A. LATAR BELAKANG
a. Dasar hukum :
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran
Negara Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5360);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
5. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3781);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867);
1
8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 229,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5942);
11. Perda Kabupaten Boyolali No. 14 Tahun 2016 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2016-
2021;
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6215);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 322) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1137);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 50)
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 276);
16. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan
Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 471);
2
17. Peraturan Bupati Boyolali No. 30 Tahun 2018 tentang Uraian Tugas
Jabatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali;
18. SK Bupati Boyolali No. 503/516 Tahun 2019 tentang Penetapan Standar
Pelayanan Perizinan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu;
19. SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali No. 050/5606 Tahun 2016
tentang Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun
2016-2021.
3
7. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan kefarmasian pada sarana
pelayanan kefarmasian dan sarana produksi obat tradisional;
8. Menyelia pelaksanaan pengelolaan perizinan sarana pelayanan
kefarmasian, apotik dan toko obat;
9. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan makanan dan minuman pada
IRT Pangan;
10. Menyelia pelaksanaan pengelolaan perizinan industri rumah tangga
pangan;
11. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kinerja di bidang
kefarmasian, makanan dan minuman sesuai dengan perencanaan dan
indikator sistem pengendalian internal yang telah ditetapkan dalam rangka
perbaikan kinerja;
12. Memberikan saran, pendapat dan pertimbangan epada atasan secara
langsung maupun tertulis berdasar kajian dan / atau telaahan agar arah
kebijakan penyelenggaraan tugas di bidang kefarmasian, makanan dan
minuman berjalan sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
13. Menyusun laporan di bidang kefarmasian, makanan dan minuman
berdasarkan data dan Analisa sebagai informasi dan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas;
14. Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung kinerja
organisasi;
15. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan esuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalama rangka
mendukung kinerja organisasi.
4
komitmen pemerintah untuk turut serta dalam upaya penyediaan obat bagi
masyarakat, utamanya melalui sarana kesehatan milik pemerintah. Hal ini juga
sejalan dengan Nawacita Presiden RI pada butir kelima dengan programnya
berupa Program Indonesia Sehat, utamanya terkait pada pilar penguatan
pelayanan kesehatan, dalam hal ini melalui terjaminnya ketersediaan obat dan
vaksin sesuai kebutuhan.
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yag berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Kegiatan pengawasan dan pembinaan fasilitas pelayanan
kefarmasian menjadi tanggung jawab pemerintah yang dilakukan oleh
Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota secara berjenjang sesuai dengan kewenangannya terhadap
segala kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan kefarmasian pada
sarana pelayanan kefarmasian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kefarmasian, memberikan perlindungan pasien dan
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kefarmasian dan menjamin
kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan pelayanan
kefarmasian.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia. Pangan yang
aman adalah pangan yang terbebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif. Industri Rumah
Tangga Pangan (IRTP) memiliki peranan penting dalam sistem keamanan
pangan di Indonesia. Pada umumnya IRTP merupakan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dengan jumlah yang cukup besar dan tersebar di seluruh
daerah sehingga memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar pula.
Mengingat potensi ekonomi yang sangat strategis dan penting serta potensi
resiko produknya maka perlu diselaraskan dengan pertumbuhan IRTP yang
sangat cepat sekaligus meningkatkan keamanan dan mutu produk pangan
tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut maka kegiatan pembinaan dan
pengawasan IRTP harus dilakukan secara terus menerus untuk menjamin
keamanan dan mutu pangan yang dihasilkan oleh IRTP. Pemerintah Daerah
5
termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap IRTP baik itu dalam
penerbitan izin produksi makanan dan minuman maupun pengawasan post
market IRTP.
6
3. Terlaksananya kegiatan pertemuan petugas kefarmasian puskesmas, rumah
sakit, apotek maupun toko obat
4. Terlaksananya kegiatan visitasi dan monitoring IRTP
5. Terlaksananya penyuluhan keamanan pangan
6. Terlaksananya KIE Keamanan pangan
7. Terlaksananya pengiriman peserta pelatihan DFI dan PKP
C. SASARAN
a. Kegiatan yang dilaksanakan :
1. Pengadaan obat, Vaksin
2. Penyediaan dan Pengelolaan Data Peizinan dan Tindak Lanjut
Pengawasan Izin Apotek, Toko Obat, Toko Alat Kesehatan dan Optikal,
Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)
3. Pengendalian dan Pengawasan serta Tindak lanjut Pengawasan Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga dan Nomor P-IRT sebagai Izin
Produksi, untuk Produk Makanan dan Minuman tertentu oleh Industri
Rumah Tangga
b. Uraian kegiatan :
1. Pengadaan obat, Vaksin:
a) Penyusunan Rencana Kebutuhan Pengadaan Obat dan BMHP 2021
b) Pengadaan Obat dan BMHP 2021
2. Penyediaan dan Pengelolaan Data Peizinan dan Tindak Lanjut
Pengawasan Izin Apotek, Toko Obat, Toko Alat Kesehatan dan Optikal,
Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) meliputi :
a) Rapat – rapat koordinasi
b) Distribusi obat dan BMHP ke puskesmas
c) Visitasi dan Monitoring Apotek dan Toko Obat.
d) Pertemuan petugas kefarmasian puskesmas, apotek dan toko obat
e) Pemusnahan obat kadaluwarsa
f) Bongkar muat
3. Pengendalian dan Pengawasan serta Tindak lanjut Pengawasan Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga dan Nomor P-IRT sebagai Izin
Produksi, untuk Produk Makanan dan Minuman tertentu oleh Industri
Rumah Tangga meliputi :
a) Rapat-rapat oordinasi.
7
b) Pembeliaan dan pengiriman sampel IRTP.
c) Pelatihan Keaman Pangan bagi IRTP
d) Pertemuan KIE Kemanan Pangan
e) Pengiriman peserta pelatihan DFI dan PKP
D. ANALISA SITUASI
Kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan obat, pengawasan sarana
pelayanan kefarmasian dan pengawasan IRTP sudah dilaksanakan secara rutin
setiap tahun.
Pengadaan obat dan BMHP dilaksanakan untuk menjamin ketersediaannya
pada UPT Dinas (25 puskesmas dan 1 Laboratorium Kesehatan). Prosentase
ketersediaan 40 indikator obat dan vaksin esensial pada tahun 2020 sebesar 93%.
Meskipun Dinas Kesehatan telah berupaya memenuhi kebutuhan obat dan BMHP
pada UPT, ada beberapa obat dan BMHP yang belum dapat dipenuhi seluruh
kebutuhannya sehingga UPT diperkenankan melakukan pengadaan mandiri
dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan rekomendasi pengadaan obat
dan BMHP mandiri kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Sepanjang
tahun 2020 rekomendasi pengandaan obat dan BMHP mandiri sudah diberikan
sebanyak 61 dokumen kepada puskesmas. Pada tahun 2021 Kementerian
Kesehatan telah mengalokasikan anggaran pengadaan obat dan BMHP melalui
DAK Fisik sebesar Rp. 4.638.574.000,-
Sepanjang tahun 2020, Seksi Farmamin telah mendistribusikan obat dan
BMHP ke UPT sebanyak 300 kali berdasarkan permintaan UPT melalui LPLPO
bulanan. Disamping itu puskesmas juga dapat mengajukan bon tambahan
kebutuhan obat dan BMHP sesuai kebutuhan. Untuk sarana pelayanan
kefarmasian di wilayah Kabupaten Boyolali terdapat apotek dan 1 toko obat. Pada
tahun 2020 telah dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap saryanfar
tersebut baik yang berupa visitasi perijinan apotek baru atau perpanjangan SIA
maupun monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara rutin dan tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu terhadap saryanfar yang bersangkutan. Dari 48
saryanfar yang dilakukan pembinaan dan pengawasan didapatkan hasil sebagai
berikut………… Dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, apotek
maupun toko obat harus mempunyai SIA Salah satu aspek yang menjadi
perhatian dalam penyelenggaraan apotek dan toko obat yang sesuai standar
adalah adanya SIA yang diberikan kepada apoteker penanggung jawab
8
Berdasarka masa berlaku SIA (Surat Ijin Apotek pada tahun )
Berkaitan dengan perijinan apotek :
- Terdapat … apotek yang masa berlakunya akan habis di tahun 2021,
Adapun capaian monev dan Untuk kegiatan pembinaan dan
pengawasan di wilayah Kabupaten Boyolali. Besarnya anggaran DAK
Fisik untuk pengadaan Obat dan BMHP tahun 2021. Keter ini menurun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
1) UMKM yang memiliki ijin di Kabupaten Boyolali sebanyak 166 sarana, dimana :
- Terdapat 25 Puskesmas tersebar di 22 Kecamatan yang terdiri dari 14 Puskesmas
Rawat Inap dan 11 Puskesmas Non Rawat Inap. Dan terdapat 22 klinik
pratama yang tersebar di 11 Kecamatan.
1.
E. PELAKSANAAN KEGIATAN
1) Indikator keluaran dan keluaran :
a. Indikator keluaran (kualitatif)
1) 100% Puskesmas melaksanakan manajemen Puskesmas berbasis data
PIS-PK
2) 100% Puskesmas dilakukan pemantauan standar sesuai ASPAK
3) 100% Puskesmas mampu salin/PONED
4) 100% Puskesmas terakreditasi
5) 100% pemberian rekomendasi perizinan fasyankes
b. Keluaran (kuantitatif)
Tersusunnya 1 (satu) dokumen laporan kegiatan Seksi Pelayanan
Kesehatan Primer.
10
b. Penyediaan dan Pengelolaan Data Peizinan dan Tindak Lanjut Pengawasan
Izin Apotek, Toko Obat, Toko Alat Kesehatan dan Optikal, Usaha Mikro Obat
Tradisional (UMOT)
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
1) Bimbingan Teknis kepada petugas pengelola kefarmasian
Bentuk Kegiatan : - Rapat-rapat koordinasi
- Pertemuan pengelola kefarmasian
Sasaran : - PTSP, IAI, Dinkes
- Pengelola kefarmasian Puskesmas, RS,
Apotek dan Klinik
Volume kegiatan : - 4 kali
2)
3) Pembahasan analisis hasil intervensi lanjut kunjungan keluarga
Bentuk kegiatan : Pertemuan
Sasaran :
o Kepala Puskesmas
o Tim Manajemen Puskesmas
Volume kegiatan : 110 orang
Waktu pelaksanaan : Januari 2021
Anggaran : Rp. 8.800.000,-
2) Pengolahan dan penyajian analisis hasil intervensi lanjut
Bentuk kegiatan : Pertemuan
Sasaran :
11
o Kepala Puskesmas
o Tim Manajemen Puskesmas
Volume kegiatan : 1 kali
Waktu pelaksanaan : Januari 2021
Anggaran : Rp. 8.800.000,-
3. Akreditasi FKTP :
12
1) Workshop Pemahaman Standar Akreditasi Puskesmas
Bentuk kegiatan : Pertemuan
Sasaran :
o 15 Puskesmas
o Tim Pembina Mutu Dinas Kesehatan (TPMDK)
Volume kegiatan : 1 kali
Waktu pelaksanaan : Februari 2021
Anggaran : Rp. 45.500.000,-
2) Workshop Tata Kelola Mutu 15 Puskesmas
Bentuk kegiatan : Pertemuan
Sasaran :
o 15 Puskesmas
o Tim Pembina Mutu Dinas Kesehatan (TPMDK)
Volume kegiatan : 2 kali
Waktu pelaksanaan : Februari 2021
Anggaran : Rp. 117.000.000,-
3) Pembinaan mutu Puskesmas
Bentuk kegiatan : Pendampingan/bintek
Sasaran : 3 Puskesmas
o Puskesmas Boyolali 2, Wonosegoro, Juwangi
o Tim Pembina Mutu Dinas Kesehatan (TPMDK)
Volume kegiatan : 4 kali
Waktu pelaksanaan : Maret, April, Mei, Juni 2021
Anggaran : Rp. 139.540.000,-
4) Monitoring evaluasi mutu dan akreditasi
Bentuk kegiatan : Pertemuan paket meeting
Sasaran : 12 Puskesmas
o Boyolali 1, Gladagsari, Musuk, Tamansari, Wonosamodro,
Mojosongo, Teras, Banyudono 1, Ngemplak, Sambi,
Kemusu dan Sawit
o Tim Pembina Mutu Dinas Kesehatan (TPMDK)
Volume kegiatan : 1 kali
Waktu pelaksanaan : Maret 2021
Anggaran : Rp. 70.360.000,-
5) Peningkatan dan penilaian mutu eksternal (PPME)
13
Bentuk kegiatan : survei akreditasi Puskesmas
Sasaran : 15 Puskesmas
o Boyolali 1, Gladagsari, Musuk, Tamansari, Wonosamodro,
Mojosongo, Teras, Banyudono 1, Ngemplak, Sambi,
Kemusu, Sawit, Boyolali 2, Wonosegoro, Juwangi
o Tim Pembina Mutu Dinas Kesehatan (TPMDK)
Volume kegiatan : 15 kali
Waktu pelaksanaan : April s/d September 2021
Anggaran : Rp. 949.500.000,-
2) Klinik Pratama
Bentuk kegiatan :
o Verifikasi berkas perizinan
o Visitasi
Sasaran : 7 Klinik Pratama
Volume kegiatan : 12 kali
Waktu pelaksanaan : Januari s/d Desember 2021
Anggaran : Rp. 4.900.000,-
3) Fasyankes praktik mandiri
Bentuk kegiatan :
o Verifikasi berkas perizinan
o Visitasi
Sasaran : 15 Fasyankes
Volume kegiatan : 15 kali
Waktu pelaksanaan : Januari s/d Desember 2021
Anggaran : Rp. 10.500.000,-
3) Penerima manfaat
Penerima manfaat dari kegiatan seksi Pelayanan Kesehatan Primer adalah :
a. 25 Puskesmas
b. 22 Klinik Pratama
c. 207 fasilitas pelayanan kesehatan
15
4) Jadwal kegiatan :
Kegiatan dilaksanakan dalam waktu 1 (satu) Tahun Anggaran.
BULAN
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pengadaan Obat, Vaksin
a) Belanja Bahan-Bahan Lainnya
b) Belanja Obat-Obatan
Penyediaan dan Pengelolaan Data Perizinan dan Tindak Lanjut Pengawasan Izin Apotek,
2
Toko Obat, Toko Alat Kesehatan dan Optikal, UMOT
a) Belanja Bahan- Bahan Bakar dan
Pelumas
b) Belanja Alat/ Bahan untuk Kegiatan
Kantor -ATK
c) Belanja Alat/Bahan untuk Kegiatan
Kantor-Bahan Cetak
d) Belanja Alat / Bahan untuk Kegiatan
Kantor – Benda Pos
e) Belanja Makan Minuman Jamuan Tamu
f) Honorarium narasumber atau Pembina,
Moderator, Pembawa Acara dan Panitia
g) Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dan
Sekretariat Tim pelaksana Kegiatan
f) Belanja Jasa Penyelenggaraan Acara
h) Belanja Jasa Pengolahan Sampah
i) Belanja Perjalanan Dinas Biasa
j) Belanja Jasa yang diberikan kepada
Pihak Ketiga / Pihak Lain
Pengendalian dan Pengawasan serta Tindak lanjut Pengawasan Sertifikat Produksi
3 Pangan Industri Rumah Tangga dan Nomor P-IRT sebagai Izin Produksi, untuk Produk
Makanan dan Minuman tertentu oleh Industri Rumah Tangga
a) Belanja Bahan- Bahan Bakar dan
Pelumas
b) Belanja Alat/ Bahan untuk Kegiatan
Kantor -ATK
c) Belanja Alat/Bahan untuk Kegiatan
Kantor-Bahan Cetak
d) Belanja Natura dan Pakan-Natura
e) Belanja Makan Minuman Jamuan Tamu
f) Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dan
Sekretariat Tim pelaksanan Kegiatan
g) Belanja Jasa Tenaga Laboratorium
h) Belanja Jasa Penyelenggaraan Acara
i) Belanja Kursus-kursus singkat / pelatihan
j) Belanja Perjalanan Dinas Biasa
16
5) Anggaran kas kegiatan :
a. Pengadaan Obat, Vaksin
NO BELANJA PAGU (Rp) TW I TW II TW III TW IV
BELANJA BARANG
Belanja Bahan-
1 1.810.384.000 1.000.000.000
Bahan Lainnya
Belanja Obat-
2 218.827.000
obatan
Transport
18,000,00 10,000,0
5 narasumber 8,000,000
0 00
workshop
Penginapan
6,000,00 4,000,0
6 narasumber 2,000,000
0 00
workshop
Honor pra survei 10,000,00 10,000,00
7
akreditasi 0 0
Honor narasumber 364,500,00 264,500,00
8 100,000,000
survei akreditasi 0 0
Honor narasumber 38,850,00 28,000,0 10,850,00
9
workshop 0 00 0
315,000,00 215,000,00
10 Transport surveior 100,000,000
0 0
Penginapan 180,000,00 110,000,00
11 70,000,000
surveior 0 0
Paket meeting WS
45,500,00 45,500,0
12 pemahaman
0 00
standar
Paket meeting WS
117,000,00 117,000,0
13
tatakelola mutu 0 00
Paket meeting48,000,00 48,000,00
14
monev mutu 0 0
2,250,00
15 Paket data vicon 2,000,000 250,000
0
BELANJA PERJALANAN DINAS
SPPD dalam 30,000,00 5,000,0 10,000,00 5,000,00
16 10,000,000
daerah 0 00 0 0
50,000,00 30,000,0 10,000,00 2,500,00
17 SPPD luar daerah 7,500,000
0 00 0 0
TOTAL 1,411,367,000 53,500,000 748,031,400 299,250,000 10,585,600
b. S
c.
d. Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan kegiatan Akreditasi
Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Dasar sebesar Rp. 1.411.367.000,-
17
BELANJA BARANG
26,585,60 8,000,0 8,000,00 7,500,00 3,085,60
1 BBM
0 00 0 0 0
11,481,40 6,000,0 5,481,40
2 ATK
0 00 0
24,000,00 10,000,0 10,000,0 4,000,00
3 Penggandaan
0 00 00 0
Makan minum 124,200,00 90,000,0 34,200,0
4
kegiatan 0 00 00
BELANJA JASA
Transport narasumber 18,000,00 10,000,0 8,000,00
5
workshop 0 00 0
Penginapan 6,000,00 4,000,0 2,000,00
6
narasumber workshop 0 00 0
Honor pra survei 10,000,00 10,000,0
7
akreditasi 0 00
Honor narasumber 364,500,00 264,500,0 100,000,00
8
survei akreditasi 0 00 0
Honor narasumber 38,850,00 28,000,0 10,850,0
9
workshop 0 00 00
315,000,00 215,000,0 100,000,00
10 Transport surveior
0 00 0
180,000,00 110,000,0 70,000,00
11 Penginapan surveior
0 00 0
Paket meeting WS 45,500,00 45,500,0
12
pemahaman standar 0 00
Paket meeting WS 117,000,00 117,000,0
13
tatakelola mutu 0 00
Paket meeting 48,000,00 48,000,0
14
monev mutu 0 00
2,250,00 2,000,00 250,00
15 Paket data vicon
0 0 0
BELANJA PERJALANAN DINAS
30,000,00 5,000,0 10,000,0 10,000,00 5,000,00
16 SPPD dalam daerah
0 00 00 0 0
50,000,00 30,000,0 10,000,0 7,500,00 2,500,00
17 SPPD luar daerah
0 00 00 0 0
TOTAL 1,411,367,000 53,500,000 748,031,400 299,250,000 10,585,600
18
e. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali kegiatan
Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar sebesar Rp. 90.526.000,-
F. PEMBIAYAAN
Biaya pelaksanaan kegiatan seksi Pelayanan Kesehatan Primer Tahun 2021
dibebankan pada :
1. Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan kegiatan Akreditasi
Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Dasar sebesar Rp. 1.411.367.000,-
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali kegiatan
Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar sebesar Rp. 90.526.000,-
G. PENUTUP
19
Demikian kerangka acuan kerja ini dibuat sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
pada seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Tahun 2021.
20