Anda di halaman 1dari 108

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

S
DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG DEWI AMBA
RUMAH SAKIT JIWA DR. MARZOEKI MAHDI
KOTA BOGOR
Diajukan untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing :
Hj. Dr. Dwi Putri Parendrawati, S.Pd., S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Jiwa
Syarif Zen Yahya, SKp., M.Kep

Clinical Instructor :
Ns. Rostinawati, S. Kep
Ns. Siti Noortiana, S.Kep

Disusun oleh :

Febiyanti Mafikasari P20620221011 Fatimah Zahra P20620221016


Deshinta Fitrani Azkia P20620221012 Jamilatun Kamila P20620221017
Hilda Dwi Nastiti P20620221013 Roudatul Jannah P20620221018
Fitri Amaliah N. P20620221014 Rika Hasanah P20620221019
Melca Azzahra P20620221015 Siska Daryanti P20620221020

KELOMPOK 2

TINGKAT 3A KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES TASIMMALAYA

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. S DENGAN


RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG DEWI
AMBA RUMAH SAKIT JIWA DR. MARZOEKI MAHDI
KOTA BOGOR

PENYUSUN : KELOMPOK 02

Asuhan Keperawatan Jiwa Ini telah dibuat dan dipertanggungjawabkan


Pada tanggal 22 November 2023

Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Hj. Dr. Dwi Putri Parendrawati, S.Pd., Syarif Zen Yahya, SKp., M.Kep
S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Jiwa

Clinical Instructor I Clinical Instructor II

Ns. Rostinawati, S.Kep Ns. Siti Noortina, S.Kep

Mengetahui :
Ketua Program Studi D III Keperawatan Cirebon

Edi Ruhmadi, S.Kep, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
asuhan keperawatan yang berjudul” Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. S
Dengan Risiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Dewi Amba Rumah Sakit Jiwa
Dr. Marzoeki Mahdi Kota Bogor” ini tepat pada waktunya. Kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor, yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melakukan praktik klinik keperawatan jiwa.
2. Staff Pendidikan dan Penelitian (DIKLIT) yang sudah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melakukan praktik klinik keperawatan jiwa.
3. Direktur Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya beserta jajarannya
4. Kepala Program Studi D-III Keperawatan Cirebon
5. Dosen Pembimbing Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
6. Kepala Ruangan Dewi Amba dan jajarannya
7. Clinical Instructor Ruang Dewi Amba
8. Petugas Perawat Di Ruang Dewi Amba
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan asuhan keperawatan ini adalah
untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan jiwa. Selain itu, laporan asuhan
keperawatan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang masalah
keperawatan jiwa dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
Kritik dan saran yang membangun penulis butuhkan untuk membuat
laporan asuhan keperawatan jiwa. Selanjutnya, semoga laporan asuhan
keperawatan ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, 22 November 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Tujuan .......................................................................................................... 2

C. Metode ......................................................................................................... 3

D. Sistematika Penulisan .................................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 5

A. PENGERTIAN............................................................................................. 5

B. PSIKODINAMIKA ..................................................................................... 5

C. PENGKAJIAN ............................................................................................. 7

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................... 10

E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ............................................... 11

F. IMPLEMENTASI ...................................................................................... 19

G. EVALUASI ................................................................................................ 19

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................... 20

A. TINJAUAN KASUS .................................................................................. 20

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 94

A. PENGKAJIAN ........................................................................................... 94

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................... 94

C. RENCANA KEPERAWATAN ................................................................. 95

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ...................................................... 96

iv
E. EVALUASI KEPERAWATAN ................................................................ 97

BAB V PENUTUP................................................................................................ 98

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 98

B. SARAN ...................................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 100

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah
berbagai karakteristik positif yang rnenggarnbarkan keselarasan dan
keseirnbangan kejiwaan yang rnencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Kesehatan jiwa menurut UU No. 18 tahun 2014 adalah kondisi dimana
seorang individu tersebut rnenyadari kernarnpuan sendiri, dapat rnengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif dan rnarnpu rnernberikan kontribusi
untuk komunitasnya.
Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berkaitan langsung dengan distress (penderitaan)
dan menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi
kehidupan manusia (Keliat. 2012). Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia
pada tahun 2016, prevalensi gangguan jiwa berat mempengaruhi lebih dari 21
juta individu secara global, dengan kecenderungan lebih tinggi terjadi pada
populasi laki-laki (12 juta) daripada perempuan (9 juta). Di Indonesia,
berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, ditemukan bahwa
jumlah orang yang mengalami gangguan jiwa mencapai 7% dari total
populasi per 1000 penduduk.
Risiko perilaku kekerasan merujuk pada tindakan yang bertujuan untuk
menyakiti seseorang baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan
dapat bersifat verbal dan dapat ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan sekitar. Terdapat dua bentuk utama perilaku kekerasan,
yaitu dalam bentuk yang sedang berlangsung atau sebagai catatan dari
kejadian perilaku kekerasan di masa lalu, seperti yang diungkapkan oleh
(Muhith,2015).
Menurut Afnuhazi (2015), terdapat faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan perilaku kekerasan, termasuk aspek psikologis, perilaku, sosial

1
budaya, dan bioneurologis. Sementara itu, faktor presipitasi perilaku
kekerasan dapat berasal dari klien, lingkungan, dan interaksi dengan orang
lain. Penyebab dari perilaku kekerasan mencakup berbagai elemen, seperti
kelemahan fisik yang terkait dengan penyakit fisik, perasaan putus asa,
ketidakberdayaan, dan kurangnya rasa percaya diri. Faktor penyebab lainnya
termasuk situasi lingkungan yang cenderung bising, padat, interaksi sosial
yang proaktif, kritikan yang mengarah pada penghinaan, dan kehilangan
orang yang dicintai, seperti pekerjaan (Suryenti,2018).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pada penyusuhan laporan asuhan ini antara lain sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum disusunnya asuhan keperawatan jiwa ini adalah untuk
memberikan gambaran tentang proses pemberian asuhan keperawatan
jiwa dengan perilaku kekerasan setelah melakukan pendekatan secara
langsung dan mendapat pengetahuan tambahan mengenai proses
pemberian keperawatan setelah melakukannya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilakukannya asuhan keperawatan jiwa ini adalah
sebagai berikut:
a. Dapat menjelaskan hasil pengkajian keperawatan jiwa dengan
perilaku kekerasan
b. Dapat menyebutkan diagnosa keperawatan sesuai dengan data data
yang didapat dari pasien perilaku kekerasan
c. Dapat merumuskan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan apa
yang dibutuhkan pasien perilaku kekerasan
d. Dapat menjelaskan tindakan keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan

2
e. Dapat menjelaskan evaluasi dari hasil tindakan asuhan
keperawatan yang sudah dilakukan.
f. Dapat membedakan antara konsep dan pelaksanaan pada asuhan
keperawatan jiwa dengan perilaku kekerasan yang telah dilakukan

C. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan laporan asuhan
keperawatan ini yaitu dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Subjek
yang berperan dalam studi kasus adalah Ny. S seorang pasien gangguan jiwa
dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzoeki Mahdi.
Sasaran utama dalam studi kasus ini adalah mengontrol perilaku kekerasan
pada pasien gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan. Lokasi pelaksanaan
studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Marzoeki Mahdi, Bogor,
Jawa Barat di Ruang Dewi Amba. Studi kasus akan dilaksanan pada tanggal
22 November 2023.

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan laporan asuhan
keperawatan guna memfokuskan pembahasan pokok permasalahan tidak
melebar kepada masalah yang lainnya sebagagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penyusun membahas mengenai latar
belakang masalah, tujuan, metode dan sistematika
penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Dalam bab ini penyusun membahas mengenai pengertian,
psikodinamika, pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
asuhan keperawatan, implementasi serta evaluasi dari

3
asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan
resiko perilaku kekerasan.

BAB III TINJAUAN KASUS


Dalam bab ini penyusun membahas mengenai pengkajian,
analisa data, pohon masalah, diagnosis keperawatan,
rencana intervensi (NCP), catatan perkembangan.

BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini penyusun membahas mengenai pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan (NCP),
implementasi (tindakan keperawatan), evaluasi
keperawatan.

BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang dibuat
berdasarkan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN
Risiko perilaku kekerasan yaitu perilaku yang dilakukan pasien
dengan tujuan mengekspresikan perasaannya dengan mengancam orang lain
atau diri sendiri seperti keinginan untuk menyakiti secara fisik, emosional,
dan atau seksual pada diri sendiri atau orang lain. (PPNI, 2017)
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor
yang dihadapi oleh seseorang, respon ini dapat menimbulkan kerugian baik
kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Seseorang yang
mengalami perilaku kekerasan sering menunjukan perubahan perilaku
seperti mengancam, gaduh, tidak bisa diam, mondar-mandir, gelisah,
intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara dengan semangat, agresif, nada
suara tinggi dan bergembira secara berlebihan. Pada seseorang yang
mengalami resiko perilaku kekerasan mengalami perubahan adanya
penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, orientasi terhadap
waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede, Siregar, & Halawa, 2020).
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang yang dihadapi oleh seseorang yang ditunjukkan
dengan perilaku kekerasan baik pada diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku
kekerasan yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi melukai,
merusak baik fisik maupun kata-kata (Kio, Wardana & Arimbawa, 2020).

B. PSIKODINAMIKA
1. Penyebab
Penyebab dari perilaku kekerasan yaitu seperti kelemahan fisik
(Penyebab fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, dan kurang
percaya diri. Untuk faktor penyebab dari perilaku kekerasan yang lain
seperti situasi lingkungan yang terbiasa dengan kebisingan, padat,
interaksi sosial yang proaktif, kritikan yang mengarah pada

5
penghinaan, dan kehilangan orang yang dicintai (pekerjaan). Marah
merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai
ancaman (Putri, Mella & Fitriani, 2018).
2. Tanda dan gejala
Menurut Pardede (2020) mengatakan bahwa tanda dan gejala
dengan perilaku yang ditampilkan :

a. Data Subjektif :
1) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah
2) Keinginan untuk melukai diri sendiri,orang lain dan
lingkungan
3) Klien suka membentak dan menyerang orang lain
b. Data Objektif
1) Mata melotot atau pandangan tajam
2) Tangan mengepal dan Rahang mengatup
3) Wajah memerah
4) Postur tubuh kaku
5) Bicara kasar, ketus
6) Amuk atau agresif
7) Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri atau orang
lain.
3. Rentang respon

Adaptif
Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan :

6
1. Respon Adaptif

a. Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa


menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan
b. Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan
saat marah dan tidak dapat menemukan alternative
(Mulia, 2020).

2. Respon Maladaptif

a. Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaan


nya.
b. Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat
dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol.
c. Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang
kuat serta hilang nya control (Mulia, 2020).

C. PENGKAJIAN
1. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang
merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak
terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frutasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditilak, dihina, dianiaya.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya

7
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima
(permissive).
4) Bioneurologis banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (Prabowo, 2014).
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik (penyakit
fisik), keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri yang kurang dapat
menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintainya atau pekerjaan dan kekerasan merupakan
faktor penyebab yang lain interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula
memicu perilaku kekerasan (Prabowo, 2014).
3. Sumber dan Mekanisme Koping
Menurut Prabowo (2014) beberapa mekasnisme koping yang dipakai pada
pasien marah untuk melindungi diri antara lain:
1) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas-
remas adonan kue, meninju tembok dan lain sebagainya. Tujuannya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2) Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan kerjanya, berbalik

8
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu dan
mencumbunya.
3) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat berci pada orang
tua yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan
yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan
hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan. Sehingga perasaan
benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4) Reaksi Formal
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan. Dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang
tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut
dengan kuat.
5) Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
mebangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia empat tahun
marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-
perangan bersama temannya (Prabowo, 2014).
4. Perilaku
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif,
dan agresif/ perilaku kekerasan (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Dermawan
dan Rusdi 2013).
1. Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu
menyatakan atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain sehingga perilaku ini dapat
menimbulkan kelegaan pada individu.

9
2. Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
mengungkapakn perasaan marah yang sedang dialami, dilakukan
dengan tujuan menghindari suatu ancaman nyata.
3. Agresif/perilaku kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang
sangat tinggi atau ketakutan (panik)
5. Aspek Medik
Data yang diperlukan dalam aspek medis meliputi diagnose medis, program
terapi pasien, dan obat-obatan pasien saat ini baik obat fisik, psikofarmaka,
maupun terapi lainnya.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Halusinasi
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah
5. Defisit Perawatan Diri

10
E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Dx Perencanaan
Tgl Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Risiko TUM:
Perilaku Klien tidak mencederai
Kekerasan diri dan orang lain.

TUK: 1. Klien 1. Bina hubungan saling Kepercayaan dari klien


1. Klien dapat membina menunjukkan percaya dengan: menrupakan hal yang
hubungan saling tanda-tanda  Beri salam setiap akan memudahkan
percaya percaya kepada berinteraksi.
perawat dalam
perawat:  Perkenalkan nama,
o Wajah cerah, nama panggilan melakukan pendekatan
tersenyum perawat dan tujuan keperawatan.
o Mau berkenalan perawat berkenalan
o Ada kontak mata  Tanyakan dan panggil
o Bersedia nama kesukaan klien
menceritakan  Tunjukkan sikap
perasaan empati, jujur dan
menepati janji setiap
kali berinteraksi
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah yang
dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi
yang jelas

11
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan perasaan
klien
2. Klien dapat 2. Klien menceritakan 2. Bantu klien Menentukan mekanisme
mengidentifikasi penyebab perilaku mengungkapkan perasaan koping yang dimiliki
penyebab perilaku kekerasan yang marahnya: klien dalam menghadapi
masalah
kekerasan yang dilakukannya:
 Motivasi klien untuk
dilakukannya o Menceritakan
menceritakan penyebab
penyebab
rasa kesal atau
perasaan
jengkelnya
jengkel/kesal baik
 Dengarkan tanpa
dari diri sendiri
menyela atau memberi
maupun
penilaian setiap
lingkungannya
ungkapan perasaan
klien
3. Klien dapat 3. Klien menceritakan 3. Bantu klien mengungkapkan Deteksi dini dapat
mengidentifikasi tanda- keadaan tanda-tanda perilaku mencegah tindakan yang
tanda perilaku o Fisik : mata kekerasan yang dialaminya: dapat membahayakan
kekerasan merah, tangan  Motivasi klien klien dan lingkungan
mengepal, menceritakan kondisi sekitar
ekspresi tegang, fisik saat perilaku
dan lain-lain. kekerasan terjadi
o Emosional :  Motivasi klien
perasaan marah, menceritakan kondisi
jengkel, bicara emosinya saat terjadi
kasar. perilaku kekerasan
o Sosial :  Motivasi klien
bermusuhan menceritakan kondisi

12
yang dialami saat psikologis saat terjadi
terjadi perilaku perilaku kekerasan
kekerasan.  Motivasi klien
menceritakan kondisi
hubungan dengan
orang lainh saat terjadi
perilaku kekerasan
4. Klien dapat 4. Klien menjelaskan: 4. Diskusikan dengan klien Melihat mekanisme
mengidentifikasi jenis o Jenis-jenis ekspresi perilaku kekerasan yang koping klien dalam
perilaku kekerasan kemarahan yang dilakukannya selama ini: menyelesaikan masalah
yang pernah selama ini telah  Motivasi klien yang dihadapi
dilakukannya menceritakan jenis-
dilakukannya
o Perasaannya saat jenis tindak kekerasan
melakukan yang selama ini permah
kekerasan dilakukannya.
o Efektivitas cara  Motivasi klien
yang dipakai dalam menceritakan perasaan
menyelesaikan klien setelah tindak
masalah kekerasan tersebut
terjadi
 Diskusikan apakah
dengan tindak
kekerasan yang
dilakukannya masalah
yang dialami teratasi.
5. Klien dapat 5. Klien menjelaskan 5. Diskusikan dengan klien Membantu klien melihat
mengidentifikasi akibat akibat tindak akibat negatif (kerugian) dampak yang akan
perilaku kekerasan kekerasan yang cara yang dilakukan pada: ditimbukn akibat
dilakukannya  Diri sendiri perilaku kekerasan yang
 Orang lain/keluarga dilakukan klien
 Lingkungan

13
o Diri sendiri :
luka, dijauhi
teman, dll
o Orang
lain/keluarga :
luka,
tersinggung,
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak dll

6. Klien dapat 6. Klien : 6. Diskusikan dengan klien: Menurunkan perilaku


mengidentifikasi cara o Menjelaskan  Apakah klien mau destruktif yang
konstruktif dalam cara-cara sehat mempelajari cara baru berpotensi menciderai
mengungkapkan mengungkapkan mengungkapkan marah klien dan lingkungan
marah yang sehat
kemarahan
 Jelaskan berbagai
alternatif pilihan untuk
mengungkapkan marah
selain perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
 Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah:
➢ Cara fisik: nafas
dalam, pukul bantal
atau kasur, olah
raga.

14
➢ Verbal:
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal kepada
orang lain.
➢ Sosial: latihan asertif
dengan orang lain.
➢ Spiritual:
sembahyang/doa,
zikir, meditasi, dsb
sesuai keyakinan
agamanya masing-
masing

7. Klien dapat 7. Klien memperagakan 7. 1. Diskusikan cara yang Keinginan untuk marah
mendemonstrasikan cara mengontrol mungkin dipilih dan yang tidak bisa
cara mengontrol perilaku kekerasan: anjurkan klien memilih diprediksi waktunya
perilaku kekerasan o Fisik: tarik cara yang mungkin untuk serta siapa yang akan
nafas dalam, mengungkapkan memicunya
memukul kemarahan. meningkatkan
bantal/kasur
7.2. Latih klien memperagakan kepercayaan dari klien
o Verbal:
mengungkapkan cara yang dipilih:
perasaan  Peragakan cara
kesal/jengkel melaksanakan cara
pada orang lain yang dipilih.
tanpa menyakiti  Jelaskan manfaat cara
o Spiritual: tersebut
zikir/doa,  Anjurkan klien
meditasi sesuai menirukan peragaan
agamanya yang sudah dilakukan.

15
 Beri penguatan pada
klien, perbaiki cara
yang masih belum
sempurna
5.3. Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih
saat marah/jengkel.
8. Klien mendapat 8. Keluarga: 8.1. Diskusikan pentingnya Keluarga merupakan
dukungan keluarga o Menjelaskan peran serta keluarga system pendukung utama
untuk mengontrol cara merawat sebagai pendukung klien bagi klien
perilaku kekerasan klien dengan untuk mengatasi perilaku
perilaku
kekerasan.
kekerasan
o Mengungkapkan 8.2. Diskusikan potensi
rasa puas dalam keluarga untuk membantu
merawat klien klien mengatasi perilaku
kekerasan
8.3. Jelaskan pengertian,
penyebab, akibat dan cara
merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh
keluarga.
8.4. Peragakan cara merawat
klien (menangani PK )
8.5.Beri kesempatan keluarga
untuk memperagakan
ulang

16
8.6. Beri pujian kepada
keluarga setelah peragaan
8.7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan

9. Klien menggunakan 9. Klien menjelaskan: 9.1. Jelaskan manfaat Menyukseskan program


obat sesuai program o Manfaat minum menggunakan obat secara pengobatan klien
yang telah ditetapkan obat teratur dan kerugian jika
o Kerugian tidak tidak menggunakan obat
minum obat
9.2. Jelaskan kepada klien:
o Nama obat
o Bentuk dan  Jenis obat (nama,
warna obat wanrna dan bentuk
o Dosis yang obat)
diberikan  Dosis yang tepat untuk
kepadanya klien
o Waktu  Waktu pemakaian
pemakaian  Cara pemakaian
o Cara pemakaian  Efek yang akan
dirasakan klien
o Efek yang 9.3. Anjurkan klien:
dirasakan  Minta dan
10. Klien menggunakan menggunakan obat
obat sesuai program tepat waktu
 Lapor ke
perawat/dokter jika
mengalami efek yang
tidak biasa

17
 Beri pujian terhadap
kedisplinan klien
menggunakan obat.

18
F. IMPLEMENTASI
Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih
dibutuhkan dengan kondisi klien saat ini ( Kusumo, dkk, 2015)

G. EVALUASI
Evaluasi Keperawatan merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP
sebagai berikut, S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, A:Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi
9 terhadap masalah yang ada, dan P : Tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon
pasien rencana tindak lanjut dapat berupa hal rencana dilanjutkan (jika masalah tidak
berubah) atau rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua
tindakan terapi hasil belum memuasakan) (Anggit, 2021).

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 34 tahun
No.CM : 0167898
Tanggal masuk : 18 November 2023
Tanggal pengkajian : 22 November 2023

II. ALASAN MASUK

Pada hari sabtu 18 November 2023 datang ke rumah sakit Dr.H.Marzoeki


Mahdi Bogor di ruangan UPIP diantar oleh keluarganya. Keluarga mengatakan
sejak umur 11 tahun, ketika dirumah pasien membuat keluarga resah seperti
marah-marah tanpa sebab, menyiram ibunya sendiri dengan air, klien
mengatakan bahwa keluarganya dibawa oleh polisi dan mendengar suara
bisikan seperti mengancam kepada keluarganya. Klien mengatakan dirinya
dikurung oleh kakaknya dan, klien menggunakan bendera untuk meminta
pertolongan. Klien bicara sendiri, tidak bisa tidur, sulit minum obat, merasa
penuh rasa curiga kepada seseorang, memukul tembok dengan batu, sering
keluyuran, menganggu tetangga dan keluarga juga mengatakan sudah putus
minum obat sekitar 2 bulan.

Pada saat pengkajian, pasien mengatakan malas untuk berbicara dengan orang
lain, tampak lebih suka menyendiri, tidak bisa memulai pembicaraan,kontak
mata tidak ada,tidak ada inisiatif untuk berkenalan, pasien selalu marah tanpa
sebab

20
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masla lalu: Ny. S mengatakan pernah
mengalami gangguan jiwa di masa lalu
2. Pengobatan sebelumnya : kurang berhasil
3. Trauma
Ny. S mengatakan pernah dianiaya oleh keluarganya, pernah
mengalami kekerasan seksual oleh seseorang, dan klien juga mengatakan
bahwa pernah ada seseorang yang melakukan kekerasan didalam
keluarganya namun Ny.S mengatakan tidak pernah melakukan tindakan
kriminal.
Masalah keperawatan: Halusinasi, Risiko Perilaku kekerasan
4. Anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa
Diketahui bahwa tidak ada anggota keluarga Ny. S yang pernah menderita
gangguan jiwa.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Ny.s mengatakan bahwa dia pernah dipukul oleh keluarganya, ditolak dan
diusir oleh kakaknya sehingga membuat Ny.S berpikir dan meyakini bahwa
semua orang jahat dan tidak ada orang baik.
Masalah keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Tanda Tanda Vital
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa tekanan darah klien
126/73 mmHg, nadi 94 x/menit, suhu 36,7 ℃, respirasi 24 x/menit. Berat badan
klien 57 kg dan tinggi badan 168 cm.

21
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

x X X

34

Keterangan Genogram :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal Serumah
: Mrninggal
x

: Umur Klien
3
4
: Hubungan
: Hubungan Keturunan
: Pasien

Penjelasan : Klien anak ke-3 dari 5 bersaudara, klien tinggal serumah


bersama ibu dan 2 kakanya
Pola Asuh : Pada saat ibunya masih ada, pola asuhnya masih baik,
namun semenjak ibunya meninggal Ny.S merasa sendiri
Pola Komunikasi : Pola komunikasi Ny.S dengan kakanya tidak baik
seperti sering cek-cok dan beda pendapat
Pengambilan Keputusan : Keputusan dalam keluarga selalu diambil
oleh bapaknya tanpa melibatkan Ny.S
Masalah Keperawatan : Koping Keluarga Tidak Efektif.

22
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Ny.S tidak dapat menerima tubuhnya yang sekarang karena Ny.S
tidak menyukai seluruh bagian tubuhnya khususnya bagian kaki
dikarenakan terdapat bekas luka yang berwarna hitam. Ny. S
mengatakan bahwa dia merasa tidak cantik seperti wanita pada
umumya.
b. Identitas Diri
Ny.S mampu menyebutkan nama, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur. alamat rumah dan tidak puas sebagai perempuan
c. Fungsi Peran
Ny.S mengatakan di keluarga berperan sebagai anak ke-3 , klien
tidak merasa puas atas posisinya karena seringkali tidak
dipedulikan, diabaikan, dan tidak dihargai atas apa yang telah dia
lakukan oleh keluarganya. Ia juga memiliki masalah dengan
kakaknya yaitu pernah ditolak dan diusir. Sebelum sakit, klien
berprofesi sebagai model.
d. Ideal Diri
Ny.S mengatakan ingin cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit
karena tidak nyaman dan ingin segera bekerja kembali.
e. Harga Diri
Ny.S mengatakan tidak percaya diri pada bagian seluruh tubuhnya
karena Ny.S merasa insecure dan tidak memiliki tubuh seperti
wanita lain
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang Berarti atau Orang Terdekat
Ny.S mengatakan hanya dekat dengan ibunya saja
b. Peran Serta Dalam Kegiatan Kelompok
Ny.S tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat,
saat ini untuk kegiatan di rumah sakit seperti senam, TAK, Ny.S
aktivitas harus di motivasi terlebih dahulu.
c. Hambatan Dalam Berhubungan Dengan Orang Lain

23
Ny.S selalu marah-marah kepada orang lain dan sering merebut
makanan atau minuman dari pasien lain
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Ketika mandi Ny.S harus dimotivasi, cara berpakaian tidak rapih, tatanan
rambut tidak rapi, gigi tampak kotor dan kuku panjang.
2. Pembicaraan
Pada saat pengkajian telah didapat bahwa Ny.S apabila berbicara selalu
berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain dengan nada lambat dan
sering terhenti pada saat bicara (inkoheren). Klien seringkali mengatakan
perkataan yang buruk dan kasar. Klien sering mengumpat tanpa sebab.
3. Aktivitas kelompok
Ny. S terlihat lesu, tegang, gelisah, tetapi dapat mengikuti kegiatan
4. Alam perasaan
Ny.S mengatakan perasaannya sedih karena tidak dihargai dan dipedulikan oleh
keluargnya.
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah
5. Afek: datar, labil
Masalah keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata cukup, kurang kooperatif, curiga, dan tampak bingung.
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial
7. Persepsi halusinasi
Klien tampak mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan. Klien
mengatakan ibu dan ayahnya dibawa oleh polisi dan mengancam bahwa akan
dibom oleh Israel. Oleh karena itu, klien seringkali berbicara sendiri dan marah
tanpa sebab.
8. Proses pikir
a. Blocking (pembicaraan berhenti tiba-tiba tanpa adanya gangguan dari
luar lalu dilanjutkan kembali)

24
b. Sinoumtansial (pembicaraan berbelit-belit tapi sampai pada tujuan atau
pertanyaan terawab)
9. Isi pikir
Ny. S berpikir semua orang jahat kepadanya, berperilaku tidak terima padanya
10. Tingkat kesadaran
Ny.S tampak sedikit lebih tenang tetapi terkadang sewaktu-waktu Ny.S marah-
marah
Masalah keperawatan: Perilaku Kekerasan
11. Memori
Ny.S mengatakan tidak ingat masa lalu dia, dia hanya ingat kejadian yang sudah
menimpanya, keluarganya tapi tidak mau menjelaskan masa lalu dia dan
memiliki sikap labil, daya ingat hanya mengingat permen dan uangnya.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Ny. S tidak mau melakukan apa yang diperintahkan perawat. Ny. S sulit untuk
berkonsentrasi dan kurang kooperatif.
Masalah keperawatan: Isolasi Sosial
13. Kemampuan penilaian
Ketika klien diberikan pertanyaan antara ingin makan atau mandi, klien
mengatakan mengatakan ingin mandi dahulu.
14. Daya tilik diri
Klien menyalahkan keluarganya, menganggap dirinya tidak berguna, dan sakit
fisik yaitu dia merasa mempunyai mata yang beda dari orang lain.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Ny.S mampu makan secara mandiri tetapi harus di motivasi terlebih dahulu.
Klien makan 3 kali sehari pada pagi, siang, dan sore.

2. BAB/BAK
Ny.S tidak mampu BAB/BAK secara mandiri. Ny. S seringkali BAK dicelana
atau mengompol dan bukan di toilet, dan klien mengatakan sulit buang air besar
(BAB)
3. Mandi

25
Ketika mandi, Ny. S harus dimotivasi terlebih dahulu. Klien serigkali malas
mandi, dan ketika mandi harus menggunakan air yang dia tampung sendiri
karena curiga.
4. Berpakaian/berhias
Ny.S belum mampu berpakaian dengan benar karena seringkali ada bagiana
baju yang tidak terkancing. Klien juga belum mampu berhias, karena setelah
mandi klien seringkali tidak menyisir rambutnya dan tidak menyikat rambutnya
dengan benar.
5. Istirahat dan tidur
a. Tidur siang:
Ny. S hanya tidur siang Ketika selesai minum obat.
b. Tidur malam:
Aktivittas sebelum/sesudah tidur:
• Sebelum tidur, kegiatan yang dilakukan adalah duduk sendiri
dan melamun
• Sesudah tidur, kegiatan yang dilakukan klien adalah berjalan/
mondar mandir atau duduk menonton televisi.
6. Penggunaan obat
Ny. S belum mampu minum obat dengan mandiri dan harus dingatkan oleh
perawat
7. Pemeliharaan kesehatan
Ny. S mengatakan tidak pernah mengecek kesehatanya secara rutin
8. Aktivitas didalam rumah
Ny.S mengatakan tidak pernah beraktivitas di luar rumah karena dari pagi
sampe malam Ny.S bekerja
9. Aktivitas diluar rumah
Ny.S mengatakan bahwa pada pagi hari klein bekerja, dan pergi berbelanja
apabila sudah selesai bekerja dengan menggunakan motor.

VIII. POLA DAN MEKANISME KOPING


Maladaptif dengan perilaku anti sosial, mudah tersinggung dan merusak
lingkungan
Masalah keperawatan: koping tidak efektif

26
IX. ASPEK MEDIK
Diagnose Medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi Medik :
• Risperidone 3 mg /12 jam
• THP 2mg / 12 jam
• Lorazepam 2 mg /24 jam
• Clozapine 2 mg/24 jam

27
2. ANALISA DATA

DATA MASALAH

Data Subjektif Risiko Perilaku Kekerasan

1. Klien mengatakan kesal pada


keluarganya
2. Klien mengatakan pernah dianiyaya
oleh keluarganya yaitu kakaknya
3. Klien mengatakan pernah mengalami
kekerasan seksual oleh seseorang
4. Klien mengatakan pernah dipukul oleh
keluarganya
5. Klien mengatakan dikurung dikamar
6. Klien mengatakan ketika meminta
tolong menggunakan bendera.
7. Klien mengatakan bahwa keluarga
adalah orang jahat

Data Objektif :

1. Klien tampak penuh kecurigaan


2. Klien marah tanpa sebab
3. Klien berkata yang huruk
4. Klien sering mengumpat.
5. Tangan klien mengepal
6. Klien mudah tersinggung ketika ada
yang membahas barang miliknya
7. Sorot mata tajam
8. Ketika klien mengambil gelas untuk
minum, klien menendang galon dan
dispenser

28
9. Klien merebut dan melempar susu
milik pasien lain
10. Klien seringkali berteriak untuk
meminta makanan kepada perawat.
11. Klien tampak mondar-mandir

Data Subjektif : Halusinasi

1. Klien mengatakan mendengar suara


bisikan seperti mengancam
keluarganya
2. Klien mengatakan melihat
sekumpulan polisi yang membawa
keluarganya
3. Klien mengatakan nyaman ketika di
isolasi oleh perawat

Data Objektif :

1. Klien berbicara sendiri


2. Klien sering marah tanpa sebab
ketika bayangan akan keluarganya
yang tangkap oleh polisi datang.
3. Klien tampak mondar-mandir
4. Klien tampak melamun
5. Klien tidak dapat berkonsentrasi
ketika di ajak berinteraksi dan selalu
mengalihkan topik.

Data Subjektif : Isolasi Sosial

1. Klien mengatakan malas untuk


berbicara dengan orang lain

29
2. Klien mengatakan tidak percaya
pada semua orang

Data Objektif :

1. Klien tampak senang menyendiri


2. Klien tidak bisa memulai percakapan
dengan orang lain
3. Kontak mata klien kurang
4. Klien tidak memilki inisiatif untuk
berkenalan.
5. Klien tidak mau berkomunikasi
dengan orang lain karena sering
curiga
6. Klien tampak mondar-mandir

Data Subjektif : Harga Diri Rendah

1. Klien mengatakan tidak menyukai


seluruh bagian tubuhnya khususnya
kaki
2. Klien mengatakan sering diabaikan
oleh keluarganya
3. Klien mengatakan bahwa tidak
dihargai atas pencapaiannya.
4. Klien mengatakan malu akan bentuk
matanya yang sayu
5. Klien mengatakan malu akan kedua
lengannya akibat suntikan yang dia
terima.

Data Objektif :

30
1. Terdapat kontak mata namun mudah
teralih
2. Klien seringkali menyentuk bagian
tubuhnya seperti mata, hidung, dan
kaki.
3. Klien tidak memiliki motivasi untuk
berinteraksi dengan orang lain.
4. Klien terkadang bermalas-malasan
dalam kegiatan di ruangan.

Data Subjetif : Defisit Perawatan Diri

1. Klien mengatakan tidak mau mandi

Data Objektif :

1. Klien sering mengompol


2. Rambut klien tampak berantakan
3. Ketika makan, klien tidak mencuci
tangan dan makan dengan berserakan
4. Kuku klien kotor
5. Klien harus diberikan motivasi untuk
melakukan perawatan diri misalnya
menyisir dan mengikat rambut
6. Cara berpakaian tidak rapih yaitu
tidak mengancingkan bajunya
dengan benar
7. Gigi klien kotor dan kuning
8. Klien bau mulut

Data subjektif : Penatalaksanaan Regimen Terapeutik


inefektif

31
1. Keluarga klien mengatakan bahwa
klien sudah putus obat selama 2
tahun

Data Objektif :

1. Terdapat obat yang seharusnya


diminum oleh klien
2. Kemajuan

5. POHON MASALAH
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Risiko Perilaku Kekerasan



Halusinasi ← Penatalaksaan Regimen Terapeutik
Inefektif

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

6. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Halusinasi
3. Isolasi Sosial
4. Harga Diri Rendah
5. Defisit Perawatan Diri
6. Penatalaksanaan Regimen Terapeutik Inefektif

32
5. RENCANA INTERVENSI (NCP)

Perencanaan
No Dx
Tgl Rasional
Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Risiko Perilaku TUM:


Kekerasan Klien tidak
mencederai diri
sendiri dan orang lain
1. Klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan: Kepercayaan dari klien
TUK: menunjukka  Beri salam setiap berinteraksi. merupakan hal yang akan
1. Klien dapat n tanda-  Perkenalkan nama, nama memudahkan perawat
membina tanda panggilan perawat dan tujuan dalam melakukan
hubungan percaya perawat berkenalan pendekatan keperawatan
saling percaya kepada  Tanyakan dan panggil nama
perawat: kesukaan klien
o Wajah cerah,  Tunjukkan sikap empati, jujur dan
tersenyum menepati janji setiap kali
o Mau berkenalan berinteraksi

33
o Ada kontak  Tanyakan perasaan klien dan
mata masalah yang dihadapi klien
o Bersedia  Buat kontrak interaksi yang jelas
menceritakan  Dengarkan dengan penuh
perasaan perhatian ungkapan perasaan klien

2. Klien dapat 2. Klien menceritakan 2. Bantu klien mengungkapkan Menentukan mekanisme


mengidentifikasi penyebab perilaku perasaan marahnya: koping yang dimiliki klien
penyebab perilaku kekerasan yang  Motivasi klien untuk dalam menghadapi masalah
kekerasan yang dilakukannya: menceritakan penyebab rasa kesal
dilakukannya o Menceritakan atau jengkelnya
penyebab  Dengarkan tanpa menyela atau
perasaan memberi penilaian setiap
jengkel/kesal ungkapan perasaan klien
baik dari diri
sendiri maupun
lingkungannya

3. Klien dapat 3. Klien menceritakan 3. Bantu klien mengungkapkan tanda- Deteksi dini dapat mencegah
mengidentifikasi keadaan tanda perilaku kekerasan yang Tindakan yang dapat
dialaminya:

34
tanda-tanda o Fisik : mata  Motivasi klien menceritakan membahayakan klien dan
perilaku kekerasan merah, tangan kondisi fisik saat perilaku klingkungan sekitar
mengepal, kekerasan terjadi
ekspresi  Motivasi klien menceritakan
tegang, dan kondisi emosinya saat terjadi
lain-lain. perilaku kekerasan
o Emosional :  Motivasi klien menceritakan
perasaan kondisi psikologis saat terjadi
marah, perilaku kekerasan
jengkel, bicara  Motivasi klien menceritakan
kasar. kondisi hubungan dengan orang
o Sosial : lainh saat terjadi perilaku
bermusuhan kekerasan
yang dialami
saat terjadi
perilaku
kekerasan.

4. Klien dapat 4. Klien menjelaskan: 4. Diskusikan dengan klien perilaku Melihat mekanisme koping
mengidentifikasi o Jenis-jenis kekerasan yang dilakukannya selama klien dalam menyelesaikan
jenis perilaku ekspresi ini: masalah yang dihadapi

35
kekerasan yang kemarahan yang  Motivasi klien menceritakan jenis-
pernah selama ini telah jenis tindak kekerasan yang
dilakukannya dilakukannya selama ini permah dilakukannya.
o Perasaannya saat  Motivasi klien menceritakan
melakukan perasaan klien setelah tindak
kekerasan kekerasan tersebut terjadi
o Efektivitas cara  Diskusikan apakah dengan tindak
yang dipakai kekerasan yang dilakukannya
dalam masalah yang dialami teratasi.
menyelesaikan
masalah

5. Klien dapat 5. Klien menjelaskan 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif Membantu klien melihat
mengidentifikasi akibat tindak (kerugian) cara yang dilakukan pada: dampakyang kan
akibat perilaku kekerasan yang  Diri sendiri ditimbulkan akibat perilaku
kekerasan dilakukannya  Orang lain/keluarga kekrasan yng dilakukan
o Diri sendiri :  Lingkungan klien
luka, dijauhi
teman, dll
o Orang
lain/keluarga :

36
luka,
tersinggung,
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau
benda rusak
dll

6. Klien dapat 6. Klien : 6. Diskusikan dengan klien: Menurunkan perilaku


mengidentifikasi o Menjelaskan  Apakah klien mau mempelajari destruktif yang berpotensi
cara konstruktif cara-cara sehat cara baru mengungkapkan marah mencederai klien dan
dalam mengungkapk yang sehat lingkungan
mengungkapkan an marah  Jelaskan berbagai alternatif
kemarahan pilihan untuk mengungkapkan
marah selain perilaku kekerasan
yang diketahui klien.
 Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah:
➢ Cara fisik: nafas dalam, pukul
bantal atau kasur, olah raga.

37
➢ Verbal: mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal kepada
orang lain.
➢ Sosial: latihan asertif dengan
orang lain.
➢ Spiritual: sembahyang/doa,
zikir, meditasi, dsb sesuai
keyakinan agamanya masing-
masing

7. Klien dapat 7. Klien 1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih Keinginan untuk marah
mendemonstrasika memperagakan dan anjurkan klien memilih cara yang tidak bisa diprediksi
n cara mengontrol cara mengontrol yang mungkin untuk waktunya serta siapa yang
perilaku kekerasan perilaku kekerasan: mengungkapkan kemarahan. akan memicunya
o Fisik: tarik 2. Latih klien memperagakan cara yang meningkatkan kepercayaan
nafas dalam, dipilih: diri klien
memukul  Peragakan cara melaksanakan cara
bantal/kasur yang dipilih.
o Verbal:  Jelaskan manfaat cara tersebut
mengungkapk  Anjurkan klien menirukan
an perasaan peragaan yang sudah dilakukan.

38
kesal/jengkel  Beri penguatan pada klien,
pada orang perbaiki cara yang masih belum
lain tanpa sempurna
menyakiti 3.Anjurkan klien menggunakan cara yang
o Spiritual: sudah dilatih saat marah/jengkel.
zikir/doa,
meditasi
sesuai
agamanya

8. Klien mendapat 8. Keluarga: 1. Diskusikan pentingnya peran serta Kluarga merupakan system
dukungan keluarga o Menjelaskan keluarga sebagai pendukung klien pendukung utama bagi
untuk mengontrol cara merawat untuk mengatasi perilaku kekerasan. klien
perilaku kekerasan klien dengan 2. Diskusikan potensi keluarga untuk
perilaku membantu klien mengatasi perilaku
kekerasan kekerasan
o Mengungkapk 3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat
an rasa puas dan cara merawat klien perilaku
dalam kekerasan yang dapat dilaksanakan
merawat klien oleh keluarga.

39
4. Peragakan cara merawat klien
(menangani PK )
5.Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang
6. Beri pujian kepada keluarga setelah
peragaan
7. Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan

9. Klien 9. Klien menjelaskan: 1. Jelaskan manfaat menggunakan obat Menyukseskan program


menggunakan obat o Manfaat secara teratur dan kerugian jika tidak pengobatan klien
sesuai program minum obat menggunakan obat
yang telah o Kerugian tidak 2. Jelaskan kepada klien:
ditetapkan minum obat  Jenis obat (nama, wanrna dan
o Nama obat bentuk obat)
o Bentuk dan  Dosis yang tepat untuk klien
warna obat  Waktu pemakaian
o Dosis yang  Cara pemakaian
diberikan  Efek yang akan dirasakan klien
kepadanya 3. Anjurkan klien:

40
o Waktu  Minta dan menggunakan obat
pemakaian tepat waktu
o Cara  Lapor ke perawat/dokter jika
pemakaian mengalami efek yang tidak biasa
o Efek yang  Beri pujian terhadap kedisplinan
dirasakan klien menggunakan obat.
10. Klien
menggunakan obat
sesuai program

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Gangguan TUM :
sensori pesepsi Klien tidak
: halusinasi mencederai orang lain
penglihatan TUK 1 :
dan Klien dapat membina 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
pendengaran hubungan saling bersahabat mengungkapkan prinsip komunikasi merupakan dasar untuk
percaya menunjukan rasa terapentik. memperlancar interaksi
senang ada kontak

41
mata. Mau berjabat  Sapa klien dengan ramah baik
tangan, mau verbal maupun non verbal
menyebutkan nama,  Perkenalkan diri dengan sopan
mau menjawab  Tanyakan nama lengkap klien
salam, klien mau dan nama panggilan yang disukai
duduk klien
berdampingan  Jelaskan tujuan pertemuan
dengan perawat,  Jujur dan menepati janji
mau  Tunjukan sikp simpati dan
mengungkapkan menerima apa adanya
masalah yang  Beri perhatian pada kebutuhan
dihadapi. dasar klien

TUK 2 : 2.1. Klien dapat Adakan kontak sering dan singkat Selain membina hubungan
menyebutkan secara bertahap saling percaya, kontak sering
Klien dapat mengenal
waktu, isi, Observasi tingkah laku klien tapi singkat akan memutus
halusinasinya
frekunsi dan terkait dengan halusinsinya; halusinasi
situasi yang bicara dan tertawa tanpa stimulus
menimbulkan memandang kekiri/ke kanan/ ke
halusinasi depan seolah-olah ada teman
bicara.

42
1.Bantu klien mengenal halusinasinya :
a. Jika menemukan klien yang
sedang halusinasi,
 Tanyakan apakah ada suara
yang didengar
 Jika klien menjawab ada,
lanjutkan : apa apa yang
dikatakan
 Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi)
 Katakan bahwa klien lain
juga ada seperti klien
 Katakan bahwa perawat akan
membantu klien.

43
b.Jika Klien tdk berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi.
Diskusikan dengan klien :
 Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi (
jika sendiri, jengkel / sedih)
 Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi,
siang sore, dan malam atau
sering dan kadang-kadang)

2.2. Klien dapat 2.Diskusikan dengan klien bagaimana
mengungkapkan perasaannya jika terjadi halusinasi
perasaan terhadap (marah/takut, sedih, senang) dan
halusinasi nya beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya.
TUK 3 : 3.1. Klien dapat 1. Identifikasi bersama klien cara atau Agar klien dapat mengontrol
menyebutkan tindakan yang dilakukan jika halusinasinya
tindakan yang

44
Klien dapat biasanya terjadi halusinasi (tidur, marah,
mengontrol dilakukan untuk menyibukan diri dll)
halusinasinya mengendalikan
halusinasinya
3.2. Klien dapat
menyebutkan
manfaat dari cara
yang biasa 2. Diskusikan manfaat dari cara yang
digunakan klien biasa digunakan klien, jika
3.3. Klien dapat bermanfaat beri pujian
menyebutkan
cara baru

3. Diskusikan cara baru untuk


memutus/ mengontrol timbulnya
halusinasi :
 Katakan : “saya tidak mau
dengar/lihat kamu” (pada saat
halusinasi terjadi)
 Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota

45
3.4. Klien dapat keluarga) untuk bercakap cakap
memilih cara atau mengatakan halusinasi
mengatasi yang didengar / dilihat
halusinasi seperti  Membuat jadwal kegiatan
yang telah sehari hari agar halusinasi tidak
didiskusikan sempat muncul
dengan klien  Meminta keluarga/teman/
3.5. Klien dapat perawat menyapa jika tampak
melaksanakan bicara sendiri
cara yang telah 4 Bantu Klien memilih dan melatih
dipilih untuk cara memutus halusinasi secara
mengendalikan bertahap.
halusinasinya 5 .Beri kesempatan untuk
3.6. Klien dapat melakukan cara yang dilatih.
mengikuti terapi Evaluasi hasilnya dan beri pujian
aktivitas jika berhasil
kelompok

46
6 Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi

TUK 4 : 4.1 Keluarga dapat 4.1 Anjurkan Klien untuk Untuk meningkatkan
membina memberitahu keluarga jika pengetahuan seputar halusinasi
Kilen dapat dukungan
hubungan saling mengalami halusinasi dan peralatannya pada pihak
dari keluarga dalam
percaya dengan 4.2 Diskusikan dengan keluarga pada keluarga
mengontrol
perawat saat keluarga berkunjung/pada
halusinasinya
4.2 Keluarga dapat saat kunjungan rumah)
menyebutkan  Gejala halusinasi yang di alami
pengertian, tanda klien
dan tindakan  Cara yang dapat dilakukan klien
untuk mengendali dan keluarga untuk memutus
kan halusinasi halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga
yang halusinasi di rumah : beri
kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama,
berpergian bersama

47
 Beri informasi waktu follow up
atau kapan perlu mendapat
bantuan halusinasi tidak
terkontrol, dan resiko
mencederai orang lain

TUK 5 : 5.1. Klien dan 5.1 Diskusikan dengan klien dan Agar dapat menggunakan obat
keluarga dapat keluarga tentang dosis,efek dengan baik dan benar
Klien dapat
menyebutkan samping dan manfaat obat
memanfaatkan obat
manfaat, dosis
dengan baik
dan efek samping
obat
5.2. Klien dapat
mendemontrasi 5.2 Anjurkan Klien minta sendiri obat
kan penggunaan pada perawat dan merasakan
obat dgn benar manfaatnya
5.3. Klien dapat
informasi tentang
manfaat dan efek
samping obat

48
5.4. Klien memahami 5.3 Anjurkan klien bicara dengan
akibat berhenti dokter tentang manfaat dan efek
minum obat tanpa samping obat yang dirasakan
konsultasi 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum
5.5. Klien dapat obat tanpa konsultasi
menyebutkan 5.5 Bantu klien menggunakan obat
prinsip 5 benar dengan prinsip 5 (lima) benar
penggunaan obat

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Defisit TUM: klien mampu
perawatan diri melakukan perawatan
pada dirinya
TUK: 1. Dalam … kali 1. Bina hubungan saling percaya : Kepercayaa dari pasien
1. Klien dapat membina interaksi klien  Beri salam setiap berinteraksi. merupakan hal yang akan
hubungan saling menunjukkan  Perkenalkan nama, nama memudahkan perawat dalam
percaya dengan tanda-tanda panggilan perawat dan tujuan melakukan pendekatan
perawat percaya kepada perawat berkenalan keperawatan
perawat:

49
o Wajah cerah,  Tanyakan nama dan panggilan
tersenyum kesukaan klien
o Mau  Tunjukkan sikap jujur dan
berkenalan menepati janji setiap kali
o Ada kontak berinteraksi
mata  Tanyakan perasaan dan masalah
o Menerima yang dihadapi klien
kehadiran  Buat kontrak interaksi yang jelas
perawat  Dengarkan ungkapan perasaan
o Bersedia klien dengan empati
menceritakan  Penuhi kebutuhan dasar klien
perasaannya

2. Klien mengetahui 2. Dalam … kali 2. Diskusikan dengan klien: Pengetahuan tentang


pentingnya perawatan interaksi klien  Penyebab klien tidak merawat pentingnya perawatan diri
diri menyebutkan: diri dapat meningkatkan motivasi
o Penyebab  Manfaat menjaga perawatan diri klien
tidak untuk keadaan fisik, mental, dan
merawat diri sosial.
 Tanda-tanda perawatan diri yang
baik

50
o Manfaat  Penyakit atau gangguan
menjaga kesehatan yang bisa dialami oleh
pwtan diri klien bila perawatan diri tidak
o Tanda-tanda adekuat
bersih dan
rapi
o Gangguan
yang dialami
jika
perawatan
diri tidak
diperhatikan

3. Klien mengetahui 3. Dalam … kali 3.1 Diskusikan frekuensi menjaga Membiasakan diri untuk
cara-cara melakukan interaksi klien pwtan diri selama ini melakukan perawatan diri
perawatan diri menyebutkan  Mandi sendiri
frekuensi menjaga  Gosok gigi
perawatan diri:  Keramas
o Frekuensi  Berpakaian
mandi  Berhias
 Gunting kuku

51
o Frekuensi 3.2 Diskusikan cara praktek perawatan
gosok gigi diri yang baik dan benar:
o Frekuensi  mandi
keramas  gosok gigi
o Frekuensi  Keramas
ganti pakaian  Berpakaian
o Frekuensi  Berhias
berhias  Gunting kuku
o Frekuensi 3.3 Berikan pujian untuk setiap respon
gunting kuku klien yang positif
Dalam … kali
interaksi klien
menjelaskan cara
menjaga perawatan
diri:
o Cara mandi
o Cara gosok
gigi
o Cara
Keramas

52
o Cara
Berpakaian
o Cara berhias
o Cara gunting
kuku

4. Klien dapat 4. Dalam … kali 4.1. Bantu klien saat perawatan diri : Identifikasi penyebab klien
melaksanakan interaksi klien  Mandi tidak mau makan,
perawatan diri mempraktekkan  Gosok gigi menentukan intervensi
dengan bantuan perawatan diri  Keramas keperawatan selanjutnya
perawat dengan dibantu  Ganti pakaian
oleh perawat:  Berhias
o Mandi  Gunting kuku
o Gosok gigi 4.2 Beri pujian setelah klien selesai
o Keramas melaksanakan perawatan diri
o Ganti
pakaian
o Berhias
o Gunting
kuku

53
5. Klien dapat 5. Dalam … kali 5.1. Pantau klien dalam melaksanakan Mengetahui kebiasaan klien
melaksanakan interaksi klien perawatan diri: dalam toileting dapat
perawatan diri secara melaksanakan  Mandi membantu perawat
mandiri praktek perawatan  Gosok gigi melakukan intervensi
diri secara  Keramas selanjutnya
mandiri  Ganti pakaian
o Mandi 2 X  Berhias
sehari  Gunting kuku
o Gosok gigi
sehabis makan 5.2. Beri pujian saat klien melaksanakan
o Keramas 2 X perawatan diri secara mandiri.
seminggu
o Ganti pakaian 1
X sehari
o Berhias sehabis
mandi
o Gunting kuku
setelah mulai
panjang

54
6. Klien mendapatkan 1. Dalam … kali 6.1. Diskusikan dengan keluarga: Memberikan kesempatan
dukungan keluarga interaksi keluarga  Penyebab klien tidak pada keluarga untuk
untuk meningkatkan menjelaskan cara- melaksanakan perawatan diri membantu klien dan
perawatan diri cara membantu  Tindakan yang telah dilakukan memberikan motivasi
klien dalam klien selama di rumah sakit
memenuhi dalam menjaga perawatan diri
kebutuhan dan kemajuan yang telah dialami
perawatan dirinya oleh klien
2. Dalam … kali  Dukungan yang bisa diberikan
interaksi keluarga oleh keluarga untuk
menyiapkan meningkatkan kemampuan klien
sarana perawatan dalam perawatan diri
diri klien: sabun 6.2. Diskusikan dengan keluarga
mandi, pasta gigi, tentang:
sikat gigi,  Sarana yang diperlukan untuk
shampoo, handuk, menjaga perawatan diri klien
pakaian bersih,  Anjurkan kepada keluarga
sandal, dan alat menyiapkan sarana tersebut
berhias
6.3. Keluarga
mempraktekan

55
perawatan diri 6.3. Diskusikan dengan keluarga hal-hal
pada klien yang perlu dilakukan keluarga
dalam perawatan diri :
 Anjurkan keluarga untuk
mempraktekan perawatan diri
(mandi, gosok gigi, keramas,
ganti baju, berhias dan gunting
kuku)
 Ingatkan klien waktu mandi,
gosok gigi, keramas, ganti baju,
berhias, dan gunting kuku.
 Bantu jika klien mengalami
hambatan dalam perawatan diri
 Berikan pujian atas keberhasilan
klien

56
No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Isolasi Sosial TUM: klien mampu Setelah dilakukan intervensi
berintraksi dengan orang selama …. Kali :
lain. 1. Klien menunjukkan tanda- 1 Bina hubungan saling Membina hubungan saling
tanda percaya kepada / percaya dengan: percaya dengan klien.
TUK: terhadap perawat:  Beri salam setiap Kontak yang jujur, sigkat dan
1. Klien dapat membina o Wajah cerah, berinteraksi. konsisten dengan perawat
hubungan saling tersenyum  Perkenalkan nama, dapat membantu klien
percaya o Mau berkenalan nama panggilan membina kembali interaksi
o Ada kontak mata perawat dan tujuan penuh percaya.
o Bersedia menceritakan perawat berkenalan
perasaan  Tanyakan dan panggil
o Bersedia nama kesukaan klien
mengungkapkan  Tunjukkan sikap jujur
masalahnya dan menepati janji
o Bersedia setiap kali berinteraksi
mengungkapkan  Tanyakan perasaan
masalahnya klien dan masalah yang
dihadapi kllien

57
 Buat kontrak interaksi
yang jelas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan klien

2. Klien mampu 2.Setelah … x pertemuan 2.1 Tanyakan pada klien Dengan mengetahui tanda
menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang: dan gejala isolasi social yang
penyebab menarik diri satu penyebab menarik diri  Orang yang tinggal muncul, perawat dapat
dari: serumah / teman menentukan intervensi yang
sekamar klien selanjutnya
o diri sendiri  Orang yang paling
o orang lain dekat dengan klien di
o lingkungan rumah/ di RS
 Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
 Orang yang tidak dekat
dengan klien di
rumah/di RS

58
 Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
 Upaya yang harus
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.2 Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan
penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul
2.3 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya

3. Klien mampu 3. Setelah … x pertemuan 3.1 Tanyakan pada klien Perbedaan seputar manfaat
menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang : social dan kerugian isolasi
keuntungan keuntungan berhubungan  Manfaat jika social membantu klien
berhubungan dengan denga orang lain, misalnya berhubungan dengan mengidentifikasi apa yang
orang lain dan o banyak teman orang lain. terjadi pada dirinya.
kerugian tidak o tidak kesepian

59
berhubungan dengan o bisa diskusi  Kerugian jika tidak
orang lain o saling menolong, berhubungan dengan
dan kerugian tidak orang lain.
berhubungan dengan orang 3.2 Beri kesempatan pada klien
lain, misalnya: untuk mengungkapkan
o sendiri perasaan tentang
o kesepian keuntungan berhubungan
o tidak bisa diskusi dengan orang lain dan
kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain.
3.3 Diskusikan bersama klien
tentang manfaat
berhubungan dengan
orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan
orang lain.
3.4 Beri pujian terhadap
kemempuan klien
mengungkapkan
perasaannya

60
4. Klien dapat 4. Klien dapat melakukan 4.1 Observasi perilaku klien Kehadiran orang yang dapat
melaksanakan hubungan sosial secara dengan berhubungan dipercaya memberi klien rasa
hubungan social bertahap antara: dengan orang lain aman dan terlindungi
secara bertahap o K–P 4.2 Motivasi dan bantu klien
o K – Perawat lain untuk berkenalan /
o K – klien lain berkomunikasi dengan :
o K – kelp/masy  Perawat
 Perawat lain
 Klien lain
 Kelompok masyarakat

4.3 Libatkan klien dalam


Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi
4.4 Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
ruangan
4.5 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas pergaulannya

61
4.6 Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
5. Klien mampu 5. Setelah … x pertemuan Beri kesempatan klien Agar klien dapat
mengungkapan Klien dapat untuk mengungkapkan mengungkapkan perasannya
perasaanya mengungkapkan perasaannya setelah
setelah perasaanya setelah berhubungan dengan orang
berhubungan berhubungan dengan orang lain
dengan orang lain untuk : Diskusikan dengan klien
lain o diri sendiri tentang perasaannya
o orang lain setelah berhubungan
o lingkungan dengan orang lain
Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.

62
6. Klien dapat dukungan 6. Keluarga dapat: 6.1. Diskusikan pentingnya Dukungan dari keluarga
keluarga dalam o menjelaskan cara peran serta keluarga merupakan dari bagian
memperluas merawat klien sebagai pendukung untuk penting dari rehabilitasi klien
hubungan dengan menarik diri mengatasi prilaku menarik
orang lain dan o mengungkapkan rasa diri.
lingkungan puas dalam merawat 6.2. Diskusikan potensi
klien keluarga untuk membantu
klien mengatasi perilaku
menarik diri
6.3. Jelaskan cara merawat
klien menarik diri yang
dapat dilaksanakan oleh
keluarga.
6.4. Motivasi keluarga agar
membantu klien untuk
bersosialisasi.
6.5. Beri pujian kepada
keluarga atas keterlibatan
merawat klien di rumah
sakit

63
6.7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan

64
1
1
5. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny. S Nama Perawat : Fatimah Zahra
Hari, Tanggal, Jam : Rabu, 22 November 2023 Ruangan : Dewi Amba

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S: klien mengatakan masih kesal


Data Subjektif : O: klien tampak bingung dalam
1. Klien mengatakan perkataan menjelaskan perasaan kesalnya
buruk atau kalimat yang kasar A: Perilaku kekerasan belum teratasi
2. Klien berteriak P:
3. Klien meminta sesuatu dengan 1. Mengevaluasi tentang marahnya
cara memaksa kepada perawat dengan mengenal
ruangan penyebab,tanda dan
Data Objektif gejala,perilaku kekerasan yang
1. Ekspresi wajah klen datar dilakukan,akibat dari perilaku
2. Tatapan mata kosong kekerasan
3. Klien tampak selalu marah dan 2. Anjurkan klien untuk
kesal mengontrol emosinya dengan
Kemampuan Klien: cara fisik nafas dalam 3x dalam
Klien belum mampu mengontrol sehari
halusinasinya
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan:
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Mengidentifikasi penyebab,
tanda dan gejala, perilaku
kekerasan yang dilakukan,
akibat dari perilaku kekerasan,
dan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
3. Mengajarkan pasien cara

65
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik i yaitu nafas
dalam
4. Melatih pasien untuk
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik I yaitu latihan
nafas dalam
5. Menganjurkan pasien
memasukan kegiatan ke dalam
jadwal kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut:
1. Mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara kedua yaitu dengan
minum obat
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien

Nama Klien : Ny.S Nama Perawat: Fatimah Zahra


Hari,tanggal jam: Rabu,22 November 2023 Ruangan : Dewi Amba

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S:
Subjektif Pasien tidak menjawab penyebab dia
1. Ny.S mengatakan malas untuk menyendiri
berinteraksi dengan orang lain O:
Objektif 1. Pasien tidak menerima jabatan
1. Ny.S tampak lebih suka tangan perawat
menyendiri didalam kamar 2. Pasien tampak diam karena
2. Ny.S tidak bisa memulai tidak memiliki teman.
pembicaraan 3. Pasien hanya melirik mata

66
3. Kontak mata Ny.S kurang kepada perawat
4. Ny.S tidak ada inisiatif untuk A: Isolasi Sosial belum teratasi
berinteraksi dengan orang lain P:
1. Mengevaluasi penyebab dan
Kemampuan klien kerugian yang menyebabkan
Ny.S belum mampu berinteraksi isolasi social
dengan orang lain 2. Mengajarkan cara berkenalan
dengan satu orang
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial

Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling
percaya
b. Mengidentifikasi penyebab
isolasi sosial
c. Berdiskusi dengan pasien
tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan teman
d. Mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan satu orang

Rencana Tindak Lanjut


a. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
b. Memberikan kesempatan pada
pasien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang
c. Membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian

67
Nama Klien : Ny.S Nama Perawat : Fatimah Zahra
Hari,tanggal jam : Rabu,22 November 2023 Ruangan : Dewi AMBA
Jam : 11.00

IMPLEMENTASI EVALUASI
Data S:
Subjektif Klien mengatakan tidak mau mandi
1. Klien mengatakan mandi 2x karena dingin
sehari O:
2. Klien mengatakan sudah gosok 1. Klien tampak lesu
gigi 2x sehari 2. Klien menghiraukan apa yang
Objektif dibicarakan oleh perawat
1. Klien tampak rambut basah A: Perawatan diri belum teratasi
2. Celana klien tampak basah P:
3. Tangan tampak kotor 1. Mengajarkan cara perawatan
Kemampuan Klien: diri dengan baik dan benar
Ny.S belum mampu melakukan dengan dimulai dari mandi 2x
perawatan diri secara mandiri sehari dan jangan lupa
memakai alat-alat mandi
Diagnosa Keperawatan: seperti sabun,gosok
Defisit Perawatan Diri gigi,shampo dan lain-lain
2. Memotivasi klien untuk
Tindakan Keperawatan: menjaga perawatan diri
1. Bina hubungan saling
percaya
2. Diskusikan penyebab dan
manfaat menjaga perawatan
diri
3. Diskusikan cara praktek
perawatan diri
4. Berikan pujian setiap respon
positif
Rencana Tindak lanjut

68
1. Mengenalkan pentingnya
menjaga kebersihan diri
2. Mengajarkan cara perawatan
diri dengan baik dan benar

69
Nama Klien : Ny. S Nama Perawat : Fatimah Zahra
Hari, Tanggal, Jam : Kamis, 23 November 2023 Ruangan : Dewi Amba

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S: klien mengatakan masih kesal


Data Subjektif : O: klien tampak bingung dalam
1. Klien mengatakan perkataan menjelaskan perasaan kesalnya
buruk atau kalimat yang kasar A: Perilaku kekerasan belum teratasi
2. Klien berteriak P: anjurkan klien untuk mengontrol
3. Klien meminta sesuatu dengan emosinya dengan cara fisik nafas
cara memaksa kepada perawat dalam secara rutin
Data Objektif
1. Klien merebut minuman pasien
lain dan melemparkan ke lantai
2. Klien menendang dispenser
ruangan
3. Klien tampak selalu kesal dan
marah
Kemampuan Klien:
-
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan:
1. Membina hubungan saling
percaya
2. mengidentifikasi penyebab,
tanda dan gejala, perilaku
kekerasan yang dilakukan,
akibat dari perilaku kekerasan,
dan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
3. mengajarkan pasien cara

70
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik I yaitu nafas
dalam
4. melatih pasien untuk
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik I yaitu latihan
nafas dalam
5. menganjurkan pasien
memasukan kegiatan ke dalam
jadwal kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut:
1. Mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara kedua yaitu dengan
minum obat
2. mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien

Nama Klien: Ny.S Nama Perawat : Fatimah Zahra


Hari,tanggal : Kamis,23 November 2023 Ruangan : Dewi Amba

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S:
Subjektif Pasien mengatakan tidak mau berjabat
1. Ny.S mengatakan malas untuk tangan
berinteraksi dengan orang lain O:
Objektif 3. Pasien tampak diam
1. Ny.S tampak lebih suka 4. Pasien hanya melirik mata
menyendiri didalam kamar kepada perawat
2. Ny.S tidak bisa tidur A: Isolasi Sosial belum teratasi

71
3. Ny.S tidak bisa mulai P :
pembicaraan Latihan cara berkenalan satu orang
4. Kontak mata Ny.S kurang
5. Ny.S tidak ada inisiatif untuk
berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan klien
Ny.S belum mampu berinteraksi
dengan orang lain

Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial

Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling
percaya
b. Mengidentifikasi penyebab
isolasi sosial
c. Berdiskusi dengan pasien
tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan teman
d. Mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan satu orang
e. Menganjurkan pasien
memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan
orang lain dalam jadwal
kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut


a. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
b. Memberikan kesempatan pada

72
pasien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang
c. Membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian

Nama Klien : Ny.S Nama perawat : Fatimah Zahra


Hari,tanggal jam : Kamis ,23 November 2023 Ruangan : Dewi Amba

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S : klien bercakap-cakap sendiri


Subjektif : klien mengatakan O :
bahwa keluarganya lagi diancam 1. Kontak mata mulai ada
oleh seseorang 2. Ny.s tampak mondar-mandir
3. Ny.s tampak tatapan kosong
Objektif 4. Ny.s mengacuhkan perawat
1. Klien bercakap-cakap A: Halusinasi belum teratasi
sendiri P : Mengajarkan teknik menghardik
2. Marah tanpa sebab
3. Klien tidak melakukan
kontak mata
4. Tatapan kosong

Kemampuan Klien:
Klien belum mampu mengenal
halusinasinya

Diagnosa Keperawatan
Halusinasi

73
Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling
percaya
2. Observasi tingkah laku
klien
3. Bantu klien mengenal
halusinasi

Rencana Tindak Lanjut


1. mengevaluasi kegiatan
harian pasien
2. mengevaluasi mengenal
halusinasi

Nama Klien : Ny.S Nama Perawat : Fatimah Zahra


Hari,Tanggal : Kamis,23 November 2023 Ruangan : Dewi Amba
Jam : 07.00
IMPLEMENTASI EVALUASI
Data S:
Subjektif Klien mengatakan sudah mandi
1. Klien mengatakan pagi ini O:
sudah mandi 1. Wajah klien tampak lebih segar
2. Klien mengatakan sudah 2. Klien menghiraukan apa yang
gosok gigi dibicarakan oleh perawat
Objektif A: Perawatan diri belum teratasi
1. Klien tampak rambut basah P:
2. Celana klien tampak basah 1. Menganjurkan makan dengan
3. Tangan tampak kotor baik dan benar
Kemampuan Klien:

74
Ny.S belum mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri

Diagnosa Keperawatan:
Defisit Perawatan Diri

Tindakan Keperawatan:
1. Bina hubungan saling
percaya
2. Diskusikan penyebab dan
manfaat menjaga perawatan
diri
3. Diskusikan cara praktek
perawatan diri
4. Berikan pujian setiap respon
positif
5. Bantu klien cara makan
dengan baik dan benar
Rencana Tindak lanjut
1. Mengenalkan pentingnya
menjaga kebersihan diri
2. Mengajarkan cara perawatan
diri dengan baik dan benar
3. Mengajarkan cara makan
dengan baik dan benar
4. Mengevaluasi dengan
kegiatan harian

75
Nama Klien : Ny.S Nama perawat : Fatimah Zahra
Hari,tanggal jam : Jumat, 24 November 2023 Ruangan : Dewi Amba
Jam : 13.00 WIB

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S:
Data Subjektif : O: klien tampak bingung dalam
1. Klien mengatakan perkataan menjelaskan perasaan kesalnya
buruk atau kalimat yang kasar A: Perilaku kekerasan belum teratasi
2. Klien meminta sesuatu dengan P:
cara memaksa kepada perawat 1. Anjurkan klien untuk
Data Objektif mengontrol emosinya dengan
1. Klien tampak tenang cara fisik nafas dalam secara
2. Mulai ada kontak mata rutin
Kemampuan Klien: 2. Mengajarkan cara minum obat
-
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku kekerasan

Tindakan Keperawatan:
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Mengidentifikasi penyebab,
tanda dan gejala, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibat
dari perilaku kekerasan, dan cara
mengontrol perilaku kekerasan.
3. Mengajarkan pasien cara
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik I yaitu nafas
dalam

76
4. Melatih pasien untuk mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara
fisik I yaitu latihan nafas dalam
5. Menganjurkan pasien
memasukan kegiatan ke dalam
jadwal kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut:
1. Mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara kedua yaitu dengan
minum obat
2. mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien

Nama Klien : Ny.S Nama perawat : Fatimah Zahra


Hari,tanggal jam : Jumat , 24 November 2023 Ruangan : Dewi Amba
Jam : 15.00 WIB

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S: klien bercakap-cakap sendiri


Subjektif : klien mengatakan bahwa mengatakan bahwa sekarang dia
keluarganya lagi diancam oleh seseorang sedang mendengar bisikan-bisikan
yang mengancam dirinya dan
Objektif keluarganya
1. Klien bercakap-cakap sendiri O:
2. Marah tanpa sebab 1. Kontak mata mulai ada
3. Klien tidak melakukan kontak 2. Ny.s tampak mondar-mandir
mata 3. Ny.s tampak tatapan kosong
4. Tatapan kosong 4. Ny.s mengacuhkan perawat
A: Halusinasi belum teratasi
Kemampuan Klien: P : Mengajarkan teknik menghardik
Klien belum mampu mengenal
halusinasinya

77
Diagnosa Keperawatan
Halusinasi

Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
2) Observasi tingkah laku klien
3) Bantu klien mengenal halusinasi
4) Bantu klien untuk menghardik
halusinasinya
5) Bantu klien mengalihkan
halusinasinya dengan cara
bercakap-cakap

Rencana Tindak Lanjut


1) Mengevaluasi kegiatan harian
pasien
2) Mengevaluasi mengenal halusinasi
3) Mengevaluasi cara menghardik
4) Mengajarkan cara bercakap-cakap
dengan orang lain

Nama Klien : Ny.S Nama perawat : Fatimah Zahra


Hari,tanggal jam : Jumat ,24 November 2023 Ruangan : Dewi Amba

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S:
Subjektif Pasien mengatakan klien mau
1. Ny.S mengatakan malas untuk berinteraksi dengan perawat
berinteraksi dengan orang lain O:
Objektif

78
1) Kontak mata mulai ada Pasien hanya melirik mata kepada
2) Mondar-mandir terus perawat
3) Ny.S tidak ada inisiatif untuk A: Isolasi Sosial belum teratasi
berinteraksi dengan orang lain P:
Kemampuan klien Latihan cara berkenalan satu orang
Ny.S belum mampu berinteraksi dengan Memasukkan ke dalam jadwal
orang lain kegiatan harian

Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial

Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi
sosial
3. Berdiskusi dengan pasien tentang
kerugian tidak berinteraksi dengan
teman
4. Mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien
memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut


1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan kesempatan pada
pasien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang

79
3. Membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian

80
Nama Klien : Ny.S Nama perawat : Fatimah Zahra
Hari,tanggal jam : Sabtu, 25 November 2023 Ruangan : Dewi Amba
Jam : 08.00 WIB

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S: Pasien mengatakan perkataan yang


Data Subjektif : kasar
1. Klien mengatakan perkataan buruk atau O: Klien tampak bingung dalam
kalimat yang kasar menjelaskan perasaan kesalnya
2. Klien meminta sesuatu dengan cara A: Perilaku kekerasan belum teratasi
memaksa kepada perawat P:
3.4.1.1.1.1 Anjurkan klien untuk
Data Objektif mengontrol emosinya dengan
1. Klien tampak tenang cara berbicara yang baik
2. Mulai ada kontak mata 3.4.1.1.1.2 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
Kemampuan Klien:
Klien belum mampu mengontrol emosinya

Diagnosa Keperawatan:
Risiko perilaku kekerasan

Tindakan Keperawatan:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan
gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibat dari perilaku kekerasan, dan cara
mengontrol perilaku kekerasan.
3. Mengajarkan pasien cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara fisik I
yaitu nafas dalam

81
4. Melatih pasien untuk mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik I yaitu latihan
nafas dalam
5. Menganjurkan pasien memasukan
kegiatan ke dalam jadwal kegiatan harian
6. Melatih pasien cara mengontrol dengan
memukul bantal
7. Melatih pasien utuk berbicara dengan baik
menganjurkan pasien memasukan
kegiatan

Rencana Tindak Lanjut:


1. Mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara kedua yaitu dengan minum obat
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
3. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien

Nama Klien : Ny.S Nama perawat : Fatimah Zahra


Hari,tanggal jam : Sabtu, 25 November 2023 Ruangan : Dewi Amba
Pukul : 09.00

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S : klien bercakap-cakap sendiri mengatakan


Subjektif : klien mengatakan bahwa sekarang dia sedang mendengar
bahwa keluarganya lagi diancam bisikan-bisikan yang mengancam dirinya dan
oleh seseorang keluarganya
O:
Objektif 1. Kontak mata mulai ada
1) Klien bercakap-cakap 2. Ny.s tampak mondar-mandir

82
sendiri 3. Ny.s tampak tatapan kosongNy.s
2) Klien tidak melakukan 4. terkadang memperhatikan perawat
kontak mata A: Halusinasi belum teratasi
3) Tatapan kosong P:
1) Mengevaluasi cara menghardik
Kemampuan Klien: 2) Mengajarkan cara bercakap-cakap
Klien belum mampu mengenal dengan orang lain
halusinasinya

Diagnosa Keperawatan
Halusinasi

Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling
percaya
2) Observasi tingkah laku
klien
3) Bantu klien mengenal
halusinasi
4) Bantu klien untuk
menghardik
halusinasinya
5) Bantu klien mengalihkan
halusinasinya dengan
cara bercakap-cakap

Rencana Tindak Lanjut


1) mengevaluasi kegiatan
harian pasien
2) mengevaluasi mengenal
halusinasi
3) Mengevaluasi cara

83
menghardik
4) Mengajarkan cara
bercakap-cakap dengan
orang lain

Nama Klien : Ny.S Nama perawat : Fatimah Zahra


Hari,tanggal jam : Sabtu, 25 November 2023
Pukul : 10.00 Ruangan : Dewi Amba

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S:
Subjektif Pasien mengatakan tidak mau
Ny.S mengatakan malas untuk berbicara
berinteraksi dengan orang lain O:
Objektif a) Pasien tampak diam karena
1) Ny.S tampak menyendiri tidak memiliki teman
didalam kamar b) Pasien hanya melirik mata
2) Ny.S tidak bisa mulai kepada perawat
pembicaraan A: Isolasi Sosial belum teratasi
3) Kontak mata Ny.S kurang P:
1) Mengevaluasi penyebab dan
Kemampuan klien kerugian yang menyebabkan
Ny.S belum mampu berinteraksi dengan isolasi sosial
orang lain 2) Mengajarkan cara berkenalan
dengan satu orang
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial

Tindakan Keperawatan
1) Membina hubungan saling
percaya
2) Mengidentifikasi penyebab

84
isolasi sosial
3) Berdiskusi dengan pasien
tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan teman
4) Mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan satu orang
5) Menganjurkan pasien
memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan
orang lain dalam jadwal
kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2) Memberikan kesempatan pada
pasien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang
3) Membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian

Nama Klien : Ny.S Nama perawat : Fatimah Zahra


Hari,tanggal jam : Sabtu, 25 November 2023
Pukul : 11.00 Ruangan : Dewi Amba

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S:
Subjektif Klien mengatakan memiliki tubuh tidak
1. Klien mengatakan merasa jelek seperti dulu yang penuh dengan suntikan
O:

85
2. Klien mengeluh tidak bisa berbuat Klien menunjuk-nunjuk anggota badan
apa-apa seperti mata,tangan,perut
A: Harga Diri Rendah belum teratasi
Objektif P: Anjurkan pasien melakukan
1. Kontak mata kurang kemampuan positif yang dimiliki
2. Tidak berinisiatif berinteraksi dengan
orang lain

Kemampuan klien:
Klien belum mampu mengenal dirinya sendiri

Diagnosis keperawatan:
Harga Diri Rendah

Tindakan Keperawatan:
1. Bina hubungan saling percaya
2. Tanyakan orang yang tinggal serumah
atau sekamar klien
3. Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan penyebab menarik
diri

Rencana Tindak lanjut


1. Mengevaluasi kemampuan positif
yang dimiliki pasien
2. Mencatat di jadwal kegiatan harian
pasien

86
Nama Klien : Ny.S Nama perawat : Fatimah Zahra
Hari,tanggal jam : Sabtu,25 November 2023 Ruangan : Dewi Amba
Pukul : 12.00

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S: Klien mengatakan sudah beberapa


Subjektif: hari ini susah BAB
1. Klien mengatakan ingin makan siang O : Celana klien tampak basah
2. Klien mengatakan sudah beberapa hari ini A : Perawatan Diri belum teratasi
susah BAB P : Anjurkan klien BAB/BAK di toilet
Objektif
1. Celana klien tampak basah
Kemampuan klien
Klien belum mampu melakukan perawatan diri
dengan baik

Diagnosis Keperawatan
Defisit Perawatan Diri

Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan penyebab dan manfaat
menjaga perawatan diri
3. Diskusikan cara praktek perawatan diri
4. berikan pujian untuk setiap respon yang
positif
5. Ajarkan cara makan yang baik dan benar
6. Ajarkan cara toiletting

Rencana Tindak lanjut


1. Mengajarkan pentingnya menjaga
kebersihan diri

87
2. Mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri
3. Mengevaluasi cara makan pasien
4. Mengajarkan cara toiletting pada pasien

Nama Klien : Ny.S Nama Peraawat : Fatimah Zahra


Hari,Tanggal : Senin,27 November 2023 Ruangan : Dewi Amba
Pukul : 09.00 WIB

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S: klien mengatakan tidak marah


Data Subjektif : O: klien tampak bingung dalam
1. Klien meminta sesuatu dengan cara memaksa menjelaskan perasaan kesalnya
kepada perawat A: Perilaku kekerasan belum teratasi
Data Objektif P:
1. Klien tampak tenang a) Anjuran klien mengontrol
2. Mulai ada kontak mata emosi dengan cara berbicara
Kemampuan Klien: dengan baik
Klien belum mampu mengotrol emosinya b) Mengevaluasi jadwal
sepenuhnya kegiatan harian

Diagnosa Keperawatan:
Resiko Perilaku kekerasan

Tindakan Keperawatan:
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala,
perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat
dari perilaku kekerasan, dan cara mengontrol
perilaku kekerasan.
c) Mengajarkan pasien cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara fisik I yaitu
nafas dalam

88
d) Melatih pasien untuk mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik I yaitu latihan
nafas dalam
e) Menganjurkan minum obat sesuai anjuran
dokter
f) Melatih pasien cara mengontrol dengan
memukul bantal
g) Melatih pasien cara mengontrol dengan cara
berbicara yang baik
h) Menganjurkan pasien memasukan kegiatan
ke dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut:


a) Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
kedua yaitu dengan minum obat
b) Mengevaluasi cara mengontrol emosi dengan
cara memukul bantal
c) Mengajarkan cara mengontrol emosi dengan
cara berbicara yang baik
d) mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

89
Nama Klien : Ny.S Nama Peraawat : Fatimah Zahra
Hari,Tanggal : Senin,27 November 2023 Ruangan : Dewi Amba
Pukul : 09.00

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S:
Subjektif Klien mengatakan memiliki tubuh tidak
1. Klien mengatakan merasa jelek seperti dulu yang penuh dengan suntikan
2. Klien mengeluh tidak bisa berbuat O:
apa-apa a) Klien menunjuk-nunjuk anggota
Objektif badan seperti mata,tangan,perut
1) Kontak mata kurang b) Klien tidak mengikuti kegiatan
2) Tangan menutupi bagian tubuh senam
A: Harga Diri Rendah belum teratasi
Kemampuan klien: P: Anjurkan pasien melakukan
Klien belum mampu mengenal dirinya sendiri kemampuan positif yang dimiliki

Diagnosis keperawatan:
Harga Diri Rendah

Tindakan Keperawatan:
1) Bina hubungan saling percaya
2) Tanyakan orang yang tinggal serumah
atau sekamar klien
3) Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan penyebab menarik
diri
4) Tanyakan kegiatan apa yang paling
disukai dirumah dan bisa dilanjutkan
di rumah sakit
Rencana Tindak lanjut

90
a) Mengevaluasi kemampuan positif
yang dimiliki pasien
b) Mengevaluasi di jadwal kegiatan
harian pasien

Nama Klien : Ny.S Nama Peraawat : Fatimah Zahra


Hari,Tanggal : Senin,27 November 2023 Ruangan : Dewi Amba
Pukul : 09.30

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S:
Subjektif : Pasien mau berinteraksi dengan perawat
Ny.S mengatakan sudah memiliki teman
Objektif : O:
1) Kontak mata mulai ada a) Pasien hanya melirik mata kepada
2) Mondar-mandir terus perawat
3) Ny.S tidak ada inisiatif untuk b) Pasien tampak memperhatikan apa
berinteraksi dengan orang lain yang dibicarakan oleh perawat
Kemampuan klien c) Pasien sudah mulai berbicara dengan
Ny.S belum mampu berinteraksi dengan orang teman sekamarnya
lain d) Pasien mau terbuka dengan orang lain
A: Isolasi Sosial belum teratasi
Diagnosa Keperawatan: P:
Isolasi Sosial a) Latihan cara berkenalan dua orang
b) Memasukkan ke dalam jadwal
Tindakan Keperawatan kegiatan harian
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengidentifikasi penyebab isolasi
sosial
3) Berdiskusi dengan pasien tentang
kerugian tidak berinteraksi dengan
teman

91
4) Mengajarkan pasien cara berkenalan
dengan satu orang
5) Mengajarkan pasien caara berkenalan
dengan dua orang
6) Libatkan dalam kegiatan TAK
7) Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam jadwal
kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
b) Memberikan kesempatan pada pasien
mempraktikkan cara berkenalan
dengan satu orang
c) Mengajarkan cara berkenalan dengan
dua orang

Nama Klien : Ny.S Nama Peraawat : Fatimah Zahra


Hari,Tanggal : Senin, 27 November 2023 Ruangan : Dewi Amba
Pukul : 11.00

IMPLEMENTASI EVALUASI

Data S : klien bercakap-cakap sendiri mengatakan


Subjektif : klien mengatakan bahwa bahwa sekarang dia sedang mendengar
keluarganya lagi diancam oleh seseorang bisikan-bisikan yang mengancam dirinya dan
keluarganya
Objektif O:
a) Klien bercakap-cakap sendiri • Kontak mata mulai ada
b) Klien tidak melakukan kontak mata • Ny.s tampak mondar-mandir
c) Tatapan kosong • Ny.s tampak tatapan kosong

92
Kemampuan Klien: • Ny.s terkadang memperhatikan perawat
Klien belum mampu mengenal halusinasinya A: Halusinasi belum teratasi
P:
Diagnosa Keperawatan a) Mengevaluasi cara menghardik
Halusinasi b) Mengajarkan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
Tindakan Keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya
b) Observasi tingkah laku klien
c) Bantu klien mengenal halusinasi
d) Bantu klien untuk menghardik
halusinasinya
e) Bantu klien mengalihkan halusinasinya
dengan cara bercakap-cakap

Rencana Tindak Lanjut


a) Mengevaluasi kegiatan harian pasien
b) Mengevaluasi mengenal halusinasi
c) Mengevaluasi cara menghardik
d) Mengajarkan cara bercakap-cakap
dengan orang lain

93
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses ang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian
keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan
fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
respon individu (Olfah & Ghofur, 2016).

Hasil dari pengkajian di dapat data yaitu keluarga mengatakan sejak usia 11
tahun. Klein sering marah-marah tanpa sebab, keluarga mengatakan klien pernah
menyiram ibunya dengan air, keluarga mengatakan klien memukul tembok dengan
batu, klien mengatakan pernah dianiyaya oleh keluarganya, klien mengatakan pernah
mengalami kekerasan seksual oleh seseorang, klien mengatakan pernah dipukul oleh
keluarganya, klien tampak penuh kecurigaan, klien marah tanpa sebab, klien berkata
yang huruk, klien sering mengumpat.

Risiko perilaku kekerasan yang dialami klien disebabkan karena Ny. S


mengatakan pernah dianiaya oleh keluarganya, pernah mengalami kekerasan seksual
oleh seseorang, dan klien juga mengatakan bahwa pernah ada seseorang yang
melakukan kekerasan didalam keluarganya namun Ny.S mengatakan tidak pernah
melakukan tindakan kriminal.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan teori dari Yusuf, dkk (2015), setelah dat terkumpul dan
didokumentasikan dalam format pengkajian kesehatan jiwa, maka seorang perawat
harus mampu melakukan analisis data dan menetapkan suatu kesimpulan terhadap
masalah yang dialami pasien. Hasil kesimpulan tersebut kemudian dirumuskan menjadi
masalah keperawatan.
Diagnosa yang mang muncul pada pasien risiko perilaku kekerasan ditegakan
dengan keluarga mengatakan sejak usia 11 tahun. Klein sering marah-marah tanpa

94
sebab, keluarga mengatakan klien pernah menyiram ibunya dengan air, keluarga
mengatakan klien memukul tembok dengan batu, klien mengatakan pernah dianiyaya
oleh keluarganya, klien mengatakan pernah mengalami kekerasan seksual oleh
seseorang, klien mengatakan pernah dipukul oleh keluarganya, klien tampak penuh
kecurigaan, klien marah tanpa sebab, klien berkata yang buruk, klien sering
mengumpat. Diagnosa kedua yaitu harga diri rendah klien mengatakan tidak menyukai
seluruh bagian tubuhnya khususnya kaki, klien mengatakan sering diabaikan oleh
keluarganya, klien mengatakan bahwa tidak dihargai atas pencapaiannya, klien
seringkali menyentuk bagian tubuhnya seperti mata, hidung, dan kaki. Diagnosa ketiga
yaitu halusinasi klien mengatakan mendengar suara bisikan seperti mengancam
keluarganya, klien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan criminal, klien
berbicara sendiri. Diagnosa ketiga yaitu isolasi social yaitu klien mengatakan malas
untuk berbicara dengan orang lain, klien tampak senang menyendiri, klien tidak bisa
memulai percakapan dengan orang lain, kontak mata klien kurang, klien tidak memilki
inisiatif untuk berkenalan. Diagnosa keempat yaitu deficit perawatan diri klien
mengatakan tidak mau mandi, klien tidak mampu BAK secara mandiri, klien sering
mengopol, kuku klien kotor, klien harus diberikan motivasi untuk melakukan
perawatan diri misalnya menyisir dan mengikat rambut, cara berpakaian tidak rapih
yaitu tidak mengancingkan bajunya dengan benar, dan gigi klien kotor.
Sejumlah masalah akan saling berhubungan dan dapat digambarkan dengan
pohon masalah minimal harus ada tiga masalah sebagai peyebab (causa), masalah
utama (core problem), dan akibat (effect) (Yusuf, dkk, 2015). Berdasarkan teori diatas
bahwa asumsi peneliti didapatkan bahwa diagnosa utama yang timbul adalah gangguan
konsep diri : harga diri rendah menjadi core problem.

C. RENCANA KEPERAWATAN
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang
muncul setelah melakukan pengkajian dan rencana intervensi keperawatan dilihat pada
tujuan khusus (Yosep dalam Muhith, 2015).
Intervensi prioritas pada pasien adalah risiko perilaku kekerasan. Strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien terdiri melatih
perilaku kekerasan dengan nafas dalam, minum obat teratur, cara fisik II: memukul
bantal, cara verbal: komunikasi asertif, dan spiritual. Intervensi pada pasien harga diri

95
rendah dilakukan strategi pelaksanaan yaitu Intervensi pada pasien halusinasi dilakukan
strategi pelaksanaan yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan
kegiatan sehari-hari. Intervensi pada pasien isolasi social dilakukan strategi
pelaksanaan yaitu mengajari klien cara berkenalan dengan satu orang kemudian dengan
dua orang atau lebih. Intervensi pada pasien deficit perawatan diri dilakukan strategi
pelaksanaan yaitu mengajari cara menjaga kebersihan diri, makan dengan benar,
toileting, dan berdandan.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Masalah keperawatan pertama resiko perilaku kekerasan yaitu pertama perawat
membantu pasien melakukan strategi pelaksanaannya, yang pertama perawat
membantu mengajarkan Latihan nafas dalam, kedua perawat mengajarkan 5 benar
patuh minum obat, ketiga perawat mengajarkan pasien cara memukul bantal dan kasur
untuk meredakan emosi, keempat perawat mengajarkan pasien mengucapkan verbal
dengan baik, kelima perawat mengajarkan pasien untuk mengalihkan emosinya dengan
cara spiritual.
Pada pasien Tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk diagnosa
keperawatan dengan harga diri rendah tindakan keperawatan yang dapat dilakukannya,
pilih salah satu kegiatan yang dapat dilatih saat ini, yang kedua yaitu perawat membantu
pasien memilih kegiatan kedua, latih kegiatan kedua.
Masalah keperawatan ketiga yaitu halusinasi yaitu identifikasi penyebab, tanda
dan gejala halusinasi, akibat halusinasi dan melakukan strategi pelaksanaan untuk
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, meminum obat, bercakap-cakap
dengan orang lain, dan melakukan aktivitas.
Masalah keperawatan keempat yaitu isolasi sosial tindakan keperawatan yang
dapat dilakukannya, pilih salah satu kegiatan yang dilatih saat ini pada pasien terdiri
dari 3, yaitu pertama mempraktekkan cara berkenalan, kedua mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang dan yang ketiga mempraktekkan cara berkenalan dengan
dua orang atau lebih.
Masalah keperawatan kelima yaitu pada pasien deficit perawatan diri dilakukan
strategi pelaksanaan yaitu mengajari cara menjaga kebersihan diri, makan dengan
benar, toileting, dan berdandan.

96
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi
formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan
(Afnuhazi, 2015).
Evaluasi yang kelompok kami simpulkan untuk kelima diagnosa yang diterapkan
pada pasien telah sesuai dengan kriteria hasil yang didapatkan. Untuk diagnose risiko
perilaku kekerasan klien sudah dapat melakukan cara fisik 1 napas dalam, meminum
obat, cara fisik II memukul bantal, dan cara verbal asertif. Untuk diagnose harga diri
rendah klien belum mampu mengidentikasi kegiatan yang disukai. Untuk diagnose
halusinasi klien belum bisa mengidentifikasi penyebab halusinasinya. Untuk diagnose
isolasi social klien sudah dapat melakukan cara berkenalan, berkenalan dengan satu
orang, dan berkenalan dengan dua orang atau lebih, dan untuk diagnose defisit
perawatan diri klien sudah dapat mandi secara mandiri meskipun harus dimotivasi
untuk melakukannya.

97
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan jiwa Ny.S dengan Risiko Perilaku
Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor, peneliti mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1) Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian yang didapatkan pada tanggal 22 November 2023 pada Ny. S
dengan masalah Risiko Perilaku Kekerasan
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul dari data pengkajian keperawatan Ny.s
pada tanggal 22 November 2023 adalah Risiko Perilaku Kekerasan, Harga Diri
Rendah, Halusinasi, Isolasi Sosial, dan Defisit Perawatan Diri
3) Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada Ny.S disusun berdasarkan masalah utama
keperawatan jiwa (core problem), Intevensi keperawatan yang dilakukan oleh
peneliti disusun mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI).
1) Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah diuat dan disusun oleh peneliti.
2) Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada Ny.S Pada tanggal 22 sampai 29
November 2023 dibuat dalam bentuk SOAP.

B. SARAN

1. Bagi Peneliti Hasil


Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan dan
pengetahuan serta wawasan peneliti sendiri dalam melakukan penelitian asuhan
keperawatan jiwa dengan risiko perilaku kekerasan dan diharapkan dapat menjadi

98
acuan dan bahan perbandingan peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian
asuhan keperawatan keluarga dengan risiko perilaku kekerasan.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu dan memperdalam
ilmu keperawatan jiwa khususnya pada asuhan keperawatan jiwa dengan risiko
perilaku kekerasan

3. Bagi klien dan Keluarga


Diharapkan keluarga dapat menerapkan intervensi yang telah diberikan dalam
merawat anggota keluarga dengan risiko perilaku kekerasan.

99
DAFTAR PUSTAKA

Anggit, M. A. (2021).Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku


Kekerasan (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma HusadaSurakarta).
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/922/1/P17D%20NASPUB%2019%2020_%20ANGG
IT%20MADHANI_P17160.pdf. Diaskes pada tanggal 25 November 2023.

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Kusumo, S, L, dkk. (2015). Buku Ajaran Keperawatan Jiwa Lampung: pusat penelitian dan
penerbitan LP2 M Agama Islam Negri Raden Intan Lampung.

Mulia, D. D. P. B. (2020). Penatalaksanaan Secara Konstruktif Dengan Crossword. Diakses


pada tanggal 25 November 2023

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020). Beban dengan Koping Keluarga Saat
Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami Perilaku Kekerasan. Jurnal Kesehatan,
11(2), 189-196. http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1980. Diakses pada tanggal 25
November 2023.

Putri,V.S., & Fitrianti,S. (2018). Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik


Terhadap Resiko Perilaku Kkekerasan Pada Pasien Gangguan Jiwa DoRumah Sakit
Jiwa Provinsi Jambi.Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi,7(2),138-147.
http://dx.doi.org/10.36565/jab.v7i2.77. Diakses pada tanggal 25 November 2023

Wardana, G. H., Kio, A. L. and Arimbawa, A. A. G. R. (2020) ‘Hubungan Dukungan Keluarga


terhadap Tingkat Kekambuhan Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan Relation of
Family Support to Client’s Recurrence Rate with Risk of Violent Behavior’, E-
Journal.Poltekkesjogja.Ac.Id, 9(1), pp. 69–72. doi: 10.29238/caring.v9i1.592. Diakses
pada tanggal 25 November 2023.

100
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

101

Anda mungkin juga menyukai