Anda di halaman 1dari 9

PENGOLAHAN TANAH, PENANAMAN DAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN PADI

1. PENDAHULUAN

Pada umumnya lahan marginal kurang subur sampai tandus sehingga produktifitasnya rendah, berupa
lahan kering dan atau tadah hujan dengan curah hujan yang rendah, vegetasi yang kurang sehingga suhu
udara relatif tinggi dan ketersediaan sumber air sulit. Keadaan alam yang demikian kurang memberikan
peluang akan usaha pertanian baru. Usaha pertanian yang dilakukan oleh petani cenderung seperti yang
telah dilakukan oleh petani-petani terdahulu. Mengusahakan komoditas yang memang telah
beradaptasi di lingkungan yang demikian bertahun-tahun, dan diusahakan secara tradisional (Dodik
2012).

Indonesia termasuk ke dalam negara agraris yang kaya dengan pertaniannya. Salah satu tanaman
utamanya adalah padi. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi
selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -
1500 m dpl. Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu
bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik,
terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali
menurunkan produksi (Niko 2012). Bahan organik mengandung koloid yang bisa menahan pupuk
anorganik agar tidak terlindi dalam tanah, dengan pupuk organik, tanaman mudah menyerap air dan
hara, sedangkan dengan pupuk anorganik, tanaman mempunyai perakaran yang pendek tapi tanaman
gemuk sehingga mudah roboh (Tri Susanti 2010).

Budidaya padi di sawah meliputi persiapan lahan, persiapan bibit dan penanaman sedangkan
pemeliharaan meliputi penyulaman, sanitasi lahan dan pengairan, pemupukan dan pengendalian hama
dan penyakit Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyediakan teknologi yang tepat untuk lahan
marginal. Pada umumnya penyediaan teknologi dilakukan melalui penelitian, pengkajian, dan
pengembangan teknologi dengan memperhatikan prinsip-prinsip agar teknologi tersebut: (i) Secara
teknis layak dimanfaatkan, dalam arti mempunyai potensi untuk meningkatkan produktivitas usaha
pertanian, (ii) Secara ekonomis menguntungkan, dalam arti memberikan peningkatan keuntungan
dengan penerapan teknologi hasil penelitian per satuan luas dan per satuan waktu, umumnya per
hektar, dan biasanya diukur dengan ukuran B/C ratio dsb, (iii) Secara sosial diterima oleh masyarakat
tani, dalam pengertian bahwa bila teknologi tersebut dianjurkan penerapannya, maka akan diikuti oleh
masyarakat tani, dan (iv) Ramah lingkungan, ialah bahwa teknologi pertanian yang disediakan tidak
merusak lingkungan, terutama lingkungan alam, sehingga sumberdaya alam yang ada
terlestarikan (Dodik 2012).

Pengololaan Tanam Terpadu (PTT) padi sawah merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam
meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara
pastisipatif bersama petani. Komponen pendukung PTT dapat dibagi menjadi komponen dasar dan
komponen pilihan. Komponen dasar merupakan komponen yang sangat dianjurkan, sedangkan
komonen pilihan merupakan komponen yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan
petani setempat.

Komponen dasar terdiri atas:


1. Varietas unggul baru, hibrida atau inbrida

2. Benih bermutu dan berlabel

3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos

4. Pengaturan populasi secara optimum

5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (dengan BWD)

6. Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pendekatan pengendalian hama terpadu
(PHT)

Komponen pilihan terdiri atas:

1. Pengelolaan tanah sesuai musim dan pola tanam

2. Penggunaan bibit muda (<21 hari) bila kondisi lahan tidak banyak ditemui hama keong mas

3. Tanam bibit 1-3 batang per rumpun

4. Pengairan secara efektif dan efisien

5. Penyiangan dengan landak atau gasrock

6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontokkan (Tim Penyusun 2010).

2. ISI PENELITIAN

2.1 Metode Penulisan

Demi memperoleh data dan informasi yang diharapkan dalam penulisan karya ilmiah ini, ada
beberapa metode yang penulis coba pergunakan. Adapun metode-metode yang dipergunakan oleh
penulis yaitu:

a. Metode Deskriptif

Dalam metode ini penulis berupaya mendapatkan data dari hasil analisis beberapa informasi di
berbagai media. Penulis menggunakan metode ini untuk mengetahui keaadaan sebenarnya yang lebih
jelas mengenai persoalan yang sedang dibahas.

b. Studi Pustaka

Untuk mendapatkan informasi tambahan penulis mencoba mebaca buku-buku yang menyangkut
budidaya tanaman padi. Hal tersebut penulis lakukan untuk menambah pembendahaan informasi yang
tidak diperoleh dari metode yang lain.

2.2 Pembahasan

a. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah untuk budidaya padi sawah dilakukan secara bertahap, yaitu sebagi berikut :

1) Perbaikan Saluran dan Galengan

Sebelum penggarapan tanah dimulai, galengan harus diperbaiki, dibuat cukup tinggi, agar dapat
menahan air dengan baik. Sebab dalam penggarapan tanah air tidak boleh mengalir keluar. Saluran-
saluran pengairan perlu diperbaiki dan dibersihkan dari rumput-rumput. Ini akan mencegah kehilangan
air pengairan dan mengurangi terwabahnya biji gulma kedalam petakan-petakan sawah.

2) Membajak

Mengairi petakan sawah seminggu sebelum pembajakan, untuk melunakan tanah dan menghindarkan
melekatnya tanah pada mata bajak. Terlebih dahulu dibuat alur ditepi dan ditengah petakan sawah agar
air cepat membasahi saluran petakan. Kedalaman dalam pembajakan + 15-25 cm. Hingga tanah benar-
benar terbalikan dan hancur. Adapun manfaat dari pembajakan adalah sebagai berikut :

a) Pemberantasan gulma, sebab dengan pembajakan tumbuhan dan biji gulma akan terbenam.

b) Menambah unsur organik, karena pupuk hijau yang berasal dari rumput akan terbenam dan
tercampur dengan tanah.

c) Mengurangi pertumbuhan hama penyakit.

Setelah dibajak tanah segera harus digenangi, untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman,
menghindari hilangnya nitrogen dan melunakan bongkahan tanah yang disebabkan pembajakan.
Penggenangan dilakukan selama kira-kira seminggu.

3) Menggaru

Sebelum penggaruan dimulai, terlebih dahulu air didalam petakan dibuang, ditinggalkan sedikit untuk
membasahi bongkahan bongkahan tanah. Selama penggaruan, saluran pemasukan dan pembuangan air
harus ditutup, untuk menjaga supaya sisa air jangan sampai habis keluar dari petakan. Dengan cara
menggaru tanah ‘memanjang’ dan ‘melintang’, bongkahan-bongkahan tanah dapat dihancurkan.
Dengan penggaruan yang berulang-ulang dapat juga diperleh manfaat sebagai berikut :

a) Peresapan air ke bawah dikurangi.

b) Tanah menjadi rata.

c) Penanaman bibit menjadi mudah.

d) Rumput-rumput yang ada akan terbenam.

e) Setelah penggaruan pertama, sawah digenangi lagi selama 7-10 hari.

4) Meratakan

Proses perataan sebenarnya adalah penggaruan yang kedua, yang dilakukan setelah lahan digenangi 7-
10 hari. Pengaruan yang kedua ini dilakukan dengan maksud sebagai berikut:

a) Meratakan tanah sebelum pindah tanam.

b) Membenamkan pupuk dasar guna menghindari denitrifikasi.

c) Melumpurkan tanah dengan sempurna.

d) Penggarapan tanah mulai dari pembajakan pertama sampai perataan, memerlukan waktu kira kira
25 hari, kira-kira sama dengan umur bibit di persemaian.

b. Penanaman

Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian. Bibit yang akan
dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai. Sebelum
pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan.
Caranya, 5-10 batang bibit kita pegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan
batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain:

a) Umurnya tidak lebih dari 40 hari

b) Tingginya kurang lebih dari 40 hari

c) Tingginya kurang lebih 25 cm

d) Berdaun 5-7 helai

e) Batangnya besar dan kuat

f) Bebas dari hama dan penyakit

Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk memudahkan pengangkutan. Bibit
yang sudah dicabut harus segera ditanam, jangan sampai bermalam. Penanaman padi yang baik harus
menggunakan larikan ke kanan dan ke kiri dengan jarak 20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan
pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar
matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata. Dengan berjalan mundur tangan kiri
memegang bibit, tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira3 atau 4
cm. Usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring. Usahakan penanaman bibit tidak terlalu
dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam akan menghambat pertumbuhan akar
dan anakannya sedikit. Bibit yang ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah reba atau hanyut
oleh aliran air. Dengan demiikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu
dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.

Cara menanam padi di Indonesia beraneka macam sistemnya, seperti penanaman padi secara jejer
legowo, SRI, tabela, dan lain-lain. Pada dasarnya sistem penanam padi memiliki tujuan dan fungsi yang
sama, yaitu untuk mengoptimalkan hasil produksi serta mencegah serangan hama yang merugikan
petani. Perbedaan sistem penanaman padi tersebut terletak pada jarak tanam. Pada sistem tanam jajar
legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian
diselingi satu barisan kosong, memiliki jarak tanam padi dengan perbandingan I: 2:1 yakni 40 x 20 x
10cm, cara tanam berselang-seling 2 baris dan 1 baris kosong. Jarak antar baris tanaman yang
dikosongkan disebut satu unit. Untuk sistem Legowo 2:1, populasi (jumlah) tanaman tidak berubah
(sama dengan TAPIN tegel 20 x 20 cm. Sistem tanam jajar legowo mampu memberikan sirkulasi udara
dan pemanfaatan sinar matahari yang lebih optimal untuk pertanaman, sehingga penanggulangan hama
dan pemupukan dapat dilakukan secara lebih mudah.

Pada sistem tanam SRI (System of Rice Intensification) sebelum ditanam, terlebih dahulu dilakukan
pembuatan jarak tanam, jarak tanam yang baik adalah jarak tanam sesuai dengan metode SRI yakni
tidak terlalu rapat, biasanya 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm. Penanaman dengan memasukkan satu bibit
pada satu lubang tanam. Penanaman jangan terlalau dalam supaya akar bisa leluasa bergerak. Sistem
tanam SRI ini beberapa praktek di berbagai negara menemukan bahwa metode SRI berhasil menekan
serendah mungkin input produksi. Hal ini sejalan dengan upaya para aktivis pertanian organik untuk
mengolah tanah secara berkelanjutan. Hasilnya, ditemukan hubungan konservasi air pada sistem
budidaya padi SRI dengan upaya konservasi tanah yang dianut pada budidaya padi organik. Saat ini,
banyak para petani organik yang menerapkan budidaya padi dengan metode SRI.

Kemudian pada sistem tanam padi TABELA (Tabur Benih Langsung) sebelum benih ditabur ke lapangan
terlebih dahulu di kecambahkan di dalam karung yang basah selama 2 hari sampai calon akarnya
kelihatan, kemudian barulah dimasukkan langsung ke dalam lubang-lubang yang dibuat terlebih dahulu
menggunakan kayu sederhana (tugal) yang berfungsi sebagai alat pembuat lubang dan sekaligus untuk
mengatur jarak tanam. Sebelumnya lahan perlu diairi sampak agak basah tetapi tidak sampai
menggenang atau becek sehingga mempermudah pembuatan lubang-lubang tanam. Benih hasil
peraman yang telah kelihatan calon akarnya dimasukkan ke dalam lubang dengan menggunakan
telunjuk jari tengah dan ibu jari + 20 – 25 benih ke dalam satu lubang. Perlakuan ini dengan estimasi
bahwa satu rumpun padi yang optimal terdiri dari 20 – 25 anakan. Jarak tanam yang baik adalah 25 x 25
cm dengan kebutuhan benih 60 kg/ha. Kemudian benih padi yang sudah muncul titik tumbuhnya
dimasukkan ke dalam lubang dengan menggunakan jari telunjuk.

Adapun beberapa keuntungan budidaya padi dengan sistem tabela diantaranya :

a) Sistem tabela memastikan jarak tanam lebih tepat dan teratur sehingga produksi yang diperoleh
petani lebih banyak 500 – 1000 kg gabah kering/ha bila dibandingkan dengan sistem persemaian.
Konsekuensi yang diperoleh dari jarak tanam yang teratur akan mengurangi kompetisi untuk
mendapatkan faktor-faktor produksi antar tanaman. Yang terpenting adalah bahwa jarak tanam yang
tepat dan teratur akan menyebabkan Leaf Area Indeks (LAI) yang optimum karena semua lapisan daun
sempurna sehingga proses fotosintesis tanaman dapat berlangsung secara optimal. Keadaan inilah yang
dapat menunjang kenaikan produksi lebih tinggi pada sistem budidaya padi dengan menabur benih
langsung tanpa melewati proses persemaian.

b) Sistem tabela menyebabkan tanaman terhindar dari proses transpirasi yang berlebihan yang dapat
menyebabkan kelayuan saat kekurangan air.

c) Tanaman terhindar dari stagnasi.

d) Tanaman terhindar dari proses penggabungan akar yang biasa terjadi saat transplanting sehingga
banyak akar yang rusak dan putus.

e) Kebutuhan tenaga kerja penanam untuk luasan 1 hektar adalah lima orang tenaga kerja dengan
waktu + 4 jam sehingga besar biaya akan jauh lebih murah ( + Rp.125.000) jika dibandingkan dengan
budidaya sistem persemaian. Dengan sistem tabela dapat menghasilkan 6 – 6,5 ton gabah, sedangkan
melalui sistem persemaian konvensional menghasilkan 5 – 5,5 ton gabah.

Namun disamping memiliki kelebihan-kelebihan tersebut, sistem budidaya padi secara tabela ini juga
memiliki beberapa kelemahan/kekurangan diantaranya:

a) Sistem tabela hanya dapat digunakan pada musim kemarau. Bila digunakan pada saat musim
penghujan benih yang dimasukkan ke dalam lubang akan keluar dan tersebar kemana-mana
menyebabkan jarak tanam menjadi tidak teratur.

b) Dengan sistem tabela, karena air dimasukkan lebih awal pada saat akan membuat lubang, dapat
menyebabkan biji-biji gulma berkecambah dan tumbuh lebih awal.

Dari masing-masing sistem penanaman padi tersebut memiliki keunggulan serta kekurangan masing-
masing yang diikuti oleh faktor lingkungan, dan faktor tanaman itu sendiri, sehingga sebelum
menentukan sistem penanaman padi, kita perlu memperhatikan kondisi lingkungan seperti unsur hara
tanah, ketersediaan air, kondisi iklim dan jenis varietas padi yang akan ditanam.

Salah satu inovasi sistem tanam yang diciptakan yaitu sistem tanam padi metode IIRA (Indonesia Inovasi
Ridha Allah) adalah cara menanam padi yang mengandalkan kesuburan tanah. Dharma Panji merupakan
sosok penemu metode ini. Metode IIRA menerapkan tiga tahapan syarat yang harus ditempuh, yaitu:
tahap Iman, Islam dan Ihsan. Tahap Iman atau Ta’min merupakan kegiatan memperbaki lahan, mulai
dari memperbaiki sifat kimia hingga biologi sawah serta menghidupkan mikroorganisme yang
menguntungkan. Hal ini dilakukan dengan cara memperbaiki saluran irigasi, mengatur agar air tidak
mengalir terus menerus dan tidak tergenang, tetapi retak dan becek sebab lahan yang terus tergenang
menyebabkan turunnya pH tanah, menebar kapur pertanian, serabut kelapa dan ampas kelapa.
Meningkatkan KTK dengan menabur zeolit dan huamte, mengendalikan jamur yang merugikan dengan
menyemprotkan jamur yang menguntungkan (seperti tricodherma harseanum), mengendalikan bakteri
merugikan dengan cara menyemprotkan bakteri menguntungkan (seperti pseudomonas
flourensent). Tahap Islam atau Taslim adalah kegiatan pembenihan dan penanaman padi sampai keluar
malai. Benih direndam dulu dalam larutan coryne bacterium selama 15 menit, lalu diteruskan dengan
merendam dengan air bersih sampai 24 jam. Setelah itu benih ditiriskan dan dimasukkan kedalam
karung berlapis selama 2 x 24 jam. Selanjutnya dilakukan penaburan dengan takaran satu genggam
benih pada lahan pembenihan 1m x 1m. pada hari ke-tujuh benih disemprotkan dengan coryne
bacterium. Sebelum hari ke-14 bibit ditanam dengan ukuran 19 x 9,5 cm memakai legowo 38/57 cm
membujur dari arah selatan ke utara dengan cara tanam sedangkal mungkin. Tahap Ihsan atau Tahsin,
berupa kegiatan memelihara dan menanggulangi hama atau penyakit sejak keluar malai sampai panen
dan pasca panen. Dengan metode ini, dalam setiap hektar mampu memperoleh 300.000 rumpun yang
tiap rumpun memiliki 7 malai. Potensi mencapai 20 ton/ha.

c. Pemupukan

Pemupukan untuk tanaman padi perlu diberikan dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah yang didapatkan melalui uji tanah. Penetapan dosis
pupuk berdasar uji tanah membutuhkan data status N, P, dan K tanah yang ditetapkan sebelum mulai
tanam. Pemupukan disesuaikan dengan rekomendasi hasil uji tanah pada lahan becocok tanam dan hasil
penelitian varietas padi yang akan digunakan. Tanaman tumbuh membutuhkan karbondioksida, mineral-
mineral, air dan cahaya matahari. Pertumbuhan yang baik diperlukan hara tanaman tersebut terus
menerus dan mencukupi. Beberapa unsur hara diserap oleh tanaman dalam jumlah yang besar dan
disebut sebagai unsur makro. Termasuk didalam unsur makro merupakan unsur hara yang banyak
dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), phospor (P), kalium K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan
sulfur (S). Suatu ciri dari unsur hara makro yaitu apabila tersedianya sangat kurang akan menunjukkan
gejala kelapran dan menurunkan hasil, sedangkan dalam keadaan berlebihan tidak akan meracun
tanaman atau mengurangi hasil. Makanan atau unsur hara tanaman C, H dan O diperoleh dari udara,
sedangkan N, P, K, Ca, Mg, dan S serta unsur hara mikro lainnya diperoleh dari tanah. Aktivitas produksi
pertanian intensif pada suatu bidang tanah tertentu telah mengakibatkan penurunan kandungan hara
pada tanah yang bersangkutan. Untuk mendukung produksi pertanian yang relatif tetap tinggi
dibutuhkan penambahan hara tersebut melalui “pemupukan”. Pemupukan merupakan upaya
penambahan kekurangan hara tanah dalam jumlah, waktu dan cara yang tepat.

Memahami pemupukan bagi tanaman padi harus mengetahui umur tanaman padi terlebih
dahulu. Beberapa tahap pemberian pupuk sebagai berikut:

a) Pupuk dasar

Sewaktu bibit pindah tanam, bibit perlu waktu sekitar 8-12 hst atau rata-rata 10 hst untuk dapat
memperkokoh perakaran. Saat inilah, sebaiknya pemupukan pertama dilakukan. Sebab pada saat itu
daun dan akar tanaman padi sudah mulai berkembang, dengan demikian akan maksimal menyerap
unsur hara. Jangan diberikan pada waktu 0-5 hst, sebab daun dan akar tanaman padi belum
berkembang dan masih dalam kondisi stres, artinya akar belum siap menerima pupuk. Bila kita berikan
akan sia-sia, apalagi kita berikan pupuk urea dalam jumlah yang tinggi. Sebab pupuk urea mudah
menguap dan bersifat higroskopis. Pada waktu pemberian sebaiknya memperhatikan kondisi air.

b) Pupuk susulan pertama

Diberikan sekitar pekan ke tiga atau sekitar 21-25 hst ditandai setelah para petani melakukan
pengoyosan, saat inilah pemupukan dilakukan. Sewaktu pengoyosan dilakukan maka akar tanaman padi
akan putus. Dengan putusnya akar, tanaman akan membentuk anakan baru. Pada kondisi ini seperti ini,
tanaman dapat maksimal penyerap unsur hara yang diberikan. Dengan demikian, tanaman padi akan
menghasilkan jumlah anakan yang maksimal ke depannya.

c) Pupuk susulan kedua

Diberikan sekitar umur tanaman mencapai pekan ke lima atau sekitar 30-40 hst. Masa ini adalah
peralihan dari fase vegetatif ke generatif. Dalam kondisi ini tanaman sedang membutuhkan nutrisi yang
tinggi. Hal ini ditandai dengan keluarnya daun bendera atau padi bunting, artinya malai padi akan segera
keluar. Pada umur tersebut adalah saat yang tepat pemupukan tahap ke-3 diberikan. Dengan demikian,
tanaman padi akan menghasilkan malai yang optimal.

Beberapa cara aplikasi pupuk pada tanaman padi:

a) Menaburkan secara merata pada areal sawah jika menggunakan sistem tegel.

b) Jika menggunakan sistem tanam jajar legowo maka pemberian pupuk hanya pada tempat yang
ada tanamannya.

c) Pemberian pupuk ada yang dijimpitkan dan ditaruh diperempatan jarak tanaman padi, jadi tidak
disebar secara merata.

d) Ada juga petani yang kreatif yang memberikan pupuk tersebut dengan cara dijimpitkan di
perempatan di antara tanaman lalu diinjak dengan satu kaki.

Ada 2 tahapan pemupukan berdasarkan masa pertumbuhan :

1) Pemupukan di masa vegetative

Dalam tahap vegetatif ini, pemupukan ini ke dalam 2 cara/pola pemberian :

a) Cara 1 : pupuk disebar beberapa hari setelah tanam ( hst )

5 hst – dosisnya = 100 kg urea + 50 kg SP 36

15 hst – dosisnya = 50 kg urea + 50 SP36 dan 100 kg NPK ponska

30 hst – dosisnya = 150 kg NPK ponska

b) Cara 2 : pupuk disemprotkan ke daun

10 hst – NPK mutiara dosis 6-7 sendok/tangki 14 liter

20 hst – NPK mutiara dosis 6-7 sendok/tangki 14 liter + pemberian ZPT (yang mengandung auksin atau
sitokinin).

Proses penyemprotan dilakukan dari pagi hari sampai jam 8 pagi, atau bila sore penyemprotan
sebaiknya di atas jam 5 sore.

2) Pemupukan di masa generatif

Untuk tahap ini, pemupukan semuanya dilakukan dengan cara disemprotkan ke daun. Dalam tahap ini
dilakukan setiap pekan. Cuma, sewaktu proses penyerbukan dan sebelum malai padi agak merunduk,
penyemprotan dihentikan sementara.

Tahap Penyemprotan

a) Saat 45 hst, dosisnya = 5 sendok KCL + 5 sendok pupuk ZK + 3 tutup merk zpt tertentu + 1/8
tablet GA3 + 1 tutup kecil fungsida merk tertentu ( untuk mencegah penyakit dan membuat bulir
bernas ) + mikro7 1 sachet. Untuk mengetahui, apakah tanaman telah memasuki fase generatif ada
caranya. Ambil contoh 1: batang tanaman yang menurut kita telah memasuki fase tersebut kemudian
belah bagian tanamannya. Bila ada calon malai, maka tanaman tersebut telah memasuki fase generatif.

b) Saat 52 hst, dosisnya = 5 sendok KCL + 5 sendok pupuk ZK + 3 tutup merk zpt tertentu + 1/8
tablet GA3 + mikro7 (1 sachet). Saat 55-60 hst dihentikan sampai malai mulai merunduk.

c) Saat 65 hst, dosisnya = 5 sendok KCL + 5 sendok pupuk ZK + 3 tutup merk zpt tertentu + 1/8
tablet GA + 1 tutup kecil fungsida merk tertentu ( untuk mencegah penyakit dan membuat bulir bernas )
+ mikro7 1 sachet.

d) Saat 72 hst, dosisnya = 5 sendok KCL + 5 sendok pupuk ZK + 3 tutup merk zpt tertentu + 1/8
tablet GA + mikro7 1 sachet

e) Saat 80 hst, dosisnya = 5 sendok KCL + 5 sendok pupuk ZK + 3 tutup merk zpt tertentu + 1/8 tablet
GA3 + mikro7 1 sachet.

Sebelum melakukan pemupukan perlu diperhatikan pula keadaan cuaca, karena jika melakukan
pemupukan di saat hujan turun maka akan terjadi pencuncian unsur hara, sehingga unsur hara yang di
serap oleh akar tanaman akan diperoleh sedikit, dan juga kadar dosis untuk pemupukan tanaman per
hektar perlu diperhatikan agar dapat mengurangi perkembangbiakan organisme pengganggu tanaman
(OPT), serta memahami sifat fisik, kimia dan biologi tanah atau dengan kata lain tingkat kesburannya,
agar pertumbuhan tanaman padi bisa memberikan hasil yang produktif.

3. PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pengelolaan tanah dilakukan dengan cara memperbaiki saluran dan galengan, membajak,
menggaru dan meratakan lahan.

b. Penanaman dilakukan dengan melakukan penyemaian terlebih dahulu, saat bibit padi sudah
berumur 25-40 hari, selanjutnya ditanam pada lahan yang sudah disiapkan.

c. Penanaman padi di Indonesia dapat ditemui beberapa metode yang diterapkan di daerah-daerah,
contohnya dengan metode Jejer legowo (dengan jarak tanam 40x20x10 cm), SRI (dengan jarak tanam
25x25cm atau 30x30 cm), Tabela (dengan jarak tanam 25x25 cm tanpa dilakukan penyemaian).

d. Tindakan pemupukan dilakukan dengan cara menyesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan
tingkat kesuburan tanah tersebut.

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan sebagai berikut.

a. Pengolahan tanah dilakukan agar aerasi tanah baik, struktur tanah tidak padat dan mampu
melakukan sirkulasi udara sehingga tidak terjadi akumulasi gas-gas yang dapat meningkatkan keasaman
tanah. Pengolahan tanah juga dimaksudkan untuk mensterilisasi bakteri maupun gulma yang terdapat
pada tanah, ada baiknya jika kita memanfaatkan teknologi terkini dalam pensterilisasian tanah tersebut,
salah satunya dengan irradiasi sinar γ. Selain steril, ternyata dengan irradiasi sinar γ mampu
meningkatkan kadar Mn tersedia.

b. Penentuan untuk memilih sistem penanaman padi yang akan dilakukan, seharusnya sudah didasari
dari pertimbangan jenis tanaman, tingkat kesuburan tanah, dan kondisi lingkungan mikro, karena tidak
ada jaminan yang pasti mengenai sistem penanaman padi yang lebih bagus untuk semua wilayah,
karena dalam penanaman tanaman, selalu melibatkan faktor-faktro terkait yang kompleks.

c. Salah satu tujuan pemupukan adalah untuk membantu tanah agar dapat menunjang
keberlangsungan hidup tanaman yang lebih baik, salah satu parameter sehat atau sakitnya tanah, dapat
dilihat dari kandungan bahan organiknya. Karena tanaman tidak memakan bahan organik atau pupuk
anorganik, melainkan muatan-muatan ionik, dengan kehadiran bahan organik, mampu mendatangkan
mikroorganisme yang mampu mengubah bahan organik atau pupuk anorganik menjadi muatan-muatan
ionik sehingga mampu secara langsung dimakan oleh tanaman. Pentingnya memasukkan bahan organik
pada tanah sangat pentinga dalam kegiatan pertanian yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai