Anda di halaman 1dari 38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti yaitu Model

pembelajaran dan kemampuan awal siswa sebagai variabel bebas atau variabel X

dan minat belajar matematika sebagai variabel terikat atau variabel Y. Data yang

diperoleh dari pemberian tes untuk mengetahui minat belajar matematika dan

pemberian angket untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap pelajaran

1. Kelompok Minat Belajar matematika Siswa yang di Ajar dengan Model

Pembelajaran Peta Konsep (A1)

Dari 34 siswa yang dijadikan sampel diberi perlakuan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Peta konsep, diperoleh data hasil skor terendah

50, skor tertinggi 75, skor rata-rata 62,85, median sebesar 62,00, modus sebesar

60,00 dan simpangan baku sebesar 6,267.

Untuk melihat distribusi frekuensi serta histogram dari minat belajar

matematika yang yang di ajar dengan menggunakan Model pembelajaran Peta

konsep yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1. Minat belajar matematika yang di ajar dengan menggunakan Model
pembelajaran Peta konsep (A1)

92
93

Statistics
A1
N Valid 34
Missing 34
Mean 62,85
Median 62,00
Mode 60
Std. Deviation 6,267
Minimum 50
Maximum 75

Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam histogram sebagai

berikut:

Gambar 1. Histogram dari minat belajar matematika yang di ajar dengan


menggunakan Model pembelajaran Peta konsep (A1)
94

Dari diagram histogram dan polygon di atas dapat disimpulkan bahwa

frekuensi siswa banyak mempunyai nilai 60, untuk nilai tertinggi yaitu 75, untuk nilai

terendah yaitu 50.

2. Kelompok Minat Belajar Matematika Siswa yang di Ajar dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooferatif type STAD (A2)

Dari 34 siswa yang djadikan sampel diberi perlakuan pembelajaran dengan

menggunakan Model pembelajaran Kooferatif type STAD, diperoleh data hasil skor

terendah 53, skor tertinggi 70, skor rata-rata 60,47, median sebesar 60 modus sebesar

60 dan simpangan baku sebesar 4,336.

Untuk melihat distribusi frekuensi serta histogram dari minat belajar

matematika yang di ajar dengan menggunakan Model pembelajaran Kooferatif type

STAD yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Minat belajar matematika yang di ajar dengan menggunakan


Model pembelajaran Kooferatif type STAD (A2)

Statistics
A2
N Valid 34
Missing 34
Mean 60,47
Median 60,00
Mode 60
Std. Deviation 4,336
Minimum 53
Maximum 70
95

Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam histogram sebagai

berikut:

Gambar 2. Histogram dari minat belajar matematika yang di ajar dengan


menggunakan Model pembelajaran Kooferatif type STAD (A2)

Dari diagram histogram dan polygon di atas dapat disimpulkan bahwa

frekuensi siswa banyak mempunyai nilai 60, untuk nilai tertinggi yaitu 70, untuk nilai

terendah yaitu 53.

Dari semua data di atas dapat disimpulkan bahwa kelas yang di ajar dengan

menggunkan Model pembelajaran Peta konsep (A1) mempunyai rata-rata minat

belajar matematika yaitu 62,85. Dari hasil di atas dapat dikatakan bahwa minat

belajar matematika yang di ajar dengan menggunakan Model pembelajaran Peta

konsep lebih baik.


96

3. Kelompok Minat Belajar Matematika Siswa dengan Kemampuan awal

Tinggi (B1)

Dari 34 siswa yang dijadikan sampel dengan kemampuan awal tinggi,

diperoleh data hasil skor terendah 53, skor tertinggi 75, skor rata-rata 63,06, median

sebesar 62,5, modus sebesar 60 dan simpangan baku sebesar 6,065.

Untuk melihat distribusi frekuensi serta histogram dari minat belajar

matematika dengan Kemampuan awal tinggi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Minat belajar matematika dengan Kemampuan awal tinggi (B1)

Statistics
B1
N Valid 34
Missing 34
Mean 63,06
Median 62,50
Mode 60a
Std. Deviation 6,065
Minimum 53
Maximum 75
a. Multiple modes exist. The smallest
value is shown

Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam histogram sebagai

berikut:
97

Gambar 3. Histogram minat belajar matematika siswa dengan kemampuan


awal tinggi (B1)

Dari histogram dan polygon di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi siswa

banyak mempunyai nilai 60, untuk nilai tertinggi yaitu 75, untuk nilai terendah yaitu

53.

4. Kelompok Minat Belajar matematika Siswa dengan Kemampuan awal

Rendah (B2)

Dari 34 siswa yang dijadikan sampel dengan kemampuan awal rendah,

diperoleh data hasil skor terendah 50, skor tertinggi 70, skor rata-rata 60,26, median

sebesar 60, modus sebesar 60 dan simpangan baku sebesar 4,807.

Untuk melihat distribusi frekuensi serta histogram dari minat belajar

matematika dengan kemampuan awal rendah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
98

Tabel 4.4 Minat belajar matematika dengan kemampuan awal rendah (B2)

Statistics
B2
N Valid 34
Missing 34
Mean 60,26
Median 60,00
Mode 60
Std. Deviation 4,807
Minimum 50
Maximum 70

Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam histogram sebagai

berikut:

Gambar 4.Histogram minat belajar matematika siswa dengan kemampuan awal


rendah (B2)
99

Dari diagram histogram dan polygon di atas dapat disimpulkan bahwa

frekuensi siswa banyak mempunyai nilai 60, untuk nilai tertinggi yaitu 70, untuk nilai

terendah yaitu 50.

Dari semua data di atas dapat disimpulkan bahwa kelas dengan Kemampuan

awal tinggi mempunyai rata-rata minat belajar matematika yaitu 63,06. Dari hasil di

atas dapat dikatakan bahwa minat belajar matematika dengan kemampuan awal tinggi

lebih baik.

5. Kelompk Minat Belajar Matematika Siswa yang diajar dengan

Menggunakan Model pembelajaran Peta konsep dan Siswa yang Memiliki

Kemampuan awal Tinggi (A1B1)

Dari 17 siswa yang djadikan sampel diberi perlakuan pembelajaran dengan

menggunakan Model pembelajaran Peta konsep yang memiliki kemampuan awal

tinggi, diperoleh data hasil skor terendah 59, skor tertinggi 75, skor rata-rata 66,59,

median sebesar 65, modus sebesar 60 dan simpangan baku sebesar 5,466.

Untuk melihat distribusi frekuensi serta histogram dari minat belajar

matematika denga kemampuan awal tinggi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Minat belajar matematika yang di ajar dengan menggunakan


Model pembelajaran Peta konsep denga kemampuan awal tinggi (A1B1)
100

Statistics
A1B1
N Valid 17
Missing 51
Mean 66,59
Median 65,00
Mode 60a
Std. Deviation 5,466
Minimum 59
Maximum 75
a. Multiple modes exist. The smallest
value is shown

Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam histogram sebagai

berikut:

Gambar 5.Histogram dari minat belajar matematika yang di ajar dengan


menggunakan Model pembelajaran Peta konsep dengan kemampuan awal
tinggi (A1B1)
101

Dari diagram histogram di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi siswa

banyak mempunyai nilai 60, untuk nilai tertinggi yaitu 75, dan nilai terendah 59.

6. Kelompok Minat Belajar Matematika Siswa yang di Ajar dengan

Menggunakan Model pembelajaran Peta konsep dan Siswa yang Memiliki

Kemampuan Awal Rendah (A1B2)

Dari 17 siswa yang dijadikan sampel diberi perlakuan pembelajaran dengan

menggunakan Model pembelajaran Peta konsep yang memiliki kemampuan awal

rendah, diperoleh data hasil skor terendah 50, skor tertinggi 68, skor rata-rata 59,12,

median sebesar 59, modus sebesar 54 dan simpangan baku sebesar 5,243.

Untuk melihat distribusi frekuensi serta histogram dari minat belajar

matematika yang di ajar dengan menggunakan Model pembelajaran Peta konsep

dengan kemampuan awal rendah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Minat belajar matematika yang di ajar dengan menggunakan


Model pembelajaran Peta konsep dengan kemampuan awal rendah (A1B2)

A1B2
N Valid 17
Missing 51
Mean 59,12
Median 59,00
Mode 54a
Std. Deviation 5,243
Minimum 50
Maximum 68
102

Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam histogram sebagai

berikut:

Gambar 6. Histogram dari minat belajar matematika yang di ajar dengan


menggunakan Model pembelajaran Peta konsep dengan minata belajar rendah
(A1B2)

Dari diagram histogram dan polygon di atas dapat disimpulkan bahwa

frekuensi siswa banyak mempunyai nilai 54, untuk nilai tertinggi yaitu 68, untuk nilai

terendah yaitu 50.

Dari semua data di atas dapat disimpulkan bahwa kelas yang di ajar dengan

menggunkan Model pembelajaran Peta konsep dan siswa yang memiliki tingkat

kemampuan awal tinggi (A1B1) mempunyai rata-rata minat belajar matematika

yaitu 66,59. Dari hasil di atas dapat dikatakan bahwa minat belajar matematika yang

di ajar dengan menggunakan Model pembelajaran peta konsep dan siswa yang

memiliki kemampuan awal tinggi lebih baik.


103

7. Kelompok Minat Belajar matematika Siswa yang di Ajar dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooferatif type STAD dan Siswa yang

Memiliki Kemampuan Awal Tinggi (A2B1)

Dari 17 siswa yang dijadikan sampel diberi perlakuan pembelajaran dengan

menggunakan Model pembelajaran Kooferatif type STAD dan siswa yang memiliki

kemampuan awal tinggi, diperoleh data hasil skor terendah 53, skor tertinggi 67, skor

rata-rata 59,53, median sebesar 60, modus sebesar 62 dan simpangan baku sebesar

4,418. Untuk melihat distribusi frekuensi serta histogram dari minat belajar

matematika yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7 Minat belajar matematika yang di ajar dengan menggunakan


Model pembelajaran Kooferatif type STAD dengan siswa kemampuan awal
tinggi (A2B1)

Statistics
A2B1
N Valid 17
Missing 51
Mean 59,53
Median 60,00
Mode 62
Std. Deviation 4,418
Minimum 53
Maximum 67
104

Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam histogram sebagai

berikut:

Gambar 7. Histogram dari minat belajar matematika siswa yang di ajar dengan
menggunakan Model pembelajaran Kooferatif type STAD dengan siswa
kemampuan awal tinggi (A2B1)

Dari diagram histogram dan polygon di atas dapat disimpulkan bahwa

frekuensi siswa banyak mempunyai nilai 62, untuk nilai tertinggi yaitu 67, untuk nilai

terendah yaitu 53.


105

8. Kelompok Minat Belajar Matematika yang di Ajar dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Kooferatif type STAD dan Siswa yang Memiliki

Kemampuan awal Rendah (A2B2)

Dari 17 siswa yang djadikan sampel diberi perlakuan pembelajaran dengan

menggunakan Model pembelajaran Kooferatif type STAD dan siswa yang memiliki

kemampuan awal rendah, diperoleh data hasil skor terendah 56, skor tertinggi 70,

skor rata-rata 61,41, median sebesar 60, modus sebesar 60 dan simpangan baku

sebesar 4,168. Untuk melihat distribusi frekuensi serta histogram dan polygon dari

minat belajar matematika yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Minat belajar matematika yang di ajar dengan menggunakan Model
pembelajaran Kooferatif type STAD dengan siswa kemampuan awal rendah
(A2B2)

Statistics
A2B2
N Valid 17
Missing 51
Mean 61,41
Median 60,00
Mode 60
Std. Deviation 4,169
Minimum 56
Maximum 70

Untuk memperjelas data di atas, digambarkan dalam histogram sebagai

berikut:
106

Gambar 8. Histogram dari minat belajar matematika yang di ajar dengan


menggunakan Model pembelajaran Kooferatif type STAD dengan siswa
kemampuan awal rendah (A2B2)

Dari diagram histogram dan polygon di atas dapat disimpulkan bahwa

frekuensi siswa banyak mempunyai nilai 60, untuk nilai tertinggi yaitu 70, untuk nilai

terendah yaitu 56.

Dari semua data di atas dapat disimpulkan bahwa kelas yang di ajar dengan

menggunkan Model pembelajaran Kooferatif type STAD dan siswa yang memiliki

tingkat kemampuan awal rendah (A2B2) mempunyai rata-rata minat belajar

matematika yaitu 61,41. Dari hasil di atas dapat dikatakan bahwa minat belajar

matematika yang di ajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooferatif type

STAD kelompok dengan siswa kemampuan awal rendah lebih baik


107

Rangkuman data hasil penelitian di atas yang selanjutnya dapat digunakan

untuk proses analisis dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9 Rangkuman data hasil penelitian

Peta konsep Kooferatif type Jumlah


(A1) STAD (A2)
Kemampuan awal nA1B1 =17 nA2B1 =17 nB1 =34
Tinggi(B1) XA1B1 =66,59 XA2B1 =59,53 XB1 = 63,06
S2 =5,466 S2 =4,418 S2B1 = 6,065
Kemampuan awal nA1B2 =17 nA2B2 =17 nB2 =34
Rendah (B2) XA1B2 =59,12 XA2B2 =61,41 XB2 =60,26
S2 =5,243 S2 =4,169 S2B2 = 4,807
Jumlah nA1 =34 nA2 =34 nT = 68
XA1 = 62,85 XA2 =60,47 XT = 61,66
S2A1 =6,267 S2A2 =4,336 S2T = 5,302

B. Teknik Analisis Persyaratan Data

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas ini menggunakan uji Lilliefors dari kosmogorov-

Smirnov (Uyanto, 2006: 35) dengan menggunakan bantuan software SPSS 22.0 for

windows. Uji normalitas dilakukan untuk menguji hipotesis sebagai berikut :

1) Hipotesis

Ho : data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

2) Kriteria uji:

Jika P-value (sig.) ≥ α (0,05), maka Ho diterima


108

Jika P-value (sig.) < α (0,05), maka Ho ditolak

Rangkuman hasil analisis uji normalitas menggunakan Lilliefors dengan taraf

signifikansi α = 0,05 (5%) untuk masing-masing kelompok data disajikan sebagai

berikut :

a. Kelas Model pembelajaran Peta konsep

Berikut ini disajikan tabel hasil uji normalitas untuk kelas Peta konsep

dengan bantuan software SPSS 22.0 for windows.

Tabel 5.0
Hasil Uji Normalitas Lilliefors Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


A1
N 34
Normal Parametersa,b Mean 62,85
Std.
6,267
Deviation
Most Extreme Absolute ,131
Differences Positive ,131
Negative -,079
Test Statistic ,131
Asymp. Sig. (2-tailed) ,151c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
109

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp. Sig kelas eksperimen A1 adalah

0,151 dan hal ini menunjukan jika P-value (sig.) ≥ α (0,05), maka Ho diterima.

Artinya nilai data pada kelas Model pembelajaran peta konsep berdistribusi

normal.

b. Kelas Model pembelajaran Kooferatif type STAD

Berikut ini disajikan tabel hasil uji normalitas Lilliefors Kolmogorov-Smirnov

untuk kelas Kooferatif type STAD kelompok dengan bantuan software SPSS

22.0 for windows.

Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Lilliefors Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


A2
N 34
Normal Parametersa,b Mean 60,47
Std.
4,336
Deviation
Most Extreme Absolute ,102
Differences Positive ,102
Negative -,074
Test Statistic ,102
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
110

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp. Sig kelas Kooferatif type

STADadalah 0,200 dan hal ini menunjukan jika P-value (sig.) ≥ α (0,05),

maka Ho diterima. Artinya nilai data pada kelas modelpembelajaran

Kooferatif type STAD berdistribusi normal.

c. Kelompok Minat belajar matematika dengan Kemampuan awal Tinggi


Berikut ini disajikan tabel hasil uji normalitas untuk Kelompok dengan

kemampuan awal tinggi dengan perhitungan spss 22..

Tabel 5,2 : Uji Normalitas Minat belajar matematika dengan kemampuan


awal Tinggi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


B1
N 34
Normal Parametersa,b Mean 63,06
Std.
6,065
Deviation
Most Extreme Absolute ,139
Differences Positive ,139
Negative -,080
Test Statistic ,139
Asymp. Sig. (2-tailed) ,093c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
111

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp. Sig kelompok kemampuan

awal Tinggi (B1) adalah 0,093 dan hal ini menunjukan jika P-value (sig.)=

0,093 ≥ α (0,05), maka Ho diterima, artinya nilai data pada kelompok

kemampuan awal tinggi berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

d. Kelompok Minat belajar matematika dengan kemampuan awal Rendah (B2)


Berikut ini disajikan tabel hasil uji normalitas untuk Kelompok dengan

kemampuan awal rendah dengan perhitungan spss 16..

Tabel 5,3 : Uji Normalitas Minat belajar matematika dengan kemampuan


awal Rendah

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


B2
N 34
Normal Parametersa,b Mean 60,26
Std.
4,807
Deviation
Most Extreme Absolute ,110
Differences Positive ,110
Negative -,066
Test Statistic ,110
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
112

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp. Sig kelompok kemampuan

awal Rendah (B2) adalah 0,200 dan hal ini menunjukan jika P-value (sig.)=

0,200 ≥ α (0,05), maka Ho diterima, artinya nilai data pada kelompok

kemampuan awal rendah berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

e. Kelompok Minat belajar matematika Model pembelajaran Peta konsep


dengan kemampuan awal Tinggi

Berikut ini disajikan tabel hasil uji normalitas untuk Kelompok dengan

Model pembelajaran Peta konsep dengan kemampuan awal tinggi pada

perhitungan spss 16..

Tabel 5.4 : Minat belajar matematika yang Diberi Model pembelajaran Peta
konsep dengan kemampuan awal Tinggi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


A1B1
N 17
a,b
Normal Parameters Mean 66,59
Std.
5,466
Deviation
Most Extreme Absolute ,203
Differences Positive ,203
Negative -,145
Test Statistic ,203
Asymp. Sig. (2-tailed) ,062c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
113

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp. Sig kelompok Model

pembelajaran peta konsep dan Kemampuan awal tinggi (A1B1) adalah

0,062 dan hal ini menunjukan jika P-value (sig.)= 0,062 ≥ α (0,05), maka Ho

diterima, artinya nilai data pada kelompok Model pembelajaran Peta konsep

dan kemampuan awal tinggi berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

f. Kelompok Minat belajar matematika Model pembelajaran Peta konsep


dengan kemampuan awal Rendah

Berikut ini disajikan tabel hasil uji normalitas untuk Kelompok dengan

Model pembelajaran Peta konsep kelompok dengan Kemampuan awal tinggi

pada perhitungan spss 16..

Tabel 5,5 : Minat belajar matematika yang Diberi Model pembelajaran Peta
konsep kelompok dengan kemampuan awal Rendah

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


A1B2
N 17
a,b
Normal Parameters Mean 59,12
Std.
5,243
Deviation
Most Extreme Absolute ,080
Differences Positive ,080
Negative -,073
Test Statistic ,080
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
114

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp. Sig kelompok Model

pembelajaran Peta konsep dan kemampuan awal rendah (A1B2) adalah

0,200 dan hal ini menunjukan jika P-value (sig.)= 0,200 ≥ α (0,05), maka Ho

diterima, artinya nilai data pada kelompok Model pembelajaran Peta konsep

dan kemampuan awal rendah berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

g. Kelompok Minat belajar matematika Model pembelajaran Kooferatif type


STAD dengan kemampuan awal Tinggi

Berikut ini disajikan tabel hasil uji normalitas untuk Kelompok dengan

Model pembelajaran Kooferatif type STAD dengan kemampuan awal

rendah perhitungan spss 16..

Tabel 5,6 : Minat belajar matematika yang diajar dengan Model


pembelajaran Kooferatif type STAD dan kemampuan awal Tinggi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


A2B1
N 17
a,b
Normal Parameters Mean 59,53
Std.
4,418
Deviation
Most Extreme Absolute ,124
Differences Positive ,083
Negative -,124
Test Statistic ,124
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
115

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp. Sig kelompok Model

pembelajaran Kooferatif type STAD dan kemampuan awal tinggi (A2B1)

adalah 0,178 dan hal ini menunjukan jika P-value (sig.)= 0,178 ≥ α (0,05),

maka Ho diterima, artinya nilai data pada kelompok Model pembelajaran

Kooferatif type STAD dan kemampuan awal tinggi berasal dari populasi

yang berdistribusi normal.

h. Kelompok Minat belajar matematika yang diajar dengan model


pembelajaran Kooferatif type STAD dengan kemampuan awal Rendah

Berikut ini disajikan tabel hasil uji normalitas untuk Kelompok dengan

Model pembelajaran Kooferatif type STAD dengan kemampuan awal

rendah pada perhitungan spss 22..

Tabel 5,7 : Minat belajar matematika yang diajar dengan Model


pembelajaran Kooferatif type STAD dengan kemampuan awal
Rendah

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


A2B2
N 17
a,b
Normal Parameters Mean 61,41
Std.
4,169
Deviation
Most Extreme Absolute ,162
Differences Positive ,162
Negative -,100
Test Statistic ,162
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
116

Berdasarkan tabel di atas, nilai Asymp. Sig kelompok Model

pembelajaran Kooferatif type STAD dan kemampuan awal rendah (A2B2)

adalah 0,200 dan hal ini menunjukan jika P-value (sig.)= 0,200 ≥ α (0,05),

maka Ho diterima, artinya nilai data pada kelompok Model pembelajaran

Kooferatif type STAD dan kemampuan awal rendah berasal dari populasi

yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Selain uji normalitas, salah satu syarat yang diperlukan dalam menganalisis

data dengan menggunkan ANAVA adalah uji homogenitas. Adapaun tujuan uji

homogenitas adala untuk mengetahui apakah varians populasi bersifat homogen atau

tidak

Pengujian homogenitas pada data kelompok sampel dilakukan dengan uji

bartlet pada taraf signifikan α = 5%. Adapaun ringkasan hasil perhitungan uji

homogenitas masing-masing kelompok sampel diberikan pada tabel

a. Uji Homogenitas Kelompok Model pembelajaran (A)

Tabel 5.8 Uji homogenitas Model pembelajaran

Levene's Test of Equality of Error


Variancesa
Dependent Variable: Minat_Belajar
F df1 df2 Sig.
2,997 1 66 ,088
Tests the null hypothesis that the error
variance of the dependent variable is
equal across groups.
117

Ringkasan hasil perhitungan uji homogenitas pada tabel 5.8 untuk kelompok

di atas menunjukkan nilai probabilitas sig= 0,088. Karena nilai probabilitas

sig=0,088 > 0,05, maka hipotesis nol diterima. Dengan kata lain bahwa sampel

berasal dari populasi yang memiliki varians homogen.

b. Uji Homogenitas Kelompok Kemampuan awal (B)

Tabel 5.9 Uji homogenitas Kemampuan awal

Levene's Test of Equality of Error


Variancesa
Dependent Variable: Minat_Belajar
F df1 df2 Sig.
2,548 1 66 ,115
Tests the null hypothesis that the error
variance of the dependent variable is
equal across groups.
a. Design: Intercept + Kemampuan_Awal

Ringkasan hasil perhitungan uji homogenitas pada tabel 5.9 untuk kelompok

di atas menunjukkan nilai probabilitas sig= 0,115. Karena nilai probabilitas

sig=0,115 > 0,05, maka hipotesis nol diterima. Dengan kata lain bahwa sampel

berasal dari populasi yang memiliki varians homogen.


118

c. Uji Homogenitas Semua Kelompok Model pembelajaran Peta konsep dan


kemampuan awal Tinggi (A1B1), Model pembelajaran Peta konsep dan
kemampuan awal Rendah (A1B2),Model pembelajaran Kooferatif type STAD
dan kemampuan awal Tinggi (A2B1), Model pembelajaran Kooferatif type STAD
dan kemampuan awal rendah (A2B2)

Tabel 6.0 Uji homogenitas

Levene's Test of Equality of Error


Variancesa
Dependent Variable: Minat_Belajar
F df1 df2 Sig.
1,237 3 64 ,304
Tests the null hypothesis that the error
variance of the dependent variable is
equal across groups.
a. Design: Intercept +
Model_Pembelajaran +
Kemampuan_Awal +
Model_Pembelajaran *
Kemampuan_Awal

Ringkasan hasil perhitungan uji homogenitas pada tabel 6,0 untuk semua

kelompok di atas menunjukkan nilai probabilitas sig= 0,304. Karena nilai

probabilitas sig=0,304 > 0,05, maka hipotesis nol diterima atau keempat varians

adalah sama. Dengan kata lain bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki

varians homogen.
119

C. Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian dianalisis menggunkan ANOVA dua factor

untuk mengetahui pengaruh dan interaksi antar kelompok. Analisis ANOVA ini

menggunkan SPSS 16. Berikut ini adalah tabel ANOVA

Tabel 6.1 Tabel Anova

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: Minat_Belajar
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 600,985a 3 200,348 9,079 ,000
Intercept 258547,779 1 258547,779 11716,927 ,000
Model_Pembelajaran 96,485 1 96,485 4,373 ,040
Kemampuan_Awal 134,721 1 134,721 6,015 ,017
Model_Pembelajaran *
371,779 1 371,779 16,848 ,000
Kemampuan_Awal
Error 1412,235 64 22,066
Total 260561,000 68
Corrected Total 2013,221 67
a. R Squared = ,299 (Adjusted R Squared = ,266)

Dari tabel 6.1 di atas, akan di uji tiga hipotesis sekaligus yaitu:

1. Pengaruh Model pembelajaran terhadap Minat belajar matematika Siswa

Untuk pengujian hipotesis pengaruh minat belajar matematika siswa yang

menggunkan Model pembelajaran peta konsep dan kooferatif type STAD pada

pelajaran matematika menggunkan bantuan SPSS versi 22. Dari perhitungan di atas

didapakan nilai sig =0,040 < 0,05 atau F hitung= 4,373 > F tabel = 3,15. Ini memiliki
120

makna bahwa penggunaan Model pembelajaran memiliki pengaruh terhadap minat

belajar matematika.

2. Pengaruh Kemampuan awal terhadap Minat Belajar Matematika Siswa

Untuk pengujian hipotesis pengaruh kemampuan awal siswa terhadap minat

belajar matematika menggunkan bantuan SPSS versi 22. Dari perhitungan di atas

didapakan nilai sig =0,017 < 0,05 atau F htng= 6,015 >F tabel = 3,15. Ini memiliki

makna bahwa kemampuan awal memiliki pengaruh terhadap minat belajar

matematika siswa.

3. Pengaruh Interaktif antara Model pembelajaran dan Kemampuan awal

terhadap Minat Belajar Matematika Siswa

Untuk pengujian hipotesis pengaruh interaktif Model pembelajaran dengan

kemampuan awal siswa terhadap minat belajar matematika siswa menggunkan

bantuan SPSS versi 22. Dari perhitungan di atas didapakan nilai sig =0,000 > 0,05

atau F htng= 16,848 > F tabel = 3,15. Ini memiliki makna bahwa Model pembelajaran

dan kemampuan awal memiliki interaktif yang signifikan terhadap minat belajar

matematika.

4. Pengujian uji lanjut

Sebagai dampak dari adanya pengaruh interaktif antara Model pembelajaran

dan kemampuan awal siswa terhadap minat belajar matematika maka dilakukan uji

lanjut dengan menggunakan uji tukey.


121

Tabel 6.2
Ringkasan Hasil Uji Tukey

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Minat_Belajar
95% Confidence
(I) Mean Interval
Interakti (J) Difference Std. Lower Upper
f Interaktif (I-J) Error Sig. Bound Bound
*
Tukey A1B1 A1B2 7,47 1,611 ,000 3,22 11,72
HSD A2B1 7,06 *
1,611 ,000 2,81 11,31
*
A2B2 5,18 1,611 ,011 ,93 9,43
*
A1B2 A1B1 -7,47 1,611 ,000 -11,72 -3,22
A2B1 -,41 1,611 ,994 -4,66 3,84
A2B2 -2,29 1,611 ,489 -6,54 1,96
*
A2B1 A1B1 -7,06 1,611 ,000 -11,31 -2,81
A1B2 ,41 1,611 ,994 -3,84 4,66
A2B2 -1,88 1,611 ,649 -6,13 2,37
*
A2B2 A1B1 -5,18 1,611 ,011 -9,43 -,93
A1B2 2,29 1,611 ,489 -1,96 6,54
A2B1 1,88 1,611 ,649 -2,37 6,13
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 22,066.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.

Dari tabel 6.2 uji tukey di atas dapat di jelaskan bahwa:

a. Perbedaan Minat belajar matematika antara Model pembelajaran Peta konsep

dan kemampuan awal tinggi (A1B1)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan minat belajar matematika yang di

ajar dengan Model pembelajaran Peta konsep dan kemampuan awal Tinggi

lebih tinggi dibandingkan dengan Model pembelajaran Peta konsep dan


122

kemampuan awal Rendah dan Mediapembelajaran Kooferatif type STAD dan

kemampuan awal Tinggi dan rendah dengan nilai sig< 0,05.

b. Perbedaan Minat belajar matematika antara Model pembelajaran Peta

konsep dan kemampuan awal Rendah (A1B2)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan Model pembelajaran Peta

konsep dan kemampuan awal rendah tidak terdapat perbedaan minat belajar

matematika dengan Model pembelajaran Kooferatif type STAD dan

kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah dengan nilai sig >

0,05.

c. Perbedaan Minat belajar matematika antara Model pembelajaran Kooferatif

type STAD kelompok dan kemampuan awal tinggi (A2B1)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan Model pembelajaran Kooferatif

type STAD dan kemampuan awal Tinggi tidak terdapat perbedaan minat

belajar matematika Model pembelajaran Peta konsep dan kemampuan awal

rendah dengan Model pembelajaran Kooferatif type STAD dan kemampuan

awal rendah dengan nilai sig > 0,05.

d. Perbedaan Minat belajar matematika antara Model pembelajaran Kooferatif

type STAD dan kemampuan awal rendah (A2B2).

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan Model pembelajaran

Kooferatif type STAD dan kemampuan awal rendah terdapat perbedaan


123

minat belajar matematika dengan Model pembelajaran Peta konsep dan

kemampuan awal tinggi dengan sig < 0,05 dan tidak terdapat perbedaan

Model pembelajaran Peta konsep dan kemampuan awal rendah dan Model

pembelajaran kooferatif type STAD dan kemampuan awal tinggi karena nilai

sig > 0,05.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minat belajar

matematika siswa dalam pelajaran bila ditinjau dari Model pembelajaran , Model

pembelajaran Peta konsep kelompok dan tingkat kemampuan awal

1. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Pembelajaran terhadap Minat

Belajar Matematika Siswa.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok penggunaan Model

pembelajaran antara Model pembelajaran peta konsep dan kooferatif type STAD

diperoleh Fhitung= 4,373 > Ftabel= 3,15. Dengan demikian hipotesis pertama teruji

kebenarannya secara signifikan dan dapat diterima. Sehingga dapat disimpulkan

terdapat perbedaan yang signifikan penggunaan Model pembelajaran Peta konsep

dengan Kooferatif type STAD terhadap minat belajar matematika . Rata-rata minat

belajar matematika yang di ajar dengan menggunkan model pembelajaran Peta

konsep lebih tinggi daripada yang di ajar dengan menggunkan Model pembelajaran

Kooferatif type STAD.

Berdasarkan pendapat Posner dan Rudnitsky dalam Nur (2001b: 36) bahwa

peta konsep yang mirip dengan peta jalan ini membuat siswa mampu
124

menghubungkan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan

hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga menghubungkan

antara konsep-konsep itu

Model pembelajaran peta konsep (mind mapping) memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berbuat secara aktif dan kreatif mencari jawaban atas masalah-

masalah yang dihadapi dan menarik kesimpulan sendiri melalui proses alamiah,

kritis, logis, dan sistematis. Dengan kata lain siswa diberi kesempatan untuk belajar

mengembangkan potensinya dalam jalinan kegiatan atau yang dipelajarinya sendiri

untuk menyusun sesuatu. Cara ini akan lebih mendorong siswa untuk meningkatkan

penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas. siswa diberi kesempatan untuk

mengembangkan kreativitas berpikirnya baik secara individu maupun kelompok,

sehingga siswa akan lebih bersemangat yang pada akhirnya akan meningkatkan

prestasi atau hasil belajarnya.

Model pembelajaran peta konsep (mind mapping) mempunyai ciri-ciri

diantaranya : 1) Sangat membantu kita dalam mengingat catatan atau konsep yang

kita buat dengan sesuatu hal yang sudah kita dapatkan tapi membutuhkan waktu

untuk di mengerti. 2) Jika memberi atau menerima penjelasan arah lebih suka

memakai peta atau gambar. 3) Aktivitasnya kreatif : menulis, menggambar, dan

merancang. 4) Mempunyai ingatan visual yang bagus disaat kita meninggalkan

sesuatu hal dalam beberapa hari. 5) Menarik perhatian orang dalam proses

pembelajaran. 6) Mempersingkat waktu dalam membuat suatu catatan.. Dari keenam


125

ciri-ciri Model pembelajaran peta konsep (mind mapping) tersebut, maka peranan

kreativitas belajar yang tinggi dari siswa akan sangat menentukan keberhasilan siswa

dalam belajar.

Pembelajaran peta konsep (mind mapping) merupakan bagian inti dari

kegiatan pembelajaran berbasis konstruktivisme. Membangun pemahaman mereka

sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal. Pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat

fakta-fakta, tetapi hasil dari penemuan sendiri.

Model pembelajaran peta konsep (mind mapping) dirancang untuk mengajak

siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat.

Guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk belajar secara aktif Kaitannya dengan belajar mengajar Richard Schuman

menyatakan model pembelajaran peta konsep (mind mapping) merupakan cara

mengajar yang dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa siswa memiliki

kemampuan untuk percaya diri sendiri dengan cara berpikir dan belajar sendiri

sehingga mampu menemukan jawaban dan analisisnya sendiri. Sebagaimana

diungkapkan oleh Jerome Bruner, Bruner menganggap bahwa belajar penemuan

sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan

sendirinya memberi hasil yang paling baik.


126

2. Pengaruh Kemampuan Awal terhadap Minat Belajar Matematika Siswa

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa motivai belajar antara kemampuan

awal tinggi dan rendah diperoleh Fhitung= 6,015 > Ftabel= 3,15. Dengan demikian

hipotesis kedua teruji kebenarannya secara signifikan dan dapat diterima. Sehingga

dapat disimpulkan terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan kemampuan awal

tinggi dan rendah terhadap minat belajar matematika. Rata-rata minat belajar

matematika dengan kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada yang kemampuan

awal rendah.

Berdasarkan pendapat Uno (2011:58) menerangkan bahwa kemampuan awal

memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebermaknaan pengajaran, yang

membawa dampak dalam memudahkan proses-proses internal yang berlangsung

dalam diri siswa ketika belajar. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi akan

memudahkan dirinya dalam proses-proses internal yang berlangsung ketika belajar.

Kemampuan awal terhadap minat belajar belajar untuk keberhasilan belajar

siswa, juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Selain dari faktor siswa itu ada

juga faktor dari luar yaitu cara mengajar guru. Ini biasanya untuk menumbuhkan

minat siswa yang tidak aktif, yang tidak memiliki tekad dalam dirinya sendiri untuk

menjadi orang yang berhasil atau tidak memiliki motivasi untuk belajar. Disini peran

guru sangat penting, guru dapat memberikan dorongan untuk menumbuhkan minat

belajar siswa dengan cara mengajar yang menyenangkan, dan memberikan motivasi

atau dorongan dengan arahan-arahan motivasi yang dapat menumbuhkan minat

belajar pada diri siswa


127

3. Pengaruh Interaktif Penggunaan Model Pembelajaran dan Kemampuan

Awal terhadap Minat Belajar Matematika Siswa

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok penggunaan Model

pembelajaran dan motivasi belajar diperoleh F hitung= 16,848 > Ftabel= 3,15. Dengan

demikian hipotesis ketiga teruji kebenarannya secara signifikan dan diterima.

Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh interaktif penggunaan Model

pembelajaran dan kemampuan awal yang signifikan terhadap minat belajar

matematika siswa.

Penerapan model pembelajaraan Peta Konsep (Concept Mapping) pada kegiatan

pembelajaran Matematika menuntut keterlibatan siswa secara aktif dan lebih berperan

dalam pembelajaran baik sikap maupun mentalnya. Selain itu juga memberi

kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk dapat memahami konsep materi

pelajaran Matematika sampai dengan tahap analisis dan model pemecahan

masalahnya. Minat dari siswa akan sangat menunjang dalam melakukan kegiatan-

kegiatan pembelajaran, sehingga dengan kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki

siswa akan berusaha menyelidiki sampai menemukan jawaban dari apa yang belum

diketahuinya. Model pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) dalam

pembelajaran Matematika memiliki kecenderungan lebih cocok bagi siswa yang

memiliki minat, karena siswa akan tertantang atau tertarik untuk menemukan ide-ide

baru. Keberhasilan dalam menemukan konsep baru merupakan kebanggaan bagi

siswa sehingga lambat laun keberhasilan belajar Matematika siswa akan meningkat
128

Pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran Peta

Konsep (Concept Mapping) siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif

mereka sendiri maupun dalam kelompoknya. Guru mendorong siswa untuk memiliki

pengalaman belajar yang bersifat penemuan yang memungkinkan siswa dapat

memperoleh informasi dan keterampilan baru dari pelajaran sebelumnya. Belajar

dengan penyelidikan konsep-konsep berdasarkan data yang diperoleh membutuhkan

kreativitas yang tinggi dari para siswanya untuk meningkatkan hasil belajar dalam

mata pelajaran Matematika. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua siswa dalam

satu kelompok mempunyai kreativitas dan kemampuan yang sama, sehingga siswa

yang mempunyai minat yang rendah akan cenderung menghambat perkembangan

belajar anggota kelompok yang lain.

Berdasarkan uraian diatas, diduga bahwa: (a) Siswa yang mempunyai kreativitas

belajar tinggi dalam kegiatan pembelajaran Matematika dengan menerapkan model

pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) akan mempunyai hasil belajar lebih

baik jika dibandingkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan minat belajar terhadap hasil belajar Matematika (b) Siswa yang mempunyai

minat belajar kegiatan pembelajaran Matematika dengan menggunakan model

pembelajaran Peta konsep (Concept Mapping) akan mempunyai prestasi yang lebih

baik dibandingkan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

kreativitas rendah terhadap prestasi belajar Matematika. (c) Siswa yang mempunyai

minat dalam kegiatan pembelajaran Matematika dengan menggunakan model

pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) akan mempunyai interaksi yang lebih
129

baik dibandingkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada siswa dengan minat rendah terhadap hasil belajar Matematika.

Anda mungkin juga menyukai