Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN RISIKO

“Peran Asuransi Sebagai Pengalih Risiko”

Oleh :

Zahhra Nur Bintang Lahadi B1C1 17 144


Ade Irma B1C1 17 146
Ade Winda B1C1 17 148
Annisa Rahmi Ramadani B1C1 17 152
Ayuasri Wahyuni Mardina B1C1 17 156
Dewi Nur Fatimah B1C1 17 160
Ita Permatasari B1C1 17 170
Muthi’ah Chairunnisa B1C1 17 186

KELAS B

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Peran Asuransi Sebagai Pengalih Risiko.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dengan bantuan dari
berbagai pihak, media online maupun media cetak seperti buku sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Peran Asuransi


Sebagai Pengalih Risiko ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Kendari, 09 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3

2.1 Syarat-syarat Suatu Risiko Dapat Diasuransikan........................................... 3


2.2 Peran Asuransi Swasta dan Pemerintah Dalam Perspektif Manajemen
Risiko............................................................................................................. 4
2.3 Perbedaan Manajemen Risiko dan Asuransi.................................................. 5
2.4 Kondisi yang Memungkinkan Berkembangnya Usaha Asuransi................... 7
2.5 Contoh Kasus................................................................................................. 9

BAB III PENUTUP............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuransi dan risiko sering dilihat sebagai sekeping mata uang


logam yang saling berkaitan, walau bias dikaji secara terpisah namun
harus dilihat sebagai satu kesatuan. Alasan dasar pendirian lembaga
asuransi adalah untuk memperkecil risiko yang dialami oleh berbagai
pihak baik organisasi/institusi maupun individu.

Dunia penuh dengan perubahan dan setiap perubahan member


implikasi tertentu bagi berbagai pihak seperti profit and loss (keuntungan
dan kerugian). Dalam konteks profit and loss tersebut tentunya tidak
terjadi begitu saja namun ini terjadi disebabkan oleh sebab-sebab tertentu,
karena sesungguhnya profit and loss memiliki kausalitasnya masing-
masing.

Instrumen dalam bentuk kebijakan yang diambil dan dilaksanakan


merupakan salah satu faktor yang bias kita terjemahkan sebagai sebabnya.
Berbagai formula dan ukuran dibuat agar arah profit yang diperoleh
maksimal dan memiliki nilai loss yang sekecil mungkin. Namun
sebagaimana kita ketahui kenyataan atau kondisi pasar (market condition)
bias saja berubah 45 derajat bahkan lebih. Atas dasar inilah lembagai
asuransi didirikan, yaitu menampung, menerima, dan memberikan solusi
bagi nasabahnya dengan ketentuan dan prasyarat yang mereka tawarkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja syarat-syarat suatu risiko dapat diasuransikan?

1
2. Bagaimana peran asuransi swasta dan pemerintah dalam perspektif
manajemen risiko?
3. Apa saja perbedaan manajemen risiko dan asuransi?
4. Bagaimana kondisi yang memungkinkan berkembangnya usaha
asuransi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui syarat-syarat suatu risiko dapat diasuransikan


2. Untuk mengetahui peran asuransi swasta dan pemerintah dalam
perspektif manajemen risiko
3. Untuk mengetahui perbedaan manajemen risiko dan asuransi
4. Untuk mengetahui kondisi yang memungkinkan berkembangnya usaha
asuransi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Syarat-syarat Suatu Risiko Dapat Diasuransikan

Menurut Herman Darmawi ada 6 (enam) risiko yang dapat


diasuransikan haruslah memenuhi syarat-syarat berikut :

a. Kerugian potensial cukup besar tetapi probabilitasnya tidak tinggi,


sehingga membuat perusahaan asuransi dapat bekerja seekonomis
mungkin (kelayakan ekonomis).
b. Probabilitas kerugian dapat diperhitungkan.
c. Terdapat sejumlah besar unit yang terbuka (expose) terhadap risiko
yang sama (missal dan homogeny).
d. Kerugian yang terjadi bersifat kebetulan (fortuitous).
e. Kerugian tertentu (definite).
f. Bukan risiko catastrophe (bencana besar dan serentak)

Adapun menurut Soeisno Djojosoedarso bahwa dari sudut


pandang/kepentingan perusahaan asuransi ada beberapa persyaratan agar
suatu risiko dapat diasuransikan, yaitu :

a. Jumlah objek pertanggungan harus memenuhi syarat baik kuantitas


maupun kualitasnya, agar diperhitungkan besarnya kemungkinan
kerugian yang seimbang.
b. Kerugian yang terjadi harus secara kebetulan dan bersifat tidak
disengaja.
c. Kerugiannya bila terjadi harus ditentukan dan diukur.
d. Kerugian tidak berkenaan dengan hal-hal yang keadaannya sangat
membahayakan (merupakan bencana besar).

3
2.2 Peran Asuransi Swasta dan Pemerintah dalam Perspektif Manajemen
Risiko

Ruang lingkup penanganan risiko yang dilakukan oleh pihak


asuransi swasta dan pemerintah berbeda. Biasanya asuransi milik swasta
menanggung risiko yang lebih kecil dan asuransi milik pemerintah
menanggung risiko yang lebih besar. Kondisi ini terjadi karena asuransi
milik swasta memiliki kemampuan financial yang lebih kecil
dibandingkan pemerintah. Karena menurut Herman Darmawi bahwa
pemerintah melalui kekuatan perpajakannya, mungkin juga menyubsidi
program-program masyarakat atau swasta, bahkan perusahaan asuransi
pemerintah lebih suka melakukan operasi yang lebih stabil yang
dimungkinkan apabila penaksiran risiko merupakan aprosimasi risiko ideal
yang bias ditanggung.

Salah satu program pemerintah dalam bidang LPS (Lembaga


Penjamin Simpanan) dan juga bantuan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia) adalah bentuk pengamanan agar stabilitas ekonomi dan social
masyarakat terjaga. Karena jika stabilitas ekonomi dan social masyarakat
tidak stabil akan member pengaruh lebih jauh pada kekacauan ekonomi
dan instabilitas social serta politik, dan lebih jauh citra pemerintah di mata
luar negeri tidak bagus terutama dimata para investor.

Untuk lebih dalam memahami masalah ini kita dapat melihat pada
table dibawah ini tentang perbedaan ruang lingkup penanganan risiko oleh
perusahaan asuransi swasta dan pemerintah.

4
Table: Ruang Lingkup Penanganan Risiko oleh Pihak Swasta dan
Pemerintah

No Swasta Pemerintah

1. Perusahaan Asuransi swasta Perusahaan asuransi pemerintah


memiliki kepemilikan modal memiliki kepemilikan modal yang
yang terbatas lebih besar dibandingkan
perusahaan asuransi swasta

2. Perusahaan asuransi swasta Perusahaan asuransi pemerintah


bertanggungjawab kepada bertanggungjawab kepada
pemilik modal (komisaris pemerintah, dimanasecara berkala
perusahaan) dan bekerja untuk selalu diaudit oleh lembaga yang
memberikan keuntungan yang ditunjuk pemerintah dan
maksimal kepada pemilik melaporkan hasil auditnya kepada
modal. pemerintah serta selanjutnya
diumumkan diumumkan kepada
publik sebagai bentuk wujud
konsep tata kelola pemerintah yang
baik.

3. Perusahaan asuransi swasta Perusahaan asuransi pemerintah


dinilai keberhasilannya jika : dinilai keberhasilannya jika :

a. Mampu memberikan a. Mampu memberikan


peayanan yang pelayanan yang maksimal
maksimal kepada para kepada para nasabah
nasabah b. Jumlah nasabah terus
b. Jumlah nasabah terus bertambah setiap waktunya
bertambah setiap c. Jumlah perusahaan cabang
waktunya. semakin bertambah
c. Jumlah perusahaan terutama di setiap provinsi,
cabang semakin kabupaten bahkan di

5
bertambah terutama di berbagai Negara.
setiap
provinsi,kabupaten
bahkan berbagai
Negara.

4. Perusahaan asuransi swasta Perusahaan asuransi pemerintah


menawarkanberbagai tawaran juga menawarkan berbagai tawaran
untuk bisa di asuransikam untuk bisa diasuransikan seperti
seperti asurransi jiwa, asuransi jiwa, kesehatan,
kesehatan, kehilangan benda, kehilangan benda, kebakaran, dan
kenbakaran, dan sebagainya. sebagainya.

5. Perusahaan asuransi swasta Perusahaan asuransi pemerintah


menghindari masuk dalam sangat berhati-hati untuk masuk ke
wilayah risiko yang bersifat wilayah risiko yang sistematis
sistematis (risiko pasar) dan (risiko pasar)dan spekulatif.
spekulatif. Risiko spekulatif. Namun dalam risiko-risiko tertentu
Risiko spekuatif memiliki perusahaan asuransi pemerintahan
tingkat risiko yang tinggi berusaha untuk bisa mengganti
seperti mereka yang bermain peran asuransi swasta, namun tetap
saham atau valuta asing. mempertimbangkan alas an-alasan
yang dianggap logis dan wajar
secara manajemen risiko.

6. Perusaahn asuransi swasta Perusahaan asuransi pemerintah


memiliki acuan yang dirancang juga memiliki acuan yang
oleh kantor pusat (head office) dirancang oleh kantor pusat (head
untuk diaplikasikan oeh office) untuk diaplikasikan oleh
berbagai kantor cabang dan berbagai kantor cabang dan para
para pegawainya. Skala acuan pegawainya. Skala acuan yang
yang dibuat oleh pihak kantor dibuat oleh pihak kantor pusat
pusat yang dibuat oleh pihak adalah berdasarkan pada

6
kantor pusat adalah kemampuan (capacity) perusahaan.
berdasarkan pada kemampuan Karena jika melebihi kemampuan
(capacity) perusahaan. Karena yang dimiliki malah akan membuat
jika melebihi kemampuan yang perusahaan bermasalah.
dimiliki malh akan membuat
perusahaan bermasalah.

7. Perusahaan asuransi swasta Perusahaan asuransi peerintah


menghindari masuk ke risiko dalam hal ini pemerintah secara
murni. Risiko murni contohnya khusus memiliki kewajiban untuk
bank yang mengalami kondisi membantu dan menanggulangi
bangkrut(collapse) , banjir setiap bencana baik bencana alam
besar menghancurkan serta dan non bencana alam jika itu
merusak banyak harta benda, dianggap telah mengganggu dan
kasus lumpur gas sperti di meresahkan masyarakat. Seperti
Sidoarjo oleh LapindoBrantas. bencana tsunami diAceh, gempa di
Bencanagunung berapi, dan Yogyakarta, banjir bandang
lain lain. Alas an perusahaan diSumatra Barat, dan daerah
asuransi tidak mau lainnya. Kasus perbankan yang
menanggungnya adalah karena mengalami insolvencies dan lebih
seperti bencana banjir jauh perbankan tersebut bisa
mengakibatkan banyak pihak menyebabkan gagal bayar,
yang mengalamjnya baik ruma pemerintah dengan perangkatnya
tangga hingga perusahaan berusaha membantu
bisnis dan jika itu menyelesaikannya. Seperti
ditanggulangi maka jumlahnya membentuk LPS (Lembaga
sangat besar, dan bisa Penjamin Simpanan) yang bertugas
menhguras dan secara membantu dengan yang bertugas
maksimal. membantu dengan menjamin uang
nasabah tidak akan hilang serta
tetap aman danterkendalikan pada
pemiliknya. Contoh kasus Bank

7
Century , pemerintah dan DPR
serta lembaga terkait lainnya
mevari solusi menyelesaikan
permasalahan tersebut.

Dari penjelasan diatas pada bagian ruang lingkup penanganan


risiko yang dilakukan oleh pemerintah (government) dapat kita lihat pada
contoh kasus Bank Century dan beberapa berbankan lain yang mendapat
penanganan serius dari pemerintah. Penanganan serius itu khususnya
melindungi para deposan. Bagi pemerintah sangat penting menjaga
wibawa perbankan nasional dimata internasional. Jika kondisi perbankan
nasional tidak baik (bermasalah) maka akan terjadi penurunan
kepercayaan dari para donator internasional seperti Word Bank,
International Monetary Fund (IMF), Asean Development Bank (ADB),
dan lembaga bantuan lainnya tidak terkecuali bantuan dari Negara yang
bersifat bilateral dan multilateral. Dalam konteks lebih jauh para pebisnis
atau investor. Tentunya mereka tidak akan memiliki ketertarikan untuk
berinvestasi pada suatu Negara jika kondisi perbankan nasionalnya tidak
memberikan kenyamanan.

2.3 Perbedaan Manajemen Risiko dan Asuransi

Perusahaan asuransi dan manajemen risiko memiliki keterkaitan


kuat, namun disamping itu juga memiliki perbedaannya masing-masing,
yang pasti perusahaan asuransi dalam menjalankan aktivitas bisnisnya
menerapkan konsep manajemen risiko. Dalam artian perusahaan asuransi
menjadikan ilmu manajemen risiko sebagai bentuk cara ia mendapatkan
profit dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat
kita lihat pada table di bawah ini.

8
Table: Perbedaan Manajemen Risiko dan Asuransi

No
Manajemen Risiko Asuransi
.
1  Manajemen risiko adalah  Asuransi merupakan sebuah
suatu bidang ilmu yang lembaga yang didirikan atas
membahas tentang bagaimana dasar untuk menstabilkan
suatu organisasi menerapkan kondisi bisnis dari berbagai
ukuran dalam memetakan risiko yang mungkin terjadi,
berbagai permasalahan yang dengan harapan pada saat risiko
ada dengan menempatkan dialihkan ke pihak asuransi
berbagai pendekatan maka perusahaan menjadi lebih
manajemen secara focus dalam menjalankan usaha.
komprehensif dan sistematis.
2  Manajemen risiko suatu ilmu Asuransi sebuah perusahaan
yang diajarkan dan dikaji, yang didirikan dengan
dianalisis, dan dijadikan kepemilikan struktur organisasi
sebagai salah satu mata dimana di sana terdapat
pelajaran yang diajarkan komisaris dan manajemen
diberbagai sekolah khususnya perusahaan, dengan orientasi
universitas. utama perusahaan memperoleh
profit yang maksimal dan
bersifat kontinuetas
(berkelanjutan).
3  Lebih menekankan Merupakan salah satu cara
kegiatannya pada menemukan menanggulangi risiko murni
dan menganalisa risiko murni. tertentu.
4  Tugas hakikatnya hanya  Tugasnya menangani seluruh
memberikan penilaian belaka proses pengalihan risiko.
terhadap semua teknik
penanggulangan risiko
(termasuk asuransi).
5  Pelaksanaan programnya Melibatkan jumlah orang dan
menghendaki adanya kegiatan-kegiatan yang lebih
kerjasama dengan sejumlah kecil.
individu dan bagian-bagian
dari perusahaan.
6  Keputusan manajemen risiko  Keputusan di bidang asuransi
mempunyai pengaruh yang mempunyai pengaruh yang lebih
lebih luas/besar terhadap luas.
operasi perusahaan.

2.4 Kondisi yang Memungkinkan Berkembangnya Usaha Asuransi

9
Menurut Soeisno Djojosoedarso ada beberapa kondisi yang
memungkinkan berkembangnya usaha asuransi, kondisi tersebut antara
lain :

a. Sistem ekonomi masyarakatnya berbentuk sistem perekonomian bebas.


b. Masyarakatnya sudah sangat maju dan merupakan masyarakat
industry.
c. Peraturan perundang-undangan sudah terorganisasi dengan baik,
diterpkan secara fair dan sudah diketahui oleh masyarakat secara luas.

2.5 Contoh Kasus

Kasus Bank Century mencuat ketika Pemerintah melalui Lembaga


Penjamin Simpanan (LPS menyuntikkan modal sebesar Rp 6,76 triliun
untuk menyelamatkan bank tersebut. Jumlah ini menjadi begitu besar dan
menarik perhatian masyarakat karena dana penyelamatan Bank Century
semula diperkirakan hanya sebesar Rp 632 miliar. Kenaikan jumlah ini
mengakibatkan berbagai tudingan kepada Bank Indonesia (BI) dan
Departemen Keuangan sebagai penentu kebijakan penyelamatan Bank
Century pada 20 November 2008 melalui Komite Stabilitas Sistem
Keuangan.

Dari kasus ini isu utama yang dipermasalahkan adalah mengenai


tepat atau tidaknya keputusan penyelamatan Bank Century oleh
Pemerintah pada November 2008. Pemerintah melalui BI dan Departemen
Keuangan berpendapat bahwa penyelamatan Bank Century melalui
suntikan dana tersebut sudah tepat dengan alasan untuk menghindari risiko
sistemik yang mungkin timbul dari ditutupnya bank tersebut sehingga
dikhawatirkan terulangnya kembali krisis keuangan seperti tahun 1998
lalu.

10
Atas keputusan ini banyak pihak menilai bahwa keputusan
menyelamatkan Bank Century tidak tepat. Selain menggunakan uang
negara yang merupakan uang rakyat alasan mengenai kemungkinan
terjadinya risiko sistemik kurang bisa dipertanggungjawabkan. Menurut
pihak yang tidak setuju dengan penyelamatan bank ini ditutupnya Bank
Century tidak akan mengganggu kestabilan sistem perbankan negara kita
karena secara market share Bank Century hanya mempunyai mencakup
0,1% jumlah nasabah perbankan di Indonesia.

Selain itu aset Bank Century hanya berjumlah 0,3% dari total aset
perbankan Indonesia. Mereka juga yakin bahwa penutupan Bank Century
tidak akan menimbulkan rush pada sistem perbankan nasional atau pun
terulangnya krisis keuangan tahun 1998.

Isu lain yang muncul terkait suntikan dana tersebut adalah adanya
dugaan penyelewengan terhadap suntikan modal tersebut yang mengalir ke
pihak-pihak tertentu. Banyak pihak meragukan kebenaran aliran modal
tersebut karena adanya benturan kepentingan. Adanya benturan
kepentingan ini menyebabkan keputusan untuk menyelamatkan Bank
Century ditengarai hanya untuk menyelamatkan deposan-deposan besar
dan bukan untuk menyelamatkan sistem perbankan.

Systematic Risk

Waktu itu alasan utama Pemerintah untuk menyelamatkan Bank


Century adalah kekhawatiran akan terjadinya systemic risk dan rush pada
sistem perbankan nasional. Penutupan Bank Century pada waktu
terjadinya krisis keuangan global (November 2008) dikhawatirkan
membawa dampak berantai yang parah seperti kasus 1998.

11
Penutupan Bank Century diperkirakan akan mengakibatkan
kepanikan pada nasabahnya. Kepanikan ini mendorong nasabah-nasabah
lain akan berbondong-bondong menarik uangnya pada banyak bank.
Terutama bank-bank kecil sekelas Century dan memindahkan ke bank-
bank yang lebih besar. Penarikan besar-besaran ini mengakibatkan bank-
bank yang pada awalnya sehat menjadi ikut bermasalah dan mengalami
masalah likuiditas. Sebagai akibatnya bank-bank ini akan berusaha
mencari pendanaan dengan meminjam dana dari bank-bank besar melalui
pinjaman antar bank.

Dalam hal ini bank-bank besar cenderung lebih berhati-hati dalam


mengucurkan dananya sehingga bank-bank kecil semakin terdesak karena
kesulitan memperoleh likuiditas. Dalam keadaan seperti inilah banyak
bank akan berjatuhan.

Sistem perbankan akan mengalami rush dan mengakibatkan


naiknya suku bunga pinjaman secara tajam. Selain itu akan banyak terjadi
kredit macet sehingga nasabah akan mengalami kerugian dan sektor
industri juga akan terkena dampaknya. Sebagai akibatnya bank-bank besar
pun akan terkena dampaknya dan terjadilah kelumpuhan sistem perbankan.
Akibat lebih jauh adalah merosotnya kredibilitas sistem perbankan
nasional sehingga akan terjadi capital outflows secara besar-besaran. Hal
ini akan berpengaruh terhadap investasi nasional, country risk, dan sistem
ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Menurut BI definisi systemic risk adalah adalah risiko kegagalan


salah satu peserta dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo
sehingga menyebabkan peserta lain juga mengalami kesulitan likuiditas
yang pada gilirannya menjadi tidak mampu memenuhi kewajiban-
kewajibannya. Bank Indonesia mendasarkan dampak kriteria systemic risk
pada 5 (lima) hal yaitu 1) Dampak pada institusi keuangan, 2) Dampak

12
pada pasar keuangan, 3) Dampak pada sistem pembayaran, 4) Dampak
pada psikologi pasar, dan 5) Dampak kepada sektor riil. 

Sebenarnya terjadinya systemic risk tersebut merupakan


kemungkinan yang bisa terjadi atau tidak terjadi sama sekali. Probabilitas
dari terjadinya systemic risk ini akan meningkat apabila kondisi
perekonomian dan perbankan secara global sedang tidak sehat.
Kekhawatiran Pemerintah pada waktu itu adalah akibat penutupan Lehman
Brothers pada 15 September 2008 yang  menyebabkan krisis keuangan dan
perbankan secara global. Dalam kasus Century yang terjadi pada
November 2008 kondisi perekonomian dan perbankan dunia sedang dalam
masa krisis sehingga kemungkinan terjadinya systemic risk sangat tinggi.

Di sisi lain masalah yang terjadi pada Bank Century tidak akan
menjadi systemic risk (atau pun jika menjadi systemic risk akan
mempunyai probabilitas yang relatif kecil) bagi perekonomian dan
perbankan apabila terjadinya tidak bersamaan dengan krisis global.
Dengan demikian selain faktor internal dari suatu bank tersebut
kemungkinan terjadinya systemic risk akan sangat bergantung dari
kondisi-kondisi eksternal seperti kondisi perekonomian secara umum,
stabilitas perbankan, stabilitas politik dan keamanan, dan sebagainya.

Namun demikian perlu diingat bahwa systemic risk itu akan selalu
melekat dalam dunia perbankan. Hanya saja kemungkinan terjadinya
systemic risk itu sangat bervariasi tergantung dari keadaan internal dan
eksternal dari sistem perbankan itu sendiri. Karena sifatnya yang melekat
pada sistem perbankan systemic risk tidak serta merta bisa dihilangkan.

Untuk itu tindakan yang bisa dilakukan adalah langkah-langkah


antisipasi, pengelolaan risiko yang baik, dan penerapan kebijakan yang
tepat untuk menangani masalah-masalah seperti yang terjadi terhadap
kasus Bank Century.

13
Systemic Risk dan Risiko Keuangan Negara (Risiko Fiskal) seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya terjadinya systemic risk akan
menyebabkan efek yang buruk bagi perekonomian. Jika systemic risk yang
dikhawatirkan benar-benar terjadi maka semua potensi kerugian yang
awalnya hanya sebuah kemungkinan akan terjadi. Kerugian ini akan
berakibat pada keuangan negara baik secara langsung atau pun tidak
langsung. Secara langsung Pemerintah harus mengeluarkan anggaran
untuk menyelamatkan dan mengembalikan dana-dana para nasabah.
Secara tidak langsung Pemerintah akan mengeluarkan biaya yang besar
untuk memulihkan perekonomian melalui berbagai instrumen kebijakan
baik moneter maupun fiskal.

Selain itu memburuknya situasi perekonomian akan menyebabkan


menurunnya penerimaan negara dari sektor pajak. Penurunan dari sisi
penerimaan dan peningkatan dari sisi pengeluaran merupakan risiko fiskal
yang bersifat langsung dan dirasakan dampaknya secara langsung. Secara
tidak langsung kerugian yang ditimbulkan karena systemic risk tersebut
akan berpengaruh terhadap kemajuan Negara di masa depan.

Akan diperlukan sumber daya yang jauh lebih banyak untuk bisa
mengejar ketertinggalan yang terjadi. Selain itu dampak sistemik ini
dikhawatirkan akan menyebabkan banyak perjanjian-perjanjian yang akan
default dan mengharuskan negara mengeluarkan dana yang tidak sedikit
untuk membayarnya. Dampak yang lebih luas dan lebih besar bisa saja
terjadi dan mengakibatkan kerugian yang tidak pernah diperkirakan
sebelumnya seperti krisis tahun 1998.

Dalam kasus Century dapat kita lihat bahwa kebijakan yang


diambil oleh Pemerintah menyebabkan Pemerintah harus mengeluarkan
dana talangan sebesar Rp 6,76 triliun untuk mencegah terjadinya kerugian
yang lebih besar yang diperkirakan mencapai Rp 30 triliun. Artinya jika
Pemerintah tidak melakukan bail out terhadap Bank Century kemungkinan

14
kerugian dan biaya yang harus ditanggung oleh Pemerintah diperkirakan
malah akan membengkak dan mencapai Rp 30 triliun. Dana talangan
tersebut berasal dari LPS yang modal awalnya berasal dari keuangan
Negara sehingga kasus seperti ini mempunyai dampak risiko kepada
Keuangan Negara secara langsung.

Jika dilihat sekilas terlihat bahwa Pemerintah telah mengeluarkan


dana yang cukup besar untuk sesuatu yang belum tentu terjadi. Kejadian
seperti ini merupakan salah satu bentuk risiko fiskal yang dapat merugikan
keuangan Negara dan bisa terjadi sewaktu-waktu. Akan tetapi mengingat
potensi risiko yang begitu besar jika bail out tidak dilakukan Pemerintah
memutuskan menyelamatkan Bank Century. Terlepas dari adanya skenario
dan bermacam-macam kecurangan dalam penyelamatan Bank Century
kasus ini telah menimbulkan risiko yang besar bagi keuangan Negara.

Pengelolaan Risiko

Melihat potensi kerugian yang begitu besar diperlukan langkah-


langkah yang tepat guna mencegah atau meminimalisir akibat terjadinya
systemic risk tersebut. Hal-hal yang bisa dilakukan antara lain menyusun
langkah-langkah antisipasi dalam rangka pengelolaan risiko dan perbaikan
pada sistem perbankan dan keuangan Negara ini.

Selain itu diperlukan juga langkah-langkah darurat yang dirasa


perlu untuk menjaga stabilitas sistem keuangan pada saat-saat kritis yang
membutuhkan penanganan sesegera mungkin. Sebagai langkah antisipasi
diperlukan suatu mekanisme semacam Early Warning System yang baik
untuk memantau dan memberikan laporan berkala kepada instansi yang
berwenang mengawasi perbankan.

15
Hasil dari pemantauan tersebut akan dijadikan dasar untuk menilai
bagaimana kondisi perekonomian pada umumnya dan sistem perbankan
pada khususnya. Laporan ini akan ditindaklanjuti oleh unit yang
berwenang untuk melakukan langkah-langkah preventif yang harus
dilakukan. Proses yang tidak kalah penting untuk mendukung pengelolaan
risiko yang baik adalah adanya keterbukaan pengawasan dari pihak
berwenang secara benar. Peran pemantauan dan pengawasan ini
merupakan langkah yang menentukan dalam pengelolaan risiko tersebut.

Hal lain yang sangat penting dalam mendukung proses pengelolaan


risiko terhadap systemic risk adalah adanya sistem yang sehat dalam dunia
perbankan dan keuangan. Selain itu mutlak diperlukan suatu peraturan
perundang-undangan untuk mengatur dan memberikan pengawasan
terhadap dunia perbankan dan keuangan.

Selama ini sistem keuangan dan perbankan kita masih mengacu


kepada UU Bank Indonesia dan UU Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
RUU Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK) yang diajukan oleh
Pemerintah sejak April 2008 masih mengalami jalan buntu dalam
pengesahannya. RUU JPSK ini disiapkan Pemerintah setelah krisis
keuangan di Amerika terbukti berpengaruh besar bagi perekonomian
dunia. Selain mengatur hal-hal yang umum dalam hal pengelolaan risiko
peraturan ini diharapkan mampu menjadi dasar hukum yang kuat bagi
langkah-langkah yang ditempuh oleh Pemerintah.

Peraturan ini juga harus memuat berbagai kewenangan yang jelas


kepada pejabat Negara yang berhak mengambil keputusan terkait proses
pengelolaan risiko sistem perbankan. Dengan demikian perangkat analisis
dan peraturan yang baik diharapkan bisa mengurangi polemik dan potensi
risiko sehingga kasus seperti Century tidak terjadi lagi di masa yang akan
datang.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas


tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan
berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai
pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.

Asuransi merupakan sebuah lembaga yang didirikan atas dasar


untuk menstabilkan kondisi bisnis dari berbagai risiko yang mungkin
terjadi, dengan harapan pada saat risiko dialihkan ke pihak asuransi maka
perusahaan menjadi lebih focus dalam menjalankan usaha.

Asuransi dan risiko sering dilihat sebagai sekeping mata uang


logam yang saling berkaitan, walau bias dikaji secara terpisah namun
harus dilihat sebagai satu kesatuan. Alasan dasar pendirian lembaga
asuransi adalah untuk memperkecil risiko yang dialami oleh berbagai
pihak baik organisasi/institusi maupun individu.

DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/opini/d-1247526/kasus-bank-century-dan-risiko-keuangan-
negara

17

Anda mungkin juga menyukai