Anda di halaman 1dari 3

NAMA : IMAN HAFID AL GIBRAN

PRODI : PPG PGSD


KELAS : PGSD D
NIM : 2301680332

1. Mahasiswa mengobservasi secara kritis apa tantangan menghayati Pancasila sebagai


Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada
Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21. Jawab:
Entitas merupakan sesuatu yang memiliki keberadaan unik dan berbeda, walaupun tidak
harus dalam bentuk fisik. Dalam hal ini, Pancasila sebagai entitas bangsa Indonesia telah
memiliki ciri khas tersendiri yakni adanya keberagaman nilai yang terkandung didalamnya.
Sedangkan Identitas merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga,
gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi. Dalam hal ini, Pancasila sebagai identitas bangsa
Indonesia, maksudnya adalah adanya suatu ciri khas yang berbeda dari bangsa lain karena
seluruh masyarakatnya selalu berefleksi terhadap nilai-nilai atau pedoman yang terkandung pada
Pancasila.
Perkambangan zaman dalam memasuki abad ke-21 menjadi peran penting terhadap
penerapan pancasila sebagai pedoman sehari-hari yang harus terus dilakukan. Hal ini bertujuan
agar bangsa Indonesia tetap berada pada kaidahnya dan tidak kehilangan jati dirinya ditengah
perkembangan zaman saat ini. Salah satu contoh penerapan pancasila dalam kehidupan sehari-
hari adalah dengan menerapkan pancasila pada sektor pendidikan yang saat ini diwujudkan
dengan Profil Pelajar Pancasila. Namun, terdapat berbagai tantangan dalam menerapkan Profil
Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-
21, diantaranya:
(1) Keterlibatan peran orang tua dalam pendidikan kurang maksimal
Dalam mencapai keberhasilan suatu pendidikan, peran guru sebagai pendidik tidak cukup.
Namun, peran orang tua perlu dilibatkan dalam proses pendidikan. Banyak orang tua yang
kurang atau tidak peduli terhadap pendidikan anaknya, khususnya pada aspek
afektif. Orang tua hanya memperhatikan dan peduli pada aspek kognitif saja, sehingga banyak
peserta didik yang memiliki sikap kurang baik meskipun aspek kognitifnya baik. Sehingga dalam
penerapan Profil Pelajar Pancasila tidak hanya cukup diterapkan di sekolah saja, namun
diperlukannya bantuan orang tua dalam membiasakan perilaku Profil Pelajar Pancasila di rumah.
(2) Kurang tersedia jumlah guru yang memiliki motivasi, semangat dan pengetahuan dalam
menerapkan karakter Profil Pelajar Pancasila.
Fakta di lapangan, masih terdapat banyak guru yang belum memiliki motivasi, semangat dan
pengetahuan dalam penerapan karakter Profil Pelajar Pancasila. Guru tersebut cenderung masih
nyaman dan betah dengan perangkat pembelajaran kurikulum sebelumnya dan sebagian kecil
menganggap kurikulum merdeka yang memuat Profil Pelajar Pancasila kurang praktis dan
menambah beban kerja guru, khususnya dalam merancang perangkat pembelajaran yang memuat
penerapan karakter Pelajar Profil Pancasila.
(3) Adanya akses informasi yang sangat luas dan tidak terbatas
Pada abad ke-21 terdapat perkembang pesat dalam teknologi, dimana akses informasi sangat luas
dan tidak terbatas maksudnya, semua orang dari segala usia dapat mengakses informasi jika
memiliki perangkat elektronik atau gawai. Hal ini menyebabkan banyak anak muda saat ini
kurang memiliki tata krama dan sopan santun dalam berperilaku di sekolah, rumah, dan
masyarakat. Oleh karena itu, ketika membiasakan peserta didik untuk bersikap sesuai dengan
karakter Profil Pelajar Pancasila, hendaknya guru berkerja sama dengan orang tua dalam
memberikan arahan dan batasan dalam mengakses informasi khususnya dari dunia digital.
2. Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana Pancasila sebagai Entitas dan Identitas
Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang
Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas).
Jawab:
Dalam penghayatan dan pengamalan nilai-nilai pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa
Indonesia dapat diterapkan dalam ekosistem sekolah (kelas) melalui program Profil Pelajar
Pancasila. Menurut kemendikbud Profil Pelajar Pancasila terdiri dari 6 dimensi yaitu
(1) Beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) Berkebhinekaan
global, (3) Gotong royong, (4) Mandiri, (5) Kreatif, dan (6) Bernalar kritis. Keenam dimensi
profil pelajar Pancasila tersebut perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap
individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku
sesuai nilai-nilai Pancasila. Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada pendidikan yang berpihak
pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21 di ekosistem sekolah (kelas) dapat dilakukan
dengan kegiatan-kegiatan berikut, diantaranya:
(1) Pada elemen Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak
Mulia dapat diwujudkan dalam kegiatan:
a. Membiasakan peserta didik untuk melakukan kegiatan ibadah berdasarkan
agamanya masing-masing. Contohnya peserta didik untuk yang beragama Islam
mengikuti kegiatan membaca ayat suci Al-Qur’an setiap pagi sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
b. Membiasakan peserta didik di dalam kelas untuk melakukan doa sebelum dan
sesudah memulai aktivitas belajar.
c. Menumbuhkan karakter berperilaku baik terhadap sesama dapat dilakukan dengan
pembiasaan dari mulai hal yang sederhana, seperti selalu senyum dan menyapa saat
bertemu guru ataupun teman.
d. Menanamkan nilai-nilai baik kepada peserta didik seperti menghormati teman atau
guru yang berbeda agama dan menunjukkan sikap toleransi kepada semua warga
sekolah.
(2) Pada elemen Berkebinekaan Global dapat diwujudkan dalam kegiatan:
a. Melaksanakan pembelajaran di kelas yang bermuatan lokal dan seni budaya, sesuai
daerah sekolah masing-masing agar peserta didik dapat mengenal identitas budaya
daerah masing-masing.
b. Melaksanakan peringatan hari besar Nasional seperti memakai baju adat saat
peringatan Hari Kartini.
c. Guru melaksanakan pembelajaran yang mengandung unsur-unsur kearifan lokal
pada mata pelajaran lain.
d. Guru menepatkan lambang burung garuda serta foto presiden dan wakil presiden
sebagai sarana edukasi penerapan kebhinekaan.
(3) Pada elemen Bergotong Royong dapat diwujudkan dalam kegiatan:
a. Melakukan pembelajaran dengan metode diskusi, hal ini bertujuan untuk melatih
kerja sama dan semangat gotong royong peserta didik.
b. Melakukan kebersihan kelas dengan bersama-sama agar terciptanya suasana kelas
yang bersih dan sehat.
c. Melaksanakan kegiatan kerja bakti secara bersama-sama misalnya pada kegiatan
Jum’at bersih, semua peserta didik diajak untuk bergotong royong dalam
membersihkan lingkungan sekolah.
d. Melaksanakan jadwal piket di kelas merupakan sebuah tanggung jawab kelompok
kecil pada hari tertentu.
(4) Pada elemen Mandiri dapat diwujudkan dalam kegiatan:
a. Memberikan peserta didik tugas mandiri
b. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengerjakan soal didepan kelas.
c. Memberikan kebebasan pada peserta didik dalam bertindak dan bertanggungjawab
dengan adanya inisiatid belajar dan keinginan mendapat pengalaman baru.
d. Memberikan peserta didik wadah mengasah kemandirian seperti mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler OSIS, MPK dan ekstrakurikuler lainnya.
(5) Pada elemen Bernalar Kritis dapat diwujudkan dalam kegiatan:
a. Guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir kritis
peserta didik seperti pembelajaran Project Based Learning atau model pembelajaran
lainnya.
b. Guru dapat memberikan tugas yang mengasah kemampuan berpikir kritis peserta
didik seperti meminta pendapat peserta didik terkait kasus atau kejadian nyata yang
berhubungan dengan materi yang diajarkan.
c. Guru dapat meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik seperti memberikan
pertanyaan pemantik di awal pembelajaran, agar peserta didik mengasah
kemampuan berpikir kritis terhadap pertanyaan-pertanyaan yang guru berikan.
d. Guru dapat menyampaikan materi di depan kelas dan mengajak peserta didik untuk
aktif dalam proses pembelajaran, hal ini menjadikan peserta didik dapat
mendengarkan secara aktif apa yang sedang guru sampaikan.
(6) Pada elemen kreatif dapat diwujudkan dalam kegiatan:
a. Guru dapat memberikan tugas yang mengasah kemampuan berpikir kreatif peserta
didik seperti memanfaatkan handuk bekas yang di bentuk dengan berlumuran
semen lalu di cat dan dijadikan pot bunga.
b. Guru dapat memberikan tugas yang mengasah kemampuan berpikir kreatif peserta
didik seperti meminta peserta didik untuk membuat infografis terkait tugas mereka.
c. Guru dapat memberikan tugas yang mengasah kemampuan berpikir kreatif peserta
didik seperti mampu menghafal rumus-rumus singkat dan bisa mengerjakan soal
didepan.
d. Guru dapat memberikan tugas yang mengasah kemampuan berpikir kreatif peserta
didik seperti pemanfaatan barang bekas botol yang bisa di hias lalu dimanfaatkan
sebagai tepat alat-alat tulis.

Anda mungkin juga menyukai