Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG

SOVEREIGN RISK

Mata Kuliah : Manajemen Risiko dan Asuransi


Dosen Pengampuh : Pangondion Harahap,M.B.A

DISUSUN OLEH :
1. PUTRI FAJARIAH SABDA : 050182042
2.INAYYAH ALFATIHA : 0505183092
3.SRI DARYANI SIMATUPANG : 0505182075
4.SYAHFITRI : 0505181010

ASURANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nyasehinggakamidapatmenyelesaikantugasmakalah yangberjudul “SOVEREIGN RISK”.

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Pangondion Harahap,M.B.A yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-
teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Kami menyadari, bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Medan, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 1

A. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 1

B. TUJUAN ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian resiko umum ........................................................................................ 3

B. Pengertian soverign risk .......................................................................................... 5

C. Risiko kepemilikan aset keuangan yang di terbitkan negara .................................. 10

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah pertumbuhan pesat dalam utang internasional negara-negara berkembangdi Tahun


1970an dan meningkatnya insiden penjadwalan kembali utang pada awal Tahun1980, risiko
negara yang mencerminkan kemampuan dan kemauan suatu negara untuk layanan keuangannya
telah menjadi topik yang menjadi perhatian utama bagi dunia internasional telah meningkat secara
substansial. Seperti juga peristiwa menggemparkan yang terjadi pada tanggal 11 September 2001,
risiko yang terkait dalam hubungan internasional telah meningkat secara substansial, danmenjadi
lebih sulit untuk dianalisis dan diprediksi bagi para pengambil keputusan di bidangekonomi,
keuangan dan politik investor internasional juga menyadari bahwa globalisasi perdagangan dunia
dan keterbukaan pasar modal menimbulkan risiko yang dapat menyebabkankrisis (inansial dengan
contagion effect yang cepat, sehingga mengancam stabilitas sektor (vinansial internasional).

Oleh karena itu pentingnya risiko negara ditegaskan oleh keberadaan beberapa instansi besar
negara ratingrisiko yaitu Economis Intelligence unit,Uromoney,Institutional investor,International
Country Risk Guide, M.oodys, political,unit dan lain-lain. Tingginya indeks risiko negara
Indonesia mempunyai dampak terhadap lemahnya perekonomian negara &ndonesia yang
ditunjukkan oleh turunnya investasi di indonesia dengan demikian perlu dilakukan upaya
menciptakan stabilitas sosial-politik ekonomi keuangan dan penciptaan rasa aman dalam
berinvestasi agar risiko negara relati( tidak membahayakan kegiatan perekonomian secara
keseluruhan sehingga dapat memulihkan kepercayaan bagi investor baik investor asing maupun
domesti. Secara umum, sebuah negara kreditur menghadapi risiko utang negara yang lebih besar
ketika memberikan pinjaman kepada negara lain, dibandingkan ketikamelakukan investasi dalam
negeri. Dalam publikasinya paling baru IMD-World Competitiveness Year Book, memang
menunjukkan adanya kenaikan ranking daya saing &ndonesia2 dari ranking 49 menjadi 47, namun
di antara negara ASEAN tetap yang terendah. Posisi baru indonesia tersebut jauh lebih rendah
dibanding posisi tahun1997 ketika krisis belum melanda &ndonesia$ &ndonesia masih termasuk
ke dalam negara dengan pertumbuhan slow motion dan volatile. Perkiraan yang pesimistik ini
berkaitan masih tingginya posisi country risk risiko negara Indonesia.

1
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian risiko umum ?
2. Apa pengertian sovereign risk?
3. Bagaimana risiko kepemilikan aset keuangan yang di terbitkan negara?

C.TUJUAN MASALAH
1. Mampu menjelaskan pengertian risiko umum
2. Mampu menjelaskan sovereign risk
3. Mampu menjelaskan risiko kepemilikan aset keuangan yang di terbitkan negara

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Risiko Secara Umum

Secara umum, risiko sering diartikan sebagai ketidakpastian (uncertainty). Dalam


kehidupan sehari-hari risiko dapat menyebabkan masalah tapi dapat juga mendatangkan
peluang yang menguntungkan bagi perusahaan maupun orang per orang. Terkadang risiko
tertentu dianalisis dan dikelola secara sadar, tetapi ada kalanya risiko diabaikan sama
sekali.1
Sejatinya setiap risiko akan dihubungkan dengan kegagalan, kerugian (loss),
ketidakpastian (uncertainty), berbagai krisis dan kejadian yang tidak diharapkan. Secara
sederhana, pengertian risiko dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang dapat menghalangi
yang tercapainya tujuan.2

Menurut Djohanputro (2008), Risiko dapat diklasifikasikan menjadi ke dalam dua


kategori, yaitu:

1. Risiko Murni dan Spekulatif

Risiko Murni adalah risiko yang dapat mengakibatkan kerugian dan tidak
sedikitpun mengandung kemungkinan keuntungan. Contoh dari risiko ini adalah setiap
aset pada perusahaan memiliki risiko pencurian dan tidak ada pencurian yang
mengandung keuntungkan.

Risiko Spekulatif adalah risiko yang mengakibatkan dua kemungkinan, apakah


risiko tersebut mengakibatkan keuntungan atau kerugian. Misalnya, perusahaan yang
menyimpan valuta asing dapat memperoleh keuntungan saat nilai tukar valuta sing
tersebut menguat, akan tetapi saat mengalami penurunan nilai tukar valas tersebut,
perusahaan akan mengalami kerugian.

1
Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko pada Perusahaan dan Birokrasi, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2019),
h.
2
Muchtar A.F, Panduan Praktis Strategi Memenangkan Persaingan Usaha dengan Menyusun Business Plan,
(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kompas Gramedia, 2010), h. 182.

3
2. Risiko Sistemik dan Spesifik
Risiko sistemik adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Ciri dari risiko
sistemik adalah tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dengan penggabungan dengan
risiko lain.
Risiko spesifik adalah risiko yang dapat didiversifikasi, dapat dihilangkan melalui
proses penggabungan. Contoh dari risiko spesifik adalah saat mendekati Lebaran
pedagang menjual ketupat, namun pada tahun baru tiba, para pedagang ketupat tersebut
berjualan terompet. Contoh tersebut menunjukkan pada saat tahun baru tiba penjualan
ketupat akan menurun sehingga pedagang tersebut beralih menjual terompet.

Risiko dalam Asuransi

Berkenaan dengan pengertian risiko sebagaimana disebutkan diatas, asuransi


adalah salah satu lembaga yang berkenaan langsung dengan risiko karena merupakan
lembaga pengendalian risiko. Ini dapat langsung kita lihat dari pengertian asuransi itu
sendiri, dimana Menurut KUHD pasal 246 disebutkan bahwa "asuransi atau pertanggungan
adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena
suatu kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu".
Pengertian asuransi yang lain adalah merupakan suatu pelimpahan risiko dari pihak
pertama kepada pihak lain. Dalam pelimpahan dikuasai oleh aturan-aturan hukum dan
berlakunya prinsip-prinsip serta ajaran yang secara universal yang dianut oleh pihak
pertama maupun pihak lain. Dari segi ekonomi, asuransi berarti suatu pengumpulan dana
yang dapat dipakai untuk menutup atau memberi ganti rugi kepada orang yang mengalami
kerugian.3 Maka dari itu pengertian 'risiko' dalam asuransi adalah "ketidakpastian akan
terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian ekonomis".
Kemudian secara spesifik dalam dunia asuransi sendiri tidak semua risiko dapat
diasuransikan. Risiko-risiko yang dapat diasuransikan adalah : risiko yang dapat diukur
dengan uang, risiko homogen (risiko yang sama dan cukup banyak dijamin oleh asuransi),

3
Sumiyati, Layanan Lembaga Perbankan dan Keuangan Mikro, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
2019), h. 93.

4
risiko murni (risiko ini tidak mendatangkan keuntungan), risiko partikular (risiko dari
sumber individu), risiko yang terjadi secara tiba-tiba (accidental), insurable interest
(tertanggung memiliki kepentingan atas obyek pertanggungan) dan risiko yang tidak
bertentangan dengan hukum.

B.Memahami Soveriegn Risk

Soveriegn risk adalah risiko kerugian yang berhubungan dengan peluang suatu negara
gagal membayar bunga dan pokok utangnya. Risiko sovereign adalah jenis risiko kredit di
mana pemerintah di sebuah negara tidak akan membayar utangnya. Itu mungkin karena mereka
tidak memiliki kemampuan atau kemauan untuk melakukannya. Risiko sovereign
berimplikasi luas terhadap perekonomian. Itu bisa membawa pada perubahan pajak, subsidi,
atau peraturan, sehingga mengekspos kinerja banyak bisnis. Misalnya, krisis sovereign di
negara-negara Uni Eropa seperti Yunani dan Spanyol memaksa pemerintah di negara-negara
tersebut untuk mengadopsi kebijakan penghematan (austerity policy). Untuk mengurangi
tekanan utang yang menumpuk, mereka memangkas berbagai program pengeluaran
pemerintah, menjalankan privatisasi dan menaikkan pajak. Kebijakan tersebut membuat
permintaan agregat jatuh dalam jangka pendek, memaksa banyak bisnis menurunkan tingkat
produksinya dan menyebabkan perekonomian melemah.
Kepekaan negara-negara maupun institut ataupun lembaga serta perorangan yang
merespon adanya perkembangan dan perubahan dalam menilai sovereign risk ini sebagai
akibat perkembangan zaman pula. Analisis risiko sovereign menjadi semakin diperlukan,
sejalan dengan pertumbuhan pasar internasional baru yang sering disebut dengan “emerging
market”. Analisis risiko sovereign dilakukan oleh public rating agencies seperti Standard &
Poors, Moodys Investors Services, dan lain-lain. Faktor-faktor yang meliputi analisis ini, yaitu:
a. Negara itu sendiri
b. Lingkungan ekonomi (depositi, investasi dan pertumbuhan)
c. Sumber daya alam dan mineral
d. Efisiensi pasar tenaga kerja dan kualitas keahlian dan pendidikan
e. Efisiensi dari pasar modal dan perbankan
f. Pemerintah

5
g. Kebijakan ekonomi makro (kebijakan suku bunga dan nilai tukar)
h. Perdagangan internasional dan neraca pembayaran
i. Riwayat dan prediksi inflasi
j. Investasi asing
k. Kebijakan pendanaan dan belanja pemerintah
l. Independensi bank sentral
Selanjutnya, risiko sovereign bersifat menular. Ketika satu negara mengalami krisis
sovereign, itu dapat menyebar ke negara lain. Efek penularan tinggi karena banyak negara
saling terhubung, baik melalui transaksi keuangan maupun transaksi barang dan jasa.
Tingginya risiko sovereign juga membuat suku bunga di dalam perekonomian sulit untuk
turun. Investor meminta premium yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko tersebut.
Itu membuat biaya investasi menjadi lebih mahal bagi bisnis. Rumah tangga juga harus
membayar bunga yang tinggi ketika mereka mengajukan pinjaman. Ketika pemerintah
mencetak uang untuk membayar utang, itu mengarah pada hiperinflasi. Itu dapat
menghancurkan daya beli dari mata uang domestik. Orang menjadi tidak lagi percaya
terhadap mata uang domestik. Mereka menjualnya dan menukarnya dengan mata uang yang
lebih stabil seperti dolar AS. Sebagai hasilnya, nilai tukar domestik terhadap dolar AS jatuh.
Sovereign risk juga sangat dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri dan luar negeri
(Beers dan Cavanaugh, 2006). Kondisi yang berpengaruh dari dalam negeri meliputi baik
ekonomi maupun politik. Tekanan fiskal, misalnya akibat hutang dan defisit yang terlalu besar
dapat memaksa pemerintah untuk melakukan penundaan pembayaran cicilan dan bunga
hutang. Demikian juga halnya dengan perubahan rezim yang terjadi melalui pergolakan
politik. Rezim berkuasa dapat menolak mengakui hutang yang dibuat oleh pemerintahan
terdahulu. Pola interaksi perekonomian modern saat ini memiliki karakter keterkaitan yang
sangat tinggi. Secara praktis sudah tidak ada negara yang dapat mengisolasikan dirinya dari
berbagai gejolak yang ada diperekonomian global. Krisis sub prime mortgage di US tahun
2007 dan kontraksi perekonomian dunia ditahun 2008-2009 adalah bukti nyata dari tingginya
keterkaitan suatu negara dengan negara lainnya. Dengan demikian dapat terjadi suatu negara
mengalami kejatuhan kondisi ekonomi akibat imbas dari luar. Hal ini selanjutnya dapat
mendorong pemerintahan yang ada untuk merestrukturisasi kembali skedul pembayaran

6
hutang yang ada.4

1. Mengukur risiko sovereign


Secara umum, ukuran risiko sovereign (risiko gagal bayar) tercermin dari peringkat
sovereign yang diberikan oleh lembaga pemeringkat global seperti Moody’s, Standard and
Poor (S&P), dan Fitch Ratings. Peringkat sovereign tersebut merepresentasikan peluang
gagal bayar dari sebuah negara. Semakin baik peringkatnya, semakin kecil risiko sovereign
dan semakin rendah risiko gagal bayar. Berikut adalah daftar peringkat kredit dari yang
tertinggi (AAA) hingga terendah.

Moody S&P Fitch


Aaa AAA AAA
Aa1 AA+ AA+
Aa2 AA AA
Aa3 AA− AA−
A1 A+ A+
A2 A A
A3 A− A−
Baa1 BBB + BBB +
Baa2 BBB BBB
Baa3 BBB− BBB−
Ba1 BB + BB +
Ba2 BB BB
Ba3 BB− BB−
B1 B+ B+
B2 B B
B3 B− B−
Caa CCC CCC
Ca CC CC

4
Moch. Doddy Ariefianto dan Soenartomo Soepomo. Analisa Sovereign Risk Negara Berkembang: Temuan Dari
Perilaku Premi Credit Default Swap ( Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan), Juli 2011. Hal.33-34

7
C C C
D D D

Peringkat BBB- hingga AAA masuk dalam kategori investment grade, yang mana
mengindikasikan kapasitas yang cukup untuk memenuhi kewajiban pembayaran. Sedangkan,
peringkat di bawahnya (mulai dari BB+ hingga C) masuk kategori spekulatif dan D untuk
gagal bayar. Lembaga pemeringkat menilai risiko menggunakan beberapa indikator. Mereka
mengevaluasi solvabilitas dan faktor likuiditas negara yang bersangkutan, stabilitas politik
negara tersebut, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah beberapa variabel untuk mengukur
risiko sovereign: Efektifitas institusional, Struktur dan prospek ekonomi, Likuiditas eksternal
dan posisi investasi internasional, Kinerja dan fleksibilitas fiskal dan Fleksibilitas moneter.
2. Pendekatan sovereign risk terhadap indicator ekonomi makro
Sampai saat ini pasar obligasi internasional didominasi oleh obligasi yang diterbitkan
oleh sovereign (pemerintah) pusat berbagai negara. Sovereign risk adalah risiko kerugian
karena potensi suatu negara gagal membayar kewajiban bunga atau pokok dari pinjamannya.
Meskipun kejadian dimana negara penghutang menyatakan tidak mau membayar termasuk
jarang terjadi, reschedulling dari hutang sudah umum dilakukan. IMF berperan membantu
negara yang bermasalah dengan pembayaran hutang.
Ketik5a dihadapkan pada pilihan apakah menanggung bahaya inflasi atau
menyatakan default pada hutang dalam mata uang domestik, misalnya sovereign Rusia pada
1998 memilih menyatakan default pada hutang dalam valuta domestik dan valuta asing.
Maka menjadi penting sekali bagi suatu negara/organisasi dunia yang merupakan pemberi
pinjaman untuk memperhatikan publikasi suatu negara yang akan menerima pinjaman
terutama pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Karena hal ini juga dapat menjadi acuan
bagi pemberi pinjaman untuk dapat memprediksi kemungkinan pinjaman yang diberikannya
akan kembali sesuai waktunya.
Tingginya risiko sovereign juga membuat suku bunga di dalam perekonomian sulit
untuk turun. Investor meminta premium yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko
tersebut. Itu membuat biaya investasi menjadi lebih mahal bagi bisnis. Rumah tangga juga

5
Irene Kristiani Tampubolon, Paidi Hidayat. Analisis Sovereign Risk Di Negara-Negara Asean, Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Vol.1 No.12. Hal.1-4

8
harus membayar bunga yang tinggi ketika mereka mengajukan pinjaman. Berikut ini adalah
beberapa variabel untuk mengukur risiko sovereign
a. Efektifitas institusional
Lembaga pemeringkat menilai bagaimana lembaga pemerintah dan pembuatan
kebijakan mempengaruhi fundamental perekonomian, mendorong pertumbuhan ekonomi
yang seimbang, dan menanggapi guncangan ekonomi atau politik. Selain itu, mereka juga
mempertimbangkan transparansi dan akuntabilitas serta track record historis pembayaran
utang negara.
b. Struktur ekonomi dan prospek ekonomi
Lembaga pemeringkat mengukur keragaman dan ketahanan perekonomian suatu
negara. Apakah negara mengandalkan output komoditas, manufaktur, maupun sektor jasa
sebagai basis pertumbuhan ekonomi. Selain itu, tingkat pendapatan adalah ukuran lainnya.
Diantara indikatornya adalah PDB per kapita dan tingkat pertumbuhannya, yang mana
mengindikasikan kemakmuran di negara tersebut dan secara tidak langsung mencerminkan
potensi pajak dan basis pembayaran utang saat ini dan di masa mendatang.
c. Likuiditas eksternal dan posisi investasi internasional
Penilaian mencakup beberapa aspek seperti status mata uang sebuah negara dalam
transaksi internasional, kemampuan perekonomian untuk menghasilkan mata uang asing dan
posisi aset dan liabilitas dalam mata uang asing dan lokal. Indikatornya adalah current account
balance to GDP, trade balance to GDP, Net foreign direct investment to GDP.
d. Kinerja dan fleksibilitas fiskal
Penilaian fiskal mencerminkan pandangan lembaga pemeringkat tentang
keberlanjutan anggaran fiskal dan beban utangnya. Ukuran ini mempertimbangkan
fleksibilitas fiskal, tren dan kerentanan fiskal jangka panjang, struktur utang, akses
pendanaan, dan risiko potensial yang timbul dari liabilitas kontinjensi.Beberapa indikator
sovereign yang dipertimbangkan adalah change in net debt to GDP, primary balance to GDP,
debt to GDP, dan Debt to revenues.
e. Fleksibilitas moneter
Penilaian moneter mempertimbangkan pandangan lembaga pemeringkat tentang
kemampuan otoritas moneter untuk memenuhi mandatnya sambil mempertahankan ekonomi
yang seimbang dan memitigasi guncangan ekonomi. Analisis mencakup penilaian rezim nilai

9
tukar dan kredibilitas kebijakan moneter. Rezim nilai tukar mempengaruhi kemampuan
pemerintah untuk mengkoordinasikan kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal dan
kebijakan ekonomi lainnya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Sementara itu, untuk mengukur, kredibilitas kebijakan moneter, mereka melihat tren inflasi
selama siklus ekonomi. Efektifitas mekanisme moneter terhadap ekonomi riil juga menjadi
pertimbangan

C. Resiko Kepemilikan Aset Keuangan Oleh Negara

Secara ekonomi, prinsip dasar dari harga aset keuangan adalah nilai sekarang (present
value) atas arus kas yang diharapkan dapat dihasilkan oleh aset keuangan tersebut, walaupun arus
kas tersebut belum diketahui secara pasti. Arus kas merupakan jumlah pembayaran dalam jangka
waktu tertentu atas aset keuangan tersebut.

Misalnya seseorang memiliki kredit di suatu bank, dan diwajibkan membayar bunga dan
cicilan sebesar Rp.5.000.000,- per bulan selama 3 tahun. Maka angka ini merupakan arus kas dari
aset kredit tersebut. Oleh karena itu harga dari aset kredit tersebut adalah nilai sekarang dari
akumulasi arus kas selama 3 tahun.

Kadang-kadang arus kas dari aset keuangan tidak diketahui persis. Misalnya saham biasa.
Para investor pembeli saham tidak tahu persis berapa deviden yang akan dibagikan oleh emiten
pada setiap periode waktu. Oleh karena itu ada faktor lain yang berhubungan langsung dengan
penentuan harga aset keuangan, yaitu nilai arus kas yang diharapkan atau (expected return).
Berdasarkan arus kas yang diharapkan dan harga aset keuangan, maka dapat ditentukan
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari aset keuangan tersebut.6

Ada 7 Resiko bagi Pemilik Aset Keuangan :

1. Resiko Suku Bunga


Resiko ini bisa diartikan sebagai risiko yang diakibatkan adanya perubahan suku
bunga yang ada di pasaran sehingga akan mempengaruhi pendapatan investasi. Secara
umum, jika suku bunga meningkat, harga obligasi berbunga tetap akan turun, demikian
juga sebaliknya.
2. Resiko Pasar
Resiko pasar ini adalah risiko fluktuasi atau naik turunnya Nilai Aktiva Bersih
(NAB) yang disebabkan oleh perubahan sentimen pasar keuangan (seperti saham dan
obligasi) yang sering disebut juga dengan risiko sistematik (systematic risk), artinya risiko
ini tidak bisa dihindari dan pasti akan selalu dialami oleh investor.
3. Resiko Inflasi
Risiko inflasi, juga disebut risiko daya beli, adalah peluang bahwa arus kas dari
investasi tidak akan bernilai sebanyak di masa depan karena perubahan daya beli karena
6
Murti Lestari,”Aset Keuangan” Eksi4205/Modul 1,hal 1.6

10
inflasi. Risiko ini memiliki potensi yang merugikan daya beli masyarakat terhadap
investasi dikarenakan adanya kenaikan rata-rata dari harga konsumsi.
4. Resiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul akibat kesulitan menyediakan uang
tunai dalam jangka waktu tertentu. risiko likuiditas biasanya lebih besar kemungkinan
terjadi pada pasar yang baru tumbuh atau bervolume kecil.
5. Resiko Valas atau Nilai Tukar Mata Uang
Risiko valuta asing (Valas) adalah risiko yang disebabkan oleh perubahan kurs
valuta asing di pasaran yang tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan terutama pada saat
dikonversikan dengan dengan mata uang domestik. Risiko jenis ini berkaitan dengan
sebuah fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Pada umumnya, risiko
jenis ini juga disebut sebagai currency risk atau dengan exchange rate risk.
6. Resiko Negara
Risiko ini disebut dengan risiko politik. Hal ini didasarkan pada kondisi
perpolitikan negara. Dari risiko ini juga masih ada kaitan dengan perubahan ketentuan
perundang-undangan yang membuat pendapatan menurun.
7. Resiko Reinvestment
Risiko ini merupakan risiko yang terjadi pada penghasilan dari suatu aset
keuangan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan aktivitas re-invest.7

Risiko berhubungan erat dengan tingkat kepastian (degree of certainty) atas arus kas yang
diharapkan dari sauatu aset keuangan. Jenis aset keuangan tertentu memiliki risiko yang tidak sama
dengan jenis aset keuangan yang lain. Berbagai macam risiko lainnya juga harus Anda perhatikan
dengan baik termasuk ketika berhubungan dengan bunga deposito atau jenis investasi lainnya.

Contoh, obligasi yang diterbitkan pemerintah Indonesia, misalnya ORI, memiliki kepastian arus
kas yang tinggi dengan asumsi bahwa pemerintah Indonesia tidak akan pernah melakukan gagal
bayar atas instrumen-instrumen keuangan yang diterbitkan. Namun demikian daya beli uang yang
dihasilkan dari instrumen keuangan tersebut di masa datang memiliki ketidakpastian. Bila inflasi
tinggi maka daya beli uang yang dihasilkan akan menurun cepat, begitu sebaliknya bila inflasi
rendah.Risiko ini akan menentukan harga jual ORI apabila dijual sebelum jatuh tempo.8

7
KoinWorks,”Resiko Aset Keuangan”(https://koinworks.com/blog/risiko-investasi-yang-perlu-diketahui/,diakses
pada 14 April 2020,21:03)
8
Murti Lestari,”Aset Keuangan” Eksi4205/Modul 1,hal 1.7

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Menurut Djohanputro (2008), Risiko diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:

Risiko Murni adalah risiko yang dapat mengakibatkan kerugian dan tidak sedikitpun
mengandung kemungkinan keuntungan. Contoh dari risiko ini adalah setiap aset pada perusahaan
memiliki risiko pencurian dan tidak ada pencurian yang mengandung keuntungkan.

Risiko Spekulatif adalah risiko yang mengakibatkan dua kemungkinan, apakah risiko
tersebut mengakibatkan keuntungan atau kerugian. Misalnya, perusahaan yang menyimpan valuta
asing dapat memperoleh keuntungan saat nilai tukar valuta sing tersebut menguat, akan tetapi saat
mengalami penurunan nilai tukar valas tersebut, perusahaan akan mengalami kerugian.

Sedangkan Soveriegn risk adalah risiko kerugian yang berhubungan dengan peluang suatu
negara gagal membayar bunga dan pokok utangnya. Risiko sovereign adalah jenis risiko kredit di
mana pemerintah di sebuah negara tidak akan membayar utangnya. Itu mungkin karena mereka
tidak memiliki kemampuan atau kemauan untuk melakukannya. Risiko sovereign berimplikasi
luas terhadap perekonomian. Itu bisa membawa pada perubahan pajak, subsidi, atau peraturan,
sehingga mengekspos kinerja banyak bisnis. Ada 7 Resiko bagi Pemilik Aset Keuangan :

1. Resiko Suku Bunga


2. Resiko Pasar
3. Resiko Inflasi
4. Resiko Likuiditas
5. Resiko Valas atau Nilai Tukar Mata Uang
6. Resiko Negara
7. Resiko Reinvestment.

12
DAFTAR PUSTAKA
Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko pada Perusahaan dan Birokrasi, (Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2019

Muchtar A.F, Panduan Praktis Strategi Memenangkan Persaingan Usaha dengan


Menyusun Business Plan, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kompas
Gramedia, 2010

Sumiyati, Layanan Lembaga Perbankan dan Keuangan Mikro, (Jakarta: PT.


Gramedia Widiasarana Indonesia, 2019

Moch. Doddy Ariefianto dan Soenartomo Soepomo. Analisa Sovereign Risk


Negara Berkembang: Temuan Dari Perilaku Premi Credit Default Swap ( Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan), Juli 2011

Irene Kristiani Tampubolon, Paidi Hidayat. Analisis Sovereign Risk Di Negara-


Negara Asean, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.1 No.12. Hal.1-4

Murti Lestari,”Aset Keuangan” Eksi4205/Modul 1,hal 1.6

KoinWorks,”Resiko Aset Keuangan”(https://koinworks.com/blog/risiko-investasi-


yang-perlu-diketahui/,diakses pada 14 April 2020,21:03)

13

Anda mungkin juga menyukai