Sesi-1 Pelayanan Liturgi
Sesi-1 Pelayanan Liturgi
1 Bdk. E. SCHILLEBEECKX, Christ, the Sacrament of Encounter with God, Sheed and Ward,
New York 1963 dan A. DULLES, Models of the Church, Doubleday, New York 1974.
2 Bdk. The Sacramental Plan of Salvation, dlm. J.P. SCHANZ, Introduction to the Sacraments,
Pueblo, New York 1983, 25-39, yang mengikuti arah O. CASEL, The Mystery of Christian
Worship, Newman Press, Westminister MD 1962.
umat telah dikuduskan ke dalam Imamat Umum. Imamat Umum
ini memberi hak dan kewajiban kepada umat beriman untuk
berpartisipasi secara aktif dalam liturgi. Keterlibatan itu ditata
dalam berbagai peran yang bersifat pelayanan (munus
ministeriale).
Tetapi seperti dikatakan dalam Kitab Suci (bdk. Rom 12, 4) dan
dari tradisi Gereja, orang-orang terbaptis itu tidak semuanya
berperan sama dan juga tidak melaksanakan pelayanan yang sama
di dalam Gereja. Hal ini tampak dengan jelas dan dengan cara
tertentu dalam liturgi Gereja sekarang ini. Hal ini ditegaskan
secara eksplisit dalam SC, “Pada perayaan-perayaan Liturgi setiap
anggota, entah pelayan (pemimpin) entah umat, hendaknya dalam
menunaikan tugas hanya menjalankan, dan melakukan seutuhnya,
apa yang menjadi perannya menurut hakekat perayaan serta
kaidah-kaidah liturgi” (No. 28). Singkatnya, jelas bahwa berbagai
pelayanan dilaksanakan dalam liturgi demi kebaikan jemaat yang
sedang beribadat.
1 Pelayan Tertahbis
Pelayan yang pertama ada dalam Gereja ialah Uskup, Imam, dan
Diakon. Mereka ditahbiskan melaui penumpangan tangan.
Pentahbisan itu dilaksanakan di tengah-tengah komunitas kaum
beriman dan demi kebaikan mereka (bdk. Kis 6, 6; 13, 3; 2 Tim 1, 6).
Tradisi menunjukkan bahwa dalam abad II, ketiga tahbisan itu
disebut episkopat, presbiterat, dan diakonat. memperoleh
pengakuan dan kepentingan umum bagi Gereja. Uskup, Imam, dan
Diakon ditahbiskan untuk kehidupan dan perkembangan Gereja
dalam liturgi.
2 Pelayan Terlantik
Sejak tahun 1972 Akolit dan Lektor tidak lagi dipandang hanya
sebagai jenjang atau tangga menuju Imamat. Tugas ini dapat juga
diberikan kepada awam laki-laki yang bukan calon Imam. Masih
berlaku juga calon Imam sebelum menerima tahbisan harus lebih
dahulu dilantik menjadi Akolit dan Lektor. Akolit dan Lektor
(calon Imam maupun tidak) dilantik dalam liturgi untuk bertugas
dalam liturgi. Tugas mereka digariskan dalam Surat Apostolik
Paulus VI, Ministeria quaedam (1972).
Pelayan pembagi komuni ini juga termasuk Akolit (Kan 230) hanya
bertugas bila kebutuhan obyektif menuntut, misalnya jumlah
umat begitu banyak sementara Pelayan Tertahbis saat itu hanya
satu orang. Ketika Pelayan Biasa ini (tertahbis) ada dalam jumlah
yang cukup, pelayan tak lazim tidak bertugas. Seandainya pelayan
tak lazim belum atau akolit belum ada sementara jumlah umat
sangat banyak dalam suatu perayaan, Imam yang memimpin
liturgi boleh menugaskan umat tertentu hanya untuk kesempatan
itu (ad actum).
Ambo adalah tribun kecil dengan mimbar dari mana Sabda Allah
dibacakan. Lebih nyaman bila ambo itu tetap bukan geser. Ke
tempat ini naik pelayan Sabda dan tempat ini hanyalah untuk
bacaan, mazmur tanggapan, Pujian Paska, homili, dan doa umat
(doa universal). Untuk lainnya seperti komentator, pengumuman
haruslah melaksanakan tugas dari mimbar lain
Karena itu, jelaslah bahwa kehendak baik saja dari pihak pelayan-
pelayan itu baik laicus maupun clerus, tidaklah memadai. Setiap
pelayanan harus memiliki sifat pelayan, pendidikan yang benar
dan hidup yang layak untuk tugas resmi gerejani.