Anda di halaman 1dari 7

NAMA : PUTRI ERVINA ULFAH

NIM : 484011230170

PENUGASAN MATERI ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PANCA INDERA (HIDUNG)

NO ORGAN PENYAKIT OBAT DAN FARMAKODINAMIK


BENTUK SEDIAAN
1. Dinding Hidung Patah tulang Analgesik : analgesik adalah mekanisme aksi obat
hidung, Acetaminophen / yang digunakan untuk mengurangi atau
Ibuprofen Tablet meredakan rasa sakit. Analgesik bekerja
benda asing pada sistem saraf pusat atau tepi untuk
terperangkap, Morfin mengurangi persepsi nyeri atau merubah
respon tubuh terhadap rangsangan yang
luka, Kodein menyebabkan nyeri. Mereka dapat
bekerja dengan beberapa cara:
polip hidung. Dekongestan : Penghambatan Enzim
Pseudoephedrine, Siklooksigenase (COX): Sebagian
Ephedrine, besar analgesik, seperti obat
Phenyleprine, antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan
Oxymetazoline, aspirin, menghambat enzim COX yang
Naphazoline berperan dalam pembentukan
Xylometazoline prostaglandin, suatu zat kimia yang
menyebabkan peradangan dan nyeri.
Modulasi Jalur Rasa Sakit: Beberapa
analgesik, termasuk opioid seperti
morfin, bekerja dengan berikatan pada
reseptor opioid di otak dan sumsum
tulang belakang, mengurangi persepsi
nyeri.
Penghambatan Transmisi Sinyal
Nyeri: Obat-obatan tertentu, seperti
parasetamol, bekerja pada sistem saraf
pusat dengan cara yang belum
sepenuhnya dipahami untuk mengurangi
persepsi nyeri tanpa memiliki efek
antiinflamasi yang signifikan.
Modulasi Respon Nyeri: Beberapa
analgesik, terutama yang mengandung
kombinasi obat seperti acetaminophen
dan kodein, mengubah respon tubuh
terhadap rangsangan yang
menyebabkan nyeri.

2 Septum Hidung Deviasi Analgesik : vasokonstriktor adalah cara di mana obat


septum Acetaminophen / bekerja untuk menyempitkan pembuluh
(pergeseran Ibuprofen Tablet darah. Ini dapat terjadi melalui berbagai
dari posisi mekanisme tergantung pada jenis
normal), obatnya:
Vasokonstriktor : Stimulasi Reseptor Alpha-Adrenergik:
perdarahan Epinefrine Beberapa vasokonstriktor, seperti obat
(Mimisan), Fenileprin golongan alpha-adrenergik, seperti
fenilefrin, bekerja dengan merangsang
kerusakan Pseudoefedrin reseptor alpha-adrenergik pada
septum. pembuluh darah. Ini menyebabkan
Asam Traneksamat kontraksi pembuluh darah dan
Oxymetazoline pengurangan aliran darah, mengurangi
peradangan dan pembengkakan.
Penghambatan Enzim Produksi Nitrat
Oksida (NO): Beberapa obat
vasokonstriktor, seperti pseudoefedrin,
bekerja dengan menghambat enzim
yang memproduksi nitrat oksida (NO),
zat kimia yang membantu melebarkan
pembuluh darah. Dengan mengurangi
produksi NO, pembuluh darah
menyempit, mengurangi pembengkakan
dan hidung tersumbat.
Stimulasi Sympathetic Nervous
System: Obat vasokonstriktor tertentu
dapat mengaktifkan sistem saraf
simpatis, yang pada gilirannya
merangsang reseptor pada pembuluh
darah untuk menyempitkan pembuluh
darah dan mengurangi aliran darah.
3 Kavum Hidung Rinitis alergi, Antihistamin : antihistamin merujuk pada cara kerja
(Rongga Hidung) Chlorpheniramini obat dalam mengurangi atau
sinusitis, maleat / CTM menghambat efek histamin dalam tubuh.
Triprolidine Histamin adalah zat kimia yang
polip hidung, Loratadine dilepaskan oleh tubuh sebagai respons
terhadap alergen atau faktor pencetus
infeksi. Pseudoefedrin alergi lainnya, menyebabkan gejala
alergi seperti gatal-gatal, hidung
Antibiotik : tersumbat, bersin, dan mata berair.
Amoxicillin Antihistamin bekerja dengan beberapa
cara:
Analgesik : Blokade Reseptor Histamin:
Acetaminophen / Antihistamin mengikat dan menghambat
Ibuprofen Tablet reseptor histamin di sel-sel target,
termasuk reseptor H1. Hal ini mencegah
histamin untuk berikatan pada reseptor
dan mengurangi atau mencegah respons
alergi.
Inhibisi Produksi Histamin: Beberapa
antihistamin dapat menghambat
produksi histamin dalam tubuh,
mengurangi jumlah histamin yang
dilepaskan sebagai respons terhadap
alergen.
Penghambatan Respon Seluler:
Antihistamin mengurangi atau
menghambat respon seluler terhadap
histamin, mengurangi peradangan,
pembengkakan, dan rasa gatal.
Antihistamin digunakan untuk mengobati
berbagai kondisi alergi seperti rinitis
alergi (alergi pada debu, serbuk sari, dll.),
alergi kulit, atau reaksi alergi lainnya.
Ada dua jenis antihistamin: generasi
pertama yang cenderung menyebabkan
kantuk dan generasi kedua yang lebih
jarang menyebabkan efek samping
tersebut. Pemilihan antihistamin harus
disesuaikan dengan kebutuhan individu
dan perhatian terhadap efek samping
yang mungkin terjadi.

4. Konka Hidung Hipertrofi pseudoefedrin ataukortikosteroid topikal adalah cara kerja


(Turbinat) konka, fenilefrin obat yang bekerja pada level lokal pada
sinusitis kulit atau area aplikasi untuk mengurangi
kronis, Mometasone peradangan, gatal, kemerahan, dan
rinosinusitis. Furoate gejala inflamasi lainnya. Kortikosteroid
monohydrate Spray topikal merupakan bentuk steroid yang
diterapkan secara langsung pada kulit
dan bekerja dengan beberapa cara:
Penghambatan Respon Inflamasi:
Kortikosteroid topikal menghambat
pelepasan zat kimia inflamasi, seperti
prostaglandin dan leukotrien, yang
menyebabkan peradangan dan rasa
gatal pada area kulit yang terkena.
Penekanan Sistem Kekebalan Tubuh:
Obat ini mengurangi aktivitas sistem
kekebalan tubuh di area yang diobati,
sehingga mengurangi reaksi kekebalan
yang dapat menyebabkan peradangan.
Penekanan Reaksi Alergi:
Kortikosteroid topikal dapat mengurangi
reaksi alergi kulit dengan mengurangi
produksi zat kimia yang terlibat dalam
respon alergi.
Pengurangan Proliferasi Sel: Obat ini
dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan sel kulit, mengurangi
pembengkakan dan gejala lainnya.

Farmakodinamika dekongestan
melibatkan cara kerja obat untuk
mengurangi pembengkakan jaringan di
saluran pernapasan atas, seperti hidung
dan sinus. Mekanisme kerja utama
dekongestan adalah dengan
mengecilkan atau menyempitkan
pembuluh darah di dalam dinding
hidung, yang pada gilirannya
mengurangi pembengkakan dan
memudahkan pernapasan.
Dekongestan umumnya bekerja dengan
dua cara utama:
Stimulasi Reseptor Alpha-Adrenergik:
Banyak dekongestan, seperti
pseudoefedrin atau fenilefrin, bekerja
dengan merangsang reseptor alpha-
adrenergik pada dinding pembuluh darah
di hidung. Ini menyebabkan pembuluh
darah menyempit, mengurangi aliran
darah ke area tersebut dan mengurangi
pembengkakan.
Penurunan Permeabilitas Vaskular:
Dekongestan juga dapat mengurangi
permeabilitas pembuluh darah di dalam
dinding hidung, mengurangi cairan dan
kelembaban yang memicu
pembengkakan.
5. Penghidu (Olfaktori) Anosmia Pengobatan Untuk gangguan penghidu (olfaktori),
(kehilangan tergantung pada terutama jika disebabkan oleh penyakit
indera penyebabnya, atau kondisi medis tertentu, belum ada
penciuman), terapi pengganti obat yang secara spesifik dirancang
gangguan jika gangguan untuk memulihkan atau memperbaiki
penciuman. penciuman bersifat fungsi penciuman. Namun, terapi atau
permanen. perawatan medis tertentu mungkin
membantu dalam beberapa kasus.
Beberapa kondisi seperti infeksi sinus,
alergi, polip hidung, atau cedera kepala,
dapat mengganggu fungsi penghidu.
Pengobatan untuk kondisi-kondisi ini
mungkin dapat membantu memperbaiki
fungsi penciuman.
Dalam beberapa kasus, konsultasi
dengan profesional medis seperti
spesialis THT (Telinga, Hidung,
Tenggorokan) atau ahli neurologi
mungkin diperlukan untuk mendapatkan
penanganan yang lebih spesifik. Mereka
dapat mengevaluasi kondisi dan
memberikan saran tentang terapi atau
perawatan yang sesuai, termasuk
penggunaan obat-obatan tertentu yang
mungkin membantu dalam mengatasi
gangguan penghidu, tergantung pada
penyebabnya.

Anda mungkin juga menyukai