11
id
o.
.g
s
bp
h.
ce
a
s ://
tp
ht
ISSN :
No. Publikasi : 11000.2364
Katalog : 3201028.11
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Jumlah Halaman : viii + 42 Halaman
id
Naskah :
o.
Tim Statistik Sosial BPS Provinsi Aceh
Penyunting :
s .g
bp
Gambar Kulit :
Tim Statistik Sosial BPS Provinsi Aceh
//a
s:
tp
Diterbitkan oleh :
ht
Dicetak oleh :
Isu global maupun nasional terkait kemiskinan hingga saat ini masih
menjadi perhatian banyak pihak. Bagi para pemangku kebijakan dalam
perencanaan, monitoring, dan evaluasi berbagai program penanggulangan
kemiskinan diperlukan sejumlah indikator yang menunjukkan status dan
perkembangan penduduk miskin di Aceh. Indikator-indikator tersebut antara lain
jumlah dan persentase penduduk miskin serta berbagai karakteristik kemiskinan
id
lainnya.
o.
Publikasi “Profil Kemiskinan Provinsi Aceh Tahun 2023” disajikan dengan
s .g
analisis deskriptif yang sederhana meliputi kondisi kemiskinan, ketimpangan,
dan profil rumah tangga miskin tahun 2023. Sumber data yang digunakan dalam
bp
publikasi ini adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret
h.
2023 baik dari Susenas …Kor maupun Susenas Modul Konsumsi dan Pengeluaran.
ce
Publikasi ini dapat terealisasi berkat kerja sama berbagai pihak mulai dari
//a
petugas pengumpul data di lapangan sampai kepada tim analisis. Kepada semua
s:
Ahmadriswan Nasution
id
1.3. Ruang Lingkup dan Data yang Digunakan ................................................. 3
o.
1.4. Sistematika Penulisan.......................................................................................... 3
.g
BAB 2 KONDISI KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH................................ 4
s
bp
id
o.
s .g
bp
h.
ce
//a
s:
tp
ht
id
Tabel 2.4 Head Count Index Menurut Jenis Kelamin dan Umur Penduduk,
o.
Maret 2023 .......................................................................................................................... 8
Tabel 2.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut
s .g
bp
Kabupaten/Kota, Maret 2023 ...................................................................................... 9
h.
Tabel 4.2 HCI Menurut Daerah dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga,
ht
id
Count Index Menurut Daerah dan Jenis Jamban Rumah Tangga, 2023 ... 28
o.
Tabel 4.12 Persentase Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin, dan Head
Count Index Menurut Daerah dan Status Pemilikan Rumah Tempat
s .g
bp
id
Maret 2023 ....................................................................................................................... 14
o.
s .g
bp
h.
ce
//a
s:
tp
ht
id
Development Goals (SDGs). Selain itu, dalam RPJMN 2020 - 2024, strategi
o.
pengurangan tingkat kemiskinan juga menjadi salah satu prioritas
pembangunan nasional.
s .g
bp
tercapainya SDGs. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah terus
//a
id
Sejalan dengan penyajian data jumlah dan persentase penduduk
o.
miskin, informasi yang tidak kalah pentingnya adalah profil kemiskinan.
.g
Informasi mengenai profil kemiskinan sangat dibutuhkan oleh pengambil
s
bp
id
1.4. Sistematika Penulisan
o.
s .g
Sistematika penulisan dari publikasi ini adalah sebagai berikut:
Bab I menjelaskan latar belakang penulisan, tujuan penulisan, ruang
bp
Bab IV membahas tentang profil rumah tangga miskin Aceh, dari sisi
demografi, pendidikan, ketenagakerjaan, dan tempat tinggal (perumahan).
Selain itu, pada bagian lampiran juga disajikan catatan teknis terkait
penghitungan kemiskinan dan ketimpangan.
id
makanan. Analisis tren garis kemiskinan pada periode Maret 2022 dan
o.
Maret 2023 bisa menggambarkan tingkat kemiskinan di Provinsi Aceh
.g
selama setahun terakhir. Pada tabel 2.1 terlihat bahwa selama periode
s
bp
Maret 2022-Maret 2023, garis kemiskinan Aceh mengalami peningkatan,
h.
2022, menjadi Rp 627.534,- perkapita per bulan pada Maret 2023 (naik 8,34
s:
persen).
tp
Tabel 2.1
ht
Komponen Penyusun
Daerah/Tahun Bukan
Makanan Total
Makanan
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Maret 2022 448.528 157.867 606.394
September 2022 481.276 164.956 646.232
Maret 2023 489.121 168.651 657.772
Perdesaan
Maret 2022 434.104 131.658 565.762
September 2022 462.138 140.763 602.900
Maret 2023 469.272 142.735 612.007
Komponen Penyusun
Daerah/Tahun Bukan
Makanan Total
Makanan
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan+Perdesaan
Maret 2022 438.658 140.570 579.227
September 2022 468.255 149.038 617.293
Maret 2023 475.838 151.689 627.534
id
o.
Kota Banda Aceh Mempunyai Garis Kemiskinan Tertinggi
s .g
Garis kemiskinan bervariasi antar kabupaten/kota, hal ini mengindikasikan
bp
Tabel 2.2
ht
(1) (2)
Simeulue 538,693
Aceh Singkil 568,691
Aceh Selatan 494,565
Aceh Tenggara 471,301
Aceh Timur 530,934
Aceh Tengah 584,863
Aceh Barat 616,091
Aceh Besar 564,431
(1) (2)
Pidie 579,450
Bireuen 486,667
Aceh Utara 454,361
Aceh Barat Daya 474,127
Gayo Lues 514,836
Aceh Tamiang 555,387
Nagan Raya 594,374
id
Aceh Jaya 515,244
o.
Bener Meriah 551,868
Pidie Jaya
s .g
572,452
bp
Kota Banda Aceh 814,530
h.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh pada Maret 2023 sebesar 806,75
ribu orang (14,45 persen), turun dibanding Maret 2022 yang sebesar
806,82 ribu orang 15,64 persen). Selama periode Maret 2022-Maret 2023,
penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami peningkatan sebesar
4,16 ribu orang, sedangkan di daerah perdesaan mengalami penurunan
sebesar 4,09 ribu orang (Tabel 2.3).
Tabel 2.3
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah,
Maret 2022 – Maret 2023
id
o.
Jumlah Penduduk Persentase
Daerah/Tahun s
orang) .g
Miskin (ribu Penduduk
Miskin
bp
Perkotaan
ce
Perdesaan
ht
Perkotaan+Perdesaan
Maret 2022 806,82 14,64
September 2022 818,47 14,75
Maret 2023 806,75 14,45
Sumber: Su
Sumber: Susenas
Maret 2023
Sumber: Susenas
senas Maret 2023 Maret 2023
id
o.
Tabel 2.4
Maret 2023
s .g
Head Count Index Menurut Jenis Kelamin dan Umur Penduduk,
bp
h.
Maret 2023
ce
Jenis Kelamin
Laki-Laki 14,21
s:
Perempuan 14,69
tp
Umur
ht
Tabel 2.5
id
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota,
Maret 2023
o.
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk
s
Miskin (000)
.g Persentase Penduduk
Miskin (%)
bp
id
Provinsi Aceh Mengalami Penurunan
o.
s .g
Perkembangan tingkat kemiskinan di Aceh pada periode Maret 2019-
Maret 2023 ditunjukkan pada Gambar 2.1 dan Tabel 2.6. Secara umum,
bp
persentasenya.
//a
Gambar 2.1
s:
id
persentase penduduk miskin mengalami peningkatan menjadi 15,43
o.
s .g
persen. Selanjutnya, pada Maret 2021, persentase penduduk miskin
kembali turun menjadi 15,33 persen kemudian pada September 2021
bp
Jika dilihat dari segi jumlah, penduduk miskin di Aceh juga sedikit
berfluktuasi. Pada Maret 2019 jumlah penduduk miskinnya berjumlah
819,44 ribu orang. Kemudian terjadi penurunan jumlah penduduk miskin
menjadi 809,76 ribu orang pada September 2019. Jumlah penduduk
miskin di Aceh mengalami kenaikan menjadi 814,91 ribu orang pada Maret
2020 dan mengalami kenaikan menjadi 833,91 ribu orang pada September
2020.
id
mengalami penurunan sebesar 0,14 poin, yaitu dari 17,06 persen pada
o.
September 2022 menjadi 16,92 persen pada Maret 2023, sedangkan di
.g
daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,56 poin, yaitu dari
s
bp
10,34 persen menjadi 9,79 persen. Berdasarkan jumlah, penduduk miskin
h.
3,204
2,935 2,763
2,489
1,932
1,624
2022 2023
Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2022 dan Maret 2023
id
2.3 Indeks Keparahan Kemiskinan, 2022-2023
o.
Indeks Keparahan Kemiskinan di Perkotaan Lebih Rendah
daripada di Perdesaan
s .g
bp
Gambar 2.3
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Daerah,
Maret 2022-2023
0,898
0.736 0,776
0,613
0.545
0.376
id
o.
3.1. Gini Ratio
indikasi dari adanya perubahan distribusi pengeluaran penduduk. Nilai Gini Ratio
s:
berkisar antara 0-1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan
tp
yang semakin tinggi. Pada kondisi Maret 2023 angka Gini Rato Aceh sebesar 0,296,
ht
sedangkan berdasarkan daerah, Gini Rato di daerah perkotaan pada Maret 2023
tercatat sebesar 0,318. Angka ini turun dibanding periode September 2022
yang nilainya sebesar 0,327. Untuk daerah perdesaan, Gini Rato Maret 2023
tercatat sebesar 0,265. Angka ini naik dibanding September 2022 yang nilainya
sebesar 0, 252.
Gambar 3.1 Gini Ratio di Provinsi Aceh
Menurut Daerah, Maret 2022-Maret 2023
0.348
0.318 0.311 0.296
0.272 0.265
2022
2023
id
pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terendah kurang dari 12
o.
persen, s .g
b. Ketimpangan pengeluaran sedang (moderate inequality), jika porsi
bp
terbawah adalah sebesar 22,26 persen yang berart Aceh berada pada kategori
ketmpangan rendah. Kondisi ini menurun dibandingkan dengan September
2022 yang sebesar 22,29 persen dan juga meningkat jika dibandingkan dengan
Maret 2022 yang sebesar 21,54 persen. Jika dibedakan menurut daerah, pada
Maret 2023 persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen
terbawah di daerah perkotaan adalah sebesar 21,29 persen. Sementara
persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di
daerah perdesaan tercatat sebesar 23,57 persen. Dengan demikian, menurut
kriteria Bank Dunia daerah perkotaan dan perdesaan di Aceh termasuk
ketmpangan rendah.
id
o.
s .g
bp
h.
ce
//a
id
melihat proporsi rumah tangga yang dikategorikan sebagai miskin dan
o.
tidak miskin (Tabel 4.1).
Tabel 4.1
s .g
bp
Head Count Index untuk Rumah Tangga yang Dikepalai Oleh Laki-Laki
Lebih Tinggi Dibandingkan Rumah Tangga yang Dikepalai oleh
id
Perempuan
o.
Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa persentase rumah tangga yang
s .g
dikepalai perempuan lebih tinggi di rumah tangga tidak miskin dibanding
bp
rumah tangga miskin. Tetapi apabila dilihat dari nilai Head Count Index
h.
yang disajikan pada Tabel 4.2. Nilai Head Count Index untuk rumah tangga
ce
tangga yang dikepalai perempuan. Dari seluruh rumah tangga yang kepala
s:
tp
persennya adalah miskin. Kondisi ini lebih rendah dibanding Head Count
Index untuk rumah tangga yang dikepalai laki-laki yaitu sebesar 11.71
persen. Pola seperti ini terjadi di perdesaan maupun di perkotaan.
Tabel 4.2
HCI Menurut Daerah dan Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga, Maret 2023
id
perkotaan untuk rumah tangga yang kepala rumah tangganya
o.
berpendidikan tidak tamat SD lebih tinggi dibanding SD ke atas. Berbeda
.g
halnya dengan rumah tangga miskin di daerah perdesaan dimana rumah
s
bp
SLTA ke atas.
//a
s:
Tabel 4.3
tp
Persentase Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin, dan Head Count Index Menurut
ht
id
sektor pertanian (58,25 persen). Begitu juga, untuk rumah tangga tidak
o.
.g
miskin pada umumnya berpenghasilan utama dari sektor pertanian (55.88
s
persen) (lihat tabel 4.4).
bp
industri (13,79 persen), rumah tangga yang kepala rumah tangganya tidak
s:
bekerja (9.32 persen), rumah tangga yang kepala rumah tangganya bekerja di
tp
ht
sektor perdagangan (7,13 persen) dan terakhir kepala rumah tangga yang
bekerja di sektor lainnya (6,02 persen).
Pertanian 31.88 66.58 58.25 22.27 55.88 43.39 10.58 15.57 14.66
Industri 20.77 12.33 14.36 13.99 9.99 11.47 10.93 16.04 13.79
Perdagangan 11.62 4.40 6.13 14.16 7.89 10.22 6.35 7.94 7.13
Lainnya 21.44 7.99 11.22 33.97 15.59 22.43 4.96 7.35 6.02
id
Sumber: Susenas Maret 2022
Keterangan:
o.
K = Perkotaan
.g
D = Perdesaan
K + D = Perkotaan + Perdesaan
s
bp
h.
suatu rumah tangga antara lain luas dan jenis lantai, atap, dinding,
s:
tinggal.
ht
Hal ini juga tercermin pada Head Count Index, Nilai Head Count Index
untuk rumah tangga yang luas lantai per kapita ≤ 8 m2 tercatat sebesar
id
34,92 persen, lebih tinggi dibandingkan rumah tangga yang mempunyai
o.
luas lantai > 8 m2. Pola yang sama terjadi baik di perkotaan maupun
perdesaan (Tabel 4.5).
s .g
bp
Tabel 4.5
h.
Persentase Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin, dan Head Count Index Menurut
Daerah dan Luas Lantai per Kapita (m2), 2023
ce
//a
Lantai
K D K+D K D K+D K D K+D
tp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
ht
Sementara itu, nilai Head Count Index untuk rumah tangga dengan
jenis lantai terluas tanah adalah 33,91 persen, lebih tinggi dibandingkan
bukan tanah yang sebesar 14,08 persen. Hal ini menunjukkan bahwa rumah
tangga miskin lebih banyak dijumpai pada rumah tangga yang jenis
lantainya tanah. Penggunaan lantai tanah ternyata begitu menjadi
diskriminan dari kemiskinan. Hal ini tercermin pada nilai Head Count Index
baik di perkotaan maupun perdesaan dimana rumah tangga dengan lantai
bukan tanah dan tanah memiliki Head Count Index yang sangat berbeda
id
jauh terutama di daerah perkotaan.
o.
Tabel 4.6
s
Daerah dan Jenis Lantai Terluas, 2023
.g
Persentase Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin, dan Head Count Index Menurut
bp
h.
Lantai
K D K+D K D K+D K D K+D
//a
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
s:
Bukan Tanah 97.80 94.97 95.63 99.43 98.07 98.56 9.65 16.47 14.08
tp
Tanah 2.20 5.03 4.37 0.57 1.93 1.44 29.43 34.62 33.91
ht
id
Jenis Atap Miskin Tidak Miskin (HCI)
Terluas
o.
K D K+D K D K+D K D K+D
.g
(1) (2) (3) (4) (5)
s (6) (7) (8) (9) (10)
Beton/Genteng/ 2.92 2.84 2.85 6.88 3.45 4.70 4.40 14.35 9.31
bp
Sirap
Seng/ Asbes 95.50 94.67 94.86 92.64 95.37 94.38 10.06 16.81 14.52
h.
Lainnya 1.58 2.50 2.28 0.48 1.18 0.93 26.20 30.12 29.41
ce
Keterangan:
K = Perkotaan
s:
D = Perdesaan
K + D = Perkotaan + Perdesaan
tp
ht
Nilai Head Count Index untuk rumah tangga yang jenis dinding
id
Bambu/Anyaman 3.21 1.21 1.68 0.02 0.22 0.15 94.10 52.49 65.49
o.
Lainnya 1.16 1.41 1.35 0.60 1.49 1.17 17.24 16.09 16.31
Sumber: Susenas Maret 2023
Keterangan:
s .g
bp
K = Perkotaan
D = Perdesaan
h.
K + D = Perkotaan + Perdesaan
ce
//a
id
K + D = Perkotaan + Perdesaan
o.
4.4.6. Sumber Air
s
Persentase Rumah Tangga Miskin yang Menikmati Air Bersih Lebih
.g
bp
Tabel 4.10
Persentase Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin, dan Head Count Index Menurut
ht
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Air Bersih *) 96.48 85.23 87.86 98.32 91.41 93.93 9.63 15.95 13.64
Lainnya 3.52 14.77 12.14 1.68 8.59 6.07 18.52 25.95 25.26
Sumber: Susenas Maret 2023
Keterangan:
* Air bersih meliputi air kemasan bermerk, air isi ulang,leding meteran,leding eceran, serta sumur bor/pompa, sumur
terlindung, dan mata air terlindung
K = Perkotaan
D = Perdesaan
K + D = Perkotaan + Perdesaan
id
o.
4.4.7. Jenis Jamban s .g
bp
Persentase Rumah Tangga Miskin yang Menggunakan Jamban
Sendiri Lebih Rendah Dibandingkan Rumah Tangga Tidak Miskin
h.
ce
dan jamban umum/tidak ada. Persentase rumah tangga tidak miskin yang
tp
Nilai Head Count Index untuk rumah tangga yang tidak mempunyai
jamban yaitu sebesar 30,59 persen lebih tinggi dibandingkan rumah tangga
yang mempunyai jamban sendiri yang sebesar 12,45 persen maupun yang
menggunakan jamban bersama/komunal yang sebesar 12,16 persen. Pola
yang sama terjadi baik di perkotaan, namun berbeda halnya di perdesaan
(Tabel 4.11).
id
D = Perdesaan
K + D = Perkotaan + Perdesaan
o.
4.4.8. Status Pemilikan Rumah Tempat Tinggal s .g
Status pemilikan rumah tempat tinggal dibedakan menjadi rumah
bp
sendiri, kontrak/sewa, dan lainnya (rumah dinas, famili, bebas sewa, dan
h.
lain-lain).
ce
//a
rumah tangga tidak miskin yang menempati rumah sendiri sebesar 84,75
persen lebih rendah dibandingkan rumah tangga miskin yang sebesar 85,87
persen. Pola yang sama juga terlihat pada status pemilikan rumah tempat
tinggal kontrak/sewa dan lainnya. Persentase rumah tangga miskin yang
menempati rumah kontrak/sewa lebih rendah dibandingkan rumah tangga
tidak miskin (Tabel 4.12).
Nilai Head Count Index terendah ada pada rumah tangga yang status
kepemilikan rumahnya kontrak/sewa yaitu hanya sebesar 11,89 persen
yang artinya rumah tangga miskin sebagian kecil status kepemilikan
rumahnya adalah kontrak/sewa. Sementara nilai Head Count Index pada
rumah tangga yang tinggal di rumah sendiri atau lainnya berada di kisaran
14-15 persen (Tabel 4.12).
Profil Kemiskinan Provinsi Aceh Tahun 2023 | 28
Tabel 4.12
Persentase Rumah Tangga Miskin, Tidak Miskin, dan Head Count Index Menurut
Daerah dan Status Pemilikan Rumah Tempat Tinggal, 2023
Kontrak/ Sewa 6.02 2.59 3.40 8.37 1.88 4.25 7.24 21.88 11.89
Lainnya 13.57 9.86 10.73 14.03 9.26 11.00 9.50 17.82 14.15
Sumber: Susenas Maret 2023
Keterangan:
K = Perkotaan
D = Perdesaan
id
K + D = Perkotaan + Perdesaan
o.
s .g
bp
h.
ce
//a
s:
tp
ht
LAMPIRAN
tp
ht
1. Literatur Kemiskinan
Secara asal penyebab, kemiskinan terbagi menjadi 2 macam, yaitu kemiskinan
kultural dan kemiskinan struktural.
Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh adanya
faktor-faktor adat atau budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu
seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu sehingga membuatnya
tetap melekat dengan kemiskinan.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat
id
ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu
o.
terhadap sistem atau tatanan sosial yang tidak adil, karenanya mereka
s .g
berada pada posisi tawar yang sangat lemah dan tidak memiliki akses untuk
mengembangkan dan membebaskan diri mereka sendiri dari perangkap
bp
bersifat lokal serta mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut
dikategorikan sebagai miskin secara relatif. Sedangkan standar penilaian
kemiskinan secara absolut merupakan standar kehidupan minimum yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhaan dasar yang diperlukan, baik
makanan maupun non-makanan. Standar kehidupan minimum untuk
memenuhi kebutuhan dasar ini disebut sebagai garis kemiskinan.
Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat
sehingga menyebabkan ketimpangan pada distribusi pendapatan. Standar
minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu
tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”,
misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang
telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan
id
hanya menerbitkan akan tetapi (lebih lanjut dari itu) juga melanggengkan
o.
.g
kemiskinan di dalam masyarakat. Kemiskinan kultural diakibatkan oleh
s
faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu
bp
id
2.1. Konsep
o.
s .g
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs method). Dengan pendekatan ini,
bp
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari
ce
sisi pengeluaran.
//a
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi
ht
Nasional (Susenas) Modul Konsumsi dan Kor yang dilaksanakan pada bulan
Maret 2017 dengan jumlah sampel 6.000 rumah tangga. Sebagai informasi
tambahan, digunakan hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar
(SPKKD), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran
masing-masing komoditi pokok non-makanan. Untuk penimbang data
Susenas (weight) yang digunakan mulai tahun 2011 merupakan backcasting
dari penimbang proyeksi penduduk hasil Sensus Penduduk 2010.
2.3. Metode
id
pengeluaran) di perkotaan dan 47 jenis komoditi (kelompok pengeluaran)
o.
di perdesaan.
di-inflate dengan inflasi umum Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK dapat
s:
k 1 k 1
provinsi p
V jkp : Nilai pengeluaran untuk konsumsi komoditi k di daerah j
provinsi p
j : Daerah (perkotaan atau perdesaan)
p : Provinsi ke-p.
Selanjutnya untuk memperoleh GKM tersebut dilakukan penyetaraan harga
2100 kilokalori dengan cara mengalikan 2100 terhadap harga implisit rata-
rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sebagai berikut:
52
V
id
jkp
HK jp k 1 ,
o.
52
K
.g
jkp
k 1
s
: Kalori dari komoditi k di daerah j di provinsi p
bp
K jkp
h.
GKM jp HK jp 2100
//a
kilokalori/kapita/hari
ht
j : Daerah (perkotaan
/perdesan)
p : Provinsi p
GKNM merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-
komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang,
pendidikan, dan kesehatan. Nilai kebutuhan minimum per komoditi/sub-
kelompok non-makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio
pengeluaran komoditi/sub-kelompok terhadap total pengeluaran
komoditi/sub-kelompok yang tercatat dalam data Susenas modul
konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari hasil SPKKD 2004, yang dilakukan
untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per
komoditi non-makanan yang lebih rinci dibandingkan data Susenas modul
konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non-makanan secara matematis dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Analisis Kondisi Kemiskinan Provinsi Jambi Tahun 2022 | 85
Profil Kemiskinan Provinsi Aceh Tahun 2023 | 35
n
GKNM jp r
k 1
kj Vkjp ,
id
: Jenis komoditi non-makanan terpilih
o.
k
p : Provinsi ke-p
h.
ce
yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis
s:
PM p
% PM p × 100%
Pp
n : Jumlah provinsi
id
Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator kemiskinan yang
o.
.g
digunakan, yaitu: s
1. Pertama, Head Count Index (HCI-P0), yaitu persentase penduduk miskin
bp
: 0, 1, 2
z : Garis kemiskinan
Jika =0, diperoleh Head Count Index (P0), jika =1 diperoleh Indeks
kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) dan jika =2 disebut Indeks
keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2).
id
Xb
o.
A : jumlah penduduk yang mempunyai pendapatan lebih besar
daripada X
s .g
bp
dan 2
ce
//a
Koefisien Gini adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk
mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Rumus
koefisien Gini adalah sebagai berikut :
𝐺 = 1 − ∑𝑛𝑘=1(𝑋𝑘 − 𝑋𝑘−1 )(𝑌𝑘 + 𝑌𝑘−1 )
id
Nilai indeks Gini ada diantara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai indeks Gini
o.
.g
menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi. Jika nilai
s
indeks Gini adalah nol maka artinya terdapat kemerataan sempurna pada
bp
Gambar L.1
Koefisien Gini
Menurut Kurva
Lorentz
Koefisien Gini didasarkan pada kurva Lorenz (Gambar 6.1), yaitu sebuah
kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu
variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform
(seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Untuk
membentuk koefisien Gini, grafik persentase kumulatif penduduk (dari
kelompok termiskin hingga terkaya) digambar pada sumbu horizontal dan
persentase kumulatif pengeluaran (pendapatan) digambar pada sumbu
vertikal. Garis diagonal mewakili pemerataan sempurna. Koefisien Gini
didefinisikan sebagai A/(A+B), dimana A dan B seperti yang ditunjukkan
id
seharusnya tidak akan ada perubahan dalam ukuran ketimpangan.
o.
Koefisien Gini juga memenuhi hal ini.
4. Sensitivitas Transfer Pigou-Dalton.s .g
Dalam kriteria ini,
pendapatan dari penduduk kaya ke penduduk miskin akan menurunkan
transfer
bp
1. Dapat didekomposisi
s:
dalam dimensi lain. Indeks Gini tidak dapat didekomposisi atau tidak
bersifat aditif antar kelompok. Yakni nilai total koefisien Gini dari suatu
masyarakat tidak sama dengan jumlah nilai indeks Gini dari sub-
kelompok masyarakat (sub-grup).
2. Dapat diuji secara statistik
Seseorang harus dapat menguji signifikansi perubahan indeks antar
waktu. Hal ini sebelumnya menjadi masalah, tetapi dengan teknik
bootstrap interval (selang) kepercayaan umumnya dapat dibentuk.
id
dikatakan terdapat ketimpangan pendapatan rendah.
o.
.g
3.3. Indeks Theil dan Indeks-L s
Ada sejumlah ukuran ketimpangan yang memenuhi semua kriteria bagi
bp
sebuah ukuran ketimpangan yang baik (di atas). Diantaranya yang paling
h.
banyak digunakan adalah Indeks Theil dan Indeks-L (ukuran deviasi log
ce
1 1 n yi
1 ,
ht
GE( )
( 1) n i 1 y
y adalah rata-rata pendapatan (pengeluaran).
Nilai GE bervariasi antara 0 dan ∞ dengan 0 mewakili distribusi yang merata
dan nilai yang lebih tinggi mewakili tingkat ketimpangan yang lebih tinggi.
Parameter dalam kelompok ukuran GE mewakili penimbang yang
diberikan pada jarak antara pendapatan pada bagian yang berbeda dari
distribusi pendapatan. Untuk nilai yang lebih rendah, GE lebih sensitif
terhadap perubahan pada ekor bawah dari distribusi (penduduk miskin),
dan untuk nilai yang lebih tinggi GE lebih sensitif terhadap perubahan
yang berakibat pada ekor atas dari distribusi (penduduk kaya). Nilai yang
paling umum digunakan adalah 0 dan 1.
GE (1) disebut sebagai indeks Theil, yang dapat ditulis sebagai berikut:
Analisis Kondisi
ProfilKemiskinan
KemiskinanProvinsi
ProvinsiJambi
AcehTahun
Tahun2022
2023|| 91
41
1 n yi yi ,
GE(1) ln
n i 1 y y
GE (0), juga dikenal dengan indeks-L, disebut ukuran deviasi log rata-rata
(mean log deviation) karena ukuran tersebut memberikan standar deviasi
dari log (y):
𝑛
1 𝑦̅
𝐺𝐸(0) = ∑ 𝑙𝑛 ( )
𝑛 𝑦𝑖
𝑖=1
id
o.
s .g
bp
h.
ce
//a
s:
tp
ht