11
INDIKATOR
KESEJAHTERAAN RAKYAT
PROVINSI ACEH
20
23
id
o.
s.g
bp
eh.
ac
//
s:
tp
ht
id
.
KESEJAHTERAAN s.
go
RAKYAT
p
.b
eh
c
PROVINSI ACEH
//a
2023
s:
tp
ht
ht
tp
s:
//a
ceh
.b
ps.
go
.id
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
PROVINSI ACEH 2023
. id
Naskah :
go
Subtim Analisis Statistik Lintas Sektor
Tim Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
p s.
Penyelaras Akhir :
.b
Gambar Kulit :
Subtim Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
s:
Diterbitkan Oleh :
Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh
Pengarah Dr.
Ahmadriswan Nasution, S.Si, M.T. Editor Tasdik Ilhamuddin, S.Si, M.Si.
Maulizasari, S.Stat, Dr. Azwar, M.Si & Darin Huwaida Pengolah Data
Penyusun
Maulizasari, S.Stat Perancang Tata Letak Maulizasari, S.Stat Perancang Sampul Maulizasari,
S.Stat
. id
go
Publikasi ini menyajikan berbagai aspek kesejahteraan dan untuk
memudahkan interpretasi, perubahan taraf kesejahteraan dikaji menurut delapan
p s.
bidang yang mencakup Kependudukan, Kesehatan dan Gizi, Pendidikan,
.b
serta Sosial Lainnya yang menjadi acuan dalam upaya peningkatan kualitas hidup.
c
//a
Halaman
. id
Bab 1 Kependudukan ................................................................................. 1
go
s.
Bab 2 Kesehatan dan Gizi .......................................................................... 15
p
.b
Lampiran ...................................................................................................... 77
Halaman
KEPENDUDUKAN
id
Provinsi Aceh, 2000-2023 ...................................................................... 8
.
go
1.4 Persentase Balita Menurut Tipe Daerah di Provinsi Aceh Tahun 2018-2022
s.
........................................................................................................... 9
p
.b
1.5 Persentase Wanita Usia Subur (WUS) Menurut Tipe Daerah di Provinsi
eh
1.6 Rasio Ibu Dan Anak Menurut Tipe Daerah di Provinsi Aceh Tahun 2018-
s:
2022 .................................................................................................... 10
tp
1.7 Persentase Wanita Umur 10+ Tahun Pernah Kawin Menurut Usia
ht
1.8 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun Dan Berstatus Kawin Yang
Sedang Menggunakan Alat/Cara Kontrasepsi Menurut Jenis Alat/Cara KB
di Provinsi Aceh, 2018-2022 .................................................................. 13
2.3 Rata-Rata Lama Baduta Disusui Menurut Tipe Daerah di Provinsi Aceh
Tahun 2020-2022 ................................................................................. 20
PENDIDIKAN
3.1 Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) di Provinsi
Aceh, 2020-2023 .................................................................................. 30
id
3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Dan
.
Daerah Tempat Tinggal di Provinsi Aceh, 2020-2022 ............................... 31
go
s.
3.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
p
Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Aceh, 2020-2022 ................................ 33
.b
c eh
KETENAGAKERJAAN
//a
s:
4.4 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Utama di Provinsi Aceh Tahun 2018-2023 (Agustus) ............................... 44
5.4 Konsumsi Kalori dan Protein per Kapita per Hari Menurut Daerah Tempat
Tinggal di Provinsi Aceh, 2019-2022 (Maret)........................................... 53
id
6.1 Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan di
.
go
Provinsi Aceh, 2020-2022 ...................................................................... 59
s.
6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah Tinggal di
p
.b
KEMISKINAN
//a
s:
SOSIAL LAINNYA
8.1 Persentase Penduduk 5 tahun keatas yang Memiliki Alat Komunikasi dan
Informasi di Provinsi Aceh Tahun 2022................................................... 71
8.2a Persentase Rumah Tangga Perkotaan yang Memiliki Alat Komunikasi dan
Informasi di Provinisi Aceh Tahun 2018-2022 ......................................... 72
8.2b Persentase Rumah Tangga Perdesaan yang Memiliki Alat Komunikasi dan
Informasi di Provinisi Aceh Tahun 2018-2022 ......................................... 72
8.2c Persentase Rumah Tangga Perkotaan dan Perdesaan yang Memiliki Alat
Komunikasi dan Informasi di Provinisi Aceh Tahun 2018-2022 ................. 72
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
Halaman
1.1 Jumlah Penduduk (000 Jiwa) di Provinsi Aceh Berdasarkan Hasil Sensus
Penduduk,1961-2023 .......................................................................... 4
1.3 Persentase Wanita Umur 10+ Tahun Pernah Kawin Menurut Usia
Perkawinan Pertama di Provinsi Aceh, 2021 dan 2022 ............................. 12
id
2.1 Angka Kesakitan (persen) di Provinsi Aceh, 2021 dan 2022 ..................... 18
.
go
3.1 Harapan Lama Sekolah di Provinsi Aceh, 2021-2023 ............................... 28
p s.
.b
4.2 Persentase Penduduk Umur 15+ Tahun yang Bekerja Selama Seminggu
tp
yang Lalu Menurut Kelompok Lapangan Usaha di Provinsi Aceh, 2022 dan
ht
2023 .................................................................................................... 42
5.2 Konsumsi Kalori per Kapita per Hari Menurut Daerah Tempat Tinggal di
Provinsi Aceh, 2020-2022 ...................................................................... 52
8.1 Persentase Rumah Tangga Pembeli Raskin di Provinsi Aceh Tahun 2018-
2022 .................................................................................................... 73
KB Keluarga Berencana
MA Madrasah Aliyah
id
MTs Madrasah Tsanawiyah
.
go
Sakernas Survei Angkatan Kerja Nasional s.
SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
p
.b
SD Sekolah Dasar
eh
SM Sekolah Menengah
c
//a
SP Sensus Penduduk
SUPAS Survei Penduduk Antar Sensus
Isu kependudukan yang kian mengemuka belakangan ini berkaitan erat dengan
pertumbuhan penduduk. Penduduk dapat menjadi modal dasar dalam pembangunan, namun
di sisi lain penduduk juga dapat menjadi hambatan dalam mencapai tujuan pembangunan. Hal
ini terjadi apabila pertumbuhan jumlah penduduk tidak terkendali dan tidak diimbangi dengan
pemenuhan kebutuhan penduduk seperti sandang, pangan, papan, dan kebutuhan akan
pendidikan dan kesehatan yang layak.
id
sempitnya lahan untuk pemukiman seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Masalah
lain yang dapat muncul diantaranya terjadinya gangguan keamanan akibat maraknya aksi
.
go
tindakan kriminalitas, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat akibat sarana kesehatan
s.
yang kurang memadai, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia terkait dengan sarana
p
pendidikan yang terbatas.
.b
eh
distribusi penduduk juga menjadi masalah serius yang harus segera ditangani oleh
pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait masalah kependudukan baik dalam hal kuantitas
s:
maupun kualitas penduduk harus terus dilaksanakan dalam upaya memperbaiki kualitas hidup
tp
Jumlah penduduk di Aceh pada tahun 2023 tercatat sekitar 5.482,53 ribu jiwa. Jumlah
penduduk Aceh mengalami kenaikan sekitar 959,39 ribu jiwa bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk tahun 2010 yang mencapai 4.523,14 jiwa. Bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu tahun 2022, jumlah penduduk Aceh saat ini mengalami kenaikan sekitar
73,34 ribu jiwa. Selama kurun waktu setahun penduduk Aceh telah mengalami pertumbuhan
penduduk sebesar 1,36 persen.
1.628,98
2.008,60
2.611,27
3.416,16
3.929,23
4.494,41
5.259,73
5.334,90
5.409,19
5.482,53
1961 1971 1980 1990 2000 2010 2020 2021 2022 2023
Gambar 1.1 Jumlah Penduduk (000 Jiwa) di Provinsi Aceh Berdasarkan Hasil Sensus
Penduduk, 1961-2023
Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk tiap tahun berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk
Provinsi Aceh 2020-2035 Hasil Sensus Penduduk 2020, laju pertumbuhan penduduk Aceh
id
cenderung menurun. Pada tahun 2023 laju pertumbuhan penduduk Aceh sebesar 1,36 persen
.
go
yang menurun dari tahun 2022 yang mencapai 1,39 persen. Namun laju pertumbuhan
penduduk ini meningkat jika dibandingkan sepuluh tahun sebelumnya, laju pertumbuhan
s.
penduduk tahun 2010 sebesar 1,31 persen. Dalam hal ini pemerintah masih terus
p
.b
penduduk tertinggi terdapat di Kota Subulussalam dan Kabupaten Gayo Lues masing-masing
s:
sebesar 2,33 persen dan 1,86 persen. Sementara itu, 11 kabupaten/kota mengalami laju
tp
penduduk terendah adalah Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Pidie masing-masing
sebesar 1,05 persen dan 1,02 persen. (Lampiran I.1).
Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Aceh, 1961 – 2023
Laju Pertumbuhan
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
per Tahun (%)
(1) (2) (3)
1961 1 628 983 -
1971 2 008 595 2,12
1980 2 611 271 2,95
1990 3 416 156 2,73
2000 3 929 234 1,41
2010 4 494 410 1,31
2020 5 259 730 -2,08
2021 5 334 900 1,42
2022 5 409 190 1,39
2023 5 482 530 1,36
Sumber : Proyeksi Penduduk Provinsi Aceh 2020-2035 Hasil Sensus Penduduk 2020
Bila dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin, rasio jenis kelamin penduduk
Aceh pada tahun 2023 sebesar 101. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan
ada sebanyak 101 penduduk laki-laki. Dengan kata lain, jumlah penduduk laki-laki di Aceh
lebih banyak dibanding penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin berdasarkan
kabupaten/kota, dari 23 kabupaten/kota di Aceh sebanyak 4 kabupaten/kota memiliki rasio
jenis kelamin di bawah 100. Rasio jenis kelamin terkecil terdapat di Kabupaten Bireuen
sebesar 98 serta Kabupaten Pidie, Pidie Jaya dan Kota Lhokseumawe (masing-masing
sebesar 99). Sementara itu, dari 19 kabupaten/kota dengan rasio jenis kelamin diatas 100,
kabupaten/kota yang memiliki rasio jenis kelamin tertinggi adalah Kabupaten Simeulue (105),
serta Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Bener Meriah dan Kota
Subulussalam (masing-masing sebesar 103) (Lampiran I.2).
id
Persebaran dan Kepadatan Penduduk
.
go
Salah satu persoalan terkait dengan kependudukan yang masih harus dihadapi oleh
s.
Indonesia yaitu masalah ketimpangan distribusi penduduk. Ketimpangan distribusi penduduk
p
juga terjadi di Aceh. Distribusi penduduk yang tidak merata menimbulkan masalah pada
.b
kepadatan penduduk dan tekanan penduduk di suatu wilayah. Ada beberapa wilayah yang
eh
mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, di wilayah lain masih ada wilayah yang
c
hanya dihuni oleh jumlah penduduk yang relatif sedikit. Hal ini sangat berpengaruh pada
//a
masih sangat timpang. Pada Lampiran 1.3 terlihat bahwa pada tahun 2023 penduduk
ht
terbanyak masih terdapat pada lima kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Utara sebesar 11,40
persen, Bireuen sebesar 8,27 persen, Pidie sebesar 8,17 persen, Aceh Timur sebesar 7,99
persen dan Aceh Besar sebesar 7,70 persen. Sedangkan kabupaten yang paling sedikit
penduduknya terdapat di Kota Sabang yang merupakan daerah pulau, yaitu hanya dihuni oleh
0,78 persen dari total penduduk Provinsi Aceh. Selanjutnya diikuti oleh Kota Subulussalam
dan Kabupaten Simeulue masing-masing sebesar 1,77 persen, Kabupaten Aceh Jaya sebesar
1,78 persen, dan Kabupaten Gayo Lues sebesar 1,91 persen.
Pada Tabel 1.2 terlihat kepadatan untuk masing-masing kabupaten/kota yang belum
merata. Kepadatan penduduk biasanya terpusat di daerah perkotaan yang umumnya memiliki
fasilitas lebih lengkap yang dibutuhkan oleh penduduk sehingga mengundang penduduk
wilayah perdesaan untuk pindah ke daerah perkotaan. Masalah yang sering timbul akibat
kepadatan penduduk adalah mengenai perumahan, kesehatan, dan keamanan. Oleh karena
itu, distribusi penduduk harus menjadi perhatian khusus pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan, seperti memprioritaskan pembangunan yang dilaksanakan di daerah-daerah
yang masih terisolir dan kekurangan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan
perekonomian masyarakat setempat. Hal ini sekaligus harus berkaitan dengan daya dukung
lingkungan dan dapat menciptakan lapangan kerja yang luas bagi penduduk setempat,
sehingga memperlambat arus urbanisasi.
id
Tabel 1.2 Kepadatan dan Distribusi Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, 2022-
.
go
2023
Kepadatan Persentases. Kepadatan Persentase
Kabupaten/Kota Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
p
(jiwa/km2) 2022 2022 (jiwa/km2) 2023 2023
.b
Pada tahun 2023 kepadatan penduduk di Provinsi Aceh yaitu sebesar 96 jiwa per km2.
Pada tahun 2023, Kota Banda Aceh yang luasnya hanya 55,85 km2 (0,10 persen dari total luas
Aceh), merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk mencapai 4.691 jiwa per
km2, angka ini meningkat dibanding tahun 2022, yaitu 4,634 jiwa per km2. Kemudian diikuti
oleh Kota Lhokseumawe dengan kepadatan penduduknya 1.446 jiwa per km2 dan Kota Langsa
dengan kepadatan 897 per jiwa km2 pada tahun 2023. Sedangkan Kabupaten Gayo Lues
merupakan daerah yang terjarang penduduknya dengan kepadatan penduduk 19 jiwa per km2
diikuti oleh Kabupaten Aceh Jaya dengan kepadatan penduduk 25 jiwa per km2 (Lampiran I.3).
id
Angka Beban Ketergantungan (dependency ratio) merupakan salah satu indikator
.
demografi yang penting. Semakin tinggi persentase angka beban ketergantungan
go
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk
s.
membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan
p
.b
rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi.
c
//a
komposisi penduduk menurut umur seperti tercermin pada semakin rendahnya angka beban
tp
mengalami penurunan. Penurunan angka beban ketergantungan pada tahun 2023 karena
adanya peningkatan pada proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) menjadi 67,56
persen di tahun 2023 dan menurunnya proporsi penduduk usia muda (0-15) dari 27,13 persen
pada tahun 2022 menjadi 26,85 persen di tahun 2023 sehingga menjadikan angka beban
ketergantungan mengalami penurunan.
55,76
Berdasarkan proyeksi penduduk provinsi Aceh 2020-2035 hasil sensus penduduk 2020,
rasio ketergantungan yang terus cenderung menurun diperkirakan akan mencapai titik
terendah pada periode 2023-2030. Pada periode itu akan terdapat peluang lebih besar untuk
melakukan investasi manusia guna mendorong produksi. Namun perlu diketahui bahwa di satu
sisi mereka dapat mendorong ekonomi untuk tumbuh jika sebagian besar dari mereka bekerja
tetapi di sisi lain mereka dapat menciptakan instabilitas sosial dan politik jika di antara mereka
banyak yang tidak bekerja. Mereka termasuk kategori usia produktif tapi tidak dapat
termanfaatkan tenaganya karena tidak terserap di pasar kerja.
Menurunnya angka beban ketergantungan diikuti pula dengan menurunnya proporsi
penduduk usia muda (0-14 tahun) sebagai dampak dari menurunnya laju pertumbuhan
penduduk. Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 ada sebanyak 31,99 persen
id
penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) dan turun menjadi 27,70 persen pada tahun 2020.
.
Hingga tahun 2023 proporsi penduduk usia 0-14 tahun turun menjadi 26,85 persen.
go
s.
Tabel 1.3 Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan di Provinsi Aceh, 2000 -
p
2023
.b
eh
Angka Beban
Tahun 0-14 Tahun 15-64 Tahun 65 Tahun + Ketergantungan
c
(jiwa)
//a
Pada Tabel 1.3. juga dapat dilihat bahwa struktur umur penduduk Aceh masih didominasi
oleh penduduk usia produktif yang berdasarkan hasil Sensus Penduduk mencapai 63,17
persen pada tahun 2000 dan kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi 64,20 persen
dan terus meningkat menjadi 67,56 persen pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa
penduduk usia produktif di Aceh menjadi sangat potensial sebagai modal dasar yang besar
untuk pembangunan. Sementara itu, proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) juga
semakin bertambah dari 2,65 persen pada tahun 2000 menjadi 3,81 persen pada tahun 2010
dan 5,59 persen pada tahun 2023.
Rasio ibu dan anak merupakan perbandingan jumlah balita berusia 0 hingga 4 tahun
dengan perempuan usia subur/reproduktif yaitu jumlah perempuan yang masuk dalam
kelompok umur 15-49 tahun. Tabel 1.4 memperlihatkan bahwa selama tahun 2022-2022
persentase balita terhadap penduduk mengalami penurunan yaitu dari sebesar 9,32 persen
menjadi 8,95 persen. Berdasarkan tipe daerahnya, peningkatan persentase terjadi di daerah
perkotaan namun mengalami penurunan di perdesaan. Persentase jumlah perempuan usia
15-49 tahun meningkat dari sebesar 54,27 persen menjadi sebesar 53,90. Jika dilihat
menurut tipe daerahnya, di daerah perkotaan perdesaan sama-sama menurun yaitu di
perkotaan menjadi 53,99 persen dan 53,86 persen di perdesaan.
id
reproduksi tersebut menyebabkan persentase rasio ibu dan anak turun yaitu dari sebesar 343
.
pada tahun 2021 menjadi sebesar 333 pada tahun 2022. Artinya pada tahun 2022 terdapat
go
333 anak berusia 0-4 tahun per seribu perempuan usia 15-49 tahun. Sedangkan pada tahun
s.
2021 terdapat 343 anak berusia 0-4 tahun per seribu perempuan usia 15-49 tahun. Menurut
p
daerah tempat tinggal, rasio ibu anak di perkotaan mengalami penurunan dari 342 pada turun
.b
menjadi 341 di tahun 2022, begitu pula di daerah perdesaan penurunan dari 343 turun menjadi
eh
Tabel 1.4 Persentase Balita Menurut Tipe Daerah di Provinsi Aceh Tahun 2018-2022
s:
Tipe Daerah
tp
Tahun
ht
Tabel 1.5 Persentase wanita Usia Subur (WUS) Menurut Tipe Daerah di Provinsi Aceh Tahun
2018-2022
Tipe Daerah
Tahun
Kota Desa Kota + Desa
(1) (2) (3) (4)
2018 55,86 53,54 54,26
2019 55,29 53,38 53,99
2020 55,44 53,15 53,88
2021 55,89 53,48 54,27
2022 55,99 53,86 53,90
Sumber: BPS, Diolah Dari Hasil Susenas
. id
go
Tabel 1.6 Rasio Ibu dan Anak Menurut Tipe Daerah di Provinsi Aceh Tahun 2018-2022
Tipe Daerah
s.
Tahun
p
Kota Desa Kota + Desa
.b
Salah satu persoalan penduduk yang dapat memicu tingginya pertambahan jumlah
penduduk yaitu tingginya angka kelahiran di suatu daerah. Banyaknya kelahiran yang terjadi
pada seorang wanita dapat dipengaruhi oleh masa reproduksinya. Semakin panjang masa
reproduksi seorang wanita, kemungkinan semakin banyak anak yang dilahirkan. Semakin
muda usia seseorang saat melaksanakan perkawinan pertama maka akan semakin panjang
masa reproduksinya.
Terdapat beberapa sumber mengenai batasan usia minimal seorang wanita untuk
melakukan perkawinan pertama. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
pada pasal 7 ayat (1), syarat menikah untuk perempuan harus sudah berusia minimal 16 tahun,
sedangkan menurut Undang-Undang Perlindungan Anak usia minimal untuk menikah yaitu
sudah berumur 18 tahun. Sementara itu, menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) usia pernikahan pertama bagi seseorang idealnya adalah 21-25 tahun.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2022, persentase wanita di Provinsi Aceh sebagian
besar wanita melakukan perkawinan pertama pada usia 19-24 tahun. Jika dilihat
persentasenya pada tahun 2022 sebesar 52,92 persen, menurun dari tahun sebelumnya yang
sebesar 52,39 persen.Terbesar berikutnya yaitu pada kelompok usia kawin 25 tahun keatas,
namun persentasenya menurun dari 23,02 persen menjadi 21,99 persen pada tahun 2022.
Sedangkan untuk kelompok umur 16-18 tahun, persentasenya meningkat dari 19,95 persen
pada 2021 menjadi 20,30 persen pada 2022.
id
Tabel 1.7 Persentase Wanita Umur 10+ Tahun Pernah Kawin Menurut Usia Perkawinan Pertama
.
di Provinsi Aceh, 2020 - 2022
go
s.
Perkotaan+
p
Kelompok Perkotaan Perdesaan
.b
Umur Perdesaan
eh
10-15 3,66 3,36 2,29 5,28 5,24 5,71 4,78 4,54 4,79
s:
tp
16-18 16,75 16,40 15,80 24,83 21,62 22,58 22,31 19,95 20,30
ht
19-24 57,87 51,29 54,27 51,65 52,91 52,24 53,59 52,39 52,92
Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase wanita yang melakukan
perkawinan pertamanya pada umur kurang dari 16 tahun pada tahun 2022 cenderung lebih
tinggi di daerah perdesaan dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan yaitu 5,71 persen
berbanding 2,99 persen. Demikian pula yang terjadi pada kelompok umur 16-18 tahun yaitu di
daerah perdesaan sebesar 22,58 persen dan di perkotaan sebesar 15,80 persen. Namun pada
kelompok umur 19 tahun ke atas, di perdesaan memiliki persentase yang cenderung lebih
rendah dibandingkan dengan di perkotaan.
Pada kelompok umur 19-24 tahun persentase wanita yang melakukan perkawinan
pertamanya di perdesaan sebesar 52,24 persen sedangkan di perkotaan sebesar 54,27
persen. Sebaliknya, pada wanita yang melakukan perkawinan pertamanya pada umur 25
tahun ke atas di perkotaan sebesar 26,95 persen sedangkan di perdesaan sebesar 19,47
persen.
Persentase wanita yang melakukan perkawinan pertamanya pada usia kurang dari
16 tahun tertinggi pada tahun 2022 terdapat di Kabupaten Aceh Jaya sebesar 13,95
persen diikuti oleh Kabupaten Aceh Barat Daya dan Nagan Raya masing-masing
sebesar 9,17 persen dan 8,95 persen, sedangkan persentase terendah terdapat di
Kota Banda Aceh sebesar 0,72 persen.
Pada level provinsi, sebagian besar wanita melakukan perkawinan pertamanya berada
pada kelompok usia 19-24 tahun. Begitu pula kabupaten/kota di provinsi Aceh mayoritas usia
kawin pertama wanita nya berada pada kelompok umur 19-24 tahun ke atas. Terbanyak
id
berikutnya yaitu penduduk Aceh melakukan perkawinan pertama pada kelompok usia 25 tahun
.
go
keatas. Diantaranya yaitu sebagian besar wilayah perkotaan seperti Kota Banda Aceh yang
mencapai 40,28 persen, Sabang mencapai 30,67 persen, dan Langsa 25,49 persen. Selain itu
p s.
terdapat pula Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Barat yang masing-masing mencapai 25,46
.b
persen dan 24,74 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran I (4).
eh
Gambar 1.3 Persentase Wanita Umur 10+ Tahun Pernah Kawin Menurut Usia Perkawinan
c
//a
52,39 52,92
tp
ht
23,02 21,99
19,95 20,30
4,64 4,79
10 - 15 16 - 18 19 - 24 25+
2021 2022
Penggunaan Alat/Cara KB
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah yang
bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, mengurangi angka kelahiran anak dan
kematian ibu. Program KB dilakukan dengan penggunaan alat kontrasepsi/KB yang berbagai
jenis/macamnya. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selaku
instansi pemerintah yang menangani program KB ini mengharapkan cakupan akseptor KB
terus meningkat. Terutama untuk kepesertaan KB dengan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) seperti IUD dan Implant. Dengan cakupan KB yang meningkat, diharapkan laju
pertumbuhan penduduk bisa dikendalikan lebih baik lagi.
Gambaran mengenai cakupan penggunaan KB dapat dilihat pada Tabel 1.8 yang
menunjukkan bahwa persentase perempuan berusia 15-49 tahun dan berstatus kawin yang
menjadi akseptor KB pada tahun 2021 dan 2022 mengalami peningkatan dari sebesar 40,54
persen menjadi sebesar 41,02 persen.
Tabel 1.8 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin yang sedang Menggunakan
Alat/Cara Kontrasepsi Menurut Jenis Alat/Cara KB di Provinsi Aceh, 2018-2022
id
Jenis Alat/Cara KB 2018 2019 2020 2021 2022
.
(1) (2) (3)
go(4) (5) (6)
p s.
AKDR/IUD/spiral 4,34 5,10 5,36 4,99 4,46
.b
alwalit
//a
. id
go
p s.
.b
ceh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
ceh
//a
s:
tp
ht
id
pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas, merata serta terjangkau, yaitu dengan
memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin; menyediakan sumber daya
.
go
kesehatan yang kompeten dan mendistribusikan tenaga kesehatan secara merata ke seluruh
s.
wilayah, meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan melalui pembangunan puskesmas,
p
rumah sakit; polindes dan posyandu serta menyediakan obat-obatan yang terjangkau oleh
.b
masyarakat.
c eh
//a
Keberhasilan atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam bidang kesehatan dapat
diukur dengan beberapa indikator kesehatan antara lain umur harapan hidup, Angka
s:
Kesakitan, Pemberian ASI Balita, dan indikator lain yang berkaitan dengan akses terhadap
tp
fasilitas pelayanan kesehatan seperti persentase balita yang persalinannya ditolong oleh
ht
tenaga medis, persentase penduduk yang berobat jalan ke rumah sakit, dokter/klinik,
puskesmas, dan lainnya, serta rasio tenaga kesehatan per penduduk.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk
adalah umur harapan hidup, meningkatnya umur harapan hidup mengindikasikan
meningkatnya derajat kesehatan penduduk.
(1) (2)
2020 72,69
2021 72,71
2022 72,92
Sumber : BPS, 2023
Tabel 2.1 memperlihatkan bahwa selama periode 2020 - 2022 umur harapan hidup
mengalami peningkatan yaitu dari 72,71 pada tahun 2021 menjadi 72,92 pada tahun 2022.
id
Hal ini menggambarkan bahwa anak yang lahir pada tahun 2021 diperkirakan akan mampu
.
go
bertahan hidup rata-rata sampai berumur 72,71 tahun, dan meningkat hingga pada tahun 2022
menjadii 72,92 tahun. Hal ini berarti bahwa derajat kesehatan masyarakat selalu mengalami
s.
peningkatan dalam tiga tahun terakhir.
p
.b
eh
Indikator lainnya yang dapat menunjukkan derajat kesehatan penduduk yaitu angka
c
morbiditas. Merujuk pada konsep yang diterapkan oleh BPS dalam Susenas, morbiditas
//a
21,57
19,44
15,29
11,42 12,82 12,35
2021 2022
Gambar 2.1 Angka Kesakitan (%) di Provinsi Aceh, 2021 dan 2022
Pada umumnya keluhan kesehatan yang mengindikasikan adanya suatu penyakit yang
biasa dialami oleh penduduk adalah panas, batuk, pilek, asma/napas sesak, diare, sakit
kepala berulang, sakit gigi, campak, dan lain-lain. Semakin banyak penduduk yang mengalami
gangguan kesehatan berarti semakin rendah derajat kesehatan di wilayah tersebut dan
menunjukkan angka kesakitan yang tinggi di wilayah tersebut (penduduknya banyak yang
mengalami sakit).
id
Sumber: BPS, Diolah Dari Hasil Susenas
.
go
Hasil Susenas tahun 2022 menunjukkan angka kesakitan penduduk Aceh mencapai
s.
19,44 persen, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai 12,35 persen.
p
Angka kesakitan penduduk tahun 2022 yang tinggal di daerah perdesaan lebih tinggi dari
.b
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, masing-masing sekitar 21,57 persen dan 15,29
eh
persen. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat perkotaan yang lebih baik dibanding
c
//a
masyarakat perdesaan.
s:
tp
Ibu yang sedang mengandung harus mulai memperhatikan asupan yang dimakannya
dan juga harus melakukan imunisasi, karena hal tersebut merupakan gizi dan imunisasi awal
seorang anak dimulai. Kemudian dilanjutkan setelah sang anak lahir dengan memberikan Air
Susu Ibu (ASI) sangat dianjurkan untuk diberikan ke pada bayi karena ASI merupakan
makanan pertama bayi yang memiliki peranan penting dalam proses tumbuh kembang anak.
ASI memiliki manfaat sangat besar untuk jangka panjang karena ASI adalah nutrisi
terbaik dan terlengkap, mengandung protein dan zat-zat gizi berkualitas tinggi serta
mengandung zat antibodi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
bayi, dan melindungi tubuh bayi dari alergi dan diare serta penyakit infeksi lainnya. Oleh sebab
itu pemerintah menganjurkan agar seorang ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi
sejak dilahirkan sampai 6 bulan ke depan, tanpa menambahkan atau mengganti makanan/
minuman lain. Selanjutnya setelah bayi berusia 6 bulan keatas dilanjutkan bersama dengan
makanan tambahan dan ASI tetap diberikan hingga usia 2 tahun.
Pada tahun 2022 rata-rata lamanya baduta disusui adalah selama 10,88 bulan. Di daerah
perdesaan seorang ibu sedikit lebih lama menyusui anaknya. Trend keadaan ini digambarkan
pada Tabel 2.3 yang memperlihatkan bahwa pada tahun 2022, di daerah perdesaan rata-
rata lamanya baduta disusui adalah selama 11,46 bulan dan di daerah perkotaan rata-rata
lamanya baduta disusui selama 10,47.
Tabel 2.3 Rata-rata Lama Baduta Disusui Menurut Tipe Daerah di Provinsi Aceh Tahun 2020-2022
Rata-rata Lama
Daerah Tempat Tinggal Disusui (bulan)
2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan 10,54 10,61 10,47
id
Perdesaan 11,14 11,02 11,46
Perkotaan+ Perdesaan
.
10,96 10,88 11,10
go
Sumber: BPS, Diolah Dari Hasil Susenas s.
p
Jika dilihat berdasarkan kabupaten/kota, rata-rata lama pemberian ASI berada di kisaran
.b
9 hingga 12 bulan. Rata-rata lama pemberian ASI tertinggi pada tahun 2022 terjadi di
eh
Kabupaten Aceh Singkil yang mencapai rata-rata 13,11 bulan pemberian ASI, berikutnya yaitu
c
Kabupaten Aceh Timur mencapai 12,47 bulan, sedangkan yang terendah terjadi di Kabupaten
//a
Nagan Raya dengan rata-rata lama pemberian ASI 8,40 bulan. Selengkapnya dapat dilihat
s:
Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya adalah dengan
meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga medis dan meningkatkan pelayanan
neonatal, karena dapat mempengaruhi keselamatan ibu dan bayinya. Penolong persalinan
yang ideal adalah tenaga medis karena mereka telah menerapkan proses persalinan yang
memenuhi standar kesehatan. Oleh sebab itu, pemerintah selalu berupaya untuk memperluas
akses, sarana pelayanan serta tenaga kesehatan dengan cara meningkatkan jumlah maupun
kualitasnya.
Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan
kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di
Indonesia.
Secara rinci pada Tabel 2.4 menunjukkan bahwa tahun 2022 perempuan umur 15-49
tahun yang pernah kawin menurut tempat melahirkan anak lahir hidup terakhir yaitu di RS/RS
bersalin memiliki persentase tertinggi dibandingkan lainnya, sebesar 37,53 persen. Kemudian
klinik/bidan/praktek dokter menjadi tempat melahirkan anak lahir hidup terakhir yang memiliki
persentase 31,07 persen, Puskemas/Polides/Pustu sebesar 22,72 persen dan rumah sebesar
7,84 persen.
Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, di daerah perkotaan terlihat bahwa
perempuan umur 15-49 tahun yang pernah kawin menurut tempat melahirkan anak lahir hidup
terakhir pada tahun 2022, RS/RS bersalin memiliki persentase yang lebih tinggi yaitu sebesar
49,29 persen, begitu pula di daerah perdesaan, RS/RS bersalin memiliki persentase yang
lebih tinggi yaitu sebesar 31,79 persen.
id
Tabel 2.4 Persentase Perempuan Umur 15-49 Tahun yang Pernah Kawin Menurut Tempat
.
Melahirkan Anak Lahir Hidup Terakhir di Provinsi Aceh Tahun 2020-2022
go
Penolong Perkotaan Perdesaan
s. Perkotaan+Perdesaan
Persalinan 2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022
p
.b
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
eh
RS/RS Bersalin 49,20 49,29 45,19 36,43 31,79 33,82 40,37 37,53 37,81
c
Klinik/Bidan/
//a
Puskesmas/
tp
Rumah 5,37 4,16 3,42 10,58 9,64 7,39 8,97 7,84 6,00
Lainnya 0,91 1,78 0,96 1,13 0,40 1,72 1,06 0,85 1,45
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa pada tahun 2022, jenis fasilitas kesehatan yang
sering dimanfaatkan oleh penduduk adalah RS/RS Bersalin yaitu sebesar 37,81 persen. Diikuti
praktek Klinik/Bidan/Praktek dokter sebesar 32,21 persen. Kemudian
Puskesmas/Polindes/Pustu sebesar 22,53 persen, sedangkan untuk rumah dan lainnya
masing-masing 6,00 persen dan 1,45 persen.
Akses penduduk dalam memanfaatkan tenaga kesehatan tidak hanya dilihat dari
indikator penolong persalinan tetapi juga dapat dilihat dari ketersediaan/kemudahan mencapai
fasilitas/ tempat dan tenaga kesehatan sebagai rujukan penduduk jika mengalami keluhan
sakit hingga harus pergi berobat. Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia,
maka peranan dan kedudukan Puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia. Pada Tabel 2.5 menyajikan persentase penduduk yang berobat jalan
Di Aceh, Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan yang dominan menjadi rujukan penduduk
untuk berobat jalan, yaitu mencapai 45,67 persen untuk tahun 2022.
Tabel 2.5 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat di Provinsi
Aceh, 2021-2022
id
Rumah Sakit 18,78 12,29 16,02 8,84 16,89 9,74
.
go
Praktek Dokter/Bidan 33,63 30,76 39,77
s. 40,76 37,83 38,14
Klinik/Praktek Dokter
16,57 15,12 11,54 11,23 13,13 12,25
p
Bersama
.b
Tradisional
Lainnya 1,33 2,91 1,45 1,62 1,41 1,96
s:
% penduduk yang
tp
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
ceh
//a
s:
tp
ht
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Oleh sebab itu maka
setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
minat dan bakat yang dimilikinya. Hak memperoleh pendidikan bagi setiap warga negara tidak
memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Hal tersebut
sudah tertuang dalam UUD 1945.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 28C, ayat 1 dinyatakan bahwa setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan
pendidikan, memperoleh manfaat dari IPTEK, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
hidup dan demi kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya dalam Pasal 31 ayat 2) dinyatakan
bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
. id
maka dalam usaha pemenuhannya harus direncanakan dan dijalankan dengan sebaik
go
mungkin. Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang layak dan bermutu
s.
merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan. Hal tersebut juga
p
menjadi investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk mendukung keberlangsungan
.b
pembangunan bangsa.
c eh
//a
tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang
ht
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka pemerintah pusat dan
daerah harus memfasilitasi hak pendidikan bagi tiap warganya. Melalui sekolah yang
terjangkau dari sisi pembiayaan, bermutu dari segi layanan dan berkualitas dari sisi
pembelajaran. Selain pembiayaan pendidikan yang harus ditanggung pemerintah, sarana dan
prasarana, kurikulum, dan sumber belajar dan daya dukung lainnya perlu diupayakan
pemerintah.
Mengacu pada pembahasan di atas, hal-hal yang menyangkut dunia pendidikan akan
dibahas dalam bab ini. Beberapa indikator yang akan disajikan di dalam publikasi ini,
id
diantaranya Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah
.
go
(APS), dan Angka Partisipasi Murni (APM). s.
p
Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah
.b
eh
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam
c
tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.
//a
HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai
s:
jenjang. HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu
tp
14,38
14,37
14,36
Susenas, HLS dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di pesantren dan siswa/mahasiswa
yang berasrama (jenjang SD, SMP, SMA, PT).
Gambarannya adalah sebagai berikut, jika kebijakan bidang pendidikan kondusif dan
mendorong penduduk untuk tetap bersekolah, maka angka putus sekolah akan turun. Jika
angka putus sekolah turun, berarti harapan lama sekolah naik. Walaupun mungkin kenaikan
itu tidak langsung terlihat pada waktu yang bersamaan. Artinya, dampak terhadap harapan
lama sekolah akan terlihat beberapa tahun kedepan. Hal ini sejalan dengan konsep
pembangunan manusia yang tidak terjadi secara instan dan tiba-tiba.
Pada tahun 2023, terjadi kenaikan Harapan Lama Sekolah (HLS) Aceh bila dibandingkan
dengan tahun 2021 dan 2023. HLS naik dari 14,36 tahun menjadi 14,38 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan
mereka hingga lulus SMA atau D1. Kenaikan HLS ini menunjukkan perbaikan kondisi
id
pendidikan di wilayah ini.
.
Untuk kabupaten/kota, pada tahun 2023 HLS tertinggi adalah di Kota Banda Aceh yang
go
mencapai 17,93 tahun atau setara dengan Strata 2. HLS terendah adalah di Aceh Timur yang
s.
hanya mencapai 13,07 tahun. Sedangkan dalam kurun waktu setahun, tiga kabupaten/kota
p
yang menunjukkan performa terbaik adalah Kota Sabang, Kabupaten Aceh Tamiang, dan
.b
Ukuran lain mengenai pendidikan adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Rata-rata lama
c
//a
sekolah merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat kualitas penduduk dalam
s:
hal mengenyam pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah itu sendiri mempunyai pengertian
tp
jumlah tahun belajar penduduk usia 25 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam
pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang). RLS dihitung untuk usia 25 tahun
ht
ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan sudah berakhir. Selain itu,
penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standar internasional yang
digunakan oleh UNDP.
9,55
9,44
9,37
Rata-rata Lama Sekolah di Aceh pada tahun 2023 tercatat 9,55 tahun. Ini berarti hingga
tahun 2023, secara rata-rata penduduk Aceh usia 25 tahun ke atas mengenyam pendidikan
hingga SMA kelas 1 semester 1. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat
9,44 tahun. Meski naik, dapat diketahui bahwa rata-rata penduduk Aceh yang berusia 25 tahun
ke atas putus sekolah di kelas 3 SMP.
Untuk kabupaten/kota, pada tahun 2023 RLS tertinggi adalah di Kota Banda Aceh yang
mencapai 13,04 tahun atau setara dengan kuliah semester 2. RLS terendah 8,32 tahun adalah
di Kota Subulussalam. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara rata-rata penduduk Kota
Subulussalam usia 25 tahun ke atas mengenyam pendidikan hingga kelas 2 SMP.
Tabel 3.1 Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) Aceh, 2020-2023
id
.
go
Indikator 2020 2021 2022 2023
s.
(1) (2) (3) (4) (5)
p
.b
(tahun)
c
(tahun)
s:
Tingkat Pendidikan
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari keahlian/ keterampilan serta ilmu
pengetahuan yang dimilikinya yang dapat digambarkan dari tingkat pendidikan yang
ditamatkannya. Seseorang yang menamatkan pendidikannya hingga jenjang pendidikannya
yang tinggi dapat mempunyai pengetahuan yang luas serta keterampilan/keahlian yang tinggi.
Tingkat pendidikan yang ditamatkan seseorang ditandai dengan sertifikat/ijazah. Dengan
Pada tahun 2023, penduduk usia 10 tahun ke atas yang menamatkan sekolah pada
jenjang pendidikan SMP ke atas meningkat dibanding tahun sebelumnya. Penduduk berumur
10 tahun ke atas yang menamatkan jenjang pendidikan SMP ke atas mencapai 62,34 persen.
Terjadi kenaikan persentase penduduk yang tamat SMP ke atas baik di perdesaan maupun
perkotaan. Bila diamati pada setiap jenjang pendidikan, hampir di setiap jenjang pendidikan
mengalami peningkatan persentase kecuali pada jenjang tidak/belum tamat SD, SD sederajat
dan profesi. Pada tahun 2022, yang tidak/belum tamat SD mencapai 14,74 persen, kemudian
di 2022 menjadi 14,63 persen. Sedangkan untuk jenjang tamat DIV/S1 di tahun 2022
id
mencapai 24,10 persen, turun menjadi 23,04 persen di tahun 2022. Sementara jenjang profesi
.
go
0,02 persen di tahun 2022 menjadi 0,01 persen di tahun 2022.
s.
p
.b
Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi
eh
yang Ditamatkan dan Daerah Tempat Tinggal di Provinsi Aceh, 2020 - 2022
c
Perkotaan+
//a
Perkotaan Perdesaan
Tingkat Perdesaan
Pendidikan
s:
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
ht
Tidak/ belum
15,75 15,62 13,39 16,76 14,26 15,27 16,43 14,72 14,63
tamat SD
SD Sederajat 15,94 17,69 17,11 26,41 27,37 26,12 22,96 24,10 23,04
SMP Sederajat 19,11 17,67 18,77 21,86 22,86 22,87 20,95 21,10 21,47
SMA Sederajat 32,13 31,16 33,65 26,42 27,09 26,67 28,30 28,47 29,05
Diploma I/II/III 3,90 3,85 3,62 2,01 1,74 1,85 2,64 2,45 2,46
Diploma IV/S1 12,16 13,09 12,52 6,38 6,55 7,10 8,29 8,76 8,95
Profesi 0,11 0,04 0,04 0,02 0,02 0,00 0,05 0.02 0,01
S2/S3 0,91 0,89 0,91 0,13 0,11 0,13 0,39 0,37 0,39
SMP + 68,31 66,69 69,50 56,83 58,37 58,92 60,61 61,18 62,34
mencolok terjadi pada jenjang pendidikan SD sederajat dan Diploma IV/S1. Pada tahun 2022,
sekitar 17,11 persen penduduk di perkotaan dan 26,12 persen penduduk di perdesaan yang
menamatkan pendidikan sekolah dasar. Sedangkan sekitar 12,52 persen di perkotaan mampu
menamatkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi Diploma IV/S1 jauh lebih tinggi dari
penduduk perdesaan yang hanya sebesar 7,10 persen. Secara keseluruhan, persentase
penduduk dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah (SD, belum tamat SD, dan tidak/belum
pernah sekolah) di perdesaan memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan di perkotaan.
Penduduk di perdesaan yang belum menamatkan pendidikan/tidak memiliki ijazah sekitar
15,27 persen, sedangkan di perkotaan hanya sekitar 13,39 persen.
. id
Tingkat Partisipasi Sekolah
go
p s.
.b
Tingkat partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur
eh
partipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan dari berbagai jenjang pendidikan dan
c
//a
kelompok umur. Tingkat partisipasi sekolah yang dapat diukur diantaranya yaitu Angka
Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APS adalah rasio anak yang
s:
sekolah pada kelompok umur tertentu terhadap jumlah penduduk pada kelompok umur yang
tp
sama. APS untuk menilai pencapaian SDGs yaitu melihat akses pendidikan pada penduduk
ht
usia sekolah. Semakin tinggi APS semakin besar jumlah penduduk yang mempunyai
kesempatan untuk mengenyam pendidikan, namun bukan berarti meningkatnya APS juga
meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. APM
merupakan proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat
pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya.
Pada tahun 2022 masih terdapat sekitar 0,56 persen penduduk usia 7-12 tahun yang
belum mengenyam pendidikan atau tidak bersekolah. Sedangkan pada kelompok usia 13-15
tahun masih cukup besar bila dibandingkan dengan kelompok umur 7-12 tahun yaitu sebesar
2,04 persen penduduk yang belum mengenyam pendidikan. Tabel 3.3 juga menunjukkan
bahwa APS penduduk laki-laki maupun perempuan pada kelompok umur 7-12 tahun tidak
menunjukkan perbedaan yang mencolok, sedangkan pada kelompok umur 13-15 tahun dan
16-18 tahun, APS perempuan lebih tinggi dibandingkan APS laki-laki. Secara keseluruhan,
partisipasi sekolah penduduk laki-laki menunjukkan peningkatan pada hampir semua
Pada level kabupaten/kota tahun 2022, APS kelompok penduduk usia 7-12 tahun
terendah di Kabupaten Nagan Raya sebesar 98,34 persen, usia 13-15 tahun di Kabupaten
Aceh Jaya sebesar 93,26 persen, usia 16-18 tahun di Aceh Timur sebesar sebesar 65,33
persen.
Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenis
Kelamin di Provinsi Aceh, 2020-2022
Laki-laki +
Indikator Laki-laki Perempuan
Perempuan
id
Pendidikan
2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022
.
go
(1) (2) (3) (4) (5) s.(6) (7) (8) (9) (10)
APS
p
-7-12 tahun 99,79 99,49 99,52 99,89 99,85 99,35 99,84 99,67 99,44
.b
-13-15 tahun 97,62 97,71 97,35 99,37 99,16 98,58 98,49 98,42 97,96
eh
-16-18 tahun 81,46 81,52 82,76 85,18 85,02 83,47 83,27 83,28 83,10
c
APM
//a
- SD/MI 99,03 98,71 99,07 99,04 99,20 99,06 99,03 98,95 99,07
s:
- SMP/MTs 86,79 86,92 88,68 86,94 86,98 87,73 86,87 86,95 88,21
tp
- SMA/SMK/MA 67,70 69,41 70,64 73,84 72,18 71,72 70,70 70,80 71,16
ht
Secara keseluruhan, peningkatan APM terjadi pada semua jenjang pendidikan pada
tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya partisipasi dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya menyekolahkan anak-anak mereka dengan tepat waktu. Secara
umum APM SD sebesar 99,07 persen meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
98,95 persen. APM SMP mengalami peningkatan dari 86,95 persen pada tahun 2021 menjadi
88,21 persen pada tahun 2022. APM tingkat SMA meningkat dari 70,80 persen naik menjadi
71,16 persen.
Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, APM SMP dan SMA untuk perempuan lebih tinggi
dibanding laki-laki. Namun pada tahun 2022, APM SMP untuk perempuan lebih rendah
dibanding laki-laki. Sedangkan APM pada tingkat pendidikan SD untuk laki-laki hanya sedikit
lebih tinggi dibanding perempuan. APM SD untuk laki-laki tercatat sebesar 99,07 persen pada
tahun 2022, sedangkan APM SD untuk perempuan sebesar 99,06 persen. Pada tingkat
pendidikan SMP, APM SMP perempuan tercatat sebesar 87,73 persen berbanding 88,68
persen untuk APM SMP laki-laki pada tahun 2022. Pada jenjang pendidikan SMA, APM
perempuan tercatat lebih tinggi, sebesar 71,72 persen dibanding APM laki-laki sebesar 70,64
persen.
Pada tingkat pendidikan SMA, APM perempuan lebih besar bila dibandingkan
dengan APM laki-laki.
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
ceh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
ceh
//a
s:
tp
ht
Salah satu masalah terbesar yang menjadi perhatian pemerintah adalah permasalahan
di bidang ketenagakerjaan. Masalah ketenagakerjaan merupakan masalah yang sangat
sensitif yang harus diselesaikan dengan berbagai pendekatan agar masalah tersebut tidak
meluas yang berdampak pada penurunan kesejahteraan dan keamanan masyarakat.
Tingginya tingkat pengangguran, rendahnya perluasan kesempatan kerja yang terbuka,
rendahnya kompetensi dan produktivitas tenaga kerja, serta masalah pekerja anak merupakan
sebagian kecil dari berbagai masalah yang dihadapi pemerintah.
Data dan informasi ketenagakerjaan sangat penting bagi penyusunan kebijakan, strategi
dan program ketenagakerjaan dalam rangka pembangunan nasional dan pemecahan
masalah ketenagakerjaan. Kebijakan, strategi dan program ketenagakerjaan yang baik dan
benar sangat ditentukan oleh kondisi ketersediaan data dan informasi ketenagakerjaan. Selain
id
itu, data dan informasi mengenai ketenagakerjaan juga dapat mencerminkan tingkat
.
go
pencapaian pembangunan yang telah dilaksanakan. s.
p
.b
Bab ini menjelaskan beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan
eh
kondisi ketenagakerjaan. Sumber data penghitungan indikator ini diperoleh dari Survei
c
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2022 dan 2022 kondisi Agustus. Indikator
//a
tersebut, antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran
s:
yang bekerja menurut status pekerjaan, serta persentase penduduk yang bekerja menurut
ht
lapangan usaha.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
TPAK pada kondisi bulan Agustus 2023 di daerah perkotaan mengalami peningkatan
sebesar 3,76 poin jika dibandingkan dengan kondisi yang sama tahun sebelumnya yaitu bulan
Agustus 2022, sedangkan di daerah perdesaan turun sebesar 0,01 poin. TPAK secara umum
juga mengalami peningkatan sebesar 1,27 poin, yaitu dari 63,50 persen pada Agustus 2022
menjadi 64,77 persen pada Agustus 2023. Peningkatan TPAK ini merupakan indikasi
meningkatnya kecenderungan penduduk ekonomi untuk aktif mencari atau melakukan
kegiatan ekonomi.
Tabel 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di
Provinsi Aceh, 2021-2023 (Agustus)
id
Daerah Tempat Angkatan Kerja Terbuka
Tinggal
.
go
2021 2022 2023
s. 2021 2022 2023
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
p
.b
Tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2023 di perkotaan terlihat lebih tinggi jika
dibandingkan di daerah perdesaan yaitu sebesar 9,18 persen berbanding 8,32 persen. Lebih
tingginya TPT di daerah perkotaan menunjukkan bahwa lapangan kerja yang tersedia di
perkotaan belum mampu menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Hal ini
terkait dengan jumlah lapangan kerja yang terbatas dan adanya kecenderungan penyerapan
tenaga kerja dengan keahlian khusus. Tingginya pengangguran di perkotaan juga disebabkan
urbanisasi yang terjadi sehingga banyak angkatan kerja yang tadinya berada di perdesaan
yang pindah ke wilayah perkotaan. Sementara sebagian besar tenaga kerja di perdesaan
terserap di kategoripertanian, dimana kategori ini memberikan kesempatan kerja yang lebih
luas karena tidak perlu mempunyai keahlian khusus.
Harapan setiap individu adalah mudah mendapatkan pekerjaan layak, sesuai dengan
keahlian yang dimiliki dan sesuai dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan berdampak pada makin tinggi harapan dan kesempatan
untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya. Namun karena
keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia bagi mereka yang yang mempunyai ijazah
tinggi menyebabkan mereka tidak terserap pada lapangan usaha tersebut. Tidak sedikit juga
dari mereka yang merupakan lulusan pendidikan tinggi enggan menerima pekerjaan yang
tidak sesuai dengan keahlian dan jenjang pendidikan yang telah ditamatkan, sehingga
sebagian dari mereka banyak yang menjadi pengangguran.
. id
<= SD SMP SMA SMK Diploma I/II/III Universitas
go
2022 2023
s.
Gambar 4.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Aceh Menurut Tingkat Pendidikan,
p
2022 dan 2023
.b
eh
Jika dilihat berdasarkan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan, TPT mengalami
c
penurunan pada hampir semua jenjang pendidikan SMK, Diploma I/II/III dan Universitas. TPT
//a
terbesar berada pada jenjang SMK, SMA, dan Universitas. Ini artinya bahwa lapangan usaha
s:
untuk mereka yang berpendidikan tertinggi yang ditamatkan SMK, SMA, dan Universitas
tp
masih cukup rendah. Sementara TPT yang paling rendah adalah mereka dengan pendidikan
ht
Tabel 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Aceh,
2018 - 2023 (Agustus)
Pendidikan Tertinggi
2018 2019 2020 2021 2022 2023
yang Ditamatkan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
<=SD 3,22 2,90 2,57 2,88 2,46 1,80
SMP 3,42 5,04 4,90 4,76 5,79 3,40
SMA 9,83 8,50 9,39 8,88 10,10 9,77
SMK 10,72 10,76 10,87 10,55 7,45 9,56
Diploma I/II/III 5,92 7,45 6,67 7,27 4,30 6,74
Universitas 9,30 7,04 8,42 6,53 4,91 6,76
Total 6,36 6,20 6,59 6,30 6,17 6,03
Sumber: BPS, Diolah Dari Hasil Sakernas
Lapangan Usaha
Distribusi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha pada publikasi ini dibagi
menjadi 3 kategori lapangan usaha yaitu pertanian (pertanian, kehutanan, perburuan, dan
perikanan), industri (pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air
serta bangunan/konstruksi), dan Jasa- jasa (perdagangan besar, eceran, rumah makan dan
hotel, angkutan, pergudangan, komunikasi, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan
jasa perusahaan, serta jasa kemasyarakatan).
id
Pertanian Industri Jasa-Jasa
.
go
2022 2023
Gambar 4.2 Persentase Penduduk Umur 15+ Tahun yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu
s.
Menurut Kelompok Lapangan Usaha di Provinsi Aceh, 2022 dan 2023
p
.b
Secara umum persentase penduduk yang bekerja pada kategori lapangan usaha
eh
pertanian pada Agustus 2023 mengalami penurunan sebesar 1,82 poin bila dibandingkan
c
dengan Agustus 2022 yaitu dari 40,50 persen menjadi 38,68 persen. Bila dilihat dari daerah
//a
tempat tinggal, di daerah perdesaan mengalami penurunan sebesar 1,54 poin, sedangkan di
s:
daerah perkotaan mengalami peningkatan 0,17 poin. Kategori pertanian di daerah perdesaan
tp
mampu menyerap tenaga kerja sebesar 50,24 persen sedangkan di daerah perkotaan hanya
ht
mampu menyerap hingga 17,48 persen. Hal ini terkait dengan luasnya areal pertanian yang
tersedia di perdesaan, sementara lahan di daerah perkotaan yang relatif lebih sempit sehingga
penduduk bekerja lebih banyak di luar kategori pertanian.
Tabel 4.3 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu
yang Lalu Menurut Kelompok Lapangan Usaha di Provinsi Aceh, 2022 dan 2023
(Agustus)
Kelompok Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
Usaha 2022 2023 2022 2023 2022 2023
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pertanian (A) 17,31 17,48 51,78 50,24 40,50 38,68
Industri (M) 17,42 18,57 14,19 14,41 15,24 15,88
Jasa-Jasa(S) 65,28 63,94 34,03 35,35 44,26 45,44
Catatan : Cakupan lapangan usaha Pertanian (A) adalah Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan.
Cakupan lapangan usaha Industri (M) adalah Pertambangan; Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air; serta Bangunan.
Cakupan lapangan usaha Jasa-Jasa (S) adalah Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel; Angkutan, Pergudangan,
Komunikasi; Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan; Jasa Kemasyarakatan.
Kondisi berbeda terjadi pada kategori jasa. Pada Agustus 2023 terjadi peningkatan
persentase tenaga kerja sebesar 1,18 poin atau meningkat dari 44,25 persen pada Agustus
2022 menjadi 45,44 persen pada Agustus 2023. Sedangkan jika dilihat dari daerah tempat
tinggal, penurunan terjadi di daerah perkotaan sebesar 1,32 poin, sementara di perdesaan
terjadi peningkatan sebesar 1,32 poin.
. id
go
Status Pekerjaan Utama
s.
Dilihat dari status pekerjaannya, penduduk yang bekerja pada umumnya berstatus
p
sebagai “buruh/karyawan/pegawai”, yaitu sebesar 35,92 persen dari total penduduk usia kerja
.b
yang bekerja. Kemudian yang berstatus “berusaha sendiri” mencapai 25,61 persen. Disusul
eh
persentase penduduk yang bekerja dengan status “berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja
c
mencapai 11,58. Untuk status pekerjaan lainnya, persentasenya sangat kecil yaitu berstatus
s:
“pekerja bebas di pertanian” sebesar 4,79 persen, yang berstatus “pekerja bebas di non
tp
pertanian” sebesar 4,67 persen dan terakhir yang berstatus “berusaha dibantu buruh
ht
Sepanjang tahun 2022-2023, dari 7 jenis status pekerjaan utama hanya terdapat 5
status pekerjaan utama penduduk yang bekerja yang mengalami kenaikan. Penduduk
berstatus ”berusaha sendiri” meningkat paling banyak yaitu sebanyak 626.676 jiwa.
Sedangkan status pekerjaan utama penduduk yang mengalami penurunan yaitu “pekerja
bebas di pertanian” sebanyak 117.333 dan “pekerja keluarga/tidak dibayar” sebanyak 283.389
jiwa.
Tabel 4.4 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
di Provinsi Aceh Tahun 2018 – 2023 (Agustus)
A. Berusaha Sendiri 456 686 478 936 509 827 542 497 604 272 626 676
B. Berusaha dibantu buruh tidak
344 499 328 089 339 338 297 320 318 339 323 177
tetap/Buruh Tidak Dibayar
C. Berusaha dibantu buruh
93 327 90 070 90 449 88 407 80 333 103 392
tetap
D. Buruh/Karyawan/
805 133 866 707 809 054 839 815 842 954 879 044
Pegawai
E. Pekerja Bebas di Pertanian 93 962 102 460 132 693 149 415 146 394 117 333
F. Pekerja Bebas di Non
id
109 135 90 706 137 726 128 928 102 538 114 334
Pertanian
.
G. Pekerja Keluarga/Tak
go
300 975 262 730 340 818 314 918 300 164 283 389
Dibayar
Total
p s.
2 203 717 2 219 698 2 359 905 2 361 300 2 394 994 2 447 345
berdasarkan status pekerjaan utama ini. Di antara tujuh status pekerjaan utama yang dapat
//a
”berusaha dengan dibantu buruh tetap, sedangkan lima status pekerjaan utama lainnya
tp
dikelompokan pada kategori kegiatan informal. Pada tahun 2023, penduduk bekerja pada
ht
kategori formal sebanyak 59.149 jiwa atau sebesar 2,42 sedangkan pada kategori informal
sebanyak 2.388.196 atau sebesar 97,58 persen.
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
ceh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah
tangga/keluarga. Selama ini berkembang pengertian bahwa besar kecilnya proporsi
pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat
memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi
pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga
tersebut berpenghasilan rendah. Semakin tinggi penghasilan rumah tangga, semakin kecil
proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Dengan
kata lain rumah tangga/ keluarga cenderung semakin sejahtera bila persentase pengeluaran
untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan persentase pengeluaran untuk nonmakanan.
id
Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan
.
go
makanan. Perubahan pendapatan seseorang akan berpengaruh pada pergeseran pola
pengeluaran. Semakin tinggi pendapatan, cenderung akan semakin tinggi pengeluaran untuk
p s.
bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap
.b
makanan pada umumnya rendah. Sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang bukan
eh
makanan pada umumnya tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok penduduk yang
c
tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan
//a
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bukan makanan atau ditabung. Dengan
s:
demikian, pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat
tp
56,56 56,64
43,44 43,36
2021 2022
Gambar 5.1 Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran di
Provinsi Aceh, 2021 - 2022
. id
go
Tabel 5.1 Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran di Provinsi
s.
Aceh, 2020-2022 (Maret)
p
.b
Pengeluaran Rata-Rata
per Kapita Sebulan
eh
Dilihat dari klasifikasi daerah, pada tahun 2022 prioritas terhadap konsumsi makanan
bagi penduduk perdesaan sama dengan penduduk perkotaan. Namun, konsumsi makanan
di perdesaan jauh lebih tinggi dibandingkan konsumsi nonmakanan. Sedangkan di perkotaan,
konsumsi makanan hanya lebih tinggi sedikit dari pada non makanan. Proporsi konsumsi
makanan penduduk perdesaan mencapai (Rp 633.566,-) terhadap total rata-rata
pengeluaran, sedangkan proporsi bagi penduduk perkotaan sebesar (Rp 736.173,-). Di sini
penduduk perdesaan memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam konsumsi makanan
dibanding penduduk perkotaan. Adapun untuk rata-rata pengeluaran per kapita sebulan
secara keseluruhan, pada tahun 2022 di daerah perdesaan sebesar Rp. 1,039,607,- dan di
perkotaan sebesar Rp. 1,452,582,-.
Tabel 5.2 Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran dan Daerah
Tempat Tinggal (Rupiah) di Provinsi Aceh, 2020-2022 (Maret)
Makanan +
Klasifikasi Makanan Bukan Makanan
Bukan Makanan
Daerah
2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022
id
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
.
Perkotaan 655 223 734 402 736 173 704 431 724 091 716 409 1 359 654 1 458 492 1 452 582
go
Perdesaan 566 948 597 940 633 566 378 674
s.
378 674
p
406 040 945 621 976 614 1 039 607
.b
Perkotaan+
Perdesaan 595 300 643 591 668 481 484 536 494 228 511 652 1 080 171 1 137 819 1 180 133
eh
Jika diperhatikan menurut golongan pengeluaran per kapita, pada beberapa golongan
s:
terjadi penurunan untuk pengeluaran per kapita kelompok makanan. Namun untuk kelompok
tp
non makanan terjadi kenaikan hampir pada semua golongan pengeluaran per kapita.
ht
Tabel 5.3 Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran dan Golongan
Pengeluaran per Kapita (Rupiah) di Provinsi Aceh, 2021 dan 2022 (Maret)
Tingkat kecukupan gizi yang mencakup konsumsi kalori dan protein merupakan salah
satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Jumlah
konsumsi kalori dan protein dihitung berdasarkan jumlah dari hasil kali antara kuantitas setiap
makanan yang dikonsumsi dengan besarnya kandungan kalori dan protein dalam setiap
makanan tersebut. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah suatu kecukupan
rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013 (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi XI tahun
2012), rata-rata kecukupan energi dan protein bagi penduduk Indonesia masing-masing
sebesar 2.150 kkal dan 57 gram protein.
id
.
go
p s.
.b
c eh
2.091,25
2.022,80
2.133,70
1.988,82
2.124,21
2.189,95
2.103,23
2.171,13
2.064,30
//a
s:
tp
Gambar 5.2 Konsumsi Kalori per Kapita per Hari Menurut Daerah Tempat Tinggal
di Provinsi Aceh, 2020-2022 (kkal)
Rata-rata konsumsi kalori penduduk pada tahun 2022 sebanyak 2.064,30 kkal atau turun
sebesar 106,83 kkal dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2.171,13 kkal, hal ini
berarti untuk tahun 2022 konsumsi kalori per hari penduduk belum memenuhi syarat
kecukupan gizi berdasarkan Widya Karya Pangan dan Gizi. Untuk memenuhinya masih
diperlukan penambahan sebanyak 85,70 kkal. Seperti halnya konsumsi kalori, rata-rata
konsumsi protein per kapita juga mengalami penurunan, yaitu dari 63,02 gram pada tahun
2021 menjadi 61,17 gram pada tahun 2022 protein yang dikonsumsi penduduk, yang berarti
sudah memenuhi ketentuan atau batas kecukupan gizi yang direkomendasikan oleh Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi.
Tabel 5.4 Konsumsi Kalori dan Protein per Kapita per Hari Menurut Daerah Tempat Tinggal di
Provinsi Aceh, 2019-2022
Perkotaan+
Tahun Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Kalori (kkal/kapita/hari)
2019 2 027,55 2 074,15 2 059,02
2020 2 022,80 2 124,21 2 091,25
2021 2 133,70 2 189,95 2 171,13
2022 1 988,82 2 103,23 2 064,30
id
Protein
.
(gram/kapita/hari)
2019 61,88
go
57,44 58,88
p s.
2020 62,11 60,27 60,87
.b
Apabila dibandingkan menurut daerah tempat tinggal, terlihat bahwa rata-rata konsumsi
ht
kalori penduduk di perdesaan selama kurun waktu 2019-2022 terus meningkat, namun turun
pada tahun 2021 yaitu 2.189,95 kkal dan kemudian turun menjadi 2.103,23 kkal pada tahun
2022. Namun, konsumsi kalori di daerah perkotaan selama kurun waktu 2019-2022 cenderung
berflukuatif. Yaitu 2.027,55 kkal pada tahun 2019 turun menjadi 2.022,80 pada tahun 2020,
kemudian naik menjadi 2.133,70 pada tahun 2021 dan turun kembali pada tahun 2022 menjadi
1.988,82 kkal.
Berbeda halnya dengan kalori, konsumsi protein penduduk di perkotaan dan perdesaan
secara bersamaan cenderung berfluktuasi selama periode 2019-2022. Pada tahun 2019,
konsumsi protein per kapita penduduk perkotaan sebesar 61,88 gram meningkat menjadi
62,11 gram pada tahun 2020. Kemudian kembali meningkat menjadi 65,21 gram pada tahun
2021. Pada tahun 2022 konsumsi protein penduduk yang tinggal di perkotaan sebesar 61,08
gram lebih menurun jika dibandingkan penduduk yang tinggal di perdesaan. Penduduk
perdesaan memiliki konsumsi protein per kapita pada tahun 2019 mencapai 57,44 gram,
meningkat konsumsinya menjadi 60,27 gram di tahun 2020, dan meningkat kembali pada
tahun 2022 sebesar 61,92 gram. Namun menurun di tahun 2022 menjadi sebesar 61,21 gram.
Baik penduduk perkotaan maupun perdesaan sudah berhasil memenuhi kecukupan protein
sehingga bagi penduduk Indonesia dan penduduk Aceh pada khususnya hal ini harus terus
diperhatikan karena kecukupan gizi yang terjaga akan menjamin kualitas pembangunan
manusia untuk ke depannya.
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer, kebutuhan yang paling mendasar yang
tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sekaligus merupakan faktor penentu indikator
kesejahteraan rakyat. Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga dapat menunjukkan status
sosial seseorang, yang berhubungan positif dengan kualitas/kondisi rumah. Selain itu rumah
juga merupakan sarana pengamanan dan pemberian ketentraman hidup bagi manusia dan
menyatu dengan lingkungannya. Kualitas lingkungan rumah tinggal mempengaruhi status
kesehatan penghuninya.
id
terencana, terpadu, dan berkelanjutan. Definisi perumahan itu sendiri merupakan kumpulan
.
rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yangdilengkapi
go
dengan prasarana, sarana, dan fasilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
s.
layak huni. Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga dapat menunjukkan status sosial
p
seseorang. Status sosial seseorang berhubungan positif dengan kualitas/kondisi rumah.
.b
Semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar peluang untuk memenuhi kebutuhan
eh
akan tempat tinggal dengan kualitas yang lebih baik. Berbagai fasilitas yang dapat
c
mencerminkan tingkat kesejahteraan antara lain dapat dilihat dari status kepemilikan tempat
//a
tinggal, luas lantai rumah, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar rumah tangga
s:
Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga dan sebagai tempat
untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan yang
buruk sangat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau
tetangga sekitarnya. Salah satu ukuran kesehatan perumahan diantaranya adalah luas lantai
rumah/tempat tinggal. Luas lantai rumah tempat tinggal selain digunakan sebagai indikator
untuk menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitkan dengan
sistem kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal (perumahan). Luas lantai erat
kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk tiap anggota
keluarga.
95,09 94,90
80,38 80,34
46,96 48,58
2021 2022
. id
go
Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Kualitas
Perumahan di Provinsi Aceh, 2021 dan 2022
ps.
.b
Kelengkapan fasilitas pokok suatu rumah tinggal akan menentukan tingkat kenyamanan
eh
dan kesehatan rumah tinggal tersebut yang juga menentukan kualitasnya. Fasilitas pokok
c
yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya
//a
sumber air minum yang bersih dan sehat, jamban yang dimiliki sendiri dan jenis kloset yang
s:
digunakan.
tp
ht
Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam
kehidupan sehari-hari. Pada tahun 2022, rumah tangga yang menggunakan air ledeng atau
air kemasan sebagai sumber air minumnya mengalami kenaikan yaitu 48,58 persen,
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 46,96 persen. Terdapat perbedaan yang cukup nyata
antara rumah tangga yang tinggal di daerah perkotaan dengan daerah perdesaan, dimana
pada tahun 2022 rumah tangga yang menggunakan air ledeng dan air kemasan sebagai
sumber air minumnya mencapai 73,32 persen untuk daerah perkotaan, sedangkan untuk
rumah tangga yang tinggal di daerah perdesaan hanya 35,82 persen.
Pada tahun 2022 secara keseluruhan di Provinsi Aceh, baru terdapat 48,58 persen
rumah tangga yang minum menggunakan air minum ledeng dan kemasan, di
mana di perkotaan sudah sebanyak 73,32 persen, sedangkan di perdesaan masih
sekitar 35,82 persen.
Fasilitas lain yang berkaitan dengan kesehatan adalah ketersediaan jamban sendiri.
Selama tahun 2020-2022 persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri meningkat
di daerah perkotaan dan di perdesaan. Pada tahun 2021 tercatat sekitar 80,38 persen rumah
tangga yang memiliki jamban sendiri, kemudian pada tahun 2022 turun sedikit menjadi
sebesar 80,34 persen. Di mana rumah tangga yang memiliki jamban sendiri sebagian besar
adalah rumah tangga di daerah perkotaan, yaitu sekitar 90,78 persen. Sedangkan di daerah
perdesaan sekitar 74,96 persen.
Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa pada tahun 2022 rumah tangga di Provinsi Aceh yang
tinggal di rumah lebih dari 10 m2 per kapita tercatat sebesar 79,98 persen, turun dari tahun
2022 yang sebesar 80,34 persen.
Tabel 6.1 Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan di Provinsi Aceh,
id
2020- 2022
.
go
Indikator Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan
Kualitas
s.
Perumahan 2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022
p
.b
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
eh
Luas Lantai Per 76,54 83,08 82,60 74,75 78,97 78,63 75,33 80,34 79,98
Kapita > 10 m2
c
//a
Air Minum
s:
Ledeng/ 77,56 71,32 73,32 35,30 34,86 35,82 49,00 46,96 48,59
tp
Kemasan
ht
Jamban Sendiri 90,54 89,58 90,78 69,71 75,81 74,96 76,46 80,38 80,34
Jenis Kloset 97,70 97,29 96,49 93,76 93,48 93,91 95,21 94,90 94,90
Leher Angsa
Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah jenis kloset yang digunakan, dimana jenis
kloset yang terbaik digunakan untuk kesehatan lingkungan adalah kloset leher angsa. Pada
tahun 2022, ada sekitar 94,90 persen rumah tangga yang menggunakan kloset leher angsa,
tidak meningkat atau menurun dibanding tahun 2021. Sama halnya dengan fasilitas
perumahan lainnya, rumah tangga yang memiliki kloset leher angsa juga sebagian besar
adalah rumah tangga yang tinggal di daerah perkotaan dari pada di daerah perdesaan, yaitu
masing-masing 96,49 persen dan 93,91 persen.
Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan dan juga
peningkatan taraf hidup masyarakat adalah status kepemilikan rumah tinggal. Kondisi ekonomi
rumah tangga sangat berpengaruh terhadap kepemilikan rumah tinggal. Status kepemilikan
rumah tinggal yang dicakup di sini adalah rumah milik sendiri, kontrak, sewa, bebas sewa,
rumah dinas, rumah milik orang tua/saudara atau status kepemilikan lainnya. Rumah tangga
yang menempati rumah milik sendiri dapat dikatakan telah mampu memenuhi kebutuhan akan
tempat tinggal yang terjamin dan permanen dalam jangka panjang.
Tabel 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah Tinggal di Provinsi
Aceh, 2020-2022
id
Perkotaan+
.
Perkotaan Perdesaan
go
Status Kepemilikan Perdesaan
Rumah Tinggal s.
2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022
p
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
.b
Milik Sendiri 68,75 70,70 72,23 86,81 85,38 82,19 80,96 80,51 78,80
c eh
Kontrak/Sewa 16,02 14,33 13,06 2,64 3,15 7,15 6,98 6,86 9,16
//a
Bebas Sewa 13,02 12,94 12,01 9,88 10,79 9,81 10,90 11,51 10,56
s:
Dinas dan Lainnya 2,21 2,03 2,70 0,67 0,68 0,85 1,16 1,12 1,48
tp
ht
Pada tahun 2022, rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri sebesar 78,80
persen, mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Ini berarti masih ada sebesar
21,20 persen rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri. Rumah tangga yang
menempati rumah kontrak/sewa sebesar 9,16 persen, rumah tangga yang menempati rumah
bebas sewa sebesar 10,56 persen, sementara rumah dinas dan lainnya sebesar 1,48 persen.
Jika ditinjau menurut tipe daerah, terlihat bahwa di daerah perdesaan persentase rumah
tangga yang menempati rumah milik sendiri lebih besar yaitu sekitar 82,19 persen
dibandingkan dengan daerah perkotaan yang sekitar 72,23 persen. Sedangkan persentase
rumah tangga yang sewa/kontrak di daerah perdesaan lebih kecil dari pada daerah perkotaan,
yaitu masing-masing 7,15 persen dan 13,06 persen. Hal ini berkaitan dengan daya tarik
perkotaan, yaitu penduduk yang pindah untuk bekerja dan sekolah di daerah perkotaan serta
harga rumah yang jauh lebih mahal dari pada daerah perdesaan sehingga mereka lebih
memilih menempati rumah sewa/kontrak karena belum mampu membeli atau membangun
rumah sendiri.
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
ceh
//a
s:
tp
ht
. id
go
Pentingnya pemberantasan kemiskinan ditunjukkan salah satunya dengan tujuan SDGs
yang pertama yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan. Kemiskinan menjadi
s.
permasalahan krusial karena mempengaruhi aspek-aspek kehidupan seperti kesehatan,
p
.b
pendidikan, makanan, dan perumahan. Saat ini pemerintah Indonesia terus berupaya untuk
eh
pencaharian. Mengentaskan kemiskinan membutuhkan bantuan dari semua pihak, baik dari
s:
pemerintah, maupun dari lembaga penelitian, sektor swasta, dan lembaga-lembaga swadaya
tp
masyarakat.
ht
Penduduk miskin di Aceh pada tahun 2018 sebesar 839,49 ribu jiwa atau 15,97 persen
dari jumlah seluruh penduduk Aceh. Pemerintah terus berupaya menekan angka kemiskinan,
dan sampai pada tahun 2023 jumlah penduduk miskin berkurang menjadi 806,75 ribu jiwa
atau 14,45 persen dari jumlah penduduk.
id
2022 193,32 613,49 806,82 10,31 16,87 14,64
.
go
2023 189,16 617,56 806,75 s. 9,79 16,92 14,45
Jika ditinjau berdasarkan daerah tempat tinggal, penduduk miskin lebih banyak tinggal di
c
daerah perdesaan dibanding daerah perkotaan. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
//a
Tahun 2018, jumlah penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan sebesar 667,40
ribu jiwa atau 18,49 persen dari total penduduk. Pemerintah terus berupaya menekan angka
kemiskinan hingga level perdesaan dan sampai tahun 2023 berkurang menjadi 617,56 ribu
jiwa (16,92 persen), meskipun angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang besar
kemungkinan berkaitan dengan efek pandemi Covid-19.
Sementara itu, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan selama periode 2018 – 2023
juga menunjukkan tren yang berfluktuasi. Tahun 2018 jumlah penduduk miskin di daerah
perkotaan sebesar 172,09 ribu jiwa atau 10,44 persen dari total penduduk. Pemerintah terus
berupaya menekan angka kemiskinan hingga level perkotaan. Pada tahun 2019 jumlahnya
menurun menjadi 168,11 ribu jiwa (9,68 persen). Namun penduduk miskin perkotaan kembali
naik pada tahun 2020 menjadi 173,90 ribu jiwa (18,03 persen) hingga tahun 2022 kembali
turun menjadi 189,16 ribu jiwa (9,79 persen).
id
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. P1 cenderung
.
go
meningkat dari periode September 2022 hingga Maret 2023, dimana nilai September 2022
sebesar 2,897 dan Maret 2023 turun menjadi 2,763. Nilai P1 yang semakin menurun
p s.
menunjukkan rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan semakin
.b
kecil. Dengan nilai P1 yang semakin rendah menunjukkan beban penduduk miskin untuk dapat
eh
terangkat dari kondisi kemiskinan menjadi berkurang Jika ditinjau berdasarkan daerah tempat
c
tinggal, P1 di daerah perdesaan lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. Hal ini mencerminkan
//a
masih banyak penduduk miskin di perdesaan yang rata-rata pengeluarannya lebih jauh dari
s:
606.394
565.762
579.227
646.232
605.900
617.293
657.772
612.007
627.534
Gambar 7.1 Garis Kemiskinan (ribu Rp./Kapita/Bulan) di Provinsi Aceh, Sept 2021-Maret
2023
Tabel 7.2 Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan, dan Indeks Keparahan
Kemiskinan di Provinsi Aceh, September 2021-Maret 2023
Indeks Kedalaman
2,847 2,863 2,952 2,489 2,897 2,763
Kemiskinan (P1)
id
Perkotaan 1,612 1,793 1,702 1,624 2,133 1,932
.
go
Perdesaan 3,459 3,401 3,589 2,935 3,296 3,204
Indeks Keparahan
s.
0,831 0,749 0,813 0,613 0,780 0,776
Kemiskinan (P2)
p
.b
penduduk miskin. P2 cenderung mengalami peningkatan dari September 2022 (0,780) hingga
ht
Maret 2023 (0,776). Hal ini menyiratkan bahwa ketimpangan pengeluaran penduduk miskin
menurun pada Maret 2023. Nilai P2 di daerah perdesaan lebih tinggi dibanding daerah
perkotaan. Hal ini menunjukkkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin yang
tinggal di daerah perdesaan lebih tinggi dibanding penduduk miskin yang tinggal di perkotaan.
. id
go
p s.
.b
ceh
//a
s:
tp
ht
Keadaan sosial ekonomi rumah tangga dapat juga digambarkan melalui kepemilikan
alat komunikasi dan informasi. Semakin banyak penduduk yang memiliki alat komunikasi dan
informasi menunjukkan semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut.
. id
go
Tabel 8.1 Persentase Penduduk 5 tahun keatas yang Memiliki Alat Komunikasi dan Informasi
di Provinsi Aceh Tahun 2022 s.
p
Jenis Alat yang Dimiliki/
.b
Tabel 8.1 memperlihatkan bahwa persentase penduduk 5 tahun keatas yang memiliki
alat komunikasi berupa handphone (HP) sebanyak 62,65 persen. Jika dilihat dari tipe daerah,
persentase penduduk yang memiliki Handphone (HP) lebih tinggi di daerah perkotaan yaitu
sebesar 70,22 persen dibanding di perdesaan yang hanya sebesar 58,77 persen. Pada tahun
yang sama yaitu tahun 2022, penduduk 5 tahun keatas yang mengakses internet sebesar
52,99 persen. Jika ditinjau menurut tipe daerah, terlihat bahwa di daerah perkotaan lebih tinggi
daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 62,74 persen dan 47,98 persen.
Tabel 8.2.a Persentase Rumah Tangga Perkotaan yang Memiliki Alat Komunikasi dan Informasi
di Provinsi Aceh Tahun 2018-2022
Komputer/
36,68 30,49 31,12 29,75 24,01
laptop
id
Tabel 8.2.b Persentase Rumah Tangga Perdesaan yang Memiliki Alat Komunikasi dan Informasi
.
di Provinsi Aceh Tahun 2018-2022
go
Desa
Jenis Alat Yang
s.
Dimiliki/Dikuasai
p
2018 2019 2020 2021 2022
.b
Komputer/
s:
Tabel 8.2.c Persentase Rumah Tangga Perkotaan Dan Perdesaan yang Memiliki Alat Komunikasi
dan Informasi di Provinsi Aceh Tahun 2018-2022
Telepon Rumah
0,47 0,54 0,21 0.36 0,35
(PSTN)
Pada tahun 2022 persentase rumah tangga yang memiliki komputer/notebook sekitar
13,70 persen, lebih rendah dibanding tahun 2022 yang sebesar 15,62 persen. Persentase
rumah tangga yang memiliki komputer/notebook yang tinggal di daerah perkotaan jauh lebih
tinggi daripada daerah perdesaan, masing-masing yaitu sebesar 24,01 persen dan 8,38
persen.
id
Pembelian Beras Raskin/Rastra
.
go
Selain kepemilikan alat komunikasi dan informasi, aspek kesejahteraan lain yang
s.
dapat dilihat adalah keadaan sosial ekonomi rumah tangga. Dalam hal ini hanya dibatasi pada
p
banyaknya rumah tangga yang menerima kartu perlindungan sosial (KPS/KKS), penerima
.b
70,68
s:
tp
59,45
54,02
ht
43,52
34,75
29,45
28,73 26,56
23,76 24,65 22,66
21,74
Gambar 8.1 Persentase Rumah Tangga Penerima Program Bantuan Pangan di Provinsi
Aceh Tahun 2018-2022
Tabel 8.3 memperlihatkan bahwa, rumah tangga yang menerima bantuan PKH pada
periode 2021-2022 meningkat, yaitu dari 19,57 persen menjadi 20,26 persen. Jika
dibandingkan antara perkotaan dan perdesaan. Perdesaan selalu memiliki persentase
penerima yang lebih besar dibanding penerima di perkotaan. Penerima PKH di perdesaan
sebanyak 23,57 persen, sedangkan di perkotaan hanya 13,86 persen.
Tabel 8.3 juga memperlihatkan rumah tangga penerima program bantuan pangan.
Bantuan Pangan dari pemerintah Indonesia meliputi BPNT dan Program Sembako yang
merupakan transformasi dari bantuan sosial pangan Beras Sejahtera (raskin/rastra). Pada
tahun 2022 jumlah penerima program ini mencapai 22,66 persen, menurun dibandingkan
tahun 2021 yang mencapai 24,65 persen (khusus penerima bantuan pangan raskin/rastra).
Penerima bantuan di perdesaan juga masih lebih besar dibanding penerima bantuan di
id
perkotaan, di mana di perdesaan penerima bantuan mencapai 26,56 persen, sedangkan
.
go
penerima di perkotaan hanya 15,12 persen. ps.
Tabel 8.3.a Persentase Rumah Tangga Perkotaan Penerima Bantuan Sosial di Provinsi Aceh,
.b
2018 - 2022
eh
Kota
Indikator
c
Tabel 8.3.b Persentase Rumah Tangga Perdesaan Penerima Bantuan Sosial di Provinsi Aceh,
2018-2022
Desa
Indikator
2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Program Keluarga Harapan (PKH) 21,26 28,36 27,45 23,27 23,57
Program Bantuan Pangan 70,68*) 54,02*) 28,73 29,45 26,56
Program Indonesia Pintas (PIP) 21,94 20,01 17,83 16,39 14,50
*) Persentase penerima raskin/rastra
Sumber: BPS, diolah dari hasil Susenas
Adapun untuk penerima program bantuan Program Indonesia Pintar (PIP), jumlahnya
fluktiatif selama amatan tahun 2018 hingga 2022. Pada tahun 2022 jumlahnya mencapai 14,00
persen, menurun dari jumlah penerima di tahun 2021 yang mencapai 14,41 persen. Begitu
pula jika amatan dipilah berdasarkan tipe wilayahnya. Jumlah penerima di perkotaan pada
tahun 2022 sebanyak 12,99 persen, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebanyak 10,43
persen. Sedangkan di perdesaan pada tahun 2022 mencapai 14,50 persen, menurun dari
tahun 2021 yang mencapai 16,39 persen. Program Indonesia Pintar (PIP) ini merupakan
bantuan berupa uang tunai, perluasan akses, dan kesempatan belajar dari pemerintah yang
diberikan kepada peserta didik dan mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin atau rentan
miskin untuk membiayai pendidikan.
.id
go
Tabel 8.3.c Persentase Rumah Tangga Penerima Bantuan Sosial di Provinsi Aceh, 2018 - 2022
s. Kota + Desa
Indikator
p
2018 2019 2020 2021 2022
.b
DAFTAR PUSTAKA
2023 Proyeksi Penduduk Provinsi Aceh 2020-2035 Hasil Sensus Penduduk 2020;
Badan Pusat Statistik-Republik Indonesia
. id
2023 Aceh Dalam Angka 2022;
go
Badan Pusat Statistik-Provinsi Aceh s.
2023 Statistik Pengeluaran Rumah Tangga Provinsi Aceh 2022;
p
.b
. id
go
p s.
.b
eh
c
//a
s:
tp
ht
Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk (jiwa) Penduduk
Kabupaten/Kota per Tahun (%)
id
Aceh Tenggara 179,01 230,89 1,58
.
Aceh Timur 360,47 438,13 1,29
go
Aceh Tengah 175,52 s.223,83 1,33
Aceh Barat 173,55 204,77 1,05
p
.b
id
Aceh Timur 220 158 217 968 438 126 101
.
go
Aceh Tengah 113 388 110 445 223 833 103
Aceh Barat 103 441 101 327
p s. 204 768 102
Aceh Besar 212 905 209 468 422 373 102
.b
id
Aceh Timur 9,56 60 81 8,03 7,99
.
go
Aceh Tengah 7,96 41 50 3,90 4,08
Aceh Barat 4,96 59
ps. 73 3,86 3,73
Aceh Besar 5,07 118 147 7,82 7,70
.b
id
Aceh Tengah 2,95 23,49 56,36 17,19 100 00
.
go
Aceh Barat 7,78 17,52 49,96 24,74 100 00
Aceh Besar 4,24 17,80 52,50 25,46 100 00
p s.
Pidie 3,87 22,18 51,16 22,78 100 00
.b
id
Aceh Tengah 72,61 72,62 72,81
.
go
Aceh Barat 71,56 s. 71,57 71,76
Aceh Besar 72,78 72,79 72,97
p
Pidie
.b
id
Aceh Selatan - 10,38 11,63 10,59 10,61
.
go
Aceh Tenggara - 10,60 10,33 9,42 10,35
Aceh Timur - 10,07 10,80 10,28 12,47
p s.
Aceh Tengah - 12,36 12,07 11,09 10,63
.b
id
Aceh Timur 13,03 13,04 13,06 13,07 0,08
.
go
Aceh Tengah 14,27 14,28 s. 14,61 14,85 1,64
Aceh Barat 14,60 14,61 14,63 14,64 0,07
p
.b
id
Aceh Timur 9,66 9,67 9,92 10,09 1,80
.
go
Aceh Tengah 8,15 8,21 8,32 s. 8,47 0,20
Aceh Barat 9,85 9,86 9,87 9,89 1,11
p
Aceh Besar
.b
Laki-laki
Angka Partisipasi Sekolah (APS) (%)
Kabupaten/Kota 7-12 13-15 16-18
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Simeulue 99,43 99,75 95,77 100,00 82,79 84,59
Aceh Singkil 99,94 99,92 95,59 95,37 81,59 81,20
Aceh Selatan 98,85 99,83 96,68 100,00 85,46 80,32
Aceh Tenggara 100,00 100,00 98,38 98,38 84,83 78,79
id
Aceh Timur 99,52 98,91 97,73 92,74 72,78 65,46
.
go
Aceh Tengah 100,00 99,19 s. 98,69 97,01 85,61 80,26
Aceh Barat 100,00 99,61 98,82 100,00 74,08 84,04
p
.b
Perempuan
Angka Partisipasi Sekolah (APS) (%)
Kabupaten/Kota 7-12 13-15 16-18
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Simeulue 99,44 100,00 100,00 95,33 95,82 94,07
Aceh Singkil 100,00 100,00 100,00 98,80 86,87 86,06
Aceh Selatan 100,00 100,00 100,00 96,85 81,70 78,36
id
Aceh Tenggara 99,22 99,97 98,63 100,00 82,68 72,17
.
go
Aceh Timur 100,00 98,09 97,89 100,00 74,94 65,19
Aceh Tengah 99,13 100,00 95,84
p s. 98,43 90,50 88,20
Aceh Barat 99,02 100,00 97,73 98,84 85,19 76,87
.b
Bireuen
//a
Laki-laki+Perempuan
Angka Partisipasi Sekolah (APS) (%)
Kabupaten/Kota 7-12 13-15 16-18
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Simeulue 99,44 99,87 97,84 97,94 88,29 89,20
Aceh Singkil 99,97 99,96 97,51 96,77 84,17 83,62
Aceh Selatan 99,41 99,92 98,36 98,50 83,68 79,43
id
Aceh Tenggara 99,66 99,99 98,53 99,32 83,71 75,36
.
Aceh Timur 99,75 98,50 97,80 96,76 73,83 65,33
Aceh Tengah 99,59 99,57
go
97,24 97,70 88,25 84,40
s.
Aceh Barat 99,56 99,79 98,26 99,46 79,29 80,39
p
.b
Laki-laki
Angka Partisipasi Murni (APM) (%)
Kabupaten/Kota SD/MI SMP/MTs SMA/MA
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Simeulue 98,93 99,75 86,51 96,71 70,91 78,68
Aceh Singkil 99,94 98,74 85,16 84,43 64,71 67,35
Aceh Selatan 98,85 99,83 89,88 91,93 85,46 74,24
id
Aceh Tenggara 100,00 100,00 87,94 96,99 69,66 70,46
.
go
Aceh Timur 98,69 97,48 86,70 85,11 57,30 59,88
Aceh Tengah 99,50 99,19 98,05
p s. 88,96 75,46 68,72
Aceh Barat 100,00 99,09 86,31 87,61 67,60 70,51
.b
Bireuen
//a
Perempuan
Angka Partisipasi Murni (APM) (%)
Kabupaten/Kota SD/MI SMP/MTs SMA/MA
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Simeulue 99,44 100,00 92,76 92,66 93,67 85,38
Aceh Singkil 99,47 100,00 87,45 92,90 70,86 69,63
Aceh Selatan 100,00 100,00 83,96 90,75 64,02 75,98
. id
Aceh Tenggara 98,55 99,97 91,58 97,68 68,92 66,57
go
Aceh Timur 98,98 97,55 s. 84,73 89,29 61,95 58,26
Aceh Tengah 98,21 99,32 91,36 82,65 71,80 79,19
p
.b
Laki-laki+Perempuan
Angka Partisipasi Murni (APM) (%)
Kabupaten/Kota SD/MI SMP/MTs SMA/MA
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Simeulue 99,19 99,87 89,57 94,92 80,51 81,94
Aceh Singkil 99,70 99,36 86,16 87,88 67,72 68,49
Aceh Selatan 99,41 99,92 86,88 91,37 75,28 75,04
id
Aceh Tenggara 99,36 99,99 90,03 97,40 69,27 68,44
.
go
Aceh Timur 98,83 97,51 85,79 87,43 59,55 59,13
Aceh Tengah 98,89 99,25 94,64
p s. 85,92 73,48 74,18
Aceh Barat 99,56 99,52 88,17 87,40 71,89 71,15
.b
Bireuen
//a
IV Indikator Ketenagakerjaan
id
Aceh Timur 59,48 58,45 7,13 8,07
.
go
Aceh Tengah 76,30 76,37 2,61 4,44
Aceh Barat 60,05
p s.
57,80 7,09 6,09
Aceh Besar 61,67 65,31 7,70 8,28
.b
Rumah Tangga dengan Luas Lantai per Kapita < 10m2 (%)
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Simeulue 28,56 28,90 31,40 22,86 21,68
Aceh Singkil 38,48 37,17 29,94 22,26 24,20
Aceh Selatan 23,32 21,66 18,57 15,23 18,38
id
Aceh Tenggara 36,25 26,99 31,89 22,71 20,93
.
Aceh Timur 40,51 45,65 39,11 28,25 30,73
Aceh Tengah 23,91 19,55
go
15,00 14,12 11,59
s.
Aceh Barat 19,33 13,55 16,48 11,37 9,61
p
.b
id
Aceh Timur 37,94 40,17 36,59 45,43 36,41
.
go
Aceh Tengah 29,03 29,24 s. 29,79 29,68 29,34
Aceh Barat 45,68 44,22 44,89 48,89 47,21
p
Aceh Besar 74,37 71,68 73,25 72,10 71,85
.b
eh
id
Aceh Tenggara 56,65 61,84 66,25 68,65 70,32
.
Aceh Timur 71,79 69,01 76,35 79,69 78,03
Aceh Tengah 76,08 85,05
go
86,69 90,76 92,90
s.
Aceh Barat 79,17 80,46 85,66 91,71 88,78
p
.b
id
Aceh Timur 81,50 86,85 88,33 82,50 83,53
.
go
Aceh Tengah 90,68 93,25 s. 95,66 97,30 97,84
Aceh Barat 95,95 96,55 99,30 96,91 98,85
p
.b
id
Aceh Tenggara 28.42 27.96 12.83 12.45 430.825 471.301
.
go
Aceh Timur 62.16 60.63 13.91 13.39 491.550 530.934
Aceh Tengah 31.50 31.68 14.50
s.
14.38
p
533.810 584.863
Aceh Barat 38.46 38.84 17.93 17.86 558.638 616.091
.b
Bireuen
//a
.id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
eh
c
//a
s:
tp
ht
SUMBER DATA
Sensus Penduduk
Sensus Penduduk (SP) diselenggarakan tiap 10 tahun untuk mengumpulkan data
dasar penduduk dan rumah tangga di seluruh wilayah geografis Indonesia. Sejak era
kemerdekaan Indonesia telah menyelenggarakan 7 kali sensus penduduk yaitu pada tahun
1961 1971 1980 1990 2000 2010 dan 2020.
Sensus Penduduk (SP) menggunakan dua tahap pencacahan; yaitu pencacahan
lengkap dan pencacahan secara sampel. Pencacahan lengkap meliputi semua orang yang
berada di wilayah geografis Indonesia baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara
Asing (kecuali anggota Korps Diplomatik beserta keluarganya) awak kapal berbendera
id
Indonesia dalam perairan Indonesia maupun para tuna wisma (gelandangan) yang tidak
.
go
mempunyai tempat tinggal tetap. Pencacahan sampel mencakup semua penduduk yang
bertempat tinggal di blok-blok sensus/wilayah pencacahan yang terpilih secara acak dan
p s.
mencakup sekitar 5 persen rumah tangga..
.b
eh
Kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dimulai pada tahun 1963.
s:
Sampai dengan tahun 2010 telah diadakan 40 kali survei. Susenas mengumpulkan data
tp
budaya konsumsi dan pendapatan rumah tangga dan perjalanan. Karakteristik sosial
ekonomi penduduk yang umum dikumpulkan melalui pertanyaan kor (pokok) setiap tahun.
Karakteristik sosial ekonomi penduduk yang lebih spesifik dikumpulkan melalui pertanyaan
modul setiap tiga tahun. Pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan secara berkala dalam
pertanyaan modul adalah:
a) Konsumsi/Pengeluran
b) Kesehatan Perumahan dan Pemukiman
c) Sosial Budaya dan Pendidikan.
Sampai tahun 1991 ukuran sampel Susenas beragam dari 25 ribu sampai 100 ribu
rumah tangga. Pada tahun 1992 sistem pengumpulan data Susenas diperbaharui yaitu
informasi yang digunakan untuk menyusun Inkesra yang terdapat dalam modul (keterangan
yang dikumpulkan tiga tahun sekali) ditarik ke dalam kor (kelompok keterangan yang
dikumpulkan tiap tahun). Pada tahun 1993 ukuran sampelnya menjadi sekitar 205 ribu rumah
tangga.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk jumlah sampel rumah tangga juga
meningkat. Pada tahun 2010 jumlah sampel rumah tangga mencapai lebih dari 300 ribu
rumah tangga tepatnya sekitar 304.368 rumah tangga. Peningkatan jumlah sampel tersebut
akan memungkinkan dilakukan penyajian data sampai tingkat kabupaten/kota. Dengan
adanya peningkatan jumlah sampel tersebut BPS melibatkan mitra statistik selain mantra
statistik dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan.
Mulai tahun 2011 Susenas dilaksanakan secara Triwulan yaitu Triwulan I
dilaksanakan bulan Maret Triwulan II dilaksanakan bulan Juni Triwulan III dilaksanakan
bulan September dan Triwulan IV dilaksanakan bulan Desember. Setiap Triwulan
didistribusikan sampel sebanyak 75.000 rumah tangga. Sedangkan pada tahun 2015
Susenas dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu bulan Maret dan September.
Pada bulan Maret pengumpulan data Susenas mencakup 300.000 rumah tangga
id
sampel yang tersebar di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia yang dicacah
.
menggunakan kuesioner Kor dan Konsumsi Pengeluaran. Sementara itu pengumpulan data
go
Susenas pada bulan September mencakup 75.000 rumah tangga sampel yang dicacah
s.
menggunakan kuesioner Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (MSBP) dan
p
.b
Oleh sebab ada tiga modul Susenas yang menanyakan pertanyaan lebih spesifik di
c
bulan September pelaksanaannya berganti ganti pada setiap tahunnya yaitu; Susenas Modul
//a
Pendidikan dan Sosial Budaya (MSBP) Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) dan Modul
s:
Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga (modul KOR dan konsumsi (KP)) dilakukan dua kali
ht
. id
go
p s.
.b
c eh
//a
s:
tp
ht
. id
go
p s.
.b
eh
c
//a
s:
tp
ht
MENCERDASKAN BANGSA
//a
s:
tp
ht