Andhieka Ulfa FST
Andhieka Ulfa FST
ANDHIEKA ULFA
Oleh:
Andhieka Ulfa
106092003007
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis
Andhieka Ulfa
NIM. 106092003007
Curriculum Vitae
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANISASI
2000 – 2003 : Co. P3K Palang Merah Remaja SMP Negeri 3 Ciputat
2007 – 2008 : Bendahara Karang Taruna FORKAP (Forum Komunikasi
Pemuda) RT 01 Villa Bintaro Indah
2007 – 2008 : Sekretaris II Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan
Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah
2008 – 2009 : Sekretaris I Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan
Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah
KEGIATAN
Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan
protein dan terbuat dari kedelai. Kandungan protein didalam tempe hampir
sebanding dengan kandungan protein pada ayam. Tempe menjadi makanan khas
Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk
andalan keluarga Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar
di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi
kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam
bentuk produk lain. Bertambahnya jumlah konsumen yang mengkonsumsi pangan
sumber protein nabati mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi pangan
di masyarakat.
Masyarakat desa Jombang yang beraneka ragam menurut usia,
pendapatan, dan tingkat pendidikannya diasumsikan memiliki pola konsumsi
pangan yang berbeda, khususnya dalam mengkonsumsi sumber protein nabati
yaitu tempe. Di desa Jombang sendiri sudah terdapat sentra produksi tempe, akan
tetapi tidak diketahui secara pasti jumlah produsen tempe yang ada di desa
Jombang. Sampai saat ini juga belum ada catatan mengenai jumlah permintaan
tempe di desa Jombang.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui permintaan tempe di desa
Jombang. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe
di desa Jombang. (3) Mengukur besarnya elastisitas permintaan tempe di desa
Jombang.
Penelitian ini dilakukan di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Letak desa Jombang stategis karena berada di antara
dua kota mandiri yaitu Bintaro dan Bumi Serpong Damai (BSD), serta merupakan
kawasan perencanaan pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden
yang sudah ditentukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin.
Data sekunder diperoleh dari pemerintah daerah setempat serta studi pustaka.
Analisis kualitatif atau deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan untuk
memberikan informasi karakteristik responden dan permintaan tempe pada
konsumen rumah tangga di desa Jombang. Analisis kuantitatif dengan alat bantu
SPSS 17, mencakup pembahasan mengenai bagaimana faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap permintaan tempe di desa Jombang melalui model
persamaan regresi linear berganda dan perhitungan elastisitas.
Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner pada responden, didapat bahwa
sebesar 86 persen responden memilih tempe sebagai lauk dalam menu makanan
rumah tangga. Permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang
rata-rata mengkonsumsi tempe 7,94 kg dengan rata-rata frekuensi konsumsi tempe
16,65 kali dalam sebulan. Alasan konsumen rumah tangga mengkonsumsi tempe
adalah karena tempe bergizi tinggi dan tempat favorit untuk membeli tempe
adalah pasar tradisional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah harga tempe,
harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga,
dan pendapatan keluarga. Hasil analisis uji t didapat bahwa hanya variabel harga
tempe dan variabel harga daging ayam yang signifikan pada tingkat kepercayaan
99 persen. Sedangkan variabel harga tahu, harga telur, harga ikan, jumlah anggota
keluarga dan pendapatan keluarga signifikan pada tingkat kepercayaan kurang
dari 99 persen. Hasil analisis uji F didapat bahwa koefisien regresi signifikan
secara ststistik pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
model regresi yang dibuat sudah benar dan layak karena ada hubungan linear dari
seluruh variabel bebas tehadap variabel terikat. Ketujuh faktor tersebut secara
bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh terhadap permintaan tempe
masyarakat desa Jombang. Hasil pengujian koefisien determinasi didapat hanya
25,5 persen variasi atau perubahan dalam permintaan tempe dapat dijelaskan oleh
seluruh variabel yang berpengaruh.
Hasil perhitungan elastisitas permintaan tempe didapat elastisitas harga
tempe yaitu sebesar 0,957 artinya tempe bersifat inelastis. Dari hasil elastisitas
silang, hanya harga tahu yang bersifat substitusi terhadap tempe karena memiliki
nilai elastisitas yang positif. Sedangkan untuk harga telur, harga daging ayam dan
harga ikan bernilai negatif sehingga bersifat komplementer terhadap tempe.
Dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan didapatkan bahwa tempe merupakan
barang inferior. Permintaan tempe akan menurun apabila pendapatan keluarga
bertambah.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
ŝdž
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
xi
5.1.1.3 Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe............ 49
5.1.1.4 Lokasi Pembelian Tempe Responden................... 50
5.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang............................................................... 51
5.1.2.1 Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor
yang Menpengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang................................................... 59
5.1.3 Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang............... 68
5.2 Pembahasan................................................................................. 70
5.2.1 Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden
di Desa Jombang............................................................... 70
5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang............................................................... 72
5.2.3 Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang............... 78
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 82
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
19. Lokasi Pembelian Tempe Responden di Desa Jombang, 2011………......... 50
20. Harga Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Perkilogram
di Desa Jombang, 2011…………………...................................................... 51
21. Harga Konsumsi Tahu Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011….. 53
22. Harga Konsumsi Telur Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011..... 54
23. Harga Konsumsi Daging Ayam Responden Perkilogram
di Desa Jombang, 2011.................................................................................. 55
24. Harga Konsumsi Ikan Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011…… 56
25. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011..................... 57
26. Pendapatan Keluarga Responden Perbulan di Desa Jombang, 2011….......... 58
27. Hasil Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011………....................................... 59
28. Hasil Uji t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang, 2011 Ayam Responden.................................................... 63
29. Hasil Uji F Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe
di Desa Jombang, 2011………………………….......................................... 66
30. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011................ 67
31. Hasil Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011.... 69
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
dua kriteria kecukupan gizi, yaitu kecukupan kalori dan protein. Kebutuhan kalori
menu seimbang dan zat gizi utama yang dikandungnya. Pada tahun 1996
yang prinsipnya sama dengan Daftar Penukar Bahan Makanan. Daftar Penukar
Delapan Golongan Bahan Makanan ini disajikan pada Tabel 1. Untuk tiap
golongan bahan makanan disusun dalam jumlah yang zat gizinya setara atau
ekivalen dalam energi, karbohidrat dan protein. Bahan makanan dalam jumlah
Dari daftar tersebut, tempe dapat menjadi bahan makanan penukar untuk
dikonsumsi adalah protein nabati dan 60% berasal dari biji-bijian. Sebaliknya di
negara maju, protein nabati hanya 45% dari seluruh protein yang dikonsumsi.
biji-bijian (beras, gandum dan jagung). Sedangkan protein hewani ialah protein
2
yang terdapat dalam hasil ternak, yaitu daging, telur, susu dan ikan.
Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino yang paling
sesuai untuk kebutuhan manusia. Akan tetapi harga bahan makanan yang
konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia. Bahan makanan nabati yang kaya
mengandung protein. Sedangkan gula, sirop, lemak dan minyak murni tidak
Kandungan protein dalam daging sapi dan udang segar lebih tinggi dari ayam
untuk protein hewani. Untuk protein nabati, bahan makanan yang mengandung
3
protein tertinggi adalah kacang kedelai yaitu sebesar 34,9. Sedangkan dari semua
jenis bahan makanan tersebut nilai protein tertinggi ada didalam tepung susu skim
bentuk kering atau hasil olahannya, merupakan sumber protein yang baik.
Di samping itu, kacang-kacangan kaya akan vitamin B, kalsium, fosfor, zat besi,
mangan, seng, tembaga, dan kalium terutama bila diperhitungkan bahwa harganya
Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang yang terbuat dari
kacang kedelai serta kaya akan protein. Tempe mempunyai kandungan gizi yang
sangat baik, terdiri dari protein sekitar 19,5%, lemak 4%, karbohidrat 9,4%,
vitamin B12 antara 3,9-5 mg per 100 gram tempe (Sarwono, 2002:2).
untuk kaum miskin. Selain itu tempe juga mempunyai rasa yang khas, tekstur,
penampilan dan aroma yang menarik. Tempe menjadi makanan khas Indonesia
yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk andalan keluarga
Akan tetapi tempe tidak hanya disukai rakyat di negeri kita saja. Di luar negeri
Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa. Sehingga hak paten atas tempe telah
4
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan
menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai
Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk
produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per
orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Astawan, 2003:1).
rumah tangga terhadap sumber protein nabati seperti tempe, tahu dan produk
olahan lainnya. Bahan pangan hewani umumnya mengandung lemak dan zat-zat
seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, dan lain sebagainya. Hal ini membuka
khususnya dalam mengkonsumsi sumber protein nabati yaitu tempe. Letak desa
Jombang stategis karena berada di antara dua kota mandiri yaitu Bintaro dan
5
peningkatan konsumsi tempe terjadi pada kalangan masyarakat menengah atas.
Ini diduga hasil dari peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat tempe.
memiliki luas wilayah 356,865 Ha, dengan jumlah penduduk 29.983 jiwa dan
terhimpun menjadi 7.570 Kepala Keluarga (Data Potensi Desa Jombang, 2010).
Di desa Jombang sendiri sudah terdapat sentra produksi tempe, akan tetapi tidak
diketahui secara pasti jumlah produsen tempe yang ada di desa Jombang.
Sampai saat ini juga belum ada catatan mengenai jumlah permintaan tempe
di desa Jombang. Oleh karena itu, suatu penelitian mengenai ”Analisis Faktor-
dilakukan.
kebutuhan akan kalori dan protein menjadi pola konsumsi yang sangat
mementingkan selera dan citra rasa makanan. Konsumsi atau permintaan sumber
pangan protein berkaitan erat dengan kemampuan atau daya beli konsumen.
disebabkan oleh perubahan pendapatan yang terjadi pada tingkat harga yang tepat.
6
Selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah
harga pangan dan harga barang nonpangan. Perubahan harga dapat berpengaruh
berkurangnya daya beli yang berarti pandapatan riil berkurang. Kadaan ini
perubahan jumlah pangan yang diminta sebagai akibat terjadinya perubahan harga
pangan. Jika dipandang dari segi ekonomi dan psikososial, makanan sering
digunakan untuk menunjukkan prestise dan status ekonomi. Secara umum pangan
sumber protein merupakan komoditas yang harganya relatif lebih tinggi dibanding
komoditas pangan lainnya. Tetapi lain halnya dengan tempe, selain harganya
Jombang?
7
1.4. Manfaat Penelitian
lebih baik bagi masyarakat dan bagi pihak pengambil kebijakan dalam
Jombang.
penerapan antara teori dan praktek yang dituangkan dalam suatu karya ilmiah.
berikutnya.
1. Permintaan tempe pada penelitian ini adalah pembelian tempe yang belum
8
2. Responden adalah konsumen tempe rumah tangga di desa Jombang dengan
jumlah 99 orang yang didapat dari perhitungan dengan rumus slovin dengan
tempe, harga barang pengganti (tahu, telur, daging ayam, daging sapi, ikan
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan adanya landasan teori ini, dapat mempermudah penulis dalam memahami
2.1.1. Tempe
sangat populer di Indonesia yang diolah dengan proses fermentasi kedelai dalam
waktu tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp. Secara umum tempe mempunyai
kompak.
2.1.1.1. Pengertian Tempe
Kata tempe diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa
Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut
tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan
makanan tumpi tersebut. Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun
1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa
pembuatan tempe diawali semasa era “Tanam Paksa” di Jawa. Pada saat itu,
dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang
Indonesia (SNI) dan yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI 3144:2009.
diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp.,
berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas
11
2.1.1.2. Sejarah dan Perkembangan Tempe
Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari
Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan
tempe dimulai. Namun demikian, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak
Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada
awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan
nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan)
dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya
menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam,
diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Sejumlah penelitian
yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an juga menyimpulkan
penduduk Indonesia yang padat dan berpenghasilan relatif rendah. Pada akhir
1960-an dan awal 1970-an terjadi sejumlah perubahan dalam pembuatan tempe
membungkus tempe. Ragi berbasis tepung diproduksi mulai 1976 oleh Lembaga
12
Tempe Tahu Indonesia (Kopti), mulai menggantikan laru (bubuk ragi) tradisional,
dan kedelai impor mulai menggantikan kedelai lokal. Produksi tempe meningkat
dan industrinya mulai dimodernisasi pada tahun 1980-an, sebagian berkat peran
serta Kopti yang berdiri pada 11 Maret 1979 di Jakarta dan pada tahun 1983 telah
beranggotakan lebih dari 28.000 produsen tempe dan tahu (Astuti, 1999:2-13).
Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda)
para imigran dari Indonesia. Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak
tahun 1946. Sementara itu, tempe populer di Amerika Serikat setelah pertama kali
dibuat di sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa, orang Indonesia yang
diteliti sejak tahun 1926 tetapi baru mulai diproduksi secara komersial sekitar
tahun 1983. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di
Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Republik Rakyat Cina,
India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika,
13
2.1.1.3. Khasiat Tempe
bakteri enteropatogenik.
3. Tempe dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat membuat awet
timbunan lemak dalam rongga perut, ginjal dan di bawah kulit perut.
bebas kolesterol, tetapi bergizi tinggi, tempe merupakan salah satu bahan
14
2.1.2. Teori Permintaan
suatu barang dan jasa dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan antara sejumlah
barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada
pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Firdaus, 2009:69).
jasa yang dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga. Semakin tinggi (mahal)
Hukum permintaan tidak berlaku mutlak, tetapi bersifat tidak mutlak dan
15
2.1.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan
2008:61-62):
tersebut turun maka jumlah permintaan akan barang tersebut akan bertambah.
Sebaliknya, jika harga barang tersebut naik maka permintaan akan barang tersebut
akan berkurang.
b. Pendapatan masyarakat
c. Intensitas kebutuhan
16
dibanding kebutuhan tersier, sehingga pengaruhnya terhadap jumlah permintaan
berbeda.
d. Distribusi pendapatan
e. Pertambahan penduduk
f. Selera (taste)
jumlah permintaan.
Pada saat harga barang naik, jika ada barang pengganti maka jumlah permintaan
akan dipengaruhinya. Lukman menyatakan apabila harga suatu barang (x) yang
Hubungan ini didapat dalam dua bentuk yaitu bersifat subsitusi atau bersifat
komplementer.
17
2.1.2.2. Fungsi Permintaan
variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Persamaan fungsi permintaan dapat
Dx = f (Px, Py, Y, T, N)
Keterangan:
Dx = Permintaan akan barang x
Px = Harga barang tersebut (x)
Py = Harga barang lain (y)
Y = Pendapatan konsumen
T = Selera
N = Jumlah penduduk
variabel lain. Px, Py Y, T dan N adalah variabel bebas karena besar nilainya tidak
misalnya antara jumlah barang yang diminta dengan harga barang tersebut.
persen. Apabila definisi ini diterapkan pada kasus permintaan, definisi elastisitas
18
yang diminta (Q) sebagai akibat perubahan harga barang tersebut (P) sebesar
satu persen. Berdasarkan uraian tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa
mempengaruhi permintaan yang biasa diukur antara lain: harga barang yang
rumah tangga sebagai pelaku ekonomi yang rasional akan melakukan pilihan yang
19
jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang merupakan kebutuhan
ataupun jasa pada waktu harga-harga sedang turun, dan mengurangi pebelian
membeli barang atau jasa dalam jumlah tertentu dan dalam berbagai jenis sesuai
membeli lebih banyak pada harga yang rendah dan akan mengurangi
konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli
dengan pendapatan yang dimiliki. Ada dua pendekatan dalan teori tingkah laku
kuantitatif.
20
akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan
d. Tambahan kepuasan untuk tambahan satu unit barang bisa dihargai dengan
Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan
barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut.
Dalam teori perilaku konsumen denga pendekatan ordinal asumsi dasar seorang
konsumen adalah:
21
Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit,
dilakukan oleh Devaluasari (2006) dengan judul Analisis Pola Konsumsi Tempe
tempe di Kota Bogor untuk kelas ekonomi atas, kelas ekonomi menengah,
semakin sering. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas ekonomi atas harga
ikan air tawar, harga daging ayam dan pendapatan rumah tangga berpengaruh
nyata pada konsumsi tempe. Untuk kelas ekonomi menengah harga tempe,
harga telur, harga daging ayam dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata
pada konsumsi tempe sedangkan pada rumah tangga kelas bawah harga tahu dan
menunjukkan dari ketujuh variable hanya tiga variabel yang berpengaruh nyata
terhadap jumlah permintaan daging sapi lokal pada konsumen rumah tangga yaitu
22
harga daging sapi lokal (X1), jumlah pendapatan keluarga (X2), dan jumlah
daging sapi lokal sebesar 2,276. Elastisitas harga bersifat elastis artinya persentase
perubahan harga lebih kecil daripada perubahan jumlah daging sapi lokal.
Kebutuhan masyarakat akan pangan yang mengandug gizi yang tinggi saat
ini semakin meningkat. Kebutuhan akan protein dapat dipenuhi dari konsumsi
lauk. Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan protein
(substitusi). Dalam penelitian ini permintaan tempe yang dikonsumsi oleh satu
keluarga akan dilihat dari harga tempe, harga barang pengganti (tahu, telur,
daging ayam, dan ikan), jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga.
kualitatif dan perhitungan kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda dan
Jombang.
23
Kebutuhan akan Protein Nabati
Analisis
Hasil
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Tangerang, Provinsi Banten. Letak Desa Jombang stategis karena berada di antara
dua kota mandiri yaitu Bintaro dan Bumi Serpong Damai (BSD), serta merupakan
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner
seperti; jurnal, buku-buku yang relevan dan artikel yang berhubungan dengan
penelitian.
purposive random sampling atau pengambilan sampel acak secara sengaja di desa
Jombang. Populasi dalam penelitian ini yaitu rumah tangga di desa Jombang yang
menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin sebagai berikut (Riduwan dan
Akdon, 2009:254):
N
n = ———
Nd² + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
2
d = Persentase kesalahan sampel, dalam penelitian ini 10%
7.570
n = ———————
7.570(0,1)2 + 1
n = 98,69 = 99 responden
serta dapat mengambil keputusan dalam kegiatan rumah tangga yang termasuk
dalam kriteria ini diantaranya ibu rumah tangga, seorang ayah dengan keputusan
sendiri atau anggota keluarga yang telah memiliki penghasilan dan mempunyai
analisis kuantitatif.
mengetahui gambaran umum konsumen tempe yang ada di wilayah satuan kasus
26
3.4.2. Analisis Kuantitatif
Product and Service Solutions (SPSS) 17.0. Data yang diperoleh diolah kemudian
elastisitas.
sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila
variabel bebas minimal dua atau lebih (Riduan dan Akdon, 2009:142).
Keterangan :
27
Dalam analisis regresi terdapat uji signifikansi regresi sebagai berikut:
Hipotesisnya adalah:
H0 : bi = 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent)
dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas
(dependent)
H1 : bi ≠ 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent)
28
Kriteria Uji :
Semakin besar R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut
penurunan jumlah permintaan tempe jika terjadi perubahan dari harga dan
pendapatan.
E = ∆Qx . Px
∆Px Qx
elastisitas rata-rata. Jika fungsi kontinu dan mulus (smooth) dapat dicari elastisitas
29
(demand function). Misalkan fungsi permintaan y = a + bx, maka elastisitasnya
dapat dicari dari nilai koefisien, rumusnya sebagai berikut (Machfudz, 2007:92):
E = ∂q . x dimana ∂q = b sehingga E = b ( x )
∂x q ∂x y
keterangan :
E = Nilai elastisitas
b = Koefisien regresi
x = nilai rata-rata x
y = nilai rata-rata y
ini adalah :
1. Tempe adalah hasil dari proses fermentasi kedelai dalam waktu tertentu
2. Permintaan adalah suatu hubungan antara sejumlah barang atau jasa yang
diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada tingkat harga dan waktu
tertentu.
30
3. Harga adalah nilai jual yang ditawarkan pasar kepada konsumen
(dalam rupiah).
barang utama. Dalam penelitian ini barang subtitusi yang digunakan adalah
5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu
31
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Desa Jombang dimekarkan dari Desa Ciputat. Kemudian pada tahun 2002,
Desa Jombang statusnya ditingkatkan menjadi status kelurahan. Mulai dari tahun
2008 sampai sekarang Desa Jombang telah menjadi bagian dari Kota Tangrang
dengan curah hujan 1510 mm/tahun. Keadaaan umum wilayah Desa Jombang
yang memiliki luas wilayah 356,865 Ha, terdiri dari: 59,935 Ha pemukiman real
Desa Sawah Baru, Kecamatan Ciputat. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa
Ponduk Pucung dan Perigi, Kecamatan Pondok Aren. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Sarua, Kecamatan Ciputat. Desa Jombang memiliki jarak dengan
Jombang pada tahun 2010 adalah 29.983 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki
berjumlah 15.327 jiwa dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 14.656 jiwa
41,83 persen adalah berprofesi sebagai karyawan BUMN/Swasta. Hal ini terlihat
masyarakat yang belum atau tidak bekerja yaitu sebesar 1.570 orang. Pada Tabel 3
33
Tipologi masyarakat desa Jombang yang merupakan masyarakat
Secara umum, sebanyak 32,39 persen sudah bisa menamatkan Sekolah Menengah
persen penduduk tidak jelas tingkat pendidikan yang pernah dicapainya. Tabel 4
yaitu sebanyak 28.858 jiwa merupakan muslim. Pada Tabel 5 dapat dilihat jumlah
34
4.3. Sarana dan Prasarana Desa Jombang
memadai. Hal ini terlihat dari banyaknya sarana kesehatan yang ada dan tersebar
di seluruh wilayah desa. Tabel 7 merupakan data sarana kesehatan yang ada
di desa Jombang.
35
Sarana olah raga yang terdapat di Desa Jombang diantaranya adalah
lapangan sepak bola, lapangan futsal, lapangan bola volli, lapangan bulu tangkis,
lapangan tenis, dan lapangan bola basket. Data mengenai sarana olah raga tersebut
penduduk Desa Jombang beragama islam, maka masjid dan mushola itu selain
digunakan untuk tempat pokok ibadah, juga digunakan untuk kegiatan pendidikan
dan dakwah Islam, seperti pengajian anak-anak, pengajian remaja dan pengajian
bapak-bapak atau ibu-ibu atau majelis taklim. Untuk agama kristen terdapat tujuh
36
buah gereja di Desa Jombang. Sedangkan untuk sarana peribadatan agama lainnya
tdak ada. Selain itu terdapat pula sarana perbankan dan koperasi. Ada dua bank
umum/komersil dan satu buah koperasi non KUD di Desa Jombang. Terdapat pula
sebuah Stasiun Kereta Api sebagai sarana transportasi yang sangat memudahkan
rumah tangga pada masyarakat desa Jombang dengan jumlah yang sudah
37
4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sedangkan 8,08% adalah laki-laki yang merupakan kepala keluarga atau anak
keluarga sebagai siapa. Dalam satu keluarga biasanya terdiri dari kepala keluarga,
38
Berdasarkan tabel tersebut diatas, mayoritas posisi dari responden dalam
keluarga adalah isteri yang umumnya merupakan ibu rumah tangga dengan
jumlah responden sebanyak 77 orang. Hal ini sesuai dengan target dalam
penelitian ini, karena biasanya ibu rumah tangga lebih memahami urusan
konsumsi dalam keluarganya. Untuk posisi kepala keluarga ada sebanyak 9,09%
dari total responden. Dalam hal ini, tidak semua kepala keluarga merupakan ayah
dari keluarga tersebut karena ada sebagian dari responden yang merupakan ibu
Posisi anak dalam keluarga responden ada sebanyak 12 orang. Posisi anak dalam
keluarga ini merupakan anggota keluarga yang telah bekerja atau sudah memiliki
ini adalah mahasiswa. Sedangkan terdapat pula satu orang nenek dari keseluruhan
Bekerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dalam jangka
suatu keluarga. Semakin baik pekerjaan maka semakin baik pula kehidupan suatu
keluarga. Dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang akan dijabarkan adalah
pekerjaan dari responden tersebut pada saat mengisi kuisioner. Untuk sebaran
39
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
di Desa Jombang, 2011
responden hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dapat diartikan bahwa
responden berprofesi sebagai karyawan swasta. Hal ini sesuai dengan mata
7,07%. Ada pula 6 responden yang merupakan mahasiswa dan 2 orang responden
40
4.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
kesempatan untuk memperoleh jenis pekerjan yang layak. Tingkat pendidikan dari
41
4.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Usia
responden adalah antara 41 tahun sampai 50 tahun yaitu sebesar 38,38% dari total
30 tahun, 22,22% responden berusia antara 31 tahun sampai 40 tahun dan 12,12%
responden berusia lebih dari 50 tahun. Sedangkan terdapat satu orang responden
42
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
masyarakat di desa Jombang. Hasil dalam penelitian ini merupakan data yang
didapat secara langsung dari responden melalui media kuisioner. Data yang
didapat kemudian diolah dan diperlihatkan kedalam satu tabel. Hasil yang akan
lain halnya dengan tempe yang merupakan sumber protein dan bergizi tinggi
tetapi memiliki harga yang murah. Hal ini terkait juga dengan pengetahuan
konsumen akan makanan yang berkualitas dan bergizi tinggi serta penerapan pola
empat sehat lima sempurna didalam keluarga. Dari hasil penelitian menggunakan
sebanyak delapan responden menjawab tidak dan ada pula yang menambahkan
keterangan kadang-kadang sebanyak lima responden. Sedangkan dalam hal
menjawab ya dan sisanya dua responden tidak menjawab. Hal ini dapat dilihat
pertumbuhan anak. Akan tetapi ada pula yang tidak mengutamakan makanan
berkualitas dan tidak menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna. Hal ini karena
keterbatasan biaya untuk membeli makanan yang berkualitas. Untuk pola makan
kadang-kadang, karena untuk pola makan yang diterapkan keluarga tidak hanya
44
merujuk pada pola makan 4 sehat 5 sempurna tetapi juga lebih mementingkan
bergizi, beragam dan berimbang. Sedangkan dalam hal mengutamakan gizi untuk
pertumbuhan anak, ada dua orang responden yang tidak menjawab, hal ini karena
tiga orang responden serta satu orang responden tidak menjawab. Hal ini
sebagai lauk sehari-hari dalam menu makanan rumah tangga. Hal ini dapat dilihat
dalam Gambar 2.
Permintaan tempe rumah tangga yang akan dijabarkan dari hasil kuisioner
bukan hanya dari jumlah permintaan tempe saja, tetapi akan dilihat dari frekuensi
45
5.1.1.1. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden Sebulan
dependen dalam penelitian ini. Jumlah permintaan tempe rumah tangga responden
Untuk jumlah permintaan tempe responden sebulan dalam kilogram didapat dari
hasil kali jumlah pembelian tempe sehari dengan frekuensi pembelian seminggu
dan dikalikan empat (1 bulan = 4 minggu). Tempe yang dikonsumsi oleh rumah
perbulan adalah 7,94 kg. Untuk jumlah permintaan terendah yaitu satu rumah
jumlah konsumsi tempe terbanyak ada dua rumah tangga yang mengkonsumsi
46
Tabel 16. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden dalam
Sebulan di Desa Jombang, 2011
47
5.1.1.2. Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Sebulan
dikalkulasikan dalam sebulan (dikali 4). Frekuensi konsumsi tempe rumah tangga
responden rata-rata 16,65 kali dalam setiap bulannya. Frekuensi konsumsi tempe
terbanyak yaitu 12 kali pembelian tempe dalam sebulan dengan jumlah responden
26 rumah tangga. Frekuensi konsumsi tempe terkecil adalah empat kali pembelian
tempe dalam sebulan dengan jumlah responden yaitu dua rumah tangga.
dalam sebulan dengan jumlah responden yaitu 2 rumah tangga. Data frekuensi
konsumsi tempe rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 17.
48
5.1.1.3. Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe
tinggi. Terdapat 33,6% responden memilih alasan tersebut. Dalam hal ini jumlah
responden menjadi 149 (lebih dari jumlah sampel) karena sebagian besar
responden memilih pilihan jawaban lebih dari satu. Untuk pilihan alasan lainnya
responden mengisi dengan alasan mudah didapat, praktis dan sebagai makanan
49
5.1.1.4. Lokasi Pembelian Tempe Responden
tempe untuk dikonsumsi atau membeli tempe. Untuk jumlah responden dalam
pertanyaan ini yaitu 115, tidak sesuai dengan jumlah sampel yang diambil.
Hal ini disebabkan karena ada beberapa responden yang memilih lebih dari satu
untuk dikonsumsi.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa 42,6% responden memilih pasar
mendapatkan tempe dari warung dekat rumah, sebanyak 25 orang. Untuk pilihan
responden mendapatkan tempe dari supermarket hanya terdapat dua orang dan
untuk pilihan lainnya, juga terdapat dua responden yang memilih dan memberikan
50
5.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa
Jombang
penelitian ini yaitu; harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam,
Variabel pertama adalah harga tempe (X1) yaitu harga pembelian tempe
responden. Harga tempe yang dihitung dalam penelitian ini adalah harga tempe
per satu kilogram tempe. Harga tempe responden didapat dari jumlah pembelian
tempe sehari dikalikan dengan harga pembelian tempe dalam satuan potong,
gram atau kilogram. Hal ini hanya untuk mempermudah responden dalam
menjawab kuisioner. Dari jawaban yang ada harga tempe tersebut dikalkulasikan
dalam rupiah per kilogram. Tabel 20 merupakan data harga tempe yang
51
Berdasarkan Tabel 20, Harga terendah tempe yang dikonsumsi oleh
responden adalah Rp. 4.000,-/kg. Ada 14 orang responden yang membeli tempe
dengan harga tertinggi yaitu Rp. 10.000,-/kg. Harga tempe yang paling banyak
tempe, di dalam kuisioner barang pengganti yang dimasukkan dalam penelitian ini
yaitu; harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga daging sapi, harga ikan
dan harga udang. Tetapi untuk harga daging sapi dan harga udang tidak dijadikan
Variabel X2 adalah harga tahu. Sama halnya dengan variabel harga tempe,
variabel harga tahu juga dihitung dalam satuan rupiah per kilogram. Harga tahu
didapat dari jumlah pembelian tahu sehari dikalikan dengan harga pembelian tahu.
Data harga tahu yang dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada Tabel 21.
52
Tabel 21. Harga Konsumsi Tahu Responden Perkilogram di Desa Jombang,
2011
Dari Tabel 21, harga tahu yang paling banyak dikonsumsi oleh responden
adalah pada harga Rp. 6.000,-/kg yaitu ada sebanyak 28,3% responden.
Harga terendah tahu yang dikonsumsi oleh responden adalah pada tingkat harga
Rp. 4.000,-/kg. Sedangkan ada 8,1% responden yang membeli tahu dengan harga
tertinggi yaitu Rp. 10.000,-/kg. Dari tabel tersebut, terdapat responden yang tidak
memilih tahu untuk menu makanan keluarganya yaitu ada sebanyak 11 orang
responden.
Variabel X3 adalah harga telur. Sama halnya dengan variabel harga tempe
dan harga tahu, variabel harga telur juga dihitung dalam satuan
rupiah per kilogram. Harga telur didapat dari jumlah pembelian telur sehari
53
dikalikan dengan harga pembelian telur. Tabel 22 menunjukkan harga telur yang
Dari Tabel 22, harga telur yang paling banyak dikonsumsi oleh responden
adalah pada harga Rp. 16.000,-/kg yaitu ada sebanyak 53% responden.
telur dengan harga Rp. 14.600,-/kg dan Rp. 20.000,-/kg. Harga terendah telur
yang dikonsumsi oleh responden adalah pada tingkat harga Rp. 12.000,-/kg.
Pada tingkat harga tersebut ada sebanyak 2 orang yang membeli telur.
Sedangkan ada 1 orang responden yang membeli telur dengan harga tertinggi
Harga daging ayam didapat dari jumlah pembelian daging ayam sehari dikalikan
dengan harga pembelian daging ayam. Data harga daging ayam yang dikonsumsi
54
Tabel 23. Harga Konsumsi Daging Ayam Responden Perkilogram di Desa
Jombang, 2011
Dari tabel tersebut, harga daging ayam yang paling banyak dikonsumsi
oleh responden adalah pada harga Rp. 25.000,-kg yaitu ada sebanyak
dan Rp. 26.000,-/kg. Harga terendah daging ayam yang dikonsumsi oleh
responden adalah pada tingkat harga Rp. 20.000,-/kg. Ada sebanyak 5 orang yang
membeli daging ayam dengan harga tersebut. Harga tertinggi daging ayam yang
dikonsumsi oleh responden adalah Rp. 40.000,-/kg, yaitu ada sebanyak 3 orang
responden. Dalam penelitian ini ada 13% responden yang tidak memilih daging
55
Variabel X5 adalah harga ikan. Variabel harga ikan juga dihitung dalam
satuan rupiah per kilogram. Harga ikan didapat dari jumlah pembelian ikan sehari
dikalikan dengan harga pembelian ikan. Data harga ikan yang dikonsumsi oleh
Dari Tabel 24, harga ikan yang paling banyak dikonsumsi oleh responden
adalah pada harga Rp. 20.000,-/kg yaitu ada sebanyak 19,2% responden.
Rp.18.000,-/kg, dan Rp. 36.000,-/kg. Harga terendah ikan yang dikonsumsi oleh
56
responden adalah pada tingkat harga Rp. 12.000,-/kg. Ada sebanyak empat orang
yang membeli ikan dengan harga tersebut. Sedangkan ada empat orang responden
juga yang membeli ikan dengan harga tertinggi yaitu Rp. 40.000,-/kg.
Variabel jumlah anggota keluarga (X6) adalah jumlah orang yang ada
anggota keluarga yang kecil. Ada empat orang responden yang memiliki jumlah
anggota keluarga dua orang dan ada 20 orang responden yang memiliki jumlah
66% responden, hal ini karena ada 49 orang responden yang memiliki jumlah
anggota keluarga empat orang dan sebanyak 17 orang responden memiliki lima
orang didalam rumah tangganya. Sedangkan ukuran keluarga besar ada sebanyak
9% responden. Dalam hal ini ada tujuh orang responden yang memiliki enam
orang anggota keluarga dan dua orang responden memiliki tujuh orang anggota
57
Sedangkan variabel X7 adalah pendapatan keluarga sebulan.
perbulan kurang dari Rp. 2.000.000,-. Pendapatan terendah berada pada tingkat
ini yaitu Rp. 245.000,- perbulan. Pada tingkat pendapatan Rp. 2.000.000,- sampai
Pendapatan tertinggi berada pada tingkat ini yakni Rp. 9.340.000,- perbulan.
58
5.1.2.1. Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Tempe di Desa Jombang
Berdasarkan hasil pada Tabel 27, dapat dibuat persamaan regresi berganda
+ 0,082 X6 - 0,522 X7
Angka tersebut berarti bahwa permintaan tempe akan bernilai 21,595 bila faktor
lain sama dengan nol. Dengan kata lain kualitas permintaan tempe akan berada
pada tingkat 21,595 jika tidak ada aktifitas konsumsi jenis lauk lainnya.
59
Selain konstanta, pada persamaan regresi juga terdapat koefisien dari
masing-masing variabel. Koefisien ini akan menentukan nilai variabel jika terjadi
perubahan. Untuk harga tempe (X1) dihasilkan koefisien negatif sebesar 1,176.
Tanda negatif ini menunjukkan hubungan yang berlawanan antara harga tempe
dengan jumlah permintaan tempe. Dengan kata lain jika ada kenaikan harga tempe
kenaikan harga tempe di pasar dari Rp. 6000/kg menjadi Rp. 7000/kg
(naik Rp.1000), maka akan terjadi penurunan permintaan sebesar 1,176 kg tempe.
Koefisien regresi untuk harga tahu (X2) bernilai positif sebesar 0,372.
Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang searah antara harga tahu dengan
permintaan tempe. Artinya jika harga tahu naik, maka akan ada peningkatan
permintaan tempe sebesar 0,372 kg. Hal ini membuktikan bahwa tahu merupakan
negatif sebesar 0,130. Artinya jika harga telur naik, maka akan terjadi penurunan
permintaan tempe sebesar 0,130 kg. Koefisien harga daging ayam (X4) bernilai
negatif sebesar 1,171. Artinya jika harga daging ayam naik, maka akan terjadi
penurunan permintaan tempe sebesar 1,171 kg. Koefisien harga ikan (X5) juga
bernilai negatif sebesar 0,069. Artinya jika harga ikan naik, maka akan terjadi
penurunan permintaan tempe sebesar 0,069 kg. Koefisien regresi ketiga variabel
berlawanan arah antara harga ketiga barang tersebut dengan permintaan tempe.
Hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam dan ikan merupakan barang
60
komplemen tempe. Jadi ketiga barang tersebut merupakan pelengkap untuk
bernilai positif sebesar 0,082. Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang
searah antara jumlah keluarga dengan permintaan tempe. Artinya jika ada
penambahan satu orang anggota keluarga maka akan ada peningkatan permintaan
tempe sebesar 0,082 kg. Hal ini membuktikan bahwa semakin besar jumlah
anggota keluarga maka semakin besar pula jumlah permintaan akan tempe.
permintaan tempe sebesar 0,522 kg. Hal ini membuktikan bahwa tempe
Jika nilai VIF mendekati angka satu maka tidak terjadi gejala multikolinearitas,
sedangkan jika nilai VIF menjauhi satu maka terjadi gejala multikolinearitas.
hubungan kolerasi. Dari tabel tersebut terlihat bahwa seluruh nilai VIF dari
masing-masing variabel mendekati angka satu. Jadi dapat dikatakan bahwa antara
61
variabel independen tidak terjadi hubungan kolerasi atau tidak terjadi gejala
multikoinearitas.
tempe masyarakat. Uji ini dibuktikan dengan membandingkan thitung dengan ttabel.
Dengan asumsi terima H0 jika thitung < ttabel atau tolak H0 jika thitung > ttabel atau
hanya ada dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi tempe
pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel tersebut adalah harga tempe dan harga
ayam sedangkan kelima variabel lainnya yaitu harga tahu, harga telur,
harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga
62
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan yang lebih kecil dari 99%.
Pada tingkat kepercayaan 99% didapat ttabel sebesar 2,842. Untuk variabel
pertama yaitu harga tempe (X1) thitung bernilai 3,455 dan lebih besar dari ttabel serta
memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α (0,01). Hal ini dapat dikatakan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara harga tampe
Variabel kedua yaitu harga tahu (X2), nilai thitung bernilai 1,744 berarti
lebih kecil dari ttabel (2,842) pada tingkat kepercayaan 99% serta memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari nilai α (0,01). Hal ini dapat dikatakan bahwa
H0 diterima dan koefisien harga tahu tidak signifikan secara statistik pada tingkat
kepercayaan 99%. Akan tetapi pada tingkat kepercayaan 90% variabel tersebut
signifikan karena ttabel yang didapat pada tingkat kepercayaan 90% adalah sebesar
63
1,662. Sehingga didapat bahwa thitung lebih besar dari ttabel (1,744 > 1,662)
dan nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,079 < 0,1). Maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh nyata antara harga tahu dengan jumlah permintaan tempe
Variabel ketiga yaitu harga telur (X3), nilai thitung bernilai 0,268 berarti
lebih kecil dari ttabel (0,677) pada tingkat kepercayaan 50% serta memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari nilai α (0,789 > 0,5). Variabel tersebut hanya dapat
berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 20%. Hal ini dapat dikatakan bahwa
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata antara harga
Variabel keempat yaitu harga daging ayam (X4), nilai thitung bernilai 3,259
berarti lebih besar dari ttabel (2,842) pada tingkat kepercayaan 99% serta memiliki
nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0,01). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara harga daging
Variabel kelima yaitu harga ikan (X5), nilai thitung bernilai 1,513 berarti
lebih kecil dari ttabel (1,662) pada tingkat kepercayaan 90% serta memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari nilai α (0,134 > 0,10). Akan tetapi pada tingkat
kepercayaan 85% variabel tersebut signifikan karena ttabel yang didapat pada
tingkat kepercayaan 85% adalah sebesar 1,451. Sehingga didapat bahwa thitung
lebih besar dari ttabel (1,513 > 1,451) dan nilai signifikansi lebih kecil dari α
64
(0,134 > 0,15). Hal ini dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan koefisien harga ikan
disimpulkan bahwa ada pengaruh nyata antara harga ikan dengan jumlah
Variabel keenam yaitu jumlah anggota keluarga (X6), nilai thitung bernilai
0,153 berarti lebih kecil dari ttabel (0,677) pada tingkat kepercayaan 50% serta
memiliki nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0,878 > 0,5). Variabel tersebut
hanya dapat berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 10%. Hal ini dapat
signifikan secara statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
yang nyata antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah permintaan tempe pada
Variabel ketujuh yaitu pendapatan keluarga (X7), nilai thitung bernilai 1,750
berarti lebih besar dari ttabel (1,662) pada tingkat kepercayaan 90 % serta memiliki
nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α (0,083 < 0,05). Hal ini dapat dikatakan
statistik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata pada
65
tempe). Uji ini membandingkan antara nilai Fhitung dengan nilai Ftabel atau dari
H0 diterima : apabila Fhitung < Ftabel, atau sig > α pada tingkat kepercayaan tertentu
H0 ditolak : apabila Fhitung > Ftabel, atau sig < α pada tingkat kepercayaan tertentu
Hasil perhitungan uji F yang didapat pada Tabel 29, diperoleh nilai Fhitung
sebesar 5,782 lebih besar dari Ftabel (2,842) dengan tingkat kepercayaan 99 persen
dan memiliki nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α (0,01). Berdasarkan hasil
regresi signifikan secara statistik. Hal ini berarti model regresi yang dibuat sudah
benar dan layak karena ada hubungan linear dari seluruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Dapat dikatakan pula bahwa harga tempe, harga tahu, harga telur,
harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan
66
Ketujuh faktor tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh
harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah
No Keterangan Nilai
1 R 0,555
2 R2 0,308
3 R2 yang disesuaikan 0,255
4 Durbin-Watson 1,817
Sumber: Data Primer (diolah)
adalah sebesar 0,308 dengan nilai koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar
berarti bahwa hanya 25,5 persen variasi atau perubahan dalam permintan tempe
Sisanya sebesar 74,5 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian ini.
67
ini belum sepenuhnya menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
permintaan tempe. Hal ini disebabkan karena faktor lain yaitu selera, intensitas
Jika nilai Durbin-Watson berada antara minus dua (-2) sampai dua (+2), maka
pada variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu.
Elastisitas permintaan yang akan dihitung dalam penelitian ini adalah elastisitas
di desa Jombang.
68
Tabel 31. Hasil Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang,
2011
Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai elastisitas harga tempe terhadap
Untuk elastisitas silang dari harga tahu terhadap permintaan tempe didapat
nilai elastisitas sebesar 0,270. Elastisitas harga tahu bersifat inelastis (0,270 < 1).
Nilai koefisien regresi yang positif membuktikan bahwa tahu merupakan barang
substitusi dari tempe. Nilai elastisitas silang dari harga telur, harga daging ayam,
dan harga ikan juga lebih kecil dari 1. Maka elastisitas silang dari ketiga barang
tersebut bersifat inelastis. Koefisien regresi yang dihasilkan dari ketiga barang
tersebut memiliki tanda negatif, hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam
69
Dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan didapatkan nilai elastisitas
(0,178 < 1). Koefisien regresi yang didapat pada pendapatan keluarga adalah
5.2. Pembahasan
dijelaskan sebagai dasar dari penelitian ini, kemudian dibandingkan dengan hasil
Rata-rata jumlah permintaan tempe rumah tangga perbulan adalah 7,94 kg.
Pada jumlah permintaan tempe didapat rumah tangga yang paling sedikit
mengkonsumsi tempe. Hal ini karena rumah tangga tersebut hanya membeli satu
potong tempe (250 gr) dalam seminggu. Selanjutnya terdapat pula rumah tangga
yang paling banyak mengkonsumsi tempe, hal ini disebabkan karena rumah
frekuensi pembelian tempe terendah yaitu empat kali membeli tempe dalam
sebulan. Hal ini disebabkan karena rumah tangga tersebut hanya membeli tempe
sekali dalam seminggu. Terdapat pula frekuensi pembelian tempe tertinggi yaitu
30 kali dalam sebulan, hal ini dikarenakan rumah tangga tersebut membeli atau
mengkonsumsi tempe setiap hari. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik mengapa
70
rumah tangga tersebut selalu mengkonsumsi tempe? Banyak hal yang mendasari
Oleh karna itu kita harus tahu alasan responden mengkonsumsi tempe. Dari hasil
bergizi tinggi. Sebagian besar responden juga memilih pilihan jawaban lebih dari
satu. Karena memang benar selain bergizi tinggi, tempe juga mudah diolah,
Sedangkan untuk pilihan alasan lainnya, ada responden yang mengisi dengan
sempurna.
sebagai tempat untuk mendapatkan tempe. Karena harga tempe akan lebih murah
jika dibandingkan dengan membeli tempe pada warung dekat rumah, tukang sayur
keliling dan supermarket. Hal ini terkait dengan produsen (pengrajin tempe) akan
pengambil harga (price taker). Dari seluruh responden yang ada, tidak ada yang
merupakan pembuat atau pengrajin tempe. Hal ini didapat dari hasil kuisioner
71
5.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa
Jombang
oleh banyak variabel. Begitu pula halnya dengan permintaan tempe, ada beberapa
Faktor-faktor tersebut merupakan variabel dalam penelitian ini. Akan tetapi tidak
semua variabel dapat mempengaruhi permintaan tempe secara nyata. Dari hasil
yang didapat maka dapat diketahui variabel apa saja yang dapat menpengaruhi
permintaan tempe secara nyata pada konsumen rumah tanggga di masyarakat desa
Jombang.
perubahan dalam permintan tempe bisa dijelaskan oleh seluruh faktor yang diduga
berpengaruh terhadap permintaan tempe. Hal ini disebabkan karena faktor lain
dalam penelitian ini. Walaupun demikian dari hasil uji F faktor tersebut
tempe. Sedangkan dari hasil uji t, hanya ada dua faktor yang berpengaruh nyata
terhadap permintaan tempe pada tingkat kepercayaan 99%. Faktor tersebut adalah
harga tempe dan harga ayam sedangkan kelima variabel lainnya yaitu harga tahu,
harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan
pendapatan keluarga berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan yang lebih kecil
dari 99%.
72
Faktor pertama yang diduga berpengaruh terhadap permintaan tempe
adalah harga tempe. Harga pembelian tempe oleh responden cukup beragam.
Hal ini disebabkan karena perbedaan tempat pembelian tempe oleh responden.
Harga tempe yang dibeli di pasar biasanya lebih murah dibanding dengan harga
tempe yang dibeli di warung dekat rumah atau pedagang keliling. Dari hasil
pada tingkat kepercayaan 99%. Jika harga tempe naik maka permintaan konsumsi
tempe masyarakat menurun. Harga tempe yang relatif lebih murah dibanding
dengan harga lauk sumber protein lainnya, menjadikan tempe sebagai pilihan
menu makanan sehari-hari. Hal ini juga terlihat dari data mengenai alasan
setelah pilihan alasan bergizi tinggi dan digemari anggota keluarga. Jadi naik atau
pula variabel harga barang lainnya. Variabel harga tahu adalah faktor kedua yang
diduga berpengaruh terhadap permintaan tempe. Harga tahu yang dikonsumsi oleh
responden bervariasi. Hal ini dikarenakan beragamnya jenis tahu yang ada di
masyarakat. Dalam penelitian ini tahu terbukti menjadi barang substitusi terhadap
tempe, karena tahu adalah sumber protein nabati yang sama fungsinya dengan
tempe. Dari hasil perhitungan regresi didapat koefisien untuk harga tahu bernilai
positif. Tanda positif ini menunjukkan pengaruh yang searah antara harga tahu
73
dengan permintaan tempe. Hal ini membuktikan bahwa tahu merupakan barang
substitusi dari tempe. Jika harga tahu naik maka permintaan akan tempe juga akan
bertambah. Karena signifikan pada tingkat kepercayaan 90%, naik atau turunnya
Jadi harga tahu berpengaruh terhadap permintaan tempe rumah tangga pada
terhadap pola konsumsi tempe. Harga telur yang dikonsumsi oleh responden
bervariasi. Ada dua orang responden yang mengkonsumsi telur dengan harga
terendah. Hal ini disebabkankan responden tersebut membeli telur pada agen
distributornya langsung, sehingga dapat membeli telur dengan harga yang lebih
rendah dari harga di pasaran. Sedangkan untuk harga pembelian telur tertinggi
hanya terdapat satu orang responden. Responden tersebut membeli telur yang
sudah dikemas dengan baik dan bermutu tinggi karena ada tambahan vitamin atau
beberapa jenis lauk pada kuisioner, telur merupakan barang yang dipilih oleh
terhadap tempe, karena telur juga merupakan sumber protein yang tinggi, mudah
didapat, dan digemari masyarakat. Dari hasil perhitungan regresi juga menyatakan
bahwa koefisien regresi harga telur bernilai negatif dan signifikan hanya pada
berlawanan arah antara harga telur dengan permintaan tempe. Hal ini
74
membuktikan bahwa telur merupakan barang komplemen dari tempe,
telur menjadi pelengkap untuk memenuhi menu makanan dalam keluarga. Tetapi
karena tingkat signifikansinya kurang dari 50% jadi tidak berpengaruh terhadap
permintan tempe rumah tangga pada masyarakat desa Jombang. Naik atau
adalah harga daging ayam. Dalam penelitian ini ada 13% responden yang tidak
memilih daging ayam untuk menu makanan keluarganya. Hal ini disebabkan
karena daging ayam memiliki harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga
tempe. Nilai koefisien regresi yang didapat berlawanan arah dan signifikan pada
tingkat kepercayaan 99%. Sama seperti telur, daging ayam juga merupakan
barang komplemen untuk tempe. Hal ini disebabkan karena daging ayam
memiliki kandungan protein yang setara dengan tempe (pada Tabel 2) tetapi
menjadi sumber protein hewani yang mudah didapat dan digemari masyarakat jika
dibandingkan dengan daging sapi. Jika harga daging ayam turun maka permintaan
tempe akan naik. Jadi naik atau turunnya harga daging ayam sangat
terhadap pola konsumsi tempe. Dalam penelitian ini ikan juga menjadi barang
sangat bervariasi. Hal ini karena banyaknya jenis ikan yang ada dipasar dan
peneliti tidak membatasi untuk jenis ikan yang dipilih oleh responden pada
kuisioner. Sehingga terdapat pula 22 orang responden yang tidak memilih ikan
75
untuk menu makanan keluarganya. Koefisien regresi yang didapat untuk harga
ikan juga berlawanan arah dan signifikan pada tingkat kepercayaan 85%.
Sama seperti telur dan daging ayam, ikan juga merupakan barang komplemen dari
tempe karena nilai koefisien yang didapat berlawanan arah. Nilai koefisien yang
signifikan pada tingkat kepercayaan 85% menyebabkan naik atau turunnya harga
ikan juga dapat dikatakan mempengaruhi permintaan tempe. Jika harga ikan turun
maka permintaan tempe akan naik. Jadi harga ikan berpengaruh terhadap
tempe. Dengan asumsi bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka
semakin banyak pula jumlah tempe yang dikonsumsi keluarga tersebut. Jumlah
Keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih kecil tentunya akan
lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Dalam hal ini jumlah
anggota keluarga adalah jumlah orang yang ada didalam satu rumah tangga.
Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini menjadi faktor keenam yang diduga
jumlah anggota keluarga menunjukkan angka yang positif tetapi signifikan hanya
pada tingkat kepercayaan 10 persen. Sesuai dengan teori, bahwa semakin banyak
jumlah anggota keluarga maka semakin besar permintaan akan suatu barang.
Akan tetapi angka tersebut tidak signifikan secara statistik karena memiliki
tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 50 persen. Berapapun jumlah anggota
keluarga yang ada didalam sebuah rumah tangga tidak akan mempengaruhi
76
permintaan tempe pada rumah tangga tersebut. Hal ini sesuai dengan alasan
pendapatan maka semakin sedikit jumlah tempe yang dikonsumsi oleh keluarga
kebutuhan hidup lebih beragam. Pendapatan keluarga sebulan didapat dari total
regresi yang negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Angka negatif
dan berlawanan arah tersebut sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi tingkat
pendapatan keluarga maka semakin sedikit tempe yang diminta. Hal ini juga
akan turun. Keluarga yang memiliki pendapatan yang lebih (golongan atas) akan
keperluan sekunder, tersier atau barang mewah. Hal ini terkait dengan selera dan
77
5.2.3. Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang
harga tempe dengan jumlah permintaan tempe berbanding terbalik seperti yang
(0,956 < 1). Hal ini membuktikan bahwa tempe merupakan barang kebutuhan
sehari-hari yang di konsumsi oleh masyarakat. Tempe sudah menjadi lauk yang
Dalam penelitian ini terdapat empat harga barang lain yaitu harga tahu, harga
telur, harga daging ayam, dan harga ikan. Untuk elastisitas silang dari harga tahu
terhadap permintaan tempe didapat nilai elastisitas sebesar 0,270. Elastisitas harga
tahu bersifat inelastis (0,270 < 1). Nilai koefisien regresi yang positif
Nilai elastisitas silang dari harga telur, harga daging ayam, dan harga ikan juga
lebih kecil dari 1. Maka elastisitas silang dari ketiga barang tersebut bersifat
inelastis. Koefisien regresi yang dihasilkan dari ketiga barang tersebut memiliki
tanda negatif, hal ini membuktikan bahwa telur, daging ayam dan ikan merupakan
78
Elastisitas pendapatan menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu
barang sebagai akibat dari perubahan pendapatan pembeli. Dalam hal ini
Elastisitas pendapatan bersifat inelastis (0,178 < 1). Koefisien regresi yang
didapat pada pendapatan keluarga adalah negatif. Hal ini membuktikan bahwa
79
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
tempe adalah karena tempe bergizi tinggi dan tempat favorit untuk
harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota
Hasil analisis uji t didapat bahwa hanya variabel harga tempe dan variabel
Sedangkan variabel harga tahu, harga telur, harga ikan, jumlah anggota
kurang dari 99%. Hasil analisis uji F didapat bahwa koefisien regresi
harga tempe sebesar 0,956 artinya tempe bersifat inelastis. Dari hasil
elastisitas silang, hanya harga tahu yang bersifat substitusi terhadap tempe.
Sedangkan untuk harga telur, harga daging ayam dan harga ikan bersifat
6.2. Saran
2. Dari hasil perhitungan regresi menyatakan bahwa harga tempe dan harga
sehingga kebijakan untuk harga tempe dan harga ayam lebih baik
81
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2009).
Devaluasari, Nova. Analisis Pola Konsumsi Tempe Rumah Tangga di Kota Bogor
[Skripsi]. (Bogor : Fakultas Pertanian, 2006).
Lukman. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007).
Mudanijah, Siti. Pengantar Pangan dan Gizi. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004)
Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. (Bandung:
Alfabeta, 2009).
Sarwono, B. Membuat tempe dan oncom. (Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 2002).
Sugiyanto. Analisis Statistika Sosial. (Malang: Bayu Media Anggota IKAPI Jatim,
2004).
Suprayitno, Eko. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. (Yogyakarta: UIN-Malang
Press, 2008).
Susanto, Tri. dan Tri Dewanti. Dasar-dasar Ilmu Pangan Dan Gizi. (Yogyakarta:
Akademika, 2004).
83
Lampiran 3. Denah Lokasi Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan - Banten
Sumber Google Map
Keterangan:
Batas-batas wilayah Desa Jombang:
• Barat: Desa Lengkong Gudang, Kecamatan Serpong.
• Timur: Desa Sawah Baru, Kecamatan Ciputat.
• Utara: Desa Ponduk Pucung dan Perigi, Kecamatan Pondok Aren.
• Selatan: Desa Sarua, Kecamatan Ciputat.
86
Lampiran 4. Lembar Kuisioner Pertanyaan Mengenai Pola Konsumsi Tempe
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 1. Apakah anda selalu mengutamakan makanan berkualitas untuk
PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG,
dikonsumsi sehari-hari? ya / tidak
KECAMATAN CIPUTAT, KABUPATEN TANGERANG,
PROVINSI BANTEN 2. Apakah anda sekeluarga menerapkan pola makan 4 sehat 5
sempurna? ya / tidak
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
3. Apakah anda mengutamakan gizi untuk pertumbuhan anak-
Saya Andhieka Ulfa mahasiswi Program Studi Agribisnis,
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta anak anda? ya / tidak
saat ini sedang melakukan penelitian untuk Skripsi mengenai
4. Apakah anda sekeluarga mengkonsumsi tempe sebagai lauk
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Tempe
Masyarakat, saya mohon kesediaan Bapak atau Ibu atau Saudara/i sehari-hari? ya / tidak
untuk berkenan mengisi lembar kuisioner ini dengan sebenar-
5. Alasan anda mengkonsumsi tempe sebagai lauk sehari-hari?
benarnya. Atas kesediaan dan kerjsama Bapak atau Ibu atau
Saudara/i, saya ucapkan terima kasih. a. Bergizi tinggi
b. Mudah diolah
Identitas Responden
Nama : ......................................................... c. Harga murah
Posisi dalam Keluarga : .........................................................
d. Rasanya enak
Alamat Lengkap : .........................................................
......................................................... e. Digemari anggota keluarga
Pekerjaan : .........................................................
f. Lainnya, sebutkan …………………………………
Pendidikan Terakhir : .........................................................
Usia : ......................................................... 6. Dari mana anda biasa mendapatkan tempe untuk dikonsumsi?
Jumlah Anggota Keluarga : ........ orang
a. Pasar tradisional
sebutkan (usia & pendidikan):
1. ............................................................................. b. Warung dekat rumah
2. .............................................................................
c. Tukang sayur keliling
3. .............................................................................
4. ............................................................................. d. Supermarket
5. .............................................................................
e. Produksi sendiri
6. .............................................................................
7. ............................................................................. f. Lainnya, sebutkan……………………………………
87
Lampiran 4 (lanjutan). Lembar Kuisioner
88
Lampiran 5. Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011
89
Lampiran 5 (lanjutan). Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011
24 Lidya S Suwardi Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D4/16 PNS SLTA 48
25 Susilowati Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D3/7 Ibu Rumah Tangga SLTA 43
26 Zahara Anak Jl. Sumatera 1 no 9 Mahasiswi SMA 21
27 Ibu Sumadi Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D3/3 Ibu Rumah Tangga SMP 46
28 Ibu Zainuddin Istri / ibu Jl. Kutilang no 39 Ibu Rumah Tangga SLTA 56
29 Afriza Wulan S Istri / ibu Blok D no 38 Ibu Rumah Tangga D3 29
30 Ibu Teti Istri / ibu Jl. Kutilang no 54 Ibu Rumah Tangga SLTA 55
31 Samiyem Istri / ibu Villa Bintaro Indah, C20/4 Ibu Rumah Tangga SMP 41
32 Suheti Istri / ibu Cilalung RT 02/04 Ibu Rumah Tangga SMP 42
33 Tina Wati Istri / ibu Jl. Kp. Masjid RT 5/3 no 89 Wiraswasta SMP 44
34 Winda Maulana Istri / ibu Jl. Kp. Masjid RT 5/3 no 86 Karyawan Swasta SMK 21
35 Alifia Fahmah Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D4/9 Ibu Rumah Tangga S1 26
36 Nuria Handayani Anak Gg. Masjid Al Mujahidin no 4 Karyawan Swasta D3 23
37 Gian Rilo P Anak Kp. Rawa RT 07/11 Mahasiswa SMA 23
38 Dimas Suwandri Anak Kp. Rawa RT 08/16 Karyawan SMP 23
39 Anita Nurjayanti Istri / ibu Kp. Rawa RT 08/16 no 66 Karyawan SLTA 23
40 Nurlaela Istri / ibu Kp. Rawa RT 07/16 Karyawan Swasta SMK 27
41 Romlah Istri / ibu Kp. Rawa RT 07/16 Karyawan Swasta SMA 25
42 Yuliana Istri / ibu Kp. Rawa RT 08/16 no 63 Ibu Rumah Tangga SMK 22
43 Yayah Nurohmah Istri / ibu Kp. Rawa RT 07/11 Ibu Rumah Tangga SMK 24
44 Erwin Kepala keluarga Kp. Rawa no 50 Wiraswasta SLTP 38
45 Endang Roswati Istri / ibu Kp. Rawa no 7 Ibu Rumah Tangga SMK 26
46 Ipah Istri / ibu Kp. Rawa RT 07 no 70 Ibu Rumah Tangga SLTP 35
47 Indriana Anak Blok B 6 no 12 Mahasiswi SMA 22
48 Ny. Tatik Istri / ibu Jl. Kutilang no 30 Ibu Rumah Tangga SLTA 49
49 Tri Wulansari Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D7/14 Ibu Rumah Tangga SMK 28
50 Warningsih Anak Kp. Gedong 01/13 no 17 Wiraswasta SMK 23
90
Lampiran 5 (lanjutan). Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011
91
Lampiran 5 (lanjutan). Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga di Desa Jombang, 2011
77 Ny. Titi Triyanti Istri / ibu Blok H 7 no 16 Ibu Rumah Tangga SMA 42
78 Maryam Istri / ibu Jl. Jombang Raya no 16 Ibu Rumah Tangga SMEA 30
79 Ibu Roni C Istri / ibu Villa Bintaro Indah, D7 Ibu Rumah Tangga SMA 28
80 Rohiman Kepala keluarga Jl. Sumatera no 38 Wiraswasta SD 48
81 Fauziah W Istri / ibu Jl. Jombang Rawa Lele 03/4 Pedagang SMA 45
82 Ida Rosida Istri / ibu Jl. Noer Abdullah no 27 Ibu Rumah Tangga SMA 51
83 Vinka Rizki A Anak Villa Bintaro Indah, E13 no 7 Mahasiswi SMA 19
84 Ida Ningsih Istri / ibu Villa Gunung Lestari Pedagang SMA 48
85 Khairullah Kepala keluarga Vigules B3 no 2 Karyawan Swasta D3 45
86 Ibu Shinta Istri / ibu Villa Jombang Baru Ibu Rumah Tangga S1 38
87 Ibu Rokayah Istri / ibu Kp. Gedong 02/04 Pedagang SMA 48
88 Ibu Sunia W Istri / ibu Jl. Kaswari 2 no 4 Ibu Rumah Tangga SMA 46
89 Rachmawati CH Istri / ibu Jl. Bangka 1 D4/12a Ibu Rumah Tangga SMA 53
90 Endang Ekowati Istri / ibu Jl. Sumatera 04/06 Ibu Rumah Tangga D4 45
91 Ibu Mutiah Istri / ibu Jl. Tidore 03/17 Guru MAN 34
92 Ibu Marlina Istri / ibu Jl. Tidore 03/17 no 16 Ibu Rumah Tangga SMP 28
93 Dini Pebrianti Istri / ibu Jl. Lombok RT 03/10 Ibu Rumah Tangga SLTA 35
94 Sebtiyo Purwanti Istri / ibu Jl. Masjid Al Huda 02/17 no 1 Wiraswasta S1 41
95 Rumiyati Istri / ibu Jl. Tidore 03/17 Ibu Rumah Tangga SMA 35
96 Intaniar D Anak Jl. Sumatera 25 02/17 Karyawan Swasta S1 22
97 Nurhikmah Istri / ibu Rawa Lele RT 06/07 Guru PGTK 36
98 Ibu Chandra Istri / ibu Jombang Rawa Lele Ibu Rumah Tangga SMA 44
99 Keminem Istri / ibu Jombang Rawa Lele 04/06 Ibu Rumah Tangga SLTP 38
92
Lampiran 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011
Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
Permintaan Harga Harga Harga Harga Daging Jumlah Pendapatan
No
Tempe Tempe Tahu Telur Ayam Harga Ikan Keluarga Keluarga
(kg) (rupiah/kg) (rupiah/kg) (rupiah/kg) (rupiah/kg) (rupiah/kg) (orang) (rupiah/bulan)
1 3 6.000 8.000 15.000 30.000 20.000 3 3.130.000
2 3 8.000 5.000 16.000 25.000 25.000 3 3.036.000
3 2 6.000 7.500 15.000 20.000 15.000 5 2.069.000
4 2 8.000 6.250 15.000 30.000 20.000 4 1.398.000
5 2 8.000 6.000 14.000 - 16.000 4 2.168.000
6 3 8.000 6.000 16.000 30.000 40.000 4 2.004.000
7 4 6.000 6.000 15.000 25.000 30.000 4 1.308.000
8 4 6.000 5.500 14.500 23.000 26.000 4 6.737.000
9 2 6.000 6.000 14.000 21.000 15.000 4 5.769.000
10 5 5.000 5.000 15.000 25.000 16.000 6 2.193.000
11 8 6.000 7.000 20.000 22.000 30.000 5 6.824.000
12 2 6.000 6.000 14.000 24.000 20.000 4 1.736.000
13 3 6.000 8.000 16.000 40.000 16.000 4 799.000
14 3 6.000 8.000 15.000 25.000 16.000 6 8.750.000
15 7 8.000 10.000 15.000 30.000 24.000 4 1.837.000
16 7 8.000 6.000 16.000 30.000 40.000 4 1.677.000
17 5 8.000 10.000 14.600 30.000 20.000 4 2.000.000
18 7 8.000 10.000 15.000 30.000 20.000 5 1.702.000
19 7 8.000 6.000 16.000 30.000 40.000 5 1.703.000
20 7 8.000 10.000 16.000 30.000 24.000 4 1.412.000
21 10 8.000 5.000 12.000 28.000 16.000 5 4.050.000
22 6 4.000 6.000 12.000 20.000 26.000 4 5.050.000
93
Lampiran 6 (lanjutan). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011
94
Lampiran 6 (lanjutan). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011
95
Lampiran 6 (lanjutan). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011
96
Lampiran 7. Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang
Regression
Descriptive Statistics
b
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
a
1 .555 .308 .255 4.79807 .308 5.782 7 91 .000 1.817
a. Predictors: (Constant), Pendapatan keluarga, Harga ikan, Harga telur, Harga daging ayam, Harga tempe, Jumlah anggota keluarga, Harga tahu
97
Lampiran 7 (lanjutan). Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang
b
ANOVA
Total 3026.660 98
a. Predictors: (Constant), Pendapatan keluarga, Harga ikan, Harga telur, Harga daging ayam, Harga tempe, Jumlah
anggota keluarga, Harga tahu
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF
Harga tempe -1.176 .340 -.323 -3.455 .001 -.408 -.341 -.301 .868 1.152
Harga tahu .372 .210 .172 1.774 .079 -.064 .183 .155 .811 1.234
Harga telur -.130 .484 -.024 -.268 .789 -.033 -.028 -.023 .965 1.036
Harga daging ayam -.171 .052 -.306 -3.259 .002 -.380 -.323 -.284 .863 1.159
Harga ikan -.069 .045 -.136 -1.513 .134 -.214 -.157 -.132 .937 1.068
Jumlah anggota keluarga .082 .534 .015 .153 .878 -.109 .016 .013 .822 1.217
Pendapatan keluarga -.522 .298 -.169 -1.750 .083 -.251 -.180 -.153 .818 1.223
98
Lampiran 7 (lanjutan). Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang
Charts
99
Lampiran 8. Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe
Harga Telur :
Rumus Elastistas Pemintaan: x3
Es = b x ——
x
y
E = b x ——
15,3737
y
= 0,130 x ——————
keterangan :
7,9414
E = Nilai elastisitas
= 0,252
b = Koefisien regresi
x = nilai rata-rata x
Harga Daging Ayam :
y = nilai rata-rata y
x4
Kriteria Elastisitas Permintaan :
Es = b x ——
In-Elastis Sempurna jika E= 0
y
In-Elastis jika E <1
23,2121
Elastis Uniter jika E = 1
= 1,171 x ——————
Elastis jika E > 1
7,9414
Elastis Sempurna jika E= ~
= 0,499
1. Elastisitas Harga Tempe
Harga Ikan :
x1
X5
Eh = b x ——
Es = b x ——
y
y
6,4697
16,8182
= 1,176 x ——————
= 0,069 x ——————
7,9414
7,9414
= 0.957
= 0,146
2. Elastisitas Silang
3. Elastisitas Pendapatan
Harga Tahu :
x2
x7
Es = b x ——
Ep = b x ——
y
y
5,7702
2,7077
= 0,372 x ——————
= 0,522 x ——————
7,9414
7,9414
= 0,270
= 0,178
ϭϬϬ
Lampiran 9. Gambar Tempe dan Hidangan Olahan Tempe
101