Proposal Ronde Agustus 23
Proposal Ronde Agustus 23
A. PENDAHULUAN
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan iptek, maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model asuhan
keperawatan professional yang efektif dan efisien.
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian pelayanan
keperawatan dimana salah satu metode pemberian pelayanan keperawatan di mana salah
satu kegiatannya adalah ronde keperawatan, yaitu suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan
kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer/asosiate,
konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim keperawatan dengan melibatkan pasien secara
langsung sebagai focus kegiatan.
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih
dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif,afektif, dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih elalui suatu transfer
pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori kedalam praktik keperawatan.
B. PENGERTIAN
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat primer dan konselor, kepala ruangan, dan perawat asosiate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).
Karakteristik antara lain sebagai berikut :
1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan focus kegiatan
3. PA,PP, dan konselor melakukan diskusi bersama
4. Konselor memfasilitasi kreativitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis dan diskusi
Tujuan Khusus.
2. Tujuan Khusus
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
D. MANFAAT
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar
E. KRITERIA PASIEN
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki
kriteria sbb:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
F. METODE
Diskusi
G. ALAT BANTU
1. Sarana diskusi : buku atau pulpen
2. Status dokumentasi keperawatan pasien
3. Materi yang disampaikan secara lisan
PP 1. PENETAPAN PASIEN
2. PERSIAPAN PASIEN :
INFORMED CONSENT
HASIL PENGKAJIAN/VALIDASI
DATA
7. LANJUTKAN
5. VALIDASI DATA DI BED PASIEN 6. PP,KONSELOR,KARU
DISKUSI DI NURSE
STATION
8. KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI SOLUSI
MASALAH
KETERANGAN :
1. Praronde :
a. Menentukan kasus dan topic masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literature
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi : apa diagnose keperawatan ? apa data yang mendukung? Bagaimana
intervensi yang sudah dilakukan ? apa hambatan yang ditemukan selama
perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilakukan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3. Pascaronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendaasi penegakkan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya.
J. KRITERIA EVALUASI
Struktur :
1. Persyaratan administrative (informed consent,alat,dan lainnya)
2. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
3. Persiapan dilakukan sebelumnya
Proses:
1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
Hasil :
1. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2. Masalah pasien dapat teratasi
3. Perawat dapat :
a. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
b. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
c. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
f. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.K
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF, NYERI AKUT, RISIKO INFEKSI, RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR
GLUKOSA DARAH, RISIKO JATUH, PADA DIAGNOSIS MEDIS TUMOR MEATUS
AKUSTICUS EKSTERNUS DEXTRA DI RUANG KATINTING RUMAH SAKIT
UNHAS MAKASSAR
Topik : Asuhan Keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan Bersihan jalan
napas tidak efektif, Nyeri akut, Risiko Infeksi, Risiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah, Risiko jatuh.
Sasaran : Pasien Tn. K 56 Thn
Hari/tanggal : Senin 12 Juni 2023
Waktu : 60 menit
I. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu Bersihan jalan napas tidak
efektif dan Risiko infeksi
2. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer serta tim kesehatan lain
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien
II. SASARAN
Pasien Tn. K di ruangan Katinting RS Unhas Makassar
III. MATERI
A. Teori Asuhan Keperawatan pasien dengan Tumor Meatus akusticus eksternus.
B. Masalah – masalah yang muncul pada pasien dengan Tumor meatus akusticus eksternus
dextra. Intervensi keperawatan pada pasien dengan Tumor meatus akusticus eksternus
dextra. dengan masalah keperawatan Bersihan jalan napas tidak efektif dan Risiko
infeksi
IV. METODE
Diskusi
V. MEDIA
1. Dokumen/ status pasien
2. Sarana diskusi : kertas dan pulpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan
menjelaskan Konselor
VIII. PENGORGANISASIAN
1. Kepala Ruangan : Andi Ririn Latief, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
2. PP : Niniarfina, S.Kep.,Ns.
3. PA : Wiwin Indrayani, Amd.Kep
4. Konselor : Yunita Nurmalasari,S.Kep.,Ns
5. Pembimbing : Jenny Latif S,Kep.,Ns.,M.Kep.
6. Supervisor : Isna Faradiba Putri,S.Kep.,Ns.,M.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR MEATUS AKUSTIKUS EKTERNUS
A. PENDAHULUAN
Pada umumnya tumor THT-KL ditemukan pada rongga mulut, orofaring,nasofaring,
hidung dan sinus paranasal, hipofaring, laring dan telinga. Tumor pada telinga dapat bersifat
jinak atau ganas. Tumor dapat terjadi di daun telinga, saluran telinga luar ( meatus akustikus
externus ), telinga tengah dan telinga dalam. Tumor didaerah yang berbeda dari telinga
berperilaku berbeda juga. Jadi, perlu untuk menggambarkan tumor berdasarkan kejadian,
gejala dan pengobatannya.
National Cancer Institute di Amerika Serikat melaporkan bahwa pada tahun 1991
terdapat 6 juta penderita tumor ganas. Tercatat jumlah penderita tumor ganasleher dan
kepala sebanyak 78.000 orang lebih dari 75% adalah karsinoma selskuamosa. Dari seluruh
penderita tumor ganas yang tercatat pada tahun 1991 tersebut,10% penderita meninggal
dunia pada tahun pertama, di antaranya 3-4% adalah penderita keganasan pada kepala dan
leher.
Pada awal januari 1997 dilaporkan bahwa kira-kira 33% penderita tumorganas kepala
dan leher telah meninggal dunia. Secara keseluruhan angka rata-rata bertahan hidup 5 tahun
untuk tumor ganas leher dan kepala berkisar sebanyak 50-60% untuk tumor primer saja dan
30% pada penderita tumor primer yang bermetastasis.
B. PENGERTIAN
Tumor meatus aurikus eksternus (MAE) dalah tumor yang terdapat disaluran telinga
luar. Tumor ganas pada saluran telinga luar (MAE) lebih jarang terjadi. Hanya
1 pasien di antara 10.000 pasien yang datang berobat dengan keluhan telinga, yang terbukti
menderita tumor pada saluran telinga luar. Tumor pada saluran telinga luar, baik ganas atau
jinak, umumnya mirip satu sama lain. Meskipun relatif jarang, insiden kanker telinga
sering terjadi pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, namun dapat juga terjadi pada
setiap kelompok usia. Hal ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita.
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker telinga belum diketahui secara jelas .Namun Keganasan
pada daun telinga dan liang telinga terjadi diduga karena faktor anatominya yang berada di
permukaan tubuh dan radiasi ultraviolet. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa
keganasan yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa. Kedua keganasan ini seringdihubungkan dengan radiasi ultraviolet (walaupun
tidak selalu faktor radiasiultraviolet yang menjadi faktor utama pencetus keganasan).
Karsinoma sel basal dankarsinoma sel skuamosa bisa tumbuh dalam liang telinga atau
menyebar dari aurikulake dalam liang telinga.
Karsinoma daun telinga sering timbul pada decade 6 atau ke 7 dan 80%
terjadi pada laki-laki. Hal ini dihubungkan dengan udara terbuka dalam waktu yang lama,
ekstrim kronis, atau radiasi teliga sebelumnya. Didapatkan 75% dari karsinoma liang telinga
dan telinga tengah berhubungan dengan otore kronis. Studi lain menjelaskan bahwa
prevalensi peselancar , terutama mereka yang berselancar di perairan dingin meningkatkan
resiko untuk terjadinya exostoses/ tumor jinak saluran telinga luar.
Merokok dan minum alkohol adalah faktor etiologi yang sering ditemukaan pada
tomor ganas THT-KL. Perokok berat beresiko 5 sampai 25 kali lebih tinggi mengalami
tumor ganas dibandigkan bukan perokok. Efek lagsung dari nikotin dan hidrokarbon
polisiklik aromatic dipertimbangkan bersifat karsinogenik. Merokok dan minum alcohol
juga menyebabkan mutasi dari gen suspensor tumor p53.
Human papilloma Virus (HPV) dan Epstein barr virus (EBV) adalah virus yang erat
hubugannya dengan kejadian tumor ganas THT-KL, EBV HPV berkaitan dengan karinoa sel
squmosa kepala,leher dan telinga. Dari penelitian yang pernah dilakukan, keganasan di
bidang telinga hidung dan tenggorok ini sangat erat hubungannya dengan penderita
sosioekonomi yang rendah, malnutrisi, penderita-penderita perokok berat dan peminum
alkohol.
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Sebuah resolusi tinggi CT Scan dan MRI diperlukan untuk evaluasi
yangtepat. Sebuah resolusi tinggi CT Scan menentukan erosi osseus disebabkan
oleh tumor, sedagkan MRI lebih unggul untuk evaluasi jaringan lunak. MRI
menunjukkanadanya dural invasi, perluasan intrakranial, serta keterlibatan
jaringan lunakekstrakranial
b. Pemeriksaan histopatologi
Diagnosis yang tepat harus dibuat dengan biopsi. Keseluruhan risiko
metastasisuntuk karsinoma sel skuamosa kulit dari telinga eksternal
dan sekitarnya
G. PENATALAKSANAAN
Ketika tumor ditemukan di liang telinga, lokasi, ukuran dan luasnya tumorharus
dievaluasi secara menyeluruh di bawah mikroskop operasi. Pengobatan terdiridari eksisi
bedah luas dan pasca operasi terapi radiasi
a. Pembedahan
Bila tumor melibatkan bagian posterior saluran telinga luar dan belum
sampaike gendang telinga maka dilakukan sebuah mastoidektomi radikal,
dilanjutkandengan mengeluarkan seluruh tulang rawan & tulang liang telinga serta
massa tumordi meatus eksternus. Defek op. di tutup skin graft Jika tumor ganas sangat
luas danmelibatkan telinga tengah maka dilakukan reseksi tulang mastoid subtotal atau
total.(startme).
Untuk tumor ganas prosedur yang digunakan adalah total "enbloc" darisaluran
telinga dan seluruh kulit sekitarnya, termasuk tulang, gendang telinga dantulang
pendengaran.
Walaupun ada kontroversi mengenai penatalaksanaan bagi tumor liangtelinga,
banyak data yang berkembang mengatakan bahwa bedah ekstensif/luas(seperti dalam
pembedahan en bloc) harus dilakukan dibandingkan bila hanyadilakukan sedikit demi
sedikit. Pembedahan en bloc temporal subtotal dikembangkanuntuk meningkatkan hasil
pengobatan yang lebih baik pada keganasan liang telingadan tulang temporal.
Sembilan puluh lima persen dari karsinoma sel basal <2 cm dapat diatasidengan
eksisi lokal dengan margin bedah minimal 4 mm. Aurikularis rekonstruksimungkin
diperlukan untuk cacat besar, sedangkan Kanker sel skuamosa
diketahui bermetastasis secara lokal ke dalam kulit dan kelenjar getah bening. Pencangk
okankulit dari telinga dilakukan untuk membangun kembali saluran telinga sebuah
graft jenis fasia digunakan untuk membangun kembali gendang telinga.
b. Radiasi
Terapi radiasi sendiri belum dibuktikan merupakan metode efektif dalam mengobati
keganasan pada liang telinga. Pada kenyataannya, banyak tumor yangtimbul lagi jika
diberi radioterapi saja. Tetapi walaupun begitu banyak pengarangyang tetap
menyarankan radioterapi sebagai satu-satunya modalitas bagi stage III danIV .
Pada stadium tumor dimana sudah terjadi perluasan tumor pada saraf, wajahdan
vascular.Disarankan untuk dilakukan pembedahan juga terapi radiasi terutama pada
stage III dan IV.
Jika tumor ganas, terapi radiasi harus dipertimbangkan setelah operasi,terutama
pada kanker sel skuamosa. Reseksi bedah dari saluran telinga tanpa terapiradiasi adalah
cukup untuk kanker sel basal dan keganasan kelenjar. Hal inimembutuhkan operasi
lebih radikal, kecuali pada fase awal kasus.
SOAP Pasien Tn.K di Ruang Katinting RS UNHAS
B. DIAGNOSIS
Tumor Meatus akustikus eksternus
C. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada telingan kanan
F. RIWAYAT PEKERJAAN
Aktivitas sehari-hari pasien sebagai kepala lingkungan di lingkungan Moroali. Riwayat
pelihara sapi tidak ada, domba tidak ada, kucing tidak ada, anjing tidak ada. Riwayat kontak
dengan pekerja ternak ada, pasien melayani pembuatan surat keterangan bagi pekerja ternak
yang akan melakukan jual beli ternak maupun persuratan izin untuk mengangkut hewan
ternak lintas daerah.
Pasien tinggal dilingkungan dekat pemotongan hewan ternak, namun hewan ternak
didaerah pasien selalu berada di kandang. Riwayat konsumsi susu mentah tidak ada.
H. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda –tanda vital tgl 09/06/2023
TD : 100/70 mmHg, N: 76x/menit, RR: 22 x/menit, SPO2 : 98%, Suhu : 36,6oC, GCS 15
(E4V6M5).
• System pernafasan (Breath)
Ada keluhan batuk, sekret tertahan ditenggorokan, terdapat ortopnea, irama nafas reguler,
bunyi napas tambahan
• System kardiovaskular
Irama jantung regular, bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, CRT <3 detik,akral hangat,tidak
terdapat sianosis.
• System persarafan
Kesadaran composmentis, pupil isokor 2,5 kanan dan 2,5 mm kiri. GCS E4M6V5 (15).
• System pencernaan
Pasien ada keluhan susah menelan ada, pasien terpasang NGT, pasien makan dengan
bubur saring 3x1 via NGT dan susu diabetasole 2x1 via NGT.
• System perkemihan
Keluhan saat berkemih tidak ada, frekuensi berkemih 3-4 kali sehari dengan warna urine
kuning sedikit pekat dengan volume ± 1500cc.
• System muskoleskeletal dan integument
Kemampuan pergerakan sendi bebas, pasien merasa lemah kekuatan otot menurun, warna
kulit tidak ada keluhan, edema tidak ada, tidak terdapat luka dekubitus.
• System endokrin
Tiroid tidak membesar, gds : 146 mg/dL
• Kebersihan pribadi
Pasien tidak mampu melakukan personal hygiene sendiri, dibantu oleh perawat.
• Psikososial spiritual
Pasien mempunyai motivasi tinggi untuk sembuh,tetapi pasien juga berkeluh kesah
karena keadaannya tidak kunjung sembuh.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• CT Scan mastoid tanpa kontraks 14/03/2023
Aurikula kanan :
Tampak prselubungan (15 HU) disertai lesi isodens (38 HU) bebatas tidak tegas,
yang meliputi cavumtympani, air cell mastoid dan auricula externa, menyempitkan
canalis acusticus externus, yang menyebabkan erosi ossikula, tegment tympani,
tegmentmastoideum, mastoid antrum dan menumpulkan scutum serta mendestruksi
air cell mastoid.
Telinga dalam : choclea dan canalis semisirkularis masih intak
Internal auditory canal kanan dalam batas normal
Aurikula kanan :
Telinga luar ; Canalis acusticus externus dalam batas normal, membran tympani
intak
Telinga tengah : Cavum tympanicum dan ossikula intak
Telinga dalam : Choclea dan canalis semiscularis masih intak
Internal auditory canal kiri dalam batas normal
Air cell mastoid dalam batas normla
Makroskopi Spesimen aspirat pus dalam spoit 5 ml dengan volume 2 ml, berwarna
k merah kehitaman
Mikroskopis Pewarnaan Gram : Epitel tidak ditemukan, Leukosit type PMN 3 +/ LPK,
Mikroorganisme : Coccus Gram Positif 1+/ LPB, coccobasil Gram Negatif
2+/ LPB
Kultur Hasil identifikasi kultur ditemukan coccobasil Gram Negatif yang
Bakteri teridentifikasi sebagai " Brucella melitensis"
Aerob
Tes -
Kepekaan /
AST
Kesimpulan Ditemukan coccobasil Gram Negatif yang teridentifikasi sebagai "
Brucella melitensis" . Bakteri ini merupakan agen patogen yang sering
ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis) dan dapat menjadi patogen
pada kasus ini
Anjuran / Sesuaikan gejala klinis dan marker infeksi untuk menentukan bakteri ini
Komentar sebagai penyebab infeksi dan pertimbangan pemberian antibioti,
Pertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan kultur darah, Perhatikan
kontak precaution dan perawatan luka secara aseptik, Konsul PPI, Konsul
Mikrobiologi Klinik untuk pemilihan antibiotik