Anda di halaman 1dari 8

Analisis Stereotip Gender: Perspektif Masyarakat Terhadap Pemimpin Seorang Perempuan

Dea Febrina Irawan


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
e-mail: deafebrinai12345@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis stereotip gender dari perspektif masyarakat
terhadap pemimpin perempuan. Isu penting terkait kesetaraan gender dan kepemimpinan.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya stereotip gender di masyarakat, serta
pengaruhnya terhadap persepsi masyarakat terhadap keterampilan kepemimpinan perempuan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan atau studi literatur untuk
mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber, bukan mengumpulkan data secara langsung.
Metode ini mengasumsikan pengetahuan yang cukup tentang latar belakang penelitian ini. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa stereotip gender masih sangat kuat di masyarakat dan perempuan
seringkali dipandang sebagai pemimpin yang tidak cocok karena lemah, emosional dan kurang
percaya diri. Stereotip ini membatasi partisipasi perempuan dalam posisi kepemimpinan dan
mempengaruhi persepsi orang tentang kemampuan kepemimpinan perempuan. Beberapa
rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah: melakukan kampanye
pelatihan, memperkuat peran panutan perempuan dalam manajemen, mengadopsi kebijakan untuk
mempromosikan kesetaraan dan menekankan pentingnya kepemimpinan inklusif. Upaya tersebut
bertujuan untuk meningkatkan persepsi sosial terhadap perempuan sebagai pemimpin dan
mengurangi dampak stereotip gender yang terus bertahan di masyarakat.

Latar Belakang
Masyarakat memiliki pandangan yang berbeda tentang peran perempuan dan laki-laki.
Subordinasi gender mengacu pada ketidaksetaraan kekuasaan dan hak yang diwujudkan
berdasarkan gender. Contoh sifat subordinasi yang melekat pada masyarakat adalah hierarki sosial
yang menempatkan perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Hal ini tercermin dalam berbagai
bidang kehidupan dalam keluarga, pendidikan, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Situasi ini
mengakibatkan terbatasnya sumber daya dan kesempatan bagi perempuan. Karena diskriminasi dan
kebijakan atau tindakan yang mempertimbangkan perspektif gender (Nurani, 2015).
Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang/individu dalam memimpin, mengarahkan
dan memotivasi untuk mencapai visi dan misi bersama. Seorang pemimpin harus memiliki
kemampuan dalam mengambil keputusan, memecahkan masalah, selalu mengedepankan
komunikasi, serta mengarahkan dengan jelas. Tidak ada perbedaan yang mendasar antara
kepemimpinan perempuan dan laki-laki. Karena kepemimpinan yang baik tidak bergantung pada
jenis kelamin. Namun, keahlian dan kemampuan dalam memimpin dan menghasilkan sesuatu yang
positif. Tetapi, dalam kenyataannya posisi kepemimpinan perempuan seringkali menghadapi
tantangan dan hambatan yang berbeda dengan laki-laki. Hal tersebut dipengaruhi oleh stereotip dan
diskriminasi gender (Hartono, 2021).
Masyarakat dapat diklasifikasikan pada beberapa jenis. (1) Masyarakat primitif, yaitu
masyarakat yang mempercayai kepercayaan animisme, dinamisme, dan totemisme. Mereka
biasanya tidak terbiasa dengan sistem ekonomi dan politik yang kompleks. (2) Masyarakat
tradisional, yaitu masyarakat yang bergantung pada aturan dan nilai tradisional, mereka sudah
mengenal sistem ekonomi maupun politik yang kompleks. (3) Masyarakat modern, yaitu telah
mengalami perubahan dan perkembangan dalam teknologi, ekonomi maupun politik. Mereka
sebagian besar tinggal di perkotaan dan memiliki gaya hidup yang heterogen. (4) Masyarakat
majemuk, yaitu terdiri dari kelompok yang berbeda-beda, hal ini yang menyebabkan mereka
rentang mengalami konflik atas perbedaan tersebut. (5) Masyarakat multikultural, yaitu terdiri dari
kelompok-kelompok budaya yang hidup bersama tidak terhalang oleh perbedaan (Prasetyo, 2020).
Masyarakat memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai bidang. Masyarakat
merupakan individu dan kelompok yang terikat oleh norma dan nilai bersama yang berinteraksi satu
sama lain dalam mencapai visi bersama. Pengaruh masyarakat dalam membentuk dan
mempengaruhi lingkungan sosial juga sangat penting karena mempengaruhi perkembangan
individu maupun kelompok. Peran masyarakat terdiri dari: peran dalam pengembangan norma dan
nilai, peran dalam menjaga ketertiban sosial, peran dalam dukungan sosial, peran dalam penentuan
kebijakan umum dan lain-lain. Oleh karena itu, masyarakat juga harus menghargai perbedaan
gender dan menghindari stereotip yang ada di masyarakat (Latif et al., 2019).
Kesenjangan kepemimpinan perempuan bersumber dari anggapan tersebut yang terus
mengakar di masyarakat. Peran dan status perempuan masih belum representatif. Padahal gaya
kepemimpinan perempuan cukup unik dan menarik. Meski tidak semua wanita unik dalam
kepemimpinan yang sama. Namun mereka tentu memiliki keunikan ini, dimana perhatian pada
keseimbangan antara pekerjaan dan pribadi, karena bagi perempuan mereka memiliki peran ganda
yaitu sebagai ibu dan profesional. Hal ini memungkinkan mereka lebih mampu menciptakan budaya
kerja yang lebih fleksibel. Selain itu, perempuan cenderung lebih cerdas dalam berkomunikasi
dengan orang lain dan lebih memiliki empati, sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan
dan mencari solusi yang tepat bagi anggotanya (Nizomi, 2019). Oleh karena itu, penelitian ini
merupakan upaya dalam menganalisis stereotip gender dan persepsi masyarakat terhadap pemimpin
perempuan. Pengetahuan tentang dampak stereotip gender pada pandangan masyarakat. Identifikasi

2
stereotip gender yang mencegah orang mempercayai pemimpin perempuan dan mencari cara untuk
mengurangi efek ini pada masyarakat.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan atau literature research, untuk
mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber literatur, dan tidak mengumpulkan data secara
langsung. Metode ini memerlukan informasi mengenai informasi yang cukup terkait latar belakang
penelitian ini. Langkah metode ini yaitu: penentuan topik apa yang menjadi penelitian dalam artikel
ini (Hal ini dapat mempermudah menyesuaikan dengan data apa yang cocok) mengumpulkan
berbagai data dari berbagai sumber (Buku, artikel, jurnal maupun dokumen pendukung lainnya),
menganalisis data untuk membentuk konsep yang akhirnya digunakan sebagai dasar dalam menarik
kesimpulan terkait topik yang diambil. Langkah terakhir yaitu, menarik kesimpulan, berfungsi
sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut dan pemecahan masalah pada subjek yang diteliti.

Hasil dan Pembahasan


Ragam kepemimpinan
Tentunya peran pemimpin mempengaruhi keberhasilan visi dan misi bersama dalam
organisasi. Pemimpin diharapkan memiliki kemampuan untuk memberikan ide, arahan dan motivasi
sehingga segala sesuatu yang dilakukannya tetap terfokus pada tujuan yang sama. Oleh karena itu,
langkah pertama yang harus diambil seorang pemimpin dalam proses ini adalah mengartikulasikan
visi dan misi dengan jelas kepada anggotanya. Dengan menggabungkan pemahaman mereka
tentang tujuan akhir yang dapat dicapai, sangat mudah bagi pemimpin untuk mengarahkan langkah
dan cara terbaik untuk mencapai visi dan misi. Beberapa cara yang dapat dilakukan seorang
pemimpin adalah mengukur prioritas, menetapkan tujuan, dan membuat rencana terbaik. Pemimpin
berusaha untuk mendorong kerjasama antar anggota, membangun hubungan dan berinteraksi
dengan baik, hal ini untuk memastikan munculnya kerjasama. Namun, kenyataanya pasti ada
perbedaan pendapat atau argumen di antara anggota yang dapat menimbulkan konflik, disini peran
pemimpin harus mampu mengelola konflik dengan baik. Demokrasi digunakan sebagai solusi
dimana mereka diberikan kebebasan untuk menyatakan pendapatnya dan kemudian mengambil
keputusan secara kolektif. Selain itu, pemimpin harus selalu mengkomunikasikan dukungan,
bantuan, dan penghargaan kepada anggotanya. (Burhanudin & Faturahman, 2018).
Kepemimpinan atau leadership dibagi menjadi tiga bagian yakni: (1) self-leadership, yaitu
mampu untuk membimbing diri sendiri untuk mencapai tujuan dan sasaran hidupnya. Individu yang
memiliki kemampuan self-leadership ini pandai dalam mengatur target dalam hidupnya,
memotivasi diri sendiri, dan bijak dalam mengambil keputusan bagi hidupnya. (2) team leadership,

3
yaitu memimpin dalam suatu kelompok, biasanya memiliki tujuan yang sama. Mereka memiliki
kemampuan dalam membangun kolaborasi, menumbuhkan komunikasi dan interaksi antar anggota.
(3) organizational leadership, yaitu kemampuan memimpin suatu organisasi, biasanya mereka
memiliki visi dan misi yang sama. mereka yang memiliki kemampuan memimpin organisasi,
mampu mengelola sumber daya, membuat keputusan yang bijak dan membangun kebiasaan yang
baik di antara anggota organisasi. (Yudiaatmaja, 2013).
Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah usahanya untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan organisasi yang
dipimpinnya. Penyesuaian ini juga tergantung pada kepribadiannya, ia menilai dan memiliki
keyakinannya sendiri, yang tidak dapat dipengaruhi oleh faktor lain. Keadaan sumber daya manusia
juga mempengaruhi tantangan yang dihadapi oleh pemimpin. Hal ini tercermin dari pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan para anggotanya.
Lalu apa saja gaya kepemimpinan tersebut: (1) Gaya otoriter, yaitu seorang pemimpin yang
memiliki kendali penuh atas pengambilan keputusan tanpa keterlibatan anggotanya, biasanya
dilakukan dengan berusaha menuntut pengambilan keputusan yang cepat. (2) Gaya demokratis,
yaitu seorang pemimpin yang memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk mengeluarkan
pendapatnya dalam keputusan bersama biasanya terjadi ketika mencari inovasi terbarukan. (3) gaya
Laissez-faire, yaitu seorang pemimpin yang memberikan kebebasan tidak hanya berpendapat tetapi
juga tindakan, biasanya dengan anggota yang terbiasa melakukan sesuatu secara mandiri dan
dengan keterampilan yang baik. (4) gaya transaksional, yaitu pemimpin yang selalu memberikan
pujian, sanjungan atau hadiah kepada anggota yang telah melakukan tugasnya dengan baik dan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan, biasanya untuk mencapai tujuan dengan lebih efisien dan
efektif. dan gaya kepemimpinan yang terakhir adalah (5) gaya transformasional, yaitu. seorang
pemimpin yang memberikan dorongan dan inspirasi kepada anggotanya, biasanya hal ini dilakukan
ketika anggota membutuhkan dorongan dan dukungan untuk mencapai tujuan bersama (Mattayang,
2019).

Gender equality dan stereotip di masyarakat


Gender merupakan persamaan yang dimiliki laki-laki dan perempuan dalam berbudaya
maupun psikologis, tidak dibedakan oleh keadaan biologis antara keduanya. Penyesuaian peran
dalam berperilaku dan karakteristik yang sesuai dengan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Gender dipengaruhi oleh interaksi antara individu dengan lingkungannya dan dipengaruhi oleh
agama, adat/budaya serta nilai dan norma sosial. Oleh karena itu, orang memiliki hak fundamental
untuk diakui keberadaannya dan diakui untuk mengekspresikan identitas gendernya sesuai dengan

4
keinginannya. Namun pada kenyataannya, stereotip masih tetap ada di masyarakat, sehingga
mereka memiliki perbedaan pendapat (Sulistyowati, 2020).
Stereotip adalah keyakinan atau keyakinan berbasis gender mengenai sifat, perilaku, peran,
karakter, dan sikap. Masyarakat menempatkan mereka pada posisi yang berbeda karena perbedaan
antara laki-laki dan perempuan. Secara negatif hal ini mempengaruhi mereka yang tidak sesuai
dengan ekspektasi stereotip masyarakat. Stereotip dapat memberikan batasan bagi kemampuan
individu dalam proses perkembangan secara penuh dan mereka akan merugi karena tidak
mendapatkan kesempatan dan hak yang sama dalam berbagai bidang. Contoh stereotip gender yang
masih ada di masyarakat yaitu: (1) Ketidakmampuan perempuan menjadi pemimpin, (2) Laki-laki
harus memiliki ketangguhan (Tidak menunjukkan emosi), (3) Perempuan harus cantik dan menarik
agar disukai banyak laki-laki, (4) Laki-laki harus lebih mampu dari perempuan, (5) Tugas-tugas
sulit hanya dapat dilakukan oleh laki-laki, (6) Laki-laki berhak memutuskan sesuatu (Saguni, 2014).
Stereotip memiliki dampak yang luar biasa pada berbagai bidang kehidupan. Dalam
pendidikan misalnya, banyak guru yang masih beranggapan bahwa peserta didik perempuan
cenderung pandai dalam bahasa dan sosial, sedangkan peserta didik laki-laki cenderung mahir
matematika dan sains. Hal ini mempengaruhi saran untuk pilihan studi peserta didik. Selain itu, ada
stereotip di bidang kesehatan stereotip yang berkembang yaitu beranggapan bahwa laki-laki lebih
kuat, yang mengubah persepsi bahwa mereka kuat dan tidak memerlukan perawatan serius
walaupun mereka membutuhkannya, sementara perempuan beranggapan lebih sensitif daripada
laki-laki, dan dalam bidang pekerjaan diasumsikan bahwa perempuan lebih baik menjadi guru
dibandingkan laki-laki, atau dalam kehidupan kerja laki-laki seringkali diberikan tugas yang lebih
berat daripada perempuan (Rosetia et al., 2020).
Contoh kasus stereotip yang terjadi di Indonesia yaitu, kasus yang paling banyak terjadi
yaitu kasus pelecehan seksual pada perempuan dan parahnya para pelaku mengatakan bahwa para
korban yang telah memprovokasi pelaku. Bentuk stereotip pada perempuan ini yaitu penampilan
perempuan yang berperilaku provokatif yang pantas mendapatkan perlakuan tersebut. Undang-
undang hak-hak pekerja belum menjadi acuan atas kesetaraan gender di bidang pekerjaan masih
banyak stereotip buruk yang menganggap bahwa wanita kurang kompeten dan kurang mampu
dalam menanggung tanggung jawab yang besar, hal ini berpengaruh juga pada perbedaan gaji dan
kesempatan kerja. Selain itu contoh kasus stereotip yang terjadi di Indonesia adalah Pernikahan dini
bagi perempuan, hal ini dianggap biasa. Stereotip masyarakat beranggapan bahwa perempuan
memiliki usia tertentu di mana mereka harus segera menikah walaupun umur mereka masih muda
(Ho & Lam, 2014).

Pemimpin seorang perempuan

5
Kepemimpinan perempuan sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Banyak di antara mereka
adalah perempuan yang aktif terlibat dalam pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan dan
pembebasan Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda. Tokoh perempuan pada saat itu seperti
Raden Ajeng Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien dan lain-lain. Selain itu, pada masa Rasulullah
SAW, terdapat sejarah kepemimpinan perempuan tidak cukup banyak. Namun, ada contoh
perempuan yang begitu berperan penting dalam kehidupan sosial politik masyarakat Arab, yaitu
Khadijah binti khuwailid. Istri pertama Nabi Muhammad SAW ini adalah seorang pedagang yang
sukses dengan jiwa kepemimpinan beliau dapat mengembangkan usahanya hingga ke berbagai
belahan dunia. Selain itu, dia adalah pendukung utama Nabi Muhammad SAW dalam
memperjuangkan Islam (Fathunnurohmiyati, 2015).
Faktor keberhasilan dalam mencapai tujuan, visi dan misi organisasi yang dipimpin
perempuan terletak pada keunikan yang melekat dengannya. Kepekaan wanita terhadap kebutuhan
dan perasaan orang lain membantu mereka mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari
masyarakat. Wanita memiliki kreativitas saat memutuskan solusi yang inovatif. Selain itu,
partisipasi wanita dalam praktik sangat tinggi, mereka melihat kebutuhan dan pendapat setiap
anggota dengan sangat detail, mampu membangun hubungan interpersonal yang kuat dengan
membangun suasana kerja yang positif, dan selalu menjaga keharmonisan antar kelompok antara
kelompok dilihat dari minimnya situasi yang sulit atau antar anggota (Fitriani, 2015). Keunikan dan
kelebihan seorang pemimpin perempuan, tidak mempengaruhi stereotip di masyarakat. Lantas
faktor apa saja yang membuat seorang perempuan terpilih menjadi seorang pemimpin. Masyarakat
melihat tanda atas kualitas pemimpin perempuan itu, perempuan mendapatkan posisi sebagai
pemimpin karena pendidikan dan keterampilan yang ia miliki, biasanya mencakup dalam bidang
tertentu dan masyarakat lebih percaya kemampuan seseorang dengan melihat pengalaman masa
lalunya.
Masyarakat masih memiliki pandangan perempuan yang berbeda, hal ini dapat dibuktikan
dengan anggapan yang masih ada dan diasosiasikan dengan mereka. misalnya, perempuan tidak
bisa menjadi pemimpin karena terlalu lemah dan terlalu emosional, wanita harus fokus hanya pada
anak-anak dan laki-laki, mengapa kuliah jika akhirnya menjadi ibu rumah tangga., wanita tidak bisa
memegang posisi tinggi karena mereka kurang tegas. perempuan hanya bisa memasak dan
mengurus anak, perempuan tidak harus mengambil peran yang seharusnya dimiliki laki-laki,
perempuan sangat rapuh karena selalu membutuhkan bantuan laki-laki. Selain itu, ada contoh
stereotip gender perempuan lainnya yang masih dianut dan dipercaya oleh masyarakat yaitu
perempuan dituntut menjadi ibu rumah tangga, perempuan lemah dan tidak mampu, perempuan
hanya berperan sebagai objek seks, perempuan tidak bisa memimpin dan tidak bisa berpikir
rasional.

6
Alasan munculnya stereotip terhadap perempuan di masyarakat, yang menyebabkan
kurangnya kepercayaan publik terhadap kepemimpinan perempuan, adalah: adanya budaya patriarki
dimana laki-laki dipandang sebagai superior, yaitu sebagai seseorang yang lebih kuat. Sedangkan
perempuan dipandang sebagai inferior, sebagai seseorang yang lebih lemah. kurangnya peran
pendidikan, keluarga dan masyarakat dalam mendorong nilai-nilai kesetaraan gender dan stereotip
sejak dini dan representasi stereotip di media, seperti televisi atau film, di mana perempuan hanya
sebagai ibu rumah tangga, objek seksual, dll. Dampak besar yang ditunjukkan dari adanya stereotip
masyarakat banyak dirasakan oleh para perempuan. Meskipun bakat dan kemampuan perempuan
lebih ditekankan daripada laki-laki, namun perempuan masih dianggap tidak cocok untuk
mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya, misalnya kedudukan yang lebih tinggi dalam dunia
kerja. Ketika perempuan berhasil mendapatkan posisi yang mereka inginkan, mereka seringkali
didiskriminasi atau dicap sebagai pemimpin yang buruk oleh atasan dan bawahan mereka.
Kurangnya kepercayaan diri ini meningkatkan stres dan membuat mereka sulit mengambil
keputusan.

Kesimpulan dan rekomendasi


Berdasarkan temuan penelitian tentang stereotip gender dari perspektif masyarakat, dapat
disimpulkan bahwa masyarakat terus terbelenggu oleh asumsi stereotip yang terkait. Keunggulan
laki-laki membuat mereka memandang perempuan secara berbeda. Kedudukan perempuan
seringkali dipandang lebih lemah dibandingkan laki-laki. Masih sering dikatakan bahwa wanita
lebih baik menjadi ibu rumah tangga. Efek dari stereotype tersebut dapat merugikan perempuan,
salah satunya adalah kepemimpinan dalam masyarakat. Upaya harus dilakukan untuk mengubah
pandangan masyarakat tentang perempuan sebagai pemimpin. Meningkatnya serotipe dalam
masyarakat dapat dikurangi melalui pendidikan tentang pentingnya kesetaraan gender dalam
kepemimpinan, dan hasil akhirnya akan merubah pandangan masyarakat tentang perempuan. Jika
masyarakat memang perlu melihat bahwa perempuan mampu menjadi pemimpin, maka perempuan
harus menjadi panutan, menjadi pemimpin yang sukses sehingga mereka dapat mematahkan
stereotip dan memberikan kebebasan berbicara kepada perempuan dan laki-laki. Dengan upaya
tersebut, diharapkan pandangan stereotip masyarakat terhadap pemimpin perempuan dapat berubah.

Daftar Pustaka
Burhanudin, O. :, & Faturahman, M. (2018). KEPEMIMPINAN DALAM BUDAYA
ORGANISASI.
Fathunnurohmiyati. (2015). HAKIKAT KEPEMIMPINAN PEREMPUAN: SEBUAH
REFLEKSI SEJARAH.

7
Fitriani, A. (2015). GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN.
Hartono, R. (2021). KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI ERA GLOBALISASI.
Ho, D., & Lam, H. (2014). A study of male participation in early childhood education:
Perspectives of school stakeholders. International Journal of Educational Management, 28(5),
498–509. https://doi.org/10.1108/IJEM-02-2013-0024
Latif, A., Mustanir, A., & Irwan, I. (2019). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Partisipasi
Masyarakat Pada Perencanaan Pembangunan. JAKPP (Jurnal Analisis Kebijakan &
Pelayanan Publik), 144–164. https://doi.org/10.31947/jakpp.v1i2.7977
Mattayang, esse. (2019). TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN: SUATU TINJAUAN TEORITIS.
Nizomi, K. (2019). Gaya Kepemimpinan Perempuan Dalam Budaya Organisasi. In Jurnal
Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Vol. 4, Issue 2).
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/10/070000426
Nurani, S. (2015). IMPLIKASI TAFSIR KLASIK TERHADAP SUBORDINASI GENDER:
PEREMPUAN SEBAGAI MAKHLUK KEDUA.
Prasetyo, D. (2020). MEMAHAMI MASYARAKAT DAN PERSPEKTIFNYA. 1(1).
https://doi.org/10.38035/JMPIS
Rosetia, A., Christiarini, R., Hidayati, N., Tan, J., Fadhil Karuniansyah, M., Hendra Lim, K.,
Hayati, N., Lena Mariosta, S., & Yanti, A. (2020). STEREOTIP DAN DAMPAKNYA
DITENGAH KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT.
http://journal.uib.ac.id/index.php/nacospro
Saguni, F. (2014). PEMBERIAN STEREOTYPE GENDER.
http://www.komnasperempuan.or.id/en/2009/07/membangun-kepekaan-
Sulistyowati, Y. (2020). KESETARAAN GENDER DALAM LINGKUP PENDIDIKAN DAN
TATA SOSIAL.
Yudiaatmaja, F. (2013). KEPEMIMPINAN: KONSEP, TEORI DAN KARAKTERNYA.

Anda mungkin juga menyukai