Anda di halaman 1dari 22

Tulang penyusun rangka

gerak pada manusia


fungsi tulang:
1 alat gerak pasif (rangka)
1 memberi bentuk tubuh
2. alat gerak aktif (otot)
2 menopang tubuh
3 melindungi organ penting
4. Alat gerak pasif
5. Tempat melekatnya otot
6. Tempat pembentukan sel-sel darah
tulang berdasarkan bentuknya
1. tulang pipa terdiri atas tulang paha betis lengan
2. tulang pipih terdiri dari tulang rusuk dada dan kepala
3 tulang pendek terdiri dari tulang pergelangan tangan dan kaki telapak tangan dan kaki

1. tulang pipa
 panjang bulat seperti pipa kedua ujung berbonggol dua bagian tengah ada sumsum kuning
dan lemak
 tulang paha lengan atas kering betis Hasta pengumpil

2. tulang pipih
 bentuknya pipih
 berisi sumsum merah
 pelindung organ vitasi
 tulang tengkorak rusuk dada dan belikat

3. tulang pendek
 pendek dan bulat
 berisi sumsum merah
 ruas tulang belakang pergelangan tangan dan kaki

tulang berdasarkan letak


1. Tengkorak
2. anggota badan
3. anggota gerak

1. TENGKORAK
2. anggota badan
 tulang belakang (vertebrae )
 tulang dada
 tulang rusuk
 tulang gelang panggul

TULANG BELAKANG

TULANG DADA
Anggota gerak
1. anggota gerak atas
2. anggota gerak bawah
ANGGOTA GERAK ATAS

a) tulang lengan atas


b) tulang hasta
c) tulang pengumpil
d) tulang pergelangan tangan
e) tulang telapak tangan
f) tulang ruas-ruas jari tangan

ANGGOTA GERAK BAWAH


a) tulang paha
b) tulang tempurung lutut
c) tulang betis
d) tulang kering
e) tulang pergelangan kaki
f) tulang telapak tangan
g) tulang ruas-ruas jari kaki

JARINGAN TULANG
1. TULANG KERAS
a) Tulang kompak – Tulang pipa
b) Tulang spons – Tulang pipih, tulang pendek
2. TULANG RAWAN ( Kartilago)
a) Tulang rawan Hialin
b) Fibrosa
c) elastis
SENDI Hubungan antara tulang satu dengan tulang lainnya.
1) Sendi mati (sinartrosis)
Hubungan antar tulang yang tidak dapat digerakkan sama sekali contoh pada Sambungan
antar tulang tengkorak

2) Kaku (amfiartrosis)
persendian yang dihubungkan tulang rawan (kartilago) jaringan serabut dan ligamen sehingga
hanya memungkinkan terjadi sedikit gerakan contoh persendian tulang belakang rusuk dan
dada

3) Gerak (diartrosis)
Hubungan antar tulang yang memungkinkan terjadi gerakan bebas
 sendi peluru
 sendi engsel
 sendi putar
 Sendi geser
 Sendi pelana

MACAM-MACAM PERSENDIAN
OTOT ( ALAT GERAK AKTIF)
 otot adalah alat gerak aktif
 otot mampu berkontraksi dan berelaksasi
 otot mampu menggerakkan persendian
 Setiap manusia memiliki sel otot sekitar 650 buah
 otot penyusun setengah dari jumlah berat badan manusia
Mengapa otot sangat penting?
1) satu menjaga organ penting dalam tubuh agar pada tempatnya
2) menggerakkan tulang sebagai alat gerak pasif
3) membantu menggerakkan lidah dan gigi untuk mengunyah makanan
4) Membuka dan menutup kelopak mata
5) memompa darah dari jantung
6) membuatku bisa tersenyum
TIPE OTOT MANUSIA
ciri-ciri otot polos ( involunter)
1. sel berbentuk gelendong dan
berinti satu
2. bekerja nyata sadar,
3. menyusun sebagian besar besar
organ dalam ginjal uterus
pencernaan organ pernapasan

ciri-ciri otot jantung ( involunter)


1. sel berbentuk serabut anyaman
yang bercabang dan memiliki
banyak inti
2. bekerjanya tidak sadar involunter
atau sangat Tahan lelah
3.Hanya terdapat pada organ jantung

ciri-ciri otot lurik ( volunter)


1.sel berbentuk silinder dan berinti
banyak tidak bercabang
2. dua terdapat bagian terang dan
bagian gelap
3. menyusun otot rangka
4 bekerjanya sadar atau volunter dan
tidak tahan lelah

KONTROL PERSARAFAN
SISTEM SARAF MOTORIK
Saraf motorik merupakan kumpulan saraf di otak, tulang belakang, dan jaringan otot yang
mengatur fungsi pergerakan otot tubuh. Kerja saraf motorik memungkinkan tubuh
seseorang untuk melakukan berbagai aktivitas bekerja.
sistem saraf motorik
1. kortek serebri pusat saraf penggerak (mengatur kekuatan gerak)
2. ganglia basalis (mengatur kecepatan gerak)
3. cerebellum (mengatur keteraturan atau akurasi gerak)
4. medula spinalis (mengatur tonus otot mengatur otot skelet)
5. saraf spinal (saraf perifer) meneruskan/menghubungkan SSP motorik dengan efektor (otot
skelet)

HUBUNGAN SARAF – OTOT (Myoneural junction)


1. ujung saraf motorik berhadapan dengan membran sel otot
2. ujung saraf (motor end plate) tersebut mengandung neurotransmitter asetilkolin (AC) yang
tersimpan dalam vesikel-vesikel
3. bila ada impuls mencapai ujung saraf AC akan dilepaskan dari vesikel selanjutnya berikatan
dengan reseptor pada membran sel otot menyebabkan peningkatan permeabilitas membran
terhadap Na- depolarisasi- potensial aksi lempeng ujung -kontraksi otot.

potensial membran
1. perbedaan potensial listrik intrasel ekstra sel
2. PM istirahat potensial membran pada sel yang tidak aktif /rest/steady state (ekstrasel positif,
intrasel negatif)
3. stimulasi  permeabilitas membran sel saraf berubah. Na+ berdifusi masuk (depolarisasi)
diikiti keluarnya K+ secara difusi (repolarisasi)  implus saraf (potensial aksi) yang akan
diteruskan oleh akson.

langkah-langkah kontraksi (1)


1. pelepasan vesikel dan motor end plate
2. pembangkitan potensial aksi pada membran sel otot
3. pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma berdifusi ke dalam tebal filamen tipis

langkah-langkah kontraksi (2)


1. pengikatan kalsium oleh troponin C membebaskan ikatan aktin miosin
2. pergeseran filamen halus dengan filamen tebal mendekati pusat sarkomer
3. pita I menyempit, pita A tetap  terjadi pemendekan otot  kontraksi otot terjadi perubahan
gaya

langkah-langkah relaksasi otot


1. pembebasan ion kalsium dari troponin C2
2. ion kalsium dipompa (transpor aktif) Kembali menuju retikulum sarkoplasma
3. penghentian interaksi antara aktin dan miosin
4. filamen tipis bergeser menjauhi filamen tebal (garis Z saling menjauh). terjadi pemanjangan
otot atau relaksasi .

siklus kontraksi otot


1. terjadi perubahan muatan a muatan listrik pada membran sel otot sama selama kontraksi yang
dapat direkam dengan EMG
2. terjadi fase laten- fase kontraksi fase - fase relaksasi, 3.
3. Massa refrakter suatu fase dimana otot tidak menjawab rangsangan yang diberikan atau
rangsangan yang datang yang terdiri atas masa refrakter Absolut (fase laten) dan masa
refrakter relatif (fase kontraksi dan relaksasi).
4. pada otot rangka masa refrakter relatif masih dapat menerima rangsang yang datang
berikutnya bila melampaui ambang rangsang sehingga dapat terjadi kontraksi TETANI
1. KONTRAKSI ISOMETRIC
iso berarti tetap, Matrix berarti jarak adalah kontraksi di mana otot tidak memanjang atau
memendek sehingga tidak tampak suatu gerakan yang nyata tetapi di dalam otot ada tegangan
dan semua tenaga yang dikeluarkan dalam otot akan diubah menjadi panas. kontraksi
demikian disebut juga kontraksi statis (statik contraction) contoh gerakan isometrik misalnya
latihan mendorong tembok seolah hendak merobohkannya.
2. KONTRAKSI ISOTONIC
Kontraksi isotonik adalah tipe kontraksi yang disebabkan memanjang atau memendek nya
otot-otot. dalam kontraksi ini tampak terjadi suatu gerakan dalam anggota anggota tubuh tipe
kontraksi ini disebut juga dengan dinamik contraction contohnya saat latihan menggunakan
barbell.
3. KONTRAKSI ISOKINETIK
kontraksi isokinetik juga bersifat konsentrik, artinya saat berkontraksi otot memendek tetapi
tegangan yang timbul karena membedakannya otot dengan kecepatan (kinetic) yang tetap
adalah maksimal pada semua sudut persendian kontraksi isokinetik ini banyak ditemui pada
beberapa cabang olahraga misalnya gerakan lengan pada renang renang gaya bebas.
4. KONTRAKSI EKSTENSIK
biasanya terjadi pemendekan atau panjang atau tetap akan tetapi ada kalanya ada
perpanjangan pada waktu kontraksi

SUMBER ENERGI
Otot lurik dapat berkontraksi cepat sekali secara berulang-ulang. Pada seorang pelari cepat
100 meter, otot-otot kakinya dapat berkontraksi 3 kali per detik untuk kontraksi itu otot
membutuhkan banyak energi dan oksigen. Oksigen diberikan oleh darah sehingga oleh lurik
umumnya warna merah karena banyak dialiri darah.

Saat berkontraksi otot membutuhkan energi dan oksigen. Oksigen diberikan oleh darah,
sedangkan energi diperoleh dari penguraian ATP (adenosin trifosfat) dan
Kreatin fosfat. ATP terurai menjadi ADP (adenosin difosfat) + energi selanjutnya, ADP
terurai menjadi AMP (Adenosin monofosfat) + energi kreatin fosfat terurai menjadi
kreatin+ fosfat+ energi. Energi- energi ini semua digunakan untuk kontraksi otot.
Pemecahan zat tersebut untuk menghasilkan energi untuk kontraksi otot berlangsung dalam
keadaan Anaerob, sehingga fase kontraksi otot tersebut disebut juga fase Anaerob bila ATP
ADP maupun AMD dalam otot telah habis maka otot tidak mampu lagi berkontraksi. Untuk
dapat berkontraksi kembali maka ATP ADP dan AMP harus dibentuk lagi untuk itu
diperlukan lagi energi dari senyawa fosfat.

Energi untuk membentuk ATP berasal dari penguraian gula otot atau glikogen. Glikogen
adalah polisakarida yang tidak larut Untuk itu maka glikogen dilarutkan dulu menjadi
laktasidogen terbentuk asam laktat yang larut laktasidogen diubah menjadi glukosa (gula
darah) + asam laktat .

glukosa akan dioksidasi menghasilkan energi dan melepaskan CO2 dan H2O

proses ini semua terjadi pada saat otot yang mengalami relaksasi karena pada relaksasi
diperlukan oksigen untuk mengoksidasi glukosa dan atau asam laktat, maka fase lokasi
disebut juga fase aerob Asam susu atau asam laktat yang merupakan hasil sampingan
peristiwa dari pemecahan laktasidogen dapat menyebabkan pegal linu dalam otot ataupun
dalam dapat menyebabkan kecapean otot. Untuk penguraian asam laktat diperlukan banyak
oksigen pada saat yg singkat. Keadaan ini menyebabkan pernapasan menjadi tersengal-sengal

KEBUTUHAN AKTIVITAS.
kebutuhan aktivitas mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan
dengan bebas

kebutuhan mobilitas
mobilitas merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas mudah teratur mempunyai
tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat dan penting untuk kemandirian

jenis mobilitas
1. mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh
2. mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat
dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi
3. mobilitas sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya sementara
contoh adanya dislokasi sendi dan luka
4. mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap
contoh terjadinya hemiplegia karena stroke

faktor yang mempengaruhi mobilitas


1. Lifestyle dua
2. Penyakit/ cedera
3. tingkat energi
4. usia dan status perkembangan

kategori tingkat aktivitas atau mobilitas


1. tingkat 0 mampu merawat diri sendiri secara penuh
2. tingkat 1 memerlukan penggunaan alat
3. tingkat 2 memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
4. tingkat 3 memerlukan bantuan pengawasan dan peralatan
5. tingkat 4 sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
imobilitas.

imobilitas
imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan aktivitas
contoh pasien yang mengalami trauma tulang belakang cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas dan sebagainya.

jenis imobilitas
1. imobilitas fisik merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan
contoh seperti pada pasien diplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah
paralysis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengubah tekanan
2. imobilitas intelektual merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan berpikir seperti
pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit
3. imobilitas emosional yang di keadaan ketika mengalami pembatasan secara emosional
karena adanya perubahan secara tiba-tiba di dalam menyesuaikan diri contoh stres karena
diamputasi
4. imobilitas sosial yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam berinteraksi
karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

perubahan sistem tubuh akibat imobilitas


1. perubahan pada metabolisme tubuh
2. ketidak ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
3. Gangguan dalam kebutuhan nutrisi
4. gangguan fungsi gastrointestinal
5. perubahan sistem pernapasan
6. perubahan kardiovaskuler
7. perubahan sistem muskuloskeletal
8. Perubahan kulit
9. perubahan eliminasi buang air besar dan kecil dan
10. perubahan perilaku

PERUBAHAN PADA METABOLISME TUBUH

Menyebabkan :
Kecepatan dalam tubuh
BMR yang menyebabkan berkurangnya energi atau perbaikan sel
Ekskresi urine dan meningkatnya nitrogen
Dampak :
Jumlah metabolisme
 Atropi kelenjar dan katabolisme protein
 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Demineralisis tulang
 Gangguan dalam mengubah zat gizi
 Gangguan gastrointestial.

1. Ketidakseimbangan cairan dal elektrolit


Mengakibatkan :
- Persediaan protein menurun dan konsentrasi Protein serum berkurang sehingga
dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh
- berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler ke intrasel ke interstisial
dapat menyebabkan edema
- demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot
2. gangguan perubahan gizi 1
- terjadi disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat
mengakibatkan pengubahan zat makanan pada tingkat sel menurun
- di mana sel tidak lagi menerima glukosa asam amino lemak dan oksigen dalam
jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme
3. gangguan fungsi gastrointestinal
- imobilitas dapat menurunkan hasil Makanan yang dicerna sehingga penurunan
jumlah pemasukan yang cukup dapat Menyampaikan keluhan
- contoh perut kembung mual dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan
gangguan proses eliminasi.
4. perubahan sistem pernapasan
- akibat imobilisasi 1
- kadar hemoglobin menurun 2
- ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan
proses metabolisme terganggu
- terjadinya penurunan kadar hemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran
oksigen dari alveolus ke jaringan sehingga menyebabkan anemia
5. perubahan kardiovaskuler perubahan sistem ini akibat imobilitas antara lain
- dapat berupa hipotensi ortostatik,
- Meningkatnya kerja jantung dan terjadinya pembentukan trombus
6. perubahan sistem muskuloskeletal
- gangguan muskular
dampak menurunnya massa otot ditandai dengan atropi otot
- gangguan-gangguan skelet contoh akan mudah terjadi kontraktur sendi dan
osteoporosis
kontraktur kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi
yang disebabkan atrofi dan memendek nya otot
osteoporosis terjadi akibat reabsorpsi tulang semakin besar sehingga
menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium
yang dikeluarkan melalui urin semakin besar
7. perubahan sistem integumen
hal ini terjadi penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat
imobilitas dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka
dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan
8. perubahan eliminasi contoh penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan
kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah Renal dan urin
berkurang
9. perubahan perilaku perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas antara antara lain
timbulnya rasa bermusuhan bingung cemas emosional tinggi depresi perubahan Silk tidur,
dan menurunnya koping mekanisme
postur tubuh
postur tubuh body alignment merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh
yang berhubungan dengan bagian tubuh yang lain fungsinya menjaga keseimbangan
contoh seperti Dalam posisi duduk berdiri dan berbaring yang benar.
faktor-faktor yang mempengaruhi postur tubuh
1) status kesehatan
2) nutrisi
3) emosi
4) gaya hidup
5) perilaku dan nilai
kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
kebutuhan manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan mekanika tubuh adalah usaha
koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan
yang tepat
prinsip mekanika tubuh
1) gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh
2) pusat gravitasi titik yang ada di pertengahan tubuh
3) garis gravitasi sebagai garis imajiner vertikal melalui pusat gravitasi
4) dasar tumpuan sebagai dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk
menopang atau menahan tubuh
5) keseimbangan dicapai dengan mempertahankan posisi garis gravitasi di antara
garis gravitasi dan pusat tumpuan
6) berat atau bobot benda yang akan diangkat akan mempengaruhi mekanika tubuh

pergerakan dasar dalam mekanika tubuh


1) satu gerakan (ambulating) yang gerakan yang mempertahankan keseimbangan
tubuh contoh keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan
2) menahan (Squattting) dalam melakukan pergantian posisi menangani selalu
berubah contoh posisi orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok
3) menarik (pulling) menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan
benda dilakukan penarikan
4) mengangkat (lifting) mengangkat merupakan pergerakan Daya tarik
5) memutar (pivoting) merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang.
faktor-faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh dan pergerakan
1) nutrisi
2) emosi
3) situasi dan kebiasaan
4) gaya hidup
5) pengetahuan
6) tingkat perkembangan tubuh
7) kesehatan fisik
8) kelemahan neuro muskular dan skelet
9) pekerjaan

masalah kebutuhan aktivitas


1) gangguan mobilitas fisik
2) defisit perawatan diri
3) koping individu tidak efektif
4) kelelahan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN


MOBILITAS DAN IMOBILITAS
 pengkajian
1) riwayat keperawatan sekarang
2) riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
3) kemampuan fungsi motorik
4) kemampuan rentang gerak ROM
5) perubahan intoleransi aktivitas
6) kekuatan otot dan gangguan koordinasi
7) perubahan psikologis

 diagnosis keperawatan
1) gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang fraktur dan lain-lain
2) gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
3) risiko cedera jatuh akibat orthostatic pneumonia
4) intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan otot
5) syndrome perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
6) tidak efektifnya pola nafas akibat menurunnya ekspansi paru
7) gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi
8) gangguan eliminasi akibat imobilitas
9) retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik Inkontinensia urin akibat gangguan
mobilitas fisik
10) perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan akibat menurunnya nafsu makan
anoreksia akibat sekresi menurun penurunan peristaltik peristaltik usus
11) gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan intake
12) gangguan interaksi sosial akibat imobilitas
13) gangguan konsep diri akibat imobilitas

 intervensi keperawatan
tujuan
1) meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot dan fleksibilitas Tinggi
2) meningkatkan fungsi kardiovaskuler
3) meningkatkan fungsi respirasi
4) meningkatkan fungsi gastrointestinal final
5) memperbaiki gangguan psikologis
 Tindakan keperawatan
1) pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
2) fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
3) Fleksi dan ekstensi siku
4) pronasi dan supinasi lengan bawah
5) pronasi fleksi bahu
6) Fleksi dan ekstensi jari-jari
7) inversi dan eversi kaki
8) fleksi dan ekstensi lutut

PENGATURAN POSISI

pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas disesuaikan dengan


tingkat gangguan seperti

1. posisi Fowler

Posisi Fowler, juga dikenal sebagai posisi semi-duduk, adalah posisi tempat tidur
di mana kepala tempat tidur dinaikkan 45 hingga 60 derajat. Variasi posisi Fowler
meliputi: Fowler rendah (15 hingga 30 derajat), semi-Fowler (30 hingga 45
derajat), dan Fowler tinggi (hampir vertikal).

Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi


pernapasan pasien.

 Meningkatkan ekspansi paru-paru. Posisi Fowler digunakan untuk pasien yang


mengalami kesulitan bernapas karena dalam posisi ini, gravitasi menarik diafragma ke
bawah sehingga memungkinkan ekspansi dada dan paru-paru yang lebih besar.
 Berguna untuk pemasangan NGT. Posisi Fowler berguna untuk pasien yang
memiliki masalah jantung, pernapasan, atau neurologis dan sering optimal untuk
pasien yang memiliki tabung nasogastrik.
 Persiapan dan latihan sebelum berjalan. Fowler juga digunakan untuk
mempersiapkan pasien sebelum dapat berjalan setelah dilakukan tindakan operasi
atau perawatan. Perawat harus diwaspadai pusing atau pingsan selama pergantian
posisi.
 Waspadai kontraksi fleksi leher. Menempatkan bantal yang terlalu besar di
belakang kepala pasien dapat mendorong terjadinya kontraksi fleksi pada leher leher.
Dorong pasien untuk beristirahat tanpa bantal selama beberapa jam setiap hari untuk
relaksasi leher.
 Digunakan di beberapa operasi. Posisi Fowler biasanya digunakan dalam operasi
yang melibatkan bedah saraf atau bahu.
 Gunakan alas kaki. Menggunakan alas kaki disarankan untuk menjaga kaki pasien
tetap lurus dan membantu mencegah terjatuhnya kaki.
 Etimologi. Posisi Fowler dinamai sesuai nama George Ryerson Fowler yang
melihatnya

2. Posisi sims

Adalah posisi miring kekanan atau kekiri hal ini dilakukan untuk memberi kenyamanan
dan memberikan obat pada pasien.
Posisi Sims atau posisi semiprone adalah ketika pasien mengambil posisi
setengah jalan antara posisi lateral dan posisi tengkurap. Lengan bawah
diposisikan di belakang klien, dan lengan atas dilenturkan di bahu dan siku. Kaki
bagian atas lebih fleksibel di kedua pinggul dan lutut, daripada yang lebih
rendah.

 Mencegah aspirasi cairan. Sims dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar
karena memfasilitasi drainase dari mulut dan mencegah aspirasi cairan.
 Mengurangi tekanan tubuh yang lebih rendah. Ini juga digunakan untuk pasien
lumpuh karena mengurangi tekanan pada sakrum dan trochanter pinggul yang lebih
besar.
 Perawatan dan Visualisasi area perineum. Ini sering digunakan untuk pasien yang
menerima enema dan kadang-kadang untuk pasien yang menjalani pemeriksaan
atau perawatan daerah perineum.
 Wanita hamil merasa nyaman. Wanita hamil akan sangat nyaman dengan posisi
sims untuk tidur.
 Tingkatkan keselarasan tubuh dengan bantal. Letakkan bantal di bawah kepala
pasien dan di bawah lengan atas untuk mencegah rotasi internal. Tempatkan bantal
lain di antara kaki.

3. Posisi trandelenburg
Pada posisi ini pssien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari
bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredaran darag ke otak.
 Aliran balik vena – venous return – adekuat. Pasien dengan hipotensi seringkali
ditempatkan dalam posisi ini karena aliran balik vena adekuat dapat meningkatkan tekanan
darah.
 Postural drainase. Posisi Trendelenburg digunakan untuk memberikan postural drainase dari
lobus paru basal. Berhati-hatilah terhadap dispnea, beberapa pasien mungkin hanya
memerlukan kemiringan sedang atau waktu yang lebih singkat dalam posisi ini selama
drainase postural. Sesuaikan sesuai toleransi pasien.

4. Posisi dorsal recumbent

pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut Flexi (ditarik atau
didorong) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genitalia serta pada proses persalinan

5. posisi litotomi
pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan dan pemasangan alat kontrasepsi.

 Posisi litotomi umumnya digunakan untuk pemeriksaan vagina dan persalinan.


 Modifikasi posisi lithotomy diantaranya lithotomy rendah, standar, tinggi, hemi,
dan over, berdasarkan seberapa tinggi tubuh bagian bawah diangkat sampaitingkat
elevasi tertentu untuk menunjang prosedur.

6. Posisi knee chest

posisi ini posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian
alas tempat tidur. Provinsi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

 Dua arah. Posisi lutut-dada bisa lateral atau pronasi.


 Sigmoidoskopi. Posisi biasa diadopsi untuk sigmoidoskopi tanpa anestesi.
 Martabat pasien. Posisi lutut-dada dengan pronasi dapat memalukan bagi beberapa
pasien.
 Pemeriksaan ginekologis dan dubur. Posisi lutut-dada diasumsikan untuk
pemeriksaan ginekologis atau dubur.

7. Posisi Otropenik / tripoid

Posisi ortopneik atau tripod menempatkan pasien dalam posisi duduk atau di sisi
tempat tidur dengan meja di atas untuk bersandar dan beberapa bantal di atas meja
untuk beristirahat.

 Memaksimalkan ekspansi paru. Pasien yang mengalami kesulitan bernafas sering


ditempatkan dalam posisi ini karena memungkinkan ekspansi maksimal dada.
 Membantu pengeluaran napas adekuat. Posisi ortopneik sangat bermanfaat bagi
pasien yang memiliki masalah menghembuskan napas karena mereka dapat
menekan bagian bawah dada ke tepi meja overbed.
8. Posisi prone atau tengkurap

Dalam posisi prone atau tengkurap, pasien berbaring di perut dengan kepala
menghadap ke satu sisi dan pinggul tidak tertekuk.
 Ekstensi penuh sendi pinggul dan lutut. Posisi tengkurap adalah satu-satunya
posisi tidur yang memungkinkan ekstensi penuh sendi pinggul dan lutut. Ini juga
membantu mencegah kontraktur fleksi pinggul dan lutut.
 Kontraindikasi untuk masalah tulang belakang. Tarikan gravitasi pada batang
tubuh ketika pasien tengkurap menghasilkan tanda lordosis atau kelengkungan
tulang belakang ke depan sehingga dikontraindikasikan untuk pasien dengan
masalah tulang belakang. Posisi tengkurap hanya boleh digunakan ketika punggung
pasien dapat diluruskan dengan benar.
 Drainase sekresi. Posisi tengkurap juga mempromosikan drainase dari mulut dan
berguna untuk klien yang tidak sadar atau mereka yang dalam masa pemulihan
pasca operasi mulut atau tenggorokan.
 Tempatkan topangan adekuat. Untuk menopang pasien yang tengkurap, letakkan
bantal di bawah kepala dan bantal kecil atau handuk guling di bawah perut
 Dalam operasi. Posisi tengkurap sering digunakan untuk bedah saraf, di sebagian
besar operasi leher dan tulang belakang.

9. Posisi Lateral

Dalam posisi lateral atau berbaring miring, pasien berbaring di satu sisi tubuh
dengan tungkai atas di depan tungkai bawah dan pinggul serta lutut tertekuk.
Melenturkan pinggul dan lutut bagian atas serta menempatkan kaki ini di depan
tubuh menciptakan basis dukungan yang lebih luas dan segitiga serta mencapai
stabilitas yang lebih besar. Peningkatan fleksi pinggul dan lutut atas memberikan
stabilitas dan keseimbangan yang lebih besar. Fleksi ini mengurangi lordosis dan
meningkatkan keselarasan punggung yang baik.

 Meredakan tekanan pada sakrum dan tumit. Posisi lateral membantu meringankan
tekanan pada sakrum dan tumit terutama bagi orang-orang yang duduk atau
terbatas pada istirahat di posisi terlentang atau Fowler.
 Distribusi berat badan. Dalam posisi ini, sebagian besar berat badan didistribusikan
ke aspek lateral skapula bawah, aspek lateral ilium, dan trokanter femur yang lebih
besar.
 Bantal pendukung dibutuhkan. Untuk memposisikan pasien dalam posisi lateral
dengan benar, diperlukan bantal penopang
Skala persentase kekuatan otot normal

0. 0 paralisis sempurna

1. 10 tidak ada gerakan otot dapat dipalpasi atau dilihat


2. 25 gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
3. 50 gerakan yang normal melawan gravitasi
4. 75 gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
5. 100 kekuatan normal gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh

 Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan
mobilitas adalah sebagai berikut

1. Peningkatan fungsi sistem tubuh 2


2. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
3. peningkatan fleksibilitas sendi
4. Peningkatan fungsi motorik perasaan nyaman pada pasien dan ekspresi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH POSTUR TUBUH

 Pengkajian Keperawatan

terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji postur tubuh diantaranya

1. postur tubuh yang benar pada saat berbaring


2. postur tubuh yang benar pada saat duduk
3. postur tubuh yang benar pada saat berdiri

 Diagnosis Keperawatan
1. nyeri yang berhubungan dengan posisi duduk berdiri dan berbaring yang salah akibat
pemakaian gips pada daerah ekstremitas dan lain-lain
2. gangguan mobilitas berhubungan dengan drop foot otot akibat kontraktur
3. resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan otot

 Intervensi Keperawatan
1. pertahankan postur tubuh yang tepat dengan pengaturan posisi yang
2. perbaiki postur tubuh pada tingkat optimal dengan melatih duduk berdiri dan tidur secara
optimal
3. kurangi cedera akibat postur tubuh yang tidak tepat dengan membantu pasien melakukan
aktivitas sehari-hari
4. kurangi beban otot dengan Cara meletakkan alat dengan dekat dengan pasien dan bantu
kegiatan yang menimbulkan beban berat
5. Cegah komplikasi akibat postur tubuh yang tidak tepat

 Evaluasi
evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan postur tubuh
adalah

a. Tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam tubuh


b. pasien mampu beraktivitas dengan mudah tetapi tidak merasakan kelemahan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH MEKANIKA TUBUH DAN


AMBULASI
 Pengkajian
menilai kemampuan dan keterbatasan dalam bergerak dengan cara a.
1. Bangkit dari posisi berbaring ke posisi duduk
2. kemudian bangkit dari kursi berdiri menilai gaya berjalan

 Diagnosis Keperawatan
1. diagnosis keperawatan satu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya kelemahan
akibat spasme otot dan tulang pada extremitas nyeri akibat peradangan sendi penggunaan alat
bantu dalam waktu yang lama
2. risiko cedera berhubungan dengan adanya paralisis gaya berjalan tidak stabil penggunaan
tongkat yang tidak benar
3. kurangi perawatan diri dan kelemahan fisik secara umum
4.
 Intervensi Keperawatan
1. memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan aktivitas
2. memulihkan dan memperbaiki ambulasi
3. mencegah terjadinya akibat jatuh

 tindakan keperawatan
1. latihan ambulasi
2. duduk diatas tempat tidur
3. turun dan berdiri
4. membantu berjalan
 Evaluasi
1. melihat kembali perkembangan kesembuhan klien
2. hasil yang diharapkan dari masalah mekanika tubuh pada kain tidak dapat dilihat dalam
beberapa hari
3. perawatan mekanika tubuh dan ambulasi klien harus sering kali dilakukan
4. perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi selama evaluasi

Anda mungkin juga menyukai