Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Definisi
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel (Potter & Perry, 2005). Tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh
akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan
organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu mentoleransi
kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5
menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier dan Erb, 1998).
Frekuensi pernapasan normal
Kelompok usia Rata-rata pernapasan/menit
Bayi baru lahir 30-60
1-5 tahun 20-30
6-10 18-26
10 tahun - dewasa 12-20
Dewasa tua (60 thn keatas) 16-25

Menurut Kelompok Usia Kelompok Usia Rata-rata pernapasan/menit Bayi baru lahir dan
bayi 30 – 60 I – 5 tahun 20 – 30 6 – 10 18 – 26 10 tahun – dewasa 12 – 20 Dewasa tua (60
tahu ke atas) 16 - 25
B. Anatomi dan Fisiologis Porses Pernafasan

Menurut Tarwoto Wartonah (2006) ada 3 sistem yang bekerja dalam penyampaian oksigen ke
jaringan tubuh yaitu sistem respirasi, sistem kardiovaskuler dan sistem hematologi.

Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi Menurut Lyndon (2013), System
tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah system pernapasan atau system respirasi.
System pernapasan dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu system pernapasan ats dan system
pernapasan bawah.
a. Sistem pernapasan atas
System pernapasan atas terdiri atas hidung, faring, dan laring
1) Hidung
Hidung dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu nares interior dan rongga hidung. Nares
interior adalah saluran-saluran di dalam hidung yang bermuara di rongga (vestibulum)
hidung. Pada nares interna terdapat kelenjar sebaesus yang di tutupi oleh bulu kasur. Rongga
hidung di lapisi oleh membran mukosa. Permukaan membran mukosa akan menghasilkan
lendir yang berfungsi melembabkan dan menghangatkan udara yang masuk ke paru-paru.
Pada permukaan mukosa terdapat rambut-rambut yang berfungsi menyaring debu atau
kotoran yang masuk ke rongga hidung.
2) Faring
Faring merupakan saluran berotot yang memanjang dari dasar tengkorak hingga
persambungannya dengan esofgus. Faring di bagi menjadi tiga bagian, yaitu nasofaring (di
belakang hidung), orofaring (di belakang mulut), dan laringofaring (di belakang laring).
Faring kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman
pathogen yang masuk bersama udara. Faring merupkan rongga persimpangan antara saluran
pencernaan dan saluran pernapasan. Di pangkal saluran pernafasan terdapat epiglotis yang
menjaga agar makanan tidak masuk ke saluran pernapasan. Saat menelan makanan, epiglotis
akan menutup pangkal saluran pernapasan sehigga makanan masuk ke saluran pencernaan.
Saat bernapas, epiglottis akan membuka saluran pernapasan sehingga udara dapat masuk ke
salurn tersebut.
3) Laring Laring merupakan saluran yang terletak di depan bagian terendah faring. Saluran
ini terdiri atas rangkaian kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligament dan
membran. Di dalam laring terdapat pita suara yang berfungsi menghasilkan bunyi atau suara.
Selain itu, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan jalan nafas dan melindungi jalan
nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.

b. Sistem pernafasan bawah


Sistem pernafasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru. Di dalam paru terdapat bronkus,
bronkiolius, dan alveolus.
1) Trakea
Trakea merupakan saluran udara dengan panjang sekitar Sembilan sentimeter dan disokong
oleh cincin-cincin kartilago. Trakea di mulai dari laring dan memanjang hingga kira-kira
ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea di lapisi oleh membran mukosa 12 yang
mengandung epitel bersila. Silia ini dapat bergerak untuk menggiringi keluar debu dan butir-
butir kotoran yang masuk bersama udara.
2) Bronkus dan paru-paru (pulmo) Ujung bawah trakea bergabung dua, ke kanan dan kiri.
Setiap percabangannya disebut bronkus, sedangkan tempat percabangannya di sebut
bifurkasi. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dari pada bronkus kiri. Di dalam paru-
paru, bronkus utama bercabang-cabang lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dan berakhir di
bronkiolus terminal. Bronkiolus berujung pada gelembung-gelembung halus yang diamankan
alveoli. Alveoli memiliki dinding yang elastis dan banyak mengandung kapiler darah. Pada
bagian inilah terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida. Alveoli bersifat
lentur karena di lumasi suatu zat yang disebut surfakat. Paru-paru terdiri atas dua bagian,
yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terdiri atas tiga lobus (atas, tengah, dan bawah),
sedangkan paru kiri terdiri atas dua lobus (atas dan bawah).

a. Sistem respirasi
Proses pernafasan
Pross pernafasan dapat di bagi menjadi dua tahap, yaitu pernafasan eksternal dan pernafasan
eksternal. Pernafasan eksternal adalah keseluruhan proses pertukaran gas antara lingkungan
eksternal adalah proses pertukaran gas antara pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh.
a. Pernafasan eksternal
Pernafasana eksteral dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu ventilasi pulmober, difusi gas,
dan traspor oksigen serta karbon dioksida.
1) Ventilasi
merupakan proses pertukaran gas dari atmosfer ke alveoli dan sebaliknya. Gas yang di hirup
dari atmosfer ke alveoli adalah 13 oksigen, sedangkan gas yang di keluarkan dari alveoli ke
atmosfer adalah karbondioksida. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
a) Perbedaan tekanan udara antara atmosfer dan paru-paru
b) Jalan nafas yang berih serta system pernafasan yang utuh
c) Kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan berkomunikasi dengan baik
d) Kerja sistem saraf autonom, yaitu rangsangan simpatik dapat menyebbkan relaksasi
sehingga vasodilatasi dapat terjadi, sedangkan rangsangan parasimpetik dapat menyebabkan
kontraksi seingga vasokonstriksi dapat terjadi
e) Kerja sistem saraf pusat karena pada system saraf pusat terdapat bagian yang berperan
sebagai pusat pernafsan, yaitu mendula oblongata dan pons. Keberadaan karbon dioksida
akan merangsang kedua pusat saraf terebut.
f) Kemampuan paru-paru untuk mengembang dan menyempit. Kemampuan paru-paru untuk
mengembang di sebut compliance di pengaruhi oleh keberadaan surfakat di alveoli yang
menurunkan tegangan permukaan dan keberadaan sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps
dan gangguan toraks. Kemampuan paru-paru untuk menyempit sehingga dapat mengeluarkan
CO2 di sebut recoil.

2) Difusi gas alveolar


Pada saat oksigen memasuki alveoli, terjadi difusi oksigen dari alveoli ke pembuluh darah
kapiler paru. Selain itu, juga terjadi difusi karbon dioksid dari pembuluh darah kapiler paru
ke alveoli. Proses difusi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas permukan paru,
ketebalan membran respirasi, perbedaan tekanan karbon dioksida di dalam alveoli dan di
kapiler paru, perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen di dalam alveoli dan di kapiler 14
paru, serta afinitas gas (kemampuan O2 dan CO2 dalam menembus dan mengikat
hemoglobin). 3) Transpor oksigen dan karbon dioksida Transport gas di dalam tubuh dapat di
bagi menjadi dua bagian, yaitu traspor oksigenasi dan transport karbon dioksida.
a) Transpor oksigen merupakan proses pengangkutan oksigen dari pembuluh kapiler ke
jaringan tubuh. Oksigen yang masuk ke dalam pembuluh kapiler sebagai besar akan berikatan
dengan hemoglobin (97%) dalam bentuk oksihemoglobin (HBO2) dan sisanya (3%) terlarut
di dalam plasma. Transpor oksigena di pengaruhi oleh jumlah oksigen yang masuk ke dalam
paru (ventilasi) serta aliran darah ke paru dan jaringan (perfusi).
b) Transpor krbon dioksida Transpor karbon dioksida merupakan proses pengangkutan
karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru.

b. Pernapasan Internal (Pernapasan Jaringan)


Pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara pembuluh darah kapiler dan
jaringan tubuh. Setelah oksigen berdifusi ke dalam pembuluh darah, darah yang banyak
mengandung oksigen di angkut ke seluruh bagian tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Di
bagian ini terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara kapiler sistemik dan sel
jaringan. Oksigen berdifusi dari kapiler sistemik ke sel jaringan, sedangkan karbon dioksida
berdifusi dari sel jaringan ke kapiler sistemik.
terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas
dinding dada, otot-otot pernafasan, diafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat
pernafasan di otak.
Pada sistem respirasi ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru
dan difusi.
1) Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar
500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih
negatif (752 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke
alveoli. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatenan ventilasi yaitu kebersihan jalan nafas
(adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara
dari dan ke paru-paru), adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan, adekuatnya
pengembangan dan pengempisan paru, kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma,
eksternal interkosta, internal interkosta, otot abdominal (Wartonah, 2006). Universitas
Sumatera Utara.
Inspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk terangkat,
volume rongga dada membesar, paru-paru mengembang, sehingga tekanan udaranya menjadi
lebih kecil dari udara atmosfer, sehingga udara masuk.

Ekspirasi (Pengembusan)
Volume rongga dada dan paru-paru mengecil ketika diafragma bergerak naik dan sangkar
tulang rusuk mengecil. Tekanan udara dalam paru-paru akan naik melebihi tekanan udara
atmosfer, dan udara akan mengalir keluar dari paru-paru.
2) Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi paru untuk dioksigenasi
dimana pada sirkulasi paru darah yang dioksigenasi mengalir dalam arteri pulmonalis dari
ventrikel kanan jantung. Darah ini ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon
dioksida di kapiler dan alveolus. Fungsi utama sirkulasi pulmonal adalah mengalirkan darah
yang dioksigenasi dari dan ke paruparu agar dapat terjadi pertukaran gas. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Dengan demikian, adekuatnya pertukaran gas dalam
paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat
istirahat ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4 lt/menit, sedangkan aliran darah
kapiler pulmonal (Q) sekitar 5 lt/menit (Wartonah, 2006).

3) Difusi
Yang dimaksud difusi pada paru-paru adalah proses pertukaran gas yang terjadi atara
lingkungan luar dan darah serta pertukaran gas di dalam jaringan tubuh. Difusi akan terjadi
dari daerah konsentrasi tinggi ke rendah yaitu dari kapiler darah ke alveoli.
Dalam difusi pernafasan, komponen yang berperan penting adalah alveoli dan darah. Untuk
memenuhi kebutuhan O2 dari jaringan, proses difusi gas pada system respirasi haruslah
optimal. Difusi gas adalah bergeraknya O2 dan CO2 atau partikel lain dari area bertekanan
tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli, O2 melintasi membran alveoli-
kapiler dari alveoli berdifusi kedalam darah karena adanya perbedaan tekanan PO2 yang
tinggi dialveolus (100 mmHg) dan tekanan pada kapiler lebih rendah (PO2 40 mmHg),
sedangkan CO2 berdifusi keluar alveoli akibat adanya perbedaan tekanan PCO2 darah 45
mmHg dan di alveoli 40 mmHg. Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan membran,
luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2, serta
perbedaan tekanan gas O2 dan CO2 (Muttaqin, 2010).
Difusi gas adalah pertukaran gas antara alveolus dan kapiler pulmoner, serta kapiler
pulmoner dan sel jaringan melibatkan suatu proses difusi pasif melalui perbedaan gradien
tekanan parsial.
Difusi gas terjadi dengan daerah dengan tekanan parsial tinggi ke tekanan parsial rendah.
Transport Oksigen (O2)

Di lain pihak, oksigen (O2) yang berdifusi ke sel-sel darah merah bercampur secara kimiawi
dengan hemoglobin (Hb) untuk membentuk apa yang dinamakan Oksihemoglobin
(oxyhemoglobin - HbO2). Proses pengikatan ini meningkatkan kapasitas darah untuk
mengangkut oksigen sekitar 65 kali.

Tujuan terapi oksigen


1. Mengurangi sesak saat beraktivitas.
2. Meningkatjkan kemampuan beraktivitas
3. Memperbaiki kualitas hidup
4. Memperbaiki korpulmonal
5. Meningkatkan fungsi jantung
6. Memperbaiki metabolisme otot
7. Memperbaiki fungsi naumpsikiatrik
8. Mengurangi hipertensi pulmonal

Alat yang digunakan


1. Sungkup muka tanpa kantong penampung

Sungkup berfungsi sebagai penampung untuk oksigen (O2) dan karbon dioksida
(CO2) hasil ekspirasi.
Alat ini mampu menyediakan fraksi oksigen O2 (FiO2) sekitar
40 - 60% dengan aliran sekitar 5 -10 liter per menit
penggunaan alat ini direkomendasikan agar aliran Oksigen dapat tetap
dipertahankan sekitar 5 liter atau per menit atau lebih yang bertujuan untuk
mencegah karbon dioksida yang telah dikeluarkan dan tertahan pada sungkup
untuk terhirup kembali

2. nasal kanul
arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring dengan aliran1- 6 liter per menit
dengan fraksi oksigen sampai O2 ( FiO2) 18 antara 24-44%

Faktor yang mempengaruhi pernapasan


1) Posisi tubuh, : Berdiri atau duduk tegak menyebabkan ekspansi (pelebaran) paru
paling besar. Diafragma dapat naik turun secara leluasa karna organ abdominal tidak
menekan/ mendorong diafragma.
2) Lingkungan : ketinggian tempat polusi udara, alergen, suhu
3) Gaya hidup : merokok, obat-obatan dan alcohol, nutrisi, aktvitas,
4) Emosi : takut, cemas, marah
1. PosisiTubuh
Berdiri atau duduk tegak menyebabkan ekspansi (pelebaran) paru paling besar. Diafragma
dapat naik turun secara leluasa karena organ abdominal tidak menekan/mendorong
diafragma. Pernapasan lebih kuat saat berbaring karena isi abdomen mendorong diafragma.
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, pernapasan meningkat dan sulit pada posisi
berbaring karena janin mendorong diafragma.

2. Lingkungan
a. Ketinggiantempat
Tempat lebih tinggi mempunyai tekanan oksigen lebih rendah, sehingga darah arteri
mempunyai tekanan oksigen yang rendah. Akibatnya orang di dataran tinggi mempunyai
pernafasan dan denyut nadi yang meningkat dan peningkatan kedalaman napas.
b. Polusiudara
Polutan (hidrokarbon, oksidan) bercampur dengan oksigen membahayakan paru. Karbon
monoksida menghambat ikatan oksigen dalam hemoglobin. Polutan menyebabkan
peningkatan produksi mukus, bronkhitis dan asma.
c. Alergen
Alergen (pollen, debu, makanan) menyebabkan jalan napas sempit akibat udem, produksi
mukus meningkat, dan bronkhospasme. Hal ini menyebabkan kesulitan bernapas sehingga
meningkatkan kebutuhan oksigen d. Suhu Panas menyebabkan delatasi pembuluh darah
perifer yang mengakibatkan aliran darah ke kulit dan meningkatkan sejumlah panas yang
hilang dari permukaan tubuh. Vasodilatasi kapiler menurunkan resistensi atau hambatan
aliran darah. Respons jantung meningkatkan output untuk mempertahankan tekanan darah.
Peningkatan cardiac output membutuhkan tambahan oksigen sehingga kedalaman napas
meningkat. Lingkungan yang dingin menyebabkan kapiler perifer kontriksi, sehingga
meningkatkan tekanan darah yang menurunkan kerja jantung dan menurunkan
kebutuhanoksigen. Modul Keperawatan Dasar 2018/2019 31
3. Gaya Hidup danKebiasaan
a. Merokok
Perokok lebih banyak mengalami emfisema, bronkhitis kronis, Ca paru, Ca mulut, dan
penyakit kardiovaskular daripada yang bukan perokok. Rokok dapat menghasilkan banyak
mukus dan memperlambat gerakan mukosilia, yang akan menghambat gerakan mukus dan
dapat menyebabkan sumbatan jalan napas, penumpukan bakteri dan infeksi, sehingga
menyebabkan pernapasan lebih cepat.
b. Obat-obatan danalkohol Barbiturat, narkotik, beberapa sedative, dan alkohol dosis tinggi
dapat menekan sistem syaraf pusat dan menyebabkan penurunan pernapasan. Alkohol
menekan refleks yang melindungi jalan napas, sehingga orang yang teracuni alkohol dapat
muntah, teraspirasi isi lambung ke paru dan menyebabkan pneumonia.
c. Nutrisi
Kalori dan protein diperlukan untuk kekuatan otot pernapasan dan memelihara sistem imun.
Cairan diperlukan untuk mengencerkan dan mengeluarkan sekresi sehingga kepatenan jalan
napas terjaga. Pada obesitas, gerakan paru terbatas khususnya pada posisi berbaring,
menyebabkan pernapasan cepat dan dangkal, sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
d. Aktivitas
Aktivitas meningkatkan pernafasan dan kebutuhan oksigen dalam tubuh. Mekanisme yang
mendasarinya tidak banyak diketahui. Walaupun demikian hal ini menerangkan bahwa
beberapa faktor yang terlibat di dalamnya antara lain kimiawi, neural dan perubahan suhu.
e. Emosi
Takut, cemas, dan marah menyebabkan impuls ke hipotalamus otak yang menstimulasi pusat
kardiak untuk membawa impuls ke saraf simpatis dan parasimpatis kemudian mengirim ke
jantung. Kerja jantung meningkat dengan jalan meningkatkan frekuensi nadi, sehingga
pernapasan dan kebutuhan oksigen meningkat untuk membantu kerja jantung. Latihan Untuk
memperdalam pemah

KONSEP DASAR OKSIGENASI


A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi
1. Kebutuhan oksigen
Menurut Andina & Yuni (2017), Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan.
Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Masalah kebutuhan oksigen
merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti
pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi
kematian. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena jika kebutuhan oksigen
dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal itu
berlangsung lama akan menimbulkan kematian. System yang berperan dalam proses
pemenuhan kebutuhan adalah system pernapaan, persarafan, dan kardiovaskuler. Pada
manusia, proses pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan cara pemberian
oksigen melalui saluran pernapasan, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar
berpungsi secara normal serta membebaskan saluran pernapasan dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen. Mengingat oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia,
maka dalam lingkup keperawatan, perawat harus paham dengan manifestasi tingkat
pemenuhan kebutuhan oksigen pada kliennya, serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Itulah sebabnya, perawat perlu memahami
secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia. Oksigenasi merupakan proses
penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisiska). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan
tidak berbau, yang mutlak dibutuhkn dalam proses metabolism sel. Akibat oksigenasi 6 7
terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Walupun begitu, akamn memberikan dampak
yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Menurut Tarwato & Wartonah (2015), Oksigen
(O2) merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh
karena oksigen diperlikan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen
diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas, pada atmosfer, gas selain oksigen juga
terdapat karbon dioksida (CO), nitrogen ( N), dan unsure-unsur lain seperti argon dan helium.

2. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

a. Faktor fisiologis
1) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluaran napas bagian
atas.
3) Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu. 4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu hamil, luka.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.

b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur
2) Bayi dan toodler
3) Anak usia sekolah dan pertengahan
4) Dewasa tua

c. Faktor prilaku
1) Nutrisi
2) Latihan fisik
3) Merokok
4) Penyalahgunaan substansi kecemasan

d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut (Haswita & Reni, 2017).

Perubahan fungsi pernafasan Menurut Haswita (2017), perubahan fungsi pernafasan ada
tiga yaitu:
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi berlebih, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasikan karbon dioksida normal di vena, yang di produksi melalui metabolisme
seluler. Hiperventilasi dapat di sebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan,
ketidakseimbangan sam basa, hipoksia yang di kaitkan dengan embolus paru dan syok.

b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasikan karbon dioksida secara adekuat. Sehingga apabila ventilasi
alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningakat. Hipoventilasi dapat di sebabkan oleh
atelektasis.

c. Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Kondisi ini
terjadi akibat penghantaran oksigen atau tingkat penggunaan oksigen di seluler. Hipoksia
dapat di sebabkan oleh
(1) penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas drah yang membawa oksigen,
(2) penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi,
(3) ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah, seperti keracunan sinida,
(4) penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti pneumonia,
(5) perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk, seperti syok.
(6) kerusakan ventilasi, seperti fraktur iga multipel atau trauma dada.

b. Sistem Kardiovaskuler
bersirkulasi secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak pada
kemampuan transpor gas oksigen dan karbon dioksida
DATA FOKUS PENGKAJIAN MASALAHA PADA PEMENUHAN OKSIGENASI
1. Riwayat keperawatan
 Masalah respirasi
 Riwayat penyakit pernapasan
 Masalah kardiovaskuler
 Gaya hidup
 Frekuensi batuk
 Sputum
 Nyeri dada
 Faktor resiko
 Riwayat pengobatan
2. Pengkajian fisik
 Infeksi : rata-rata kedalaman ritme , usaha, kualitas respirasi, catat posisi klien
saat bernapas.
 Palpasi: temperatur kulit, fremitus, pengembangan dada
Krepitasi, massa edema dll
 Perkusi : intensitas, tinggi rendahnya suara serta kualitas dan lokasinya.
 Auskultasi : vesikuler, bronchial, bronchovesikuler, rales, ronchi, lokasi dan
perubahan suara nafas serta saat terjadinya.

3. Diagnosa keperawatan pada masalah pemenuhan oksigenasi

 Bersihan jalan napas tidak efektif


 Gangguan pertukaran gas
 Gangguan ventilasi spontan
 Pola napas tidak efektif
 Risiko aspirasi

Anda mungkin juga menyukai