Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

SUNNAH DAN BID’AH

UNTUK MEMENUHI TUGAS FIQIH


JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun oleh :
RISKI AULIA MEDIANA GANI S.
NIM : 22.23.00026

Dosen Pengampu :
Andi Nadir Mudar, SH.I,.MH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


STAI AL MUNAWWARAH TOLITOLI
TAHUN AJARAN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .


Sunnah dan bid’ah adalah dua soal yang saling ber hadap - hadapan dalam
memahami ucapan- ucapan Rasula llah saw. sebagai S ho hibusy -S yara’ ( yang
berwenang menet apkan hukum syar i’at ). Sunnah dan bid’ah masing - masing t idak
dapat dit ent ukan bat as- bat as pengert iannya, kecuali jika yang sat u sudah
dit ent ukan bat as pengert iannya lebih dulu. Tidak sedikit orang yang menet apkan
bat as pengert ian bid’ah t anp a menet apkan lebih dulu bat as pengert ian sunnah.
Karena it u mereka t erperosok kedalam pemikiran semp it dan t idak dapat keluar
meningga lkannya, dan akhir nya mereka t erbent ur pada dalil - dalil yang
ber lawanan dengan pengert ian mer eka sendir i t ent ang bid’ah. S eandainya
mer eka menet apkan bat as pengert ian sunnah lebih dulu t ent u mereka akan
mempero leh kesimpulan yang t idak ber la inan. Umpamanya dala m hadit s ber ikut
ini t ampak jelas bahwa Rasu lallah saw. menekankan soal sunnah lebih dulu,
baru kemudian me mper ingat k an soal bid’ah.
Penyusunan makalah ini penelit i maksudkan sebagai bahan kajian dan
diskusi kami mengenai sunnah dan bid’ah. Tidak dapat disangkal lagi bila
feno mena yang ada menunjukkan t ak sedikit dar i kaum muslimin yang beg it u
hobi me lakukan prakt ek bid’ah dan khurafat , yang lebih mengenaskan bid’ah
dan khurafat it u dikemas sedemikian rupa agar t ampak seo lah -o lah suat u ibadah
yang dis yar iat kan, lebih t ampil menar ik dan mampu memikat perhat ian banyak
orang. Sement ara apa yang ada di dala m Kit abullah ber isikan per int ah unt uk
it t iba’ ( mengikut i t unt unan Rosulu llah). Bidah merupakan pelanggar an yang
sangat besar dar i sis i me lampaui bat asan - bat asan hukum Allah dala m me mbuat
syar iat , karena sangat lah jelas bahwa hal ini menyalahi dalam meyakini
kese mpur naan syar iat .Menuduh Rasulullah Muhammad S AW . menghianat i
r isalah, menuduh bahwa syar iat Islam masih kurang dan membut uhkan t ambahan
sert a belu m sempur na.
Dengan penyusunan makalah ini kami har apkan akan dapat menambah
wawasan bagi kami dan segenap pembaca pada umumnya agar dapat menjadi
ilmu yang berguna nant inya.

B Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengert ian sunnah beser t a penggo lo ngannya.
2. Menjelaskan pengert ian bid’ah beserta penggo lo ngannya.
3. Memaparkan cont oh amalan sunnah dan bid’ah dala m kehidupan
masyar akat .
4. Menyebut kan bahaya bid’ah.
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENG ERTIAN SUNNAH DAN PENGG OLONGANNYA


a. Pengert ian Sunnah
Secara etimologis ( bahasa) kat a sunah adalah jamak dar i kat a sunnah.
Sunnah sesuat u berart i jalan sesuat u, sunnah Rasulallah saw berart i jalan
Rasulallah saw yait u jalan yang dit e mpuh dan dit unjukkan o leh
beliau.Sunnatullah dapat diart ikan Jalan hikmah -Nya dan jalan ment aat i- Nya.
Cont oh fir man Allah swt . dalam surat Al - Fat ah ayat 23 yang ber bunyi
“Sunnat ullah yang t elah ber laku sejak dahulu. Kalian t idak akan menemukan
perubahan pada Sunnat ullah it u”. Art inya, bahwa cabang -cabang hukum syar i’at
seka lipun ber la inan bent uknya, t et api t ujuan dan maksudnya t idak ber beda dan
t idak berubah, ya it u member sihkan jiwa manusia da n mengant arkan kepada
ker idhoan Allah swt .
Adapun sunnah secara terminologi s ( ist ilah) yang dis impulkan o leh par a
ulama ialah segala sesuat u yang bersu mber dar i Nabi Muhamad saw baik berupa
ucapan ( hadit s), aksi (per buat an) maupun det er minasi at au pengakuannya.
b. Penggo longan Sunnah
Sunnah digo lo ngkan menjadi t iga macam, ya it u:
1. Sunnah Qawliyah
Yait u sunnah Nabi yang hanya berupa ucapannya saja baik dala m bent uk
pernyat aan, anjuran, per int ah cegahan maupun larangan. Yang dimaks ud dengan
pernyat an Nabi di sini adalah sabda Nabi dalam merespon keadaan yang ber laku
pada masa lalu, masa kininya dan masa depannya, kadang -kadang dala m bent uk
dialog dengan para sahabat at au jawaban yang diajukan o leh sahabat at au
bent uk-bent uk ain sepert i Khut bah. Cont ohnya : Rasulullah saw bersabda : “
segal a amal itu mengi kuti niat....”. (H.R. Al Bukhor i dan Muslim)
2. Sunnah Fi’liyah
Yait u sunnah Nabi yang berupa per buat an Nabi yang diber it akan o leh
para sahabat mengenai soal- soal ibadah dan lain - la in sepert i melaksanakan
shalat manasik haji dan lain - lain. Cont ohnya: Rasulullah saw bersabda : “
Bershalatlah kamu sebagai mana kamu mel iha taku shalat”. (HR. Bukhar i dan
Muslim)
Ulama ushul fiqh menet apkan bahwa peker jaan yang masuk urusan t abi’at
sepert i duduk, berdir i, makan, minum dan sebagainya, apabila Nabi
menger jakannya maka menunjuk kepada kebo lehan peker jaan it u unt uk Nabi dan
unt uk umat nya. [1]
3. Sunnah Taqri riyah
Yait u sunnah Nabi yang berupa penet apan Nabi t er hadap per buat an para
sahabat yang diket ahui Nabi t idak menego rny a at au melar angnya bahkan Nabi
cenderung mendia mkannya. Sunnah t aqr ir iyah adalah sunnah - sunnah Rasulullah
saw yang berupa t aqr ir (ket et apan) yait u membenarkan (t idak mengingkar i)
sesuat u yang diper buat oleh sahabat di hadapan Nabi saw at au diber it akan
kepada Beliau, la lu Beliau t idak menyanggah at au t idak menya lahkan sert a
menunjukkan bahwa beliau menyet ujuinya . Contohnya sabda Nabi saw: “
Janganlah seseorang dari kamu bershalat, melainkan di bani Qurai dhah”.
Sebagian sahabat memaknai hadit s ini dar i z hahir nya. Karena it u, mereka
t idak menger jakan shalat ashar sebelum sampai d i Bani Qur aidhah. Sebagian
yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud Nabi ialah bersegera pergi ke sana,
karena it u mereka menger jakan shalat ashar pada wakt unya, sebelum sampai di
Bani Quraidhah. Ber it a mengenai dua perbuat an sahabat ini sampai kepada Nabi.
Beliau berdiam dir i t idak berkat a apa -apa.

2. PENGERTIAN BID’AH DAN PENGGO LONGANNYA


1. Pengert ian Bid’ah
Bid’ah menurut bahasa, diambil dar i bida’ yait u mengadakan sesuat u
t anpa ada cont oh. Bid’ah menurut ist ilah ( syar ’i/t er mino logi) adalah sesuat u
yang diada-adakan menyerupai syar iat t anpa ada t unt unannya dar i Rasulullah
yang diama lkan seakan-akan bagian dar i ibadah.
Syekh Aly Mahfudh t elah mend efinis ikan bid’ah secara r inci dalam
kit abnya Al ibda’ fi Madhari l Ibtida’ . Menurut bahasa bid’ah adalah segala
sesuat u yang dicipt akan dengan t idak diket ahui cont oh -cont ohnya. Sedangkan
menurut ist ilah yait u suat u ibar at (gerak dan t ingkah laku lahir bat in ) yang
berkisar pada masalah- masalah agama (s yar i’at Islamiyah), dilakukan
menyerupai syar i’at dengan cara ber lebihan dala m pengabdian kepada Allah
Swt .
Pendapat S yekh Aly Mahfudh t ersebut bersumber pada fir man Allah yang
menyat akan bahwa Rasu lul lah Saw adalah bukan rasul yang ber buat sewenang -
wenang t anpa ada cont oh dar i rasul -rasul sebe lumnya. Tugas beliau merupakan
kelanjut an dar i t ugas-t ugas nabi t erdahulu, bahkan Allah menjadikan beliau
sebagai nabi akhir zaman, maka beliau t idak akan ber buat sesuat u apapun
kecuali apa yang t elah dir iwayat kan Allah mela lui ma laikat Jibr il. Karena it u
secara t egas Nabi bersabda “Barang siapa yang mengada -adakan dalam ajar an
Islam ini yang t idak ada sumber nya dar i Islam, maka urusan it u dit o lak ( fasid).
Dapat disimpulkan bahwa bi d’ah adalah suat u hal yang t idak t erdapat
pada kont eks ajaran Isla m yang dibawa Rasulullah S aw, baik dala m masalah
aqidah maupun syar iah yang at uran-at urannya sudah dijelaskan dalam Al - Qur’an
dan As-Sunnah secar a t afshil (r inci).

2. Penggolongan Bid’ah dan hukum -hu ku m bid’ah


a. Huku m-Hu kum Bid’ah
Hukum- hukum bid’ah diber ikan menurut dasar pengert ian bid’ah, maka
mnurut golo ngan yang memandang t iap -t iap bid’ah t ercela bid’ah t iu semuanya
dihukum haram, t idak ada yang dihukum makruh, apa lagi sunnah dan
sebagainya. Maka semua bid’ah it u maksiat . Maksiat dibagi menjadi dua, yait u:
a) Bid’ah kabir ah, dipandang besar dosa apabila menger jakannya.
Ialah bid’ah yang menghasilkan kerusakan umum sepert i menet apkan bahw akal
sendir i sanggup menget ahui hukum Tuhan, t idak per lu kepada syar a’, dan sepert i
mengingkar i segala hadit s Nabi karena mencukupi dengan Al -Qur ’an saja.
b) Bid’ah S haghir ah, dipandang kecil dosanya.
Ialah bid’ah yang mengenai sat u -sat u suku peker jaan, yang berdasarkan syuhbat .
Maka bid’ah sepert i ini, walaupun masuk dalam sifat sesat namun t idak diancam
dengan neraka. [2]
b. Penggolongan Bid’ah
Para ‘ula ma ahli ushul fiqih t elah sepakat menet apkan pembagian bid’ah
it u kedalam dua bagian yait u :
1. Bid’ah ‘Amm (umum)
2. Bid’ah Khash (khusus)
Secara umum ba ik o leh ahli ushul dan ahli fiqh menggo lo ngkan bid’ah
‘amm secara r ingkas menjadi dua macam, ya it u:
A. Bid’ah Haqiq iyah
Bid’ah haqiqiyah adalah suat u perbuat an baru Isla m yang jika dilihat dar i
berbagai apek per buat annya t idak per nah dilakukan o leh Rasulu llah kar ena t idak
t erdapat dalam Al-Qur ’an. Bid’ah ini o leh para ulama disebut bid’ah dhalalah.
Cont oh bid’ah haqiqiyah:
 Menye mbah kepada sela in Allah, membuat perant ara (washilah)
ket ikame mo hon kepada Allah
 Bersikap rahbaniyah (t idak ber ist r i at au bersuami danmengurung dir i
dalam biara.
 Tawaf diluar Masjidil Haram (Bait ullah), wukuf diluar padang Arafah,
membangun lat ar diat as kuburan, dan per buat an- per buat an sesat yang
t idak bersumber dar i Al-Qur ’an dan As-Sunnah yang dijadikan ja lan
ibadah kepada Allah Swt .
 Mengadzabkan dir i dengan ber bagai macam siksa, membakar dir i
supaya lekas mat i dengan demik ian lekas mendapat surga
 Menya makan r iba dengan penjualan, dll.
B. Bid’ah Idhafiyah
Bid’ah Idhafiyah ia lah per buat an yang jika dit injau dar i segi
pelaksanaannya t idak t erdapat dalam Al -Qur’an dan Hadit s, namun jika dilihat
dar i esensi per buat annya adalah baik, bid’ah ini yang senant iasa menjadi
polemik bagi para ulama (khususnya fiqh dan ilmu kalam).
Hal yang sa ma yang masuk dalam bid’ah idhafiyah juga masih
diperselisihkan o leh para ulama ant ara lain:
 Sha lat Nisfu S ya’ban 100 rakaat
 Sha lat imam, shalat Bakt i pada bapak ibu dan sha lat malam pada har i
asyura’.
 Melagu- lagukan adzan sehingga rusak bacaannya.
 Membaca ist ighfar sesudah shalat beramai -ramai dengan meninggikan
suara.
 Membaca Al-Qur ’an dan dzikir dengan suara keras dihadapan jenazah.
 Secara umu m ba ik o leh ahli ushul dan ahli fiqh menggo lo ngkan bid’ah
khash secara r ingkas menjadi dua macam, yait u:
1. Bid’ah wajibah.
Yait u bid’ah yang diwajibkan. Cont ohnya belajar ilmu nahwu,
memper indah cet akan Al-Qur ’an dan Hadit s, belajar ilmu kedokt eran, bio lo gi,
st rat egi perang, kepemimpinan, dan ilmu - ilmu sert a sarana yang sifat nya
mendukung perkembangan dan keja yaan I slam.
2. Bid’ah muharramah.
Yait u bid’ah yang diharamkan. Cont ohnya mengikut i faham- faham sesat
sepert i qadar iah, jabar iah, at au muja simah, sert a ber buat syir ik kepada Allah.
Bid’ah ini disebut pula bid’ah sesat .
3. Bid’ah mandhubah.
Yait u bid’ah yang dibo lehkan. Yait u jika dipandang baik unt uk
kemaslahat an umat meski t idak t erdapat pada masa Rasulu llah Saw. Cont ohnya
membangun pesant ren, seko lah, rumah sakit , at au penelit ian -penelit ian ilmiah,
penemuan-penemuan moder n yang sifat nya memper jelas kebenar an isi ayat Al -
Qur’an.
4. Bid’ah makruhah.
Yait u bdi’ah yang dimakruhkan. Cont ohnya memper indah at au menghiasi
masjid, t empat ibadah, mushaf yang ber lebihan.
5. Bid’ah mubahah.
Yait u bid’ah yang dimubahkan. Cont ohnya ber jabat t angan set elah shalat
Subuh dan Isya, membuat hidangan makanan dan minuman sert a berso lek unt uk
ibadah.[3]

3.CONTOH AMALAN SUNNAH DAN BID’AH DALAM K EHIDUPAN


MASYARAK AT
 Shalat Tarawih
 Di ant ara bid’ah yang lazim t er jadi di masyar akat seput ar masa lah shalat
t arawih, ialah sebagai ber ikut .
 Sha lat t arawih dengan cepat , laksana aya m memat uk makanan
 Mayor it as imam masjid kurang memiliki akal sehat dan penget ahuan
agama yang baik. Hal it u nampak dar i car a melakukan shalat . Bahwa
hampir semua shalat yang dilakukan, mir ip dengan shalat nya orang yang
sedang kesurupan, t erut ama ket ika shalat tarawih. Mereka melakukan
shalat 23 raka’at hanya dala m wakt u 20 menit , dengan membaca surat Al
‘Ala at au Adh Dhuha. Bent uk dan cara shalat t arawih yang sepert i it u,
jelas bert ent angan dengan cara shalat t arawih Rasulullah SA W, para
sahabat dan ula ma salaf. Menurut semua madzhab, da lam melakukan
shalat t idak bo leh sepert i it u, karena ia merupakan shalat orang munafik .
2. Membaca surat Al’An’a m dalam sat u raka’at dar i shalat t arawih.
Para ulama menganggap, bahwa membaca surat A l An’am da lam sat u
raka’at dar i shalat t arawih t er masuk per buat an bid’ah, karena demikian it u t idak
bersandarkan kepada suat u dalil.
Membaca surat Al An’am dala m sat u raka’at bisa dikat akan bid’ah karena
beberapa alasan sebagai ber ikut :
 Mengkhususkan surat Al An’am menipu ummat , bahwa surat yang
lainkurang afdhal at au t idak baik unt uk dibaca pada wakt u shalat
t arawih.
 Bacaan t ersebut hanya dikhususkan pada wakt u shalat t arawih.
 Member at kan kaum muslimin t erut ama orang awam, sehingga mereka
akan marah at au jengkel at au t imbul kebencian t erhadap ibadah.
 Yang demikian it u menye lisihi sunnah, sebab Rasulullah S halla llahu
‘ala ihi wa sallam menganjurkan agar raka’at kedua lebih pendek dar ipada
raka’at pert ama, sement ara bid’ah ini t elah merubah secara t olal sunna h
t ersebut dan melawan s yar i’at
3. Bid’ah Mengumpulkan Ayat -Ayat Sajadah.
Seorang imam mengumpulkan ayat -ayat sajadah ket ika khat aman Al
Qur’an pada shalat t arawih da lam raka’at t erakhir, kemudian ia sujud bersama
makmum.
4. Membaca Beber apa Ayat Yang Dis ebut Ayat -Ayat Hirs (Per lind u ngan).
Mengu mpulkan beberapa ayat yang mereka sebut dengan nama ayat -ayat
per lindungan, lalu dibaca secara keseluruhan di akhir raka’at dalam shalat
t arawih.
5. Bid’ah Dz ikir Dan Do’a Ket ika Hendak Me mulai S halat Tarawih.
Ucapan seorang bilal at au imam ket ika hendak memula i shalat t arawih
yang dibaca dengan ber jama’ah dan suara keras.
. ُ ‫صَ ال َ ة َ الت َّ َر ا وِ ي ْح ِ ف ِي ش َ هْ ِر َر مَ ض َ ا َن َر حِ مَ ك ُ م ُ هللا‬
. ُ ‫صَ ال َ ة َ الت َّ َر ا ِو ي ْح ِ آ جَ َر ك ُ م ُ هللا‬
Kebid’ahan ini banyak sekali menyebar di neger i ini. Dianggap sebagai
sesuat u yang baik dan sunnah, padahal hal t ersebut t idak per nah dico nt ohkan
oleh Rasulullah S halla llahu ‘ala ihi wa sallam dan sahabat . Padahal set iap cara
ibadah dan pr akt ek agama yang t idak ada da lil at au landasan huku mnya, maka
t ertolak dan dinyat akan sebagai per buat an bid’ah.
 Amalan Bu lan Sya’ban
Sunnah-sunnah dalam bu lan Sya’ban an tara lain:
1. Memper banyak Puasa di Bulan S ya’ban
Sebagaimana hadit s ‘Ais yah radhiya llaahu ‘anha yang t elah ber lalu, Nabi
Muhammad S AW berpuasa pada mayor it as har i di bulan S ya’ban, bukan pada
kese luruhan har inya, karena beliau t idaklah per nah berpuasa sebu lan penuh
kecuali pada bulan Ramadhan.
2. Menghit ung Har i Bulan S ya’ban
Sudah sepant asnya kaum muslimin menghit ung bulan S ya’ban sebaga i
persiapan sebelum me masuki Ra madhan. Karena sat u bulan it u t erkadang dua
puluh sembilan har i dan t erkadang t igapuluh har i, maka puasa it u dimulai ket ika
melihat hilal bulan Ramadhan. Jika t erhalang awan hendaknya me nyempur nakan
bulan S ya’ban menjadi t iga puluh har i. Karena Allah mencipt akan langit - langit
dan bumi sert a menjadikan t empat -t empat t ert ent u agar manusia menget ahui
jumlah t ahun dan hisab. Sat u bulan t idak akan lebih dar i t iga puluh har i.
3. Tidak Mend ahului Ramadhan dengan Puasa Sat u at au Dua Har i
Sebelumnya.
Nabi Muhammad S AW me larang seseorang unt uk mendahului Ramadhan
dengan berpuasa sehar i at au dua har i sebelumnya. Kecuali apa yang sudah
menjadi rut init as seseorang. Misalnya seseorang yang sudah t er biasa berpuasa di
har i Senin, ket ika puasanya bert abrakan dengan sat u at au dua har i sebelum
Ramadhan maka t idak mengapa baginya unt uk berpuasa.
4. Tidak Berpuasa pada Har i yang Dir agukan.
Yaumus syak (har i yang diragukan) adala h har i ket igapuluh da r i bulan
S ya’ban apabila hilal t ert ut up mendung at au karena langit berawan pada malam
sebe lumnya. Para ula ma ber beda pendapat t ent ang larangan ini apakah s ifat nya
penghar aman at au makruh. Dan yang kuat dar i pendapat para ulama adalah
penghar amannya.
 Bid’ah-bid’ah pada bulan Sya’ban antara lain:
a. Per ingat an Malam Nis fu S ya’ban
Di ant ara bid’ah yang biasa dilakukan o leh banyak orang ialah bid’ah
upacar a per ingat an malam Nis fu S ya’ban dan mengkhususkan pada har i t ersebut
dengan puasa t ert ent u. Padahal t idak ada sat u pun dalil yang dapat dijadikan
sandaran.
b. Shalat Alfiyah
Sha lat bid’ah ini dina makan S halat Alfiya h kar ena di dala mnya dibacakan
surat Al Ikhlash sebanyak ser ibu kali. Jumlah raka’at nya ser at us, dan pada
set iap rakaat dibacakan surat Al Ikhlas sepuluh kali.
c. Padusan
Padusan adalah acara mandi ber sama yang dilakukan pada akhir bulan
S ya’ban, menjelang masuknya bulan Ramadhan. Biasanya orang -orang
berkumpul di sungai, danau, air t er jun at au kolam, lalu mandi ber sama dengan
keyakinan perkar a t ersebut akan member sihkan dosa -dosa mereka sebelum
mer eka masuk ke da lam bulan Ramadhan.
Padusan merupakan bid’ah yang t idak per nah diajarkan o leh Rasulullah
SAW dan t idak per nah pula diker jakan o leh generasi awal I slam, dan t elah
ber lalu penje lasan t ent ang keharamannya dan di dalamnya t erdapat keyakinan
yang rusak bahwa dengan acar a mandi - mandi t ersebut akan membersihkan dosa -
dosa. Ini adalah keyakinan yang keliru kar ena sesungguhnya dosa -dosa t idaklah
akan t erhapus dengan acara mandi sepert i it u. Dosa-dosa akan t erhapus dengan
t aubat , memint a ampunan dar i Allah sert a memper banyak ama lan shalih.
d. Sedekah Ruwah
Sedekah ruwah ada lah acara kendur i ( makan - makan) yang t ujuannya
adalah mengumpulkan orang banyak unt uk kemudian membacaka n t ahlil dan
surat Yasin unt uk kemudian d ihadiahkan kepada arwah orang t ua dan kar ib
kerabat yang t elah meninggal dunia. Acar a ini juga t er masuk bid’ah yang t idak
pernah dit unt unkan Nabi Muhammad S AW. Kemungkar an di dalam acara ini
juga bert ambah apabila diir ingi dengan kurafat (t ahayul), keyakinan yang bat il
bahwa arwah orang yang t elah meninggal hadir unt uk mengunjungi saudara -
saudaranya yang masih hidup.
4. BAHAYA BID’AH
Baha ya Bid’ah ant ara la in:
1. Anggapan baik terhad ap bid’ah berarti menganggap Islam seolah -olah
belu m sempu rna.
2. Amalan bid’ah tertolak (tidak di teri ma oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala )
3. Bid’ahmengikuti hawa nafsu.
4. Bid’ah melenyap kan Sunnah.
5. Bid’ah termasu ksi kap ghu lu w (melampaui batas syari’at).
6. Pelaku bid’ah semakin jauh dari Allah Swt.
7. Menangguh dosa bid’ah dan dosa -dosa orang yan g mengamalkannya
sampai hari kiamat.
8. Pelaku bid’ah akan di usi r dari telaga Rasu lu llah SAW pada hari
kiamat.
BAB III
PENUTUP
1. K ESIMPULAN
Secara etimol ogis ( bahasa) kat a sunah adalah jamak dar i kat a sunnah.
Sunnah sesuat u berart i jalan sesuat u, sunnah Rasulallah saw berart i jalan
Rasulallah saw yait u jalan yang dit e mpuh dan dit unjukkan o leh beliau . Adapun
sunnah secara terminologi s ( ist ilah) yang disimpulkan o leh para ulama ia lah
sega la sesuat u yang bersumber dar i Nabi Muhamad saw baik berupa ucapan
(had it s), aksi (per buat an) maupun det er minasi at au pengakuannya . Sunnah
digo lo ngkan menjadi t iga macam, ya it u sunnah Qauliyah, sunnah Fi’ liyah dan
sunnah Taqr ir iyah.
Bid’ah menurut bahasa, diambil dar i bida’ yait u mengadakan sesuat u
t anpa ada cont oh. Bid’ah menurut ist ilah ( syar ’i/t er mino logi) adalah sesuat u
yang diada-adakan menyerupai syar iat t anpa ada t unt unannya dar i Rasulullah
yang diama lkan seakan-akan bagian dar i ibadah.Dapat disimpulkan bahwa
bid’ah adalah suat u hal yang t idak t erdapat pada kont eks ajaran Islam yang
dibawa Rasulullah S aw, baik dalam masalah aqidah maupun s yar iah yang at uran-
at urannya sudah dijelaskan dalam Al -Qur’an dan As-Sunnah secara t afshil
(r inci). Para ‘ulama ahli ushul fiqih t elah sepakat menet apkan pembagian bid’ah
it u kedalam dua bagian yait u bid’ah ‘Amm (umum) dan bid’ah Khash (khusus).

2. SARAN
Kami menyadar i sepenuhnya dalam makalah ini jauh dar i sempur na,
oleh karena it u kami mengharapkan kr it ik dan saran yang membangun, sehingga
dapat menjadi bekal dikemud ian har i apabila kami me mpunyai kesempat an
membuat makalah lain. Mudah- mudahan makalah ini dapat ber manfaat unt uk
menambah penget ahuan/wawasan bagi kami pada khususnya dan bagi para
pembaca pada umu mnya.
DAFTAR PUSTAK A

Ahmad, A.-I. b. (1432 H/ 2011 M). Syarah Ushulus Sunnah Keyakinan Al-Imam Ahmad
dalam Aqidah. Bogor: CV. Darul Ilmi.
ash-Shiddieqy T. M. H.Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. (2009). Semarang: Pustaka
Rizki Putra.
al-Banna, J. (2008). Manifesto fiqih Baru 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
al-Banna, J. (2008). Manifesto fiqih Baru 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Navis, A.,Ramli, M.I., & Anam, F. K. (Tanpa Tahun). Risalah Ahlussunnah Wal-
Jamaah. Surabaya: Khalista.
Purnama, Y. (2013).Hadits-Hadits Tentang Bid’ah. google.com. Diakses pada 19 Mei
2017. Hadits-Hadits Tentang Bid’ah.https://muslim.or.id/11456-hadits-hadits-tentang-
bidah.html.
Ryumasho. (Tanpa Tahun). Mengenal Bid'ah 2. google.com. Diakses pada 20 Mei 2017
18.30. Mengenal Bid'ah 2 Mengkritisi Bid'ah hasanah dan Bid'ah Sayyiah.
https://rumaysho.com/887-mengenal-bidah-2-mengkritisi-bidah-hasanah-dan-bidah-sayyiah.htm.
Saudi, K. A., & Indonesia, M. A. (2009). Al Qur'an dan terjemahnya. Arab Saudi:
Kompleks Percetakan Al Quran Raja Fahad.

Anda mungkin juga menyukai