Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK SEHAT DENGAN IMUNISASI DASAR

OLEH :
I WAYAN PRAYOGI KASTAMA PUTRA
P07120018002
KELAS 3.1

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN IMUNISASI DASAR

A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013).
Imun adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan
mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka serangan kuman tertentu. Jadi
imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara
memasukkan vaksin kedalam tubuh. (Depkes RI, 2000).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan antigen yang berupa virus
atau bakteri ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan
yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui
mulut seperti vaksin Polio.
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal
terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan
imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi,
mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor
yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri
anak.
B. Jenis-Jenis Imunisasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013,
berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi
imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.
1. Imunisasi wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular
tertentu. Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal sebagaimana ditetapkan
dalam pedoman penyelenggaraan imunisasi. Imunisasi wajib terdiri atas:
a. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
secara terus menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi
dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi
sebelum berusia 1 (satu) tahun. Jenis imunisasi dasar yaitu:
a) Bacillus Calmette Guerin (BCG)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC
yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC
yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh
lapangan paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG berfungsi untuk
mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan
oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis
complex. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan. Menurut Nufareni (2003),
Imunisasi BCG tidak mencegah infeksi TB tetapi mengurangi risiko
TB berat seperti meningitis TB atau TB miliar. Frekuensi pemberian
imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian imunisasi BCG
pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada
bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG
melalui intradermal. Efek samping
pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
limfadenitis regional dan reaksi panas. Untuk pemberian kekebalan
aktif terhadap tuberculosis.Cara pemberian dan dosis imunisasi BCG
:
1) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat-alat suntik steril
dan menggunakan cairan pelarut (NacL 0,9 %) sebanyak 4 cc
2) Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali
3) Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan atas pada
insersio musculus deltoideus
4) Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam dan Vaksin akan
rusak bila terkena sinar matahari langsung. Botol kemasan,
biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap untuk
menghindari cahaya karena cahaya atau panas dapat merusak
vaksin BCG sedangkan pembekuan tidak merusak vaksin BCG.
Vaksin BCG di buat dalam vial, di mana kemasannya ada 1 cc dan
2 cc.
5) Kontra indikasi : Uji Tuberculin > 5 mm, Sedang menderita HIV,
Gizi buruk, Demam tinggi, Infeksi kulit luas, dan Pernah
menderita TBC
6) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam.
Setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya akan timbul indurasi
dan kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah menjadi
pustula dan akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak perlu
pengobatan dan akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan
jaringan parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe
di ketiak atau pada leher yang terasa padat dan tidak sakit serta
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan tidak
memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya.
b) Diphtheria Pertusis Tetanus (DPT)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT ini
merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang
telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT
adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ – organ tubuh membuat zat anti, kedua dan
ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi
DPT antara umur 2 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara
pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular. Cara pemberian
imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular. Cara
memberiakn vaksin ini, sebagai berikut:
1) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan
seluruh kaki telanjang
2) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
3) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
4) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
5) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga
masuk ke dalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan
secara pelan-pelan.
Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat,
efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat
penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat
kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
enchefalopati, dan syok.
c) Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk
cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu
pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0 – 11 bulan. Cara
pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular. Cara
Pemberian dan Dosis imunisasi hepatitis B :
1) Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar
suspense menjadi homogeny
2) Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya pada
anterolateral paha.
3) Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x
4) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya
dengan interval waktu minimal 4 minggu.
5) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi
berat disertai kejang, masih diizinkan untuk pasien batuk/pilek.
6) Efek Samping
(1) Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakkan disekitar tempat bekas penyuntikan.
(2) Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak
enak pada saluran cerna
(3) Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2
hari.
d) Polio
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
1) Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung

virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

2) Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin

hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau

cairan.

Frekuensi pemberian imunisasi Polio adalah 4 kali. Waktu

pemberian imunisasi Polio antara umur 0 – 11 bulan dengan interval

4 minggu. Cara pemberian imunisasi Polio melalui oral.


Cara pemberian dan dosis imunisasi polio :

a) Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes di bawah lidah langsung


dari botol tanpa menyentuh mulut bayi. Diberikan 4 x dengan
interval waktu minimal 4 minggu
b) Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)
yang baru.
c) Kontraindikasi
(1) Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek
yang berbahaya yang timbul akibat pemberian Polio pada anak
yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya sedang
menderita diare atau muntah, demam tinggi >38,5˚C, maka
dosis ulangan dapat di berikan setelah sembuh.
(2) Pasien yang mendapat imunosupresan
d) Efek samping
Pada umumnya tidak ada efek samping. Tetapi ada hal yang
perlu diperhatikan setelah imunisasi polio yaitu setelah anak
mendapatkan imunisasi polio maka pada tinja si anak akan
terdapat virus polio selama 6 minggu sejak pemberian imunisasi.
Karena itu, untuk mereka yang berhubungan dengan bayi yang
baru saja diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan
mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.

e) Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat
menular. Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus morbilli yang
menular melalui droplet. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya
kemerahan yang mulai timbul pada bagian telinga, dahi dan menjalar
kewajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu
disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari,
kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan
tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan
apabila sembuh , kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi
campak diberikan pada anak usia 9 bulan sebanyak satu kali dengan
rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur
akan hilang sampai usia 9 bulan. Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9
– 11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak melalui subkutan
kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat
suntikan dan panas.

2. Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa
perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan pada :
a) anak usia bawah tiga tahun (Batita)
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia bawah tiga
tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B
(DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-
Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
b) anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Jenis imunisasi lanjutan
yang diberikan pada anak usia sekolah dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan
Tetanus diphteria (Td).
c) wanita usia subur
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur
berupa Tetanus Toxoid (TT).
3. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada
periode waktu tertentu. Pemberian imunisasi tambahan tidak
menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.
4. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang
dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu
pada situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju
negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis
imunisasi khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis
Meningokokus, imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies
(VAR).
5. Imunisasi pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu. Jenis imunisasi pilihan
dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe b (Hib),
Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella,
Demam Tifoid, Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV), dan
Japanese Encephalitis.
a) Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Vaksin MMR bertujuan untuk mencegah Measles (campak),
Mumps (gondongan) dan Rubella merupakan vaksin kering yang

mengandung virus hidup, harus disimpan pada suhu 2–80C atau


lebih dingin dan terlindung dari cahaya. Vaksin harus digunakan
dalam waktu 1 (satu) jam setelah dicampur dengan pelarutnya,
tetap sejuk dan terhindar dari cahaya, karena setelah dicampur
vaksin sangat tidak stabil dan cepat kehilangan potensinya pada
temperatur kamar. Vaksin MMR harus diberikan sekalipun ada
riwayat infeksi campak, gondongan dan rubella atau sudah
mendapatkan imunisasi campak; anak dengan penyakit kronis
seperti kistik fibrosis, kelainan jantung bawaan, kelainan ginjal
bawaan, gagal tumbuh, sindrom Down; anak berusia ≥ 1 tahun day
care yang centre, berada family day di care dan playgroups; dan
anak yang tinggal di lembaga cacat mental.

Kontra Indikasi:
1) Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau dengan
gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan dengan
imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis
tinggi (ekuivalen dengan 2 mg/kgBB/hari prednisolon)
2) Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau
tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap
gelatin atau neomisin
3) Pemberian MMR harus ditunda pada anak dengan demam akut,
sampai penyakit ini sembuh
4) Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG
dan vaksin virus hidup) dalam waktu 4 minggu. Pada keadaan
ini imunisasi MMR ditunda lebih kurang 1 bulan setelah
imunisasi yang terakhir. Individu dengan tuberkulin positif akan
menjadi negatif setelah pemberian vaksin
5) Wanita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi MMR
(karena komponen rubela) dan dianjurkan untuk tidak hamil
selama 3 bulan setelah mendapat suntikan MMR.
6) Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin atau transfusi darah yang
mengandung imunoglobulin (whole blood, plasma). Dengan
alasan yang sama imunoglobulin tidak boleh diberikan dalam
waktu 2 minggu setelah vaksinasi.
7) Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV).
Sebenarnya HIV bukan kontra indikasi, tetapi pada kasus
tertentu, dianjurkan untuk meminta petunjuk pada dokter
spesialis anak (konsultan).
Dosis: Dosis tunggal 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau
subkutan dalam.
Jadwal:
1) Diberikan pada usia 12–18 bulan.
2) Pada populasi dengan insidens penyakit campak dini yang
tinggi, imunisasi MMR dapat diberikan pada usia 9 (sembilan)
bulan.

b) Imunisasi Thypus Abdominalis


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit thypus abdominalis, dalam persediaannya,
khususnya di Indonesia terdapat 3 jenis vaksin thypus
abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang
dilemahkan (vivotif, berna), dan antigen kapsular Vi
Polysaccharide (Typhimvi, Pasteur meriux). Pada vaksin kuman
yang dimatikan, dapat diberikan untuk bayi 6 – 12 bulan adalah
0,1 mL, 1 – 2 tahun 0,2 mL, dan 2 – 12 tahun adalah 0,5 mL, pada
imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4
minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Pada vaksin
kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul
enteric coated sebelum makan pada hari 1, 2, 5, pada anak diatas
usia 6 tahun dan pada antigen kapsular diberikan pada usia diatas
2 tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun.
c) Imunisasi Varicella
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella
merupakan virus hidup varicella zoster strain OK yang
dilemahkan. Vaksin diberikan mulai umur masuk sekolah (5
tahun) Pada anak ≥ 13 tahun vaksin di anjurkan dua kali selang 4
minggu. Pada keadaan terjadi kontak dengan kasus varisela,
untuk pencegahan vaksin dapat diberikan dalam waktu 72 jam
setelah penularan (dengan persyaratan: kontak dipisah/tidak
berhubungan).
Kontra Indikasi:
1) Demam tinggi
2) Hitung limfosit kurang dari 1200/µl atau adanya bukti
defisiensi imun selular seperti selama pengobatan induksi
penyakit keganasan atau fase radioterapi
3) Pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi
kortikosteroid (2 mg/kgBB per hari atau lebih)
4) Alergi neomisin
Dosis dan Jadwal: Dosis 0,5 ml suntikan secara subkutan,
dosis tunggal

d) Imunisasi Hepatitis A
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis A.
Rekomendasi:
1) Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A (VHA).
2) Anak usia ≥ 2 tahun, didaerah terutama endemis. Pada anak usia
> 2 tahun antibodi maternal sudah menghilang. Di lain pihak,
kehidupan sosialnya semakin luas dan semakin tinggi pula
paparan terhadap makanan dan minuman yang tercemar.
3) Pasien Penyakit Hati Kronis, berisiko tinggi hepatitis
fulminan bila tertular VHA.
4) Kelompok lain: pengunjung ke daerah endemis; penyaji
makanan; anak usia 2–3 tahun di Tempat Penitipan Anak
(TPA); staf TPA; staf dan penghuni institusi untuk cacat
mental; pria homoseksual dengan pasangan ganda; pasien
koagulopati; pekerja dengan primata bukan manusia; staf
bangsal neonatologi.
Kontra Indikasi:
Vaksin VHA tidak boleh diberikan kepada individu yang
mengalami reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama
Dosis dan Jadwal:
1) Dosis vaksin bervariasi tergantung produk dan usia resipien
2) Vaksin diberikan 2 kali, suntikan kedua atau booster
bervariasi antara 6 sampai 18 bulan setelah dosis pertama,
tergantung produk
3) Vaksin diberikan pada usia ≥ 2 tahun

e) Vaksin Tifoid
Vaksin tifoid oral dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non
patogen yang telah dilemahkan, menimbulkan respon imun
sekretorik IgA, mempunyai reaksi samping yang lebih rendah
dibandingkan vaksin parenteral. Kemasan dalam bentuk kapsul.

Penyimpanan pada suhu 2 – 80C. Vaksin tifoid oral diberikan


untuk anak usia ≥ 6 tah
Kontra Indikasi:
1) Vaksin Tifoid Oral
(1) Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan
antibiotik, sulfonamid atau antimalaria yang aktif
terhadap Salmonella.
(2) Pemberian vaksin polio oral sebaiknya ditunda dua
minggu setelah pemberian terakhir dari vaksin tifoid oral
(karena vaksin ini juga menimbulkan respon yang kuat
dari interferon mukosa)
2) Vaksin tifoid polisakarida parenteral
(1) Alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin.
(2) Pada saat demam, penyakit akut maupun penyakit kronik
progresif.
Dosis dan Jadwal:
1) Vaksin tifoid oral
a) Satu kapsul vaksin dimakan tiap hari, satu jam sebelum

makan dengan minuman yang tidak lebih dari 370C,


pada hari ke 1, 3 dan 5.
b) Kapsul ke 4 diberikan pada hari ke 7 terutama bagi turis.
c) Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh dibuka karena
kuman dapat mati oleh asam lambung.
d) Imunisasi ulangan diberikan tiap 5 tahun. Namun pada
individu yang terus terekspose dengan infeksi
Salmonella sebaiknya diberikan 3–4 kapsul tiap
beberapa tahun.
e) Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun
telah mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk
memilih makanan dan minuman yang higienis.
2) Vaksin tifoid polisakarida parenteral
a) Dosis 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau
subkutan pada daerah deltoid atau paha
b) Imunisasi ulangan tiap 3 tahun
c) Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun
telah mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk
memilih makanan dan minuman yang higienis
f) Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin Hib adalah vaksin
polisakarida konyugasi dalam bentuk liquid, yang dapat
diberikan tersendiri atau dikombinasikan dengan vaksin DPaT
(tetravalent) atau DpaT/HB (pentavalent) atau DpaT/HB/IPV
(heksavalent).
Kontra Indikasi: Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi
berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk
antibodi
Dosis dan Jadwal:
1) Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan, diberikan
sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan.
2) Dosis ulangan umumnya diberikan 1 tahun setelah suntikan
terakhir.
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan
anak dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam
keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara
sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh
tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses
mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan
nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan
makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman yang
masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan
tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari system humoral
dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang
mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral akan menghasilkan zat
yang disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan
seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam pertahanan spesifik
selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel memori, sel ini akan
berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk ke dalam
tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan proses
tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan
terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel
memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara
cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam
kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli
sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari
tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imonogenitas antigen.
2. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses
infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat
bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan
untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

C. Cara Pemberiaan Imunisasi


Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk
pemberian imunisasi. Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013)
Jenis Dosis Cara Pemberian Tempat
Vaksin
Hepatitis B 0,5 ml Intra Muskuler Paha
BCG 0,05 ml Intra Kutan Lengan kanan atas
Polio 2 tetes Oral Mulut
DPT-HB-Hib 0,5 ml Intra Muskuler Paha untuk bayi
Lengan kanan
untuk batita
Campak 0,5 ml Sub Kutan Lengan kiri atas
DT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
TT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas

Jarak minimal antar dua pemberian imunisasi yang sama adalah 4 (empat)
minggu. Tidak ada batas maksimal antar dua pemberian imunisasi.
D. Waktu Pemberiaan Imunisasi
Waktu Yang Tepat Untuk Pemberiaan Imunisasi Dasar (Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013)
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun

Umur Jenis Imunisasi


18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar

Sasaran Imunisasi Waktu


Pelaksanaan

Kelas 1 SD Campak Agustus


DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

E. Rantai Dingin (Cold Chain)


Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan
baik, atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan
pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin diluar temperature yang dianjurkan
maka akan mengurangi potensi kekebalannya.
Dibawah ini potensi vaksin dalam temperature :

Vaksin 2 – 8Oc 35 – 37o C

DT 3 – 7 tahun 6 minggu

Pertusis 18 – 24 bulan Dibawah 50% dalam 1 minggu

BCG
- Kristal 1 tahun Dibawah 20% dalam 3 – 14 hari

- Cair Dipakai dalam 1 kali Dipakai dalam 1 kali kerja


kerja

Campak
2 tahun
- Kristal 1 minggu
Dipakai dalam 1 kali
- Cair Dipakai dalam 1 kali kerja
kerja

Polio 6 – 12 bulan 1 – 3 hari

F. Pemberian Imunisasi
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut :
1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.
a) Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit,
b) Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat
sebelumnya,
c) Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum
menerima imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis
imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya.
3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi
sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak
harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang
imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan pada anak. Gali
pemahaman orang tua tentang imunisasi anak. Gunakan pertanyaan terbuka
untuk mendapatkan informasi seluas luasnya tentang pemahaman orang tua
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan anak melalui
pencegahan penyakit dengan imunisasi supaya dapat memberikan
pemahaman yang tepat. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang
tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu:
a) Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
b) Perubahan pada system imun yang tidak dapat memberi vaksin virus
hidup.
c) Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti
sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin
d) Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya
seperti pertusis.
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


LABORATORIUM KEPERAWATAN

PEMBERIAN IMUNISASI BCG


Pengertian Vaksin yang diberikan kepada bayi di bawah 1 tahun yang
bertujuan untuk melindungi bayi dari penyakit tuberculosis
Tujuan Sebagai acuan untuk mahasiswa dalam penerapan langkah-langkah
pemberian imunisasi BCG
Kebijakan 1. Bayi pada kondisi batuk pilek ringan boleh diberikan imunisasi
2. Diberikan pada bayi usia 0-3 bulan
3. Jika usia lebih dari 3 bulan, maka dilakukan uji tuberculin, jika
uji tuberculin negative diberikan, jika positif tidak diberikan
4. Bila keluarga menolak, imunisasi tidak diberikan
Persiapan Alat dan 1. Baki atau trolly injeksi
Bahan 2. Spuit BCG/spuit 1 cc = 1 buah
3. Spuit 5 cc = 1 buah
4. Kapas air steril dalam tempatnya
5. Gergaji ampul = 1 buah
6. Cairan pelarut vaksin BCG
7. Vaksn BCG dalam termos es
8. Bak injeksi steril = buah
9. Bengkok = 1 buah
Prosedur Pra Interaksi
1. Mempelajari Buku KIA atau kartu imunisasi
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Menyiapkan pasien
Orientasi
1. Memberi salam
2. Mengidentifikasi pasien
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan tujuan tindakan pada keluarga
5. Menjelaskan prosedur tindakan pada keluarga
6. Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya sebelum
kegiatan dimulai
Kerja
7. Mencuci tangan
8. Mendekatkan alat pada pasien
9. Posisi bayi…..??
10. Melakukan penyuntikan vaksin BCG secara intracutan….
11. Mengambil spuit 5 cc dan melarutkan vaksin BCG
12. Mengambil vaksin dalam spuit BCG/1 cc sebanyak 0,05 cc
13. Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian (
lengan kanan atas)
14. Mengusap bagian yang akan disuntik dengan kapas air hangat
15. Meregangkan tempat yang akan disuntik dengan tangan kiri
16. Menyuntik secara intracutan
17. Bekas suntikan tidak boleh digosok atau ditekan
18. Mencuci tangan
Terminasi
19. Merapikan pasien
20. Menjelaskan kepada orang tua kemungkinan munculnya
reaksi ikutan pasca imunisasi (munculnya ulcus, demam)
21. Menyepakati kontrak selanjutnya
Post interaksi
22. Mengelola alat dan bahan
23. Mencuci tangan
24. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan(
jam,tanggal, cara dan jenis imunisasi yang diberikan, nama
terang petugas yang melakukan tindakan) pada Buku KIA
atau kartu imunisasi
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
I. DENTITAS
a. Anak
Nama :
Tanggal lahir/umur :
Jenis kelamin :

II. GENOGRAM
III. ALASAN DIRAWAT
1. Keluhan Utama
Apakah terdapat masalah kesehatan anak baik secara fisik maupun psikis
yang memerlukan perawatan karena akan berpengaruh terhadap
kelangsungan imunisasi yang akan dilakukan.
2. Riwayat Penyakit
Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular dan
menurun.
IV. RIWAYAT KELAINAN
Apakah riwayat kelahirannya terjadi secara Spontan atau ada masalah dalam
proses kelahirannya dan Lahiran dibantu oleh tenaga medis profesi apa.
V. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
a. Pada umur berapa anak bisa merangkak, berdiri dan berjalan.
b. Apakah ada masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak tersebut
seperti kelainan down syndrome, cacat fisik dan autis.
VI. RIWAYAT IMUNISASI
Apakah imunisasi yang harus didapatkan pada anak sudah lengkap atau belum.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
b. Pengkajian Head to toe.
c. Pengkajian Antropometri
d. Pola Makan dan minum
VIII. HASIL OBSERVASI
1. Interaksi anak dengan orang tua
2. Bentuk/arah kemunikasi
3. Ambivalensi/kontradiksi prilaku
4. Rasa aman anak
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan imunisasi pada
anak meliputi:

1. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan ditandai dengan Mengekspresikan


keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahannya dan tidak
ditemukan adanya gejala masalah kesehatan atau penyakit yang tidak terduga.
2. Defisit Pengetahuan tentang Imunisasi anak berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan
perilaku yang tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
masalah, menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
C. INTERVENSI

No Diagnosa
Tujuan Intervensi
Rasional
Keperawatan
1 Kesiapan Setelah diberikan asuhan Manajemen Imunisasi/Vaksinasi Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
Peningkatan keperawatan selama …x.. jam maka, 1. Identifikasi riwayat kesehatan dan 1. Mengetahui riwayat kesehatan
Manajemen Perilaku Kesehatan membaik dengan riwayat alergi pasien
Kesehatan ditandai kriteria hasil: 2. Identifikasi kontraindikasi 2. Mengetahui kontraindikasi saat
dengan 1. Penerimaan terhadap perubahan pemberian imunisasi dilakukan imunisasi
Mengekspresikan status kesehatan menigkat 3. Identifikasi status imunisasi setiap 3. Mengetahui imunisasi apa saja yang
keinginan untuk 2. Kemampuan melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan didapatkan sebelumnya
mengelola masalah tindakan pencegahan masalah 4. Lakukan tindakan injeksi 4. Melakukan tindakan imunisasi
kesehatan dan kesehatan meningkat imunisasi vaksin BCG dalam untuk mencegah penyakit tertentu
pencegahannya dan 3. Kemampuan peningkatan spuite dengan ukuran jarum 5. Agar pemberian vaksin dapat
tidak ditemukan kesehatan menigkat pendek dan halus dengan dosis dilakukan sesuai jadwal yang tepat
adanya gejala 4. Pencapaian pengendalian 0,05 cc pada lengan kanan atas, 6. Agar keluarga pasien mengetahui
masalah kesehatan kesehatan meningkat disuntikan kedalam lapisan kulit imunisasi yang wajib diberikan
atau penyakit yang dengan pelan (intrakutan)
tidak terduga. 5. Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu tertentu
6. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
2 Defisit Pengetahuan Setelah diberikan asuhan keperawatan Edukasi kesehatan Edukasi Kesehatan
tentang Imunisasi selama ...x... menit diharapkan 1. Identifikasi faktor-faktor yang 1. Membantu agar pengetahuan tentang
anak berhubungan Tingkat pengetahuan keluarga dapat meningkatkan dan imunisasinya meningkat
dengan kurang meningkat dengan kriteria hasil : menurunkan motivasi perilaku 2. Agar masalah kesehatan yang dimiliki
terpapar informasi 1. Perilaku sesuai anjuran terhadap imunisasi dapat terpecahkan
ditandai dengan mengenai imunisasi meningkat 2. Berikan kesempatan untuk 3. Agar keluarga pasien mengetahui efek
menanyakan masalah 2. Kemampuan menjelaskan bertanya mengenai imunisasi samping dari pemberian vaksin
yang dihadapi, pengetahuan tentang imunisasi 3. Jelaskan efek samping setelah tersebut
menunjukkan meningkat pemberian vaksin 4. Mengetahui penanganan yang
perilaku yang tidak 3. Persepsi yang tidak keliru 4. Ajarkan keluarga mengenai dilakukan bila muncul efek samping
sesuai anjuran, terhadap imunisasi meningkat penanganan bila muncul efek setelah dilakukan imunisasi
menunjukkan Menjalani pemeriksaan yang samping setelah diberikan
persepsi yang keliru tepat meningkat imunisasi (Kompres dengan air di
terhadap masalah, tempat bekan suntikan)
menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Handbook of Nursing Diagnosis) Edisi
10. Jakarta : EGC.

Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Operasional Pelayanan Imunisasi.


Jakarta.

Ranuh dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : EGC. Supartini, Yupi. 2004.

Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Tim Porja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil

keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Tim Porja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan tindak

keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Tim Porja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil

keperawatan. Jakarta: DPP PPNI


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT
PADA BY.B DENGAN IMUNISASI BCG

Politeknik Kesehatan Denpasar Form.JKP.01.11.2019


Jurusan Keperawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PEDIATRI
RAWAT JALAN

Nama : By. B
Tgl Lahir : 18 Agustus 2020 (1 bulan) L/P
RM :
PENGKAJIAN
2 0 1 2 0 2

IDENTITAS PASIEN
Kewarganegaraan : ( V) WNI,. ( ) WNA :
Agama : ( V) Hindu, ( ) Islam, ( ) Protestan, ( ) Katolik, ( ) Budha, ( )
Lainnya : Pcndidikan : ( V) BelumSekolah, ( ) Paud, ( ) TK, ( ) SD, ( ) SMP
Genogram:

RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama: Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluham apa-apa dan ia mengatakan ingin memberikan
imunisasi BCG pada bayinya sesuai jadwal yang ditetapkan sebelumnya
Diagnosa medis saat ini : -
Riwayat keluhan/penyakit saat ini: Tidak ada keluhan

Riwayat Penyakit terdahulu : Ibu mengatakan bayinya tidak memiliki riwayat penyakit apapun
Riwayat penyakit terdahulu :
a. Riwayat MRS sebelumnya : (V) Tidak ( ) Ya, Lamanya : . hr, alasan :
b. Riwayat dioperasi :(V) Tidak ( ) Ya, jelaskan
c. Riwayat Kelainan Bawaan : ( V) Tidak ( ) Ya, jelaskan :
d. Riwayat Alergi : ( V) Tidak ( ) Ya, jelaskan

RIWAYAT KELAINAN
Riwayat kelahiran : (V ) Spontan, ( ) Forcep, ( ) Vacum, ( ) Sectio Caesarea,
Lahir dibantu oleh : ( ) Dukun, ()Bidan, (V) Dokter
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Merangkak :- berdiri:- berjalan: -
Masalah pertumbuhan dan perkembangan (V ) tidak ya( ): ( )down syndrome ( ) Cacat Fisik ( ) autis
( ) Hiperaktif ( ) lain lain, jelaskan : ………..
RIWAYAT IMUNISASI
( ) BCG ( V) Hepatitis B I ( ) DPT I ( ) Campak
( ) polio I ( ) Hepatitis B II ( ) DPT II ( ) MMR
( ) polio II ( ) Hepatitis B III ( ) DPT III ( ) HIB
( ) Polio III ( ) Varileca ( ) Typus ( ) Influenza
KEADAAN UMUM
Kesadaran: (V) Compos mentis, ( ) apatis ( ) somnulen ( ) soporocoma ( ) coma
Tanda Tanda Vital; Suhu:36,5 ◦C, Pernafasan: 35x/menit, Nadi:120 x/menit, Tekanan Darah : -

SKALA NYERI: FLACC untuk usia 1 bulan s/d 3 tahun


WBS (Skala Wajah untuk usia >3tahun s/d 7 tahun atau pasien yang tidak kooperatif
NRS (Skala Angka) untuk usia > 7 tahun

SKALA FLACC
Penilaian Deskrtpsi Skor Wong Backer Scale (WBS) dan Numeric Rating Scale (NRS)
F (Wajáh) Tidak ada ekspresi khusus, senyum 0
Menyeringai, mengerutkan dahi, tampak tidak 0
tertarik
Dagu gemetar, gigi gemertak (seringj 0
L (Kaki) Normal, rileks 0
Gelisah, tegang 0
Menendang, käki tertekuk 0
A (Aktivitas) Berbaring tenang, posisi normal, gerakan 0
mudah Nyeri : ( )Tidak ( )Ya Skala FLACC/WBS/NRS
Menggeliat, tidak bisa diam, tegang 0 Lokasi Nyeri :......................................................... .... ....
Kaku, kejang 0 Frekuensi Nyeri : ( )jarang ( )Hilang timbul
C (Menangis) Tidak menangis 0 ( )Terus-menerus
Merintih, merengek, kadang mengeluh 0 Lama Nyeri : :

Terus menangis, berteriak, sering mengeluh 0 Menjalar : ( )Tidak ( )Ya, ke :


C (Consolability Rileks 0
Kualitas Nyeri : ( )Tumpul ( )Tajam ( )Panas/terbakar ( )Lain-lain
Dapatditenangkan dengan sentuhan, pelukan 0
dan bujukan :
Sulitdibujuk 0 Faktor pemicu/yang memperberat : -
Total Skor 0 Faktor yang mengurangi/menghilangkan nyeri :

Skor : 0 = Tidak Nyeri 1-3 = Nyeri Ringan


4-6 = Nyeri Sedang
PEMERIKSAAN FISIK 7-10 = Nyeri Berat

Kepala: ( V) Normosefali ( ) Mikrosefali ( ) hidrosefali


Warna Rambut : Hitam
Mata: Konjungtiva : ( ) Merah Muda ( ) Pucat sclera: (V ) Normal ( ) icterus lain lain…….
Telinga : Kelainan : ( V)Tidak ( ) Ya, jelaskan :
Leher : Bentuk : (V)Normal Kelainan : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan :…………
Dada : Bentuk : (V )Simetris Kelainan : ( )Tidak ( )Ya, jelaskan :…………….
Irama Nafas : (V)Regular ( )Irregular
Suara Nafas :(V )Normal ( )Wheezing : ( )Tidak ( )Ya Batuk : ( )Tidak ( )Ya
Sekret : ( V)Tidak ( )Ada, Warna/Jumlah /
Abdomen : Kembung: (V ) Tidak ( ) Ya Bising Usus : ( ) Normal ( ) abnormal, Jelaskan : …..
Ekstremitas : Akral : (V )Hangat ( ) Dingin, Pergerakan :( V)Aktif ( )Pasif, Kekuatan Otot : (V )Kuat ( )
Lemah Kelainan : ( )Tidak ( ) Ya, jelaskan :
Kulit : Warna :(V )Normal, ( ) lkterus, ( ) Sianosis, Membran Mukosa :(V )lembab, ( )Kering, ( )Stomatitis
Hematome : (V )Tidak, ( )Ya Luka ; ( )Tidak, ( ) Ya, jelaskan :
Masalah integritas kulit: ( V)Tidak ( )Ya, jelaskan :
Anus dan Genetalia : Kelainan/masalah : ( V)Tidak ( )Ya, jelaskan :
DATA BIOLOGIS
Pernafasan : Kesulitan Nafas : (V ) tidak, ( ) ya: memakai O2 .......... lt/menit dengan : ( )nasal canule, ( )sungkup/masker
Biasa ( ) masker nonrebreathing ( ) head box
Makan dan Minum :
Bayi
ASI/PASI : ASI ekslusif sampai umur 6 bulan
Makanan pendamping ASI : -
Makanan cair (air buah/sari buah) diberi umur-
Bubur susu diberi umur -
Nasi tim saring diberi umur -
Nasi tim diberi umur -
Makanan tambahan lainnya - diberi umur -
Pola makan - (berapa kali sehari/selang-seling ASI).
Nafsu makan : (V )Baik, ( )Tidak, Jenis Makanan : ( ) Bubur, ( )Nasi, ( )Susu Formula jumlah ........../hari
Kesulitan makan : (V )Tidak, ()Ya, Kebiasaan makan : ( )Mandiri, ( ) Dibantu, ( )Ketergantungan
Keluhan : Mual : ( V)Tidak, ( )Ya Muntah : ( V)Tidak, ( )Ya, Warna/Volume/ml
Antropometri
BB = 5,3 kg TB =57 cm Lingkar kepala = 38,5 cm Lingkar dada = 36 cm Lingkar lengan = 13,4 cm
Eliminasi : Bak : (V )Normal, ( )Tidak, Masalah perkemihan : (V )Tidak ada, ( )Ada : ( )Retensi urine, ( )Inkontinensia
urine, ( )Dialysis
Warna urine : (V)Kuning jernih, ( JKeruh, QKemerahan, Frekuensi : 6-7 x/hari
Bab : (V)Normal, ( )Tidak, Masalah defekasi : (V )Tidak ada, ( )Ada : ()stoma, ( )athresia ani, ( )konstipasi,
()diare Warna feses : ( )Kuning, ( JKecoklatan, QKehitaman, Perdarahan : ( V)Tidak, ( )Ya, Frekuensi :/hari

IstirahatTidur : Lama tidur 14 jam/hari Kesulitan Tidur : ( V) tidak, Ya ( )


Tidur siang : ( )Tidak, ( V)Ya
Mobilisasi: (V )Normal/mandiri, ( )Dibantu, ( )Menggunakan Kursi roda, Lain-lain …….
DATA PSIKOLOGI
Anak Kandung: (V) Ya ( ) Tidak Kekerasan Fisik : (V )Tidak pernah ( )Pernah, :jelaskan
Pola Komunikasi : (V)Spontan ( )Lambat ( ) Pemalu ……. Penelantaran fisik/mental : ( ) Pernah (V) Tidak
Sekolah : (V)Tidak, ( )Ya : ( )TK ( )SD ( )SMP Perawatan anak dibantu oleh : (V)Orang tua ( )Wali ( )
Penurunan prestasi sekolah : ( )Tidak, ( )Ya Pengasuh

B. PEMERIKSAAN FISIK (Head to Toe)


Bayi B tampak sehat dan tidak ada keluhan apa-apa.
Masalah Keperawatan (Berdasarkan Prioritas)
1.Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
2. Defisit pengetahuan

Perawat Pengkaji,

( I Wayan Prayogi Kastama Putrra )


Form.JKP.07.01.2019

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN

Nama : By. B
Tanggal Lahir/Umur : 18 Agustus 2020 (1 bulan) L/P RENCANA ASUHAN
No RM : 201202 KEPERAWATAN
Jenis Kelamin : Laki-laki

Tgl. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Keperawatan Tanda


Tangan
22/09/ Kesiapan Peningkatan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen Imunisasi/Vaksinasi Prayogi
2020
Manajemen Kesehatan ditandai …x.. jam maka, Perilaku Kesehatan 1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat
dengan Mengekspresikan membaik dengan kriteria hasil: alergi
keinginan untuk mengelola 1. Penerimaan terhadap perubahan 2. Identifikasi kontraindikasi pemberian
masalah kesehatan dan status kesehatan menigkat imunisasi
pencegahannya dan tidak 2. Kemampuan melakukan tindakan 3. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan
ditemukan adanya gejala pencegahan masalah kesehatan ke pelayanan kesehatan
masalah kesehatan atau meningkat 4. Lakukan tindakan injeksi imunisasi vaksin
penyakit yang tidak terduga. 3. Kemampuan peningkatan kesehatan BCG dalam spuite dengan ukuran jarum
menigkat pendek dan halus dengan dosis 0,05 cc pada
4. Pencapaian pengendalian kesehatan lengan kanan atas, disuntikan kedalam lapisan
meningkat kulit dengan pelan (intrakutan)
5. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu
tertentu
6. Informasikan imunisasi yang diwajibkan
pemerintah
22/09/ Defisit Pengetahuan tentang Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Edukasi kesehatan Prayogi
2020
Imunisasi anak berhubungan ...x... menit diharapkan Tingkat 1. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
dengan kurang terpapar pengetahuan keluarga meningkat dengan meningkatkan dan menurunkan motivasi
informasi ditandai dengan kriteria hasil : perilaku terhadap imunisasi
menanyakan masalah yang 1. Perilaku sesuai anjuran mengenai 2. Berikan kesempatan untuk bertanya
dihadapi, menunjukkan imunisasi meningkat mengenai imunisasi
perilaku yang tidak sesuai 2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan 3. Jelaskan efek samping setelah pemberian
anjuran, menunjukkan persepsi tentang imunisasi meningkat vaksin
yang keliru terhadap masalah, 3. Persepsi yang tidak keliru terhadap 4. Ajarkan keluarga mengenai penanganan bila
menjalani pemeriksaan yang imunisasi meningkat muncul efek samping setelah diberikan
tidak tepat 4. Menjalani pemeriksaan yang tepat imunisasi (Kompres dengan air di tempat
meningkat bekas suntikan)
Form.JKP.06.01.2019

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN

Nama : By. B
Tanggal Lahir/Umur : 18 Agustus 2020 (1 bulan) IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No RM : 201202
Jenis Kelamin : Laki-laki

Tgl. Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf


22/09 09.00 Mengidentifikasi riwayat kesehatan dan Ds : Ibu pasien mengatakan Prayogi
/2020 riwayat alergi anaknya tidak memiliki riwayat
alergi terhadap apapun
Do: Tampak kooperatif
22/09 09.03 Mengidentifikasi kontraindikasi Ds: Ibu Pasien mengatakan tidak Prayogi
/2020 pemberian imunisasi pernah terjadi kontraindikasi
dalam pemberian imunisasi
sebelumnya
Do: Tampak kooperatif
22/09 09.05 Mengidentifikasi status imunisasi setiap Ds: Ibu Pasien mengatakan Prayogi
/2020 kunjungan ke pelayanan kesehatan anaknya sudah pernah imunisasi
Hepatitis B I
Do: Tampak kooperatif
22/09 09.17 Melakukan tindakan injeksi imunisasi Ds: Ibu pasien bersedia anaknya Prayogi
/2020 diimunisasi
vaksin BCG dalam spuite dengan ukuran
Do:Pasien tampak menangis
jarum pendek dan halus dengan dosis 0,05
cc pada lengan kanan atas, disuntikan
kedalam lapisan kulit dengan pelan
(intrakutan)
22/09 09. 12 Menjadwalkan imunisasi pada interval Ds: Ibu pasien mengatakan Prayogi
/2020 memahami jadawa yang diberikan
waktu tertentu
Do: Tampak kooperatif
22/09 09. 15 Menginformasikan imunisasi yang Ds: Ibu pasien memahami Prayogi
/2020 penjelasan yang diberikan
diwajibkan pemerintah
Do: Tampak kooperatif
22/09 09.17 Mengidentifikasi faktor-faktor yang Ds: Ibu pasien belum memahami Prayogi
/2020 mengenai manfaat imunisasi
dapat meningkatkan dan menurunkan
Do: tampak bingung
motivasi perilaku terhadap imunisasi
22/09 09. 20 Memberikan kesempatan untuk bertanya Ds: Ibu pasien menanyakan Prayogi
/2020 mengenai tujuan diberikan
mengenai imunisasi
imunisasi tepat waktu
Do: Tampak mengerti penjelasan
yang diberikan
22/09 09.25 Menjelaskan efek samping setelah Ds: Ibu pasien mengerti apa saja Prayogi
/2020 pemberian vaksin efek samping setelah pemberian
vaksin
Do: Tampak mengerti penjelasan
yang diberikan
22/09 09.30 Mengajarkan keluarga mengenai Ds: Ibu pasien mengatakan paham Prayogi
/2020 penanganan bila muncul efek samping dengan anjuran perawat
setelah diberikan imunisasi (Kompres Do: Tampak kooperatif
dengan air di tempat bekas suntikan)
Politeknik Kesehatan Denpasar Form. JKP.04.02.2019
Jurusan Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN
PASIEN RAWAT JALAN

Nama : By. B
Tgl Lahir : 18 Agustus 2020 (1 bulan) L/P
RM : 201202
2 0 1 2 0 2

Tanggal Jam Nama Profesi Catatan Perkembangan Ttd dan


Poliklinik (Subyektif, Obyektif, Assesment, Nama
Planning) Terang
22/09/ 09.30 Puskesmas Perawat S : Ibu By. B mengatakan menyetujui Prayogi
2020 Kuta Utara
tindakan imunisasi yang dilakukan.
Ibu mengatakan mengerti dan siap
untuk melakukan imunisasi bayinya
O:
1. Penerimaan terhadap perubahan
status kesehatan menigkat
2. Kemampuan melakukan
tindakan pencegahan masalah
kesehatan meningkat
3. Kemampuan peningkatan
kesehatan meningkat
4. Pencapaian pengendalian
kesehatan meningkat
A : Kesiapan peningkatan manajemen
kesehatan ( status imunisasi) teratasi
P : Memberitahu ibu By. B jadwal
imunisasi lanjutan untuk bayinya pada
usia 2 bulan untuk mendapatkan
imunisasi DPT-HBHib 1, Polio 2.
22/09/ 09.30 Puskesmas Perawat S: Ibu By. B mengatakan sudah Prayogi
2020 Kuta Utara
mengerti dengan penjelasan perawat
megenai tujuan imunisasi yang
diberikan secara tepat dan penanganan
yang dilakukan jika anak merasa nyeri
setelak vaksin
O:
1. Perilaku sesuai anjuran
mengenai imunisasi
meningkat
2. Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu
topic tentang imunisasi
meningkat
3. Persepsi yang tidak keliru
terhadap imunisasi
meningkat
4. Menjalani pemeriksaan yang
tepat meningkat
A: Defisit pengetahuan teratasi
P: Ingatkan ibu untuk mengompres
bekas suntikan pada lengan kanan bayi
jika timbul nyeri

Anda mungkin juga menyukai