Oleh :
KELAS B
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Peran Asuransi Sebagai Pengalih Risiko.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dengan bantuan dari
berbagai pihak, media online maupun media cetak seperti buku sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana peran asuransi swasta dan pemerintah dalam perspektif
manajemen risiko?
3. Apa saja perbedaan manajemen risiko dan asuransi?
4. Bagaimana kondisi yang memungkinkan berkembangnya usaha
asuransi?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Peran Asuransi Swasta dan Pemerintah dalam Perspektif Manajemen
Risiko
Untuk lebih dalam memahami masalah ini kita dapat melihat pada
table dibawah ini tentang perbedaan ruang lingkup penanganan risiko oleh
perusahaan asuransi swasta dan pemerintah.
4
Table: Ruang Lingkup Penanganan Risiko oleh Pihak Swasta dan
Pemerintah
No Swasta Pemerintah
5
bertambah terutama di berbagai Negara.
setiap
provinsi,kabupaten
bahkan berbagai
Negara.
6
kantor pusat adalah kemampuan (capacity) perusahaan.
berdasarkan pada kemampuan Karena jika melebihi kemampuan
(capacity) perusahaan. Karena yang dimiliki malah akan membuat
jika melebihi kemampuan yang perusahaan bermasalah.
dimiliki malh akan membuat
perusahaan bermasalah.
7
Century , pemerintah dan DPR
serta lembaga terkait lainnya
mevari solusi menyelesaikan
permasalahan tersebut.
8
Table: Perbedaan Manajemen Risiko dan Asuransi
No
Manajemen Risiko Asuransi
.
1 Manajemen risiko adalah Asuransi merupakan sebuah
suatu bidang ilmu yang lembaga yang didirikan atas
membahas tentang bagaimana dasar untuk menstabilkan
suatu organisasi menerapkan kondisi bisnis dari berbagai
ukuran dalam memetakan risiko yang mungkin terjadi,
berbagai permasalahan yang dengan harapan pada saat risiko
ada dengan menempatkan dialihkan ke pihak asuransi
berbagai pendekatan maka perusahaan menjadi lebih
manajemen secara focus dalam menjalankan usaha.
komprehensif dan sistematis.
2 Manajemen risiko suatu ilmu Asuransi sebuah perusahaan
yang diajarkan dan dikaji, yang didirikan dengan
dianalisis, dan dijadikan kepemilikan struktur organisasi
sebagai salah satu mata dimana di sana terdapat
pelajaran yang diajarkan komisaris dan manajemen
diberbagai sekolah khususnya perusahaan, dengan orientasi
universitas. utama perusahaan memperoleh
profit yang maksimal dan
bersifat kontinuetas
(berkelanjutan).
3 Lebih menekankan Merupakan salah satu cara
kegiatannya pada menemukan menanggulangi risiko murni
dan menganalisa risiko murni. tertentu.
4 Tugas hakikatnya hanya Tugasnya menangani seluruh
memberikan penilaian belaka proses pengalihan risiko.
terhadap semua teknik
penanggulangan risiko
(termasuk asuransi).
5 Pelaksanaan programnya Melibatkan jumlah orang dan
menghendaki adanya kegiatan-kegiatan yang lebih
kerjasama dengan sejumlah kecil.
individu dan bagian-bagian
dari perusahaan.
6 Keputusan manajemen risiko Keputusan di bidang asuransi
mempunyai pengaruh yang mempunyai pengaruh yang lebih
lebih luas/besar terhadap luas.
operasi perusahaan.
9
Menurut Soeisno Djojosoedarso ada beberapa kondisi yang
memungkinkan berkembangnya usaha asuransi, kondisi tersebut antara
lain :
10
Atas keputusan ini banyak pihak menilai bahwa keputusan
menyelamatkan Bank Century tidak tepat. Selain menggunakan uang
negara yang merupakan uang rakyat alasan mengenai kemungkinan
terjadinya risiko sistemik kurang bisa dipertanggungjawabkan. Menurut
pihak yang tidak setuju dengan penyelamatan bank ini ditutupnya Bank
Century tidak akan mengganggu kestabilan sistem perbankan negara kita
karena secara market share Bank Century hanya mempunyai mencakup
0,1% jumlah nasabah perbankan di Indonesia.
Selain itu aset Bank Century hanya berjumlah 0,3% dari total aset
perbankan Indonesia. Mereka juga yakin bahwa penutupan Bank Century
tidak akan menimbulkan rush pada sistem perbankan nasional atau pun
terulangnya krisis keuangan tahun 1998.
Isu lain yang muncul terkait suntikan dana tersebut adalah adanya
dugaan penyelewengan terhadap suntikan modal tersebut yang mengalir ke
pihak-pihak tertentu. Banyak pihak meragukan kebenaran aliran modal
tersebut karena adanya benturan kepentingan. Adanya benturan
kepentingan ini menyebabkan keputusan untuk menyelamatkan Bank
Century ditengarai hanya untuk menyelamatkan deposan-deposan besar
dan bukan untuk menyelamatkan sistem perbankan.
Systematic Risk
11
Penutupan Bank Century diperkirakan akan mengakibatkan
kepanikan pada nasabahnya. Kepanikan ini mendorong nasabah-nasabah
lain akan berbondong-bondong menarik uangnya pada banyak bank.
Terutama bank-bank kecil sekelas Century dan memindahkan ke bank-
bank yang lebih besar. Penarikan besar-besaran ini mengakibatkan bank-
bank yang pada awalnya sehat menjadi ikut bermasalah dan mengalami
masalah likuiditas. Sebagai akibatnya bank-bank ini akan berusaha
mencari pendanaan dengan meminjam dana dari bank-bank besar melalui
pinjaman antar bank.
12
pada pasar keuangan, 3) Dampak pada sistem pembayaran, 4) Dampak
pada psikologi pasar, dan 5) Dampak kepada sektor riil.
Di sisi lain masalah yang terjadi pada Bank Century tidak akan
menjadi systemic risk (atau pun jika menjadi systemic risk akan
mempunyai probabilitas yang relatif kecil) bagi perekonomian dan
perbankan apabila terjadinya tidak bersamaan dengan krisis global.
Dengan demikian selain faktor internal dari suatu bank tersebut
kemungkinan terjadinya systemic risk akan sangat bergantung dari
kondisi-kondisi eksternal seperti kondisi perekonomian secara umum,
stabilitas perbankan, stabilitas politik dan keamanan, dan sebagainya.
Namun demikian perlu diingat bahwa systemic risk itu akan selalu
melekat dalam dunia perbankan. Hanya saja kemungkinan terjadinya
systemic risk itu sangat bervariasi tergantung dari keadaan internal dan
eksternal dari sistem perbankan itu sendiri. Karena sifatnya yang melekat
pada sistem perbankan systemic risk tidak serta merta bisa dihilangkan.
13
Systemic Risk dan Risiko Keuangan Negara (Risiko Fiskal) seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya terjadinya systemic risk akan
menyebabkan efek yang buruk bagi perekonomian. Jika systemic risk yang
dikhawatirkan benar-benar terjadi maka semua potensi kerugian yang
awalnya hanya sebuah kemungkinan akan terjadi. Kerugian ini akan
berakibat pada keuangan negara baik secara langsung atau pun tidak
langsung. Secara langsung Pemerintah harus mengeluarkan anggaran
untuk menyelamatkan dan mengembalikan dana-dana para nasabah.
Secara tidak langsung Pemerintah akan mengeluarkan biaya yang besar
untuk memulihkan perekonomian melalui berbagai instrumen kebijakan
baik moneter maupun fiskal.
Akan diperlukan sumber daya yang jauh lebih banyak untuk bisa
mengejar ketertinggalan yang terjadi. Selain itu dampak sistemik ini
dikhawatirkan akan menyebabkan banyak perjanjian-perjanjian yang akan
default dan mengharuskan negara mengeluarkan dana yang tidak sedikit
untuk membayarnya. Dampak yang lebih luas dan lebih besar bisa saja
terjadi dan mengakibatkan kerugian yang tidak pernah diperkirakan
sebelumnya seperti krisis tahun 1998.
14
kerugian dan biaya yang harus ditanggung oleh Pemerintah diperkirakan
malah akan membengkak dan mencapai Rp 30 triliun. Dana talangan
tersebut berasal dari LPS yang modal awalnya berasal dari keuangan
Negara sehingga kasus seperti ini mempunyai dampak risiko kepada
Keuangan Negara secara langsung.
Pengelolaan Risiko
15
Hasil dari pemantauan tersebut akan dijadikan dasar untuk menilai
bagaimana kondisi perekonomian pada umumnya dan sistem perbankan
pada khususnya. Laporan ini akan ditindaklanjuti oleh unit yang
berwenang untuk melakukan langkah-langkah preventif yang harus
dilakukan. Proses yang tidak kalah penting untuk mendukung pengelolaan
risiko yang baik adalah adanya keterbukaan pengawasan dari pihak
berwenang secara benar. Peran pemantauan dan pengawasan ini
merupakan langkah yang menentukan dalam pengelolaan risiko tersebut.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/opini/d-1247526/kasus-bank-century-dan-risiko-keuangan-
negara
17