Kel 5 Metode Studi Islam
Kel 5 Metode Studi Islam
Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi serta kepada dosen
pengampu. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
iI
DAFTAR ISI
iiI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis Rasulullah adalah sebagai pedoman hidup yang utama bagi umat
Islam setelah Alquran. Tingkah laku manusia yang tidak ditegaskan
ketentuan hukumnya, tidak diterangkan cara mengamalkannya, tidak
diperincikan menurut dalil yang masih utuh, tidak dikhususkan menurut
dalil yang masih mutlak dalam Alquran, hendaklah dicarikan
penyelesiannya dalam Hadis.
Sejak masa lalu umat Islam telah mengakui bahwa hadis Nabi saw
adalah sumber kedua syariat Islam setelah Alquran. Hal itu tercatat dalam
warisan ilmu pengetahuan Islam dan dijelaskan oleh ilmu usul fikih dalam
semua mazhab. Telah banyak kitab yang ditulis untuk menjelaskan hal itu,
baik pada masa lampau maupun masa modern ini. Ini merupkan masalah
yang tidak diperselisihkan oleh semua orang yang bertuhankan Allah,
beragama Islam, dan mengakui bahwa Muhammad saw. adalah
Rasulullah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadits ?
2. Apa saja pembagian penting hadits?
3. Apa fungsi hadits dalam studi islam?
4. Bagaimana kedudukan hadits disamping Al-qu’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hadits,
2. Untuk mengetahui pembagian penting hadits,
3. Untuk mengetahui fungsi hadits dalam studi islam,
4. Untuk mengetahui kedudukan hadits disamping Al-qur’an.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits
Secara bahasa kata hadits berarti komunikasi, cerita, percakapan,
baik dalam konteks agama atau duniawi, atau dalam konteks sejarah,
peristiwa, dan kejadian aktual. Sedangkan menurut istilah, hadits berarti
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik itu
yang berupa perbuatan, perkataan, dan ketetapan ( taqrir ) ataupun sifat 1 .
Ilmu musthalah hadits adalah ilmu tentang dasar dan kaidah yang
dengannya dapat diketahui keadaan sanad dan matan dari segi diterima
dan ditolaknya suatu hadits.2
B. Pembagian Penting Hadits
1. Hadits berdasarkan tingkatan
a. Hadits Mutawatir Secara bahasa, mutawatir adalah isim fa’il dari
at-tawatur yang artinya berurutan. Sedangkan mutawatir menurut
istilah adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang
yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta
mulai dari awal hingga akhir sanad. Atau hadits yang diriwayatkan
oleh perawi yang banyak pada setiap tingkatan sanadnya menurut
ajak tidak mungkin perawi tersebut sepakat untuk berdusta dan
memalsukan hadits, dan mereka bersandarkan dalam meriwayatkan
pada sesuatu yang dapat diketahui dengan seperti pendengaran dan
semacamnya. 3
b. Hadits Ahad Hadits ahad menurut bahasa adalah satu. Dan
khabarul wahid adalah yang diriwayatkan oleh satu orang. Adapun
hadits ahad adalah hadits yang belum memenuhi syarat-syarat
mutawatir .
1
Subhi al-Sholeh, Ulum al-Hadits wa Musthallahulu, ( Beirut : Dar ilmu lil
Ilmuyyin, 2006), 31.
2
Syaikh Manna al-Qaththan, Pengantar Ilmu Hadits, ( Jakarta Timur : Pustaka
al- Kautsar, 2010), 109.
3
Syaikh Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, ( Jakarta Timur :
Pustaka al- Kautsar, 2010). 110
2
3
1) Hadits Masyhur
Masyhur adalah yang diriwayatkan oleh tiga perawi atau
lebih pada setiap thabaqat ( tingkatan ) dan belum mencapai
tingkat mutawatir. Hadits masyhur di luas istilah tersebut dapat
dibagi menjadi beberapa macam yang meliputi: mempunyai
satu sanad, mempunyai beberapa sanad, dan tidak ada sanad
sama sekali.
2) Hadits ‘Aziz
Hadits ‘Aziz adalah suatu hadits yang diriwayatkan dengan
minimal dua sanad yang berlainan rawinya.
3) Hadits Gharib
Hadits gharib menurut istilah adalah hadits yang
diriwayatkan oleh seorang perawi secara sendiri. Dan tidak
dipersyaratkan periwayatan seorang perawi itu terdapat dalam
setiap tingkatan periwayatan, akan tetapi cukup terdapat pada
satu tingkatan atau lebih. Dan bila dalam tingkatan yang lain
jumlahnya lebih dari satu, maka itu tidak mengubah statusnya (
sebagai hadits gharib )4. Adapun hadits gharib ini terbagi dua 5,
yaitu :
1) Gharib Mutlaq, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh lebih
dari seorang perawi pada asal sanadnya.
2) Gharib Nisbi, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh lebih
dari seorang perawi pada asal sanadnya ( perawi tingkatan
shahabat ), namun dipertengahan sanadnya terdapat
tingkatan yang perawinya hanya satu orang saja.
2. Pembagian Hadits berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan
Ditinjau dari segi kualitas sanad dan matan, hadits terbagi
menjadi dua, yaitu :
a. Hadits Shahih
4
Syaikh Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, ( Jakarta Timur :
Pustaka al- Kautsar, 2010), 115
5
Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, ( Jakarta : Bulan Bintang,
1992), 23.
4
7
Nawir Yuslem, Ulmul Hadits, ( Ciputat : Mutiara Sumber Widya, 2001), 31
8
Fatchur Rahman, Iktisar Musthalahul Hadits, ( Bandung : al-Ma’arif, 1974),185
7
11
DAFTAR PUSTAKA
12