Manajemen Konflik Perawat
Manajemen Konflik Perawat
Dosen Pengampu :
Oleh :
1. Alda midiazi dwi putri 2026010060
2. Yustiana Wati 2026010090
3. Yuli anggita 2026010083
4. Tania 2026010076
5. Elvina yohandora 2026010080
6. Ervina dwi ayu lestari 2026010070
7. Sopia dania 2026010043
8. Veni meifora 2026010085
9. Dwi putri kurniawati 2026010065
10. Dwi afrianti 2026010064
11. Salsadila apriliani 2026010059
12. Nadia fifi krismala dewi 2026010047
2022/2023
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Konflik....................................................................................................4
B. Kepemimpinan Profesi Perawat...........................................................7
C. Manajemen Konflik dalam Pemberian Layanan Keperawatan.....10
DAFTAR PUSTAKA
iii
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perawat adalah salah satu profesi yang menyediakan pelayanan
hal ini adalah klien. Profesi perawat juga menjalin hubungan kolaboratif
antar tim kesehatan, baik itu dengan dokter, laboran, ahli gizi, apoteker,
tersebut dan ketika tim ini memandang suatu masalah atau situasi dari
sudut pandang yang berbeda maka dapat terjadi sebuah konflik (CNO,
2009).
1
sudut pandang yang berbeda maka dapat terjadi sebuah
konflik (CNO, 2009).
Perawat seringkali mengambil tindakan menghindar dalam
menyelesaikan permasalahan atau konflik yang terjadi dengan tujuan
mempertahankan status nyaman dan mencegah perpecahan dalam
kelompok (Hudson, 2005). Ironisnya, strategi tersebut memberikan
dampak destruktif terhadap perkembangan individu dan organisasi.
Perawat sebagai pengelola, dalam hal ini sebagai manajer, memegang
peranan penting dalam menentukan strategi penyelesaian konflik antar
anggotanya. Seorang pemimpin yang dianggap berkompeten dalam
menyelesaikan konflik (a conflict-competent leader) adalah
pemimpin yang mampu memahami dinamika terjadinya suatu
konflik, memahami reaksi yang ditimbulkan dari suatu konflik,
mendorong respon konstruktif, dan membangun suatu organisasi yang
mampu menangani konflik secara efektif (a conflict-competent
organization) (Runde and Flanagan, 2007). Perawat sebagai manajer harus
memiliki ketrampilan berkomunikasi dalam memperoleh informasi yang
diperlukan dalam proses perumusan keputusan, demikian pula untuk
mensosialisasikan hasil keputusan tersebut kepada pihak-pihak lain untuk
menghindari terjadinya konflik.
Penyelesaian konflik diharapkan bersifat sealami mungkin dengan
tujuan meningkatkan proses belajar dan pemahaman individu atau
organisasi dalam menyelesaikan konflik saat ini ataupun yang akan datang
(Shetach, 2012). Oleh karena itu seorang pemimpin perlu memiliki
pemahaman yang cukup tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
penyelesaian konflik individu ataupun organisasi (Utami, 2016).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Manajemen Konflik dalam Keperawatan?
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir
ilmiah dalam menerapkan model manajemen konflik di seluruh tatanan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan tentang konsep dasar konflik dalam
pelayanan keperawatan
b. Menjelaskan pengaruh kepemimpinan dalam manajemen konflik.
c. Mampu menjelaskan manajemem konflik yang terjadi dalam
pemberian layanan keperawatan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONFLIK
1) Definisi Konflik
Konflik adalah perselisihan internal yang dihasilkan dari perbedaan
ide, nilai-nilai, dan perasaan antara dua orang atau lebih (Marquis &
Huston, 1996 dalam Hendel dkk, 2005). Menurut Kazimoto (2013),
konflik adalah adanya perselisihan yang terjadi ketika tujuan, keinginan,
dan nilai bertentangan terhadap individu atau kelompok. Menurut
Johnson (dalam Supratiknya, 1995) konflik adalah situasi dimana
tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau
mengganggu tindakan pihak lain. Menurut Vasta (dalam Indati, 1996)
konflik akan terjadi bila seseorang melakukan sesuatu tetapi orang lain
menolak, menyangkal, merasa keberatan atau tidak setuju dengan apa
yang dilakukan seseorang. Secara umum pengertian konflik yaitu suatu
kondisi terjadinya ketidaksesuaian antara nilai-nilai atau tujuan yang
diinginkan dicapai baik di dalam diri sendiri maupun dalam hubungan
dengan orang lain.
4
Menurut Littlefield 1995 dalam Nursalam bahwa konflik dapat
dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian,
konflik terjadi akibat ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi
yang merasa kepentingannya terancam. Sebagai manajer keperawatan,
konflik sering terjadi pada setiap tatanan asuhan keperawatan. Oleh
karena itu, manajer harus mempunyai dua asumsi dasar tentang konflik,
asumsi pertama konflik merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam
suatu organisasi, asumsi yang kedua jika konflik dapat dikelola dengan
baik maka dapat menghasilkan suatu penyelesaian yang kreatif dan
berkualitas, sehingga berdampak pada peningkatan produksi (Riski, K
dan Wijaya, 2018).
b. Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih, dimana
nilai, tujuan, dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi
karena seseorang secara konstan berinteraksi dengan orang lain
sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Sebagai contoh seorang
5
manajer sering mengalami konflik dengan teman sesama manajer,
atasan, dan bawahannya.
Jika dilihat dari berfungsi atau tidaknya konflik, maka konflik itu
dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Konflik Fungsional, yaitu konflik yang memang bertujuan dan
mempunyai dampak. atau kegunaan yang positif bagi
pengembangan dan kewajaran organisasi. Persoalan. yang
menyebutkan terjadinya konflik hanya semata-mata pada
persoalan bagaimana organisasi dapat mencapai suatu taraf
kemajuan tertentu yang diinginkan bersama oleh seluruh para
anggota organisasi, bukanlah segolongan atau kelompok
tertentu. Jadi hanya berhubungan dengan prospek kemajuan
organisasi secara keseluruhan di masa datang.
2) Konflik non fanacional, yaitu konflik vane cama cekali tidak
berkaitan dengan prospek kemajuan organisasi. Konflik yang
terjadi hanya benar benar berkaitan dengan misalnya "human
interest", sentimen pribadi pam anggota organisai. Demikian
6
pula atas intrik - intrik pribadi, golongan yang human
interestnya sama, Permasalahan kurang adanya relevansi
dengan prospek organisasi (Riski, K dan Wijaya, 2018).
7
b) Informational role : peranan yang berhubungan dengan informasi,
baik informasi yang diterima maupun informasi yang harus
disampaikan
c) Decisional role : peranan terkait dengan pembuatan keputusan
8
menyebabkan permusuhan dan agresif atau apatis sampai
menurunnya inisiatif.
Contoh Kepala Ruang menetapkan jadwal dinas, sanksi
sesuai aturan, tanpa mempertimhanakan alasan staf nerawat vane
yang mengajukan ijin
Demokratik
Pemimpin mengikut sertakan bawahan dalam proses
pengambilan keputusan. Lebih menekankan pada hubungan
interpersonal dan kerja kelompok. Pemimpin menggunakan
posisinya untuk mendapatkan pandangan dan pemikiran bawahan
serta memotivasi mereka untuk menentukan tujuan dan
mengembangkan rencana. Hal ini cenderung meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
Contoh Kepala Bidang Keperawatan selalu meminta Kepala
Ruang memberikan masukan untuk sebuah perubahan kebijakan
Laissez Fair
Pemimpin memberikan kebebasan bertindak, menyerahkan
perannya sebagai pemimpin kepada bawahan tanpa diberi
petunjuk atau bimbingan serta pengawasan. Pemimpin sangat
sedikit merencanakan dan membuat keputusan. Gaya
kepemimpinan ini efektif bila bawahan mempunyai kemampuan
dan tanggung jawab yang tinggi. Bila kemampuan dan tanggung
jawab bawahan kurang cenderung menimbulkan keresahan dan
frustasi.
Contoh: Kepala Ruang tidak pernah mau tahu apa yang
sedang terjadi di ruangan, staf perawat yang tidak disiplin tidak
mendapat teguran yang penting aman
9
c) Teori Situasional
Pemimpin berubah dari satu gaya ke gaya lainnya sesuai dengan
perubahan. situasi yang terjadi. Jadi seseorang pemimpin yang
efektif pada situasi tertentu belum tentu mampu bersikap dan
bertindak efektif pada situasi lain.
10
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warnakulit, umur, jeniskelamin, aliran politik dan agama yang
dianutserta kedudukan sosial.
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nihi-nihi
budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien.
Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan. asuhan keperawatan.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali
jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
11
c. Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
12
c) Pengelolaan konflik bertujuan untuk membatasi dan menghindari
kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-
pihak yang terlibat.
d) Resolusi konflik menangani sebab-sebab konflik dan berusaha
membangun4. hubungan baru dan tahan lama diantara kelompok-
kelompok yang berkonflik.
e) Transformasi konflik mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan
politik yang lebih luas dan berusaha merubah kekuatan negatif dari
perselisihan menjadi kekuatan sosial politik yang positif (Rusdiana,
2015).
13
kesempatan orang lain untuk menang. Masalah utama pada strategii
sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya. sering digunakan
dalam suatu politik untuk suatu kekuasaan dengan berbagai
konsekuensinya.
d. Smoothing.
Penyelesaian konflik dengan mengurangi komponen
emosional dalam konflik. Pada strategi ini individu yang terlibat
dalam konflik beampaya mencapai kebersamaan daripada perbedaan
dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa
ditetapkan pada konflik yang ringan, tetapi untuk konflik yang besar
misalnya persaingan pelayanan/ hasil produksi dan tidak dapat
dipergunakan.
e. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari
tentang masalah yang dihadapi tetapi memilih untuk menghindar atau
tidak menyelesaikan. masalahnya. Strategi ini dipilih bila
ketidaksepakatan dapat membahayakan kedua pihak, biaya
penyelesaian lebih besar daripada menghindar, atau perlu orang ketiga
menyelesaikan atau jika ada masalah dapat terselesaikan dengan
sendirinya.
f. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi "win-win solution" pada
kolaborasi kedua unsur terlibat menentukan tujuan bersama dan
bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya
meyakini akan mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
kolaborasi tidak akan berjalan jika kompetisi insentif sebagai bagian
dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak memiliki
kemampuanan dalam menyelesaikan masalah dan tidak adanya
kepercayaan dari kedua belah pihak (Wahyudi, 2006).
14
4. Pendekatan Penyelesaian Konflik Keperawatan
Pengendalian konflik yang dilakukan melalui pendekatan
musyawarah, campur tangan pihak ketiga, konfrontasi, tawar menawar,
dan kompromi (Rusdiana, 2015).
a. Musyawarah
Pendekatan ini bertujuan agar masing-masing pihak yang
berkonflik mendapatkan apa yang diinginkan sehingga kedua belah
pihak tidak ada yang dikalahkan. Musyawarah merupakan metode
paling sehat dalam memecahkan konflik antar kelompok dalam
organisasi. Dalam metode ini, pihak-pihak yang berkonflik untuk
saling bertemu dan mencari penyebab yang menjadi dasar dari
konflik dan bertanggung jawab bersama untuk keberhasilan
resolusinya (Robbins and Judge, 2015).
c. Konfrontasi
Konfrontasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengendalikan konflik. Konfrontasi dilakukan dengan
mempertemukan pihak-pihak yang sedang berkonflik untuk diminta
pendapatnya secara langsung dalam rapat atau sidang, dan pimpinan
bertindak sebagai moderator.
d. Tawar menawar
Tawar menawar adalah pengendalian konflik melalui proses
pertukaran persetujuan dengan maksud mencapai keuntungan kedua
belah pihak yang sedang berkonflik (win-win solution). Dalam
proses ini masing-masing pihak tidak mendapatkan secara penuh apa
15
yang diinginkan, akan tetapi tujuan dapat tercapai dengan
mengorbankan sedikit kepentingannya. Inti dari tawar-menawar
adalah tidak mengharuskan pihak-pihak yang berkonflik untuk
menyerahkan sesuatu yang dianggap penting bagi kelompoknya.
e. Kompromi
Pendekatan ini dilakukan untuk mengatasi konflik dengan cara
mencari jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang
bertentangan. Sikap yang diperlukan agar dapat melaksanakan
kompromi adalah salah satu pihak harus bersedia mengerti dan
merasakan keadaan pihak lain. Kedua belah pihak tidak ada yang
menang maupun kalah, masing-masing memberikan kelonggaran
dan konsesi.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konflik adalah perselisihan internal yang dihasilkan dari perbedaan ide,
nilai-nilai, keyakinan, dan perasaan antara dua orang atau lebih. Seorang
pemimpin memiliki peran yang besar dalam mengelola konflik yang
konstruktif dalam pengembangan, peningkatan, dan produktivitas suatu
organisasi. Gaya kepemimpinan seseorang sangat mempengaruhi pemilihan
strategi penanganan konflik (integrating, obliging, dominating, avoiding, dan
compromising). Salah satu model penyelesaian konflik yang digunakan
adalah Model Rahim (2002), yang terdiri atas proses diagnosis, intervensi,
dan evaluasi. Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan langkah-langkah
identifikasi, antara lain identifikasi batasan konflik, sumber konflik, potensi
sumber daya manusia,dan identifikasi strategi yang akan di lakuakan.
Proses selanjutnya adalah interpensi Terdapat bermacam-macam
strategi intervensi konflik, antara lain negosiasi, fasilitasi, konsiliasi, mediasi,
arbitrasi, litigasi, dan force yang dapat dipilih berdasarkan gaya
kepemimpinan seseorang. Intervensi yang dipilih bersifat sealami mungkin
dan mampu memperbaiki keadaan dalam suatu organisasi dan meningkatkan
proses belajar dan pemahaman individu atau organisasi dalam menyelesaikan
konflik saat ini ataupun yang akan datang. intervensi juga diharapkan dapat
memperbaiki struktur organisasi, seperti dalam hal mekanisme integrasi dan
diferensiasi, hirarki, prosedur, reward system, dan lain sebagainya. Proses
terakhir adalah evaluasi sebagai mekanisme umpan balik terhadap proses
diagnosis dan intervensi yang telah dilakukan.
B. SARAN
Perlu adanya kegiatan pelatihan dasar kepemimpinan yang
berkelanjutan bagi profesi keperawatan, khususnya sebagai perawat pengelola
(manajer) untuk dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang baik dalam
menentukan strategi penyelesaian konflik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Robbins and Judge (2015) Organizational Behavior. 16th edn. Boston: Pearson.
18