilateral
- Multisinusitis
- Rhinitis hypertrophycans
• Pemeriksaan HbA1c 04/04/2023 : 13,5 %
• Biopsi tanggal 14/04/2023
Makroskopik : Diterima 1 wadah berisi 4 buah jaringan. Jaringan terbesar berukuran
1,2 x 0,8 x 0,6 cm, jaringan terkecil berukuran 0,5 x 0,2 x 0,1 cm, warna coklat
kehitaman, konsistensi padat kenyal. Dibuat 1 kaset semua cetak.
Mikroskopik : Sediaan telah dicetak seluruhnya dan dipotong lebih dalam. Sediaan
menunjukkan beberapa keping jaringan, terdiri dari jaringan ikat disertai infiltrasi sel-sel
radang limfosit, neutrofil padat, histiosit, dan ekstravavsasi eritrosit. Tampak beberapa
jaringan dilapisi epitel squamous berlapis, dibawahnya tampak fokus sel-sel inti bulat
oval atipik dan sitoplasma eosinofilik diantaranya tampak ekstravasasi eritrosit dan area
nekrosis.
Kesimpulan : JARINGAN GRANULASI DENGAN FOKUS LESI ATYPICAL
SQUAMOUS
Catatan: Belum menyingkirkan suatu malignancy. Konfirmasi klinik.
• Foto thorax 19/05/2023
Foto Thorax PA :

- Corakan bronchovaskular dalam batas normal


- Tidak tampak lesi noduler dan proses spesifik
- Cor : CTR normal, aorta elongasi

- Kedua sinus dan diafragma baik


- Tulang-tulang intak
- Jaringan lunak sekitar baik
Kesan :
- Elongatio aortae
- Pulmo dalam batas normal
• Hasil laboratorium tanggal 23/05/2023
WBC 13.620 /ul
RBC 5.560.000 /ul
HGB 11.9 g/dl
HCT 38.0 %
MCV 68.3 fl
MCH 21.4 Pg
MCHC 31.3 g/dl
PLT 215.000 /ul
NEUTH% 83.5 %
LYMPH% 12.5 %
MONO% 3.8 %
EO% 0.1 %
BASO% 0.1 %
IG% 2.6 %

- Waktu bekuan : 7 menit


- Waktu perdarahan : 3 menit
- Glukosa darah seaktu : 66mg/dl
- HbsAg : Non reaktif
• Pemeriksaan Thorax tanggal 07/06/2023
Foto Thorax AP:
- Corakan bronchovaskular dalam batas normal
- Tidak tampak proses spesifik kedua lapangan paru
- Cor: Kesan normal, aorta dilatasi, elongasi dan kalsifikasi
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
- Jaringan lunak sekitar baik
Kesan:
- Dilatatio, elongatio et atherosclesoris aortae
- Pulmo normal
• Hasil laboratorium tanggal 07/06/2023
WBC 16.760 /ul
RBC 4.950.000 /ul
HGB 10.6 g/dl
HCT 32.6 %
MCV 65.9 fl
MCH 21.4 Pg
MCHC 32.5 g/dl
PLT 463.000 /ul
NEUTH% 94.5 %
LYMPH% 3.8 %
MONO% 1.6 %
EO% 0.0 %
BASO% 0.1 %

- Kreatinin : 0,7 mg/dl


- Ureum : 16 mg/dl
- Albumin : 3,4gr/dl
- Elektrolit : Na : 132 mmol/L, K : 3,5 mmol/L, Cl : 107 mmol/L
• Hasil kultur pus Anaerob dan aerob 07/06/2023
Makroskopi Spesimen aspirat pus dalam spoit 5 ml dengan volume 2 ml, berwarna
k merah kehitaman
Mikroskopis Pewarnaan Gram : Epitel tidak ditemukan , leukosit type PMN 3+ / LPK'
Mikroorganisme : Coccus Gram Positif 1+ / LPB, coccobasil Gram
Negatif 2 + / LPB
Kultur Hasil identifikasi kultur ditemukan coccobasil Gram Negatif yang
Bakteri teridentifikasi sebagai " Brucella meitensis"
Anaerob
Tes --
Kepekaan /
AST
Kesimpulan Ditemukan coccobasil Gram Negatif yang teridentifikasi sebagai "
Brucella melitensis ". Bakteri ini merupakan agen patogen yang sering
ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis) dan dapat menjadi patogen
pada kasus ini
Anjuran / Sesuaikan gejala klinis dan marker infeksi untuk menentukan bakteri ini
Komentar sebagai agen penyebab infeksi dan pertimbangan pemberian antibiotik,
Perhatikan contact precaution dan perawatan luka secara aseptik, Konsul
PPI, Konsul Mikrobiologi Klinik untuk pemilihan antibiotik

Makroskopi Spesimen aspirat pus dalam spoit 5 ml dengan volume 2 ml, berwarna
k merah kehitaman
Mikroskopis Pewarnaan Gram : Epitel tidak ditemukan, Leukosit type PMN 3 +/ LPK,
Mikroorganisme : Coccus Gram Positif 1+/ LPB, coccobasil Gram Negatif
2+/ LPB
Kultur Hasil identifikasi kultur ditemukan coccobasil Gram Negatif yang
Bakteri teridentifikasi sebagai " Brucella melitensis"
Aerob
Tes -
Kepekaan /
AST
Kesimpulan Ditemukan coccobasil Gram Negatif yang teridentifikasi sebagai "
Brucella melitensis" . Bakteri ini merupakan agen patogen yang sering
ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis) dan dapat menjadi patogen
pada kasus ini
Anjuran / Sesuaikan gejala klinis dan marker infeksi untuk menentukan bakteri ini
Komentar sebagai penyebab infeksi dan pertimbangan pemberian antibioti,
Pertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan kultur darah, Perhatikan
kontak precaution dan perawatan luka secara aseptik, Konsul PPI, Konsul
Mikrobiologi Klinik untuk pemilihan antibiotik

Anda mungkin juga menyukai