Tanda Dan Gejala
Tanda Dan Gejala
Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental. Dokter psikiatrik harus
belajar untuk menguasai observasi yang teliti dan penjelasan yang mengungkapkan, dan
belajar keterampilan yang termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa di dalam psikiatri
termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku dan
emosional.Tanda(sign)adalah temuan objektif yang diobservasi oleh dokter (sebagai contoh:
afek yang terbatas dan retardasi psikomotor); gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif
yang digambarkan oleh pasien (sebagai contoh: mood yang tertekan dan berkurangnya
tenaga). Suatu sindrom adalah kelompok tanda dan gejala yang terjadi bersama-sama
sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang spesifik dibandingkan
gangguan atau penyakit yang jelas.Dalam kenyataannya,sebagian besar kondisi psikiatrik
adalah sindrom. Menjadi ahli dalam mengenali tanda dan gejala spesifik memungkinkan
dokter dapat mengerti dalam berkomunikasi dengan dokter lain, membuat diagnosis secara
akurat, menangani pengobatan dengan berhasil, memperkirakan prognosis dengan dapat
dipercaya, dan menggali masalah psikopatologi,penyebab, dan psikodinamika secara
menyeluruh.
Garis besar yang diberikan berikut ini mem-berikan suatu daftar menyeluruh tentang tanda
dan gejala, masing-masing dengan definisi atau gambaran yang tepat. Sebagian besar tanda
dan gejala psikiatrik mempunyai akar dalam perilaku normal dan mewakili berbagai titik dalam
spek-trum perilaku dari normal sampai patologis.
1. Kesadaran:tingkat kesadaran
Apersepsi: persepsi yang dimodifikasi oleh emosi dan pikiran diri seseorang.Sensorium:
keadaan fungsi kognitif tentang perasaan khusus (sering kali digunakan sebagai sinonim
kesa-daran). Gangguan kesadaran paling sering ber-hubungan dengan asal patologis.
A.Gangguan Kesadaran
4. Delirium: kebingungan, gelisah, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan rasa
takut dan halusinasi
6. Koma vigil: koma di mana pasien tampak tertidur tetapi segera dapat dibangunkan
(juga dikenal sebagai mutisme akinetik)
8. Keadaan seperti mimpi (dreamlike state): sering kali digunakan secara sinonim
dengan kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor
9. Somnolensi: mengantuk yang abnormal yang paling sering ditemukan pada proses
organik.
B.Gangguan Atensi (perhatian): atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk
memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk mempertahankan
perhatian pada satu aktivitas; kemampuan untuk berkonsentrasi
3. Hipervigilensi: atensi dan pemusatan yang berlebihan pada semua stimuli internal dan
eksternal,biasanya sekunder dari keadaan delusional atau paranoid
4. Keadaan tak sadarkan diri (trance): atensi yang terpusat dan Kesadaran yang berubah,
biasa-nya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman religius yang luar biasa
C. Gangguan Sugestibilitas: kepatuhan dan respons yang tidak kritis terhadap gagasan
atau pengaruh
1. Folie a deux (atau folie a trois): penyakit emosional yang berhubungan antara dua (atau
tiga) orang
2. Hipnosis: modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang ditandai dengan
peningkatan sugestibilitas
II. Emosi: suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik, dan perilaku
yang berhubungan dengan afek dan mood
A. Afek: Ekspresi emosi yang terlihat; mungkin tidak konsisten dengan emosi yang
dikatakan pasien
1. Afek yang sesuai (appropriate ajject): Kondisi dimana irama emosional adalah
harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai; digambarkan
lebih lanjut sebagai afek yang luas atau penuh, dimana rentang emosional yang
lengkap diekspresikan secara sesuai
3. Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh
penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan ke luar
5. Afek yang datar (Flat affect): tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda ekspresi
afek; suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak
6. Afek yang labil(labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba, yang
tidak berhubungan dengan stimuli eksternal
B. Mood: suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara subjektif
dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain; contohnya adalah depresi,
elasi, kemarahan
2. Mood eutimik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood yang
tertekan atau melambung
4. Mood yang iritabel (irritable mood): dengan mudah diganggu atau dibuat marah
5. Pergeseran mood (mood yang labil): osilasi antara euforia dan depresi atau
kecemasan
6. Mood yang meninggi (elevated mood): suasana keyakinan dan Kesenangan; suatu
mood yang lebih ceria dari biasanya
10. Anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua aktivitas rutin dan
menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi
11. Dukacita atau berkabung: kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
2. Kecemasan yang mengambang bebas free floating anxiety): rasa takut yang meresap dan
tidak terpusatkan yang tidak berhubungan dengan suatu gagasan
3. Ketakutan: kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara sadar dan
realistis
6. Panik : serangan kecemasan yang akut,episodik,dan kuat yang disertai dengan perasaan
ketakutan yang melanda dan pelepasan otonomik
7. Apati : irama emosi yang tumpul yang disertai dengan pelepasan (detachment) atau
ketidakacuhan
11. Rasa bersalah:emosi sekunder karena mels-kukan sesuatu yang dianggap salah
b. Pertengahan: kesulitan tidur sepanjang malam tanpa terbangun dan kesulitan kembali
tidur
5. Variasi diumal: mood yang secara teratur terburuk pada pagi hari,segera setelah ter-
bangun,dan membaik dengan semekim siang-nya hari
6. Peururun libido : penununun minat,dorongan dan daya seksual (peningkatan libido sering
disertai keadaan mamik)
2. Katatonia: kelainan motorik dalam gangguan normorgarnik (sebagai lawan dari gangguan
kesadaran dan aktivitas motorik sekunder dan patologi organik)
a. Katalepsi: istilah umum untak suatu posisi yang tidak bengerak yang dipertahan-kan terus-
menerus
b. Luapan katatonik : aktivitas motorik yang teragitasi, tidak bertujuan, dan tidak dipengaruhi
oleh stimuli eksternal
c. Stupor katatonik: penurunan aktvitas motorik yang nyata, sering kali sampai titik imobilitas
den tampaknya tidnk menyadari sekeliling
d. Rigiditas Katatonik penerimaan postur yang kaku yang disadari,menantang usa-ha untuk
digerakkan
e. Posturing katatonik penerimaan postur yang tidak sesuai atau kaku yang disadari
biasanyaa dipertahankan dalem waktu yang lama.
f. Cerea flexibility (fleksibilitas lilin) seseorang dapet diatur dalam suatu posisi yang kemudian
dipertahankannya; jika pemeriksa menggerakkan anggota tubuh pasien,anggota tubuh terasa
seakan-akan terbuat dari lilin
4. Katapleksi:hilangnya tonus otot dan kele mahan secara sementara yang dicetuskan oleh
berbagai keadaan emosional
5. Stereotipik: pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang.
10. Overaktivitas :
a. agitasi psikomotor : overaktivitas motorik dan kognitif yang berlebihan, biasanya tidak
produktif dan sebagai respons dari ketegangan dalam
f. kompulsi : impuls yang tidak terkontrol untuk melakukan suatu tindakan secara
berulang
i.dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol
ii.kleptomania : kompulsi untuk mencuri
iii.nimfomania : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada
seorang wanita
iv.satiriasis : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada
seorang laki-laki
v.trikotilomania : kompulsi untuk mencabut rambut
vi.ritual : aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat, menurunkan
kecemasan yang orisinal
11. Hipoaktivitas (hipokinesis) : penurunan aktivitas motorik dan kognitif, seperti pada
retardasi psikomotor; perlambatan pikiran, bicara, dan pergerakan yang dapat terlihat
13. Agresi : tindakan yang kuat dan diarahkan tujuan yang mungkin verbal atau fisik;
bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan, atau permusuhan
14. Memerankan (acting out) : ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang
tidak disadari dalam bentuk gerakan; fantasi yang tidak disadari dihidupkan secara impulsif
dalam perilaku
15. Abulia : penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir, disertai dengan ketidakacuhan
tentang akibat tindakan; disertai dengan defisit neurologis
IV. Berpikir : aliran gagasan, simbol, dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh
suatu masalah atau suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan;
jika terjadi urutan yang logis, berpikir adalah normal; parapraksis (tergelincir dari logis yang
termotivasi secara tidak disadari juga disebut pelesetan menurut Freud) dianggap sebagai
bagian dari berpikir yang normal.
1. Gangguan mental : sindrom perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis,
disertai dengan penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya suatu respons yang
diperkirakan dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang
dan masyarakat.
3. Tes realitas : pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri
4. Gangguan pikiran normal : gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran; berpikir
ditandai dengan kekenduran asosiasi, neologisme, dan konstruksi yang tidak logis, proses
berpikir mengalami gangguan, dan orang didefinisikan sebagai psikotik
5. Berpikir tidak logis : berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal;
hal ini adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh nilai kultural atau defisit
intelektual
6. Dereisme : aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman
7. Berpikir autistik : preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi; istilah digunakan agak sama
dengan dereisme
8. Berpikir magis : suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir adalah serupa dengan fase
praoperasional pada masa anak-anak (Jean Piaget), dimana pikiran, kata-kata, atau tindakan
mempunyai kekuatan (sebagai contoh, mereka dapat menyebabkan atau mencegah suatu
peristiwa)
9. Proses berpikir primer : istilah umum untuk berpikir yang dereistik, tidak logis, magis;
normalnya ditemukan pada mimpi, abnormal pada psikosis
1. Neologisme : kata baru yang diciptakan oleh pasien, sering kali dengan mengombinasikan
suku kata dari kata-kata lain, untuk alasan keanehan psikologis
2. Word salad (kata yang dicampur aduk) : campuran kata dan frasa yang
membingungkan
3. Sirkumstansialitas : bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan
tetapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan
perincian-perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan
5. Inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis) : pikiran yang, biasanya, tidak dapat
dimengerti; berjalan bersama pikiran atau kata-kata dengan hubungan yang tidak logis atau
tanpa tata bahasa, yang menyebabkan disorganisasi
11. Pengenduran asosiasi : aliran pikiran dimana gagasan-gagasan bergeser dari satu
subjek ke subjek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat, bicara
mungkin membingungkan (inkoheren)
12. Keluar dari jalur (derailment) : penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran
tanpa penghambatan; seringkali digunakan secara sama dengan pengenduran asosiasi
13. Flight of ideas : verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus-menerus
dari satu ide ke ide lain; ide-ide cenderung dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah
pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya
14. Asosiasi bunyi (clang association) : asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi beda
artinya; kata-kata tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk sajak dan permainan kata
15. Penghambatan (blocking) : terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran
atau gagasan diselesaikan; setelah suatu periode terhenti singkat, orang tampak tidak teringat
pada apa yang telah dikatakan atau apa yang akan dikatakan (juga dikenal sebagai
pencabutan pikiran)
16. Glossolalia: ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dapat
dipahami (juga dikenal sebagai bicara pada lidah), tidak dianggap sebagai gangguan pikiran
jika terjadi pada praktik keagamaan pantekosta tertentu
1. Kemiskinan isi pikiran: pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada
pengertian, pengulangan kosong, atau frasa yang tidak jelas
2. Gagasan yang berlebihan: keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan
yang dipertahankan secara kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham
3. Waham: keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan
eksternal, tidak sejalan dengan inteligensia pasien dan latar belakang kultural, yang
tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan
1. Waham yang kacau (bizzare delusion): keyakinan palsu yang aneh, mustahil
dan sama sekali tidak masuk akal (sebagai contoh, orang dari angkasa luar
telah menanamkan suatu elektroda pada otak pasien)
3. Waham yang sejalan dengan mood: waham dengan isi yang sesuai dengan
mood (sebagai contoh, seorang pasien depresi percaya bahwa ia bertanggung
jawab untuk penghancuran dunia)
4. Waham yang tidak sejalan dengan mood: waham dengan isi yang tidak
mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood-netral (sebagai
contoh, pasien depresi mempunyai waham kontrol pikiran atau siar pikiran)
5. Waham nihilistik: perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan dunia adalah
tidak ada atau berakhir
i. Waham menyalahkan diri sendiri: keyakinan yang palsu tentang penyesalan yang
dalam dan bersalah
j. Waham pengendalian: perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran atau perasaan pasien
dikendalikan oleh tenaga dari luar
i. Penarikan pikiran (thought withdrawal): waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari
ingatannya oleh orang lain atau tenaga lain dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau
tenaga lain
ii. Penanaman pikiran (thought insertion): waham bahwa pikiran ditanam dalam pikiran pasien
oleh orang atau tenaga lain
iii. Siar pikiran (thought broadcasting): waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh
orang lain, seperti pikiran mereka sedang disiarkan ke udara
iv. Pengendalian pikiran (thought control): waham bahwa pikiran pasien dikendalikan oleh
orang atau tenaga lain
4.Kecenderungan atau preokupasi pikiran: pemusatan Isi pikiran pada ide tertentu, disertai
dengan irama afektif yang kuat, seperti kecenderungan paranoid atau preokupasi tentang
bunuh diri atau membunuh
8.Obsesi: ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat
ditentang yang tidak dapat dihilangkan dar kesadaran oleh usaha logika, yang disertai
kecemasan
9.Kompulsi: kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu imouls yang, jika ditahan,
menyebabkan keemasan; perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi atau dilakukan
menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya dalam diri sendiri selain daripda untuk
mencegah sesuatu dari terjadi di masa depan
11.Fobia: rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi terhadap
suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang memaks untuk
menghindari stimulus yang ditakuti
a. Fobia sederhana: rasa takut yang jelas terhadap objek atau situasi yang jelas (sebagai
contoh, rasa takut terhadap laba-laba atau ular)
b.Fobia sosial: rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti rasa takut berbicara dengan
masyarakat, bekerja, atau makan dalam masyarakat
g. Eritrofobia: rasa takut terhadap warna merah (merujuk terhadap terhadap berdarah)
12. Noesis: suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan
perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah
13. Unio mystica: suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan
yang tidak terbatas; tidak dianggap suatu gangguan dalam isi pikran jika sejalan dengan
keyakinan pasien atau lingkungan kultural
A. Gangguan Bicara
1. Tekanan bicara: bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan untuk memutus
pembicaraan
2. Kesukaan bicara (logorrhea): bicara yang banyak sekali, bertalian, dan logis
4. Bicara yang tidak spontan: respons verbal yang diberikan hanya jika idtanya atau
dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri
5. Kemiskinan isi bicara: bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi memberikan sedikit
informasi karena ketidakjelasan, kekosongan, atau frasa yang strereotipik
7. Disartria: kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam penemuan kata atau tata Bahasa
8. Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan: hilangnya modulasi volume bicara
normal; dapat mencerminkan berbagai keadaan patologis mulai dari psikosis sampai
depresi sampai ketulian
9. Gagap: pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang sering,
menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas
10. Kekacauan: bicara yang aneh dan disritmik, yang mengandung semburan yang cepat
dan menyentak
1. Afasia motorik: gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif di mana
pengertian adalah tetap tepi kemampuan untuk bicara adalah sangat terganggu;
bicara terhenti-henti, susah payah, dan tidak akurat (juga dikenal sebagai afasia Broca,
tidak fasih, dan ekspresif)
2. Afasia sensoris: kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti kata; bicara
lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan yang bukan-bukan (juga dikenal
sebagai afasia Wernicke, fasih, dan reseptif)
3. Afasia nominal: kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu benda (juga
dikenal sebagai afasia Wanomia dan amnestik)
4. Afasia sintatis: ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam urutan yang tepat
5. Afasia logat khusus: kata-kata yang idihasilkan seluruhnya neologistik; kata-kata yang
bukan-bukan diulangi dengan berbagai intonasi dan nada suara
6. Afasia global: kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih yang berat
VI. Persepsi: proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis; proses mental
di mana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran
A. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi: persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan stimuli eksternal
yang nyata; mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang
pengalaman halusinasi
1. Halusinasi hipnagogik: persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat akan
tertidur; biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis
2. Halusinasi hipnopompik: persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur;
biasanya dianggap tidak patologis
4. Halusinasi visual: persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk (sebagai contoh, orang) dan citra yang tidak berbentuk (sebagai
contoh, kilatan cahaya; paling sering pada gangguan organic
5. Halusinasi cium (oflaktoris): persepsi membau yang palsu; paling sering pada
gangguan organic
6. Halusinasi kecap (gustatoris): persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti
rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kejang; paling
sering pada gangguan organic
7. Halusinasi raba (taktil; haptic): persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi
permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi
adanya gerakan pada atau di bawah kulit (kesemutan)
8. Halusinasi somatik: sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam
atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari visceral (juga dikenal sebagai
halusinasi kenestetik)
9. Halusinasi liliput: persepsi yang palsu dimana benda-benda tampak lebih kecil
ukurannya (juga dikenal sebagai mikropsia)
10. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent halkucination):
halusinasi di mana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang tertekan
atau manik (sebagai contoh, pasien yang mengalami depresi mendengar suara
yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat; seorang pasien
manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri,
kekuatan, dan pengetahuan yang tinggi)
13. Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain
(sebagai contoh, suatu sensasi auditoris yang disertai atau dicetuskan oleh
suatu sensasi visual; suatu bunyi dialami sebagai dilihat, atau suatu
penglihatan dialami sebagai didengar)
3. Mikropasia : menyatakan bahwa benda - benda adalah lebih kecil dari sesungguhnya
(baik makropasia dan mikropasia juga dapat berhubungan dengan kondisi organik
yang jelas, seperti kejang parsial kompleks)
5. Derealisasi : suatu perasaan subjektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak nyata;
suatu perasaan tentang perubahan realitas
6. Fuga (fugue) : mengambil identitas baru pada amnesia identitas yang lama; sering kali
termasuk berjalan - jalan atau berkelana ke lingkungan yang baru
7. Kepribadian ganda (multiple personality) : satu orang yang tampak pada waktu yang
berbeda menjadi dua atau lebih kepribadian dan karakter yang sama sekali berbeda
(disebut gangguan identitas disosiatif dalam Diagnostic and Statiscal Manual of Mental
Disorders edisi keempat ( DSM-IV)
VII. Daya Ingat : fungsi di mana informasi di simpan di otak dan selanjutnya diingat kembali
ke kesadaran
a. Anterograd : amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu titik waktu
f. Deja pense : ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai pikiran yang
sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan
5. Screen memory : ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutupi ingatan
yang menyakitkan
6. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan secara tidak
disadari terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat diterima
2. Baru saja (recent): pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari
3. Agak lama (recent past): pengingatan peris-tiwa yang telah lewat selama beberapa bulan
A. Retardasi mental: kurangnya inteligensia sampai derajat di mana terdapat gangguan pada
kinerja sosial dan kejuruan: ringan (IQ 50 atau 55 sampai kira-kira 70), sedang (IQ 35 atau 40
sampai 50 atau 55), berat (IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40), atau sangat berat (IQ di bawah
20 atau 25); istilah yang lama adalah idiot (usia mental kurang dari 3 tahun), imbesil (usia
mental 3 sampai 7 tahun), dan moron (usia mental kira-kira 8 tahun)
B. Demensia: pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan kesadaran
1. Diskalkulia (akalkulia): hilangnya kemam-puan untuk melakukan perhitungan yang
tidak disebabkan oleh kecemasan atau gang-guan konsentrasi
2. Disgrafia (agrafia): hilangnya kemampuan untuk menulis dalam gaya yang kursif;
hilangnya struktur kata
IX. Tilikan (insight): kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari
suatu situasi (seperti sekumpulan gejala)
A.Tilikan intelektual: mengerti kenyataan objek-tif tentang suatu keadaan tanpa kemampuan
untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang ber-guna untuk mengatasi situasi
B.Tilikan sesungguhnya: mengerti kenyataan objektif tentang suatu situasi,disertai dengan
daya pendorong (impetus) motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi
C. Tilikan yang terganggu: menghilangnya ke-mampuan untuk mengerti kenyataan objektif
dari suatu situasi
X. Pertimbangan (judgment): kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk
bertindak secara tepat di dalam situasi tersebut
A. Pertimbangan kritis: kemampuan untuk meni-lai, melihat, dan memilih berbagai pilihan di
dalam suatu situasi
B.Pertimbangan otomatis: kinerja refleks di da-lam suatu tindakan
C.Pertimbangan yang terganggu: menghilang-nya kemampuan untuk mengerti suatu
situasi dengan benar dan bertindak secara tepat