Anda di halaman 1dari 117

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG,


KECAMATAN CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN,
PROVINSI BANTEN

ANDHIEKA ULFA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG,
KECAMATAN CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN,
PROVINSI BANTEN

Oleh:
Andhieka Ulfa
106092003007

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI


BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, Juli 2011

Andhieka Ulfa
NIM. 106092003007
Curriculum Vitae

Nama : Andhieka Ulfa


TTL : Jakarta, 25 November 1987
Alamat : Jl. Bangka I Villa Bintaro Indah Blok D4 No. 11 RT 01
RW 001 Jombang – Ciputat 15414
Jenis Kelamin : Perempuan
No Tlp : 083899573469
E-mail : upa_lova@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1992 – 1994 : TK Al – Muhajirin


1994 – 2000 : SD Negeri Jombang 1
2000 – 2003 : SMP Negeri 3 Ciputat
2003 – 2006 : SMA Negeri 1 Cisauk
2006 – 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2000 – 2003 : Co. P3K Palang Merah Remaja SMP Negeri 3 Ciputat
2007 – 2008 : Bendahara Karang Taruna FORKAP (Forum Komunikasi
Pemuda) RT 01 Villa Bintaro Indah
2007 – 2008 : Sekretaris II Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan
Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah
2008 – 2009 : Sekretaris I Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan
Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah

KEGIATAN

2007 : Panitia Diskusi Panel dan Musyawarah Nasional


POPMASEPI IX
2009 : Peserta Pelatihan Pengembangan Kewirausahaan Bagi
Masyarakat Kampus di Provinsi Jawa Barat dari
Kementrian Negara KUKM
2009 : Team Pusaka Siaga Bencana/ Heritage Emergency
Response oleh Badan Pelestarian Pustaka Indonesia
RINGKASAN

ANDHIEKA ULFA, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan


Tempe di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan,
Provinsi Banten. Di bawah bimbingan EDMON DARIS dan ACEP MUHIB.

Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan
protein dan terbuat dari kedelai. Kandungan protein didalam tempe hampir
sebanding dengan kandungan protein pada ayam. Tempe menjadi makanan khas
Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk
andalan keluarga Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar
di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi
kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam
bentuk produk lain. Bertambahnya jumlah konsumen yang mengkonsumsi pangan
sumber protein nabati mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi pangan
di masyarakat.
Masyarakat desa Jombang yang beraneka ragam menurut usia,
pendapatan, dan tingkat pendidikannya diasumsikan memiliki pola konsumsi
pangan yang berbeda, khususnya dalam mengkonsumsi sumber protein nabati
yaitu tempe. Di desa Jombang sendiri sudah terdapat sentra produksi tempe, akan
tetapi tidak diketahui secara pasti jumlah produsen tempe yang ada di desa
Jombang. Sampai saat ini juga belum ada catatan mengenai jumlah permintaan
tempe di desa Jombang.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui permintaan tempe di desa
Jombang. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe
di desa Jombang. (3) Mengukur besarnya elastisitas permintaan tempe di desa
Jombang.
Penelitian ini dilakukan di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Letak desa Jombang stategis karena berada di antara
dua kota mandiri yaitu Bintaro dan Bumi Serpong Damai (BSD), serta merupakan
kawasan perencanaan pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden
yang sudah ditentukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin.
Data sekunder diperoleh dari pemerintah daerah setempat serta studi pustaka.
Analisis kualitatif atau deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan untuk
memberikan informasi karakteristik responden dan permintaan tempe pada
konsumen rumah tangga di desa Jombang. Analisis kuantitatif dengan alat bantu
SPSS 17, mencakup pembahasan mengenai bagaimana faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap permintaan tempe di desa Jombang melalui model
persamaan regresi linear berganda dan perhitungan elastisitas.
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner pada responden, didapat bahwa
sebesar 86 persen responden memilih tempe sebagai lauk dalam menu makanan
rumah tangga. Permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang
rata-rata mengkonsumsi tempe 7,94 kg dengan rata-rata frekuensi konsumsi tempe
16,65 kali dalam sebulan. Alasan konsumen rumah tangga mengkonsumsi tempe
adalah karena tempe bergizi tinggi dan tempat favorit untuk membeli tempe
adalah pasar tradisional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah harga tempe,
harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga,
dan pendapatan keluarga. Hasil analisis uji t didapat bahwa hanya variabel harga
tempe dan variabel harga daging ayam yang signifikan pada tingkat kepercayaan
99 persen. Sedangkan variabel harga tahu, harga telur, harga ikan, jumlah anggota
keluarga dan pendapatan keluarga signifikan pada tingkat kepercayaan kurang
dari 99 persen. Hasil analisis uji F didapat bahwa koefisien regresi signifikan
secara ststistik pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
model regresi yang dibuat sudah benar dan layak karena ada hubungan linear dari
seluruh variabel bebas tehadap variabel terikat. Ketujuh faktor tersebut secara
bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh terhadap permintaan tempe
masyarakat desa Jombang. Hasil pengujian koefisien determinasi didapat hanya
25,5 persen variasi atau perubahan dalam permintaan tempe dapat dijelaskan oleh
seluruh variabel yang berpengaruh.
Hasil perhitungan elastisitas permintaan tempe didapat elastisitas harga
tempe yaitu sebesar 0,957 artinya tempe bersifat inelastis. Dari hasil elastisitas
silang, hanya harga tahu yang bersifat substitusi terhadap tempe karena memiliki
nilai elastisitas yang positif. Sedangkan untuk harga telur, harga daging ayam dan
harga ikan bernilai negatif sehingga bersifat komplementer terhadap tempe.
Dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan didapatkan bahwa tempe merupakan
barang inferior. Permintaan tempe akan menurun apabila pendapatan keluarga
bertambah.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan
skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya
yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.
Penulis malakukan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap karya tulis
ini bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat khususnya di lokasi penelitian.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan partisipasi yang telah
diberikan kepada penulis. Ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Ayahanda Alm. Achmad Syaifuddin dan Ibunda Umi Kalsum yang telah
mencurahkan cinta dan kasih sayang yang tiada henti, perhatian, dukungan
moriil dan materiil serta nasihat yang tak ternilai harganya bagi penulis.
Penulis haturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tulus serta
penghargaan yang tinggi kepada mereka berdua atas jerih payah dan
motivasinya supaya penulis dapat meraih cita-cita dan menuju masa depan
yang cerah.
2. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan
Teknologi yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai skripsi.
3. Drs. Acep Muhib, MMA selaku Ketua Program Studi dan Rizki Adi Puspita
Sari, SP, MMA selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menimba ilmu pengetahuan͘
4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS, dan Bapak Drs. Acep Muhib, MMA selaku
dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan dan membimbing
dengan baik hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak Dr. Yon Girie Mulyono, M.Si, dan Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si sebagai
dosen penguji yang telah mengoreksi dengan baik sehingga skripsi ini
mendapat banyak masukan untuk lebih baik.
6. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang
telah mengarahkan dan memotivasi penulis selama masa kuliah.
7. Seluruh dosen Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi yang telah
memberikan masukan-masukan dan ilmunya kepada penulis.
8. Bapak H. M. Mansyur, selaku Kepala Desa Jombang beserta staf yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian.
9. Adik-adikku tersayang Nurul Fitriana dan Annisa Aulia yang selalu
membuatku bahagia dan semangat untuk menyelesaiakan skripsi, semoga
menjadi anak yang shalihah dan senantiasa berbakti terhadap orang tua.
10. Teman seperjuangan agribisnis angkatan 2006 yang selalu semangat semoga
kebersamaan kita akan menjadi kenangan yang selalu kita rindukan.
11. Semua pihak yang penulis tidak disebutkan satu persatu namun penulis
berharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada kalian semua.

Akhirnya hanya kepada Allah semua itu diserahkan. Keberhasilan


seseorang tidak akan berarti tanpa adanya proses dari kesalahaan yang dibuatnya,
karna manusia adalah tempatnya salah dan semua kebaikkan merupakan anugrah
dari Allah SWT. Semoga masih ada kesempatan penulis untuk membalas kebaikan
dari semua pihak yang telah membantu dan semoga amal baik mereka diterima
oleh Allah SWT. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Juli 2011

Penulis

 ŝdž


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1


1.2 Perumusan Masalah.................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori............................................................................ 10


2.1.1 Tempe……………….................................................... 10
2.1.1.1 Pengertian Tempe.............................................. 11
2.1.1.2 Sejarah dan Perkembangan Tempe.................... 12
2.1.1.3 Khasiat Tempe................................................... 14
2.1.2 Teori Permintaan........................................................... 15
2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan. 16
2.1.2.2 Fungsi Permintaan............................................. 18
2.1.3 Konsep Elastisitas Permintaan...................................... 18
2.1.2 Teori Perilaku Konsumen.............................................. 19
2.2 Penelitian Terdahulu.................................................................. 22
2.3 Kerangka Pemikiran................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................... 25


3.2 Jenis dan Sumber Data................................................................ 25
3.3 Metode Pengambilan Sampel...................................................... 25
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data....................................... 26
3.4.1 Analisis Kualitatif.............................................................. 26
3.4.2 Analisis Kuantitatif........................................................... 27
3.4.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda......................... 27
3.4.2.2 Analisis Elastisitas…............................................. 29
3.5 Definisi Operasional................................................................... 30

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Goegrafis dan Administratif Desa Jombang..................... 32


4.2 Penduduk Desa Jombang............................................................ 33
4.3 Sarana dan Prasarana Desa Jombang.......................................... 35
4.4 Karakteristik Responden............................................................. 37
4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...... 38
4.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi
dalam Keluarga................................................................. 38
4.4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan............. 39
4.4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan......................................................................... 41
4.4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...................... 42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian............................................................................ 43


5.1.1 Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden
di Desa Jombang............................................................... 45
5.1.1.1 Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga
Responden Sebulan............................................... 46
5.1.1.2 Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga
Responden Sebulan............................................... 48

xi
5.1.1.3 Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe............ 49
5.1.1.4 Lokasi Pembelian Tempe Responden................... 50
5.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang............................................................... 51
5.1.2.1 Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor
yang Menpengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang................................................... 59
5.1.3 Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang............... 68

5.2 Pembahasan................................................................................. 70
5.2.1 Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden
di Desa Jombang............................................................... 70
5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang............................................................... 72
5.2.3 Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang............... 78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan................................................................................. 80
6.2. Saran........................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 82

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan...................................... 2


2. Nilai Protein Beberapa Bahan Makanan (gram/100 gram)............................. 4
3. Jenis Pekerjaan Masyarakat di Desa Jombang, 2010..................................... 33
4. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Jombang, 2010.............................. 34
5. Data Jumlah Penduduk Desa Jombang Berdasarkan Agama, 2010.............. 34
6. Sarana Pendidikan di Desa Jombang, 2010................................................... 35
7. Sarana Kesehatan di Desa Jombang, 2010.................................................... 35
8. Sarana Olah Raga di Desa Jombang, 2010.................................................... 36
9. Sarana Perdagangan Masyarakat di Desa Jombang, 2010............................. 36
10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 38
11. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Posisi dalam Keluarga
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 38
12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaaan
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 40
13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 41
14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkatan Usia
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 42
15. Pengetahuan Gizi Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011.................. 44
16. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 47
17. Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 48
18. Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe di Desa Jombang, 2011............. 49

xiii
19. Lokasi Pembelian Tempe Responden di Desa Jombang, 2011………......... 50
20. Harga Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Perkilogram
di Desa Jombang, 2011…………………...................................................... 51
21. Harga Konsumsi Tahu Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011….. 53
22. Harga Konsumsi Telur Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011..... 54
23. Harga Konsumsi Daging Ayam Responden Perkilogram
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 55
24. Harga Konsumsi Ikan Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011…… 56
25. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011..................... 57
26. Pendapatan Keluarga Responden Perbulan di Desa Jombang, 2011….......... 58
27. Hasil Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011………....................................... 59
28. Hasil Uji t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang, 2011 Ayam Responden.................................................... 63
29. Hasil Uji F Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang, 2011………………………….......................................... 66
30. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011................ 67
31. Hasil Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011.... 69

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Alur Kerangka Pemikiran……....................................................................... 24


2. Persentase Responden Mengkonsumsi Tempe di Desa Jombang, 2011......... 45

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Surat Permohonan Penelitian dari Fakultas.................................................... 84


2. Surat Keterangan dari Kelurahan Jombang.................................................... 85
3. Denah Lokasi Desa Jombang, Kecamatan Ciputat,
Kota Tangerang Selatan - Banten.................................................................. 86
4. Lembar Kuisioner.......................................................................................... 87
5. Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 89
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 93
7. Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang.......................... 97
8. Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe.................................................... 100
9. Gambar Tempe dan Hidangan Olahan Tempe............................................... 101

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsumsi bahan pangan masyarakat sehari-hari, hendaknya memenuhi

dua kriteria kecukupan gizi, yaitu kecukupan kalori dan protein. Kebutuhan kalori

biasanya diperoleh dari konsumsi makanan pokok (karbohidrat).

Sementara kebutuhan protein diperoleh dari makanan yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan (protein nabati) dan hewan (protein hewani). Adanya saling

keterkaitan antar zat-zat gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam

menu sehari-hari. Untuk memudahkan penyusunan menu yang bervariasi dan

bergizi maka disusunlah Daftar Bahan Makanan Penukar.

Almatsier (2009:296) menyatakan bahwa pada Daftar Bahan Makanan

Penukar dikelompokkan bahan makanan berdasarkan peranannya dalam pola

menu seimbang dan zat gizi utama yang dikandungnya. Pada tahun 1996

Direktorat gizi mengeluarkan Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan

yang prinsipnya sama dengan Daftar Penukar Bahan Makanan. Daftar Penukar

Delapan Golongan Bahan Makanan ini disajikan pada Tabel 1. Untuk tiap

golongan bahan makanan disusun dalam jumlah yang zat gizinya setara atau

ekivalen dalam energi, karbohidrat dan protein. Bahan makanan dalam jumlah

tersebut dapat saling menukarkan.


Tabel 1. Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan.

Ukuran energi karbohidrat lemak protein


Golongan
urt gram kkal gram gram gram
I. Sumber karbohidrat
Nasi 3/4 gls 100 175 40 ‫־‬ 4
II. Sumber protein hewani
Daging Sapi 1 ptg 50 95 ‫־‬ 6 10
III. Sumber protein nabati
Tempe 2 ptg 50 80 8 3 6
IV. Sayuran
Sayuran campur 1 gls 100 50 10 ‫־‬ 9
V. Buah-buahan
Pepaya 1 ptg 100 40 10 ‫־‬ ‫־‬
VI. Susu
Susu sapi segar 1 gls 200 130 9 7 7
VII. Minyak
Minyak goreng 1/2 sdm 5 45 ‫־‬ 5 ‫־‬
VIII. Gula
Gula pasir 1 sdm 10 40 10 ‫־‬ ‫־‬
Keterangan:
urt = ukuran rumah tangga
1 gelas (gls) nasi = 140 gram = 70 gram beras
1 potong (ptg) daging = ukuran 6 x 5 x 2 cm
1 potong (ptg) tempe = ukuran 4 x 6 x 1 cm
1 gelas (gls) sayuran setelah direbus dan ditiriskan = 100 gram sayuran mentah
1 potong (ptg) pepaya = ukuran 5 x 15 cm
1 sendok makan (sdm) minyak goreng = 10 gram
1 sendok makan (sdm) gula pasir = 10 gram
Sumber (Almatsier, 2009:297)

Dari daftar tersebut, tempe dapat menjadi bahan makanan penukar untuk

memenuhi kebutuhan pokok manusia akan protein nabati. Susanto (2004:14-15)

menyatakan di negara berkembang, termasuk Indonesia 80% dari protein yang

dikonsumsi adalah protein nabati dan 60% berasal dari biji-bijian. Sebaliknya di

negara maju, protein nabati hanya 45% dari seluruh protein yang dikonsumsi.

Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan (kedelai, karo, kacang tanah)

biji-bijian (beras, gandum dan jagung). Sedangkan protein hewani ialah protein

2
yang terdapat dalam hasil ternak, yaitu daging, telur, susu dan ikan.

Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino yang paling

sesuai untuk kebutuhan manusia. Akan tetapi harga bahan makanan yang

mengandung protein hewani relatif mahal, sehingga hanya merupakan 18,4%

konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia. Bahan makanan nabati yang kaya

akan protein adalah kacang-kacangan. Sayur dan buah-buahan hanya sedikit

mengandung protein. Sedangkan gula, sirop, lemak dan minyak murni tidak

mengandung protein (Almatsier, 2009:100-101). Kandungan protein beberapa

bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Protein Beberapa Bahan Makanan (gram/100 gram).

Bahan Makanan Nilai Protein Bahan Makanan Nilai Protein


Kacang kedelai 34.9 Keju 22.8
Kacang merah 29.1 Kerupuk udang 17.2
Kacang tanah kupas 25.3 Jagung kuning, pipil 9.2
Kacang hijau 22.2 Roti putih 8.0
Kacang mente 21.2 Mie kering 7.9
Tempe 18.3 Beras setengah giling 7.6
Tahu 7.8 Kentang 2.0
Daging sapi 18.8 Gaplek 1.5
Ayam 18.2 Ketela pohon (singkong) 1.2
Telur bebek 13.1 Daun singkong 6.8
Telur ayam 12.0 Bayam 3.5
Udang segar 21.0 Kangkung 3.0
Ikan segar 16.0 Wortel 1.2
Tepung susu skim 35.6 Tomat masak 1.0
Tepung susu 24.6 Mangga harumanis 0.4
Sumber (Almatsier, 2009:101)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kandungan protein didalam tempe

sebesar 18,3 hampir sebanding dengan kandungan protein pada ayam.

Kandungan protein dalam daging sapi dan udang segar lebih tinggi dari ayam

untuk protein hewani. Untuk protein nabati, bahan makanan yang mengandung

3
protein tertinggi adalah kacang kedelai yaitu sebesar 34,9. Sedangkan dari semua

jenis bahan makanan tersebut nilai protein tertinggi ada didalam tepung susu skim

(35,6) dan terendah adalah mangga harumanis (0,4). Kacang-kacangan dalam

bentuk kering atau hasil olahannya, merupakan sumber protein yang baik.

Di samping itu, kacang-kacangan kaya akan vitamin B, kalsium, fosfor, zat besi,

mangan, seng, tembaga, dan kalium terutama bila diperhitungkan bahwa harganya

lebih murah (Almatsier, 2009:292).

Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang yang terbuat dari

kacang kedelai serta kaya akan protein. Tempe mempunyai kandungan gizi yang

sangat baik, terdiri dari protein sekitar 19,5%, lemak 4%, karbohidrat 9,4%,

vitamin B12 antara 3,9-5 mg per 100 gram tempe (Sarwono, 2002:2).

Tempe banyak dikonsumsi oleh anak-anak hingga orang tua, di pedesaan

hingga di restoran, walaupun dulu pernah diremehkan sebagai bahan makanan

untuk kaum miskin. Selain itu tempe juga mempunyai rasa yang khas, tekstur,

penampilan dan aroma yang menarik. Tempe menjadi makanan khas Indonesia

yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk andalan keluarga

Indonesia. Tempe merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia.

Akan tetapi tempe tidak hanya disukai rakyat di negeri kita saja. Di luar negeri

pun penggemar tempe sudah berkembang pesat, terutama di Jepang,

Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa. Sehingga hak paten atas tempe telah

dimiliki Amerika serikat dan Jepang (Noertjahyo, 2005:170).

4
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan

menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk

produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per

orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Astawan, 2003:1).

Bertambahnya jumlah konsumen yang mengkonsumsi pangan sumber

protein nabati mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi pangan

di masyarakat. Tingkat pertumbuhan pendapatan masyarakat diyakini

mempengaruhi pola konsumsi pangan masyarakat. Harga pangan sumber protein

hewani yang relatif tinggi serta perkembangan pengetahuan masyarakat mengenai

keunggulan protein nabati menyebabkan kecenderungan meningkatnya konsumsi

rumah tangga terhadap sumber protein nabati seperti tempe, tahu dan produk

olahan lainnya. Bahan pangan hewani umumnya mengandung lemak dan zat-zat

lain (seperti kolesterol), sehingga dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif

seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, dan lain sebagainya. Hal ini membuka

kesadaran masyarakat untuk back to nature dengan lebih banyak mengkonsumsi

makanan alami termasuk buah, sayuran dan kacang-kacangan. Masyarakat desa

Jombang yang beraneka ragam menurut usia, pendapatan, dan tingkat

pendidikannya diasumsikan memiliki pola konsumsi pangan yang berbeda,

khususnya dalam mengkonsumsi sumber protein nabati yaitu tempe. Letak desa

Jombang stategis karena berada di antara dua kota mandiri yaitu Bintaro dan

Bumi Serpong Damai (BSD), serta merupakan kawasan perencanaan

pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan. Hal ini menyebabkan

5
peningkatan konsumsi tempe terjadi pada kalangan masyarakat menengah atas.

Ini diduga hasil dari peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat tempe.

Desa Jombang terletak di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan

memiliki luas wilayah 356,865 Ha, dengan jumlah penduduk 29.983 jiwa dan

terhimpun menjadi 7.570 Kepala Keluarga (Data Potensi Desa Jombang, 2010).

Di desa Jombang sendiri sudah terdapat sentra produksi tempe, akan tetapi tidak

diketahui secara pasti jumlah produsen tempe yang ada di desa Jombang.

Sampai saat ini juga belum ada catatan mengenai jumlah permintaan tempe

di desa Jombang. Oleh karena itu, suatu penelitian mengenai ”Analisis Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang,

Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten” perlu untuk

dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah

Tipologi masyarakat desa Jombang yang merupakan masyarakat perkotaan

dapat menyebabkan pola konsumsi beralih dari sekedar untuk memenuhi

kebutuhan akan kalori dan protein menjadi pola konsumsi yang sangat

mementingkan selera dan citra rasa makanan. Konsumsi atau permintaan sumber

pangan protein berkaitan erat dengan kemampuan atau daya beli konsumen.

Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi

pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Perubahan pendapatan secara

langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga.

Elastisitas pendapatan menunjukkan perubahan jumlah pangan yang diminta yang

disebabkan oleh perubahan pendapatan yang terjadi pada tingkat harga yang tepat.

6
Selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah

harga pangan dan harga barang nonpangan. Perubahan harga dapat berpengaruh

terhadap besarnya permintaan pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan

berkurangnya daya beli yang berarti pandapatan riil berkurang. Kadaan ini

mengakibatkan konsumsi pangan berkurang. Elastisitas harga menggambarkan

perubahan jumlah pangan yang diminta sebagai akibat terjadinya perubahan harga

pangan. Jika dipandang dari segi ekonomi dan psikososial, makanan sering

digunakan untuk menunjukkan prestise dan status ekonomi. Secara umum pangan

sumber protein merupakan komoditas yang harganya relatif lebih tinggi dibanding

komoditas pangan lainnya. Tetapi lain halnya dengan tempe, selain harganya

relatif murah tempe diyakini memiliki kandungan zat amtioksidan.

Maka perumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana permintaan tempe di desa Jombang?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan tempe di desa

Jombang?

3. Berapa besar elastisitas permintaan tempe di desa Jombang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui permintaan tempe di desa Jombang.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan tempe di desa Jombang.

3. Mengukur besarnya elastisitas permintaan tempe di desa Jombang.

7
1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu bahan informasi

mengenai permintaan tempe dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Sehingga dapat dijadikan acuan untuk pengembangan konsumsi pangan yang

lebih baik bagi masyarakat dan bagi pihak pengambil kebijakan dalam

peningkatan taraf hidup masyarakat. Serta dapat dijadikan acuan untuk

memprediksi pemasaran tempe oleh produsen tempe yang ada di desa

Jombang.

2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran dalam

penerapan antara teori dan praktek yang dituangkan dalam suatu karya ilmiah.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah

wawasan serta sebagai bahan informasi atau rujukan untuk penelitian

berikutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat terselesaikan dengan terarah, maka diperlukan

pembatasan lingkup penelitian, antara lain:

1. Permintaan tempe pada penelitian ini adalah pembelian tempe yang belum

diolah oleh konsumen rumah tangga.

8
2. Responden adalah konsumen tempe rumah tangga di desa Jombang dengan

jumlah 99 orang yang didapat dari perhitungan dengan rumus slovin dengan

populasi sebanyak 7.570 Kepala Keluarga.

3. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan tempe adalah harga

tempe, harga barang pengganti (tahu, telur, daging ayam, daging sapi, ikan

dan udang), jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga.

4. Analisis tentang seberapa besar pengaruh antara faktor-faktor permintaan

terhadap permintaan tempe di desa Jombang, menggunakan alat analisis

regresi linear berganda dan analisis elastisitas permintaan.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan berguna untuk menambah wawasan dan

pengetahuan, serta menjadi acuan bagi penulis selama melakukan penelitian.

Dengan adanya landasan teori ini, dapat mempermudah penulis dalam memahami

ruang lingkup serta batasan pembahasannya. Adapun teori yang digunakan

berkaitan tentang objek penelitian ini yaitu tempe, teori permintaan,

konsep elastisitas permintaan dan teori perilaku konsumen.

2.1.1. Tempe

Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal

di Indonesia. Makanan itu dibuat dengan cara fermentasi atau peragian.

Pembuatannya merupakan industri rakyat sehingga hampir setiap orang dapat

dikatakan mampu membuat tempe sendiri (Sarwono, 2002:1). Selanjutnya

Supriono (2003:9), menyatakan bahwa tempe merupakan produk pangan yang

sangat populer di Indonesia yang diolah dengan proses fermentasi kedelai dalam

waktu tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp. Secara umum tempe mempunyai

ciri berwarna putih karena pertumbuhan miselia-miselia jamur yang

menghubungkan antar biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur tempe yang

kompak.
2.1.1.1. Pengertian Tempe

Kata tempe diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa

Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut

tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan

makanan tumpi tersebut. Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun

1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa

pembuatan tempe diawali semasa era “Tanam Paksa” di Jawa. Pada saat itu,

masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi

dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang

mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa

yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan

menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe

menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang

bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air (Syarief dkk, 1999:2).

Standar teknis untuk tempe telah ditetapkan dalam Standar Nasional

Indonesia (SNI) dan yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI 3144:2009.

Dalam standar tersebut, tempe kedelai didefinisikan sebagai produk yang

diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp.,

berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas

tempe (SNI, 2009).

11
2.1.1.2. Sejarah dan Perkembangan Tempe

Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari

Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan

tempe dimulai. Namun demikian, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak

berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa,

khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam Bab 3 dan Bab 12 manuskrip

Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada

awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan

nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan)

dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya

menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam,

berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan

di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16.

Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, para tawanan perang yang

diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Sejumlah penelitian

yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an juga menyimpulkan

bahwa banyak tahanan Perang Dunia II berhasil selamat karena tempe.

Menurut Onghokham, tempe yang kaya protein telah menyelamatkan kesehatan

penduduk Indonesia yang padat dan berpenghasilan relatif rendah. Pada akhir

1960-an dan awal 1970-an terjadi sejumlah perubahan dalam pembuatan tempe

di Indonesia. Plastik (polietilen) mulai menggantikan daun pisang untuk

membungkus tempe. Ragi berbasis tepung diproduksi mulai 1976 oleh Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia dan banyak digunakan oleh Koperasi Produsen

12
Tempe Tahu Indonesia (Kopti), mulai menggantikan laru (bubuk ragi) tradisional,

dan kedelai impor mulai menggantikan kedelai lokal. Produksi tempe meningkat

dan industrinya mulai dimodernisasi pada tahun 1980-an, sebagian berkat peran

serta Kopti yang berdiri pada 11 Maret 1979 di Jakarta dan pada tahun 1983 telah

beranggotakan lebih dari 28.000 produsen tempe dan tahu (Astuti, 1999:2-13).

Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda.

Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda)

melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe.

Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh

para imigran dari Indonesia. Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak

tahun 1946. Sementara itu, tempe populer di Amerika Serikat setelah pertama kali

dibuat di sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa, orang Indonesia yang

pertama kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe. Di Jepang, tempe

diteliti sejak tahun 1926 tetapi baru mulai diproduksi secara komersial sekitar

tahun 1983. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di

Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Republik Rakyat Cina,

India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika,

tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas (Karyadi, 1999:21-25).

13
2.1.1.3. Khasiat Tempe

Berdasarkan beberapa hasil pengujian dan penelitian terhadap tempe,

para ahli menyimpulkan bahwa tempe memiliki khasiat terhadap kelangsungan

kesehatan tubuh sebagai berikut (Sarwono, 2002:56):

1. Tempe memiliki karakteristik sebagai makanan bayi yang baik.

Selain pertumbuhan fisik, tempe juga berkhasiat menghindari diare akibat

bakteri enteropatogenik.

2. Tempe mengandung antibiotic alami yang dapat melindungi usus dan

memperbaiki sistem pencernaan yang disebabkan diare pada anak balita.

3. Tempe dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat membuat awet

muda karena mengandung senyawa zat isoflavin yang mempunyai daya

proteksi terhadap sel hati dan mencegah penyakit jantung.

4. Tempe dapat melangsingkan tubuh karena dapat menghindari terjadinya

timbunan lemak dalam rongga perut, ginjal dan di bawah kulit perut.

5. Tempe merupakan hasil fermentasi kapang dan mikroorganisme lain yang

tidak bersifat patogen terhadap kesehatan manusia.

Penggunaan tempe sebagai bahan makanan dapat meningkatkan kesehatan

masyarakat. Bagi mereka yang memerlukan makanan rendah kalori,

bebas kolesterol, tetapi bergizi tinggi, tempe merupakan salah satu bahan

makanan yang tepat untuk dimanfaatkan.

14
2.1.2. Teori Permintaan

Lukman (2007:18) menyatakan bahwa permintaan (demand) terhadap

suatu barang dan jasa dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan antara sejumlah

barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada

tingkat harga dan waktu tertentu.

Dalam menganalisis mengenai permintaan perlu disadari perbedaan antara

permintaan dengan jumlah barang yang diminta. Ahli ekonomi mengatakan

bahwa permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara

harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta

dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu.

Jadi permintaan merupakan keinginan konsumen untuk membeli suatu barang

pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Firdaus, 2009:69).

Ritonga (2003:108) menyatakan permintaan adalah jumlah barang atau

jasa yang dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga. Semakin tinggi (mahal)

harga, semakin sedikit permintaan. Sebaliknya semakin rendah (murah) harga,

semakin banyak permintaan.

Hukum permintaan tidak berlaku mutlak, tetapi bersifat tidak mutlak dan

dalam keadaan caretis paribus (faktor-faktor lain dianggap tetap).

Hukum permintaan berbunyi: “apabila harga mengalami penurunan, maka jumlah

permintaan akan naik/bertambah, dan sebaliknya apabila harga mengalami

kenaikan, maka jumlah permintaan akan turun/berkurang”. Hukum permintaan

berbanding terbalik dengan harga (Suprayitno, 2008:55).

15
2.1.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan terhadap suatu barang oleh seseorang dipengaruhi oleh banyak

faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah (Suprayitno,

2008:61-62):

a. Harga barang itu sendiri

Naik atau turunnya harga barang atau jasa akan mempengaruhi

banyak/sedikitnya terhadap jumlah barang yang diminta. Jika harga barang

tersebut turun maka jumlah permintaan akan barang tersebut akan bertambah.

Sebaliknya, jika harga barang tersebut naik maka permintaan akan barang tersebut

akan berkurang.

b. Pendapatan masyarakat

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau

rendahnya pendaptan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas

permintaan. Pada kenyataaanya, pendapatan mempengaruhi permintaan terhadap

suatu barang. Lukman (2007:23) menyatakan bahwa bila terjadi kenaikan

penghasilan maka akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap barang

inferior. Sedangkan untuk barang normal, bila pendapatan bertambah maka

permintaan terhadap barang tersebut juga bertambah.

c. Intensitas kebutuhan

Mendesak/tidaknya atau penting/tidaknya kebutuhan seseorang terhadap

barang atau jasa, mempengaruhi jumlah permintaan. Kebutuhan primer lebih

penting dibanding kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder lebih penting

16
dibanding kebutuhan tersier, sehingga pengaruhnya terhadap jumlah permintaan

berbeda.

d. Distribusi pendapatan

Semakin merata pendapatan, maka jumlah permintaan semakin meningkat.

Sebaliknya, pendapatan yang hanya diterima/dinikmati oleh kelompok tertentu

maka secara keseluruhan jumlah permintaan akan turun.

e. Pertambahan penduduk

Jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan.

Semakin banyak penduduk, maka jumlah permintaan akan meningkat.

f. Selera (taste)

Faktor kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap suatu barang akan

mempengaruhi permintaannya terhadap barang tersebut, tanpa melihat keadaan

budget yang dimilikinya. Perkembangan mode, pendidikan, dan lingkungan juga

akan mempengaruhi selera masyarakat. Sehingga, akan berpengaruh juga terhadap

jumlah permintaan.

g. Barang pengganti (substitusi)

Adanya barang pengganti akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan.

Pada saat harga barang naik, jika ada barang pengganti maka jumlah permintaan

akan dipengaruhinya. Lukman menyatakan apabila harga suatu barang (x) yang

berhubungan mengalami perubahan, akan mempengaruhi permintaan barang (y).

Hubungan ini didapat dalam dua bentuk yaitu bersifat subsitusi atau bersifat

komplementer.

17
2.1.2.2. Fungsi Permintaan

Firdaus (2009:69) menyatakan permintaan yang dinyatakan dalam

hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut fungsi

permintaan. Dengan fungsi permintaan, kita dapat mengetahui hubungan antara

variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Persamaan fungsi permintaan dapat

disusun sebagai berikut:

Dx = f (Px, Py, Y, T, N)

Keterangan:
Dx = Permintaan akan barang x
Px = Harga barang tersebut (x)
Py = Harga barang lain (y)
Y = Pendapatan konsumen
T = Selera
N = Jumlah penduduk

Dx adalah variabel tidak bebas, karena besar nilainya ditentukan oleh

variabel lain. Px, Py Y, T dan N adalah variabel bebas karena besar nilainya tidak

tergantung besarnya variabel lain. Tanda positif dan negatif menunjukkan

pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap permintaan akan barang x.

2.1.3. Konsep Elastisitas Permintaan

Elastisitas merupakan suatu indeks (bilangan) yang menggambarkan

hubungan kuantitatif antara variabel dependen dengan variabel independen,

misalnya antara jumlah barang yang diminta dengan harga barang tersebut.

Dengan demikian elastisitas dapat didefinisikan sebagai: persentase perubahan

variabel dependen sebagai akibat perubahan variabel independen sebesar satu

persen. Apabila definisi ini diterapkan pada kasus permintaan, definisi elastisitas

permintaan akan berbunyi sebagai berikut: persentase perubahan jumlah barang

18
yang diminta (Q) sebagai akibat perubahan harga barang tersebut (P) sebesar

satu persen. Berdasarkan uraian tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa

elastisitas adalah bilangan (indeks) yang menggambarkan hubungan sebab akibat

antara variabel independen dengan variabel dependen (Suprayitno, 2008:131).

Menurut Firdaus (2009:77), tidak semua faktor yang mempengaruhi

perubahan permintaan atau penawaran dapat diukur. Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan yang biasa diukur antara lain: harga barang yang

bersangkutan, harga barang lain yang berkaitan, dan pendapatan konsumen.

Oleh karana itu, elastisitas permintaan dibagi tiga, yaitu:

1. elastisitas harga dari permintaan (price elasticity of demand), sering

disebut elastisitas harga;

2. elastisitas silang dari permintaan (cross elastisity of demand), sering

disebut elastisitas silang;

3. elastisitas pendapatan dari permintaan (income elastisity of demand),

sering disebut elastisitas pendapatan.

2.1.4. Teori Perilaku Konsumen

Suatu rumah tangga setiap bulannya akan membutuhkan berbagai macam

barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan penghasilan

yang dimiliki terbatas jumlahnya. Dengan penghasilan yang terbatas tersebut,

rumah tangga sebagai pelaku ekonomi yang rasional akan melakukan pilihan yang

terbaik untuk mengkonsumsi barang-barang kebutuhannya (Suprayitno, 2008:53).

Lukman (2007:15) menyatakan bahwa pengertian konsumsi adalah segala

tindakan manusia dalam hal pemakaian/penggunaan dari pada barang-barang dan

19
jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang merupakan kebutuhan

langsung maupun kebutuhan tidak langsung yang sifatnya

mengurangi/menghabiskan utilitas/daya guna barang tersebut.

Ritonga (2003:63) menyatakan dinamika pembelian oleh konsumen amat

ditentukan oleh dinamika harga. Konsumen cenderung membeli banyak barang

ataupun jasa pada waktu harga-harga sedang turun, dan mengurangi pebelian

bilamana harga-harga naik. Saat melakukan pembelian konsumen berusaha

membeli barang atau jasa dalam jumlah tertentu dan dalam berbagai jenis sesuai

dengan kebutuhannya. Dalam lingkup ekonomi, pembelian yang dilakukan sesuai

dengan jumlah pendapatan konsumen disebut perilaku konsumen.

Teori tingkah laku konsumen akan menjelaskan sebabnya konsumen akan

membeli lebih banyak pada harga yang rendah dan akan mengurangi

pembeliannya pada barang yang tinggi, dan menjelaskan bagaimana seorang

konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli

dengan pendapatan yang dimiliki. Ada dua pendekatan dalan teori tingkah laku

konsumen yaitu (Suprayitno, 2008:103-105):

1. Pendekatan nilai guna kardinal, asumsi dasarnya:

a. Kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara

kuantitatif.

b. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.

c. Terjadi hukum The Low of Deminishing Marginal Utility pada tambahan

kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh

dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. Mula-mula kepuasan

20
akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan

kepuasan akan semakin turun. Hukum ini menyebabkan terjadinya

Downward sloping MU curve. Tingkat kepuasan yang semakin menurun

ini dikenal dengan hukum Gossen.

d. Tambahan kepuasan untuk tambahan satu unit barang bisa dihargai dengan

uang, sehingga semakin besar kepuasan makin mahal harganya.

Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan

mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen

rendah maka dia hanya akan mau membayar dengan murah.

Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai daya guna marginal.

Asumsi seorang konsumen:

a. Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal

b. Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa

c. Terdapat kendala anggaran

2. Pendekatan nilai guna ordinal, asumsi yang digunakan:

Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan suatu barang dengan

barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut.

Dalam teori perilaku konsumen denga pendekatan ordinal asumsi dasar seorang

konsumen adalah:

a. Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking

kebutuhan yang dimilikinya.

b. Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering.

21
Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit,

artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya

tingkat kepuasan yang dimilikinya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Devaluasari (2006) dengan judul Analisis Pola Konsumsi Tempe

Rumah Tangga di Kota Bogor. Berdasarkan penelitian Devaluasari pola konsumsi

tempe di Kota Bogor untuk kelas ekonomi atas, kelas ekonomi menengah,

dan kelas ekonomi bawah memiliki beberapa kesamaan dijadikannya tempe

sebagai bahan pangan sumber protein dalam menu makan sehari-hari.

Semakin rendah kelas ekonomi kecenderungan frekuensi konsumsi tempe akan

semakin sering. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas ekonomi atas harga

ikan air tawar, harga daging ayam dan pendapatan rumah tangga berpengaruh

nyata pada konsumsi tempe. Untuk kelas ekonomi menengah harga tempe,

harga telur, harga daging ayam dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata

pada konsumsi tempe sedangkan pada rumah tangga kelas bawah harga tahu dan

harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap konsumsi tempe.

Penelitian lain tentang permintaan dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya dilakukan oleh Nugroho (2008) dengan judul Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemintaan Daging Sapi Lokal pada

Konsumen Rumah Tangga Dari penelitian Nugroho, hasil analisis regresi

menunjukkan dari ketujuh variable hanya tiga variabel yang berpengaruh nyata

terhadap jumlah permintaan daging sapi lokal pada konsumen rumah tangga yaitu

22
harga daging sapi lokal (X1), jumlah pendapatan keluarga (X2), dan jumlah

anggota keluarga (X3). Berdasarkan fungsi permintaan nilai elastisitas harga

daging sapi lokal sebesar 2,276. Elastisitas harga bersifat elastis artinya persentase

perubahan harga lebih kecil daripada perubahan jumlah daging sapi lokal.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kebutuhan masyarakat akan pangan yang mengandug gizi yang tinggi saat

ini semakin meningkat. Kebutuhan akan protein dapat dipenuhi dari konsumsi

lauk. Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan protein

dan sudah menjadi lauk andalan bagi masyarakat.

Permintaan terhadap suatu barang berdasarkan teori ekonomi dipengaruhi

oleh harga barang itu sendiri, pendapatan masyarakat, intensitas kebutuhan,

distribusi pendapatan, pertambahan penduduk, selera, dan barang pengganti

(substitusi). Dalam penelitian ini permintaan tempe yang dikonsumsi oleh satu

keluarga akan dilihat dari harga tempe, harga barang pengganti (tahu, telur,

daging ayam, dan ikan), jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari faktor-faktor

permintaan tersebut terhadap permintaan tempe oleh konsumen rumah tangga

pada masyarakat di desa Jombang. Peneliti menggunakan analisis deskriptif

kualitatif dan perhitungan kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda dan

elastisitas. Hasil yang diharapkan adalah seberapa besar faktor-faktor permintaan

tempe tersebut berpengaruh terhadap pola konsumsi tempe masyarakat desa

Jombang.

23
Kebutuhan akan Protein Nabati

Konsumen Rumah Tangga


di desa Jombang

Permintaan Faktor-faktor Permintaan:


Tempe • Harga Tempe
• Harga Tahu
• Harga Telur
• Harga Daging Ayam
• Harga Ikan
• Jumlah Anggota Keluarga
• Pendapatan Keluarga

Analisis
Hasil

Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif


Deskriptif Kualitatif • Regresi Linier Berganda
• Elastisitas

Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Permintaan Tempe di desa Jombang

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran

24
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten. Letak Desa Jombang stategis karena berada di antara

dua kota mandiri yaitu Bintaro dan Bumi Serpong Damai (BSD), serta merupakan

kawasan perencanaan pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan.

Adapun pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan mulai bulan

Desember 2010 sampai Januari 2011.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner

kepada responden di desa Jombang. Data sekunder diperoleh dari pemerintah

daerah setempat serta studi pustaka yaitu dengan mencari literatur-literatur

seperti; jurnal, buku-buku yang relevan dan artikel yang berhubungan dengan

penelitian.

3.3. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

purposive random sampling atau pengambilan sampel acak secara sengaja di desa

Jombang. Populasi dalam penelitian ini yaitu rumah tangga di desa Jombang yang

berjumlah 7.570 Kepala Keluarga. Adapun untuk menentukan besarnya sampel

menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin sebagai berikut (Riduwan dan

Akdon, 2009:254):
N
n = ———
Nd² + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
2
d = Persentase kesalahan sampel, dalam penelitian ini 10%

Maka perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini:

7.570
n = ———————
7.570(0,1)2 + 1

n = 98,69 = 99 responden

Responden penelitian ini adalah mereka yang bersedia untuk diwawancarai

serta dapat mengambil keputusan dalam kegiatan rumah tangga yang termasuk

dalam kriteria ini diantaranya ibu rumah tangga, seorang ayah dengan keputusan

sendiri atau anggota keluarga yang telah memiliki penghasilan dan mempunyai

wewenang dalam membelanjakan pendapatannya.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam pengolahan dan analisis data digunakan analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif.

3.4.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif atau deskriptif (pemaparan) digunakan untuk

mengetahui gambaran umum konsumen tempe yang ada di wilayah satuan kasus

yang diamati. Metode analisis deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan

untuk memberikan informasi karakteristik responden dan permintaan tempe pada

konsumen rumah tangga di desa Jombang.

26
3.4.2. Analisis Kuantitatif

Alat yang akan digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif dalam

penelitian ini adalah dengan bantuan komputer menggunakan program Statistical

Product and Service Solutions (SPSS) 17.0. Data yang diperoleh diolah kemudian

dilakukan analisis dengan metode regresi linier berganda dan perhitungan

elastisitas.

3.4.2.1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi ganda adalah pengembangan dari analisis regresi

sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila

variabel bebas minimal dua atau lebih (Riduan dan Akdon, 2009:142).

Menurut Sugiyanto (2004:195), analisis regresi linear berganda digunakan untuk

menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel

dependen. Model persamaan regresi linear berganda untuk permintaan tempe

adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + bkXk + … + ε

Keterangan :

Y = Permintaan tempe (dalam kg per bulan)


a = Konstanta (nilai Y pada saat x sama dengan nol)
b = Koefisien regresi
X1 = Harga tempe (dalam rupiah per kg)
X2 = Harga tahu (dalam rupiah per kg)
X3 = Harga telur (dalam rupiah per kg)
X4 = Harga daging ayam (dalam rupiah per kg)
X5 = Harga ikan (dalam rupiah per kg)
X6 = Jumlah anggota keluarga (orang)
X7 = Pendapatan keluarga (dalam rupiah per bulan)
ε = Pengaruh galat atau residu

27
Dalam analisis regresi terdapat uji signifikansi regresi sebagai berikut:

1. Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal (Uji-t)

Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara

individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat

konstan. Uji ini dilakuakan dengan membandingkan thitung dengan ttabel.

H0 ditolak apabila : thitung > ttabel,, derajat bebas tertentu

H1 diterima apabila : thitung < ttabel,, derajat bebas tertentu

Hipotesisnya adalah:
H0 : bi = 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent)
dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas
(dependent)
H1 : bi ≠ 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent)

dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent)

2. Pengujian Serentak Seluruh Parameter Dugaan (Uji-F)

Untuk mengetahui apakah regresi linear berganda berikut perhitungan

koefisien regresinya menunjukkan ada pengaruh signifikan atau tidak maka

terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian dengan analisis F hitung (Sugiyanto,

2004:196). Pengujian parameter secara serentak dapat dilakukan dengan

menggunakan uji F, hipotesis yang digunakan yaitu:

H0 : bi = 0, artinya seluruh variabel bebas (independent) dalam model tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent)

H1 : bi ≠ 0, artinya seluruh variabel bebas (independent) berpengaruh nyata

terhadap variabel tak bebas (dependent)

28
Kriteria Uji :

H0 ditolak apabila : Fhitung > Ftabel,, derajat bebas tertentu

H1 diterima apabila : Fhitung < Ftabel,, derajat bebas tertentu

3. Uji R² (Koefisien Determinasi)

Nazir (2005:460), menyatakan bahwa untuk melihat berapa persen dari

variasi vaiabel dependen dapat diterangkan oleh variasi variabel independen

digunakan koefisien determinasi (R²).

Nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R² ≤ 1).

Semakin besar R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut

dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak

dapat menjelaskan variabel dependen (Irianto, 2004:206).

3.4.2.2. Analisis Elastisitas

Analisis elastisitas dilakukan untuk mengetahui persentase kenaikan atau

penurunan jumlah permintaan tempe jika terjadi perubahan dari harga dan

pendapatan.

Rumus untuk perhitungan elastisitas sebagai berikut (Machfudz, 2007:84):

E = ∆Qx . Px
∆Px Qx

dimana : Qx = rata-rata jumlah barang x yang diiminta


Px = rata-rata harga barang x

Elastisitas ini disebut dengan elastisitas busur (arc elasticity) atau

elastisitas rata-rata. Jika fungsi kontinu dan mulus (smooth) dapat dicari elastisitas

titik (point elasticity), karena proses perhitungannya dari fungsi permintaan

29
(demand function). Misalkan fungsi permintaan y = a + bx, maka elastisitasnya

dapat dicari dari nilai koefisien, rumusnya sebagai berikut (Machfudz, 2007:92):

E = ∂q . x dimana ∂q = b sehingga E = b ( x )
∂x q ∂x y

keterangan :
E = Nilai elastisitas
b = Koefisien regresi
x = nilai rata-rata x
y = nilai rata-rata y

Kriteria Elastisitas Permintaan :


In-Elastis Sempurna jika E= 0
In-Elastis jika E <1
Elastis Uniter jika E = 1
Elastis jika E > 1
Elastis Sempurna jika E= ~

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan,

ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel

tersebut (Nazir, 2005:126). Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Tempe adalah hasil dari proses fermentasi kedelai dalam waktu tertentu

menggunakan jamur Rhizopus sp. mempunyai ciri berwarna putih karena

pertumbuhan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antar biji-biji

kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak.

2. Permintaan adalah suatu hubungan antara sejumlah barang atau jasa yang

diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada tingkat harga dan waktu

tertentu.

30
3. Harga adalah nilai jual yang ditawarkan pasar kepada konsumen

(dalam rupiah).

4. Barang substitusi adalah barang pengganti yang sama fungsinya dengan

barang utama. Dalam penelitian ini barang subtitusi yang digunakan adalah

tahu, telur, daging ayam, daging sapi, ikan dan udang.

5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu

rumah tersebut atas tanggungan kepala keluarga (dalam satuan orang).

6. Pendapatan keluarga adalah pendapatan total rumah tangga konsumen dari

berbagai sumber yang merupakan pendapatan per bulan (dalam rupiah).

Pendapatan total diketahui dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk

konsumsi semua anggota keluarga selama sebulan (dalam rupiah) pada

responden melalui media kuisioner.

7. Kuisioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan

dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban

yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis.

31
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Goegrafis dan Administratif Desa Jombang

Ciputat adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan,

Provinsi Banten, Indonesia. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi otonom,

Ciputat merupakan kecamatan dari Kabupaten Tangerang. Pada tahun 1952,

Desa Jombang dimekarkan dari Desa Ciputat. Kemudian pada tahun 2002,

Desa Jombang statusnya ditingkatkan menjadi status kelurahan. Mulai dari tahun

2008 sampai sekarang Desa Jombang telah menjadi bagian dari Kota Tangrang

Selatan yang dahulunya masih menginduk di Kabupaten Tangerang.

Desa Jombang mempunyai ketinggian dari permukaan laut 560 mdpl

dengan curah hujan 1510 mm/tahun. Keadaaan umum wilayah Desa Jombang

yang memiliki luas wilayah 356,865 Ha, terdiri dari: 59,935 Ha pemukiman real

estate, 9,150 Ha pemukiman KPR-BTN, 229,046 Ha pemukiman umum dan

masih terdapat lahan tidur sebanyak 41,000 Ha.

Batas-batas wilayah Desa Jombang: Sebelah Barat berbatasan dengan

Desa Lengkong Gudang, Kecamatan Serpong. Sebelah Timur berbatasan dengan

Desa Sawah Baru, Kecamatan Ciputat. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa

Ponduk Pucung dan Perigi, Kecamatan Pondok Aren. Sebelah Selatan berbatasan

dengan Desa Sarua, Kecamatan Ciputat. Desa Jombang memiliki jarak dengan

Ibukota Kecamatan 4 Km, ke Ibukota Kota 6 Km, ke Ibukota Provinsi 60 Km dan

ke Ibukota Negara 10 Km.


4.2. Penduduk Desa Jombang

Berdasarkan data dari Kelurahan Jombang, jumlah penduduk di Desa

Jombang pada tahun 2010 adalah 29.983 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki

berjumlah 15.327 jiwa dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 14.656 jiwa

serta terhimpun menjadi 7.570 Kepala Keluarga (KK).

Mata pencaharian terbesar masyarakat Desa Jombang sebanyak

41,83 persen adalah berprofesi sebagai karyawan BUMN/Swasta. Hal ini terlihat

dari banyaknya komplek perumahan real estate yang dibangun di wilayah

Jombang, membuat masyarakat yang bekerja sebagai karyawan dan bekerja

di kantoran memilih wilayah Jombang sebagai tempat tinggalnya. Terdata pula

masyarakat yang belum atau tidak bekerja yaitu sebesar 1.570 orang. Pada Tabel 3

dapat dilihat jenis pekerjaan penduduk Desa Jombang secara statistik.

Tabel 3. Jenis Pekerjaan Masyarakat di Desa Jombang, 2010

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Belum/ Tidak Bekerja 1.570 5,24
2. Pensiunan 650 2,17
3. PNS 640 2,13
4. TNI 230 0,77
5. POLRI 30 0,10
6. Pedagang 9.356 31,20
7. Petani 23 0,08
8. Peternak 5 0,02
9. Karyawan BUMN/ Swasta 12.542 41,83
10. Buruh 4.100 13,67
11. Guru 340 1,13
12. Dosen 15 0,05
13. Dokter 45 0,15
14. Perawat 20 0,07
15. Bidan 15 0,05
16. Lainnya 402 1,34
Jumlah 29.983 100
Sumber : Data Potensi Desa 2010

33
Tipologi masyarakat desa Jombang yang merupakan masyarakat

perkotaan, kesadaran akan pentingnya pendidikan sudah cukup besar.

Secara umum, sebanyak 32,39 persen sudah bisa menamatkan Sekolah Menengah

Tingkat Atas. Namun dikarenakan keterbatasan administrasi desa, ada 36,70

persen penduduk tidak jelas tingkat pendidikan yang pernah dicapainya. Tabel 4

merupakan data masyarakat desa Jombang berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Jombang, 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Tidak / Belum Sekolah 2.300 7,67
2. Belum Tamat SD / Sederajat 1.500 5,00
3. Tamat SD / Sederajat 1.534 5,12
4. SLTP / Sederajat 3.764 12,55
5. SLTA / Sederajat 7.012 23,39
6. Diploma III / Akademik 720 2,40
7. Diploma IV / Strata I 1.950 6,50
8. Strata II 160 0,53
9. Strata III 40 0,13
10. Tidak Jelas 11.003 36,70
Jumlah 29.983 100
Sumber : Data Potensi Desa 2010

Mayoritas masyarakat desa Jombang menganut agama Islam,

yaitu sebanyak 28.858 jiwa merupakan muslim. Pada Tabel 5 dapat dilihat jumlah

penduduk berdasarkan agama yang dianut.

Tabel 5. Data Jumlah Penduduk Desa Jombang Berdasarkan Agama, 2010

No Agama Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Islam 28.858 96,25
2. Kristen 417 1,39
3. Katholik 381 1,27
4. Hindu 145 0,48
5. Budha 162 0,54
6. Konghucu 20 0,07
Jumlah 29.983 100
Sumber : Data Potensi Desa 2010

34
4.3. Sarana dan Prasarana Desa Jombang

Sarana dan prasarana pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun belakangan

cukup meningkat. Ditandai dengan berdirinya yayasan pendidikan,

yaitu munculnya sekolah-sekolah baru. Lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah

yang tumbuh di Desa Jombang umumnya adalah penyelenggara pendidikan dasar

dan menengah, mulai dari pendidikan usia dini (Taman Kanak-kanak/TK/RA),

SD/MI, SLTP/MTs, SMK/MA dan pondok pesantren. Data mengenai sarana

pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sarana Pendidikan di Desa Jombang, 2010

No Jenis Sarana Jumlah


1 Kelompok Bermain 3
2 Taman Kanak-kanak 8
3 SD 14
4 SLTP 5
5 SLTA 5
6 Pondok Pesantren 3
Sumber : Data Potensi Desa 2010

Pada bidang kesehatan untuk masyarakat Desa Jombang sudah cukup

memadai. Hal ini terlihat dari banyaknya sarana kesehatan yang ada dan tersebar

di seluruh wilayah desa. Tabel 7 merupakan data sarana kesehatan yang ada

di desa Jombang.

Tabel 7. Sarana Kesehatan di Desa Jombang, 2010

No. Sarana / Prasarana Kesehatan Jumlah


1 Rumah Sakit 1
2 Puskesmas 1
3 Klinik Umum / Gigi 10
4 Rumah Bersalin 10
5 Dokter Praktek 3
6 Bidan Praktek 5
7 Posyandu 12
Sumber : Data Potensi Desa 2010

35
Sarana olah raga yang terdapat di Desa Jombang diantaranya adalah

lapangan sepak bola, lapangan futsal, lapangan bola volli, lapangan bulu tangkis,

lapangan tenis, dan lapangan bola basket. Data mengenai sarana olah raga tersebut

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sarana Olah Raga di Desa Jombang, 2010

No Jenis Sarana Jumlah


1 Lapangan Sepak Bola 2
2 Lapangan Futsal 1
3 Lapangan Bola Volli 7
4 Lapangan Bulu Tangkis 17
5 Lapangan Tenis 1
6 Lapangan Bola Basket 1
Sumber : Data Potensi Desa 2010

Profesi terbanyak kedua pada masyarakat desa Jombang adalah pedagang

maka di desa Jombang terdapat beberapa sarana untuk berdagang.

Diantaranya pertokoan, swayalan, rumah makan, pasar tradisional dan warung.

Secara statistik sarana tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sarana Perdagangan Masyarakat di Desa Jombang, 2010

No Jenis Sarana Jumlah


1 Pertokoan / Ruko 34
2 Pasar Swalayan / Toserba 8
3 Restoran / Rumah Makan 9
4 Pasar Tradisional 1
5 Warung 940
Sumber : Data Potensi Desa 2010

Di desa Jombang terdapat 21 masjid dan 21 musholla. Karena mayoritas

penduduk Desa Jombang beragama islam, maka masjid dan mushola itu selain

digunakan untuk tempat pokok ibadah, juga digunakan untuk kegiatan pendidikan

dan dakwah Islam, seperti pengajian anak-anak, pengajian remaja dan pengajian

bapak-bapak atau ibu-ibu atau majelis taklim. Untuk agama kristen terdapat tujuh

36
buah gereja di Desa Jombang. Sedangkan untuk sarana peribadatan agama lainnya

tdak ada. Selain itu terdapat pula sarana perbankan dan koperasi. Ada dua bank

umum/komersil dan satu buah koperasi non KUD di Desa Jombang. Terdapat pula

sebuah Stasiun Kereta Api sebagai sarana transportasi yang sangat memudahkan

masyarakat desa Jombang untuk baraktifitas.

4.4. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah konsumen tempe

rumah tangga pada masyarakat desa Jombang dengan jumlah yang sudah

ditentukan melalui hasil perhitungan menggunakan rumus slovin yaitu sebanyak

99 responden dari populasi 7.570 Kepala Keluarga. Dari hasil penyebaran

kuisioner kepada responden, maka didapatkan data pembagian karakteristik

responden sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi Dalam Keluarga

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

37
4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden dalam penalitian ini sebagian besar adalah perempuan dengan

persentase sebesar 91,91% dan mayoritas adalah ibu rumah tangga.

Sedangkan 8,08% adalah laki-laki yang merupakan kepala keluarga atau anak

yang sudah mempunyai wewenang dari keluarga tersebut. Untuk sebaran

responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


di Desa Jombang, 2011

No Jenis Kelamin Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1. Laki-laki 8 8,08
2. Perempuan 91 91,91
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga

Posisi seseorang di dalam keluarga adalah peranan orang tersebut didalam

keluarga sebagai siapa. Dalam satu keluarga biasanya terdiri dari kepala keluarga,

isteri/ibu dan anak. Besarnya proporsi responden berdasarkan posisi dalam

keluarganya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Posisi dalam


Keluarga di Desa Jombang, 2011

No Posisi Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1. Kepala Keluarga 9 9,09
2. Isteri/Ibu 77 77,77
3. Anak 12 12,12
4. Lainnya (Nenek) 1 1,01
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

38
Berdasarkan tabel tersebut diatas, mayoritas posisi dari responden dalam

keluarga adalah isteri yang umumnya merupakan ibu rumah tangga dengan

jumlah responden sebanyak 77 orang. Hal ini sesuai dengan target dalam

penelitian ini, karena biasanya ibu rumah tangga lebih memahami urusan

konsumsi dalam keluarganya. Untuk posisi kepala keluarga ada sebanyak 9,09%

dari total responden. Dalam hal ini, tidak semua kepala keluarga merupakan ayah

dari keluarga tersebut karena ada sebagian dari responden yang merupakan ibu

rumah tangga yang bekerja sebagai tulang punggung bagi keluarganya.

Posisi anak dalam keluarga responden ada sebanyak 12 orang. Posisi anak dalam

keluarga ini merupakan anggota keluarga yang telah bekerja atau sudah memiliki

wewenang didalam keluarganaya, sebagian besar anak dalam keluarga responden

ini adalah mahasiswa. Sedangkan terdapat pula satu orang nenek dari keseluruhan

responden yang ada.

4.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Bekerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dalam jangka

waktu tertentu dengan tujuan mendapatkan penghasilan. Secara umum jenis

pekerjaan akan membedakan tingkat pendapatan dan dapat menentukan nasib

suatu keluarga. Semakin baik pekerjaan maka semakin baik pula kehidupan suatu

keluarga. Dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang akan dijabarkan adalah

pekerjaan dari responden tersebut pada saat mengisi kuisioner. Untuk sebaran

responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 12.

39
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
di Desa Jombang, 2011

No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1. Ibu Rumah Tangga 57 57,57
2. Karyawan Swasta 13 13,13
3. PNS 3 3,03
4. Guru 6 6,06
5. Wiraswasta 5 5,05
6. Pedagang 7 7,07
7. Mahasiswa 6 6,06
8. Lainnya 2 2,02
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan data dari pekerjaan 99 responden di atas, sebanyak 57,57%

responden hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dapat diartikan bahwa

sebagian besar responden tidak memiliki penghasilan yang tetap tetapi

mendapatkan penghasilan dari anggota keluarga lainnya. Sebanyak 13,13%

responden berprofesi sebagai karyawan swasta. Hal ini sesuai dengan mata

pencaharian terbesar di Desa Jombang adalah karyawan BUMN/Swasta.

Kemudian sebanyak 3,03% berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS),

guru sebanyak 6,06%, wiraswasta sebanyak 5,05% dan pedagang sebanyak

7,07%. Ada pula 6 responden yang merupakan mahasiswa dan 2 orang responden

yang tidak menjawab jenis pekerjaannya.

40
4.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan seberapa besar

pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan juga sangat diperlukan untuk

memasuki dunia kerja. Tingginya pendidikan seseorang juga dapat membuka

kesempatan untuk memperoleh jenis pekerjan yang layak. Tingkat pendidikan dari

masyarakat di desa Jombang sangat bervariasi. Tabel 13 menyajikan data

responden berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan di Desa Jombang, 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1. SD 10 10,10
2. SMP 12 12,12
3. SMA/SMK 58 58,58
4. Diploma 1 0 0
5. Diploma 2 0 0
6. Diploma 3 6 6,06
7. Sarjana 13 13,13
8. Pasca Sarjana 0 0
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

Dari Tabel 13, sebagian besar responden telah menamatkan pendidikannya

sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 58,58%.

Kemudian untuk tingkat sarjana ada 13,13% dari total responden.

Tingkat pendidikan Diploma 3 ada sebanyak 6,06% dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) sebanyak 12,12%. Sedangkan untuk tingkat pendidikan terendah

yaitu Sekolah Dasar (SD) terdapat 10 orang responden.

41
4.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Usia

Rata-rata umur responden adalah 38,7 tahun. Tingkat usia terbanyak

responden adalah antara 41 tahun sampai 50 tahun yaitu sebesar 38,38% dari total

responden. Sebanyak 26,26% responden berusia antara 21 tahun sampai dengan

30 tahun, 22,22% responden berusia antara 31 tahun sampai 40 tahun dan 12,12%

responden berusia lebih dari 50 tahun. Sedangkan terdapat satu orang responden

yang berusia dibawah 19 tahun. Responden tersebut adalah seorang mahasiswa

dan berposisi sebagai anak didalam keluarganya. Sebaran responden berdasarkan

usia dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkatan Usia di


Desa Jombang, 2011

No Usia Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1. ≤ 20 1 1,01
2. 21-30 26 26,26
3. 31-40 22 22,22
4. 41-50 38 38,38
5. ≥ 50 12 12,12
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

42
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Jombang Kecamatan Ciputat,

Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dengan jumlah responden 99 orang.

99 orang responden tersebut mewakili konsumen tempe rumah tangga pada

masyarakat di desa Jombang. Hasil dalam penelitian ini merupakan data yang

didapat secara langsung dari responden melalui media kuisioner. Data yang

didapat kemudian diolah dan diperlihatkan kedalam satu tabel. Hasil yang akan

dijabarkan adalah mengenai permintaan tempe rumah tangga pada masyarakat

di desa Jombang, kemudian faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya,

serta besarnya elastisitas permintaan tempe masyarakat di desa Jombang.

Secara umum pangan sumber protein merupakan komoditas yang

harganya relatif tinggi dibanding komoditas pangan lainnya. Walaupun demikian

lain halnya dengan tempe yang merupakan sumber protein dan bergizi tinggi

tetapi memiliki harga yang murah. Hal ini terkait juga dengan pengetahuan

konsumen akan makanan yang berkualitas dan bergizi tinggi serta penerapan pola

empat sehat lima sempurna didalam keluarga. Dari hasil penelitian menggunakan

kuisioner, sebanyak 93 responden mengutamakan makanan berkualitas untuk

dikonsumsi sehari-hari. Sisanya enam responden menjawab tidak mengutamakan

makanan berkualitas untuk di konsumsi sehari-hari. Untuk penerapan pola makan

4 sehat 5 sempurna dalam keluarga sebanyak 86 responden menjawab ya,

sebanyak delapan responden menjawab tidak dan ada pula yang menambahkan
keterangan kadang-kadang sebanyak lima responden. Sedangkan dalam hal

mengutamakan gizi untuk pertumbuhan anak-anak sebanyak 97 responden

menjawab ya dan sisanya dua responden tidak menjawab. Hal ini dapat dilihat

dalam Tabel 15.

Tabel 15. Pengetahuan Gizi Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011

No Pengetahuan Responden Jawaban Responden Jumlah


Y T K L Responden
1 Keluraga Selalu Mengutamakan 93 6 0 0 99
Makanan Berkualitas
2 Keluarga Menerapkan Pola 86 8 5 0 99
Makan 4 Sehat 5 Sempurna
3 Keluarga Mengutamakan Gizi 97 0 0 2 99
untuk Pertumbuhan Anak
Keterangan :
Y = ya
T = tidak
K = kadang-kadang
L = lainnya (tidak menjawab)
Sumber: Data Primer (diolah)

Pengetahuan gizi keluarga responden tersebut merupakan pertanyaan awal

dalam kuisioner. Peneliti ingin mengetahui bagaimana keadaan gizi dalam

keluarga responden secara umum. Sebagian besar keluarga responden selalu

mengutamakan makanan yang berkualitas untuk dikonsumsi, kemudian

menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna serta mengutamakan gizi untuk

pertumbuhan anak. Akan tetapi ada pula yang tidak mengutamakan makanan

berkualitas dan tidak menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna. Hal ini karena

keterbatasan biaya untuk membeli makanan yang berkualitas. Untuk pola makan

4 sehat 5 sempurna juga saat ini sudah diperbaharui menjadi 3B (Bergizi,

Beragam dan Berimbang). Ada pula responden yang menambahkan keterangan

kadang-kadang, karena untuk pola makan yang diterapkan keluarga tidak hanya

44
merujuk pada pola makan 4 sehat 5 sempurna tetapi juga lebih mementingkan

bergizi, beragam dan berimbang. Sedangkan dalam hal mengutamakan gizi untuk

pertumbuhan anak, ada dua orang responden yang tidak menjawab, hal ini karena

di keluarga tersebut tidak ada anak atau belum memiliki anak.

Untuk pertanyaan konsumsi tempe sebagai lauk sehari-hari,

sebanyak 85 orang responden menjawab ya, sebanyak 10 orang responden

menjawab tidak dan ada yang memberikan keterangan kadang-kadang sebanyak

tiga orang responden serta satu orang responden tidak menjawab. Hal ini

membuktikan bahwa sebesar 86% masyarakat desa Jombang menjadikan tempe

sebagai lauk sehari-hari dalam menu makanan rumah tangga. Hal ini dapat dilihat

dalam Gambar 2.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 2. Persentase Responden Mengkonsumsi Tempe di Desa Jombang,


2011

5.1.1. Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden di Desa Jombang

Permintaan tempe rumah tangga yang akan dijabarkan dari hasil kuisioner

bukan hanya dari jumlah permintaan tempe saja, tetapi akan dilihat dari frekuensi

pembelian tempe dalam sebulan, alasan responden mengkonsumsi tempe serta

tempat responden membeli tempe untuk dikonsumsi.

45
5.1.1.1. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden Sebulan

Jumlah permintaan tempe rumah tangga responden merupakan variabel

dependen dalam penelitian ini. Jumlah permintaan tempe rumah tangga responden

adalah jumlah pembelian tempe responden sebulan dalam satuan kilogram.

Untuk jumlah permintaan tempe responden sebulan dalam kilogram didapat dari

hasil kali jumlah pembelian tempe sehari dengan frekuensi pembelian seminggu

dan dikalikan empat (1 bulan = 4 minggu). Tempe yang dikonsumsi oleh rumah

tangga biasanya berupa potongan dengan ukuran 8 cm x 5 cm x 3 cm dan

memiliki berat rata-rata 200 gr per potong.

Secara keseluruhan rata-rata permintaan tempe rumah tangga responden

perbulan adalah 7,94 kg. Untuk jumlah permintaan terendah yaitu satu rumah

tangga yang mengkonsumsi sebanyak 1 kg tempe perbulan. Sedangkan untuk

jumlah konsumsi tempe terbanyak ada dua rumah tangga yang mengkonsumsi

28 kg tempe perbulan. Jumlah konsumsi tempe responden perbulan dapat dilihat

dalam Tabel 16.

46
Tabel 16. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden dalam
Sebulan di Desa Jombang, 2011

No Jumlah Tempe (kg) Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1. 1 1 1,0
2. 2 6 6,1
3. 3 10 10,1
4. 3,2 1 1,0
5. 3,6 1 1,0
6. 4 10 10,1
7. 4,8 1 1,0
8. 5 7 7,1
9. 5,6 1 1,0
10. 6 13 13,1
11. 6,4 5 5,1
12. 7 9 9,1
13. 8 3 3,0
14. 8,4 1 1,0
15. 9 1 1,0
16. 9,6 1 1,0
17. 9,8 1 1,0
18. 10 2 2,0
19. 11,2 1 1,0
20. 12 5 5,1
21. 12,8 4 4,0
22. 14 6 6,1
23. 16 2 2,0
24. 16,8 1 1,0
25. 20 1 1,0
26. 21 2 2,0
27. 24 1 1,0
28. 28 2 2,0
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

47
5.1.1.2. Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Sebulan

Frekuensi konsumsi tempe rumah tangga responden adalah berapa kali

responden mengkonsumsi atau membeli tempe dalam seminggu, kemudian

dikalkulasikan dalam sebulan (dikali 4). Frekuensi konsumsi tempe rumah tangga

responden rata-rata 16,65 kali dalam setiap bulannya. Frekuensi konsumsi tempe

terbanyak yaitu 12 kali pembelian tempe dalam sebulan dengan jumlah responden

26 rumah tangga. Frekuensi konsumsi tempe terkecil adalah empat kali pembelian

tempe dalam sebulan dengan jumlah responden yaitu dua rumah tangga.

Sedangkan frekuensi konsumsi tempe terbesar adalah 30 kali pembelian tempe

dalam sebulan dengan jumlah responden yaitu 2 rumah tangga. Data frekuensi

konsumsi tempe rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden dalam


Sebulan di Desa Jombang, 2011

No Frekuensi Konsumsi Jumlah Responden Persentase


Tempe (sebulan) (n) (%)
1. 4 2 2,0
2. 8 18 18,2
3. 12 26 26,2
4. 16 16 16,2
5. 20 12 12,1
6. 24 4 4,0
7. 28 19 19,2
8. 30 2 2,0
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

48
5.1.1.3. Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe

Alasan responden mengkonsumsi tempe adalah hal yang mendasari

responden membeli tempe untuk dikonsumsi. Dari hasil kuisioner,

alasan terbanyak responden mengkonsumsi tempe adalah karena tempe bergizi

tinggi. Terdapat 33,6% responden memilih alasan tersebut. Dalam hal ini jumlah

responden menjadi 149 (lebih dari jumlah sampel) karena sebagian besar

responden memilih pilihan jawaban lebih dari satu. Untuk pilihan alasan lainnya

responden mengisi dengan alasan mudah didapat, praktis dan sebagai makanan

pelengkap 4 sehat 5 sempurna. Sebaran alasan responden mengkonsumsi tempe

dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe di Desa Jombang, 2011

No Alasan Mengkonsumsi Jumlah Persentase


Tempe Responden (n) (%)
1. Bergizi tinggi 50 33,6
2. Mudah diolah 18 12,1
3. Harga murah 30 20,1
4. Rasanya enak 14 9,4
5. Digemari anggota keluarga 32 21,5
6. Lainnya 5 3,4
Jumlah 149 100
Sumber: Data Primer (diolah)

49
5.1.1.4. Lokasi Pembelian Tempe Responden

Lokasi pembelian tempe responden adalah tempat responden mendapatkan

tempe untuk dikonsumsi atau membeli tempe. Untuk jumlah responden dalam

pertanyaan ini yaitu 115, tidak sesuai dengan jumlah sampel yang diambil.

Hal ini disebabkan karena ada beberapa responden yang memilih lebih dari satu

pilihan jawaban. Tabel 19 menyajikan lokasi dimana responden membeli tempe

untuk dikonsumsi.

Tabel 19. Lokasi Pembelian Tempe Responden di Desa Jombang, 2011

No Lokasi Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1. Pasar tradisional 49 42,6
2. Warung dekat rumah 25 21,7
3. Tukang sayur keliling 37 32,2
4. Supemarket 2 1,7
5. Produksi sendiri 0 0
6. Lainnya 2 1,7
Jumlah 115 100
Sumber: Data Primer (diolah)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa 42,6% responden memilih pasar

tradisional sebagai tempat untuk mendapatkan tempe. Sebanyak 32,2% responden

mendapatkan tempe dari tukang sayur keliling. Responden yang memilih

mendapatkan tempe dari warung dekat rumah, sebanyak 25 orang. Untuk pilihan

responden mendapatkan tempe dari supermarket hanya terdapat dua orang dan

untuk pilihan lainnya, juga terdapat dua responden yang memilih dan memberikan

keterangan yaitu dari masyarakat. Sedangkan untuk pilihan produksi sendiri,

tidak ada responden yang memilih.

50
5.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa
Jombang

Dalam penelitian ini variabel Y adalah permintaan tempe, yaitu jumlah

pembelian tempe responden sebulan dalam satuan kilogram. Untuk faktor-faktor

yang mempengaruhinya merupakan variabel X. Ada tujuh variabel X dalam

penelitian ini yaitu; harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam,

harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga sebulan.

Variabel pertama adalah harga tempe (X1) yaitu harga pembelian tempe

responden. Harga tempe yang dihitung dalam penelitian ini adalah harga tempe

per satu kilogram tempe. Harga tempe responden didapat dari jumlah pembelian

tempe sehari dikalikan dengan harga pembelian tempe dalam satuan potong,

gram atau kilogram. Hal ini hanya untuk mempermudah responden dalam

menjawab kuisioner. Dari jawaban yang ada harga tempe tersebut dikalkulasikan

dalam rupiah per kilogram. Tabel 20 merupakan data harga tempe yang

dikonsumsi oleh responden.

Tabel 20. Harga Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Perkilogram


di Desa Jombang, 2011

No Harga Tempe (rupiah) Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1 4.000 14 14,1
2 5.000 9 9,1
3 6.000 35 35,4
4 6.500 2 2,0
5 7.500 4 4,0
6 8.000 32 32,3
7 10.000 3 3,0
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

51
Berdasarkan Tabel 20, Harga terendah tempe yang dikonsumsi oleh

responden adalah Rp. 4.000,-/kg. Ada 14 orang responden yang membeli tempe

dengan harga tersebut. Kemudian sebanyak 3 orang responden membeli tempe

dengan harga tertinggi yaitu Rp. 10.000,-/kg. Harga tempe yang paling banyak

dikonsumsi oleh responden adalah Rp. 6.000,-/kg yakni ada sebanyak

35,3% responden. Sedangkan yang paling sedikit, ada 2% responden

mengkonsumsi tempe deangan harga 6.500,-/kg.

Variabel X2 sampai dengan variabel X5 merupakan barang pengganti dari

tempe, di dalam kuisioner barang pengganti yang dimasukkan dalam penelitian ini

yaitu; harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga daging sapi, harga ikan

dan harga udang. Tetapi untuk harga daging sapi dan harga udang tidak dijadikan

variabel karena sebagian besar responden tidak mengisi kuisioner untuk

pertanyaan harga daging sapi dan harga udang.

Variabel X2 adalah harga tahu. Sama halnya dengan variabel harga tempe,

variabel harga tahu juga dihitung dalam satuan rupiah per kilogram. Harga tahu

didapat dari jumlah pembelian tahu sehari dikalikan dengan harga pembelian tahu.

Data harga tahu yang dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada Tabel 21.

52
Tabel 21. Harga Konsumsi Tahu Responden Perkilogram di Desa Jombang,
2011

No Harga Tahu (rupiah) Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1. 4.000 5 5,1
2. 5.000 22 22,2
3. 5.500 1 1,0
4. 6.000 28 28,3
5. 6.250 1 1,0
6. 7.000 2 2,0
7. 7.500 1 1,0
8. 8.000 20 20,0
9. 10.000 8 8,1
10. Tidak memilih 11 11,1
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

Dari Tabel 21, harga tahu yang paling banyak dikonsumsi oleh responden

adalah pada harga Rp. 6.000,-/kg yaitu ada sebanyak 28,3% responden.

Sedangkan yang paling sedikit yaitu ada sebanyak 1% responden mengkonsumsi

tahu dengan harga Rp. 5.500,-/kg, 6.250,-/kg dan Rp. 7.500,-/kg.

Harga terendah tahu yang dikonsumsi oleh responden adalah pada tingkat harga

Rp. 4.000,-/kg. Sedangkan ada 8,1% responden yang membeli tahu dengan harga

tertinggi yaitu Rp. 10.000,-/kg. Dari tabel tersebut, terdapat responden yang tidak

memilih tahu untuk menu makanan keluarganya yaitu ada sebanyak 11 orang

responden.

Variabel X3 adalah harga telur. Sama halnya dengan variabel harga tempe

dan harga tahu, variabel harga telur juga dihitung dalam satuan

rupiah per kilogram. Harga telur didapat dari jumlah pembelian telur sehari

53
dikalikan dengan harga pembelian telur. Tabel 22 menunjukkan harga telur yang

dikonsumsi oleh responden.

Tabel 22. Harga Konsumsi Telur Responden Perkilogram di Desa Jombang,


2011

No Harga Telur (rupiah) Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1. 12.000 2 2,0
2. 13.000 2 2,0
3. 14.000 11 11,1
4. 14.500 2 2,0
5. 14.600 1 1,0
6. 15.000 25 25,3
7. 15.200 2 2,0
8. 16.000 53 53,5
9. 20.000 1 1,0
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

Dari Tabel 22, harga telur yang paling banyak dikonsumsi oleh responden

adalah pada harga Rp. 16.000,-/kg yaitu ada sebanyak 53% responden.

Sedangkan yang paling sedikit yaitu ada sebanyak 1% responden mengkonsumsi

telur dengan harga Rp. 14.600,-/kg dan Rp. 20.000,-/kg. Harga terendah telur

yang dikonsumsi oleh responden adalah pada tingkat harga Rp. 12.000,-/kg.

Pada tingkat harga tersebut ada sebanyak 2 orang yang membeli telur.

Sedangkan ada 1 orang responden yang membeli telur dengan harga tertinggi

yaitu Rp. 20.000,-/kg.

Variabel X4 adalah harga daging ayam (dalam rupiah perkilogram).

Harga daging ayam didapat dari jumlah pembelian daging ayam sehari dikalikan

dengan harga pembelian daging ayam. Data harga daging ayam yang dikonsumsi

oleh responden dapat dilihat pada Tabel 23.

54
Tabel 23. Harga Konsumsi Daging Ayam Responden Perkilogram di Desa
Jombang, 2011

No Harga Daging Ayam Jumlah Responden Persentase


(rupiah) (n) (%)
1. 20.000 5 5,1
2. 21.000 1 1,0
3. 22.000 1 1,0
4. 23.000 2 2,0
5. 24.000 14 14,1
6. 25.000 32 32,3
7. 26.000 1 1,0
8. 27.000 4 4,0
9 28.000 2 2,0
10. 30.000 15 15,2
11. 35.000 3 3,0
12. 36.000 3 3,0
13. 40.000 3 3,0
14. Tidak memilih 13 13,1
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

Dari tabel tersebut, harga daging ayam yang paling banyak dikonsumsi

oleh responden adalah pada harga Rp. 25.000,-kg yaitu ada sebanyak

32,3% responden. Sedangkan yang paling sedikit yaitu sebanyak 1% responden

mengkonsumsi daging ayam dengan harga Rp. 21.000,-/kg, Rp. 22.000,-/kg,

dan Rp. 26.000,-/kg. Harga terendah daging ayam yang dikonsumsi oleh

responden adalah pada tingkat harga Rp. 20.000,-/kg. Ada sebanyak 5 orang yang

membeli daging ayam dengan harga tersebut. Harga tertinggi daging ayam yang

dikonsumsi oleh responden adalah Rp. 40.000,-/kg, yaitu ada sebanyak 3 orang

responden. Dalam penelitian ini ada 13% responden yang tidak memilih daging

ayam untuk menu makanan keluarganya.

55
Variabel X5 adalah harga ikan. Variabel harga ikan juga dihitung dalam

satuan rupiah per kilogram. Harga ikan didapat dari jumlah pembelian ikan sehari

dikalikan dengan harga pembelian ikan. Data harga ikan yang dikonsumsi oleh

responden dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Harga Konsumsi Ikan Responden Perkilogram di Desa Jombang,


2011

No Harga Ikan (rupiah) Jumlah Responden (n) Persentase (%)


1 12.000 4 4,0
2 12.500 1 1,0
3 14.000 1 1,0
4 15.000 9 9,1
5 16.000 12 12,1
6 17.500 1 1,0
7 18.000 1 1,0
8 20.000 19 19,2
9 24.000 5 5,1
10 25.000 6 6,1
11 26.000 3 3,0
12 28.000 2 2,0
13 30.000 4 4,0
14 32.000 4 4,0
15 36.000 1 1,0
16 40.000 4 4,0
17 Tidak memilih 22 22,2
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

Dari Tabel 24, harga ikan yang paling banyak dikonsumsi oleh responden

adalah pada harga Rp. 20.000,-/kg yaitu ada sebanyak 19,2% responden.

Sedangkan yang paling sedikit yaitu ada sebanyak 1% responden mengkonsumsi

ikan dengan harga Rp.12.500,-/kg, Rp.14.000,-/kg, Rp.17.500,-/kg,

Rp.18.000,-/kg, dan Rp. 36.000,-/kg. Harga terendah ikan yang dikonsumsi oleh

56
responden adalah pada tingkat harga Rp. 12.000,-/kg. Ada sebanyak empat orang

yang membeli ikan dengan harga tersebut. Sedangkan ada empat orang responden

juga yang membeli ikan dengan harga tertinggi yaitu Rp. 40.000,-/kg.

Variabel jumlah anggota keluarga (X6) adalah jumlah orang yang ada

didalam rumah tangga responden termasuk responden tersebut. Tabel 25 akan

menjelaskan jumlah anggota keluarga responden berdasarkan ukuran keluarga.

Tabel 25. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011

No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Responden Persentase


(orang) (n) (%)
1 ≤ 3 (kecil) 24 24,2
2 4-5 (sedang) 66 66,7
3 ≥ 6 (besar) 9 9,1
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan tabel tersebut, sebanyak 24,2% responden memiliki jumlah

anggota keluarga yang kecil. Ada empat orang responden yang memiliki jumlah

anggota keluarga dua orang dan ada 20 orang responden yang memiliki jumlah

anggota keluraga tiga orang. Untuk ukuran keluarga sedang terdapat

66% responden, hal ini karena ada 49 orang responden yang memiliki jumlah

anggota keluarga empat orang dan sebanyak 17 orang responden memiliki lima

orang didalam rumah tangganya. Sedangkan ukuran keluarga besar ada sebanyak

9% responden. Dalam hal ini ada tujuh orang responden yang memiliki enam

orang anggota keluarga dan dua orang responden memiliki tujuh orang anggota

keluarga dalam rumah tangganya.

57
Sedangkan variabel X7 adalah pendapatan keluarga sebulan.

Pendapatan keluarga sebulan didapat dari total seluruh pengeluaran keluarga

perbulan ditambah dengan tabungan. Sebagaimana fungsi Y = C + S, dimana Y

adalah Income (pendapatan), C adalah consumtion (konsumsi) dan S adalah

saving (tabungan). Data mengenai pendapatan keluarga responden dapat dilihat

pada Tabel 26.

Tabel 26. Pendapatan Keluarga Responden Perbulan di Desa Jombang, 2011

No Pendapatan Keluarga Jumlah Responden Persentase


(rupiah) (n) (%)
1 < Rp. 2.000.000 41 41,4
2 Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000 47 47,5
3 > Rp. 5.000.000 11 11,1
Jumlah 99 100
Sumber: Data Primer (diolah)

Dari Tabel 26, sebanyak 41% responden memiliki pendapatan keluarga

perbulan kurang dari Rp. 2.000.000,-. Pendapatan terendah berada pada tingkat

ini yaitu Rp. 245.000,- perbulan. Pada tingkat pendapatan Rp. 2.000.000,- sampai

dengan Rp. 5.000.000,- perbulan terdapat 47 orang responden. Rata-rata tingkat

pendapatan responden adalah Rp. 2.706.586,-. Sedangkan terdapat

11% responden dengan tingkat pendapatan diatas Rp. 5.000.000,- perbulan.

Pendapatan tertinggi berada pada tingkat ini yakni Rp. 9.340.000,- perbulan.

58
5.1.2.1. Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Tempe di Desa Jombang

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan alat bantu SPSS 17,

hasil yang diperoleh untuk perhitungan regresi berganda faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan tempe dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Hasil Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011

No Faktor Koefisien Thitung Sig VIF


Regresi
1. Harga tempe (X1) -1,176 3,455 0,001 1,152
2. Harga tahu (X2) 0,372 1,774 0,079 1,234
3. Harga telur (X3) -0,130 0,268 0,789 1,036
4. Harga daging ayam (X4) -1,171 3,259 0,002 1,159
5. Harga ikan (X5) -0,069 1,513 0,134 1,068
6 Jumlah anggota keluarga (X6) 0,082 0,153 0,878 1,217
7. Pendapatan keluarga (X4) -0,522 1,750 0,083 1,223
Konstanta 21,595
Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan hasil pada Tabel 27, dapat dibuat persamaan regresi berganda

untuk faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe. Sesuai dengan model

persamaan regresi yang dijabarkan pada metodologi penelitian, maka persamaan

regresi untuk faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah:

Y = 21,595 - 1,176 X1 + 0,372 X2 - 0,130 X3 - 1,171 X4 - 0,069 X5

+ 0,082 X6 - 0,522 X7

Dari persamaan regresi tersebut, diperoleh nilai konstanta sebesar 21,595.

Angka tersebut berarti bahwa permintaan tempe akan bernilai 21,595 bila faktor

lain sama dengan nol. Dengan kata lain kualitas permintaan tempe akan berada

pada tingkat 21,595 jika tidak ada aktifitas konsumsi jenis lauk lainnya.

59
Selain konstanta, pada persamaan regresi juga terdapat koefisien dari

masing-masing variabel. Koefisien ini akan menentukan nilai variabel jika terjadi

perubahan. Untuk harga tempe (X1) dihasilkan koefisien negatif sebesar 1,176.

Tanda negatif ini menunjukkan hubungan yang berlawanan antara harga tempe

dengan jumlah permintaan tempe. Dengan kata lain jika ada kenaikan harga tempe

maka terjadi penurunan permintaan tempe sebesar 1,176. Misalnya terjadi

kenaikan harga tempe di pasar dari Rp. 6000/kg menjadi Rp. 7000/kg

(naik Rp.1000), maka akan terjadi penurunan permintaan sebesar 1,176 kg tempe.

Koefisien regresi untuk harga tahu (X2) bernilai positif sebesar 0,372.

Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang searah antara harga tahu dengan

permintaan tempe. Artinya jika harga tahu naik, maka akan ada peningkatan

permintaan tempe sebesar 0,372 kg. Hal ini membuktikan bahwa tahu merupakan

barang substitusi dari tempe.

Perhitungan regresi berganda untuk koefisien harga telur (X3) bernilai

negatif sebesar 0,130. Artinya jika harga telur naik, maka akan terjadi penurunan

permintaan tempe sebesar 0,130 kg. Koefisien harga daging ayam (X4) bernilai

negatif sebesar 1,171. Artinya jika harga daging ayam naik, maka akan terjadi

penurunan permintaan tempe sebesar 1,171 kg. Koefisien harga ikan (X5) juga

bernilai negatif sebesar 0,069. Artinya jika harga ikan naik, maka akan terjadi

penurunan permintaan tempe sebesar 0,069 kg. Koefisien regresi ketiga variabel

tersebut bernilai negatif, tanda negatif ini menunjukkan pengaruh yang

berlawanan arah antara harga ketiga barang tersebut dengan permintaan tempe.

Hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam dan ikan merupakan barang

60
komplemen tempe. Jadi ketiga barang tersebut merupakan pelengkap untuk

memenuhi menu makanan dalam keluarga.

Hasil perhitungan regresi berganda untuk koefisien jumlah keluarga (X6)

bernilai positif sebesar 0,082. Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang

searah antara jumlah keluarga dengan permintaan tempe. Artinya jika ada

penambahan satu orang anggota keluarga maka akan ada peningkatan permintaan

tempe sebesar 0,082 kg. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar jumlah

anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah permintaan akan tempe.

Koefisien regresi untuk pendapatan keluarga (X7) bernilai negatif sebesar

0,522. Angka ini menunjukkan pengaruh yang berlawanan antara pendapatan

keluarga dengan permintaan tempe. Artinya jika terjadi peningkatan jumlah

pendapatan keluarga sebesar Rp. 1.000.000,-, maka akan terjadi penurunan

permintaan tempe sebesar 0,522 kg. Hal ini membuktikan bahwa tempe

merupakan barang inferior (barang yang permintaannya semakin berkurang

apabila pendapatan konsumen semakin naik). Semakin tinggi pendapatan

seseorang, maka permintaan akan tempe berkurang.

Pada Tabel 27 juga terdapat nilai VIF dari masing-masing variabel.

Jika nilai VIF mendekati angka satu maka tidak terjadi gejala multikolinearitas,

sedangkan jika nilai VIF menjauhi satu maka terjadi gejala multikolinearitas.

Multikolinearitas adalah kondisi dimana antara variabel independen terjadi

hubungan kolerasi. Dari tabel tersebut terlihat bahwa seluruh nilai VIF dari

masing-masing variabel mendekati angka satu. Jadi dapat dikatakan bahwa antara

61
variabel independen tidak terjadi hubungan kolerasi atau tidak terjadi gejala

multikoinearitas.

Untuk hasil perhitungan uji kelayakan model (signifikansi) faktor-faktor

yang mempengaruhi permintaan tempe adalah sebagai berikut:

1. Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal (Uji T)

Berdasarkan hasil pengujian secara tunggal semua variabel bebas maka

diketahui variabel mana yang berpengaruh secara nyata terhadap permintaan

tempe masyarakat. Uji ini dibuktikan dengan membandingkan thitung dengan ttabel.

Dengan asumsi terima H0 jika thitung < ttabel atau tolak H0 jika thitung > ttabel atau

dengan melihat perbandingan probabilitasnya (sig<α) berdasarkan hipotesis:

H0 : bi = 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent)

dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas

(dependent) pada tingkat kepercayaan tertentu

H1 : bi ≠ 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent)

dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent)

pada tingkat kepercayaan tertentu

Tidak semua variabel bebas dapat mempengaruhi permintaan tempe rumah

tangga pad masyarakat Desa Jombang. Hasil perhitungan membuktikan bahwa

hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi tempe

pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel tersebut adalah harga tempe dan harga

ayam sedangkan kelima variabel lainnya yaitu harga tahu, harga telur,

harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga

62
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan yang lebih kecil dari 99%.

Hal ini disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28. Hasil Uji t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe


di Desa Jombang, 2011

No Variabel bebas thitung Sig


1. Harga tempe (X1) 3,455***** 0,001
2. Harga tahu (X2) 1,744**** 0,079
3. Harga telur (X3) 0,268** 0,789
4. Harga daging ayam (X4) 3,259***** 0,002
5. Harga ikan (X5) 1,513*** 0,134
6. Jumlah anggota keluarga (X6) 0,153* 0,878
7. Pendapatan keluarga (X4) 1,750**** 0,083
Keterangan: * Signifikan pada tingkat kepercayaan 10%
** Signifikan pada tingkat kepercayaan 20%
*** Signifikan pada tingkat kepercayaan 85%
**** Signifikan pada tingkat kepercayaan 90%
***** Signifikan pada tingkat kepercayaan 99%
Sumber: Data Primer (diolah)

Pada tingkat kepercayaan 99% didapat ttabel sebesar 2,842. Untuk variabel

pertama yaitu harga tempe (X1) thitung bernilai 3,455 dan lebih besar dari ttabel serta

memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α (0,01). Hal ini dapat dikatakan

bahwa H0 ditolak dan koefisien harga tempe signifikan secara statistik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara harga tampe

dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat Desa Jombang.

Variabel kedua yaitu harga tahu (X2), nilai thitung bernilai 1,744 berarti

lebih kecil dari ttabel (2,842) pada tingkat kepercayaan 99% serta memiliki nilai

signifikansi lebih besar dari nilai α (0,01). Hal ini dapat dikatakan bahwa

H0 diterima dan koefisien harga tahu tidak signifikan secara statistik pada tingkat

kepercayaan 99%. Akan tetapi pada tingkat kepercayaan 90% variabel tersebut

signifikan karena ttabel yang didapat pada tingkat kepercayaan 90% adalah sebesar

63
1,662. Sehingga didapat bahwa thitung lebih besar dari ttabel (1,744 > 1,662)

dan nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,079 < 0,1). Maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh nyata antara harga tahu dengan jumlah permintaan tempe

pada masyarakat Desa Jombang pada tingkat kepercayaan 90%.

Variabel ketiga yaitu harga telur (X3), nilai thitung bernilai 0,268 berarti

lebih kecil dari ttabel (0,677) pada tingkat kepercayaan 50% serta memiliki nilai

signifikansi lebih besar dari nilai α (0,789 > 0,5). Variabel tersebut hanya dapat

berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 20%. Hal ini dapat dikatakan bahwa

H0 diterima dan koefisien harga telur tidak signifikan secara statistik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara harga

telur dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang.

Variabel keempat yaitu harga daging ayam (X4), nilai thitung bernilai 3,259

berarti lebih besar dari ttabel (2,842) pada tingkat kepercayaan 99% serta memiliki

nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0,01). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0

ditolak dan koefisien harga daging ayam signifikan secara statistik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara harga daging

ayam dengan jumlah permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang.

Variabel kelima yaitu harga ikan (X5), nilai thitung bernilai 1,513 berarti

lebih kecil dari ttabel (1,662) pada tingkat kepercayaan 90% serta memiliki nilai

signifikansi lebih besar dari nilai α (0,134 > 0,10). Akan tetapi pada tingkat

kepercayaan 85% variabel tersebut signifikan karena ttabel yang didapat pada

tingkat kepercayaan 85% adalah sebesar 1,451. Sehingga didapat bahwa thitung

lebih besar dari ttabel (1,513 > 1,451) dan nilai signifikansi lebih kecil dari α

64
(0,134 > 0,15). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan koefisien harga ikan

signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 85%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh nyata antara harga ikan dengan jumlah

permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang.

Variabel keenam yaitu jumlah anggota keluarga (X6), nilai thitung bernilai

0,153 berarti lebih kecil dari ttabel (0,677) pada tingkat kepercayaan 50% serta

memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0,878 > 0,5). Variabel tersebut

hanya dapat berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 10%. Hal ini dapat

dikatakan bahwa H0 diterima dan koefisien jumlah anggota keluarga tidak

signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh

yang nyata antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah permintaan tempe pada

masyarakat desa Jombang.

Variabel ketujuh yaitu pendapatan keluarga (X7), nilai thitung bernilai 1,750

berarti lebih besar dari ttabel (1,662) pada tingkat kepercayaan 90 % serta memiliki

nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α (0,083 < 0,05). Hal ini dapat dikatakan

bahwa H0 ditolak dan koefisien jumlah anggota keluarga signifikan secara

statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata pada

tingkat kepercayaan 90% antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah

permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang.

2. Pengujian Serentak Seluruh Parameter Dugaan (Uji F)

Uji signifikansi serentak parameter dugaan (uji F) digunakan untuk

menunjukkan semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (permintaan

65
tempe). Uji ini membandingkan antara nilai Fhitung dengan nilai Ftabel atau dari

perbandingan probabilitasnya (sig<α), dengan ketentuan:

H0 diterima : apabila Fhitung < Ftabel, atau sig > α pada tingkat kepercayaan tertentu

artinya seluruh variabel bebas dalam model tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat (permintaan tempe)

H0 ditolak : apabila Fhitung > Ftabel, atau sig < α pada tingkat kepercayaan tertentu

artinya seluruh variabel bebas dalam model berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat (permintaan tempe)

Tabel 29. Hasil Uji F Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe


di Desa Jombang, 2011

Model Jumlah df Rata-rata Fhitung Ftabel Sig


Kuadrat kuadrat
Regresi 931,702 7 133,100 5,782 2,842 0,000
Sisa 2094,598 91 23,022
Total 3026,660 98
Interpretasi Tolak Signifikan pada tingkat kepercayaan 99%
H0
Sumber: Data Primer (diolah)

Hasil perhitungan uji F yang didapat pada Tabel 29, diperoleh nilai Fhitung

sebesar 5,782 lebih besar dari Ftabel (2,842) dengan tingkat kepercayaan 99 persen

dan memiliki nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α (0,01). Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan koefisien

regresi signifikan secara statistik. Hal ini berarti model regresi yang dibuat sudah

benar dan layak karena ada hubungan linear dari seluruh variabel bebas terhadap

variabel terikat. Dapat dikatakan pula bahwa harga tempe, harga tahu, harga telur,

harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan

keluarga mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap permintaan tempe.

66
Ketujuh faktor tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh

terhadap permintaan tempe masyarakat desa Jombang.

3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar

harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah

anggota keluarga, dan pendapatan keluarga dapat menjelaskan permintaan tempe.

Tabel dibawah ini akan menunjukkan hasil perhitungan koefisien determinasi

untuk faktor-faktor tersebut.

Tabel 30. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011

No Keterangan Nilai
1 R 0,555
2 R2 0,308
3 R2 yang disesuaikan 0,255
4 Durbin-Watson 1,817
Sumber: Data Primer (diolah)

Dari Tabel 30 didapat nilai koefisien determinasi dari persamaan regresi

adalah sebesar 0,308 dengan nilai koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar

0,255. Karena persamaan regresi menggunakan lebih dari satu variabel,

maka koefisien determinasi yang baik untuk digunakan dalam menjelaskan

persamaan ini adalah koefisien determinasi yang disesuaikan.

Nilai koefisien determinasi yang disesuaikan adalah sebesar 0,255 yang

berarti bahwa hanya 25,5 persen variasi atau perubahan dalam permintan tempe

bisa dijelaskan oleh seluruh variabel bebas yang diduga berpengaruh.

Sisanya sebesar 74,5 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian ini.

Nilai tersebut menggambarkan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian

67
ini belum sepenuhnya menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

permintaan tempe. Hal ini disebabkan karena faktor lain yaitu selera, intensitas

kebutuhan, dan distribusi pendapatan tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Pada tabel tersebut juga terdapat nilai Durbin-Watson sebesar 1,817.

Jika nilai Durbin-Watson berada antara minus dua (-2) sampai dua (+2), maka

dapat diartikan tidak tejadi gejala autokorelasi. Autokorelasi merupakan korelasi

pada variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu.

Angka tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi pada

seluruh variabel bebas yang ada.

5.1.3. Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang

Berdasarkan fungsi permintaan yang didapat dari perhitungan regresi

berganda maka dapat dihitung nilai elastisitas permintaan tempe.

Elastisitas permintaan yang akan dihitung dalam penelitian ini adalah elastisitas

harga, elastisitas silang, dan elastisitas pendapatan. Dengan menggunakan rumus

elastisitas permintaan dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 5,

maka didapat nilai elastisitas permintaan tempe pada masyarakat di desa

Jombang. Tabel 31 menunjukkan hasil perhitungan elastisitas permintaan tempe

di desa Jombang.

68
Tabel 31. Hasil Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang,
2011

No Variabel Koefisien Rata-rata Elastisitas Interpretasi


Regresi
1. Permintaan 21,595 7,9414
Tempe (Y) (konstanta)
2. Harga tempe (X1) -1,176 6,4697 0,957 Inelastis
3. Harga tahu (X2) 0,372 5,7702 0,270 Inelastis,
substitusi
4. Harga telur (X3) -0,130 15,3737 0,252 Inelastis,
komplementer
5. Harga daging -1,171 23,2121 0,499 Inelastis,
ayam (X4) komplementer
6. Harga ikan (X5) -0,069 16,8182 0,146 Inelastis,
komplementer
7. Jumlah anggota 0,082 4,0909 0,042 Inelastis
keluarga (X6)
8. Pendapatan -0,522 2,7077 0,178 Inelastis,
keluarga (X4) barang
inferior
Sumber: Data Primer (diolah)

Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai elastisitas harga tempe terhadap

permintaan tempe yaitu sebesar 0,957. Artinya dengan meningkatnya harga

sebesar 1 persen akan menurunkan jumlah permintaan tempe sebesar 0,957

persen. Elastisitas harga tempe bersifat inelastis (0,956 < 1).

Untuk elastisitas silang dari harga tahu terhadap permintaan tempe didapat

nilai elastisitas sebesar 0,270. Elastisitas harga tahu bersifat inelastis (0,270 < 1).

Nilai koefisien regresi yang positif membuktikan bahwa tahu merupakan barang

substitusi dari tempe. Nilai elastisitas silang dari harga telur, harga daging ayam,

dan harga ikan juga lebih kecil dari 1. Maka elastisitas silang dari ketiga barang

tersebut bersifat inelastis. Koefisien regresi yang dihasilkan dari ketiga barang

tersebut memiliki tanda negatif, hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam

dan ikan merupakan barang komplementer terhadap tempe.

69
Dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan didapatkan nilai elastisitas

pendapatan keluarga sebesar 0,178. Elastisitas pendapatan bersifat inelastis

(0,178 < 1). Koefisien regresi yang didapat pada pendapatan keluarga adalah

negatif. Hal ini membuktikan bahwa tempe merupakan barang inferior.

5.2. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini menggunakan teori-teori yang sebelumnya

dijelaskan sebagai dasar dari penelitian ini, kemudian dibandingkan dengan hasil

analisis data yang didapat.

5.2.1. Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden di Desa Jombang

Dari hasil didapat sebesar 86 persen rumah tangga di desa Jombang

menjadikan tempe sebagai lauk sehari-hari dalam menu makanan keluarga.

Rata-rata jumlah permintaan tempe rumah tangga perbulan adalah 7,94 kg.

Pada jumlah permintaan tempe didapat rumah tangga yang paling sedikit

mengkonsumsi tempe. Hal ini karena rumah tangga tersebut hanya membeli satu

potong tempe (250 gr) dalam seminggu. Selanjutnya terdapat pula rumah tangga

yang paling banyak mengkonsumsi tempe, hal ini disebabkan karena rumah

tangga tersebut membeli 1 kg tempe setiap harinya.

Pada hasil frekuensi pembelian tempe rumah tangga responden terdapat

frekuensi pembelian tempe terendah yaitu empat kali membeli tempe dalam

sebulan. Hal ini disebabkan karena rumah tangga tersebut hanya membeli tempe

sekali dalam seminggu. Terdapat pula frekuensi pembelian tempe tertinggi yaitu

30 kali dalam sebulan, hal ini dikarenakan rumah tangga tersebut membeli atau

mengkonsumsi tempe setiap hari. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik mengapa

70
rumah tangga tersebut selalu mengkonsumsi tempe? Banyak hal yang mendasari

seseorang untuk membeli sebuah produk guna memenuhi kebutuhannya.

Oleh karna itu kita harus tahu alasan responden mengkonsumsi tempe. Dari hasil

kuisioner alasan terbanyak responden mengkonsumsi tempe adalah karena tempe

bergizi tinggi. Sebagian besar responden juga memilih pilihan jawaban lebih dari

satu. Karena memang benar selain bergizi tinggi, tempe juga mudah diolah,

harganya murah, rasanya enak serta digemari oleh anggota keluarga.

Sedangkan untuk pilihan alasan lainnya, ada responden yang mengisi dengan

alasan mudah didapat, praktis dan sebagai makanan pelengkap 4 sehat 5

sempurna.

Permintaan tempe oleh konsumen terkait juga dengan lokasi dimana

responden membeli tempe. Sebagian besar responden memilih pasar tradisional

sebagai tempat untuk mendapatkan tempe. Karena harga tempe akan lebih murah

jika dibandingkan dengan membeli tempe pada warung dekat rumah, tukang sayur

keliling dan supermarket. Hal ini terkait dengan produsen (pengrajin tempe) akan

menawarkan harga pada pasar. Sedangkan para pedagang hanya sebagai

pengambil harga (price taker). Dari seluruh responden yang ada, tidak ada yang

merupakan pembuat atau pengrajin tempe. Hal ini didapat dari hasil kuisioner

untuk pilihan produksi sendiri tidak ada responden yang memilih.

71
5.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa
Jombang

Permintaan akan suatu barang merupakan suatu fungsi yang dipengaruhi

oleh banyak variabel. Begitu pula halnya dengan permintaan tempe, ada beberapa

faktor yang mempengaruhi permintaan tempe pada konsumen rumah tangga.

Faktor-faktor tersebut merupakan variabel dalam penelitian ini. Akan tetapi tidak

semua variabel dapat mempengaruhi permintaan tempe secara nyata. Dari hasil

yang didapat maka dapat diketahui variabel apa saja yang dapat menpengaruhi

permintaan tempe secara nyata pada konsumen rumah tanggga di masyarakat desa

Jombang.

Berdasarkan penjabaran uji koefisien determinasi (R2), hanya 25,5%

perubahan dalam permintan tempe bisa dijelaskan oleh seluruh faktor yang diduga

berpengaruh. Nilai tersebut menggambarkan bahwa variabel yang digunakan

dalam penelitian ini belum sepenuhnya menjelaskan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap permintaan tempe. Hal ini disebabkan karena faktor lain

yaitu selera, intensitas kebutuhan, dan distribusi pendapatan tidak dimasukkan

dalam penelitian ini. Walaupun demikian dari hasil uji F faktor tersebut

mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap permintaan

tempe. Sedangkan dari hasil uji t, hanya ada dua faktor yang berpengaruh nyata

terhadap permintaan tempe pada tingkat kepercayaan 99%. Faktor tersebut adalah

harga tempe dan harga ayam sedangkan kelima variabel lainnya yaitu harga tahu,

harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan

pendapatan keluarga berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan yang lebih kecil

dari 99%.

72
Faktor pertama yang diduga berpengaruh terhadap permintaan tempe

adalah harga tempe. Harga pembelian tempe oleh responden cukup beragam.

Hal ini disebabkan karena perbedaan tempat pembelian tempe oleh responden.

Harga tempe yang dibeli di pasar biasanya lebih murah dibanding dengan harga

tempe yang dibeli di warung dekat rumah atau pedagang keliling. Dari hasil

perhitungan regresi berganda harga tempe dapat mempengaruhi permintaan tempe

pada tingkat kepercayaan 99%. Jika harga tempe naik maka permintaan konsumsi

tempe masyarakat menurun. Harga tempe yang relatif lebih murah dibanding

dengan harga lauk sumber protein lainnya, menjadikan tempe sebagai pilihan

menu makanan sehari-hari. Hal ini juga terlihat dari data mengenai alasan

responden mengkonsumsi tempe (pada Tabel 18), alasan responden

mengkonsumsi tempe karena harganya yang murah menempati urutan ketiga

setelah pilihan alasan bergizi tinggi dan digemari anggota keluarga. Jadi naik atau

turunnya harga tempe sangat mempengaruhi permintaan tempe rumah tangga

pada masyarakat desa Jombang.

Selain variabel harga tempe, dalam perhitungan regresi berganda terdapat

pula variabel harga barang lainnya. Variabel harga tahu adalah faktor kedua yang

diduga berpengaruh terhadap permintaan tempe. Harga tahu yang dikonsumsi oleh

responden bervariasi. Hal ini dikarenakan beragamnya jenis tahu yang ada di

masyarakat. Dalam penelitian ini tahu terbukti menjadi barang substitusi terhadap

tempe, karena tahu adalah sumber protein nabati yang sama fungsinya dengan

tempe. Dari hasil perhitungan regresi didapat koefisien untuk harga tahu bernilai

positif. Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang searah antara harga tahu

73
dengan permintaan tempe. Hal ini membuktikan bahwa tahu merupakan barang

substitusi dari tempe. Jika harga tahu naik maka permintaan akan tempe juga akan

bertambah. Karena signifikan pada tingkat kepercayaan 90%, naik atau turunnya

harga tahu dapat dikatakan juga mempengaruhi permintaan konsumsi tempe.

Jadi harga tahu berpengaruh terhadap permintaan tempe rumah tangga pada

masyarakat desa Jombang.

Variabel harga telur adalah faktor ketiga yang diduga berpengaruh

terhadap pola konsumsi tempe. Harga telur yang dikonsumsi oleh responden

bervariasi. Ada dua orang responden yang mengkonsumsi telur dengan harga

terendah. Hal ini disebabkankan responden tersebut membeli telur pada agen

distributornya langsung, sehingga dapat membeli telur dengan harga yang lebih

rendah dari harga di pasaran. Sedangkan untuk harga pembelian telur tertinggi

hanya terdapat satu orang responden. Responden tersebut membeli telur yang

sudah dikemas dengan baik dan bermutu tinggi karena ada tambahan vitamin atau

omega 3 didalamnya. Hal tersebut membuktikan bahwa ada masyarakat yang

mementingkan kualitas dari produk yang dikonsumsinya. Dari hasil pilihan

beberapa jenis lauk pada kuisioner, telur merupakan barang yang dipilih oleh

seluruh responden. Dalam penelitian ini telur menjadi barang komplementer

terhadap tempe, karena telur juga merupakan sumber protein yang tinggi, mudah

didapat, dan digemari masyarakat. Dari hasil perhitungan regresi juga menyatakan

bahwa koefisien regresi harga telur bernilai negatif dan signifikan hanya pada

tingkat kepercayaan 20%. Tanda negatif ini menunjukkan pengaruh yang

berlawanan arah antara harga telur dengan permintaan tempe. Hal ini

74
membuktikan bahwa telur merupakan barang komplemen dari tempe,

telur menjadi pelengkap untuk memenuhi menu makanan dalam keluarga. Tetapi

karena tingkat signifikansinya kurang dari 50% jadi tidak berpengaruh terhadap

permintan tempe rumah tangga pada masyarakat desa Jombang. Naik atau

turunnya harga telur tidak mempengaruhi permintaan tempe.

Faktor keempat yang diduga berpengaruh terhadap pola konsumsi tempe

adalah harga daging ayam. Dalam penelitian ini ada 13% responden yang tidak

memilih daging ayam untuk menu makanan keluarganya. Hal ini disebabkan

karena daging ayam memiliki harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga

tempe. Nilai koefisien regresi yang didapat berlawanan arah dan signifikan pada

tingkat kepercayaan 99%. Sama seperti telur, daging ayam juga merupakan

barang komplemen untuk tempe. Hal ini disebabkan karena daging ayam

memiliki kandungan protein yang setara dengan tempe (pada Tabel 2) tetapi

menjadi sumber protein hewani yang mudah didapat dan digemari masyarakat jika

dibandingkan dengan daging sapi. Jika harga daging ayam turun maka permintaan

tempe akan naik. Jadi naik atau turunnya harga daging ayam sangat

mempengaruhi permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang.

Variabel harga ikan adalah faktor kelima yang diduga berpengaruh

terhadap pola konsumsi tempe. Dalam penelitian ini ikan juga menjadi barang

komplementer terhadap tempe. Harga ikan yang dikonsumsi oleh responden

sangat bervariasi. Hal ini karena banyaknya jenis ikan yang ada dipasar dan

peneliti tidak membatasi untuk jenis ikan yang dipilih oleh responden pada

kuisioner. Sehingga terdapat pula 22 orang responden yang tidak memilih ikan

75
untuk menu makanan keluarganya. Koefisien regresi yang didapat untuk harga

ikan juga berlawanan arah dan signifikan pada tingkat kepercayaan 85%.

Sama seperti telur dan daging ayam, ikan juga merupakan barang komplemen dari

tempe karena nilai koefisien yang didapat berlawanan arah. Nilai koefisien yang

signifikan pada tingkat kepercayaan 85% menyebabkan naik atau turunnya harga

ikan juga dapat dikatakan mempengaruhi permintaan tempe. Jika harga ikan turun

maka permintaan tempe akan naik. Jadi harga ikan berpengaruh terhadap

permintaan tempe pada masyarakat desa Jombang.

Jumlah anggota keluarga juga diduga dapat mempengaruhi permintaan

tempe. Dengan asumsi bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka

semakin banyak pula jumlah tempe yang dikonsumsi keluarga tersebut. Jumlah

anggota keluarga akan menentukan distribusi pangan antar anggota keluarga.

Keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih kecil tentunya akan

lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Dalam hal ini jumlah

anggota keluarga adalah jumlah orang yang ada didalam satu rumah tangga.

Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini menjadi faktor keenam yang diduga

dapat mempengaruhi pola konsumsi tempe. Untuk hasil perhitungan regresi

jumlah anggota keluarga menunjukkan angka yang positif tetapi signifikan hanya

pada tingkat kepercayaan 10 persen. Sesuai dengan teori, bahwa semakin banyak

jumlah anggota keluarga maka semakin besar permintaan akan suatu barang.

Akan tetapi angka tersebut tidak signifikan secara statistik karena memiliki

tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 50 persen. Berapapun jumlah anggota

keluarga yang ada didalam sebuah rumah tangga tidak akan mempengaruhi

76
permintaan tempe pada rumah tangga tersebut. Hal ini sesuai dengan alasan

responden mengkonsumsi tempe sebagai lauk yang digemari oleh anggota

keluarga. Jadi besar kecilnya jumlah anggota keluarga tidak mempengaruhi

permintaan tempe masyarakat di desa Jombang.

Faktor terakhir yang diduga berpengaruh terhadap pola konsumsi tempe

adalah pendapatan keluarga. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat

pendapatan maka semakin sedikit jumlah tempe yang dikonsumsi oleh keluarga

tersebut. Dengan adanya peningkatan pendapatan keluarga maka pemenuhan akan

kebutuhan hidup lebih beragam. Pendapatan keluarga sebulan didapat dari total

seluruh pengeluaran keluarga perbulan ditambah dengan tabungan.

Hasil perhitungan regresi untuk variabel pendapatan keluarga di dapat koefisien

regresi yang negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Angka negatif

dan berlawanan arah tersebut sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi tingkat

pendapatan keluarga maka semakin sedikit tempe yang diminta. Hal ini juga

menunjukkan bahwa tempe merupakan barang inferior, yaitu barang yang

permintaannya semakin berkurang apabila pendapatan konsumen meningkat.

Sehingga dapat dikatakan pendapatan keluarga juga dapat mempengaruhi

permintaan tempe. Jika pendapatan keluarga bertambah maka permintaan tempe

akan turun. Keluarga yang memiliki pendapatan yang lebih (golongan atas) akan

mengurangi konsumsi tempe dan akan mendistribusikan pendapatannya untuk

keperluan sekunder, tersier atau barang mewah. Hal ini terkait dengan selera dan

gaya hidup di masyarakat. Jadi besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh

terhadap permintaan tempe rumah tangga pada masyarakat desa Jombang.

77
5.2.3. Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang

Hasil perhitungan elastisitas harga tempe terhadap permintaan tempe yaitu

sebesar 0,957. Artinya dengan meningkatnya harga sebesar 1 persen akan

menurunkan jumlah permintaan tempe sebesar 0,957 persen. Hubungan antara

harga tempe dengan jumlah permintaan tempe berbanding terbalik seperti yang

diungkapkan hukum permintaan. Elastisitas harga tempe bersifat inelastis

(0,956 < 1). Hal ini membuktikan bahwa tempe merupakan barang kebutuhan

sehari-hari yang di konsumsi oleh masyarakat. Tempe sudah menjadi lauk yang

hampir selalu ada pada menu makanan keluarga.

Elastisitas silang berlaku pada barang substitusi atau komplementer.

Dalam penelitian ini terdapat empat harga barang lain yaitu harga tahu, harga

telur, harga daging ayam, dan harga ikan. Untuk elastisitas silang dari harga tahu

terhadap permintaan tempe didapat nilai elastisitas sebesar 0,270. Elastisitas harga

tahu bersifat inelastis (0,270 < 1). Nilai koefisien regresi yang positif

membuktikan bahwa tahu merupakan barang substitusi dari tempe.

Nilai elastisitas silang dari harga telur, harga daging ayam, dan harga ikan juga

lebih kecil dari 1. Maka elastisitas silang dari ketiga barang tersebut bersifat

inelastis. Koefisien regresi yang dihasilkan dari ketiga barang tersebut memiliki

tanda negatif, hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam dan ikan merupakan

barang komplementer terhadap tempe.

78
Elastisitas pendapatan menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu

barang sebagai akibat dari perubahan pendapatan pembeli. Dalam hal ini

elastisitas pendapatan akan menunjukkan perubahan permintaan tempe terhadap

perubahan pendapatan keluarga responden. Dari hasil perhitungan elastisitas

pendapatan didapatkan nilai elastisitas pendapatan keluarga sebesar 0,178.

Elastisitas pendapatan bersifat inelastis (0,178 < 1). Koefisien regresi yang

didapat pada pendapatan keluarga adalah negatif. Hal ini membuktikan bahwa

tempe merupakan barang inferior. Permintaan tempe akan menurun apabila

pendapatan keluarga bertambah.

79
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang rata-rata

mengkonsumsi tempe 7,94 kg dengan rata-rata frekuensi konsumsi tempe

16,65 kali dalam sebulan. Alasan konsumen rumah tangga mengkonsumsi

tempe adalah karena tempe bergizi tinggi dan tempat favorit untuk

membeli tempe adalah pasar tradisional.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah harga tempe,

harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota

keluarga, dan pendapatan keluarga.

Hasil analisis uji t didapat bahwa hanya variabel harga tempe dan variabel

harga daging ayam yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99%.

Sedangkan variabel harga tahu, harga telur, harga ikan, jumlah anggota

keluarga dan pendapatan keluarga signifikan pada tingkat kepercayaan

kurang dari 99%. Hasil analisis uji F didapat bahwa koefisien regresi

signifikan secara ststistik pada tingkat kepercayaan 99%. Ketujuh faktor

tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh terhadap

permintaan tempe masyarakat desa Jombang. Hasil pengujian koefisien

determinasi didapat hanya 25,5% perubahan dalam pola konsumsi tempe

dapat dijelaskan oleh seluruh variabel yang berpengaruh.


3. Hasil perhitungan elastisitas permintaan tempe didapat nilai elastisitas

harga tempe sebesar 0,956 artinya tempe bersifat inelastis. Dari hasil

elastisitas silang, hanya harga tahu yang bersifat substitusi terhadap tempe.

Sedangkan untuk harga telur, harga daging ayam dan harga ikan bersifat

komplementer terhadap tempe. Sedangkan dari hasil perhitungan

elastisitas pendapatan didapatkan bahwa tempe merupakan barang inferior.

6.2. Saran

1. Jumlah permintaan tempe di desa Jombang cukup tinggi, sehingga

produsen tempe yang ada dapat meningkatkan kapasitas produksi tempe

untuk memenuhi kebutuhan tempe di desa Jombang.

2. Dari hasil perhitungan regresi menyatakan bahwa harga tempe dan harga

daging ayam sangat respon terhadap konsumsi tempe di desa Jombang,

sehingga kebijakan untuk harga tempe dan harga ayam lebih baik

dibandingkan kebijakan dari variabel lain. Dilihat dari koefisien

determinasi yang hanya 25,5% maka untuk penelitian selanjutnya

diharapkan menambah variabel bebas selain variabel yang telah

dimasukkan dalam model penelitian ini.

3. Dari hasil elastisitas silang, tempe dapat dikombinasikan dengan berbagai

bahan pangan lain, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan tempe

sebagai bahan baku untuk beragam hidangan karena peluang ekonomi

produk ini masih tinggi.

81
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2009).

Astawan, M. Tempe: Cegah Penuaan & Kanker Payudara. (Jakarta: Kompas,


2003)

Astawan, M. dan Mita W. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna.


(Jakarta: Akademika Pressindo, 1991).

Astuti, M. History of the Development of Tempe. Di dalam Agranoff, J (editor dan


penerjemah). (Singapura: The American Soybean Association, 1999).

Devaluasari, Nova. Analisis Pola Konsumsi Tempe Rumah Tangga di Kota Bogor
[Skripsi]. (Bogor : Fakultas Pertanian, 2006).

Firdaus, Muhammad. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).

Irianto, Agus. Statistik Konsep Dasar & Aplikasinya. (Jakarta : Kencana,


2004).

Karyadi, D. The Development of Tempe Across Five Continents. Di dalam


Agranoff, J (editor dan penerjemah). (Singapura: The American Soybean
Association, 1999).

Lukman. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007).

Machfudz, Masyhuri. Dasar-dasar Ekonomi Mikro. (Jakarta: Prestasi Pustaka,


2007)

Mudanijah, Siti. Pengantar Pangan dan Gizi. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004)

Narimawati, Umi. Teknik-teknik Analisis Multivariat untuk Riset Ekonomi.


(Yogyakarta: Garaha Ilmu, 2008).

Nazir, Moh. Metode Penelitian. (Bogor Penerbit Ghalia Indonesia, 2005)

Noertjahyo, J A. Dari Ladang Sampai Kabinet Menggugat Nasib Petani. (Jakarta:


Penerbit Buku Kompas, 2005).
Nugroho, Muhammad Satyo. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Daging Sapi Lokal Pada Konsumen Rumah Tangg (Studi
Kasus: di Kompleks Perumahan UIN, Kelurahan Pisangan, Kecamatan
Ciputat, Kabupaten Tangerng, Provinsi Banten) [Skripsi]. (Jakarta:
Fakultas Sains dan Teknologi, 2008).

Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. (Bandung:
Alfabeta, 2009).

Ritonga, dkk. Pelajaran Ekonomi Jilid 1. (Jakarta: Erlangga, 2003).

Sarwono, B. Membuat tempe dan oncom. (Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 2002).

SNI. Tempe Kedelai. (Jakarta: Badan Standardisasi Nasional, 2009).

Sugiyanto. Analisis Statistika Sosial. (Malang: Bayu Media Anggota IKAPI Jatim,
2004).
Suprayitno, Eko. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. (Yogyakarta: UIN-Malang
Press, 2008).

Supriono. Memproduksi Tempe. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional


Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan. Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2003).

Susanto, Tri. dan Tri Dewanti. Dasar-dasar Ilmu Pangan Dan Gizi. (Yogyakarta:
Akademika, 2004).

Syarief, dkk. Wacana Tempe Indonesia. (Surabaya: Universitas Katolik Widya


Mandala, 1999).

 83
Lampiran 3. Denah Lokasi Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan - Banten


Sumber Google Map

Keterangan:
Batas-batas wilayah Desa Jombang:
• Barat: Desa Lengkong Gudang, Kecamatan Serpong.
• Timur: Desa Sawah Baru, Kecamatan Ciputat.
• Utara: Desa Ponduk Pucung dan Perigi, Kecamatan Pondok Aren.
• Selatan: Desa Sarua, Kecamatan Ciputat.


86


Lampiran 4. Lembar Kuisioner Pertanyaan Mengenai Pola Konsumsi Tempe

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 1. Apakah anda selalu mengutamakan makanan berkualitas untuk
PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG,
dikonsumsi sehari-hari? ya / tidak
KECAMATAN CIPUTAT, KABUPATEN TANGERANG,
PROVINSI BANTEN 2. Apakah anda sekeluarga menerapkan pola makan 4 sehat 5
sempurna? ya / tidak
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
3. Apakah anda mengutamakan gizi untuk pertumbuhan anak-
Saya Andhieka Ulfa mahasiswi Program Studi Agribisnis,
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta anak anda? ya / tidak
saat ini sedang melakukan penelitian untuk Skripsi mengenai
4. Apakah anda sekeluarga mengkonsumsi tempe sebagai lauk
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Tempe
Masyarakat, saya mohon kesediaan Bapak atau Ibu atau Saudara/i sehari-hari? ya / tidak
untuk berkenan mengisi lembar kuisioner ini dengan sebenar-
5. Alasan anda mengkonsumsi tempe sebagai lauk sehari-hari?
benarnya. Atas kesediaan dan kerjsama Bapak atau Ibu atau
Saudara/i, saya ucapkan terima kasih. a. Bergizi tinggi
b. Mudah diolah
Identitas Responden
Nama : ......................................................... c. Harga murah
Posisi dalam Keluarga : .........................................................
d. Rasanya enak
Alamat Lengkap : .........................................................
......................................................... e. Digemari anggota keluarga
Pekerjaan : .........................................................
f. Lainnya, sebutkan …………………………………
Pendidikan Terakhir : .........................................................
Usia : ......................................................... 6. Dari mana anda biasa mendapatkan tempe untuk dikonsumsi?
Jumlah Anggota Keluarga : ........ orang
a. Pasar tradisional
sebutkan (usia & pendidikan):
1. ............................................................................. b. Warung dekat rumah
2. .............................................................................
c. Tukang sayur keliling
3. .............................................................................
4. ............................................................................. d. Supermarket
5. .............................................................................
e. Produksi sendiri
6. .............................................................................
7. ............................................................................. f. Lainnya, sebutkan……………………………………
87
Lampiran 4 (lanjutan). Lembar Kuisioner

7. Isilah tabel dibawah ini:


10. Berapa besar pengeluaran keluarga anda untuk biaya
Jenis Lauk Jumlah Harga pembelian Frekuensi
pendidikan (biaya spp anak sekolah) dalam sebulan?
pembelian sehari (rupiah per pembelian
(gram/potong/kg) gram/potong/kg) seminggu Rp...................................
Tempe 11. Berapa besar pengeluaran anda untuk cicilan rutin untuk
Tahu
Telur keperluan berikut ini (jika ada) :
Daging Rumah/ kontrakan : Rp................................................./bulan
ayam
Daging Mobil/ motor : Rp................................................./bulan
sapi Pinjaman Bank : Rp................................................../bulan
Ikan
Udang Asuransi : Rp................................................../bulan
.......... Lainnya : Rp................................................../bulan
..........
.......... 12. Berapa besar anda menyisihkan dana untuk kesehatan keluarga
......... dalam sebulan? Rp...................................
13. Berapa besar anda menyisihkan dana untuk biaya tak terduga
8. Seberapa besar uang yang anda keluarkan dalam sehari untuk
lainnya dalam sebulan? Rp...................................
makan sekeluarga? Rp..............................................
14. Apakah anda sekeluarga menyisihkan sebagian dari pendapatan
9. Sebutkan jumlah pengeluaran anda untuk keperluan berikut ini:
anda untuk tabungan? ya / tidak
Air : Rp............................................................../bulan
15. Berapa besar dari pendapatan anda disisihkan untuk tabungan?
Listrik : Rp............................................................../bulan
Rp.............................../bulan
Telepon : Rp............................................................../bulan
Iuran RT : Rp............................................................../bulan
-Terima Kasih-

88
Lampiran 5. Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011

No Nama Responden Posisi Alamat Pekerjaan Pendidikan Usia


1 Selfia Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D3/8 Ibu Rumah Tangga S1 43
2 Hj. Karomah Nenek Villa Bintaro Indah blok C Ibu Rumah Tangga SD 60
3 Ratna Mailis Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D2/7 Ibu Rumah Tangga SMA 47
4 Nurseha Istri / ibu Villa Bintaro Indah D7/2 Ibu Rumah Tangga SMA 35
5 Siti Wahdini Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D5/12 Ibu Rumah Tangga SMA 51
6 Lazuardiah Istri / ibu Villa Bintaro Indah Guru S1 49
7 Choiriyah Kepala keluarga Villa Bintaro Indah, D4/9 Ibu Rumah Tangga SMEA 52
8 Suratin Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D6/15 Ibu Rumah Tangga SMA 45
9 Suhaerah Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D3/16 Karyawati D3 45
10 Hamida Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D7/2 Ibu Rumah Tangga SD 57
11 Tanti Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D2/8 Ibu Rumah Tangga S1 42
12 Suprayati Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D5/14 Pedagang SLA 48
13 Umi Kalsum Kepala keluarga Villa Bintaro Indah, D4/11 Ibu Rumah Tangga SMA 47
14 Nurchayati Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D3/5 Ibu Rumah Tangga S1 44
15 Sumini Istri / ibu Kp. Gedong 01/13 Ibu Rumah Tangga SD 41
16 Djuriah Istri / ibu Kp. Gedong 01/13 Ibu Rumah Tangga SD 37
17 Siti Zumaroh Kepala keluarga Kp. Gedong 01/13 no 26 Karyawati SLTA 49
18 Juhartini Istri / ibu Kp. Gedong 01/13 Ibu Rumah Tangga SD 49
19 Ibu Mini Istri / ibu Jl. Riau 3 01/13 Kp. Gedong Ibu Rumah Tangga SD 52
20 Rosadah Istri / ibu Kp. Gedong 01/13 Ibu Rumah Tangga SD 35
21 Jhin Asisu Kepala keluarga Villa Bintaro Indah, D3/6 Karyawan SMA 44
22 Indah P Anak Jl. Bulak jaya 1 no 20 03/09 Peneliti S1 22
23 Rosmiati Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D3/17 Ibu Rumah Tangga SMP 50

89

Lampiran 5 (lanjutan). Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011

24 Lidya S Suwardi Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D4/16 PNS SLTA 48
25 Susilowati Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D3/7 Ibu Rumah Tangga SLTA 43
26 Zahara Anak Jl. Sumatera 1 no 9 Mahasiswi SMA 21
27 Ibu Sumadi Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D3/3 Ibu Rumah Tangga SMP 46
28 Ibu Zainuddin Istri / ibu Jl. Kutilang no 39 Ibu Rumah Tangga SLTA 56
29 Afriza Wulan S Istri / ibu Blok D no 38 Ibu Rumah Tangga D3 29
30 Ibu Teti Istri / ibu Jl. Kutilang no 54 Ibu Rumah Tangga SLTA 55
31 Samiyem Istri / ibu Villa Bintaro Indah, C20/4 Ibu Rumah Tangga SMP 41
32 Suheti Istri / ibu Cilalung RT 02/04 Ibu Rumah Tangga SMP 42
33 Tina Wati Istri / ibu Jl. Kp. Masjid RT 5/3 no 89 Wiraswasta SMP 44
34 Winda Maulana Istri / ibu Jl. Kp. Masjid RT 5/3 no 86 Karyawan Swasta SMK 21
35 Alifia Fahmah Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D4/9 Ibu Rumah Tangga S1 26
36 Nuria Handayani Anak Gg. Masjid Al Mujahidin no 4 Karyawan Swasta D3 23
37 Gian Rilo P Anak Kp. Rawa RT 07/11 Mahasiswa SMA 23
38 Dimas Suwandri Anak Kp. Rawa RT 08/16 Karyawan SMP 23
39 Anita Nurjayanti Istri / ibu Kp. Rawa RT 08/16 no 66 Karyawan SLTA 23
40 Nurlaela Istri / ibu Kp. Rawa RT 07/16 Karyawan Swasta SMK 27
41 Romlah Istri / ibu Kp. Rawa RT 07/16 Karyawan Swasta SMA 25
42 Yuliana Istri / ibu Kp. Rawa RT 08/16 no 63 Ibu Rumah Tangga SMK 22
43 Yayah Nurohmah Istri / ibu Kp. Rawa RT 07/11 Ibu Rumah Tangga SMK 24
44 Erwin Kepala keluarga Kp. Rawa no 50 Wiraswasta SLTP 38
45 Endang Roswati Istri / ibu Kp. Rawa no 7 Ibu Rumah Tangga SMK 26
46 Ipah Istri / ibu Kp. Rawa RT 07 no 70 Ibu Rumah Tangga SLTP 35
47 Indriana Anak Blok B 6 no 12 Mahasiswi SMA 22
48 Ny. Tatik Istri / ibu Jl. Kutilang no 30 Ibu Rumah Tangga SLTA 49
49 Tri Wulansari Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D7/14 Ibu Rumah Tangga SMK 28
50 Warningsih Anak Kp. Gedong 01/13 no 17 Wiraswasta SMK 23

90

Lampiran 5 (lanjutan). Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011

51 Arpan Saaman Kepala keluarga Kp. Gedong 01/13 no 18 Guru SMP 56


52 Rodiah Istri / ibu Kp. Gedong 01/13 Ibu Rumah Tangga SD 47
53 Ngudi Mulyani Kepala keluarga Villa Bintaro Indah, D7/5 Wiraswasta SPK 43
54 Warsini Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D1/16 Ibu Rumah Tangga SMP 45
55 Rina Istri / ibu Jl. Noer Abdullah 2 no 36 Pedagang SMA 38
56 Siti Romlah Istri / ibu Villa Bintaro Indah Pedagang SMA 51
57 Tarmini Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D2/12a Ibu Rumah Tangga SMEA 51
58 Sri Prihatin Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D3/12 Pedagang SMA 41
59 Erna Ningrum Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D2/12a Ibu Rumah Tangga SMA 38
60 Nuryulis Istri / ibu Jl. Halmahera no 17 Ibu Rumah Tangga SMA 46
61 Titi Wulan P Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D3/12a Ibu Rumah Tangga D3 40
62 Nurlaila Istri / ibu Bumi Sudimara C1/11 Guru SMK 31
63 Ai Tsamrotul F Istri / ibu Villa Bintaro Indah, C17/8 Guru MAN 27
64 Euis Muspiroh Istri / ibu Jl. Raya no 1 RT 02/07 Ibu Rumah Tangga SD 22
65 Yulia Winda W Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D7/12 Ibu Rumah Tangga SMEA 31
66 Deri Triani Anak Jl. Jombang Raya no 48 Mahasiswi SMA 22
67 Rahmasari Istri / ibu Vigules RT 12/03 no 9 PNS S1 35
68 Septiani Istri / ibu Villa Jombang Baru C9/11 Karyawan Swasta D3 30
69 Tiwi K Istri / ibu Jl. Bintan no 16 03/01 Ibu Rumah Tangga SMEA 37
70 Rahayu Ningsih Istri / ibu Villa Jombang Baru B 2/9 Ibu Rumah Tangga SMA 48
71 Ny. Chulaela S Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D7/3 Ibu Rumah Tangga SMU 59
72 Febri Ramadhan Anak Villa Bintaro Indah, B2/13 Mahasiswa SMA 22
73 Eryanti Istri / ibu Jl. Bangka 1 no 10 PNS SMA 40
74 Ibu Mardiani Istri / ibu Jl. Sumatera 1 no 15 Karyawati SMA 36
75 Ibu Rusmiyati Istri / ibu Jl. Bangka 1 no 17 Karyawan Swasta S1 31
76 Ibu Sujiah Istri / ibu Villa Bintaro Indah, C 7 Ibu Rumah Tangga SMA 40

91

Lampiran 5 (lanjutan). Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011

77 Ny. Titi Triyanti Istri / ibu Blok H 7 no 16 Ibu Rumah Tangga SMA 42
78 Maryam Istri / ibu Jl. Jombang Raya no 16 Ibu Rumah Tangga SMEA 30
79 Ibu Roni C Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D7 Ibu Rumah Tangga SMA 28
80 Rohiman Kepala keluarga Jl. Sumatera no 38 Wiraswasta SD 48
81 Fauziah W Istri / ibu Jl. Jombang Rawa Lele 03/4 Pedagang SMA 45
82 Ida Rosida Istri / ibu Jl. Noer Abdullah no 27 Ibu Rumah Tangga SMA 51
83 Vinka Rizki A Anak Villa Bintaro Indah, E13 no 7 Mahasiswi SMA 19
84 Ida Ningsih Istri / ibu Villa Gunung Lestari Pedagang SMA 48
85 Khairullah Kepala keluarga Vigules B3 no 2 Karyawan Swasta D3 45
86 Ibu Shinta Istri / ibu Villa Jombang Baru Ibu Rumah Tangga S1 38
87 Ibu Rokayah Istri / ibu Kp. Gedong 02/04 Pedagang SMA 48
88 Ibu Sunia W Istri / ibu Jl. Kaswari 2 no 4 Ibu Rumah Tangga SMA 46
89 Rachmawati CH Istri / ibu Jl. Bangka 1 D4/12a Ibu Rumah Tangga SMA 53
90 Endang Ekowati Istri / ibu Jl. Sumatera 04/06 Ibu Rumah Tangga D4 45
91 Ibu Mutiah Istri / ibu Jl. Tidore 03/17 Guru MAN 34
92 Ibu Marlina Istri / ibu Jl. Tidore 03/17 no 16 Ibu Rumah Tangga SMP 28
93 Dini Pebrianti Istri / ibu Jl. Lombok RT 03/10 Ibu Rumah Tangga SLTA 35
94 Sebtiyo Purwanti Istri / ibu Jl. Masjid Al Huda 02/17 no 1 Wiraswasta S1 41
95 Rumiyati Istri / ibu Jl. Tidore 03/17 Ibu Rumah Tangga SMA 35
96 Intaniar D Anak Jl. Sumatera 25 02/17 Karyawan Swasta S1 22
97 Nurhikmah Istri / ibu Rawa Lele RT 06/07 Guru PGTK 36
98 Ibu Chandra Istri / ibu Jombang Rawa Lele Ibu Rumah Tangga SMA 44
99 Keminem Istri / ibu Jombang Rawa Lele 04/06 Ibu Rumah Tangga SLTP 38

92

Lampiran 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011

Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
Permintaan Harga Harga Harga Harga Daging Jumlah Pendapatan
No
Tempe Tempe Tahu Telur Ayam Harga Ikan Keluarga Keluarga
(kg) (rupiah/kg) (rupiah/kg) (rupiah/kg) (rupiah/kg) (rupiah/kg) (orang) (rupiah/bulan)
1 3 6.000 8.000 15.000 30.000 20.000 3 3.130.000
2 3 8.000 5.000 16.000 25.000 25.000 3 3.036.000
3 2 6.000 7.500 15.000 20.000 15.000 5 2.069.000
4 2 8.000 6.250 15.000 30.000 20.000 4 1.398.000
5 2 8.000 6.000 14.000 - 16.000 4 2.168.000
6 3 8.000 6.000 16.000 30.000 40.000 4 2.004.000
7 4 6.000 6.000 15.000 25.000 30.000 4 1.308.000
8 4 6.000 5.500 14.500 23.000 26.000 4 6.737.000
9 2 6.000 6.000 14.000 21.000 15.000 4 5.769.000
10 5 5.000 5.000 15.000 25.000 16.000 6 2.193.000
11 8 6.000 7.000 20.000 22.000 30.000 5 6.824.000
12 2 6.000 6.000 14.000 24.000 20.000 4 1.736.000
13 3 6.000 8.000 16.000 40.000 16.000 4 799.000
14 3 6.000 8.000 15.000 25.000 16.000 6 8.750.000
15 7 8.000 10.000 15.000 30.000 24.000 4 1.837.000
16 7 8.000 6.000 16.000 30.000 40.000 4 1.677.000
17 5 8.000 10.000 14.600 30.000 20.000 4 2.000.000
18 7 8.000 10.000 15.000 30.000 20.000 5 1.702.000
19 7 8.000 6.000 16.000 30.000 40.000 5 1.703.000
20 7 8.000 10.000 16.000 30.000 24.000 4 1.412.000
21 10 8.000 5.000 12.000 28.000 16.000 5 4.050.000
22 6 4.000 6.000 12.000 20.000 26.000 4 5.050.000

93

Lampiran 6 (lanjutan). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011

22 6 4.000 6.000 12.000 20.000 26.000 4 5.050.000


23 14 5.000 5.000 16.000 25.000 26.000 4 1.900.000
24 3.2 10.000 10.000 16.000 25.000 20.000 4 9.340.000
25 5.6 10.000 10.000 16.000 25.000 - 5 2.280.000
26 5 6.000 6.000 16.000 36.000 40.000 4 3.145.000
27 9.8 7.500 8.000 16.000 36.000 - 5 4.770.000
28 16 5.000 8.000 13.000 36.000 - 6 3.530.000
29 12 5.000 6.000 14.000 25.000 - 4 6.860.000
30 6 6.000 5.000 14.000 25.000 - 4 1.620.000
31 5 8.000 6.000 16.000 35.000 20.000 5 3.800.000
32 4 8.000 6.000 16.000 35.000 - 4 3.590.000
33 8 6.000 10.000 16.000 25.000 - 4 6.140.000
34 11.2 5.000 5.000 16.000 - 12.000 3 3.250.000
35 7 6.000 8.000 15.000 40.000 36.000 3 1.794.000
36 6 6.000 5.000 16.000 27.000 25.000 4 2.193.000
37 4 6.000 6.000 16.000 27.000 25.000 5 5.640.000
38 4 6.000 6.000 16.000 27.000 25.000 6 1.785.000
39 1 8.000 5.000 16.000 25.000 25.000 7 7.410.000
40 12 5.000 8.000 16.000 35.000 - 7 2.455.000
41 6 6.000 - 16.000 - 20.000 3 1.000.000
42 3 6.000 - 16.000 28.000 20.000 3 1.063.000
43 14 6.000 7.000 16.000 27.000 12.000 3 1.403.000
44 6 6.000 6.000 16.000 25.000 25.000 3 1.573.000
45 6 8.000 8.000 16.000 30.000 28.000 3 1.600.000
46 6 5.000 5.000 16.000 25.000 16.000 3 1.533.000
47 3 8.000 5.000 15.000 25.000 15.000 6 3.450.000
48 24 5.000 - 16.000 - - 4 3.000.000

94

Lampiran 6 (lanjutan). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011

49 14 4.000 - 16.000 - 20.000 4 1.075.000


50 21 6.000 8.000 16.000 - 20.000 4 737.000
51 21 6.000 8.000 14.000 - 28.000 6 1.067.000
52 14 8.000 10.000 15.000 - 20.000 4 1.075.000
53 28 4.000 6.000 16.000 - - 2 851.000
54 6 6.000 6.000 16.000 30.000 24.000 4 2.365.000
55 6 8.000 8.000 15.000 25.000 32.000 5 3.801.000
56 4 7.500 6.000 16.000 25.000 30.000 3 2.589.000
57 6.4 7.500 8.000 16.000 24.000 16.000 6 2.130.000
58 4 6.000 - 15.000 30.000 16.000 5 3.262.000
59 10 6.000 8.000 16.000 24.000 15.000 4 2.360.000
60 9 6.000 5.000 16.000 25.000 20.000 4 2.090.000
61 6 8.000 5.000 16.000 20.000 16.000 4 4.996.000
62 5 8.000 - 13.000 25.000 - 4 1.195.000
63 6 8.000 - 14.000 25.000 - 4 2.265.000
64 7 8.000 - 15.000 25.000 32.000 3 245.000
65 7 8.000 - 15.000 - - 3 947.000
66 2 8.000 8.000 16.000 25.000 20.000 4 2.400.000
67 12 6.000 5.000 15.000 25.000 24.000 4 3.185.000
68 12 8.000 5.000 14.000 24.000 15.000 3 2.285.000
69 3 8.000 6.000 16.000 25.000 30.000 4 3.430.000
70 20 5.000 6.000 15.000 24.000 20.000 4 2.450.000
71 12 6.000 6.000 16.000 26.000 14.000 2 1.186.000
72 4 10.000 4.000 16.000 24.000 - 4 3.260.000
73 5 6.000 8.000 16.000 24.000 - 5 3.290.000
74 6.4 7.500 6.000 16.000 25.000 24.000 4 2.930.000
75 3 8.000 5.000 15.000 25.000 32.000 5 6.060.000

95

Lampiran 6 (lanjutan). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011

76 6 4.000 5.000 16.000 24.000 - 3 2.385.000


77 4 8.000 8.000 14.000 24.000 18.000 4 2.535.000
78 4 8.000 8.000 15.000 40.000 - 3 1.555.000
79 8 4.000 5.000 16.000 25.000 - 4 2.690.000
80 14 6.000 6.000 15.200 25.000 20.000 3 645.000
81 7 8.000 6.000 16.000 24.000 - 5 3.480.000
82 16.8 6.500 4.000 16.000 24.000 16.000 4 1.985.000
83 3 8.000 8.000 14.500 30.000 20.000 5 3.705.000
84 6 8.000 8.000 15.000 25.000 32.000 5 4.975.000
85 14 6.000 6.000 16.000 25.000 - 4 2.855.000
86 8.4 6.500 6.000 16.000 24.000 - 3 2.820.000
87 28 6.000 6.000 14.000 24.000 16.000 4 3.320.000
88 5 6.000 8.000 16.000 24.000 20.000 4 2.480.000
89 4.8 6.000 - 15.000 30.000 12.500 2 2.770.000
90 3.6 6.000 5.000 16.000 - 12.000 4 1.470.000
91 12.8 4.000 4.000 15.000 25.000 15.000 4 405.000
92 12.8 4.000 4.000 15.000 25.000 15.000 4 375.000
93 6.4 4.000 5.000 16.000 23.000 20.000 4 1.980.000
94 12.8 4.000 5.000 15.000 30.000 15.000 5 1.812.000
95 12.8 4.000 4.000 16.000 25.000 17.500 3 960.000
96 16 4.000 5.000 16.000 - 15.000 4 1.332.000
97 6.4 4.000 6.000 15.000 20.000 16.000 2 1.980.000
98 6.4 4.000 5.000 15.200 20.000 12.000 3 1.236.000
99 9.6 4.000 - 14.000 - - 4 1.200.000

96

Lampiran 7. Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang

Regression
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Permintaan tempe 7.9414 5.55736 99

Harga tempe 6.4697 1.52833 99

Harga tahu 5.7702 2.56613 99

Harga telur 15.3737 1.01976 99

Harga daging ayam 23.2121 9.96348 99

Harga ikan 16.8182 11.00613 99

Jumlah anggota keluarga 4.0909 1.00093 99

Pendapatan keluarga 2.7077 1.79635 99

b
Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
a
1 .555 .308 .255 4.79807 .308 5.782 7 91 .000 1.817

a. Predictors: (Constant), Pendapatan keluarga, Harga ikan, Harga telur, Harga daging ayam, Harga tempe, Jumlah anggota keluarga, Harga tahu

b. Dependent Variable: Permintaan tempe

97

Lampiran 7 (lanjutan). Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 931.702 7 133.100 5.782 .000a

Residual 2094.958 91 23.022

Total 3026.660 98

a. Predictors: (Constant), Pendapatan keluarga, Harga ikan, Harga telur, Harga daging ayam, Harga tempe, Jumlah
anggota keluarga, Harga tahu

b. Dependent Variable: Permintaan tempe


a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 21.595 7.963 2.712 .008

Harga tempe -1.176 .340 -.323 -3.455 .001 -.408 -.341 -.301 .868 1.152

Harga tahu .372 .210 .172 1.774 .079 -.064 .183 .155 .811 1.234

Harga telur -.130 .484 -.024 -.268 .789 -.033 -.028 -.023 .965 1.036

Harga daging ayam -.171 .052 -.306 -3.259 .002 -.380 -.323 -.284 .863 1.159

Harga ikan -.069 .045 -.136 -1.513 .134 -.214 -.157 -.132 .937 1.068

Jumlah anggota keluarga .082 .534 .015 .153 .878 -.109 .016 .013 .822 1.217

Pendapatan keluarga -.522 .298 -.169 -1.750 .083 -.251 -.180 -.153 .818 1.223

a. Dependent Variable: Permintaan tempe

98

Lampiran 7 (lanjutan). Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang

Charts

99

Lampiran 8. Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe
Harga Telur :
Rumus Elastistas Pemintaan: x3
Es = b x ——
x
y
E = b x ——
15,3737
y
= 0,130 x ——————
keterangan :
7,9414
E = Nilai elastisitas
= 0,252
b = Koefisien regresi
x = nilai rata-rata x
Harga Daging Ayam :
y = nilai rata-rata y
x4
Kriteria Elastisitas Permintaan :
Es = b x ——
In-Elastis Sempurna jika E= 0
y
In-Elastis jika E <1
23,2121
Elastis Uniter jika E = 1
= 1,171 x ——————
Elastis jika E > 1
7,9414
Elastis Sempurna jika E= ~
= 0,499
1. Elastisitas Harga Tempe
Harga Ikan :
x1
X5
Eh = b x ——
Es = b x ——
y
y
6,4697
16,8182
= 1,176 x ——————
= 0,069 x ——————
7,9414
7,9414
= 0.957
= 0,146
2. Elastisitas Silang
3. Elastisitas Pendapatan
Harga Tahu :
x2
x7
Es = b x ——
Ep = b x ——
y
y
5,7702
2,7077
= 0,372 x ——————
= 0,522 x ——————
7,9414
7,9414
= 0,270
= 0,178
ϭϬϬ


Lampiran 9. Gambar Tempe dan Hidangan Olahan Tempe

Fermentasi Kedelai Tempe Mentah Kerupuk Tempe

Tempe Goreng Keripik Tempe Tempe Bacem

Tempe Orek Sate Tempe Burger Tempe

101


Anda mungkin juga menyukai