19 Salinan 1.Lp Imunisasi Dasar
19 Salinan 1.Lp Imunisasi Dasar
OLEH :
I WAYAN PRAYOGI KASTAMA PUTRA
P07120018002
KELAS 3.1
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN IMUNISASI DASAR
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013).
Imun adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan
mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka serangan kuman tertentu. Jadi
imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara
memasukkan vaksin kedalam tubuh. (Depkes RI, 2000).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan antigen yang berupa virus
atau bakteri ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan
yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui
mulut seperti vaksin Polio.
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal
terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan
imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi,
mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor
yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri
anak.
B. Jenis-Jenis Imunisasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013,
berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi
imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.
1. Imunisasi wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular
tertentu. Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal sebagaimana ditetapkan
dalam pedoman penyelenggaraan imunisasi. Imunisasi wajib terdiri atas:
a. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
secara terus menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi
dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi
sebelum berusia 1 (satu) tahun. Jenis imunisasi dasar yaitu:
a) Bacillus Calmette Guerin (BCG)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC
yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC
yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh
lapangan paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG berfungsi untuk
mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan
oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis
complex. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan. Menurut Nufareni (2003),
Imunisasi BCG tidak mencegah infeksi TB tetapi mengurangi risiko
TB berat seperti meningitis TB atau TB miliar. Frekuensi pemberian
imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian imunisasi BCG
pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada
bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG
melalui intradermal. Efek samping
pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
limfadenitis regional dan reaksi panas. Untuk pemberian kekebalan
aktif terhadap tuberculosis.Cara pemberian dan dosis imunisasi BCG
:
1) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat-alat suntik steril
dan menggunakan cairan pelarut (NacL 0,9 %) sebanyak 4 cc
2) Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali
3) Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan atas pada
insersio musculus deltoideus
4) Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam dan Vaksin akan
rusak bila terkena sinar matahari langsung. Botol kemasan,
biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap untuk
menghindari cahaya karena cahaya atau panas dapat merusak
vaksin BCG sedangkan pembekuan tidak merusak vaksin BCG.
Vaksin BCG di buat dalam vial, di mana kemasannya ada 1 cc dan
2 cc.
5) Kontra indikasi : Uji Tuberculin > 5 mm, Sedang menderita HIV,
Gizi buruk, Demam tinggi, Infeksi kulit luas, dan Pernah
menderita TBC
6) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam.
Setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya akan timbul indurasi
dan kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah menjadi
pustula dan akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak perlu
pengobatan dan akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan
jaringan parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe
di ketiak atau pada leher yang terasa padat dan tidak sakit serta
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan tidak
memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya.
b) Diphtheria Pertusis Tetanus (DPT)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT ini
merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang
telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT
adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ – organ tubuh membuat zat anti, kedua dan
ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi
DPT antara umur 2 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara
pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular. Cara pemberian
imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular. Cara
memberiakn vaksin ini, sebagai berikut:
1) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan
seluruh kaki telanjang
2) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
3) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
4) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
5) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga
masuk ke dalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan
secara pelan-pelan.
Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat,
efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat
penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat
kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
enchefalopati, dan syok.
c) Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk
cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu
pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0 – 11 bulan. Cara
pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular. Cara
Pemberian dan Dosis imunisasi hepatitis B :
1) Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar
suspense menjadi homogeny
2) Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya pada
anterolateral paha.
3) Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x
4) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya
dengan interval waktu minimal 4 minggu.
5) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi
berat disertai kejang, masih diizinkan untuk pasien batuk/pilek.
6) Efek Samping
(1) Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakkan disekitar tempat bekas penyuntikan.
(2) Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak
enak pada saluran cerna
(3) Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2
hari.
d) Polio
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
1) Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung
hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau
cairan.
e) Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat
menular. Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus morbilli yang
menular melalui droplet. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya
kemerahan yang mulai timbul pada bagian telinga, dahi dan menjalar
kewajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu
disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari,
kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan
tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan
apabila sembuh , kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi
campak diberikan pada anak usia 9 bulan sebanyak satu kali dengan
rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur
akan hilang sampai usia 9 bulan. Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9
– 11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak melalui subkutan
kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat
suntikan dan panas.
2. Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa
perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan pada :
a) anak usia bawah tiga tahun (Batita)
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia bawah tiga
tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B
(DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-
Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
b) anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Jenis imunisasi lanjutan
yang diberikan pada anak usia sekolah dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan
Tetanus diphteria (Td).
c) wanita usia subur
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur
berupa Tetanus Toxoid (TT).
3. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada
periode waktu tertentu. Pemberian imunisasi tambahan tidak
menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.
4. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang
dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu
pada situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju
negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis
imunisasi khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis
Meningokokus, imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies
(VAR).
5. Imunisasi pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu. Jenis imunisasi pilihan
dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe b (Hib),
Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella,
Demam Tifoid, Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV), dan
Japanese Encephalitis.
a) Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Vaksin MMR bertujuan untuk mencegah Measles (campak),
Mumps (gondongan) dan Rubella merupakan vaksin kering yang
Kontra Indikasi:
1) Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau dengan
gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan dengan
imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis
tinggi (ekuivalen dengan 2 mg/kgBB/hari prednisolon)
2) Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau
tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap
gelatin atau neomisin
3) Pemberian MMR harus ditunda pada anak dengan demam akut,
sampai penyakit ini sembuh
4) Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG
dan vaksin virus hidup) dalam waktu 4 minggu. Pada keadaan
ini imunisasi MMR ditunda lebih kurang 1 bulan setelah
imunisasi yang terakhir. Individu dengan tuberkulin positif akan
menjadi negatif setelah pemberian vaksin
5) Wanita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi MMR
(karena komponen rubela) dan dianjurkan untuk tidak hamil
selama 3 bulan setelah mendapat suntikan MMR.
6) Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin atau transfusi darah yang
mengandung imunoglobulin (whole blood, plasma). Dengan
alasan yang sama imunoglobulin tidak boleh diberikan dalam
waktu 2 minggu setelah vaksinasi.
7) Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV).
Sebenarnya HIV bukan kontra indikasi, tetapi pada kasus
tertentu, dianjurkan untuk meminta petunjuk pada dokter
spesialis anak (konsultan).
Dosis: Dosis tunggal 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau
subkutan dalam.
Jadwal:
1) Diberikan pada usia 12–18 bulan.
2) Pada populasi dengan insidens penyakit campak dini yang
tinggi, imunisasi MMR dapat diberikan pada usia 9 (sembilan)
bulan.
d) Imunisasi Hepatitis A
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis A.
Rekomendasi:
1) Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A (VHA).
2) Anak usia ≥ 2 tahun, didaerah terutama endemis. Pada anak usia
> 2 tahun antibodi maternal sudah menghilang. Di lain pihak,
kehidupan sosialnya semakin luas dan semakin tinggi pula
paparan terhadap makanan dan minuman yang tercemar.
3) Pasien Penyakit Hati Kronis, berisiko tinggi hepatitis
fulminan bila tertular VHA.
4) Kelompok lain: pengunjung ke daerah endemis; penyaji
makanan; anak usia 2–3 tahun di Tempat Penitipan Anak
(TPA); staf TPA; staf dan penghuni institusi untuk cacat
mental; pria homoseksual dengan pasangan ganda; pasien
koagulopati; pekerja dengan primata bukan manusia; staf
bangsal neonatologi.
Kontra Indikasi:
Vaksin VHA tidak boleh diberikan kepada individu yang
mengalami reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama
Dosis dan Jadwal:
1) Dosis vaksin bervariasi tergantung produk dan usia resipien
2) Vaksin diberikan 2 kali, suntikan kedua atau booster
bervariasi antara 6 sampai 18 bulan setelah dosis pertama,
tergantung produk
3) Vaksin diberikan pada usia ≥ 2 tahun
e) Vaksin Tifoid
Vaksin tifoid oral dibuat dari kuman Salmonella typhi galur non
patogen yang telah dilemahkan, menimbulkan respon imun
sekretorik IgA, mempunyai reaksi samping yang lebih rendah
dibandingkan vaksin parenteral. Kemasan dalam bentuk kapsul.
Jarak minimal antar dua pemberian imunisasi yang sama adalah 4 (empat)
minggu. Tidak ada batas maksimal antar dua pemberian imunisasi.
D. Waktu Pemberiaan Imunisasi
Waktu Yang Tepat Untuk Pemberiaan Imunisasi Dasar (Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013)
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
DT 3 – 7 tahun 6 minggu
BCG
- Kristal 1 tahun Dibawah 20% dalam 3 – 14 hari
Campak
2 tahun
- Kristal 1 minggu
Dipakai dalam 1 kali
- Cair Dipakai dalam 1 kali kerja
kerja
F. Pemberian Imunisasi
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut :
1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.
a) Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit,
b) Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat
sebelumnya,
c) Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum
menerima imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis
imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya.
3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi
sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak
harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang
imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan pada anak. Gali
pemahaman orang tua tentang imunisasi anak. Gunakan pertanyaan terbuka
untuk mendapatkan informasi seluas luasnya tentang pemahaman orang tua
berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan anak melalui
pencegahan penyakit dengan imunisasi supaya dapat memberikan
pemahaman yang tepat. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang
tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu:
a) Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
b) Perubahan pada system imun yang tidak dapat memberi vaksin virus
hidup.
c) Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti
sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin
d) Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya
seperti pertusis.
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. DENTITAS
a. Anak
Nama :
Tanggal lahir/umur :
Jenis kelamin :
II. GENOGRAM
III. ALASAN DIRAWAT
1. Keluhan Utama
Apakah terdapat masalah kesehatan anak baik secara fisik maupun psikis
yang memerlukan perawatan karena akan berpengaruh terhadap
kelangsungan imunisasi yang akan dilakukan.
2. Riwayat Penyakit
Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular dan
menurun.
IV. RIWAYAT KELAINAN
Apakah riwayat kelahirannya terjadi secara Spontan atau ada masalah dalam
proses kelahirannya dan Lahiran dibantu oleh tenaga medis profesi apa.
V. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
a. Pada umur berapa anak bisa merangkak, berdiri dan berjalan.
b. Apakah ada masalah pertumbuhan dan perkembangan pada anak tersebut
seperti kelainan down syndrome, cacat fisik dan autis.
VI. RIWAYAT IMUNISASI
Apakah imunisasi yang harus didapatkan pada anak sudah lengkap atau belum.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
b. Pengkajian Head to toe.
c. Pengkajian Antropometri
d. Pola Makan dan minum
VIII. HASIL OBSERVASI
1. Interaksi anak dengan orang tua
2. Bentuk/arah kemunikasi
3. Ambivalensi/kontradiksi prilaku
4. Rasa aman anak
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan imunisasi pada
anak meliputi:
No Diagnosa
Tujuan Intervensi
Rasional
Keperawatan
1 Kesiapan Setelah diberikan asuhan Manajemen Imunisasi/Vaksinasi Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
Peningkatan keperawatan selama …x.. jam maka, 1. Identifikasi riwayat kesehatan dan 1. Mengetahui riwayat kesehatan
Manajemen Perilaku Kesehatan membaik dengan riwayat alergi pasien
Kesehatan ditandai kriteria hasil: 2. Identifikasi kontraindikasi 2. Mengetahui kontraindikasi saat
dengan 1. Penerimaan terhadap perubahan pemberian imunisasi dilakukan imunisasi
Mengekspresikan status kesehatan menigkat 3. Identifikasi status imunisasi setiap 3. Mengetahui imunisasi apa saja yang
keinginan untuk 2. Kemampuan melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan didapatkan sebelumnya
mengelola masalah tindakan pencegahan masalah 4. Lakukan tindakan injeksi 4. Melakukan tindakan imunisasi
kesehatan dan kesehatan meningkat imunisasi vaksin BCG dalam untuk mencegah penyakit tertentu
pencegahannya dan 3. Kemampuan peningkatan spuite dengan ukuran jarum 5. Agar pemberian vaksin dapat
tidak ditemukan kesehatan menigkat pendek dan halus dengan dosis dilakukan sesuai jadwal yang tepat
adanya gejala 4. Pencapaian pengendalian 0,05 cc pada lengan kanan atas, 6. Agar keluarga pasien mengetahui
masalah kesehatan kesehatan meningkat disuntikan kedalam lapisan kulit imunisasi yang wajib diberikan
atau penyakit yang dengan pelan (intrakutan)
tidak terduga. 5. Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu tertentu
6. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
2 Defisit Pengetahuan Setelah diberikan asuhan keperawatan Edukasi kesehatan Edukasi Kesehatan
tentang Imunisasi selama ...x... menit diharapkan 1. Identifikasi faktor-faktor yang 1. Membantu agar pengetahuan tentang
anak berhubungan Tingkat pengetahuan keluarga dapat meningkatkan dan imunisasinya meningkat
dengan kurang meningkat dengan kriteria hasil : menurunkan motivasi perilaku 2. Agar masalah kesehatan yang dimiliki
terpapar informasi 1. Perilaku sesuai anjuran terhadap imunisasi dapat terpecahkan
ditandai dengan mengenai imunisasi meningkat 2. Berikan kesempatan untuk 3. Agar keluarga pasien mengetahui efek
menanyakan masalah 2. Kemampuan menjelaskan bertanya mengenai imunisasi samping dari pemberian vaksin
yang dihadapi, pengetahuan tentang imunisasi 3. Jelaskan efek samping setelah tersebut
menunjukkan meningkat pemberian vaksin 4. Mengetahui penanganan yang
perilaku yang tidak 3. Persepsi yang tidak keliru 4. Ajarkan keluarga mengenai dilakukan bila muncul efek samping
sesuai anjuran, terhadap imunisasi meningkat penanganan bila muncul efek setelah dilakukan imunisasi
menunjukkan Menjalani pemeriksaan yang samping setelah diberikan
persepsi yang keliru tepat meningkat imunisasi (Kompres dengan air di
terhadap masalah, tempat bekan suntikan)
menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Handbook of Nursing Diagnosis) Edisi
10. Jakarta : EGC.
Ranuh dkk. 2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : EGC. Supartini, Yupi. 2004.
Tim Porja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil
Tim Porja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan tindak
Tim Porja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil
Nama : By. B
Tgl Lahir : 18 Agustus 2020 (1 bulan) L/P
RM :
PENGKAJIAN
2 0 1 2 0 2
IDENTITAS PASIEN
Kewarganegaraan : ( V) WNI,. ( ) WNA :
Agama : ( V) Hindu, ( ) Islam, ( ) Protestan, ( ) Katolik, ( ) Budha, ( )
Lainnya : Pcndidikan : ( V) BelumSekolah, ( ) Paud, ( ) TK, ( ) SD, ( ) SMP
Genogram:
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama: Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluham apa-apa dan ia mengatakan ingin memberikan
imunisasi BCG pada bayinya sesuai jadwal yang ditetapkan sebelumnya
Diagnosa medis saat ini : -
Riwayat keluhan/penyakit saat ini: Tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit terdahulu : Ibu mengatakan bayinya tidak memiliki riwayat penyakit apapun
Riwayat penyakit terdahulu :
a. Riwayat MRS sebelumnya : (V) Tidak ( ) Ya, Lamanya : . hr, alasan :
b. Riwayat dioperasi :(V) Tidak ( ) Ya, jelaskan
c. Riwayat Kelainan Bawaan : ( V) Tidak ( ) Ya, jelaskan :
d. Riwayat Alergi : ( V) Tidak ( ) Ya, jelaskan
RIWAYAT KELAINAN
Riwayat kelahiran : (V ) Spontan, ( ) Forcep, ( ) Vacum, ( ) Sectio Caesarea,
Lahir dibantu oleh : ( ) Dukun, ()Bidan, (V) Dokter
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Merangkak :- berdiri:- berjalan: -
Masalah pertumbuhan dan perkembangan (V ) tidak ya( ): ( )down syndrome ( ) Cacat Fisik ( ) autis
( ) Hiperaktif ( ) lain lain, jelaskan : ………..
RIWAYAT IMUNISASI
( ) BCG ( V) Hepatitis B I ( ) DPT I ( ) Campak
( ) polio I ( ) Hepatitis B II ( ) DPT II ( ) MMR
( ) polio II ( ) Hepatitis B III ( ) DPT III ( ) HIB
( ) Polio III ( ) Varileca ( ) Typus ( ) Influenza
KEADAAN UMUM
Kesadaran: (V) Compos mentis, ( ) apatis ( ) somnulen ( ) soporocoma ( ) coma
Tanda Tanda Vital; Suhu:36,5 ◦C, Pernafasan: 35x/menit, Nadi:120 x/menit, Tekanan Darah : -
SKALA FLACC
Penilaian Deskrtpsi Skor Wong Backer Scale (WBS) dan Numeric Rating Scale (NRS)
F (Wajáh) Tidak ada ekspresi khusus, senyum 0
Menyeringai, mengerutkan dahi, tampak tidak 0
tertarik
Dagu gemetar, gigi gemertak (seringj 0
L (Kaki) Normal, rileks 0
Gelisah, tegang 0
Menendang, käki tertekuk 0
A (Aktivitas) Berbaring tenang, posisi normal, gerakan 0
mudah Nyeri : ( )Tidak ( )Ya Skala FLACC/WBS/NRS
Menggeliat, tidak bisa diam, tegang 0 Lokasi Nyeri :......................................................... .... ....
Kaku, kejang 0 Frekuensi Nyeri : ( )jarang ( )Hilang timbul
C (Menangis) Tidak menangis 0 ( )Terus-menerus
Merintih, merengek, kadang mengeluh 0 Lama Nyeri : :
Perawat Pengkaji,
Nama : By. B
Tanggal Lahir/Umur : 18 Agustus 2020 (1 bulan) L/P RENCANA ASUHAN
No RM : 201202 KEPERAWATAN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama : By. B
Tanggal Lahir/Umur : 18 Agustus 2020 (1 bulan) IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No RM : 201202
Jenis Kelamin : Laki-laki
CATATAN PERKEMBANGAN
PASIEN RAWAT JALAN
Nama : By. B
Tgl Lahir : 18 Agustus 2020 (1 bulan) L/P
RM : 201202
2 0 1 2 0 2