Anda di halaman 1dari 260

-1-

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI


REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL


PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

NOMOR TAHUN 2021

TENTANG

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PENYERASIAN PEMBANGUNAN SARANA DAN


PRASARANA
TAHUN 2020-2024

DIREKTUR JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 Peraturan


Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Tahun 2020-2024, perlu menyusun Rencana
Strategis Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana Dan
Prasarana Tahun 2020-2024;
b. bahwa untuk memberikan acuan dalam penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Direktorat Penyerasian Pembangunan
Sarana dan Prasarana dan untuk memberikan panduan dalam
pengambilan keputusan strategis dan arah kebijakan, serta
untuk menetapkan sasaran dan target jangka menengah,
indikator capaian beserta langkah-langkah yang akan
diterapkan diperlukan sebuah dokumen perencanaan strategis
yang definitif dan komprehensif;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur
Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal tentang
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2014 tentang Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 264, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5598);
3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 119);
-2-

5. Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang Kementerian


Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 192);
6. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun
2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 663);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1256);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1396);
9. Keputusan Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal Nomor 94 Tahun 2021 Tentang Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Tahun 2020-2024.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN
DAERAH TERTINGGAL TENTANG RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT PENYERASIAN PEMBANGUNAN SARANA DAN
PRASARANA TAHUN 2020-2024.
KESATU : Menetapkan Rencana Strategis Direktorat Penyerasian
Pembangunan Sarana dan Prasarana Tahun 2020-2024 yang
selanjutnya disebut Renstra Direktorat Penyerasian Pembangunan
Sarana dan Prasarana, sebagai dokumen perencanaan Direktorat
Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana Tahun
2020-2024 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur
Jenderal ini.
KEDUA : Renstra Direktorat Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana
dan Prasarana berisi kondisi umum, potensi dan permasalahan, visi,
misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan dan strategi, kerangka
regulasi, kerangka kelembagaan, target kinerja, dan kerangka
pendanaan, yang disusun dengan mempedomani Rencana Strategis
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Tahun 2020-2024.
KETIGA : Renstra Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana Dan
Prasarana wajib menjadi acuan dalam:
a. penyusunan kebijakan Direktorat Penyerasian Pembangunan
Sarana dan Prasarana untuk periode 5 (lima) tahun terhitung
mulai tahun 2020 sampai dengan tahun 2024;
b. penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Direktorat Penyerasian
Pembangunan Sarana dan Prasarana;
c. penyusunan kebijakan strategis di lingkungan Direktorat
Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana;
d. penyusunan kebijakan strategis lainnya di lingkungan Direktorat
Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana Tahun 2020-
2024.
-3-

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, apabila


dikemudian hari terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam
penetapannya, akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal, September 2021

DIREKTUR JENDERAL
PARAF KOORDINASI
PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH
Sesditjen PPDT TERTINGGAL,
Dir. PRP3DT
Dir. P2SBK
Dir. P2SP
Dir. P2SDAL
Dir. P2DK

Ir. EKO SRI HARYANTO, MM


NIP. 19630421 199009 1 001
-4-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERCEPATAN
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
NOMOR TAHUN 2021
TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT
PENYERASIAN PEMBANGUNAN TAHUN 2020-2024

SISTEMATIKA RENCANA STRATEGIS


RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT PENYERASIAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
TAHUN 2020-2024

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Kondisi Umum
1.2. Potensi dan Permasalahan
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN
2.1. Visi
2.2. Misi
2.3. Tujuan
2.4. Sasaran
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal
3.3. Kerangka Regulasi
3.4. Kerangka Kelembagaan
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. Target Kinerja
4.2. Kerangka Pendanaan
BAB V PENUTUP
-5-

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum


Berdasarkan Lampiran Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 disebutkan bahwa masih adanya disparitas kualitas sumber daya
manusia antar wilayah, perbedaan kemampuan perekonomian antar
daerah, serta belum meratanya ketersediaan infrastruktur
antarwilayah serta adanya fakta mengenai kesenjangan antarwilayah.
Di samping itu masih banyaknya kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain,
hal tersebut menunjukkan bahwa pemerataan pembangunan di
Indonesia belum sepenuhnya dapat dicapai.
Pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 Jo
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2020-2024 telah ditetapkan sebanyak 62 kabupaten
tertinggal yang harus ditangani. Penetapan ini merupakan hasil
perhitungan bahwa pada periode RPJMN 2015-2019 berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2015-2019.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014
tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PP PPDT),
Daerah Tertinggal didefinisikan sebagai daerah kabupaten yang
wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan
dengan daerah lain dalam skala nasional. Secara definitif
pembangunan daerah tertinggal adalah suatu proses, upaya, dan
tindakan secara terencana untuk meningkatkan kualitas masyarakat
dan wilayah yang merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Sebagai bentuk afirmasi kebijakan pembangunan di daerah
pinggiran termasuk di dalamnya daerah tertinggal, maka perlu
dilakukan langkah-langkah percepatan. Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal mengandung arti yaitu keberpihakan dan
penajamaan terhadap pembangunan daerah tertinggal di bidang
perencanaan, pendanaan dan pembiayaan, serta penyelenggaraan
pembangunan daerah tertinggal. Adapun penetapan daerah tertinggal
didasarkan pada 6 kriteria utama yaitu ekonomi, sumber daya
manusia, infrastruktur, kapasitas keuangan daerah, aksesibilitas, dan
karakteristik daerah. Hal inilah yang mendasari diperlukannya upaya
pembangunan daerah tertinggal yang terencana dan sistematis agar
-6-

kesenjangan antara daerah tertinggal dan non tertinggal dapat


semakin dikurangi.
Berikut disampaikan capaian kinerja dalam pelaksanaan
percepatan pembangunan daerah tertinggal periode 2015-2019 yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1
Capaian Target Kinerja Pembangunan Daerah Tertinggal
Tahun 2015-2019

BIDANG SATUAN TARGET CAPAIAN KETERANGAN

PEMBANGUNAN
DAERAH
TERTINGGAL
1 Mengentaskan Kab 80 62 Fungsi Kementerian
Kabupaten Desa, PDT, dan
Daerah Tertinggal Transmigrasi dalam
2 Meningkatkan % 6,9-7,1 5,33 percepatan
pembangunan daerah
pertumbuhan tertinggal lebih kepada
ekonomi di aspek koordinasi dan
daerah integrasi kebijakan,
tertinggal program, dan
pelaksanaan sehingga
3 Menurunkan % 15-15,5 17,41 pencapaian kinerja
persentase sangat dipengaruhi
penduduk oleh dukungan
miskin di program dan anggaran
K/L/D/M.
daerah
tertinggal
Meningkatan Poin 62,7 61,23
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
di daerah
tertinggal
sumber: Perpres 17 Tahun 2020 tentang Renstra Kemendesa PDTT Tahun 2020-2024

Dari tabel di atas terlihat bahwa target capaian kinerja


pengentasan daerah tertinggal tahun 2015-2019 yaitu sebanyak 80
kabupaten. Namun, setelah dilakukan evaluasi akhir di tahun 2019,
terdapat 62 kabupaten entas. dan 60 kabupaten tidak entas. Tidak
tercapainya jumlah kabupaten entas sesuai dengan target RPJMN
Tahun 2015-2019 secara garis besar disebabkan oleh rendahnya
perekonomian masyarakat, terbatasnya sarana prasarana,
terbatasanya aksesibilitas, kualitas sumber daya manusia yang
rendah, keterbatasan kemampuan keuangan daerah, dan karakteristik
daerah. Untuk mengetahui penyebab ketertinggalan pada kriteria-
-7-

kriteria di atas, dilakukan perbandingan capaian 6 kriteria dan 27


indikator kabupaten tidak entas terhadap 415 kabupaten di Indonesia
menggunakan data Podes 2018, Susenas 2018, dan KKD 2016.
Berdasarkan analisis tersebut, diketahui bahwa 10 indikator yang
menjadi ketertinggalan utama pada kabupaten tidak entas adalah
sebagaimana pada table berikut:
Tabel 2
Indikator Yang Menjadi Ketertinggalan Utama
Pada Kabupaten Tidak Entas

No. KRITERIA INDIKATOR

1 Perekonomian Rakyat Pengeluaran Konsumsi Perkapita

2 Perekonomian Rakyat Persentase Penduduk Miskin

3 Sarana dan Prasarana Jumlah desa dengan jenis


permukaan jalan utama terluas
aspal

4 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah tangga Pengguna


Listrik

5 Sarana dan Prasarana Jumlah Prasarana Kesehatan Per


1000 Penduduk

6 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah Tangga Pengguna


Telepon (HP)

7 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah tangga Pengguna


Air Bersih

8 Sumber Daya Manusia Angka Harapan Hidup

9 Sumber Daya Manusia Jumlah Dokter Per 1000 Penduduk

10 Kemampuan Keuangan Kemampuan Keuangan Daerah


Daerah
sumber: Ditjen PDT (2020)

Selanjutnya berdasarkan Pasal 30 ayat (3) PP PPDT Jo. Diktum


Ketiga Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 79 Tahun 2019 tentang Penetapan Kabupaten
Daerah Tertinggal Yang Terentaskan Tahun 2015-2019, disebutkan
bahwa Daerah tertinggal yang sudah terentaskan masih dilakukan
pembinaan oleh Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah
Provinsi selama 3 (tiga) tahun sejak ditetapkan sebagai daerah yang
-8-

sudah terentaskan. Berikut rincian daerah tertinggal entas tahun


2015-2019 yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Daerah Tertinggal Yang Terentaskan
Tahun 2015-2019

No. Provinsi Kabupaten


1 Aceh Aceh Singkil
2 Lampung Lampung Barat
3 Sumatera Selatan Musi Rawas
4 Sumatera Barat Pasaman Barat
5 Bengkulu Seluma
6 Sumatera Barat Solok Selatan
7 Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan
8 Sulawesi Tengah Banggai Laut
9 Sulawesi Tenggara Boalemo
10 Sulawesi Tenggara Bombana
11 Sulawesi Tengah Buol
12 Sulawesi Tenggara Gorontalo Utara
13 Sulawesi Selatan Jeneponto
14 Sulawesi Tenggara Konawe
15 Sulawesi Tenggara Konawe Kepulauan
16 Sulawesi Tenggara Mamuju Tengah
17 Sulawesi Tengah Morowali Utara
18 Sulawesi Tengah Parigi Moutong
19 Sulawesi Tenggara Pohuwato
20 Sulawesi Barat Polewali Mandar
21 Sulawesi Tengah Toli-toli
22 Papua Biak Numfor
23 Papua Kepulauan Yapen
24 Papua Merauke
25 Papua Raja Ampat
26 Papua Sarmi
27 Nusa Tenggara Barat Bima
28 Nusa Tenggara Barat Dompu
29 Nusa Tenggara Timur Ende
30 Nusa Tenggara Barat Lombok Barat
31 Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah
32 Nusa Tenggara Barat Lombok Timur
33 Nusa Tenggara Timur Manggarai
34 Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat
35 Nusa Tenggara Timur Nagekeo
36 Nusa Tenggara Barat Sumbawa
37 Nusa Tenggara Barat Sumbawa Barat
38 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Utara
-9-

No. Provinsi Kabupaten


39 Maluku Buru
40 Maluku Utara Halmahera Barat
41 Maluku Utara Halmahera Selatan
42 Maluku Utara Halmahera Timur
43 Maluku Maluku Tengah
44 Maluku Utara Pulau Morotai
45 Kalimantan Barat Bengkayang
46 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara
47 Kalimantan Barat Kapuas Hulu
48 Kalimantan Barat Kayong Utara
49 Kalimantan Barat Ketapang
50 Kalimantan Barat Landak
51 Kalimantan Timur Mahakam Ulu
52 Kalimantan Barat Melawi
53 Kalimantan Utara Nunukan
54 Kalimantan Barat Sambas
55 Kalimantan Tengah Seruyan
56 Kalimantan Barat Sintang
57 Jawa Timur Bangkalan
58 Jawa Timur Bondowoso
59 Banten Lebak
60 Banten Pandeglang
61 Jawa Timur Sampang
62 Jawa Timur Situbondo

Adanya Daerah Otonom Baru (DOB) yang masuk kriteria Daerah


Tertinggal Tahun 2020-2024 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4
Daftar Daerah Otonom Baru
yang Menjadi Daerah Tertinggal

Daerah Induk
No. Daerah Otonom Dasar Hukum
Baru
Provinsi Kabupaten
(Kabupaten)
Papua Manokwari No. 23 Tahun 2012
1 Manokwari
Barat
Selatan
Papua Manokwari No. 24 Tahun 2012
2 Pegunungan
Barat
Arfak
sumber: Ditjen PDT (2020)

Untuk Persebaran Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 terdiri dari


7 kabupaten di Wilayah Sumatera, 14 kabupaten di Wilayah Nusa
- 10 -

Tenggara, 3 kabupaten di Wilayah Sulawesi, 8 kabupaten di Wilayah


Maluku, dan 30 kabupaten di Wilayah Papua sebagaimana disajikan
pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1
Peta Persebaran Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024
dan Daerah Tertinggal entas Tahun 2015-2019

sumber: Ditjen PDT (2020)

Persebaran lokasi daerah tertinggal berdasarkan Peraturan


Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal
Tahun 2020-2024 secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5
Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024

No. Provinsi Kabupaten


1 Sumatera Utara Nias
2 Sumatera Utara Nias Selatan
3 Sumatera Utara Nias Utara
4 Sumatera Utara Nias Barat
5 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai
6 Sumatera Selatan Musi Rawas Utara
7 Lampung Pesisir Barat
8 Nusa Tenggara Barat Lombok Utara
9 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat
10 Nusa Tenggara Timur Sumba Timur
11 Nusa Tenggara Timur Kupang
12 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Selatan
13 Nusa Tenggara Timur Belu
- 11 -

No. Provinsi Kabupaten


14 Nusa Tenggara Timur Alor
15 Nusa Tenggara Timur Lembata
16 Nusa Tenggara Timur Rote Ndao
17 Nusa Tenggara Timur Sumba Tengah
18 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Daya
19 Nusa Tenggara Timur Manggarai Timur
20 Nusa Tenggara Timur Sabu Raijua
21 Nusa Tenggara Timur Malaka
22 Sulawesi Tengah Donggala
23 Sulawesi Tengah Tojo Una-una
24 Sulawesi Tengah Sigi
25 Maluku Maluku Tenggara Barat
26 Maluku Kepulauan Aru
27 Maluku Seram Bagian Barat
28 Maluku Seram Bagian Timur
29 Maluku Maluku Barat Daya
30 Maluku Buru Selatan
31 Maluku Utara Kepulauan Sula
32 Maluku Utara Pulau Taliabu
33 Papua Barat Teluk Wondama
34 Papua Barat Teluk Bintuni
35 Papua Barat Sorong Selatan
36 Papua Barat Sorong
37 Papua Barat Tambrauw
38 Papua Barat Maybrat
39 Papua Barat Manokwari Selatan
40 Papua Barat Pegunungan Arfak
41 Papua Jayawijaya
42 Papua Nabire
43 Papua Paniai
44 Papua Puncak Jaya
45 Papua Boven Digoel
46 Papua Mappi
47 Papua Asmat
48 Papua Yahukimo
49 Papua Pegunungan Bintang
50 Papua Tolikara
51 Papua Keerom
52 Papua Waropen
53 Papua Supiori
54 Papua Mamberamo Raya
55 Papua Nduga
56 Papua Lanny Jaya
57 Papua Mamberamo Tengah
- 12 -

No. Provinsi Kabupaten


58 Papua Yalimo
59 Papua Puncak
60 Papua Dogiyai
61 Papua Intan Jaya
62 Papua Deiyai

Berdasarkan dokumen RPJMN Tahun 2020-2024, kegiatan


pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, perdesaan, dan
trasmigrasi merupakan salah satu kegiatan prioritas di dalam Prioritas
Nasional 2 (PN 2) yakni mengembangkan wilayah untuk mengurangi
kesenjangan dan menjamin pemerataan.
Lebih rinci dijelaskan bahwa kebijakan dan strategi pembangunan
kewilayahan tahun 2020-2024 antara lain pengembangan kebijakan
dan pelaksanaan pembangunan afirmatif untuk mempercepat
pembangunan daerah tertinggal, kecamatan lokasi prioritas
perbatasan, pulau-pulau kecil terluar dan terdepan, serta kawasan
transmigrasi, melalui:
a. perluasan akses pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan;
b. penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan, air bersih dan
sanitasi, dan listrik;
c. peningkatan konektivitas transportasi darat, sungai, laut dan
udara;
d. pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi sebagai basis
ekonomi digital;
e. perluasan kerjasama dan kemitraan dalam investasi, promosi,
pemasaran dan perdagangan (Gambar 2).

Gambar 2
POSISI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
DALAM RPJMN TAHUN 2020-2024

sumber: Bappenas (2020)


- 13 -

Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Jo Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, disebutkan bahwa Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT) memiliki tugas untuk
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
penyerasian percepatan pembangunan daerah tertinggal. Sehingga
dalam rangka pencapaian sasaran RPJMN Tahun 2020-2024 lingkup
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
berkomitmen untuk mengentaskan 25 kabupaten dari total 62
kabupaten daerah tertinggal.
Dalam upaya memenuhi target pengentasan daerah tertinggal,
perlu disusun Renstra Ditjen PPDT Tahun 2020-2024 yang mencakup
kondisi umum, potensi dan permasalahan, visi, misi, tujuan, sasaran,
arah kebijakan dan strategi, kerangka regulasi, kerangka
kelembagaan, target kinerja, dan kerangka pendanaan serta indikasi
kegiatan prioritas Ditjen PPDT 2020-2024, sebagai bagian kesatuan
dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal secara
nasional.
- 14 -

1.2. Potensi dan Permasalahan


a. Potensi
Secara umum, daerah tertinggal memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah terutama sektor
pertanian, perkebunan, perikanan, kerajinan, industri usaha kecil menengah (UKM), maupun potensi wisata.
Dan berikut adalah rekapitulasi potensi yang ada di 62 (enam puluh dua) Daerah Tertinggal 2020-2024 yang
dirangkum dari kabupaten dalam angka pada Badan Pusat Statistik (BPS):

Tabel 6
Matriks Potensi Daerah Tertinggal 2020-2024

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Sumatera Kepulauan a. Perikanan tangkap 6.939 Didominasi oleh industri kecil Pulau Nyang Nyang, Pantai
Barat Mentawai ton menengah. Terdapat IKM berbasis Pula Sikuai, Danau Rua
b. Cengkeh 1.519,6 ha Kayu, anyaman, keramik, makanan & Oinang, dan Air Terjun Bat
c. Pisang 119,93 ton minuman Soumang
d. Kelapa 7.424 ha
e. Padi 2.225 ha
Sumatera Musi Rawas a. Karet 107.427 ha Pada tahun 2015, mayoritas industri Goa Napal Licin, Danau
Selatan Utara b. Kelapa Sawit 10.420,2 ha yang terdapat di Kabupaten Musi Rayo, Air Terjun Ulu Tiku,
c. Kambing 12.470 ha Rawas berjenis industri kerajinan DAM Bukit Ulu
d. Budidaya Kolam 51.218 rumah tangga yang memiliki pekerja
ha 5-19 orang, yakni sejumlah 6
e. Padi 7.234 ha industri.
Sumatera Nias a. Karet 14.763 ha Usaha Industri Binaan Pangan, Pulau Musi, Pulau
Utara b. Perikanan Tangkap industri binaan kayu dan perabotan Onolimbu, Pantai Charlita,
1.012,69 ton rumah tangga yang tersebar di Pantai Gowaena
c. Kakao 1.450 ha seluruh kecamatan
- 15 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


d. Padi 13.323,4 ha
e. Kelapa 1.266,75 ha
Sumatera Nias Barat a. Karet 6.190 ha Didominasi oleh industri kecil Pantai Asu, Pantai Sirombu,
Utara b. Kakao 1.122 ha menengah. Terdapat IKM berbasis Pulau Hamatula, Diving
c. Perikanan Tangkap kayu, IKM Anyaman, dan IKM Pulau Bogi
161,42 ton Keramik
d. Kelapa 4.510 ha
e. Padi 4.568 ha
Sumatera Nias Selatan a. Kelapa 18.676,75 didominasi oleh Industri Kecil Pantai Lagundri, Pantai
Utara b. Padi 33.758 ha Menengah yaitu IKM Anyaman, Kayu, Sorake, Pulau Tello, dan
c. Karet 11.697,75 ha dan Logam Tari Fataele (Tari Perang)
d. Kakao 4.824 ha
e. Jagung 2.095 ha
Sumatera Nias Utara a. Perikanan Tangkap didominasi oleh industri kecil Pantai Gawu Soyo, Pantai
Utara 13.700,17 ton menengah yaitu IKM Makanan dan Turoleto, Pantai Toyolawa,
b. Padi 7.437 ha Minuman, kulit, kayu , dan anyaman Danau Megoto
c. Karet 69.855 ha
d. Kakao 2.461 ha
e. Kelapa 7.690 ha
Lampung Pesisir Barat a. Padi 20.646 ha Terdapat 28 usaha konstruksi yang Pantai Labuhan Jukung,
b. Jagung 5.643 ha tercatat beroperasi di Kabupaten Pulau Pisang, Gua Matu,
c. Kopi 5.106 ha Pesisir Barat. 13 usaha konstruksi Penangkaran Tembulih
d. Kelapa Sawit 6.159 ha diantaranya tercatat sebagai usaha
e. Kelapa 7.610 ha yang aktif melakukan kegiatan
konstruksi.
- 16 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Sulawesi Donggala a. Padi 23.413 ha Terdapat 9 perusahaan yang Pantai Tanjung Karang,
Tengah b. Jagung 11.175 ha terklasifikasi sebagai perusahaan Pantai Pusat Laut
c. Holtikultura 323 ha industri di Kabupaten Donggala. Tiga Pusentasi, Pulau Pasoso
diantaranya adalah perusahaan
industri pengolahan minyak mentah
kelapa sawit dengan jumlah produksi
sebesar 2,9 Milyar
Sulawesi Sigi a. Padi 30.512 ha Pengembangan industri yang Taman Nasional Lore Lindu
Tengah b. Kakao 27.681 ha mendukung sektor pertanian, serta (TNLL), Danau Lindu,
c. Jagung 10.105 ha kerajinan rumah tangga sebagai Vatunoniu Village, Hutan
d. Kelapa 5.986 ha pendukung sektor pariwisata Wisata Danau Lindu
Sulawesi Tojo Una-una a. Kelapa 19.868 ha Pengembangan Industri Kecil yaitu Pulau Togean, Divinh
Tengah b. Jagung 11.804 ha industri Pengolahan seperti industri Togean, dan Air Terjun
c. Kakao 10.370 ha mebel Wakai
d. Cengkeh 2.127 ha
Papua Asmat a. Ubi Kayu 85,1 ha Didominasi oleh perusahaan industri Taman Nasional Lorenz,
b. Sagu 4.143 ha kecil formal dengan kegiatan tekstil, Rawa Baki, dan Pesta
agro dan kehutanan Budaya Asmat
Papua Boven Digoel a. Karet 3.843 ha Didominasi oleh industri kecil dan Penjara Hindia Belanda
b. Talas 280 ha mikro.
Papua Deiyai Palawija, kopi, holtikultura Pulau Duamo
dan perikanan budidaya
Papua Dogiyai Palawija, kopi, peternakan Didominasi oleh industri kecil dan Danau Makamo
mikro yang bergerak di bidang
makanan dan minuman.
- 17 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Papua Intan Jaya Palawija, holtikultura Puncak Carstenzs dan Desa
Ugimba
Papua Jayawijaya a. Ubi jalar 5.032 ha Didominasi oleh industri kecil dan Lembah Baliem, Telaga
b. Kopi 1.976 ha mikro yang bergerak di bidang Biru, dan Kampung Sekan
c. Padi 25 ha makanan, minuman dan jasa reparasi
pemasangan mesin.
Papua Keerom a. Kelapa sawit 17.790 ha sektor industri minyak dan pangan Festival Budaya dan
b. Kakao 7.818 ha Kampung Wisata Yowong
c. Jagung 611 ha
d. Padi 200 ha
Papua Lanny Jaya Kopi dan palawija Didominasi oleh industri yang Paralayang dan Pendakian
berkaitan dengan pengolahan Bukit Tiom
perkebunan dan peternakan.

Papua Mamberamo Perikanan tangkap, palawija Didominasi oleh industri kecil dan Danau Bira
Raya dan holtikutura rumah tangga.
Papua Mamberamo Palawija dan buah merah pengolahan kayu dan peternakan Hutan Hujan Tropis, dan
Tengah Studi flora-fauna
Papua Mappi a. Perikanan tangkap 3.064 hanya ada industri kecil formal dan Rumah Pohon Suku
ton nonformal Koroway
b. Kelapa 811,6 ha
c. Pisang 113 ha
d. Sagu
Papua Nabire a. Ubi Kayu 2.205 ha industri kecil di sektor pangan Hiu Paus di Kwatisore,
b. Padi 4.285 ha Pantai Pulau Ahe, dan
c. Perikanan Tangkap Pantai Gedo
12.710 ton
- 18 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Papua Nduga Kopi, palawija pengolahan pertanian dan Taman Nasional Lorenz dan
pengolahan kayu Batas Batu
Papua Paniai a. Ubi Jalar 670 ha makanan dan minuman serta Danau Paniai
b. Kopi kerajinan
c. Kedelai
Papua Pegunungan a. Ubi Jalar 8.359 ha industri kecil dan mikro yang Puncak Mandala
Bintang b. Kopi 293 ha bergerak di bidang pangan
Papua Puncak a. Ubi Kayu 4.337 ha
b. Ubi Jalar
c. Babi
Papua Puncak Jaya Kopi, palawija, holtikultura industri kecil kerajinan Puncak Carstenz
Papua Supiori a. Perikanan Tangkap 4.410 Industri kecil menengah. Kegiatan Pulau Rani, Kepulauan
ton industri didominasi oleh industri Padaido dan Kepulauan
b. Kelapa 419 ha furnitur Aruri
c. Cabai 14 ha
Papua Tolikara a. Ubi Jalar 7.892 ha industri kecil di bidang pangan Danau Biuk, Cagar Alam
b. Peternakan dan Taman Nasional Lorenz,
dan Gunung Timoini
Papua Waropen a. Perikanan Tangkap industri kecil yang bergerak di sektor Pantai Batu Zaman, Pantai
10.988 ton utama pengolahan pangan Ronggaiwa, Pantai
b. Kelapa 685 ja Sarafambai, dan Pulau Nau
c. Jagung 103 ha
Papua Yahukimo a. Jagung industri kecil Wisata Alam dan Budaya
b. Buah Merah 1.156 ha
c. Kopi 144 ha
- 19 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Papua Yalimo Palawija dan hasil hutan industri pengolahan kayu
Papua Barat Sorong a. Padi 1.240 ha industri kecil yaitu industri Pulau Um, Pantai Mailan,
b. Ubi Kayu 331 ha pengolahan pangan Air Terjun Klasmis, dan
c. Holtikultura 2.849 ha Obyek Wisata Jeflio
d. Kelapa 627 ha
Papua Barat Sorong Selatan a. Ubi Kayu 46 ha industri pengolahan hasil pertanian Panta Kapal dan Air Terjun
b. Perikanan tangkap 549 Sasnek
ton
Papua Barat Maybrat a. Ubi Kayu 154 ha sektor industri olahan dan kerajinan Danau Ayamaru dan Danau
b. Holtikultura dari industri kecil dan menengah Framu
Papua Barat Tambrauw a. Kelapa 4.821 ha sektor industri olahan dan kerajinan Air Terjun Miyah, Pantai
b. Jagung 306 ha dari industri kecil dan menengah Batu Kapal, dan Taman Mini
c. Holtikultura 101 ha Sausapor
Papua Barat Teluk Bintuni a. Perikanan Tangkap sektor industri kecil dan menengah Pantai Boombara dan
b. Kelapa Sawit 7.296 ha berupa industri olahan/kerajinan Gunung Botak
c. Padi 427 ha
d. Jagung 31 Ha

Papua Barat Teluk a. Perikanan Tangkap sektor industri kecil dan menengah Taman Laut Teluk
Wondama b. Ubi Kayu 88 ha berupa industri olahan/kerajinan Cendrawasih
c. Petsai 56 ha
d. Rumput laut
Papua Barat Manokwari a. Kelapa 155 ha 5 unit usaha minuman ringan Gunung Botak, Pantai Syari,
Selatan b. Kakao 1.925 ha Pantai Dosa, Air Terjun
c. Pala 131 ha Neney, Danau Anggi Gida
Giji
- 20 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Papua Barat Pegunungan Kakao, kelapa, pinang Usaha Perkebunan Tanaman Danau Anggi Gida dan Anggi
Arfak Tahunan Giji, Rumah Kaki Seribu,
Tari Tumbuk Tanah
Nusa Alor a. Padi 7.876 ha Pulau Kepa, Air Mancur Tuti
Tenggara b. Jagung 9.116 ha Adagai, Pantai Lingal, Kolam
Timur c. Kelapa 2.965 ha Bidadari
d. Mete 8.007 ha
e. Vanili

Nusa Belu a. Padi 6.949 ha Pengembangan Industri Kecil Hasil Air Terjun Mauhalek, Fulan
Tenggara b. Jagung 14.721 ha Pertanian dan Kehutanan (IPHK), dan Fehan, Kolam Susuk,
Timur c. Perikanan Tangkap 1.513 Industri Aneka Benteng Ranu Hitu
ton
d. Sapi 69.621 ekor
e. Kopi 212 ha
Nusa Kupang a. Padi 22.743 ha Pada tahun 2016, terdapat 71 Pantai Tablolong, Air Terjun
Tenggara b. Jagung 23.851 ha industri di Kabupaten Kupang yang Tesbatan, Air Terjun Oenesu
Timur c. Kelapa 7.987 ha terdiri dari 2 industri besar sedang,
d. Sapi 586.717 ekor 27 industri kecil dan 42 industri
e. Pisang 4.567 ton kerajinan rumah tangga.
Berdasarkan sub sektornya industri
di kabupaten ini didominasi industri
kayu, bambu, rotan, rumput dan
sejenisnyatermasuk perabot rumah
tangga
- 21 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Nusa Lembata a. Padi 6.455 ha Jumlah Industri Mikro Kecil di Desa Nelayan Lamalera,
Tenggara b. Jagung 14.006 ha Kabupaten Lembata yang tercatat Tanjung Nuhamera,
Timur c. Kelapa 5.814 ha sebanyak 68 industri. IKM didominasi Lewoleba, dan Puncak Ile
d. Perikanan Tangkap 7.325 oleh industri makanan Lewotolok
ton
e. Tanaman Hutan 49.181
ha
Nusa Lombok Utara a. Padi 11.871 ha Kegiatan industri di Kabupaten Pantai Sire, Gunung
Tenggara b. Jagung 9.143 ha Lombok Utara di dominasi oleh Rinjani, Air Terjun Sendang
Barat c. Kakao 3.963 ha industri non formal dengan kegiatan Gile, Segara Anak
d. Kelapa 9.498 ha industri kimia, agro industri dan hasil
e. Jambu Mete 7.126 ha hutan

Nusa Malaka a. Palawija 22.843 ha industri kecil dan mikro dengan jenis Pantai Motadikin, Pantai
Tenggara b. Padi 7.659 ha kegiatan berupa industri hasil Wemasa, Cagar Alam
Timur pertanian dan kehutanan Maubesi, dan Bukit Cinta
Malaka
Nusa Manggarai a. Kopi 14.948 ha palig besar pada industri hasil Danau Ranameso, Pantai
Tenggara Timur b. Palawija 3.762 ha pertanian dan kehutanan Liang Bala, Danau Rana
Timur c. Kakao 3.505 ha Tonjong, dan Air Terjun Radi
d. Padi 2.127 ha Ntangis
Nusa Rote Ndao a. Padi 21.598 ha paling besar pada industri makanan, Pantai Nembrala, Pantai
Tenggara b. Jagung 4.910 ha minuman, dan sandang Boa, Bukit Mandoo, Pantai
Timur c. Bawang Merah 283 ha Oeseli
d. Perikanan Tangkap 3.361
ton
e. Perikanan Budidaya 5,49
ton
- 22 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Nusa Sabu Raijua a. Palawija 2.420 ha di dominasi industri makanan, Kelebba Maja, Benteng Ege
Tenggara b. Perikanan Budidaya minuman dan tembakau yang & Batu Gong, Pantai Rai
Timur c. Padi 1.243 ha sebagian besar berupa gulai air dan Mea, Kampung Adat Namata
industri barang dari logam, mesin dan
peralatan
Nusa Sumba Barat a. Padi 13.781 ha didominasi oleh industri kecil Pantai Nihiwatu, Pantai
Tenggara b. Jagung 8.769 ha menengah yang bergerak pada bidang Pero, Pantai Marosi, dan
Timur c. Ubi Kayu 886 ha furniture, tekstil, barang logam, Kampung Adat Praijing
d. Pepaya 1.873 ton bukan mesin dan peralatan
e. Perikanan Tangkap 2.821
ton
Nusa Sumba Barat a. Palawija 34.241 ha paling besar pada industri tekstil, Danau Weekuri, Pantai
Tenggara Daya b. Padi 27.162 ha pakaian jadi dan kulit, serta industri Mandorak, Air Terjun Pabeti
Timur c. Jambu Mete 11.093 ha barang logam, mesin dan peralatan Lakera, Pantai Watu
Maladong
Nusa Sumba Tengah a. Padi 7.354 ha di dominasi oleh agro industri dan Air Terjun Matayangu,
Tenggara b. Jagung 6.060 ha industri kerajinan yaitu kerajinan Pantai Aili, Gua Alam Liangu
Timur c. Jambu Mete 3.294 ha tenunan, anyaman dan meubeler Paniki, Kampung Adat Lai
d. Kelapa 4.549 ha Tarung
e. Kambing 12.026 ha
Nusa Sumba Timur a. Padi 20.099 ha paling besar pada industri kerajinan Pantai Talimbang, Pantai
Tenggara b. Jagung 14.284 ha yaitu kerajinan tenun ikat dan Walakiri, Bukit Tanarara,
Timur c. Perikanan Tangkap 9.108 anyaman pandan/lontar Bukit Wairnding, Pantai
ton Puru Kambera
d. Ubi Kayu 2.676 ha
e. Jambu Mete 9.464 ha
- 23 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Nusa Timor Tengah a. Padi 5.579 ha terdapat 158 industri rumah tangga Pantai Kolbano, Pantai
Tenggara Selatan b. Jagung 59.549 ha dan industri kerajinan rumah Boisae, Air Terjun Oehala,
Timur c. Jeruk Koprok 11.222 ton terbanyak berasal dari Kecamatan Gunung Mutis
d. Kemiri 4.141 ha Kota Soe
e. Sapi 190.683 ekor
Maluku Buru Selatan a. Kelapa 10.545 ha sebanyak 128 perusahaan dengan Pulau Oki, Pantai Leksula,
b. Cengkeh 5.778 ha mayoritas kegiatan furnitur dan Air Terjun Jin, dan Pantai
c. Kakao 5.069 ha industri pengolahan lainnya Wamsoba
d. Perikanan Tangkap
11.757 ton
e. Kelapa 10.545 ha

Maluku Kepulauan Aru a. Kelapa 1.328 ha didominasi oleh industri yang Pantai Batu Kora, Pantai
b. Padi 11 ha berkaitan dengan kelautan seperti Wamar, Desa Koba
c. Ketela Pohon 73 ha budidaya mutiara, budidaya ikan, Kepulauan Aru dan Pantai
d. Babi 4.376 ekor galangan kapal dan lainnya Kora Evar
Maluku Maluku Barat a. Ketela Pohon 600 ha didominasi oleh industri nonformal Danau Tihu, Pantai Nusiata
Daya b. Jagung 3.077 ha seperti sandang, dan kulit, makanan – Pulau Wetang, Air Terjun
c. Kelapa 5.299 ha dan minuman, kerajinan umum dan Regoha dan Underwater
d. Cengkeh 74,9 ha lainnya Welora-Dawelor
Maluku Maluku a. Kelapa 25.889 ha industri mikro dan industri kecil yang Pantai Matakus, Pantai
Tenggara Barat b. Ubi 917 ha bergerak dalam bidang makanan, Weluan, Batlosa-Desa
c. Petsai 113 ha minuman, tembakau, tekstil, dan Latdalam dan Mata Air
d. Kakao 11 ha lainnya Bomaki
- 24 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Maluku Seram Bagian a. Cabai 1.026 ha Didominasi oleh industri kecil Wisata Bawah Laut Pulau
Barat b. Kelapa 7.673 ha menengah. Sektor utama masih Lucipara, Wisata Alam
c. Kakao 3.644 ha berupa pertanian, sehingga memiliki Pulau Osi, Air Terjun
d. Cengkeh 7.527 ha potensi untuk mengembangkan Lumoli, dan Air Terjun
industri pengolahan hasil pertanian Waisia
Maluku Seram Bagian a. Jagung 4.765 ha didominasi oleh industri kecil dan Danau Soli, Taman Laut
Timur b. Kakao 1.055 ha industri mikro yang bergerak dalam Koon, Pulau Geser dan
c. Kelapa 18.372 ha bidang makanan, minuman, furnitur Tebing Air Panas Nif
d. Cengkeh 9.807 ha dan industri pengolahan lainnya
Maluku Utara Kepulauan a. Kelapa 30.596 ha didominasi oleh industri kecil Pulau Pagama, Benteng De
Sula b. Cengkeh 3.145 ha menengah. Salah satu industri yang Verwatching, Pantai
c. Kacang Mete 3.525 ha berpotensi untuk dikembangkan Fukwew, Air Terjun Wailau
adalah industri pengolahan makanan,
antara lain pengasapan ikan julung,
aneka roti, sagu, halua kenari, dan
aneka kue

Maluku Utara Pulau Taliabu a. Kelapa 31.394 ha Wisata Bawah Laut Pulau
b. Kakao 1.179 ha Samada Besar, Pulau Seho,
c. Perikanan Tangkap Pulau Limbo, dan Pantai
231.629 ton Tikong
- 25 -

b. Permasalahan
Permasalahan pembangunan yang masih dihadapi hingga saat ini
yaitu masih adanya kabupaten yang berstatus tertinggal dan persoalan
adanya kesenjangan antarwilayah. Hal ini tidak sejalan dengan orientasi
pembangunan Indonesia kedepan sesuai dengan prioritas nasional ke 2
yaitu pengembangan wilayah mengurangi kesenjangan dan pemerataan.
Dalam usaha percepatan pembangunan daerah tertinggal, maka pada
tahun 2020-2024, kegiatan akan difokuskan kepada perbaikan
infrastruktur dasar, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan daerah tertinggal
dalam 5 tahun kedepan akan difokuskan pada penanganan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Kesenjangan pembangunan antarwilayah di Indonesia masih
merupakan tantangan yang harus diselesaikan dalam pembangunan
kedepan terutama kawasan daerah tertentu. Kesenjangan
pembangunan antarwilayah dalam jangka panjang bisa memberikan
dampak pada kehidupan sosial masyarakat. Kesenjangan
antarwilayah tersebut berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur
yang tidak memadai. Upaya-upaya pembangunan yang lebih berpihak
kepada kawasan daerah tertentu menjadi suatu keharusan untuk
menangani tantangan ketimpangan dan kesenjangan pembangunan.
2. Rendahnya perekonomian masyarakat
Belum optimalnya pengelolaan potensi sumber daya lokal dalam
pengembangan perekonomian daerah tertinggal. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya kemampuan permodalan, penguasaan teknologi,
informasi pasar dan investasi dalam pengembangan produk unggulan
daerah, dan rendahnya kapasitas kelembagaan pemerintah daerah
dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya lokal.
3. Rendahnya kualitas sumber daya manusia
Kondisi ini ditandai masih rendahnya beberapa indikator terkait
dengan pembangunan sumber daya manusia dan kesejahteraan
sosial, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sumber daya
manusia merupakan modal utama dalam pembangunan nasional.
Oleh karena itu, kualitas SDM harus terus ditingkatkan sehingga
mampu memberikan daya saing yang tinggi. Upaya tersebut dapat
dilakukan pengendalian penduduk, peningkatan taraf pendidikan,
dan peningkatan derajat kesehatan dan gizi masyarakat.
Masih rendahnya IPM dan masih tingginya angka kemiskinan dan
pengangguran serta aktivitas ekonomi yang masih rendah di daerah
tertinggal mengakibatkan masih rendahnya produktivitas masyarakat
di daerah tertinggal. Untuk meningkatkan produktivitas masyarakat
- 26 -

di daerah tertinggal dapat dilakukan melalui pemberdayaan, baik


pemberdayaan dari aspek ekonomi, sosial, dan kelembagaan.
4. Terbatasnya sarana dan prasarana
Permasalahan yang mendasar di daerah tertinggal adalah rendahnya
tingkat ketersediaan infrastruktur sarana dan prasarana dasar publik.
Hal tersebut menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal sulit
mendapatkan akses pelayanan dasar yang layak, seperti pendidikan,
kesehatan, air bersih, infrastruktur transportasi, listrik dan
telekomunikasi. Rendahnya akses pelayanan dasar berdampak pada
rendahnya kualitas sumber daya manusia dan lemahnya
perekonomian di daerah tertinggal.
5. Rendahnya kapasitas keuangan daerah
Masih rendahnya angka kemandirian fiskal akibat minimnya
kapasitas pengelolaan keuangan daerah dan rendahnya kualitas
belanja daerah sehingga belum mampu mengoptimalkan pemanfaatan
sumber pendapatan asli daerah.
Regulasi yang tidak/belum memihak terhadap percepatan
pembangunan daerah tertinggal menimbulkan disharmoni antar
kebijakan, inefisiensi, dan kontra produktif, sehingga upaya akselerasi
atau percepatan pembangunan daerah tertinggal menjadi terhambat.
Oleh karena itu, perlu adanya revisi terhadap beberapa regulasi yang
tidak sejalan dengan upaya percepatan pembangunan daerah
tertinggal serta mendorong regulasi yang memberikan perlakuan
khusus/insentif terhadap investasi. Pemberian insentif terhadap
sektor swasta dan pelaku usaha merupakan kebijakan non fiskal
untuk mendorong peningkatan investasi di daerah tertinggal.
6. Rendahnya aksesibilitas
Tingginya kesenjangan antar wilayah disebabkan keterbatasan
aksesibilitas dan konektivitas antar wilayah dan jaringan jalan dan
jembatan serta jaringan transportasi yang belum menjangkau banyak
wilayah pemukiman penduduk sehingga pelayanan dasar belum
dirasakan sebagian besar masyarakat.
Daerah tertinggal yang notabene sebagian besar adalah daerah
hinterland dari pusat-pusat pertumbuhan merupakan daerah dengan
tingkat aksesibiltas rendah, karena keterbatasan infrastruktur
wilayah, terutama infrastruktur transportasi, komunikasi, dan energi.
Perkembangan daerah tertinggal rendah dan lambat karena masih
lemahnya konektivitas antarwilayah, terutama antar daerah tertinggal
dan pusat pertumbuhan wilayah.
- 27 -

7. Karakteristik daerah
Kurang optimalnya penanganan daerah khusus seperti masih
tingginya gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban umum di
daerah perbatasan serta pencegahan, penanganan dan rehabilitasi
bencana, pengembangan pulau kecil dan terluar serta daerah
perbatasan dan wilayah strategis. Masih rendahnya kesadaran dalam
pengelolaan sumber daya alam yang dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan sebagai akibat eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan, dan ketergantungan dalam hal pangan, energi, keuangan,
dan teknologi. Negara tidak mampu memanfaatkan kandungan
kekayaan alam yang besar, baik yang berwujud maupun bersifat non-
fisik bagi kesejahteraan rakyatnya.
- 28 -

BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN

2.1. Visi
Visi pembangunan Indonesia pada RPJMN Tahun 2020-2024 adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan
makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung
oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Visi Presiden dan Wakil Presiden
untuk dapat mencapai Visi pembangunan Indonesia adalah:
“Terwujudnya Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian, berlandaskan gotong-royong”. Adapun visi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal tahun 2020-2024
adalah: “Terwujudnya perdesaan yang memiliki keunggulan
kolaboratif dan daya saing secara berkelanjutan dalam Mendukung
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
Berlandaskan Gotong-Royong”.
Pengertian dari visi tersebut adalah:
a. Perdesaan adalah wilayah desa, kawasan perdesaan, dan kawasan
transmigrasi baik di daerah tertinggal maupun di daerah tidak
tertinggal yang menjadi urusan pemerintahan serta menjadi
kewenangan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi.
b. Keunggulan Kolaboratif adalah kondisi yang diharapkan agar
perdesaan memiliki kemampuan untuk membentuk kemitraan
dengan wilayah/kawasan lainnya yang efektif, bermanfaat, dan saling
menguntungkan untuk lebih meningkatkan keunggulan daya saing.
c. Berkelanjutan adalah pembangunan desa, kawasan perdesaan,
kawasan transmigrasi dan daerah tertinggal yang memiliki ketahanan
ekonomi, sosial dan ekologi yang sejalan dengan arah pembangunan
berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
d. Keunggulan Daya Saing adalah kondisi yang diharapkan agar
perdesaan di Indonesia memiliki kinerja yang lebih baik dalam
meningkatkan nilai tambah dibandingkan dengan negara lainnya baik
di tingkat regional maupun internasional. e. Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong-royong:
merupakan visi Presiden dan Wakil Presiden yang wajib didukung oleh
- 29 -

visi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan


Transmigrasi.
Visi percepatan pembangunan daerah tertinggal merupakan bagian
dari visi pembangunan yang dicanangkan oleh presiden maupun visi
dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi. Percepatan pembangunan daerah tertinggal hanyalah
merupakan salah satu instrumen untuk mencapai visi Presiden
maupun visi Kementerian.
2.2. Misi
Visi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Tahun 2020-2024 akan dapat dicapai melalui misi sebagai
berikut:
a. Mempercepat pembangunan Desa dan Perdesaan yang berkelanjutan;
b. Mengembangkan ekonomi dan investasi Desa dan Perdesaan, Daerah
Tertinggal, dan kawasan Transmigrasi;
c. Menyerasikan kebijakan dan program percepatan pembangunan
daerah tertinggal;
d. Menyelenggarakan pembangunan dan pengembangan kawasan
transmigrasi;
e. Menyusun dan merumuskan pengembangan daya saing Desa dan
Perdesaan, Daerah Tertinggal, dan kawasan Transmigrasi berbasis
data dan informasi yang akurat;
f. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan pemberdayaan
masyarakat desa dan perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi;
dan
g. Meningkatkan penatakelolaan pemerintahan yang baik.
Percepatan pembangunan daerah tertinggal sebagai sebuah
instrumen dalam rangka mencapai visi Presiden maupun visi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,
maka tidak dapat berdiri sendiri, akan tapi memiliki keterkaitan dengan
beberapa visi lainnya, yaitu:
1. Meningkatkan penatakelolaan ekonomi dan investasi perdesaan.
2. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia perdesaan.
3. Membangun kolaborasi antara kawasan perdesaan dengan pusat-
pusat pertumbuhan dan kawasan lainnya.
4. Penguatan sinergi program dan kegiatan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
5. Meningkatkan penatakelolaan pemerintahan yang baik dan bersih.
- 30 -

2.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada Tahun 2020-2024 sesuai dengan visi
dan misi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, sebagai berikut:
1. Mendorong terwujudnya Desa Berkembang dan Mandiri, serta
kolaborasi perdesaan dengan perkotaan melalui pengembangan
Kawasan Perdesaan secara berkelanjutan.
2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi di desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan Kawasan transmigrasi.
3. Berkurangnya jumlah daerah tertinggal.
4. Terwujudnya kawasan transmigrasi sebagai satu kesatuan sistem
pengembangan dalam mendukung pertumbuhan wilayah.
5. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan dalam pengembangan
daya saing melalui kreativitas dan teknologi berbasis ilmu
pengetahuan, data dan informasi dalam pembangunan desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi.
6. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.
7. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang agile, efektif, efisien dan
terpercaya.
Berkurangnya jumlah daerah tertinggal, juga diharapkan mampu
untuk dapat mencapai tujuan lainnya secara simultan, yaitu:
1. Mendorong terwujudnya Desa Berkembang dan Mandiri, serta
kolaborasi perdesaan dengan perkotaan melalui pengembangan
Kawasan Perdesaan secara berkelanjutan.
2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi di desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan Kawasan transmigrasi.
3. Terwujudnya Kawasan Transmigrasi Sebagai Satu Kesatuan Sistem
Pengembangan.
4. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan dalam pengembangan
daya saing melalui kreativitas dan teknologi berbasis ilmu
pengetahuan, data dan informasi dalam pembangunan desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi.
5. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.
- 31 -

6. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang agile, efektif, efisien dan


terpercaya.
2.4. Sasaran
Sasaran strategis percepatan pembangunan daerah tertinggal 2020-
2024 dalam rangka mencapai tujuan berkurangnya jumlah daerah
tertinggal, yaitu:
1. Mengentaskan 25 kabupaten dari 62 kabupaten daerah tertinggal di
tahun 2024 (Tabel 6).
2. Menurunnya penduduk miskin di daerah tertinggal sebesar 23,5-24
%.
3. Meningkatnya rata-rata IPM di daerah tertinggal menjadi 62,2-62,7.
4. Terlaksananya pembinaan kepada 62 kabupaten daerah tertinggal
entas tahun 2015-2019.

Tabel 7
Proyeksi Sasaran Daerah Tertinggal Entas Tahun 2020-2024

2020 2021 2022 2023 2024

Kupang* Boven Digoel* Belu* Alor* Sumba Tengah

Maluku
Seram Bagian
Nabire* Pesisir Barat* Tenggara Lembata*
Barat*
Barat*

Timor Tengah
Supiori* Sumba Timur* Tojo Una-Una* Malaka
Selatan

Musi Rawas Kep. Sorong


Sumba Barat* Rote Ndao*
Utara* Mentawai* Selatan*

Maluku Barat
Donggala* Sigi* Keerom* Kep. Aru
Daya

Manokwari Seram Bagian


Kep. Sula* Teluk Bintuni*
Selatan* Timur

Lombok Teluk
Utara* Wondama

Sorong*
Keterangan :
*) 25 Kabupaten target di RPJMN 2020-2024
- 32 -

BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI,
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian


Penyelenggaraan pembangunan desa, perdesaan, kawasan
transmigrasi dan percepatan pembangunan daerah tertingal dalam RPJM
tahun 2020-2024 diarahkan untuk melaksanakan salah satu agenda
pembangunan dalam mengembangkan wilayah untuk mengurangi
kesenjangan. Arah kebijakan dan strategi Kemendesa, PDT, dan
Transmigrasi disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8
Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Tahun 2020-2024

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan konektivitas intra Mengembangkan aksesibilitas dan


dan antar perdesaan infrastruktur berbasis komoditas
unggulan

Meningkatkan akses transportasi


perdesaan dengan pusat-pusat
kegiatan dan pusat pertumbuhan
ekonomi lokal/wilayah, dan akses
masyarakat terhadap fasilitas
pelayanan dasar

Keterpaduan rantai pasok dan rantai


nilai berbasis komoditas unggulan

Peningkatan kapasitas sistem, Peningkatan kapasitas sistem untuk


kelembagaan, dan sumberdaya mempercepat pembangunan
manusia perdesaan (Desa, perdesaan yang efektif dan efisien
daerah tertinggal, dan
transmigrasi) yang unggul Peningkatan kompetensi
sumberdaya manusia, yaitu
kompetensi teknis, metodologis,
sosial, dan personal dalam rangka
menyongsong revolusi industri 4.0
- 33 -

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan kapasitas kelembagaan


dari mulai desa sampai pusat

Peningkatan kapasitas masyarakat


perdesaan dalam pemanfaatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi

Mengembangkan pendidikan
berbasis keterampilan dan
kewirausahaan

Mengembangkan system
pembelajaran berbasis online
melalui model Akademi Desa 4.0

Peningkatan peran gender dalam


pembangunan perdesaan

Peningkatan kapasitas sistem, Peningkatan kapasitas sistem untuk


kelembagaan, dan sumberdaya mempercepat pembangunan
manusia perdesaan (Desa, perdesaan yang efektif dan efisien
daerah tertinggal, dan
transmigrasi) yang unggul Peningkatan kompetensi
sumberdaya manusia, yaitu
kompetensi teknis, metodologis,
sosial, dan personal dalam rangka
menyongsong revolusi industri 4.0

Peningkatan kapasitas kelembagaan


dari mulai desa sampai pusat

Peningkatan kapasitas masyarakat


perdesaan dalam pemanfaatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi

Mengembangkan pendidikan
berbasis keterampilan dan
kewirausahaan

Mengembangkan system
pembelajaran berbasis online
melalui model Akademi Desa 4.0
- 34 -

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan peran gender dalam


pembangunan perdesaan

Peningkatan investasi produk Peningkatan iklim investasi yang


unggulan perdesaan (Desa, kondusif di perdesaan
daerah tertinggal, dan
transmigrasi) Mempermudah administrasi
perizinan usaha, penyediaan
informasi untuk lahan dan modal,
juga pemasaran dan ekspor

Fasilitasi dalam pengembangan


Bumdesa dan Bumdesa Bersama
sebagai kelembagaan ekonomi di
perdesaan

Pengembangan produk unggulan


Kawasan perdesaan berbasis
pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan dan kelautan, industri
pertanian berbasis pertanian (agro-
based industry), kepariwisataan
serta ekonomi kreatif

Pengembangan kerjasama dan


kemitraan usaha

Peningkatan start-up business


perdesaan khususnya untuk kaum
muda dan milenial

Fasilitasi pengembangan Desa


Wisata

Fasilitasi, pembinaan, maupun


pendampingan dalam
pengembangan usaha, bantuan
permodalan/kredit, kesempatan
berusaha, pemasaran dan
kewirausahaan

Pengembangan teknologi untuk


kegiatan produksi, pengolahan,
- 35 -

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Pengembangan teknologi tepat pemasaran, distribusi, dan


guna, teknologi tinggi dan pembiayaan
teknologi digital
Integrasi data dan informasi
perdesaan baik numeric maupun
spasial

Meningkatkan ketersediaan
prasarana teknologi telekomunikasi

Pengembangan e-commerce, e-
logistic dan fintech di perdesaan
melalui Desa Digital

Peningkatan keberlanjutan Menata ruang perdesaan untuk


pembangunan perdesaan melindungi lahan pertanian dan
berwawasan lingkungan menekan alih fungsi lahan produktif
dan lahan konservasi

Pembangunan perdesaan yang


ramah lingkungan, selaras dengan
alam, dan pemanfaatan pengolahan
limbah melalaui prinsip 3R (reuse,
reduce, recycle)

Menjamin pelaksanaan distribusi


lahan dan hak atas tanah bagi
petani, buruh lahan, dan nelayan

Menyiapkan kebijakan tentang


akses dan hak desa untuk mengelola
sumber daya alam berskala lokal
termasuk pengelolaan hutan negara
oleh desa berorientasi pada
keseimbangan lingkungan hidup
dan berwawasan mitigasi bencana
untuk meningkatkan produksi
pangan dan mewujudkan ketahanan
pangan

Penguatan pembangunan desa,


perdesaan dan transmigrasi dalam
mendukung ketahanan pangan
- 36 -

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI


nasional khususnya program food
estate.

Menguatkan kapasitas masyarakat


desa dan masyarakat adat dalam
mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam lahan dan
perairan, serta lingkungan hidup
desa termasuk desa pesisir secara
berkelanjutan

Peningkatan dan pemanfaatan Memanfaatkan modal sosial budaya


modal sosial budaya untuk untuk meningkatkan kreativitas
pembangunan perdesaan. (Desa, untuk pengembangan produk
daerah tertinggal, dan unggulan perdesaan
transmigrasi)
Peningkatan pemanfaatan modal
sosial budaya dalam rangka
meningkatkan kerekatan
masyarakat

Perlibatan pelaku seni dan budaya


untuk mendukung pengembangan
produk unggulan perdesaan (Desa,
daerah tertinggal, dan transmigrasi)

Memberi pengakuan, penghormatan,


perlindungan, dan pemajuan hak-
hak masyarakat adat

Meningkatkan kapasitas dan


partisipasi masyarakat termasuk
perempuan, anak, pemuda dan
penyandang disabilitas melalui
fasilitasi, pelatihan, dan
pendampingan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan monitoring
pembangunan desa

Peningkatan sinergitas dan Peningkatan sinergitas dan


kolaborasi pembangunan sinkronisasi program/kegiatan
perdesaan (Desa, daerah antar Kementerian Lembaga dan
Daerah (Provinsi, Kabupaten/ Kota,
dan Desa), melalui penyusunan
- 37 -

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI


tertinggal, dan transmigrasi) Grand Design Kawasan Perdesaan
antar K/L/D/M untuk pedoman bagi seluruh
stakeholders

Penguatan mekanisme koordinasi


Pusat dan Daerah

Meningkatkan keterpaduan
perencanaan, pemrograman dan
penganggaran, monitoring dan
evaluasi

Mengembangkan kolaborasi antar


desa, antar daerah, dan antar
pemerintah-perguruan
tinggi/lembaga penelitian-
masyarakat dunia usaha

Melanjutkan pembangunan
Kawasan Perdesaan dan Kawasan
Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN)

Peningkatan kualitas Reformasi Meningkatan pengawasan dan


Birokrasi akuntabilitas aparatur

Meningkatkan dukungan
manajemen

Meningkatkan pengembangan SDM


aparatur

Meningkatkan dukungan kebijakan


strategis, inovasi serta data dan
informasi.
sumber: Renstra Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (2020)

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Percepatan Pembangunan Daerah


Tertinggal
` Arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal difokuskan pada:
1. Pengembangan perekonomian masyarakat melalui; (a) fasilitasi dalam
pengembangan prukades di daerah tertinggal sesuai dengan
komoditas utama, (b) pelatihan pemasaran dan promosi secara digital,
(c) fasilitasi akses permodalan melalui crowdfunding dan peer to peer
- 38 -

lending, (d) membuka peluang pasar ekspor, serta kegiatan


pendukung lainnya berkolaborasi bersama mitra, (e) pemberdayaan
dan pendampingan ekonomi melalui Bumdes dan Bumdesma, (f)
penguatan daya saing produk kelautan, kehutanan, perkebunan,
pertanian melalui penyediaan sarana dan prasarana, (g) pengelolaan
sumber daya alam melalui perlindungan dan pemanfaatan kawasan
konservasi dan keanekaragaman hayati berwawasan lingkungan
berkelanjutan, (h) pengembangan pariwisata berbasis alam, budaya
dan ekonomi kreatif.
2. Peningkatan SDM melalui; (a) peningkatan kualitas tenaga kesehatan
dan guru serta meningkatkan layanan yang ada dengan dukungan
teknologi di bidang terkait, (b) pemberdayaan masyarakat dengan
peningkatan sarana bidang kesehatan, (c) peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan dalam pembinaan gizi masyarakat dan
pendayagunaan dokter, (d) peningkatan kesehatan masyarakat,
penyehatan lingkungan dan penguatan intervensi stunting, (e)
pengembangan dan perluasan kesempatan kerja dengan skema padat
karya.
3. Percepatan pembangunan sarana-prasarana/infrastruktur wilayah
untuk; (a) pemenuhan layanan dasar dan pencapaian SPM, (b)
peningkatan konektivitas dan sistem logistik antarwilayah, (c)
peningkatan infrastruktur konektivitas laut dan darat, (d)
pemanfaatan teknologi dan informasi untuk mendukung PPDT dengan
pengembangan ekonomi digital serta pemanfataan pada layanan
pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik lainnya.
4. Memperhatikan karakteristik masing-masing daerah dengan strategi
pengembangan; (a) peningkatan ketangguhan dan kemandirian
daerah tertentu melalui pengembangan sosial, ekonomi dan kawasan
sesuai karakteristik wilayah, (b) mitigasi dan rehabilitasi daerah
rawan bencana serta pengelolaan lingkungan berkelanjutan, (c)
rehabilitasi sosial dan ekonomi melalui peningkatan kapasitas
pemberdayaan masyarakat.
5. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui; (a) pengembangan
produk unggulan daerah non migas, pariwisata, fasilitasi penerapan
belanja APBD, (b) peningkatan kapasitas ASN dan penguatan
kelembagaan masyarakat desa, (c) penerapan inovasi daerah untuk
mendukung iklim investasi.
6. Pembinaan terhadap daerah tertinggal entas Tahun 2019 melalui
peningkatan daya saing dan kerja sama dalam bidang ekonomi,
- 39 -

kesehatan, dan pendidikan untuk mendukung kemajuan dan


kemandirian daerah;
7. Penanganan dan pemulihan ekonomi daerah pasca pandemi Covid-19
melalui pencegahan dan pendekatan kesehatan, pemenuhan
kebutuhan dasar dan jaring pengaman sosial, peningkatan ketahanan
sosial ekonomi masyarakat, revitalisasi ekonomi perdesaan dan
daerah tertinggal yang terintegrasi dalam program pemulihan ekonomi
daerah dan nasional
Berikut adalah strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal
untuk 5 (lima) tahun ke depan:
1. Peningkatan ekonomi masyarakat melalui:
a. Peningkatan keterkaitan dan integrasi pengembangan ekonomi
wilayah dengan kawasan strategis, seperti KEK
b. Pengembangan produk unggulan
c. Pengembangan pariwisata
d. Pemberdayaan, pendampingan, dan peningkatan keterampilan
masyarakat
e. Peningkatan nilai tambah dan ekspor
2. Peningkatan sumber daya manusia melalui :
a. Pemanfaatan teknologi untuk kesehatan, pendidikan, dan
keterampilan
b. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pendidikan (online
dan offline)
c. Mendorong kegiatan aksi cegah stunting
d. Koordinasi K/L untuk pemihakan distribusi tenaga kesehatan
3. Peningkatan sarana dan prasarana melaui :
a. Peningkatan aksesibilitas dan sarana prasarana kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi
b. Penyediaan energi listrik
c. Air bersih, sanitasi, dan perumahan
d. Telekomounikasi
4. Peningkatan kapasitas keuangan daerah melaui :
a. Peningkatan kapasitas ASN untuk mengoptimalkan sumber daya
ekonomi daerah
b. Peningkatan APBD Non Migas seperti pertanian, perkebunan,
perikanan, wisata, dll
c. Perbaikan tata kelola keuangan daerah
d. Pemanfaatan media komunikasi dan sistem informasi dalam
menunjang efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas
5. Peningkatan aksesibilitas melalui :
a. Meningkatkan konektivitas antarwilayah, antara lain Tol Laut,
Jembatan Udara, Pelabuhan, Bandara;
b. Membangun sarana dan prasarana jalan dan jembatan
- 40 -

6. Peningkatan karakteristik daerah melalui :


a. Rehabilitasi dan mitigasi daerah rawan bencana
b. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
c. Pengembangan pulau kecil terluar, rawan pangan, daerah
perbatasan, dan pasca konflik
d. Pemberdayaan, pendampingan, dan pembinaan masyarakat adat
dan hutan
Dalam rangka menjalankan kebijakan dan strategi tersebut, Program
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal menjadi 2 (dua) bagian:
1. Implementasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Tahun
2020
a. Program Pengembangan Daerah Tertentu dengan 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Ditjen PDTu;
2) Kegiatan Pengembangan Daerah Rawan Pangan;
3) Kegiatan Pengembangan Daerah Perbatasan;
4) Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Bencana;
5) Kegiatan Penanganan Daerah Pasca Konflik;
6) Kegiatan Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar.
b. Program Pembangunan Daerah Tertinggal dengan 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Ditjen PDT;
2) Kegiatan Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal;
3) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
4) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan
Hidup;
5) Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana;
6) Kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal.
2. Implementasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Tahun
2021-2024
Setelah terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, maka dilakukan penggabungan 2 (dua)
Unit Kerja Eselon I yaitu Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah
Tertentu dengan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
menjadi Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal (Ditjen PPDT). Maka mulai tahun 2021-2024 Direktorat
- 41 -

Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal memiliki 2 (dua)


program, yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen, dengan 1 kegiatan yaitu Kegiatan
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
PPDT;
2. Program Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan
Transmigrasi, dengan 1 (satu) kegiatan yaitu kegiatan Daerah
Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan Transmigrasi.
3.3. Kerangka Regulasi
Kerangka regulasi yang diperlukan dalam mencapai sasaran strategis
pembangunan bidang percepatan pembangunan daerah tertinggal pada
tahun 2020-2024 berupa regulasi yang merupakan delegasi dari
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun
regulasi yang dibutuhkan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
fungsi Ditjen PPDT, baik untuk mengisi kekosongan hukum maupun
untuk melaksanakan kewenangan di bidang percepatan pembangunan
daerah tertinggal. Kerangka regulasi yang diperlukan mengacu kepada
konteks kewenangan urusan pemerintahan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan hasil identifikasi isu-isu strategis serta penelusuran
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, selengkapnya
kerangka regulasi yang diperlukan untuk melaksanakan Renstra
Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun
2020-2024 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 9
Regulasi Yang Diperlukan Untuk mendukung
Pelaksanaan Renstra Ditjen PPDT

Target
Kebutuhan
No. Urgensi Pembentukan Penyelesaian
Regulasi
(Tahun)

1. Peraturan Penyesuaian terhadap 2022


Pemerintah Nomor perubahan tugas dan fungsi
78 Tahun 2014 pada direktorat jenderal
tentang Percepatan yang membidangi
Pembangunan pembangunan daerah
Daerah Tertinggal tertinggal

2. Peraturan Presiden Menjalankan delegasi dari 2020


tentang Penetapan Pasal 6 ayat (3) Peraturan
- 42 -

Target
Kebutuhan
No. Urgensi Pembentukan Penyelesaian
Regulasi
(Tahun)
Daerah Tertinggal Pemerintah Nomor 78
Tahun 2020-2024 Tahun 2014 tentang
Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal untuk
menetapkan regulasi
penetapan daerah tertinggal
setiap 5 (lima) tahun sekali

3. Peraturan Presiden Menjalankan delegasi dari 2021


tentang Strategi Pasal 10 ayat (1) Peraturan
Nasional Pemerintah Nomor 78
Percepatan Tahun 2014 tentang
Pembangunan Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal Daerah Tertinggal untuk
Tahun 2020-2024 menetapkan strategi lima
tahun ke depan

4. Peraturan Menteri Mengubah dan 2020


tentang Indikator menyesuaikan dengan
dan Sub-Indikator Pemerintah Nomor 78
Daerah Tertinggal Tahun 2014 tentang
Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal

5. Peraturan Menteri Mengubah dan 2021


tentang tata cara menyesuaikan dengan
Pemantauan dan PermenDesa PDTT Nomor
Evaluasi 11 Tahun 2020 tentang
Percepatan Indikator Penetapan Daerah
Pembangunan Tertinggal
Daerah Tertinggal

6. Peraturan Menteri Menjalankan kewenangan 2020


tentang Pembinaan sesuai Pemerintah Nomor
Daerah Tertinggal 78 Tahun 2014 tentang
yang Sudah Percepatan Pembangunan
Terentaskan Daerah Tertinggal

7. Keputusan Presiden Menjalankan delegasi dari 2021-2024


mengenai Rencana Pasal 11 ayat (2) Peraturan
Aksi Nasional Pemerintah Nomor 78
Percepatan Tahun 2014 tentang
- 43 -

Target
Kebutuhan
No. Urgensi Pembentukan Penyelesaian
Regulasi
(Tahun)
Pembangunan Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal Daerah Tertinggal
Tahun 2020 s/d
2024
sumber: Renstra Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (2020)

3.4. Kerangka Kelembagaan


Pada tahun 2020, terdapat 2 (dua) Unit Kerja Eselon (UKE) I sebagai
pelaksana Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yaitu Direktorat
Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) dan Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT). Adapun secara
struktural Ditjen PDTu memiliki 6 (enam) Unit Kerja Eselon (UKE) II, yaitu
Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu,
Direktorat Pengembangan Daerah Rawan Pangan, Direktorat
Pengembangan Daerah Perbatasan, Direktorat Penanganan Daerah
Rawan Bencana, Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik, dan
Direktorat Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar. Di sisi lain
Ditjen PDT terdiri dari 6 (enam) Unit Kerja Eselon (UKE) II, yaitu
Sekretariat Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal,
Direktorat Perencanaan dan Identifikasi Dearah Tertinggal, Direktorat
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Direktorat Pengembangan
Sumber Daya dan Lingkungan Hidup, Direktorat Peningkatan Sarana dan
Prasarana dan Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal.
Setelah dilaksanakannya restrukturisasi organisasi, nomenklatur
Unit Kerja Eselon (UKE) I pelaksana Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal dilebur menjadi 1 UKE I menjadi Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT), sebagaimana
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Jo
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,
disebutkan bahwa Ditjen PPDT terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Direktorat Penyerasian
Rencana dan Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal,
Direktorat Penyerasian Pembangunan Sosial Budaya dan Kelembagaan
Daerah Tertinggal, Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana dan
Prasarana Daerah Tertinggal, Direktorat Penyerasian Pemanfaatan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Daerah Tertinggal dan Direktorat
Penyerasian Pembangunan Daerah Khusus.
- 44 -

Adapun Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana


menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang penyerasian pembangunan sarana
dan prasarana transportasi, energi dan air, penyerasian
pembangunan sarana dan prasarana sosial budaya dan
kelembagaan, penyerasian pembangunan sarana dan prasarana
komunikasi dan informatika, serta penyerasian pembangunan
sarana dan prasarana pemukiman, sanitasi, dan lingkungan
daerah tertinggal;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyerasian pembangunan
sarana dan prasarana transportasi, energi dan air, penyerasian
pembangunan sarana dan prasarana sosial budaya dan
kelembagaan, penyerasian pembangunan sarana dan prasarana
komunikasi dan informatika, serta penyerasian pembangunan
sarana dan prasarana pemukiman, sanitasi, dan lingkungan
daerah tertinggal;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian
pembangunan sarana dan prasarana transportasi, energi dan air,
penyerasian pembangunan sarana dan prasarana sosial budaya
dan kelembagaan, penyerasian pembangunan sarana dan
prasarana komunikasi dan informatika, serta penyerasian
pembangunan sarana dan prasarana pemukiman, sanitasi, dan
lingkungan daerah tertinggal; dan
d. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
Berikut struktur organisasi lingkup Direktorat Penyerasian
Pembangunan Sarana dan Prasarana sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2020 tentang Uraian Fungsi Organisasi
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Tugas Kelompok Jabatan
Fungsional di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi:
Tabel 10
Susunan Organisasi JPT Pratama
dan Kelompok Jabatan Fungsional

JPT Kelompok Sub Kelompok Substansi


PRATAMA Substansi
Direktorat Penyerasian Penyerasian pembangunan sarana
Penyerasian Pembangunan dan prasarana transportasi
- 45 -

JPT Kelompok Sub Kelompok Substansi


PRATAMA Substansi
Pembangunan Sarana dan Penyerasian pembangunan sarana
Sarana dan Prasarana dan prasarana energi dan air
Prasarana Transportasi,
Energi, dan Air
Penyerasian Penyerasian pembangunan sarana
Pembangunan dan prasarana sosial budaya
Sarana dan
Prasarana Sosial Penyerasian pembangunan sarana
Budaya dan dan prasarana kelembagaan
Kelembagaan
Penyerasian Penyerasian pembangunan sarana
Pembangunan dan prasarana komunikasi
Sarana dan
Prasarana Penyerasian pembangunan sarana
Komunikasi dan dan prasarana informatika
Informatika
Penyerasian Penyerasian pembangunan sarana,
Pembangunan prasarana, dan utilitas pemukiman
Sarana dan
Prasarana
Pemukiman dan Penyerasian pembangunan sarana
Sanitasi dan prasarana sanitasi lingkungan
Lingkungan

Kelompok substansi penyerasian pembangunan sarana dan


prasarana transportasi, energi, dan air mempunyai tugas melaksanakan
pemberian pelayanan fungsional dalam penyiapan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
penyerasian pembangunan saraa dan prasarana transportasi, enerdi, dan
air daerah tertinggal. Kelompok substansi penyerasian pembangunan
sarana dan prasarana transportasi, energi, dan air terdiri atas:
a. sub kelompok penyerasian pembangunan dan prasarana transportasi,
yang mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan fungsional
dalam penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta
evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian pembangunan sarana
dan prasarana transportasi daerah tertinggal; dan
b. sub kelompok penyerasian pembangunan sarana dan prasarana energi
dan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 315 huruf b mempunyai
tugas melakukan pemberian pelayanan fungsional dalam penyiapan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyiapan penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis
- 46 -

dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian


pembangunan sarana dan prasarana energi dan air daerah tertinggal.

Kelompok Substansi penyerasian pembangunan sarana dan


prasarana sosial budaya dan kelembagaan mempunyai tugas
melaksanakan pemberian pelayanan fungsional dalam penyiapan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan
pelaporan di bidang penyerasian pembangunan sarana dan prasarana
sosial budaya dan kelembagaan. Kelompok Substansi Penyerasian
Pembangunan sarana dan prasarana sosial budaya dan kelembagaan
terdiri atas:
a. sub kelompok substansi penyerasian pembangunan sarana dan
prasarana sosial budaya, yang mempunyai tugas melakukan
pemberian pelayanan fungsional dalam penyiapan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di
bidang penyerasian pembangunan sarana dan prasarana sosial budaya
daerah tertinggal; dan
b. sub kelompok substansi penyerasian pembangunan sarana dan
prasarana kelembagaan, yang mempunyai tugas melakukan pemberian
pelayanan fungsional dalam penyiapan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, penyiapan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi,
serta evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian pembangunan
sarana dan prasarana kelembagaan daerah tertinggal.

Kelompok substansi penyerasian pembangunan sarana dan


prasarana komunikasi dan informatika mempunyai tugas melaksnakan
pemberian pelayanan fungsional dalam penyiapan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
penyerasian pembangunan sarana dan prasarana komunikasi dan
informatika daerah tertinggal. Kelompok substansi penyerasian
pembangunan sarana dan prasarana komunikasi dan informatika terdiri
atas:
a. sub kelompok substansi penyerasian pembangunan sarana dan
prasarana komunikasi, yang mempunyai tugas melakukan pemberian
pelayanan fungsional dalam penyiapan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
penyerasian pembangunan sarana dan prasarana komunikasi daerah
tertinggal; dan
b. sub kelompok substansi penyerasian pembangunan sarana dan
prasarana informatika, yang mempunyai tugas melakukan pemberian
pelayanan fungsional dalam penyiapan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
penyerasian pembangunan sarana dan prasarana informatika daerah
tertinggal.
- 47 -

Kelompok substansi penyerasian pembangunan sarana dan


prasarana permukiman, dan sanitasi lingkungan mempunyai tugas
melaksanakan pemberian pelayanan fungsional dalam penyiapan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan
pelaporan di bidang penyerasian pembangunan sarana dan prasarana
permukiman, dan sanitasi lingkungan daerah tertingga. Kelompok
substansi penyerasian pembangunan sarana dan prasarana permukiman
dan sanitasi lingkungan terdiri atas:
a. sub kelompok substansi penyerasian pembangunan sarana, prasarana,
dan utilitas, yang mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan
fungsional dalam penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian
pembangunan sarana, prasarana, dan utilitas permukiman daerah
tertinggal; dan
b. sub kelompok substansi penyerasian pembangunan sarana dan
prasarana sanitasi lingkungan, yang mempunyai tugas melakukan
pemberian pelayanan fungsional dalam penyiapan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di
bidang penyerasian pembangunan sarana dan prasarana sanitasi
lingkungan daerah tertinggal.

Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta


masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain
dalam skala nasional. Dalam penetapannya, Daerah Tertinggal memiliki
beberapa kriteria yang digunakan. Kriteria adalah kumpulan indikator
pada suatu bidang atau dimensi tertentu dan mempunyai nilai bobot
tertentu yang dijadikan sebagai dasar penentuan daerah tertinggal.
Kriteria tersebut antara lain yaitu, perekonomian masyarakat, sumber
daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah,
aksesibilitas dan karakteristik daerah.
Daerah-daerah tertinggal ini yang akan menjadi fokus dari
intervensi yang akan dilakukan oleh Direktorat Penyerasian
Pembangunan Sarana dan Prasarana. Intervensi yang dilakukan memiliki
tujuan agar daerah tersebut bisa memiliki aksesibilitas yang lebih baik
dari setiap aspek subdit yang menjadi lingkup tanggung jawab Direktorat
Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana.
Adapun beberapa peraturan terkait yang menjadikan dasar dalam
Penentuan daerah Tertinggal adalah :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 Tentang Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal.
2. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 Tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2020-2024.
- 48 -

3. Permendes 3 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis Penentuan


Indikator Dalam Penetapan Daerah Tertinggal.
- 49 -

Gambar 3
Proses Bisnis Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
- 50 -

Gambar 4
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
- 51 -

Gambar 5
Struktur Organisasi Direktorat
Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana
- 52 -

BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja


Target kinerja Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
mengacu dan memberikan sumbangan kepada tercapainya sasaran
strategis bidang Pembangunan Daerah Tertinggal yang tercantum dalam
RENSTRA Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi maupun RPJMN 2020-2024. Sasaran Strategis bidang
Pembangunan Daerah Tertinggal menurut RENSTRA Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2020-2024,
sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 11
Target Kinerja Program Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal

Indikator Target
Tujuan/Sasar
No Kinerja 2020 2021 2022 2023 2024
an Strategis
Utama
1 Berkurangnya Berkurangnya 62 N/A N/A N/A 37 (25
jumlah daerah jumlah daerah Kab.
tertinggal tertinggal Entas)

Menurunnya 26,1 25,29 24,8 24,26 23,75


penduduk
miskin di
daerah
tertinggal (%)

Meningkatnya 59,5 60,5 61 61,5 62,2


rata-rata IPM
di daerah
tertinggal
sumber: Renstra Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (2020)

Target kinerja direktorat penyerasian pembangunan sarana dan


prasarana di daerah tertinggal dalam periode waktu 2020-2024 terbagi
dalam 3 (tiga) indikator; (1) pengurangan jumlah daerah tertinggal, (2)
penurunan penduduk miskin di setiap wilayah daerah tertinggal, (3)
peningkatan nilai rata-rata Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Berdasarkan renstra yang telah ditetapkan, ditargetkan sampai tahun
2024 terdapat 25 daerah kabupaten yang dapat dientaskan sehingga
menyisakan 37 daerah kabupaten tertinggal. Untuk persentase penduduk
miskin ditargetkan dapat diturunkan secara konstan setiap tahunnya
- 53 -

hingga sampai tahun 2024 dapat diturunkan di angka 23,75% (persen).


Indikator ketiga yaitu peningkatan nilai rata-rata IPM sampai tahun 2024
diharapkan dapat mengalami peningkatan secara simultan dan
ditargetkan dapat menyentuh angka 62,2. Untuk mencapai target kinerja
tersebut diperlukan langkah-langkah strategis yang termanifestasi di
dalam dua (2) program yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen
Program ini mendukung 3 (tiga) sasaran strategis Kemendesa PDTT
yaitu Meningkatnya pelaksanaan reformasi birokrasi, perbaikan
governance, penyederhanaan regulasi dan penguatan kelembagaan,
tersedianya dokumen kebijakan dan perencanaan pembangunan
perdesaan, inovasi, serta data dan informasi dan meningkatnya
pengawasan, pengendalian mutu dan akuntabilitas aparatur yang
baik serta aturan yang efektif. Output program ini berupa Layanan
Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya yang baik. Kegiatan
dukungan manajemen Unit Kerja Eselon I Ditjen PPDT ini
dilaksanakan oleh Sekretariat Ditjen PPDT, dengan sasaran berupa
meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan kapasitas organisasi
Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, terwujudnya
Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang bersih,
akuntabel dan berkinerja tinggi dan terwujudnya pelayanan publik
Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang berkualitas.

2. Program Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan


Transmigrasi.
Program ini mendukung sasaran strategis dalam rangka
mengentaskan daerah tertinggal, dengan output program berupa
Daerah Tertinggal yang diserasikan pembangunannya yang diukur
melalui 3 (tiga) indikator output program yaitu (1) terentaskannya
kabupaten yang termasuk daerah tertinggal, (2) menurunnya
penduduk miskin di daerah tertinggal dan (3) meningkatnya rata-rata
IPM di daerah tertinggal.
Sedangkan untuk kegiatan penyerasian pembangunan daerah
tertinggal, yang secara teknis dilaksanakan oleh ke 5 (lima) direktorat
teknis lingkup Ditjen PPDT di bawah koordinator Direktorat
Penyerasian Rencana dan Program Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal dengan sasaran dan target masing-masing.
Berikut adalah sasaran kegiatan dan target Direktorat Penyerasian
Pembangunan Sarana dan Prasarana (PPSP) Daerah Tertinggal:
- 54 -

Tabel 12
Target Kinerja Kegiatan Penyerasian Pembangunan Sarana dan
Prasarana

Sasaran Kegiatan /
Target Target Target Target
Kode Indikator Kinerja
2021 2022 2023 2024
Kegiatan
02 Terpenuhinya keserasian pelaksanaan pembangunan
prasarana dan sarana daerah tertinggal
A Persentase afirmasi 65 70 75 80
rencana
program/kegitaan
Unit Kerja Internal
Kemenedesa PDTT
bidang prasarana
dan sarana yang
dialokasikan di
daerah tertinggal
sesuai dengan
dokumen
perencanaan PPDT
B Persentase afirmasi 65 70 75 80
K/L/D/M di daerah
tertinggal dalam
prasarana dan
sarana yang
dialokasikan di
daerah tertinggal
dalam bentuk
dokumen
perencanaan PPDT
C Jumlah bahan 5 5 5 5
kebijakan dan
regulasi
Pembangunan
Prasarana dan
Sarana di Daerah
Tertinggal yang
ditetapkan
Sumber: Ditjen PPDT (2021)

Target kinerja yang telah ditetapkan di tabel sebelumnya,


dioperasionalisasikan dalam indikator kinerja utama direktorat yang
terbagi ke dalam tiga indikator yaitu (1) persentase afirmasi rencana
- 55 -

program/kegiatan unit kerja internal Kemendesa PDTT bidang prasarana


dan sarana yang dialokasikan di daerah tertinggal sesuai dengan
dokumen perencanaan PPDT. Persentase afirmasi ditergetkan bisa
mencapai di angka 80% pada tahun 2024. (2) Persentase afirmasi
K/L/D/M di daerah tertinggal dalam prasarana dan sarana yang
dialokasikan di daerah tertinggal dalam bentuk dokumen perencanaan
PPDT. Persentase afirmasi ini juga memiliki target pencapaian di tahun
2024 di angka 80%. (3) Jumlah output bahan kebijakan dan regulasi yang
bisa dihasilkan oleh Direktorat Penyerasian Pembangunan Prasarana dan
Sarana di Daerah Tertinggal berdasarkan target yang ditetapkan.
Ditargetkan setiap tahunnya Direktorat Penyerasian Pembangunan
Sarana dan Prasarana dapat menghasilkan lima (5) bahan kebijakan dan
regulasi pedoman teknis.
Berdasarkan sasaran kegiatan dari Direktorat PPSP, yaitu
terwujudnya keserasian pelaksanaan pembangunan prasarana dan
sarana daerah tertinggal serta tersedianya dokumen rencana percepatan
pembangunan daerah tertinggal, sasaran tersebut turut mendukung
dalam mewujudkan tipologi Desa dan juga pencapaian SDGs Desa.
Berikut merupakan keterkaitan sasaran kegiatan Direktorat PPSP dengan
SDGs Desa:

1. SDGs Desa 6 : Desa Layak Air Bersih dan Sanitasi


Tujuan SDGs Desa 6 ini merupakan bentuk tipologi Desa yang ketiga,
yaitu Desa Peduli Kesehatan. Tujuan dari SDGs ini memiliki relevansi
dengan tugas dan fungsi dari Direktorat Penyerasian Pembangunan
Sarana dan Prasarana. Khususnya unit kerja substansi penyerasian
pembangunan sarana prasarana air bersih dan sanitasi. Diharapkan
relevansi tugas dan fungsi ini dapat mempercepat pencapaian tujuan
dari SDGs ke-6 yaitu Desa layak air bersih dan sanitasi.

2. SDGs Desa 7 : Desa Berenergi Bersih dan Terbarukan serta SDGs Desa
13 : Desa Tanggap Perubahan Iklim
Tujuan SDGs Desa 7 dan 13 merupakan bentuk tipologi Desa yang
keempat, yaitu Desa Peduli Lingkungan.
Tujuan dari SDGs ini memiliki relevansi dengan tugas dan fungsi dari
Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana.
Khususnya unit kerja substansi penyerasian pembangunan sarana
prasarana transportasi dan energi. Diharapkan relevansi tugas dan
fungsi ini dapat mempercepat pencapaian tujuan dari SDGs ke-7 dan
ke 13 yaitu Desa Berenergi Bersih dan Terbarukan dan Desa Tanggap
Perubahan Iklim.
- 56 -

3. SDGs Desa 9 : Infrastruktur dan Inovasi Desa Sesuai Kebutuhan


Tujuan SDGs Desa 9 ini merupakan bentuk tipologi Desa yang kedua,
yaitu Desa Ekonomi Tumbuh Merata.
Tujuan dari SDGs ini memiliki relevansi dengan tugas dan fungsi dari
Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana.
Khususnya unit kerja substansi penyerasian pembangunan sarana
prasarana sosial budaya dan kelembagaan. Diharapkan relevansi
tugas dan fungsi ini dapat mempercepat pencapaian tujuan dari SDGs
ke-9 Infrastruktur dan Inovasi Desa sesuai Kebutuhan.

4.2. Kerangka Pendanaan


Pendanaan untuk pelaksanaan percepatan pembangunan daerah
tertinggal tahun 2020-2024, terkhusus untuk direktorat penyerasian
pembangunan sarana dan prasarana berasal dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, sesuai RENSTRA Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2020-2024
disajikan pada Tabel 13 menurut UKE II yang berdasarkan Rencana
Kerja tahun 2021.
- 57 -

Tabel 13
Kerangka Pendanaan Kegiatan Penyerasian
Pembangunan Daerah Tertinggal

NO URAIAN Kebutuhan 2021 Kebutuhan 2022 Kebutuhan 2023 Kebutuhan 2024

Penyerasian 6.859.980.000 9.545.977.000 10.167.322.000 10.829.110.000


1 Pembangunan Sarana
dan Prasarana
JUMLAH 6.859.980.000 9.545.977.000 10.167.322.000 10.829.110.000
- 58 -

BAB V
PENUTUP

Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Penyerasian Pembangunan


Sarana dan Prasarana Tahun 2020-2024, merupakan dokumen
perencanaan yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan,
Strategi, Kerangka Kelembagaan, Kerangka Regulasi, dan Kerangka
Pendanaan dalam periode tahun 2020-2024 yang mengacu pada Rencana
Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2020 - 2024.
Rencana Strategis ini akan menjadi acuan utama dalam penyusunan
Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA), sehingga akan lebih
terarah dan terencana dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta
lebih efisien dalam pelaksanaannya, baik dipandang dari aspek pengelolaan
sumber pembiayaan maupun dalam percepatan waktu realisasinya.
Dengan kondisi faktor lingkungan internal dan eksternal yang terus
mengalami perubahan, Renstra ini tidak bersifat kaku dan senantiasa
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam rangka
peningkatan kapasitas, kerjasama dan loyalitas dalam pelaksanaan tugas
sesuai dengan wewenang yang diberikan, maka komitmen dari semua
aparatur dalam pelaksanaannya sangat diharapkan, sehingga visi dan misi
yang telah ditetapkan dapat terwujud. Dengan demikian, penting bagi
Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal untuk
mengedepankan, tidak saja aspek perencanaan dokumen, tetapi juga
bagaimana fungsi pengendalian dan evaluasi digunakan secara tepat guna
mewujudkan daerah kabupaten yang memiliki keunggulan kolaboratif dan
daya saing.

DIREKTUR
PARAF KOORDINASI
PENYERASIAN PEMBANGUNAN
Sesditjen PPDT SARANA DAN PRASARANA DAERAH
Dir. PRP3DT TERTINGGAL,
Dir. P2SBK
Dir. P2SP
Dir. P2SDAL
Dir. P2DK

Ir. SOFYAN HANAFI, M.Si


NIP. 19671204 199403 1 001
BAB 1
PENDAHULUAN

1
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum


Berdasarkan Lampiran Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 disebutkan bahwa masih adanya disparitas kualitas sumber daya
manusia antar wilayah, perbedaan kemampuan perekonomian antar
daerah, serta belum meratanya ketersediaan infrastruktur antarwilayah
serta adanya fakta mengenai kesenjangan antarwilayah. Di samping
itu masih banyaknya kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya
kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain, hal tersebut
menunjukkan bahwa pemerataan pembangunan di Indonesia belum
sepenuhnya dapat dicapai.
Pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 Jo
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2020-2024 telah ditetapkan sebanyak 62 kabupaten
tertinggal yang harus ditangani. Penetapan ini merupakan hasil
perhitungan bahwa pada periode RPJMN 2015-2019 berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2015-2019.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014
tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PP PPDT),
Daerah Tertinggal didefinisikan sebagai daerah kabupaten yang
wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan
dengan daerah lain dalam skala nasional. Secara definitif
pembangunan daerah tertinggal adalah suatu proses, upaya, dan
tindakan secara terencana untuk meningkatkan kualitas masyarakat
dan wilayah yang merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Sebagai bentuk afirmasi kebijakan pembangunan di daerah
pinggiran termasuk di dalamnya daerah tertinggal, maka perlu
dilakukan langkah-langkah percepatan. Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal mengandung arti yaitu keberpihakan dan
penajamaan terhadap pembangunan daerah tertinggal di bidang
perencanaan, pendanaan dan pembiayaan, serta penyelenggaraan
pembangunan daerah tertinggal. Adapun penetapan daerah
tertinggal didasarkan pada 6 kriteria utama yaitu ekonomi, sumber
daya manusia, infrastruktur, kapasitas keuangan daerah, aksesibilitas,
dan karakteristik daerah. Hal inilah yang mendasari diperlukannya

2 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


upaya pembangunan daerah tertinggal yang terencana dan sistematis
agar kesenjangan antara daerah tertinggal dan non tertinggal dapat
semakin dikurangi.
Berikut disampaikan capaian kinerja dalam pelaksanaan
percepatan pembangunan daerah tertinggal periode 2015-2019 yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1
Capaian Target Kinerja Pembangunan Daerah Tertinggal
Tahun 2015-2019
BIDANG SATUAN TARGET CAPAIAN KETERANGAN

PEMBANGUNAN
DAERAH TERTINGGAL
1 Mengentaskan Kab 80 62 Fungsi Kementerian
Kabupaten Desa, PDT, dan
Daerah Tertinggal Transmigrasi dalam
2 Meningkatkan % 6,9-7,1 5,33 percepatan
pertumbuhan pembangunan daerah
ekonomi di tertinggal lebih kepada
daerah tertinggal aspek koordinasi dan
integrasi kebijakan,
3 Menurunkan % 15-15,5 17,41
program, dan
persentase
pelaksanaan sehingga
penduduk miskin
pencapaian kinerja
di daerah
sangat dipengaruhi oleh
tertinggal
dukungan program dan
Meningkatan Poin 62,7 61,23
anggaran K/L/D/M.
Indeks
(sumber: Perpres 17
Pembangunan
Tahun 2020 tentang
Manusia (IPM) di
Renstra Kemendesa PDTT
daerah tertinggal
Tahun 2020-2024)

Dari tabel di atas terlihat bahwa target capaian kinerja


pengentasan daerah tertinggal tahun 2015-2019 yaitu sebanyak 80
kabupaten. Namun, setelah dilakukan evaluasi akhir di tahun 2019,
terdapat 62 kabupaten entas. dan 60 kabupaten tidak entas.
Tidak tercapainya jumlah kabupaten entas sesuai dengan target
RPJMN Tahun 2015-2019 secara garis besar disebabkan oleh rendahnya
perekonomian masyarakat, terbatasnya sarana prasarana,
terbatasanya aksesibilitas, kualitas sumber daya manusia yang rendah,
keterbatasan kemampuan keuangan daerah, dan karakteristik daerah.
Untuk mengetahui penyebab ketertinggalan pada kriteria-kriteria di

3
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
atas, dilakukan perbandingan capaian 6 kriteria dan 27 indikator
kabupaten tidak entas terhadap 415 kabupaten di Indonesia
menggunakan data Podes 2018, Susenas 2018, dan KKD 2016.
Berdasarkan analisis tersebut, diketahui bahwa 10 indikator yang
menjadi ketertinggalan utama pada kabupaten tidak entas adalah
sebagaimana pada table berikut:
Tabel 2
Indikator Yang Menjadi Ketertinggalan Utama
Pada Kabupaten Tidak Entas

No. KRITERIA INDIKATOR

1 Perekonomian Rakyat Pengeluaran Konsumsi Perkapita

2 Perekonomian Rakyat Persentase Penduduk Miskin

3 Sarana dan Prasarana Jumlah desa dengan jenis


permukaan jalan utama terluas aspal

4 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah tangga


Pengguna Listrik

5 Sarana dan Prasarana Jumlah Prasarana Kesehatan Per


1000 Penduduk

6 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah Tangga


Pengguna Telepon (HP)

7 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah tangga


Pengguna Air Bersih

8 Sumber Daya Manusia Angka Harapan Hidup

9 Sumber Daya Manusia Jumlah Dokter Per 1000 Penduduk

10 Kemampuan Keuangan Kemampuan Keuangan Daerah


Daerah

Selanjutnya berdasarkan Pasal 30 ayat (3) PP PPDT Jo. Diktum


Ketiga Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 79 Tahun 2019 tentang Penetapan Kabupaten
Daerah Tertinggal Yang Terentaskan Tahun 2015-2019, disebutkan

4 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


bahwa Daerah tertinggal yang sudah terentaskan masih dilakukan
pembinaan oleh Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah
Provinsi selama 3 (tiga) tahun sejak ditetapkan sebagai daerah yang
sudah terentaskan. Berikut rincian daerah tertinggal entas tahun 2015-
2019 yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Daerah Tertinggal Yang Terentaskan Tahun 2015-2019

No. Provinsi Kabupaten

1 Aceh Aceh Singkil


2 Lampung Lampung Barat
3 Sumatera Selatan Musi Rawas
4 Sumatera Barat Pasaman Barat
5 Bengkulu Seluma
6 Sumatera Barat Solok Selatan
7 Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan
8 Sulawesi Tengah Banggai Laut
9 Sulawesi Tenggara Boalemo
10 Sulawesi Tenggara Bombana
11 Sulawesi Tengah Buol
12 Sulawesi Tenggara Gorontalo Utara
13 Sulawesi Selatan Jeneponto
14 Sulawesi Tenggara Konawe
15 Sulawesi Tenggara Konawe Kepulauan
16 Sulawesi Tenggara Mamuju Tengah
17 Sulawesi Tengah Morowali Utara
18 Sulawesi Tengah Parigi Moutong
19 Sulawesi Tenggara Pohuwato
20 Sulawesi Barat Polewali Mandar
21 Sulawesi Tengah Toli-toli
22 Papua Biak Numfor
23 Papua Kepulauan Yapen
24 Papua Merauke
25 Papua Raja Ampat
26 Papua Sarmi
27 Nusa Tenggara Barat Bima
28 Nusa Tenggara Barat Dompu
29 Nusa Tenggara Timur Ende
30 Nusa Tenggara Barat Lombok Barat
31 Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah
32 Nusa Tenggara Barat Lombok Timur
33 Nusa Tenggara Timur Manggarai

5
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
No. Provinsi Kabupaten

34 Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat


35 Nusa Tenggara Timur Nagekeo
36 Nusa Tenggara Barat Sumbawa
37 Nusa Tenggara Barat Sumbawa Barat
38 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Utara
39 Maluku Buru
40 Maluku Utara Halmahera Barat
41 Maluku Utara Halmahera Selatan
42 Maluku Utara Halmahera Timur
43 Maluku Maluku Tengah
44 Maluku Utara Pulau Morotai
45 Kalimantan Barat Bengkayang
46 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara
47 Kalimantan Barat Kapuas Hulu
48 Kalimantan Barat Kayong Utara
49 Kalimantan Barat Ketapang
50 Kalimantan Barat Landak
51 Kalimantan Timur Mahakam Ulu
52 Kalimantan Barat Melawi
53 Kalimantan Utara Nunukan
54 Kalimantan Barat Sambas
55 Kalimantan Tengah Seruyan
56 Kalimantan Barat Sintang
57 Jawa Timur Bangkalan
58 Jawa Timur Bondowoso
59 Banten Lebak
60 Banten Pandeglang
61 Jawa Timur Sampang
62 Jawa Timur Situbondo

6 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


Adanya Daerah Otonom Baru (DOB) yang masuk kriteria Daerah
Tertinggal Tahun 2020-2024 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4
Daftar Daerah Otonom Baru
yang Menjadi Daerah Tertinggal

Daerah Induk
Daerah Otonom
No. Dasar Hukum
Baru
Provinsi Kabupaten
(Kabupaten)

1 Manokwari Selatan Papua Barat Manokwari No. 23 Tahun 2012

2 Pegunungan Arfak Papua Barat Manokwari No. 24 Tahun 2012

Untuk Persebaran Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 terdiri dari 7


kabupaten di Wilayah Sumatera, 14 kabupaten di Wilayah Nusa
Tenggara, 3 kabupaten di Wilayah Sulawesi, 8 kabupaten di Wilayah
Maluku, dan 30 kabupaten di Wilayah Papua sebagaimana disajikan
pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1
Peta Persebaran Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024
dan Daerah Tertinggal entas Tahun 2015-2019

7
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Persebaran lokasi daerah tertinggal berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal
Tahun 2020-2024 secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5
Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024

No. Provinsi Kabupaten

1 Sumatera Utara Nias


2 Sumatera Utara Nias Selatan
3 Sumatera Utara Nias Utara
4 Sumatera Utara Nias Barat
5 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai
6 Sumatera Selatan Musi Rawas Utara
7 Lampung Pesisir Barat
8 Nusa Tenggara Barat Lombok Utara
9 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat
10 Nusa Tenggara Timur Sumba Timur
11 Nusa Tenggara Timur Kupang
12 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Selatan
13 Nusa Tenggara Timur Belu
14 Nusa Tenggara Timur Alor
15 Nusa Tenggara Timur Lembata
16 Nusa Tenggara Timur Rote Ndao
17 Nusa Tenggara Timur Sumba Tengah
18 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Daya
19 Nusa Tenggara Timur Manggarai Timur
20 Nusa Tenggara Timur Sabu Raijua
21 Nusa Tenggara Timur Malaka
22 Sulawesi Tengah Donggala
23 Sulawesi Tengah Tojo Una-una
24 Sulawesi Tengah Sigi
25 Maluku Maluku Tenggara Barat
26 Maluku Kepulauan Aru
27 Maluku Seram Bagian Barat
28 Maluku Seram Bagian Timur
29 Maluku Maluku Barat Daya
30 Maluku Buru Selatan
31 Maluku Utara Kepulauan Sula
32 Maluku Utara Pulau Taliabu
33 Papua Barat Teluk Wondama
34 Papua Barat Teluk Bintuni
35 Papua Barat Sorong Selatan
36 Papua Barat Sorong

8 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


No. Provinsi Kabupaten

37 Papua Barat Tambrauw


38 Papua Barat Maybrat
39 Papua Barat Manokwari Selatan
40 Papua Barat Pegunungan Arfak
41 Papua Jayawijaya
42 Papua Nabire
43 Papua Paniai
44 Papua Puncak Jaya
45 Papua Boven Digoel
46 Papua Mappi
47 Papua Asmat
48 Papua Yahukimo
49 Papua Pegunungan Bintang
50 Papua Tolikara
51 Papua Keerom
52 Papua Waropen
53 Papua Supiori
54 Papua Mamberamo Raya
55 Papua Nduga
56 Papua Lanny Jaya
57 Papua Mamberamo Tengah
58 Papua Yalimo
59 Papua Puncak
60 Papua Dogiyai
61 Papua Intan Jaya
62 Papua Deiyai

Berdasarkan dokumen RPJMN 2020-2024, kegiatan pembangunan


daerah tertinggal, kawasan perbatasan, perdesaan, dan trasmigrasi
merupakan salah satu kegiatan prioritas di dalam Prioritas Nasional 2 (PN
2) yakni mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan
menjamin pemerataan.
Lebih rinci dijelaskan bahwa kebijakan dan strategi pembangunan
kewilayahan tahun 2020-2024 antara lain pengembangan kebijakan
dan pelaksanaan pembangunan afirmatif untuk mempercepat
pembangunan daerah tertinggal, kecamatan lokasi prioritas
perbatasan, pulau-pulau kecil terluar dan terdepan, serta kawasan
transmigrasi, melalui:
a. perluasan akses pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan;
b. penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan, air bersih dan
sanitasi, dan listrik;

9
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
c. peningkatan konektivitas transportasi darat, sungai, laut dan udara;
d. pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi sebagai basis
ekonomi digital;
e. perluasan kerjasama dan kemitraan dalam investasi, promosi,
pemasaran dan perdagangan (Gambar 2).
Gambar 2
POSISI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
DALAM RPJMN TAHUN 2020-2024

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Jo Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,
disebutkan bahwa Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT) memiliki tugas untuk menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyerasian
percepatan pembangunan daerah tertinggal. Sehingga dalam rangka
pencapaian sasaran RPJMN Tahun 2020-2024 lingkup Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi berkomitmen
untuk mengentaskan 25 kabupaten dari total 62 kabupaten daerah
tertinggal.
Dalam upaya memenuhi target pengentasan daerah tertinggal,
perlu disusun Renstra Ditjen PPDT Tahun 2020-2024 yang mencakup arah
kebijakan, sasaran, ruang lingkup serta indikasi kegiatan prioritas Ditjen
PPDT 2020-2024, sebagai bagian kesatuan dalam rangka percepatan
pembangunan daerah tertinggal secara nasional.

10 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


1.2. Potensi dan Permasalahan

a. Potensi
Secara umum, daerah tertinggal memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah terutama sektor
pertanian, perkebunan, perikanan, kerajinan, industri usaha kecil menengah (UKM), maupun potensi wisata. Dan
berikut adalah rekapitulasi potensi yang ada di 62 (enam puluh dua) Daerah Tertinggal 2020-2024 yang
dirangkum dari kabupaten dalam angka pada Badan Pusat Statistik (BPS):

Tabel 6
Matriks Potensi Daerah Tertinggal 2020-2024

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Sumatera Kepulauan a. Perikanan tangkap 6.939 Didominasi oleh industri kecil Pulau Nyang Nyang, Pantai
Barat Mentawai ton menengah. Terdapat IKM berbasis Pula Sikuai, Danau Rua
b. Cengkeh 1.519,6 ha Kayu, anyaman, keramik, makanan & Oinang, dan Air Terjun Bat
c. Pisang 119,93 ton minuman Soumang
d. Kelapa 7.424 ha
e. Padi 2.225 ha
Sumatera Musi Rawas a. Karet 107.427 ha Pada tahun 2015, mayoritas industri Goa Napal Licin, Danau
Selatan Utara b. Kelapa Sawit 10.420,2 ha yang terdapat di Kabupaten Musi Rayo, Air Terjun Ulu Tiku, DAM
c. Kambing 12.470 ha Rawas berjenis industri kerajinan Bukit Ulu
d. Budidaya Kolam 51.218 rumah tangga yang memiliki pekerja
ha 5-19 orang, yakni sejumlah 6 industri.
e. Padi 7.234 ha

11
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Sumatera Nias a. Karet 14.763 ha Usaha Industri Binaan Pangan, industri Pulau Musi, Pulau Onolimbu,
Utara b. Perikanan Tangkap binaan kayu dan perabotan rumah Pantai Charlita, Pantai
1.012,69 ton tangga yang tersebar di seluruh Gowaena
c. Kakao 1.450 ha kecamatan
d. Padi 13.323,4 ha
e. Kelapa 1.266,75 ha
Sumatera Nias Barat a. Karet 6.190 ha Didominasi oleh industri kecil Pantai Asu, Pantai Sirombu,
Utara b. Kakao 1.122 ha menengah. Terdapat IKM berbasis Pulau Hamatula, Diving
c. Perikanan Tangkap 161,42 kayu, IKM Anyaman, dan IKM Keramik Pulau Bogi
ton
d. Kelapa 4.510 ha
e. Padi 4.568 ha
Sumatera Nias Selatan a. Kelapa 18.676,75 didominasi oleh Industri Kecil Pantai Lagundri, Pantai
Utara b. Padi 33.758 ha Menengah yaitu IKM Anyaman, Kayu, Sorake, Pulau Tello, dan Tari
c. Karet 11.697,75 ha dan Logam Fataele (Tari Perang)
d. Kakao 4.824 ha
e. Jagung 2.095 ha
Sumatera Nias Utara a. Perikanan Tangkap didominasi oleh industri kecil Pantai Gawu Soyo, Pantai
Utara 13.700,17 ton menengah yaitu IKM Makanan dan Turoleto, Pantai Toyolawa,
b. Padi 7.437 ha Minuman, kulit, kayu , dan anyaman Danau Megoto
c. Karet 69.855 ha
d. Kakao 2.461 ha
e. Kelapa 7.690 ha

12 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Lampung Pesisir Barat a. Padi 20.646 ha Terdapat 28 usaha konstruksi yang Pantai Labuhan Jukung,
b. Jagung 5.643 ha tercatat beroperasi di Kabupaten Pulau Pisang, Gua Matu,
c. Kopi 5.106 ha Pesisir Barat. 13 usaha konstruksi Penangkaran Tembulih
d. Kelapa Sawit 6.159 ha diantaranya tercatat sebagai usaha
e. Kelapa 7.610 ha yang aktif melakukan kegiatan
konstruksi.
Sulawesi Donggala a. Padi 23.413 ha Terdapat 9 perusahaan yang Pantai Tanjung Karang,
Tengah b. Jagung 11.175 ha terklasifikasi sebagai perusahaan Pantai Pusat Laut Pusentasi,
c. Holtikultura 323 ha industri di Kabupaten Donggala. Tiga Pulau Pasoso
diantaranya adalah perusahaan
industri pengolahan minyak mentah
kelapa sawit dengan jumlah produksi
sebesar 2,9 Milyar
Sulawesi Sigi a. Padi 30.512 ha Pengembangan industri yang Taman Nasional Lore Lindu
Tengah b. Kakao 27.681 ha mendukung sektor pertanian, serta (TNLL), Danau Lindu,
c. Jagung 10.105 ha kerajinan rumah tangga sebagai Vatunoniu Village, Hutan
d. Kelapa 5.986 ha pendukung sektor pariwisata Wisata Danau Lindu
Sulawesi Tojo Una-una a. Kelapa 19.868 ha Pengembangan Industri Kecil yaitu Pulau Togean, Divinh
Tengah b. Jagung 11.804 ha industri Pengolahan seperti industri Togean, dan Air Terjun Wakai
c. Kakao 10.370 ha mebel
d. Cengkeh 2.127 ha
Papua Asmat a. Ubi Kayu 85,1 ha Didominasi oleh perusahaan industri Taman Nasional Lorenz,
b. Sagu 4.143 ha kecil formal dengan kegiatan tekstil, Rawa Baki, dan Pesta
agro dan kehutanan Budaya Asmat
Papua Boven Digoel a. Karet 3.843 ha Didominasi oleh industri kecil dan Penjara Hindia Belanda
b. Talas 280 ha mikro.

13
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Papua Deiyai Palawija, kopi, holtikultura Pulau Duamo
dan perikanan budidaya
Papua Dogiyai Palawija, kopi, peternakan Didominasi oleh industri kecil dan mikro Danau Makamo
yang bergerak di bidang makanan
dan minuman.
Papua Intan Jaya Palawija, holtikultura Puncak Carstenzs dan Desa
Ugimba
Papua Jayawijaya a. Ubi jalar 5.032 ha Didominasi oleh industri kecil dan mikro Lembah Baliem, Telaga Biru,
b. Kopi 1.976 ha yang bergerak di bidang makanan, dan Kampung Sekan
c. Padi 25 ha minuman dan jasa reparasi
pemasangan mesin.
Papua Keerom a. Kelapa sawit 17.790 ha sektor industri minyak dan pangan Festival Budaya dan
b. Kakao 7.818 ha Kampung Wisata Yowong
c. Jagung 611 ha
d. Padi 200 ha
Papua Lanny Jaya Kopi dan palawija Didominasi oleh industri yang Paralayang dan Pendakian
berkaitan dengan pengolahan Bukit Tiom
perkebunan dan peternakan.

Papua Mamberamo Perikanan tangkap, palawija Didominasi oleh industri kecil dan Danau Bira
Raya dan holtikutura rumah tangga.
Papua Mamberamo Palawija dan buah merah pengolahan kayu dan peternakan Hutan Hujan Tropis, dan Studi
Tengah flora-fauna

14 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Papua Mappi a. Perikanan tangkap 3.064 hanya ada industri kecil formal dan Rumah Pohon Suku Koroway
ton nonformal
b. Kelapa 811,6 ha
c. Pisang 113 ha
d. Sagu
Papua Nabire a. Ubi Kayu 2.205 ha industri kecil di sektor pangan Hiu Paus di Kwatisore, Pantai
b. Padi 4.285 ha Pulau Ahe, dan Pantai Gedo
c. Perikanan Tangkap 12.710
ton
Papua Nduga Kopi, palawija pengolahan pertanian dan Taman Nasional Lorenz dan
pengolahan kayu Batas Batu
Papua Paniai a. Ubi Jalar 670 ha makanan dan minuman serta Danau Paniai
b. Kopi kerajinan
c. Kedelai
Papua Pegunungan a. Ubi Jalar 8.359 ha industri kecil dan mikro yang bergerak Puncak Mandala
Bintang b. Kopi 293 ha di bidang pangan
Papua Puncak a. Ubi Kayu 4.337 ha
b. Ubi Jalar
c. Babi
Papua Puncak Jaya Kopi, palawija, holtikultura industri kecil kerajinan Puncak Carstenz
Papua Supiori a. Perikanan Tangkap 4.410 Industri kecil menengah. Kegiatan Pulau Rani, Kepulauan
ton industri didominasi oleh industri furnitur Padaido dan Kepulauan
b. Kelapa 419 ha Aruri
c. Cabai 14 ha

15
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Papua Tolikara a. Ubi Jalar 7.892 ha industri kecil di bidang pangan Danau Biuk, Cagar Alam
b. Peternakan dan Taman Nasional Lorenz,
dan Gunung Timoini
Papua Waropen a. Perikanan Tangkap 10.988 industri kecil yang bergerak di sektor Pantai Batu Zaman, Pantai
ton utama pengolahan pangan Ronggaiwa, Pantai
b. Kelapa 685 ja Sarafambai, dan Pulau Nau
c. Jagung 103 ha
Papua Yahukimo a. Jagung industri kecil Wisata Alam dan Budaya
b. Buah Merah 1.156 ha
c. Kopi 144 ha
Papua Yalimo Palawija dan hasil hutan industri pengolahan kayu
Papua Barat Sorong a. Padi 1.240 ha industri kecil yaitu industri pengolahan Pulau Um, Pantai Mailan, Air
b. Ubi Kayu 331 ha pangan Terjun Klasmis, dan Obyek
c. Holtikultura 2.849 ha Wisata Jeflio
d. Kelapa 627 ha
Papua Barat Sorong Selatan a. Ubi Kayu 46 ha industri pengolahan hasil pertanian Panta Kapal dan Air Terjun
b. Perikanan tangkap 549 Sasnek
ton
Papua Barat Maybrat a. Ubi Kayu 154 ha sektor industri olahan dan kerajinan Danau Ayamaru dan Danau
b. Holtikultura dari industri kecil dan menengah Framu
Papua Barat Tambrauw a. Kelapa 4.821 ha sektor industri olahan dan kerajinan Air Terjun Miyah, Pantai Batu
b. Jagung 306 ha dari industri kecil dan menengah Kapal, dan Taman Mini
c. Holtikultura 101 ha Sausapor

16 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Papua Barat Teluk Bintuni a. Perikanan Tangkap sektor industri kecil dan menengah Pantai Boombara dan
b. Kelapa Sawit 7.296 ha berupa industri olahan/kerajinan Gunung Botak
c. Padi 427 ha
d. Jagung 31 Ha

Papua Barat Teluk a. Perikanan Tangkap sektor industri kecil dan menengah Taman Laut Teluk
Wondama b. Ubi Kayu 88 ha berupa industri olahan/kerajinan Cendrawasih
c. Petsai 56 ha
d. Rumput laut
Papua Barat Manokwari a. Kelapa 155 ha 5 unit usaha minuman ringan Gunung Botak, Pantai Syari,
Selatan b. Kakao 1.925 ha Pantai Dosa, Air Terjun
c. Pala 131 ha Neney, Danau Anggi Gida
Giji
Papua Barat Pegunungan Kakao, kelapa, pinang Usaha Perkebunan Tanaman Tahunan Danau Anggi Gida dan
Arfak Anggi Giji, Rumah Kaki
Seribu, Tari Tumbuk Tanah
Nusa Alor a. Padi 7.876 ha Pulau Kepa, Air Mancur Tuti
Tenggara b. Jagung 9.116 ha Adagai, Pantai Lingal, Kolam
Timur c. Kelapa 2.965 ha Bidadari
d. Mete 8.007 ha
e. Vanili

Nusa Belu a. Padi 6.949 ha Pengembangan Industri Kecil Hasil Air Terjun Mauhalek, Fulan
Tenggara b. Jagung 14.721 ha Pertanian dan Kehutanan (IPHK), dan Fehan, Kolam Susuk,
Timur c. Perikanan Tangkap 1.513 Industri Aneka Benteng Ranu Hitu
ton
d. Sapi 69.621 ekor
e. Kopi 212 ha

17
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Nusa Kupang a. Padi 22.743 ha Pada tahun 2016, terdapat 71 industri Pantai Tablolong, Air Terjun
Tenggara b. Jagung 23.851 ha di Kabupaten Kupang yang terdiri dari Tesbatan, Air Terjun Oenesu
Timur c. Kelapa 7.987 ha 2 industri besar sedang, 27 industri kecil
d. Sapi 586.717 ekor dan 42 industri kerajinan rumah
e. Pisang 4.567 ton tangga. Berdasarkan sub sektornya
industri di kabupaten ini didominasi
industri kayu, bambu, rotan, rumput
dan sejenisnyatermasuk perabot
rumah tangga
Nusa Lembata a. Padi 6.455 ha Jumlah Industri Mikro Kecil di Desa Nelayan Lamalera,
Tenggara b. Jagung 14.006 ha Kabupaten Lembata yang tercatat Tanjung Nuhamera,
Timur c. Kelapa 5.814 ha sebanyak 68 industri. IKM didominasi Lewoleba, dan Puncak Ile
d. Perikanan Tangkap 7.325 oleh industri makanan Lewotolok
ton
e. Tanaman Hutan 49.181 ha
Nusa Lombok Utara a. Padi 11.871 ha Kegiatan industri di Kabupaten Pantai Sire, Gunung Rinjani,
Tenggara b. Jagung 9.143 ha Lombok Utara di dominasi oleh industri Air Terjun Sendang Gile,
Barat c. Kakao 3.963 ha non formal dengan kegiatan industri Segara Anak
d. Kelapa 9.498 ha kimia, agro industri dan hasil hutan
e. Jambu Mete 7.126 ha

Nusa Malaka a. Palawija 22.843 ha industri kecil dan mikro dengan jenis Pantai Motadikin, Pantai
Tenggara b. Padi 7.659 ha kegiatan berupa industri hasil Wemasa, Cagar Alam
Timur pertanian dan kehutanan Maubesi, dan Bukit Cinta
Malaka

18 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Nusa Manggarai a. Kopi 14.948 ha palig besar pada industri hasil Danau Ranameso, Pantai
Tenggara Timur b. Palawija 3.762 ha pertanian dan kehutanan Liang Bala, Danau Rana
Timur c. Kakao 3.505 ha Tonjong, dan Air Terjun Radi
d. Padi 2.127 ha Ntangis
Nusa Rote Ndao a. Padi 21.598 ha paling besar pada industri makanan, Pantai Nembrala, Pantai
Tenggara b. Jagung 4.910 ha minuman, dan sandang Boa, Bukit Mandoo, Pantai
Timur c. Bawang Merah 283 ha Oeseli
d. Perikanan Tangkap 3.361
ton
e. Perikanan Budidaya 5,49
ton
Nusa Sabu Raijua a. Palawija 2.420 ha di dominasi industri makanan, Kelebba Maja, Benteng Ege
Tenggara b. Perikanan Budidaya minuman dan tembakau yang & Batu Gong, Pantai Rai
Timur c. Padi 1.243 ha sebagian besar berupa gulai air dan Mea, Kampung Adat
industri barang dari logam, mesin dan Namata
peralatan
Nusa Sumba Barat a.
Padi 13.781 ha didominasi oleh industri kecil Pantai Nihiwatu, Pantai Pero,
Tenggara b.
Jagung 8.769 ha menengah yang bergerak pada Pantai Marosi, dan Kampung
Timur c.
Ubi Kayu 886 ha bidang furniture, tekstil, barang logam, Adat Praijing
d.
Pepaya 1.873 ton bukan mesin dan peralatan
e.
Perikanan Tangkap 2.821
ton
Nusa Sumba Barat a. Palawija 34.241 ha paling besar pada industri tekstil, Danau Weekuri, Pantai
Tenggara Daya b. Padi 27.162 ha pakaian jadi dan kulit, serta industri Mandorak, Air Terjun Pabeti
Timur c. Jambu Mete 11.093 ha barang logam, mesin dan peralatan Lakera, Pantai Watu
Maladong

19
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Nusa Sumba Tengah a. Padi 7.354 ha di dominasi oleh agro industri dan Air Terjun Matayangu, Pantai
Tenggara b. Jagung 6.060 ha industri kerajinan yaitu kerajinan Aili, Gua Alam Liangu Paniki,
Timur c. Jambu Mete 3.294 ha tenunan, anyaman dan meubeler Kampung Adat Lai Tarung
d. Kelapa 4.549 ha
e. Kambing 12.026 ha
Nusa Sumba Timur a. Padi 20.099 ha paling besar pada industri kerajinan Pantai Talimbang, Pantai
Tenggara b. Jagung 14.284 ha yaitu kerajinan tenun ikat dan Walakiri, Bukit Tanarara, Bukit
Timur c. Perikanan Tangkap 9.108 anyaman pandan/lontar Wairnding, Pantai Puru
ton Kambera
d. Ubi Kayu 2.676 ha
e. Jambu Mete 9.464 ha
Nusa Timor Tengah a. Padi 5.579 ha terdapat 158 industri rumah tangga Pantai Kolbano, Pantai
Tenggara Selatan b. Jagung 59.549 ha dan industri kerajinan rumah Boisae, Air Terjun Oehala,
Timur c. Jeruk Koprok 11.222 ton terbanyak berasal dari Kecamatan Gunung Mutis
d. Kemiri 4.141 ha Kota Soe
e. Sapi 190.683 ekor
Maluku Buru Selatan a. Kelapa 10.545 ha sebanyak 128 perusahaan dengan Pulau Oki, Pantai Leksula, Air
b. Cengkeh 5.778 ha mayoritas kegiatan furnitur dan industri Terjun Jin, dan Pantai
c. Kakao 5.069 ha pengolahan lainnya Wamsoba
d. Perikanan Tangkap 11.757
ton
e. Kelapa 10.545 ha
Maluku Kepulauan Aru a. Kelapa 1.328 ha didominasi oleh industri yang Pantai Batu Kora, Pantai
b. Padi 11 ha berkaitan dengan kelautan seperti Wamar, Desa Koba
c. Ketela Pohon 73 ha budidaya mutiara, budidaya ikan, Kepulauan Aru dan Pantai
d. Babi 4.376 ekor galangan kapal dan lainnya Kora Evar

20 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Maluku Maluku Barat a. Ketela Pohon 600 ha didominasi oleh industri nonformal Danau Tihu, Pantai Nusiata –
Daya b. Jagung 3.077 ha seperti sandang, dan kulit, makanan Pulau Wetang, Air Terjun
c. Kelapa 5.299 ha dan minuman, kerajinan umum dan Regoha dan Underwater
d. Cengkeh 74,9 ha lainnya Welora-Dawelor
Maluku Maluku a. Kelapa 25.889 ha industri mikro dan industri kecil yang Pantai Matakus, Pantai
Tenggara Barat b. Ubi 917 ha bergerak dalam bidang makanan, Weluan, Batlosa-Desa
c. Petsai 113 ha minuman, tembakau, tekstil, dan Latdalam dan Mata Air
d. Kakao 11 ha lainnya Bomaki
Maluku Seram Bagian a. Cabai 1.026 ha Didominasi oleh industri kecil Wisata Bawah Laut Pulau
Barat b. Kelapa 7.673 ha menengah. Sektor utama masih Lucipara, Wisata Alam Pulau
c. Kakao 3.644 ha berupa pertanian, sehingga memiliki Osi, Air Terjun Lumoli, dan Air
d. Cengkeh 7.527 ha potensi untuk mengembangkan Terjun Waisia
industri pengolahan hasil pertanian
Maluku Seram Bagian a. Jagung 4.765 ha didominasi oleh industri kecil dan Danau Soli, Taman Laut
Timur b. Kakao 1.055 ha industri mikro yang bergerak dalam Koon, Pulau Geser dan
c. Kelapa 18.372 ha bidang makanan, minuman, furnitur Tebing Air Panas Nif
d. Cengkeh 9.807 ha dan industri pengolahan lainnya
Maluku Utara Kepulauan Sula a. Kelapa 30.596 ha didominasi oleh industri kecil Pulau Pagama, Benteng De
b. Cengkeh 3.145 ha menengah. Salah satu industri yang Verwatching, Pantai
c. Kacang Mete 3.525 ha berpotensi untuk dikembangkan Fukwew, Air Terjun Wailau
adalah industri pengolahan makanan,
antara lain pengasapan ikan julung,
aneka roti, sagu, halua kenari, dan
aneka kue

21
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata
Maluku Utara Pulau Taliabu a. Kelapa 31.394 ha Wisata Bawah Laut Pulau
b. Kakao 1.179 ha Samada Besar, Pulau Seho,
c. Perikanan Tangkap Pulau Limbo, dan Pantai
231.629 ton Tikong

22 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) I KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


b. Permasalahan
Permasalahan pembangunan yang masih dihadapi hingga saat ini
yaitu masih adanya kabupaten yang berstatus tertinggal dan persoalan
adanya kesenjangan antarwilayah. Hal ini tidak sejalan dengan orientasi
pembangunan Indonesia kedepan sesuai dengan prioritas nasional ke 2
yaitu pengembangan wilayah mengurangi kesenjangan dan pemerataan.
Dalam usaha percepatan pembangunan daerah tertinggal, maka pada
tahun 2020-2024, kegiatan akan difokuskan kepada perbaikan infrastruktur
dasar, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan daerah tertinggal dalam 5
tahun kedepan akan difokuskan pada penanganan beberapa
permasalahan sebagai berikut:

1. Kesenjangan pembangunan antarwilayah di Indonesia masih


merupakan tantangan yang harus diselesaikan dalam pembangunan
kedepan terutama kawasan daerah tertentu. Kesenjangan
pembangunan antarwilayah dalam jangka panjang bisa memberikan
dampak pada kehidupan sosial masyarakat. Kesenjangan antarwilayah
tersebut berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur yang tidak
memadai. Upaya-upaya pembangunan yang lebih berpihak kepada
kawasan daerah tertentu menjadi suatu keharusan untuk menangani
tantangan ketimpangan dan kesenjangan pembangunan.
2. Rendahnya perekonomian masyarakat

Belum optimalnya pengelolaan potensi sumber daya lokal dalam


pengembangan perekonomian daerah tertinggal. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya kemampuan permodalan, penguasaan teknologi,
informasi pasar dan investasi dalam pengembangan produk unggulan
daerah, dan rendahnya kapasitas kelembagaan pemerintah daerah
dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya lokal.
3. Rendahnya kualitas sumber daya manusia

Kondisi ini ditandai masih rendahnya beberapa indikator terkait dengan


pembangunan sumber daya manusia dan kesejahteraan sosial, yaitu
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sumber daya manusia merupakan
modal utama dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu, kualitas
SDM harus terus ditingkatkan sehingga mampu memberikan daya saing
yang tinggi. Upaya tersebut dapat dilakukan pengendalian penduduk,
peningkatan taraf pendidikan, dan peningkatan derajat kesehatan dan
gizi masyarakat.

23
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Masih rendahnya IPM dan masih tingginya angka kemiskinan dan
pengangguran serta aktivitas ekonomi yang masih rendah di daerah
tertinggal mengakibatkan masih rendahnya produktivitas masyarakat di
daerah tertinggal. Untuk meningkatkan produktivitas masyarakat di
daerah tertinggal dapat dilakukan melalui pemberdayaan, baik
pemberdayaan dari aspek ekonomi, sosial, dan kelembagaan.
4. Terbatasnya sarana dan prasarana

Permasalahan yang mendasar di daerah tertinggal adalah rendahnya


tingkat ketersediaan infrastruktur sarana dan prasarana dasar publik. Hal
tersebut menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal sulit
mendapatkan akses pelayanan dasar yang layak, seperti pendidikan,
kesehatan, air bersih, infrastruktur transportasi, listrik dan telekomunikasi.
Rendahnya akses pelayanan dasar berdampak pada rendahnya
kualitas sumber daya manusia dan lemahnya perekonomian di daerah
tertinggal.
5. Rendahnya kapasitas keuangan daerah

Masih rendahnya angka kemandirian fiskal akibat minimnya kapasitas


pengelolaan keuangan daerah dan rendahnya kualitas belanja daerah
sehingga belum mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumber
pendapatan asli daerah.
Regulasi yang tidak/belum memihak terhadap percepatan
pembangunan daerah tertinggal menimbulkan disharmoni antar
kebijakan, inefisiensi, dan kontra produktif, sehingga upaya akselerasi
atau percepatan pembangunan daerah tertinggal menjadi
terhambat. Oleh karena itu, perlu adanya revisi terhadap beberapa
regulasi yang tidak sejalan dengan upaya percepatan pembangunan
daerah tertinggal serta mendorong regulasi yang memberikan
perlakuan khusus/insentif terhadap investasi. Pemberian insentif
terhadap sektor swasta dan pelaku usaha merupakan kebijakan non
fiskal untuk mendorong peningkatan investasi di daerah tertinggal.
6. Rendahnya aksesibilitas

Tingginya kesenjangan antar wilayah disebabkan keterbatasan


aksesibilitas dan konektivitas antar wilayah dan jaringan jalan dan
jembatan serta jaringan transportasi yang belum menjangkau banyak
wilayah pemukiman penduduk sehingga pelayanan dasar belum
dirasakan sebagian besar masyarakat.

24
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Daerah tertinggal yang notabene sebagian besar adalah daerah
hinterland dari pusat-pusat pertumbuhan merupakan daerah dengan
tingkat aksesibiltas rendah, karena keterbatasan infrastruktur wilayah,
terutama infrastruktur transportasi, komunikasi, dan energi.
Perkembangan daerah tertinggal rendah dan lambat karena masih
lemahnya konektivitas antarwilayah, terutama antar daerah tertinggal
dan pusat pertumbuhan wilayah.
7. Karakteristik daerah

Kurang optimalnya penanganan daerah khusus seperti masih tingginya


gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban umum di daerah
perbatasan serta pencegahan, penanganan dan rehabilitasi bencana,
pengembangan pulau kecil dan terluar serta daerah perbatasan dan
wilayah strategis. Masih rendahnya kesadaran dalam pengelolaan
sumber daya alam yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan
sebagai akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, dan
ketergantungan dalam hal pangan, energi, keuangan, dan teknologi.
Negara tidak mampu memanfaatkan kandungan kekayaan alam yang
besar, baik yang berwujud maupun bersifat non-fisik bagi kesejahteraan
rakyatnya.

25
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
BAB 2
VISI, MISI, DAN TUJUAN

26
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN

2.1. Visi
Visi pembangunan Indonesia pada RPJMN Tahun 2020-2024 adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur
melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung
oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Visi Presiden dan Wakil Presiden
untuk dapat mencapai Visi pembangunan Indonesia adalah:
“Terwujudnya Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian, berlandaskan gotong-royong”.

Visi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal tahun 2020-


2024 adalah: “Terwujudnya perdesaan yang memiliki keunggulan
kolaboratif dan daya saing secara berkelanjutan dalam Mendukung
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
Berlandaskan Gotong-Royong”.

Pengertian dari visi tersebut adalah:


a. Perdesaan adalah wilayah desa, kawasan perdesaan, dan kawasan
transmigrasi baik di daerah tertinggal maupun di daerah tidak
tertinggal yang menjadi urusan pemerintahan serta menjadi
kewenangan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi.
b. Keunggulan Kolaboratif adalah kondisi yang diharapkan agar
perdesaan memiliki kemampuan untuk membentuk kemitraan dengan
wilayah/kawasan lainnya yang efektif, bermanfaat, dan saling
menguntungkan untuk lebih meningkatkan keunggulan daya saing.
c. Berkelanjutan adalah pembangunan desa, kawasan perdesaan,
kawasan transmigrasi dan daerah tertinggal yang memiliki ketahanan
ekonomi, sosial dan ekologi yang sejalan dengan arah pembangunan
berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
d. Keunggulan Daya Saing adalah kondisi yang diharapkan agar
perdesaan di Indonesia memiliki kinerja yang lebih baik dalam

27
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
meningkatkan nilai tambah dibandingkan dengan negara lainnya baik
di tingkat regional maupun internasional. e. Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong-royong:
merupakan visi Presiden dan Wakil Presiden yang wajib didukung oleh
visi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi.
Visi percepatan pembangunan daerah tertinggal merupakan bagian
dari visi pembangunan yang dicanangkan oleh presiden maupun visi
dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi. Percepatan pembangunan daerah tertinggal hanyalah
merupakan salah satu instrumen untuk mencapai visi Presiden maupun
visi Kementerian.

2.2. Misi
Visi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Tahun 2020-2024 akan dapat dicapai melalui misi sebagai
berikut:
a. Mempercepat pembangunan Desa dan Perdesaan yang
berkelanjutan;
b. Mengembangkan ekonomi dan investasi Desa dan Perdesaan, Daerah
Tertinggal, dan kawasan Transmigrasi;
c. Menyerasikan kebijakan dan program percepatan pembangunan
daerah tertinggal;
d. Menyelenggarakan pembangunan dan pengembangan kawasan
transmigrasi;
e. Menyusun dan merumuskan pengembangan daya saing Desa dan
Perdesaan, Daerah Tertinggal, dan kawasan Transmigrasi berbasis data
dan informasi yang akurat;
f. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan pemberdayaan
masyarakat desa dan perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi;
dan
g. Meningkatkan penatakelolaan pemerintahan yang baik.
Percepatan pembangunan daerah tertinggal sebagai sebuah
instrumen dalam rangka mencapai visi Presiden maupun visi Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, maka tidak

28
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
dapat berdiri sendiri, akan tapi memiliki keterkaitan dengan beberapa visi
lainnya, yaitu:
1. Meningkatkan penatakelolaan ekonomi dan investasi perdesaan.
2. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia perdesaan.
3. Membangun kolaborasi antara kawasan perdesaan dengan pusat-
pusat pertumbuhan dan kawasan lainnya.
4. Penguatan sinergi program dan kegiatan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
5. Meningkatkan penatakelolaan pemerintahan yang baik dan bersih.

2.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada Tahun 2020-2024 sesuai dengan visi
dan misi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, sebagai berikut:
1. Mendorong terwujudnya Desa Berkembang dan Mandiri, serta
kolaborasi perdesaan dengan perkotaan melalui pengembangan
Kawasan Perdesaan secara berkelanjutan.
2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi di desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan Kawasan transmigrasi.
3. Berkurangnya jumlah daerah tertinggal.
4. Terwujudnya kawasan transmigrasi sebagai satu kesatuan sistem
pengembangan dalam mendukung pertumbuhan wilayah.
5. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan dalam pengembangan
daya saing melalui kreativitas dan teknologi berbasis ilmu
pengetahuan, data dan informasi dalam pembangunan desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi.
6. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.
7. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang agile, efektif, efisien dan
terpercaya.
Berkurangnya jumlah daerah tertinggal, juga diharapkan mampu
untuk dapat mencapai tujuan lainnya secara simultan, yaitu:

29
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
1. Mendorong terwujudnya Desa Berkembang dan Mandiri, serta
kolaborasi perdesaan dengan perkotaan melalui pengembangan
Kawasan Perdesaan secara berkelanjutan.
2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi di desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan Kawasan transmigrasi.
3. Terwujudnya Kawasan Transmigrasi Sebagai Satu Kesatuan Sistem
Pengembangan.
4. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan dalam
pengembangan daya saing melalui kreativitas dan teknologi
berbasis ilmu pengetahuan, data dan informasi dalam
pembangunan desa dan perdesaan, daerah tertinggal, dan
transmigrasi.
5. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal
dan transmigrasi.
6. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang agile, efektif, efisien
dan terpercaya.

2.4. Sasaran
Sasaran strategis percepatan pembangunan daerah tertinggal 2020-
2024 dalam rangka mencapai tujuan berkurangnya jumlah daerah
tertinggal, yaitu:
1. Mengentaskan 25 kabupaten dari 62 kabupaten daerah tertinggal di
tahun 2024 (Tabel 6).
2. Menurunnya penduduk miskin di daerah tertinggal sebesar 23,5-24 %.
3. Meningkatnya rata-rata IPM di daerah tertinggal menjadi 62,2-62,7.
4. Terlaksananya pembinaan kepada 62 kabupaten daerah tertinggal
entas tahun 2015-2019.

30
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Tabel 7
Proyeksi Sasaran Daerah Tertinggal Entas Tahun 2020-2024

2020 2021 2022 2023 2024

Boven Sumba
Kupang* Belu* Alor*
Digoel* Tengah
Maluku Seram
Pesisir
Nabire* Tenggara Lembata* Bagian
Barat*
Barat* Barat*
Sumba Tojo Una- Timor Tengah
Supiori* Malaka
Timur* Una* Selatan
Musi
Kep. Sumba Sorong
Rawas Rote Ndao*
Mentawai* Barat* Selatan*
Utara*
Maluku Barat
Donggala* Sigi* Keerom* Kep. Aru
Daya
Teluk Manokwari Seram
Kep. Sula*
Bintuni* Selatan* Bagian Timur
Lombok Teluk
Utara* Wondama

Sorong*

Keterangan :
*) 25 Kabupaten target di RPJMN 2020-2024

31
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
BAB 3
ARAH KEBIJAKAN,
STRATEGI, KERANGKA
REGULASI DAN
BAB 2 KERANGKA
KELEMBAGAAN
VISI, MISI, DAN TUJUAN

32
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI,
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian


Penyelenggaraan pembangunan desa, perdesaan, kawasan
transmigrasi dan percepatan pembangunan daerah tertingal dalam RPJM
tahun 2020-2024 diarahkan untuk melaksanakan salah satu agenda
pembangunan dalam mengembangkan wilayah untuk mengurangi
kesenjangan. Arah kebijakan dan strategi Kemendesa, PDT, dan
Transmigrasi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 8
Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2020-2024

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan konektivitas intra Mengembangkan aksesibilitas dan


dan antar perdesaan infrastruktur berbasis komoditas
unggulan

Meningkatkan akses transportasi


perdesaan dengan pusat-pusat
kegiatan dan pusat pertumbuhan
ekonomi lokal/wilayah, dan akses
masyarakat terhadap fasilitas
pelayanan dasar

Keterpaduan rantai pasok dan rantai


nilai berbasis komoditas unggulan

Peningkatan kapasitas sistem, Peningkatan kapasitas sistem untuk


kelembagaan, dan sumberdaya mempercepat pembangunan
manusia perdesaan (Desa, perdesaan yang efektif dan efisien

33
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
ARAH KEBIJAKAN STRATEGI
daerah tertinggal, dan Peningkatan kompetensi
transmigrasi) yang unggul sumberdaya manusia, yaitu
kompetensi teknis, metodologis,
sosial, dan personal dalam rangka
menyongsong revolusi industri 4.0

Peningkatan kapasitas
kelembagaan dari mulai desa
sampai pusat

Peningkatan kapasitas masyarakat


perdesaan dalam pemanfaatan
dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi

Mengembangkan pendidikan
berbasis keterampilan dan
kewirausahaan

Mengembangkan system
pembelajaran berbasis online melalui
model Akademi Desa 4.0

Peningkatan peran gender dalam


pembangunan perdesaan

Peningkatan kapasitas sistem, Peningkatan kapasitas sistem untuk


kelembagaan, dan sumberdaya mempercepat pembangunan
manusia perdesaan (Desa, perdesaan yang efektif dan efisien
daerah tertinggal, dan
transmigrasi) yang unggul Peningkatan kompetensi
sumberdaya manusia, yaitu
kompetensi teknis, metodologis,
sosial, dan personal dalam rangka
menyongsong revolusi industri 4.0

34
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan kapasitas
kelembagaan dari mulai desa
sampai pusat

Peningkatan kapasitas masyarakat


perdesaan dalam pemanfaatan
dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi

Mengembangkan pendidikan
berbasis keterampilan dan
kewirausahaan

Mengembangkan system
pembelajaran berbasis online melalui
model Akademi Desa 4.0

Peningkatan peran gender dalam


pembangunan perdesaan

Peningkatan investasi produk Peningkatan iklim investasi yang


unggulan perdesaan (Desa, kondusif di perdesaan
daerah tertinggal, dan
transmigrasi) Mempermudah administrasi
perizinan usaha, penyediaan
informasi untuk lahan dan modal,
juga pemasaran dan ekspor

Fasilitasi dalam pengembangan


Bumdesa dan Bumdesa Bersama
sebagai kelembagaan ekonomi di
perdesaan

Pengembangan produk unggulan


Kawasan perdesaan berbasis
pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan dan kelautan, industri
pertanian berbasis pertanian (agro-

35
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
ARAH KEBIJAKAN STRATEGI
based industry), kepariwisataan serta
ekonomi kreatif

Pengembangan kerjasama dan


kemitraan usaha

Peningkatan start-up business


perdesaan khususnya untuk kaum
muda dan milenial

Fasilitasi pengembangan Desa


Wisata

Fasilitasi, pembinaan, maupun


pendampingan dalam
pengembangan usaha, bantuan
permodalan/kredit, kesempatan
berusaha, pemasaran dan
kewirausahaan

Pengembangan teknologi tepat Pengembangan teknologi untuk


guna, teknologi tinggi dan kegiatan produksi, pengolahan,
teknologi digital pemasaran, distribusi, dan
pembiayaan

Integrasi data dan informasi


perdesaan baik numeric maupun
spasial

Meningkatkan ketersediaan
prasarana teknologi telekomunikasi

Pengembangan e-commerce, e-
logistic dan fintech di perdesaan
melalui Desa Digital

Menata ruang perdesaan untuk


melindungi lahan pertanian dan

36
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan keberlanjutan menekan alih fungsi lahan produktif


pembangunan perdesaan dan lahan konservasi
berwawasan lingkungan
Pembangunan perdesaan yang
ramah lingkungan, selaras dengan
alam, dan pemanfaatan
pengolahan limbah melalaui prinsip
3R (reuse, reduce, recycle)

Menjamin pelaksanaan distribusi


lahan dan hak atas tanah bagi
petani, buruh lahan, dan nelayan

Menyiapkan kebijakan tentang akses


dan hak desa untuk mengelola
sumber daya alam berskala lokal
termasuk pengelolaan hutan negara
oleh desa berorientasi pada
keseimbangan lingkungan hidup
dan berwawasan mitigasi bencana
untuk meningkatkan produksi
pangan dan mewujudkan
ketahanan pangan

Penguatan pembangunan desa,


perdesaan dan transmigrasi dalam
mendukung ketahanan pangan
nasional khususnya program food
estate.

Menguatkan kapasitas masyarakat


desa dan masyarakat adat dalam
mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam lahan dan
perairan, serta lingkungan hidup
desa termasuk desa pesisir secara
berkelanjutan

37
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan dan pemanfaatan Memanfaatkan modal sosial budaya


modal sosial budaya untuk untuk meningkatkan kreativitas untuk
pembangunan perdesaan. pengembangan produk unggulan
(Desa, daerah tertinggal, dan perdesaan
transmigrasi)
Peningkatan pemanfaatan modal
sosial budaya dalam rangka
meningkatkan kerekatan
masyarakat

Perlibatan pelaku seni dan budaya


untuk mendukung pengembangan
produk unggulan perdesaan (Desa,
daerah tertinggal, dan transmigrasi)

Memberi pengakuan,
penghormatan, perlindungan, dan
pemajuan hak-hak masyarakat adat

Meningkatkan kapasitas dan


partisipasi masyarakat termasuk
perempuan, anak, pemuda dan
penyandang disabilitas melalui
fasilitasi, pelatihan, dan
pendampingan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan
monitoring pembangunan desa

Peningkatan sinergitas dan Peningkatan sinergitas dan


kolaborasi pembangunan sinkronisasi program/kegiatan antar
perdesaan (Desa, daerah Kementerian Lembaga dan Daerah
tertinggal, dan transmigrasi) (Provinsi, Kabupaten/ Kota, dan
antar K/L/D/M Desa), melalui penyusunan Grand
Design Kawasan Perdesaan untuk
pedoman bagi seluruh stakeholders

38
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Penguatan mekanisme koordinasi


Pusat dan Daerah

Meningkatkan keterpaduan
perencanaan, pemrograman dan
penganggaran, monitoring dan
evaluasi

Mengembangkan kolaborasi antar


desa, antar daerah, dan antar
pemerintah-perguruan
tinggi/lembaga penelitian-
masyarakat dunia usaha

Melanjutkan pembangunan
Kawasan Perdesaan dan Kawasan
Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN)

Peningkatan kualitas Reformasi Meningkatan pengawasan dan


Birokrasi akuntabilitas aparatur

Meningkatkan dukungan
manajemen

Meningkatkan pengembangan SDM


aparatur

Meningkatkan dukungan kebijakan


strategis, inovasi serta data dan
informasi.
Sumber: RENSTRA Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (2020)

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Percepatan Pembangunan Daerah


Tertinggal
Arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal difokuskan pada:
1. Pengembangan perekonomian masyarakat melalui; (a) fasilitasi
dalam pengembangan prukades di daerah tertinggal sesuai dengan

39
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
komoditas utama, (b) pelatihan pemasaran dan promosi secara
digital, (c) fasilitasi akses permodalan melalui crowdfunding dan peer
to peer lending, (d) membuka peluang pasar ekspor, serta kegiatan
pendukung lainnya berkolaborasi bersama mitra, (e) pemberdayaan
dan pendampingan ekonomi melalui Bumdes dan Bumdesma, (f)
penguatan daya saing produk kelautan, kehutanan, perkebunan,
pertanian melalui penyediaan sarana dan prasarana, (g)
pengelolaan sumber daya alam melalui perlindungan dan
pemanfaatan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati
berwawasan lingkungan berkelanjutan, (h) pengembangan
pariwisata berbasis alam, budaya dan ekonomi kreatif.
2. Peningkatan SDM melalui; (a) peningkatan kualitas tenaga
kesehatan dan guru serta meningkatkan layanan yang ada dengan
dukungan teknologi di bidang terkait, (b) pemberdayaan
masyarakat dengan peningkatan sarana bidang kesehatan, (c)
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam pembinaan gizi
masyarakat dan pendayagunaan dokter, (d) peningkatan
kesehatan masyarakat, penyehatan lingkungan dan penguatan
intervensi stunting, (e) pengembangan dan perluasan kesempatan
kerja dengan skema padat karya.
3. Percepatan pembangunan sarana-prasarana/infrastruktur wilayah
untuk; (a) pemenuhan layanan dasar dan pencapaian SPM, (b)
peningkatan konektivitas dan sistem logistik antarwilayah, (c)
peningkatan infrastruktur konektivitas laut dan darat, (d)
pemanfaatan teknologi dan informasi untuk mendukung PPDT
dengan pengembangan ekonomi digital serta pemanfataan pada
layanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik lainnya.
4. Memperhatikan karakteristik masing-masing daerah dengan strategi
pengembangan; (a) peningkatan ketangguhan dan kemandirian
daerah tertentu melalui pengembangan sosial, ekonomi dan
kawasan sesuai karakteristik wilayah, (b) mitigasi dan rehabilitasi
daerah rawan bencana serta pengelolaan lingkungan
berkelanjutan, (c) rehabilitasi sosial dan ekonomi melalui
peningkatan kapasitas pemberdayaan masyarakat.
5. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui; (a)
pengembangan produk unggulan daerah non migas, pariwisata,
fasilitasi penerapan belanja APBD, (b) peningkatan kapasitas ASN

40
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
dan penguatan kelembagaan masyarakat desa, (c) penerapan
inovasi daerah untuk mendukung iklim investasi.
6. Pembinaan terhadap daerah tertinggal entas Tahun 2019 melalui
peningkatan daya saing dan kerja sama dalam bidang ekonomi,
kesehatan, dan pendidikan untuk mendukung kemajuan dan
kemandirian daerah;
7. Penanganan dan pemulihan ekonomi daerah pasca pandemi
Covid-19 melalui pencegahan dan pendekatan kesehatan,
pemenuhan kebutuhan dasar dan jaring pengaman sosial,
peningkatan ketahanan sosial ekonomi masyarakat, revitalisasi
ekonomi perdesaan dan daerah tertinggal yang terintegrasi dalam
program pemulihan ekonomi daerah dan nasional

Berikut adalah strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal


untuk 5 (lima) tahun ke depan:
1. Peningkatan ekonomi masyarakat melalui :
a. Peningkatan keterkaitan dan integrasi pengembangan ekonomi
wilayah dengan kawasan strategis, seperti KEK
b. Pengembangan produk unggulan
c. Pengembangan pariwisata
d. Pemberdayaan, pendampingan, dan peningkatan
keterampilan masyarakat
e. Peningkatan nilai tambah dan ekspor
2. Peningkatan sumber daya manusia melalui :
a. Pemanfaatan teknologi untuk kesehatan, pendidikan, dan
keterampilan
b. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pendidikan
(online dan offline)
c. Mendorong kegiatan aksi cegah stunting
d. Koordinasi K/L untuk pemihakan distribusi tenaga kesehatan
3. Peningkatan sarana dan prasarana melaui :
a. Peningkatan aksesibilitas dan sarana prasarana kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi
b. Penyediaan energi listrik
c. Air bersih, sanitasi, dan perumahan
d. Telekomounikasi
4. Peningkatan kapasitas keuangan daerah melaui :
a. Peningkatan kapasitas ASN untuk mengoptimalkan sumber daya
ekonomi daerah
b. Peningkatan APBD Non Migas seperti pertanian, perkebunan,
perikanan, wisata, dll

41
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
c. Perbaikan tata kelola keuangan daerah
d. Pemanfaatan media komunikasi dan sistem informasi dalam
menunjang efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas
5. Peningkatan aksesibilitas melalui :
a. Meningkatkan konektivitas antarwilayah, antara lain Tol Laut,
Jembatan Udara, Pelabuhan, Bandara;
b. Membangun sarana dan prasarana jalan dan jembatan
6. Peningkatan karakteristik daerah melalui :
a. Rehabilitasi dan mitigasi daerah rawan bencana
b. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
c. Pengembangan pulau kecil terluar, rawan pangan, daerah
perbatasan, dan pasca konflik
d. Pemberdayaan, pendampingan, dan pembinaan masyarakat
adat dan hutan

Dalam rangka menjalankan kebijakan dan strategi tersebut, Program


Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal menjadi 2 (dua) bagian:
1. Implementasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Tahun
2020
a. Program Pengembangan Daerah Tertentu dengan 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Ditjen PDTu;
2) Kegiatan Pengembangan Daerah Rawan Pangan;
3) Kegiatan Pengembangan Daerah Perbatasan;
4) Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Bencana;
5) Kegiatan Penanganan Daerah Pasca Konflik;
6) Kegiatan Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar.
b. Program Pembangunan Daerah Tertinggal dengan 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Ditjen PDT;
2) Kegiatan Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal;
3) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
4) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup;
5) Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana;
6) Kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal.
2. Implementasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Tahun
2021-2024

42
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Setelah terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, maka dilakukan penggabungan 2 (dua) Unit Kerja Eselon I
yaitu Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu dengan
Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal menjadi Direktorat
Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT).
Maka mulai tahun 2021-2024 Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal memiliki 2 (dua) program, yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen, dengan 1 kegiatan yaitu Kegiatan
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen PPDT;
2. Program Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan
Transmigrasi, dengan 1 (satu) kegiatan yaitu kegiatan Daerah
Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan Transmigrasi.

3.3. Kerangka Regulasi


Kerangka regulasi yang diperlukan dalam mencapai sasaran strategis
pembangunan bidang percepatan pembangunan daerah tertinggal
pada tahun 2020-2024 berupa regulasi yang merupakan delegasi dari
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun
regulasi yang dibutuhkan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
fungsi Ditjen PPDT, baik untuk mengisi kekosongan hukum maupun untuk
melaksanakan kewenangan di bidang percepatan pembangunan
daerah tertinggal. Kerangka regulasi yang diperlukan mengacu kepada
konteks kewenangan urusan pemerintahan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Berdasarkan hasil identifikasi isu-isu strategis serta penelusuran
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, selengkapnya
kerangka regulasi yang diperlukan untuk melaksanakan Renstra Direktorat
Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024
disajikan pada tabel berikut:

43
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Tabel 9
Regulasi Yang Diperlukan Untuk mendukung Pelaksanaan
RENSTRA Ditjen PPDT

Target
Kebutuhan
No. Urgensi Pembentukan Penyelesaian
Regulasi
(Tahun)

1. Peraturan Penyesuaian terhadap 2022


Pemerintah Nomor perubahan tugas dan fungsi
78 Tahun 2014 pada direktorat jenderal
tentang yang membidangi
Percepatan pembangunan daerah
Pembangunan tertinggal
Daerah Tertinggal

2. Peraturan Presiden Menjalankan delegasi dari 2020


tentang Penetapan Pasal 6 ayat (3) Peraturan
Daerah Tertinggal Pemerintah Nomor 78 Tahun
Tahun 2020-2024 2014 tentang Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal untuk
menetapkan regulasi
penetapan daerah
tertinggal setiap 5 (lima)
tahun sekali

3. Peraturan Presiden Menjalankan delegasi dari 2021


tentang Strategi Pasal 10 ayat (1) Peraturan
Nasional Pemerintah Nomor 78 Tahun
Percepatan 2014 tentang Percepatan
Pembangunan Pembangunan Daerah
Daerah Tertinggal Tertinggal untuk
Tahun 2020-2024 menetapkan strategi lima
tahun ke depan

4. Peraturan Menteri Mengubah dan 2020


tentang Indikator menyesuaikan dengan

44
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
dan Sub-Indikator Pemerintah Nomor 78 Tahun
Daerah Tertinggal 2014 tentang Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal

5. Peraturan Menteri Mengubah dan 2021


tentang tata cara menyesuaikan dengan
Pemantauan dan PermenDesa PDTT Nomor 11
Evaluasi Percepatan Tahun 2020 tentang
Pembangunan Indikator Penetapan Daerah
Daerah Tertinggal Tertinggal

6. Peraturan Menteri Menjalankan kewenangan 2020


tentang Pembinaan sesuai Pemerintah Nomor 78
Daerah Tertinggal Tahun 2014 tentang
yang Sudah Percepatan Pembangunan
Terentaskan Daerah Tertinggal

7. Keputusan Presiden Menjalankan delegasi dari 2021-2024


mengenai Rencana Pasal 11 ayat (2) Peraturan
Aksi Nasional Pemerintah Nomor 78 Tahun
Percepatan 2014 tentang Percepatan
Pembangunan Pembangunan Daerah
Daerah Tertinggal Tertinggal
Tahun 2020 s/d 2024

3.4. Kerangka Kelembagaan


Pada tahun 2020, terdapat 2 (dua) Unit Kerja Eselon (UKE) I sebagai
pelaksana Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yaitu Direktorat
Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) dan Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT). Adapun secara
struktural Ditjen PDTu memiliki 6 (enam) Unit Kerja Eselon (UKE) II, yaitu
Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu,
Direktorat Pengembangan Daerah Rawan Pangan, Direktorat
Pengembangan Daerah Perbatasan, Direktorat Penanganan Daerah
Rawan Bencana, Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik, dan
Direktorat Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar. Di sisi lain Ditjen

45
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
PDT terdiri dari 6 (enam) Unit Kerja Eselon (UKE) II, yaitu Sekretariat Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Direktorat Perencanaan dan
Identifikasi Dearah Tertinggal, Direktorat Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Direktorat Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup,
Direktorat Peningkatan Sarana dan Prasarana dan Direktorat
Pengembangan Ekonomi Lokal.
Setelah dilaksanakannya restrukturisasi organisasi, nomenklatur Unit
Kerja Eselon (UKE) I pelaksana Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal dilebur menjadi 1 UKE I menjadi Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT), sebagaimana diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Jo Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, disebutkan bahwa
Ditjen PPDT terdiri atas:
1. Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal
Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, evaluasi, dan
pelaporan Direktorat Jenderal;
b. koordinasi dan pembinaan pengelolaan keuangan dan barang
milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
c. pembinaan hukum dan koordinasi penyusunan peraturan
perundang-undangan dan instrumen hukum di lingkungan
Direktorat Jenderal;
d. pengelolaan urusan kepegawaian Direktorat Jenderal;
e. koordinasi dan fasilitasi pembinaan organisasi, tata laksana, dan
reformasi birokrasi Direktorat Jenderal; dan pelaksanaan urusan
umum dan kerumahtanggaan Direktorat Jenderal.
2. Direktorat Penyerasian Rencana dan Program Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal
Direktorat Penyerasian Rencana dan Program Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyerasian rencana
dan program pembangunan sosial budaya dan kelembagaan,
penyerasian rencana dan program pembangunan sarana dan

46
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
prasarana, penyerasian rencana dan program pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan, serta penyerasian rencana dan
program pembangunan daerah khusus;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyerasian rencana dan
program pembangunan sosial budaya dan kelembagaan,
penyerasian rencana dan program pembangunan sarana dan
prasarana, penyerasian rencana dan program pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan, serta penyerasian rencana dan
program pembangunan daerah khusus;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian
rencana dan program pembangunan sosial budaya dan
kelembagaan, penyerasian rencana dan program pembangunan
sarana dan prasarana, penyerasian rencana dan program
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan, serta
penyerasian rencana dan program pembangunan daerah khusus;
dan
d. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
3. Direktorat Penyerasian Pembangunan Sosial Budaya dan
Kelembagaan Daerah Tertinggal
Direktorat Penyerasian Pembangunan Sosial Budaya dan
Kelembagaan Daerah Tertinggal menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyerasian
pembangunan modal sosial dan kelembagaan, penyerasian
pembangunan pembangunan modal budaya, penyerasian
pembangunan kesehatan, gizi keluarga dan masyarakat,
penyerasian pembangunan pendidikan dasar dan menengah di
daerah tertinggal;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyerasian pembangunan
modal sosial dan kelembagaan, penyerasian pembangunan
pembangunan modal budaya, penyerasian pembangunan
kesehatan, gizi keluarga danmasyarakat, penyerasian
pembangunan pendidikan dasar dan menengah di daerah
tertinggal;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian
pembangunan modal sosial dan kelembagaan, penyerasian
pembangunan pembangunan modal budaya, penyerasian
pembangunan kesehatan, gizi keluarga dan masyarakat,

47
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
penyerasian pembangunan pendidikan dasar dan menengah di
daerah tertinggal; dan
d. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
4. Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana dan Prasarana Daerah
Tertinggal
Direktorat Pengembangan Penyerasian Pembangunan Sarana Dan
Prasarana Daerah Tertinggal menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang penyerasian pembangunan
sarana dan prasarana transportasi, energi dan air, penyerasian
pembangunan sarana dan prasarana sosial budaya dan
kelembagaan, penyerasian pembangunan sarana dan prasarana
komunikasi dan informatika, serta penyerasian pembangunan
sarana dan prasarana permukiman, sanitasi, dan lingkungan
daerah tertinggal;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyerasian pembangunan
sarana dan prasarana transportasi, energi dan air, penyerasian
pembangunan sarana dan prasarana sosial budaya dan
kelembagaan, penyerasian pembangunan sarana dan prasarana
komunikasi dan informatika, serta penyerasian pembangunan
sarana dan prasarana permukiman, sanitasi, dan lingkungan
daerah tertinggal;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian
pembangunan sarana dan prasarana transportasi, energi dan air,
penyerasian pembangunan sarana dan prasarana sosial budaya
dan kelembagaan, penyerasian pembangunan sarana dan
prasarana komunikasi dan informatika, serta penyerasian
pembangunan sarana dan prasarana permukiman, sanitasi, dan
lingkungan daerah tertinggal; dan
d. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
5. Direktorat Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Daerah Tertinggal
Direktorat Penyerasian Pemanfaatan Pemanfaatan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Daerah Tertinggal menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyerasian
pemanfaatan sumber daya alam terbarukan, penyerasian
pemanfaatan sumber daya alam non terbarukan, penyerasian
pengelolaan kebencanaan, penyerasian pengelolaan lingkungan
dan adaptasi iklim dan pengelolaan lingkungan daerah tertinggal;

48
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyerasian pemanfaatan
sumber daya alam terbarukan, penyerasian pemanfaatan sumber
daya alam non terbarukan, penyerasian pengelolaan
kebencanaan, penyerasian pengelolaan lingkungan dan adaptasi
iklim dan pengelolaan lingkungan daerah tertinggal;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian
pemanfaatan sumber daya alam terbarukan, penyerasian
pemanfaatan sumber daya alam non terbarukan, penyerasian
pengelolaan kebencanaan, penyerasian pengelolaan lingkungan
dan adaptasi iklim dan pengelolaan lingkungan daerah tertinggal;
dan
d. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
6. Direktorat Penyerasian Pembangunan Daerah Khusus
Direktorat Penyerasian Pembangunan Daerah Khusus
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan perumusan kebijakan di bidang penyerasian
pembangunan kawasan perbatasan, penyerasian pembangunan
pulau-pulau kecil dan pulau terluar, penyerasian pembangunan
kawasan strategis di daerah tertinggal;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyerasian pembangunan
kawasan perbatasan, penyerasian pembangunan pulau-pulau
kecil dan pulau terluar, penyerasian pembangunan kawasan
strategis di daerah tertinggal;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian
pembangunan kawasan perbatasan, penyerasian pembangunan
pulau-pulau kecil dan pulau terluar, penyerasian pembangunan
kawasan strategis di daerah tertinggal; dan
d. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
Berikut struktur organisasi lingkup Ditjen PPDT sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2020 tentang Uraian Fungsi Organisasi
Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Tugas Kelompok Jabatan
Fungsional di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi:

49
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Tabel 10
Susunan Organisasi JPT Pratama dan Kelompok Jabatan Fungsional

JPT PRATAMA Kelompok Substansi Sub Kelompok Substansi


Sekretariat penyusunan penyusunan kebijakan teknis,
Direktorat kebijakan, rencana, rencana, program dan anggaran
Jenderal program, evaluasi,
pengelolaan data dan informasi
Percepatan dan pelaporan
Pembangunan pemantauan, evaluasi dan
Daerah pelaporan
Tertinggal pengelolaan pelaksanaan anggaran
keuangan dan
pengelolaan perbendaharaan
barang
milik negara akuntansi dan pelaporan
keuangan dan barang milik negara
pembinaan hukum penyuluhan dan bimbingan
dan koordinasi penerapan peraturan perundang-
penyusunan undangan
peraturan
pelayanan pertimbangan
perundang-
hukum dan advokasi hukum
undangan
penyusunan peraturan
perundang-undangan
pengelolaan tata usaha kepegawaian
urusan
pengembangan pegawai
kepegawaian
penilaian kinerja dan pembinaan
disiplin pegawai
pembinaan pembinaan organisasi
organisasi, tata
tata laksana dan reformasi
laksana
birokrasi
dan reformasi
birokrasi tata persuratan dan kearsipan
Direktorat Penyerasian penyerasian rencana dan
Penyerasian rencana dan program pembangunan sosial dan
Rencana dan program budaya
Program pembangunan
penyerasian rencana dan
Percepatan sosial budaya dan
program pembangunan
Pembangunan kelembagaan
kelembagaan

50
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
JPT PRATAMA Kelompok Substansi Sub Kelompok Substansi
Daerah Penyerasian penyerasian rencana dan
Tertinggal rencana dan program pembangunan sarana
program
penyerasian rencana dan
pembangunan
program pembangunan prasarana
sarana dan
dan utilitas
prasarana
Penyerasian penyerasian rencana dan
rencana dan program pemanfaatan sumber daya
program alam
pemanfaatan
penyerasian rencana dan
sumber daya alam
program pengelolaan lingkungan
dan lingkungan
Penyerasian penyerasian rencana dan
rencana dan program pembangunan kawasan
program perbatasan dan pulau
pembangunan kecil terluar
daerah khusus
penyerasian rencana dan
program kawasan strategis
Direktorat Penyerasian penyerasian pembangunan
Penyerasian pembangunan modal sosial
Pembangunan modal sosial dan
penyerasian pembangunan
Sosial Budaya kelembagaan
modal kelembagaan
dan
Kelembagaan Penyerasian penyerasian pelestarian budaya
Daerah pembangunan
penyerasian pemanfaatan dan
Tertinggal modal
pengembangan budaya
budaya
Penyerasian Penyerasian pembangunan
pembangunan kesehatan dan keluarga berencana
kesehatan, gizi
Penyerasian pembangunan gizi
keluarga dan
keluarga dan masyarakat
masyarakat
Penyerasian penyerasian pembangunan
pembangunan pendidikan dasar
pendidikan dasar
penyerasian pembangunan
dan menengah
pendidikan menengah
Direktorat penyerasian penyerasian pembangunan sarana
Penyerasian pembangunan dan prasarana transportasi

51
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
JPT PRATAMA Kelompok Substansi Sub Kelompok Substansi
Pembangunan sarana penyerasian pembangunan sarana
Sarana dan dan prasarana dan prasarana energi, dan air
Prasarana transportasi, energi,
Daerah dan air
Tertinggal
penyerasian penyerasian pembangunan sarana
pembangunan dan prasarana sosial budaya
sarana
penyerasian pembangunan sarana
dan prasarana
dan prasarana kelembagaan
sosial budaya dan
kelembagaan
penyerasian penyerasian pembangunan sarana
pembangunan dan prasarana komunikasi
sarana
penyerasian pembangunan sarana
dan prasarana
dan prasarana informatika
komunikasi dan
informatika
penyerasian penyerasian pembangunan sarana
pembangunan dan prasarana permukiman
sarana
penyerasian pembangunan sarana
dan prasarana
dan prasarana sanitasi lingkungan
permukiman, dan
sanitasi lingkungan
Direktorat penyerasian penyerasian pemanfaatan
Penyerasian pemanfaatan potensi sumber daya alam terbarukan
Pemanfaatan sumber
penyerasian pengendalian
Sumber Daya daya alam
sumber daya alam terbarukan
Alam dan terbarukan
Lingkungan
penyerasian penyerasian pemanfaatan
Daerah
pemanfaatan potensi sumber daya alam
Tertinggal
sumber nonterbarukan
daya alam
penyerasian pengendalian
nonterbarukan
pemanfaatan sumber daya alam
nonterbarukan
penyerasian penyerasian mitigasi dan
pengelolaan kesiapsiagaan
kebencanaan
penyerasian penanganan
tanggap darurat dan pasca bencana
penyerasian adaptasi iklim

52
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
JPT PRATAMA Kelompok Substansi Sub Kelompok Substansi
penyerasian penyerasian pengelolaan
adaptasi iklim dan lingkungan
pengelolaan
lingkungan
Direktorat penyerasian penyerasian pembangunan
Penyerasian pembangunan sosial budaya dan kelembagaan
Pembangunan kawasan
penyerasian pembangunan
Daerah Khusus perbatasan
sarana dan prasarana, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan
penyerasian penyerasian pembangunan
pembangunan sosial budaya dan kelembagaan
pulau–
penyerasian pembangunan
pulau kecil dan
sarana dan prasarana, serta
pulau terluar
pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan
penyerasian penyerasian pembangunan
pembangunan sosial budaya dan kelembagaan
kawasan
penyerasian pembangunan
strategis
sarana dan prasarana, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan

53
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Gambar 3
Proses Bisnis Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

54
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Gambar 4
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

55
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
BAB 4
TARGET KINERJA DAN
KERANGKA PENDANAAN

56
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja


Target kinerja Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
mengacu dan memberikan sumbangan kepada tercapainya sasaran
strategis bidang Pembangunan Daerah Tertinggal yang tercantum dalam
RENSTRA Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi maupun RPJMN 2020-2024. Sasaran Strategis bidang
Pembangunan Daerah Tertinggal menurut RENSTRA Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2020-2024,
sebagaimana pada table di bawah ini:

Tabel 11
Target Kinerja Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Tujuan/Sasaran Indikator Target


No
Strategis Kinerja Utama 2020 2021 2022 2023 2024
1 Berkurangnya jumlah Berkurangnya 62 N/A N/A N/A 37 (25
daerah tertinggal jumlah daerah Kab.
tertinggal Entas)

Menurunnya 26,1 25,29 24,8 24,26 23,75


penduduk
miskin di
daerah
tertinggal (%)

Meningkatnya 59,5 60,5 61 61,5 62,2


rata-rata IPM
di daerah
tertinggal

Dalam menjalankan sasaran strategis Kemendesa PDTT, Direktorat


Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal memiliki 2 (dua)
program, yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen
Program ini mendukung 3 (tiga) sasaran strategis Kemendesa PDTT yaitu
Meningkatnya pelaksanaan reformasi birokrasi, perbaikan
governance, penyederhanaan regulasi dan penguatan

57
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
kelembagaan, tersedianya dokumen kebijakan dan perencanaan
pembangunan perdesaan, inovasi, serta data dan informasi dan
meningkatnya pengawasan, pengendalian mutu dan akuntabilitas
aparatur yang baik serta aturan yang efektif. Output program ini
berupa Layanan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya yang baik.
Berupa kegiatan dukungan manajemen Unit Kerja Eselon I Ditjen PPDT.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Sekretariat Ditjen PPDT, dengan sasaran
berupa:

Tabel 12
Target Kinerja Program Dukungan Manajemen

Kode Sasaran Kegiatan/Indikator Target Target Target Target


Kinerja Kegiatan 2021 2022 2023 2024

01 Terwujudnya Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang


efektif dan efisien

a Nilai Penilaian Mandiri 23 23 25 25


Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB)

b Persentase pemenuhan kualitas 90 90 92 92


SDM yang sesuai dengan
kebutuhan (the right man on the
right place in the right time)

c Persentase pemenuhan kuantitas 100 100 100 100


SDM yang sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan dokumen
Man Power Planning

02 Terwujudnya Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang


bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi

a Opini atas Penyajian Laporan 4 4 4 4


Keuangan dan BMN Ditjen
Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal berdasarkan
Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) dari hasil evaluasi Aparat
Pengawas Intern Pemerintah
(APIP)/Tim Penilai PIPK UKE I

58
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Kode Sasaran Kegiatan/Indikator Target Target Target Target
Kinerja Kegiatan 2021 2022 2023 2024

b Nilai SAKIP Ditjen Percepatan 80 80 82 82


Pembangunan Daerah Tertinggal

c Nilai atas Indikator Kinerja 89 89 91 91


Pelaksanaan Anggaran Ditjen
Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal

d Nilai SAKIP Ditjen Percepatan 92 92 94 94


Pembangunan Daerah Tertinggal

e Nilai atas Indikator Kinerja 3 3 4 4


Pelaksanaan Anggaran Ditjen
Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal

03 Terwujudnya pelayanan publik Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah


Tertinggal yang berkualitas

a Tingkat kepuasan aparatur 3 3 4 4


lingkup Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal
atas pelayanan teknis dan
dukungan manajemen Ditjen

2. Program Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan


Transmigrasi.
Program ini mendukung sasaran strategis dalam rangka
mengentaskan daerah tertinggal, dengan output program berupa
Daerah Tertinggal yang diserasikan pembangunannya yang diukur
melalui 3 (tiga) indikator output program yaitu (1) terentaskannya
kabupaten yang termasuk daerah tertinggal, (2) menurunnya
penduduk miskin di daerah tertinggal dan (3) meningkatnya rata-
rata IPM di daerah tertinggal.
Berupa kegiatan penyerasian pembangunan daerah
tertinggal, yang secara teknis dilaksanakan oleh ke 5 (lima)
direktorat teknis lingkup Ditjen PPDT di bawah koordinator Direktorat
Penyerasian Rencana dan Program Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal. Berikut adalah sasaran kegiatan penyerasian
pembangunan daerah tertinggal:

59
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Tabel 13
Target Kinerja Kegiatan Penyerasian Pembangunan Daerah Tertinggal

Sasaran Kegiatan / Indikator Target Target Target Target


Kode
Kinerja Kegiatan 2021 2022 2023 2024
01 Tersedianya penyerasian rencana dan program percepatan pembangunan
daerah tertinggal

a Persentase afirmasi rencana 65 65 70 70


program/kegiatan Unit Kerja
Internal Kemendesa PDTT yang
dialokasikan di daerah tertinggal
sesuai dengan dokumen STRANAS
dan RAN PPDT

b Persentase afirmasi rencana 65 65 70 70


program/kegiatan K/L/D/M yang
dialokasikan di daerah tertinggal
dalam bentuk dokumen RAN sesuai
dengan dokumen STRANAS PPDT

02 Terpenuhinya keserasian pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana


daerah tertinggal

a Persentase pemenuhan sarana dan 65 65 70 70


prasarana di Daerah Tertinggal
sesuai dengan STRANAS PPDT yang
ditindaklanjuti

b Persentase pemenuhan sarana dan 65 65 70 70


prasarana di Daerah Tertinggal
sesuai dengan RAN PPDT yang
ditindaklanjuti

03 Terpenuhinya keserasian pelaksanaan pembangunan sosial budaya dan


kelembagaan daerah tertinggal

a Persentase pemenuhan sosial 65 65 70 70


budaya dan kelembagaan di
Daerah Tertinggal sesuai dengan
STRANAS PPDT yang ditindaklanjuti

b Persentase pemenuhan sosial 65 65 70 70


budaya dan kelembagaan di
Daerah Tertinggal sesuai dengan
RAN PPDT yang ditindaklanjuti

04 Terpenuhinya keserasian pelaksanaan pemanfaatan SDA dan pelestarian


lingkungan daerah tertinggal

60
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Sasaran Kegiatan / Indikator Target Target Target Target
Kode
Kinerja Kegiatan 2021 2022 2023 2024
a Persentase pemenuhan 65 65 70 70
pemanfaatan SDA dan pelestarian
lingkungan di Daerah Tertinggal
sesuai dengan STRANAS PPDT yang
ditindaklanjuti

b Persentase pemenuhan 65 65 70 70
pemanfaatan SDA dan pelestarian
lingkungan di Daerah Tertinggal
sesuai dengan RAN PPDT yang
ditindaklanjuti

05 Terwujudnya Penyerasian Pengembangan Daerah Khusus


a Persentase daerah perbatasan di 65 65 70 70
daerah tertinggal yang
dikembangkan sesuai dengan
dokumen perencanaan PPDT
b Persentase daerah pulau-pulau 65 65 70 70
kecil terluar di daerah tertinggal
yang dikembangkan sesuai
dengan dokumen perencanaan
PPDT
c Persentase kawasan ekonomi 65 65 70 70
khusus di daerah tertinggal yang
dikembangkan sesuai dengan
dokumen perencanaan PPDT
d Persentase kawasan strategis 65 65 70 70
prioritas nasional di daerah
tertinggal yang dikembangkan
sesuai dengan dokumen
perencanaan PPDT

4.2. Kerangka Pendanaan


Pendanaan untuk pelaksanaan percepatan pembangunan daerah
tertinggal tahun 2020-2024 berasal dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, sesuai RENSTRA Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2020-2024
disajikan pada Tabel 13 menurut UKE II yang berdasarkan Rencana Kerja
tahun 2021.

61
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Tabel 14
Kerangka Pendanaan Kegiatan Penyerasian
Pembangunan Daerah Tertinggal

Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


NO KEGIATAN
2021 2022 2023 2024
Dukungan 55.416.994.000 60.958.693.000 64.926.477.000 69.152.523.000
Manajemen dan
1
Tugas Teknis
Lainnya
Penyerasian 12.646.674.000 8.911.341.000 9.491.377.000 10.109.168.000
Rencana
2 Pembangunan
Daerah
Tertinggal
Penyerasian 6.859.980.000 9.545.977.000 10.167.322.000 10.829.110.000
Pembangunan
Sarana dan
3
Prasarana
Daerah
Tertinggal
Penyerasian 6.488.698.000 11.137.567.000 11.862.508.000 12.634.635.000
Pembangunan
Sosial Budaya
4 dan
Kelembagaan
Daerah
Tertinggal
Penyerasian 6.200.000.000 9.819.891.000 10.459.064.000 11.139.841.000
Pemanfaatan
SDA dan
5
Pelestarian
Lingkungan
Hidup
Penyerasian 23.327.600.000 25.660.359.000 27.330.584.000 29.109.524.000
6 Pembangunan
Daerah Khusus
JUMLAH 110.939.946.000 126.033.828.000 134.237.332.000 142.974.801.000

62
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
BAB 4
TARGET KINERJA DAN
KERANGKA PENDANAAN
BAB 5
PENUTUP

63
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
BAB V
PENUTUP

Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Percepatan


Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024, merupakan dokumen
perencanaan yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan,
Strategi, Kerangka Kelembagaan, Kerangka Regulasi, dan Kerangka
Pendanaan dalam periode tahun 2020-2024 yang mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020 -
2024.
Rencana Strategis ini akan menjadi acuan utama dalam penyusunan
Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA), sehingga akan lebih
terarah dan terencana dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan
serta lebih efisien dalam pelaksanaannya, baik dipandang dari aspek
pengelolaan sumber pembiayaan maupun dalam percepatan waktu
realisasinya.
Dengan kondisi faktor lingkungan internal dan eksternal yang terus
mengalami perubahan, Renstra ini tidak bersifat kaku dan senantiasa
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam rangka
peningkatan kapasitas, kerjasama dan loyalitas dalam pelaksanaan tugas
sesuai dengan wewenang yang diberikan, maka komitmen dari semua
aparatur dalam pelaksanaannya sangat diharapkan, sehingga visi dan misi
yang telah ditetapkan dapat terwujud. Dengan demikian, penting bagi
Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal untuk
mengedepankan, tidak saja aspek perencanaan dokumen, tetapi juga
bagaimana fungsi pengendalian dan evaluasi digunakan secara tepat
guna mewujudkan daerah kabupaten yang memiliki keunggulan kolaboratif
dan daya saing.

64
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
RENCANA STRATEGI
TAHUN 2020-2024
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
PERCEPATAN PEMBANGUNAN
DAERAH TERTINGGAL

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH


TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga dokumen Rencana Strategis
Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Kementerian Desa Pembangunan Derah tertinggal Dan Transmigrasi ini dapat
terselesaikan.
Seiring dinamika perubahan lingkungan strategis dan pergeseran
paradigma pembangunan di Indonesia, yaitu dari paradigma pembangunan
yang hanya mengejar pertumbuhan dan mengabaikan aspek pemerataan ke
paradigma pembangunan yang menyelaraskan antara pertumbuhan dan
pemerataan. Selaras dengan hal tersebut, maka orientasi dan prioritas
pembangunan nasional pun secara spasial mengalami pergeseran dari daerah
yang maju ke daerah yang masih relatif tertinggal dan kurang tersentuh oleh
pembangunan selama ini.
Sebagai respon kondisi tersebut, langkah kebijakan strategis telah
digagas melalui agenda prioritas Presiden/Wakil Presiden untuk mewujudkan
NAWACITA, khususnya Cita ke-3 yaitu: “Membangun Indonesia dari Pinggiran
dengan Memperkuat Daerah-daerah dan Desa dalam Kerangka Negara
Kesatuan”. Oleh karena itu, Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT), Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi yang disusun harus
menyesuaikan dengan Visi, Misi Presiden/Wakil Presiden untuk menentukan
arah kebijakan, strategi, sasaran,outcome, kegiatan dan output dalam rangka
melaksanakan amanah mengawal implementasi Undang-Undang Desa secara
sistematis, konsisten dan berkelanjutan.

i
Renstra Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Pembanguna Daerah
Tertinggal disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2020
tentang Rencana Strategis Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Tahun 2020-2024, Penyusunan Rancangan RENSTRA ini juga
mengacu kepada Visi Misi Presiden 2020-2024 dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, sesuai dengan Peraturan
Presiden No. 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT), Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi merupakan salah satu
dokumen perencanaan yang dijadikan acuan dan pedoman dalam perencanaan
dan penganggaran Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal untuk periode 5 (lima) tahun (2020-2024).
Renstra Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Daerah Tertinggal
memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Percepatan
Daerah Tertinggal. Dengan tersusunnya Renstra Sekretariat Direktorat
Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, maka seluruh Unit Kerja
di lingkungan Direktorat Jenderal Percepatan Daerah Tertinggal harus mengacu
kepada dokumen Renstra dimaksud, terutama dalam penyusunan Rencana
Strategis serta dokumen perencanaan dan pemrograman masing-masing Unit
Kerja Eselon II. Secara berjenjang dokumen Renstra ini juga harus dijabarkan
lebih lanjut ke dalam dokumen Rencana Kegiatan masing-masing Unit Kerja
Eselon II.
Kami berharap agar seluruh target sebagaimana ditetapkan dalam
Renstra Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Daerah Tertinggal,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi ini
dapat diimplementasikan untuk mewujudkan daerah tertinggal menjadi daerah

ii
sejahtera, serta mampu mengentaskan kabupaten daerah tertinggal menjadi
daerah yang maju.
Ucapan Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dan juga kepada Bapak
Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang telah
memberikan kesempatan, arahan, bimbingan, dan sumbangsih pemikiran
kepada tim penulis untuk bekerja menyusun dokumen Rencana Strategis ini.
Kami berharap dokumen ini dapat membawa manfaat bagi pihak yang
mempergunakannya, dan juga dapat menjadi kontribusi dalam koridor
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Kami menyadari bahwa
Rancangan RENSTRA ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
memerlukan masukan dan saran dari berbagai pihak dan kami akan berusaha
untuk menyempurnakan rancangan tersebut, Terima kasih.

Jakarta, September 2021


Sekretaris Direktorat Jenderal
Percepatan Daerah Tertinggal
Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal,dan
Transmigrasi,

Mety Susanty, S.H, M.Si

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………….……………. i


Daftar Isi ………………………………………………………………….……………. iv
Daftar Tabel …………………………………………………………………………... v
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………….. 1
1.1 Kondisi Umum ……………………………………………………… 1
1.2 Potensi dan Permasalahan ……………………………………….. 5
Bab II Visi, Misi dan Tujuan …………………………………………………… 8
2.1 Visi …………………………………………………………………….. 8
2.2 Misi ……………………………………………………………………. 9
2.3 Tujuan ………………………………………………………………… 11
2.4 Sasaran ………………………………………………………………. 13
Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka
Kelembagaan …………………………………………………………….. 15
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal ……………………………………. 15
3.2 Arah Kebijakan Sekretariat Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal ……………………………………………………….. 19

3.3 Kerangka Regulasi …………………………………………………. 22


3.4 Kerangka Kelembagaan …………………………………………… 23
Bab IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan ………………………….. 30
4.1 Target Kinerja ……………………………………………………….. 30
4.2 Kerangka Pendanaan ……………………………………………… 36
Bab V Penutup …………………………………………………………………… 39

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Capaian dan Target Direktorat Jenderal Pembangunan


Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019 …………………………….. 2
Tabel 1.2 Capaian Kinerja Layanan Dukungan Manajemen Tahun
2015-2019 ……………………………………………………………… 4
Tabel 3.1 Regulasi Yang Diperlukan Untuk Mendukung Pelaksanaan
Renstra Sekretariat Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal ……………………………………………………………….. 22
Tabel 3.2 Susunan Organisasi JPT Pratama dan Kelompok Jabatan
Fungsional ……………………………………………………………… 28
Tabel 4.1 Target Kinerja Program Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal ……………………………………………………………….. 30
Tabel 4.2 Kerangka Pendanaan Kegiatan Dukungan Manajemen dan
Dukungan Teknis Lainnya ………………………………………….. 37

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
Jo Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2020-2024, sebanyak 62 kabupaten kabupaten telah
ditetapkan sebagai Daerah Tertinggal yang tersebar di 7 kabupaten pada
Wilayah Sumatera, 14 kabupaten di Wilayah Nusa Tenggara, 3 kabupaten
di Wilayah Sulawesi, 8 kabupaten di Wilayah Maluku, dan 30 kabupaten
di Wilayah Papua.

Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Jo
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,
disebutkan bahwa Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal (Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal) memiliki
tugas untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang penyerasian percepatan pembangunan daerah tertinggal.
Selanjutnya, melalui Keputusan Direktur Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 94 Tahun 2021 tentang Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Tahun 2020-2024, selaras dengan RPJMN 2020-2024, Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal berkomitmen untuk 1) mengentaskan
sebanyak 25 kabupaten daerah tertinggal, menurunkan persentase
penduduk miskin di daerah tertinggal sebesar 23,5-24%, meningkatkan

1
IPM di daerah tertinggal menjadi 62,2-62,7 dan melakukan pembinaan
untuk 62 kabupaten daerah tertinggal entas 2015-2019.

Hasil pembangunan pada periode sebelumnya didapat dari hasil


evaluasi capaian kinerja Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
Tertinggal (nomenklatur SOTK lama, sebelum penggabungan dengan
Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu) Tahun 2015-2019:

Tabel 1.1
Capaian dan Target Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
Tahun 2015-2019
BIDANG SATUAN TARGET CAPAIAN
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
1 Mengentaskan Kabupaten Kab 80 62
Daerah Tertinggal
2 Meningkatkan pertumbuhan % 6,9-7,1 5,33
ekonomi di daerah tertinggal
3 Menurunkan persentase % 15-15,5 17,41
penduduk miskin di daerah
tertinggal
Sumber : RENSTRA Kementerian Desa, PDTT 2020-2024

Berdasarkan hasil evaluasi, hanya terdapat 62 kabupaten yang dapat


dientaskan hingga akhir tahun 2019. Tidak tercapainya jumlah
kabupaten entas sesuai dengan target RPJMN Tahun 2015-2019 secara
garis besar disebabkan oleh rendahnya perekonomian masyarakat,
terbatasnya sarana prasarana, terbatasanya aksesibilitas, kualitas
sumber daya manusia yang rendah, keterbatasan kemampuan keuangan
daerah, dan karakteristik daerah. Begitu pula dengan indikator
pertumbuhan ekonomi. Tahun 2019 target pertumbuhan ekonomi di
daerah tertinggal adalah sebesar 6,9 – 7,1%, namun dalam realisasinya
pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5,33%. Penyebab tidak tercapainya
target pertumbuhan ekonomi tersebut adalah adanya guncangan harga
komoditas internasional yang mempengaruhi harga domestik. Guncangan
ini mempengaruhi harga komoditas domestik yang berdampak terhadap
volume ekspor dan impor. Kondisi perekonomian global yang tidak stabil

2
juga menyebabkan fluktuasi mata uang, hal ini berpengaruh terhadap
turunnya laju pertumbuhan ekonomi. Dua faktor tersebut langsung
berpengaruh terhadap daya beli masyarakat, terutama di daerah
tertinggal. Hal ini memiliki korelasi dengan capaian terkait penurunan
angka kemiskinan bahwa hingga akhir tahun 2019, Ditjen Pembangunan
Daerah Tertinggal hanya mampu menurnkan hingga 17,41% dari target
15-15,5%. Dalam hal pelaksanaan fungsi koordinasi, Ditjen
Pembangunan Daerah Tertinggal telah berhasil melampaui target 25%.
Hingga akhir tahun 2019, setidaknya 69,07% kegiatan yang tercantum
dalam Rencana Aksi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal (RAN PPDT) 2019 teralokasi dan terimplementasi dengan baik
oleh Kementerian/Lembaga terkait.

Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis Ditjen


Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal 2020-2024, maka
Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal mempunyai tugas untuk melaksanakan pemberian pelayanan
administratif dan teknis, koordinasi pelaksanaan tugas unit organisasi
berupa penyusunan kebijakan, rencana, program, evaluasi dan
pelaporan, pembinaan pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara
(BMN), pembinaan hukum dan koordinasi penyusunan peraturan
perundang-undangan serta instrumen hukum, pengelolaan urusan
kepagawaian, fasilitasi pembinaan organisasi, tata laksana dan reformasi
birokasi, serta pelaksanaan urusan umum dan kerumahtanggaan.

Terkait fungsi layanan dukungan manajemen dan dukungan teknis


lainnya, hasil evaluasi menunjukkan hasil yang cukup baik. Terdapat 3
Indikator Kinerja Utama terkait pelayanan, yaitu 1) terselesaikannya
tindak lanjut hasil pemeriksaan eksternal dan APIP, serta 2)
terselenggaranya dukungan manajemen dan pelayanan teknis. Berikut
capaian kinerja terkait layanan dukungan manajemen tahun 2015-2019:

3
Tabel 1.2
Capaian Kinerja Layanan Dukungan Manajemen Tahun 2015-2019
Sasaran Indikator Target Realisasi

Terselesaikannya tindak Persentase rekomendasi 61% 53,2%


lanjut temuan hasil temuan hasil pemeriksaan
pemeriksanaan eksternal eksternal dan APIP yang
dan Aparat Pengawas selesai ditindaklanjuti
Internal Pemerintah (APIP) (Sistem Pengendalian
Internal dan Kepatuhan
terhadap Peraturan
Perundang-Undangan)

Terselenggaranya Nilai Kesesuaian Atas 4 3


Dukungan Manajemen Penyajian Laporan Keuangan
dan Pelayanan Teknis di dan BMN Ditjen PDT
Lingkungan Direktorat berdasarkan Standar
Jenderal Pembangunan Akuntansi Pemerintah (SAP)
Daerah Tertinggal dari hasil evaluasi aparat
Pengawas Intern Pemerintah
(APIP)

Nilai SAKIP 75 80,27

Persentase penyampaian 100% 100%


laporan satuan kerja di
lingkungan Ditjen PDT yang
tepat waktu sesuai dengan
ketentuan

Persentase ASN dilingkungan 15% 57,74%


Ditjen PDT yang mengikuti
pengembangan kompetensi
per tahun

Nilai rata-rata SKP ASN di 89 84,89


lingkungan Ditjen PDT

4
Nilai kinerja atas 76 88,19
pelaksanaan Rencana Kerja
dan Anggaran Ditjen PDT

Persentase kesesuaian 93 94
sasaran RENJA yang
diprogramkan dalam RKA
Ditjen PDT

Rata-rata revisi DIPA 2 3

Sumber : Laporan Kinerja Ditjen Pembangunan Dearah Tertinggal, 2019

Menimbang hasil evaluasi capaian kinerja diatas sekaligus


menindaklanjuti amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta dalam upaya
peningkatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya
sebagaimana Tugas dan Fungsi Sekretariat Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal yang telah disebutkan di atas, maka
disusunlah dokumen Renstra Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 yang memuat kondisi
umum, potensi dan permasalahan, visi, misi, tujuan, sasaran, arah
kebijakan dan strategi, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, target
kinerja, dan kerangka pendanaan serta indikasi kegiatan Sekretariat
Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal 2020-2024 untuk
mewujudkan Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang
bersif, efektif dan efisien.

1.2. Potensi dan Permasalahan

a. Potensi

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Sekretariat Direktorat


Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal memiliki

5
beberapa potensi yang dapat mendukung peningkatan kualitas
layanan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, seperti diantaranya:
1. Adanya komitmen yang kuat dari pimpinan dan seluruh pegawai
lingkup Sekretariat Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal untuk terus mengembangkan dan meningkatkan layanan
demi mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik;
2. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang mulai berjalan dan terus
ditingkatkan untuk mewujudkan birokrasi yang bersih, efisien,
efektif, transparan, dan akuntabel dengan penunjukan agen
perubahan di setiap unit kerja;
3. SDM yang cukup handal dan profesional dalam menyelenggarakan
tugas dan fungsi dukungan manajemen dan dukungan teknis
lainnya;
4. Tempat kerja dan fasilitas perkantoran yang cukup memadai untuk
kenyamanan para pegawai dalam bekerja, yang akan meningkatkan
kinerja setiap pegawai;
5. Adanya Fasilitasi pegawai dalam pencegahan dan penanganan
pandemi Covid-19.

b. Permasalahan

Adapun permasalahan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan


tugas dan fungsi layanan Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal diantaranya sebagai berikut:
1. Belum adanya bisnis proses dan SOP yang lengkap terkait layanan
kesetditjenan, yang tentu akan menghambat jalannya proses
pemberian layanan;
2. Penempatan pegawai yang belum didasarkan pada analisis jabatan
dan analisis beban kerja, membuat proses layanan terhambat;

6
3. Lemahnya pengendalian intern terhadap pelaksanaan kegiatan dan
anggaran sehingga pencapaian target belum optimal;
4. Masih banyaknya pegawai yang belum mematuhi aturan yang
berlaku serta belum adanya pemberian sanksi yang tegas. Sistem
reward and punishment tidak dilaksanakan dengan baik;
5. Aset pemerintah yang berasal dari APBN hasil penggabungan
organisasi belum terlaporkan secara tertib;
6. Pengembangan jabatan fungsional belum optimal;
7. Managemen sumber daya manusia yang belum berjalan optimal,
belum terdapat kompetensi model & profiling, belum diterapkannya
pola karir, manajemen talenta serta manajemen kinerja yang
terintegrasi.

7
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN

2.1. Visi

Visi pembangunan Indonesia pada RPJMN Tahun 2020-2024 adalah


mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan
makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung
oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Visi Presiden dan Wakil Presiden
untuk dapat mencapai Visi pembangunan Indonesia adalah:
“Terwujudnya Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian, berlandaskan gotong-royong”. Adapun visi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal tahun 2020-2024
adalah: “Terwujudnya perdesaan yang memiliki keunggulan
kolaboratif dan daya saing secara berkelanjutan dalam Mendukung
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
Berlandaskan Gotong-Royong”.

Pengertian dari visi tersebut adalah:

a. Perdesaan adalah wilayah desa, kawasan perdesaan, dan kawasan


transmigrasi baik di daerah tertinggal maupun di daerah tidak
tertinggal yang menjadi urusan pemerintahan serta menjadi
kewenangan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi.

b. Keunggulan Kolaboratif adalah kondisi yang diharapkan agar


perdesaan memiliki kemampuan untuk membentuk kemitraan
dengan wilayah/kawasan lainnya yang efektif, bermanfaat, dan saling
menguntungkan untuk lebih meningkatkan keunggulan daya saing.

8
c. Berkelanjutan adalah pembangunan desa, kawasan perdesaan,
kawasan transmigrasi dan daerah tertinggal yang memiliki ketahanan
ekonomi, sosial dan ekologi yang sejalan dengan arah pembangunan
berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

d. Keunggulan Daya Saing adalah kondisi yang diharapkan agar


perdesaan di Indonesia memiliki kinerja yang lebih baik dalam
meningkatkan nilai tambah dibandingkan dengan negara lainnya baik
di tingkat regional maupun internasional. e. Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan gotong-royong:
merupakan visi Presiden dan Wakil Presiden yang wajib didukung oleh
visi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi.

Visi percepatan pembangunan daerah tertinggal merupakan bagian


dari visi pembangunan yang dicanangkan oleh presiden maupun visi
dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi. Percepatan pembangunan daerah tertinggal hanyalah
merupakan salah satu instrumen untuk mencapai visi Presiden
maupun visi Kementerian.

Dalam rangka mendukung Visi PPDT, maka Sekretariat Direktorat


Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal memiliki visi yaitu
“Terwujudnya Sekretariat Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal sebagai unit pelayanan prima dalam memberikan layanan
dukungan manajemen dan dukungan administrasi yang efektif dan
efisien untuk mendorong Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal”

2.2. Misi

Visi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan


Transmigrasi Tahun 2020-2024 akan dapat dicapai melalui misi sebagai
berikut:

9
a. Mempercepat pembangunan Desa dan Perdesaan yang berkelanjutan;

b. Mengembangkan ekonomi dan investasi Desa dan Perdesaan, Daerah


Tertinggal, dan kawasan Transmigrasi;

c. Menyerasikan kebijakan dan program percepatan pembangunan


daerah tertinggal;

d. Menyelenggarakan pembangunan dan pengembangan kawasan


transmigrasi;

e. Menyusun dan merumuskan pengembangan daya saing Desa dan


Perdesaan, Daerah Tertinggal, dan kawasan Transmigrasi berbasis
data dan informasi yang akurat;

f. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan pemberdayaan


masyarakat desa dan perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi;
dan

g. Meningkatkan penatakelolaan pemerintahan yang baik.

Percepatan pembangunan daerah tertinggal sebagai sebuah


instrumen dalam rangka mencapai visi Presiden maupun visi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,
maka tidak dapat berdiri sendiri, akan tapi memiliki keterkaitan dengan
beberapa visi lainnya, yaitu:

1. Meningkatkan penatakelolaan ekonomi dan investasi perdesaan.

2. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia perdesaan.

3. Membangun kolaborasi antara kawasan perdesaan dengan pusat-


pusat pertumbuhan dan kawasan lainnya.

4. Penguatan sinergi program dan kegiatan pemerintah pusat dan


pemerintah daerah.

5. Meningkatkan penatakelolaan pemerintahan yang baik dan bersih.

10
Dalam rangka mempercepatan pencapaian misi nomor 5 (lima), maka
Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal memiliki misi berupa:

1. Mengkoordinasikan penyusunan kebijakan, rencana, program,


evaluasi dan pelaporan, pembinaan pengelolaan keuangan dan Barang
Milik Negara (BMN), pembinaan hukum dan koordinasi penyusunan
peraturan perundang-undangan serta instrumen hukum, pengelolaan
urusan kepagawaian, fasilitasi pembinaan organisasi, tata laksana dan
reformasi birokasi yang berorientasi pada layanan prima;

2. Meningkatkan kualitasi reformasi birokrasi dan kapasitas organisasi


serta Mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, akuntable
dan berkinerja tinggi.;

3. Meningkatkan etos kerja dan profesionalisme pegawai Ditjen


Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.

2.3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada Tahun 2020-2024 sesuai dengan visi
dan misi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, sebagai berikut:

1. Mendorong terwujudnya Desa Berkembang dan Mandiri, serta


kolaborasi perdesaan dengan perkotaan melalui pengembangan
Kawasan Perdesaan secara berkelanjutan.

2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi di desa dan


perdesaan, daerah tertinggal, dan Kawasan transmigrasi.

3. Berkurangnya jumlah daerah tertinggal.

4. Terwujudnya kawasan transmigrasi sebagai satu kesatuan sistem


pengembangan dalam mendukung pertumbuhan wilayah.

5. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan dalam pengembangan


daya saing melalui kreativitas dan teknologi berbasis ilmu

11
pengetahuan, data dan informasi dalam pembangunan desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi.

6. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dalam melakukan


pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.

7. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang agile, efektif, efisien dan


terpercaya.

Berkurangnya jumlah daerah tertinggal, juga diharapkan mampu


untuk dapat mencapai tujuan lainnya secara simultan, yaitu:

1. Mendorong terwujudnya Desa Berkembang dan Mandiri, serta


kolaborasi perdesaan dengan perkotaan melalui pengembangan
Kawasan Perdesaan secara berkelanjutan.

2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi di desa dan


perdesaan, daerah tertinggal, dan Kawasan transmigrasi.

3. Terwujudnya Kawasan Transmigrasi Sebagai Satu Kesatuan Sistem


Pengembangan.

4. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan dalam pengembangan


daya saing melalui kreativitas dan teknologi berbasis ilmu
pengetahuan, data dan informasi dalam pembangunan desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi.

5. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dalam melakukan


pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.

6. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang agile, efektif, efisien dan


terpercaya.

Dalam rangka mencapai tujuan ke 7 (tujuh), maka Sekretariat


Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
memiliki beberapa tujuan, seperti:

12
1. Mewujudkan Manajemen Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal yang Andal dan Profesional;

2. Mewujudkan Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah


Tertinggal sebagai organisasi yang efektif, efisien dan berorientasi
pada layanan prima;

3. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang berdaya saing dan


berkelanjutan.

2.4. Sasaran

Sasaran strategis percepatan pembangunan daerah tertinggal 2020-


2024 dalam rangka mencapai tujuan berkurangnya jumlah daerah
tertinggal, yaitu:

1. Mengentaskan 25 kabupaten dari 62 kabupaten daerah tertinggal di


tahun 2024 (Tabel 6).

2. Menurunnya penduduk miskin di daerah tertinggal sebesar 23,5-24


%.

3. Meningkatnya rata-rata IPM di daerah tertinggal menjadi 62,2-62,7.

4. Terlaksananya pembinaan kepada 62 kabupaten daerah tertinggal


entas tahun 2015-2019.

Sebagai bagian integral dari upaya pencapaian sasaran strategis


Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di atas, Sekretariat
Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal memiliki
beberapa sasaran diantaranya:

1. Meningkatnya nilai SAKIP Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah


Tertinggal menjadi 95 pada akhir tahun 2024;
2. Meningkatnya persentase Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB) menjadi 90% pada akhir tahun 2024;

13
3. Meningkatnya persentase terselesaikannya tindak lanjut temuan hasil
pemeriksaan eksternal dan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)
menjadi sebesar 73 % pada akhir tahun 2024.

14
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI,
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Percepatan Pembangunan Daerah


Tertinggal

` Arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal difokuskan pada:

1. Pengembangan perekonomian masyarakat melalui; (a) fasilitasi dalam


pengembangan prukades di daerah tertinggal sesuai dengan
komoditas utama, (b) pelatihan pemasaran dan promosi secara digital,
(c) fasilitasi akses permodalan melalui crowdfunding dan peer to peer
lending, (d) membuka peluang pasar ekspor, serta kegiatan
pendukung lainnya berkolaborasi bersama mitra, (e) pemberdayaan
dan pendampingan ekonomi melalui Bumdes dan Bumdesma, (f)
penguatan daya saing produk kelautan, kehutanan, perkebunan,
pertanian melalui penyediaan sarana dan prasarana, (g) pengelolaan
sumber daya alam melalui perlindungan dan pemanfaatan kawasan
konservasi dan keanekaragaman hayati berwawasan lingkungan
berkelanjutan, (h) pengembangan pariwisata berbasis alam, budaya
dan ekonomi kreatif.
2. Peningkatan SDM melalui; (a) peningkatan kualitas tenaga kesehatan
dan guru serta meningkatkan layanan yang ada dengan dukungan
teknologi di bidang terkait, (b) pemberdayaan masyarakat dengan
peningkatan sarana bidang kesehatan, (c) peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan dalam pembinaan gizi masyarakat dan
pendayagunaan dokter, (d) peningkatan kesehatan masyarakat,
penyehatan lingkungan dan penguatan intervensi stunting, (e)
pengembangan dan perluasan kesempatan kerja dengan skema padat
karya.

15
3. Percepatan pembangunan sarana-prasarana/infrastruktur wilayah
untuk; (a) pemenuhan layanan dasar dan pencapaian SPM, (b)
peningkatan konektivitas dan sistem logistik antarwilayah, (c)
peningkatan infrastruktur konektivitas laut dan darat, (d)
pemanfaatan teknologi dan informasi untuk mendukung PPDT dengan
pengembangan ekonomi digital serta pemanfataan pada layanan
pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik lainnya.
4. Memperhatikan karakteristik masing-masing daerah dengan strategi
pengembangan; (a) peningkatan ketangguhan dan kemandirian
daerah tertentu melalui pengembangan sosial, ekonomi dan kawasan
sesuai karakteristik wilayah, (b) mitigasi dan rehabilitasi daerah
rawan bencana serta pengelolaan lingkungan berkelanjutan, (c)
rehabilitasi sosial dan ekonomi melalui peningkatan kapasitas
pemberdayaan masyarakat.
5. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui; (a) pengembangan
produk unggulan daerah non migas, pariwisata, fasilitasi penerapan
belanja APBD, (b) peningkatan kapasitas ASN dan penguatan
kelembagaan masyarakat desa, (c) penerapan inovasi daerah untuk
mendukung iklim investasi.
6. Pembinaan terhadap daerah tertinggal entas Tahun 2019 melalui
peningkatan daya saing dan kerja sama dalam bidang ekonomi,
kesehatan, dan pendidikan untuk mendukung kemajuan dan
kemandirian daerah;
7. Penanganan dan pemulihan ekonomi daerah pasca pandemi Covid-19
melalui pencegahan dan pendekatan kesehatan, pemenuhan
kebutuhan dasar dan jaring pengaman sosial, peningkatan ketahanan
sosial ekonomi masyarakat, revitalisasi ekonomi perdesaan dan
daerah tertinggal yang terintegrasi dalam program pemulihan ekonomi
daerah dan nasional

16
Berikut adalah strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal
untuk 5 (lima) tahun ke depan:

1. Peningkatan ekonomi masyarakat melalui:


a. Peningkatan keterkaitan dan integrasi pengembangan ekonomi
wilayah dengan kawasan strategis, seperti KEK
b. Pengembangan produk unggulan
c. Pengembangan pariwisata
d. Pemberdayaan, pendampingan, dan peningkatan keterampilan
masyarakat
e. Peningkatan nilai tambah dan ekspor
2. Peningkatan sumber daya manusia melalui :
a. Pemanfaatan teknologi untuk kesehatan, pendidikan, dan
keterampilan
b. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pendidikan (online
dan offline)
c. Mendorong kegiatan aksi cegah stunting
d. Koordinasi K/L untuk pemihakan distribusi tenaga kesehatan
3. Peningkatan sarana dan prasarana melaui :
a. Peningkatan aksesibilitas dan sarana prasarana kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi
b. Penyediaan energi listrik
c. Air bersih, sanitasi, dan perumahan
d. Telekomounikasi
4. Peningkatan kapasitas keuangan daerah melaui :
a. Peningkatan kapasitas ASN untuk mengoptimalkan sumber daya
ekonomi daerah
b. Peningkatan APBD Non Migas seperti pertanian, perkebunan,
perikanan, wisata, dll
c. Perbaikan tata kelola keuangan daerah

17
d. Pemanfaatan media komunikasi dan sistem informasi dalam
menunjang efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas
5. Peningkatan aksesibilitas melalui :
a. Meningkatkan konektivitas antarwilayah, antara lain Tol Laut,
Jembatan Udara, Pelabuhan, Bandara;
b. Membangun sarana dan prasarana jalan dan jembatan
6. Peningkatan karakteristik daerah melalui :
a. Rehabilitasi dan mitigasi daerah rawan bencana
b. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
c. Pengembangan pulau kecil terluar, rawan pangan, daerah
perbatasan, dan pasca konflik
d. Pemberdayaan, pendampingan, dan pembinaan masyarakat adat
dan hutan

Dalam rangka menjalankan kebijakan dan strategi tersebut, Program


Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal menjadi 2 (dua) bagian:

1. Implementasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Tahun


2020
a. Program Pengembangan Daerah Tertentu dengan 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Ditjen PDTu;
2) Kegiatan Pengembangan Daerah Rawan Pangan;
3) Kegiatan Pengembangan Daerah Perbatasan;
4) Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Bencana;
5) Kegiatan Penanganan Daerah Pasca Konflik;
6) Kegiatan Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar.
b. Program Pembangunan Daerah Tertinggal dengan 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Ditjen PDT;

18
2) Kegiatan Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal;
3) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
4) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan
Hidup;
5) Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana;
6) Kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal.
2. Implementasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Tahun
2021-2024
Setelah terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, maka dilakukan penggabungan 2 (dua)
Unit Kerja Eselon I yaitu Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah
Tertentu dengan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
menjadi Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal (Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal). Maka
mulai tahun 2021-2024 Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal memiliki 2 (dua) program, yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen, dengan 1 kegiatan yaitu Kegiatan
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal;
2. Program Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan
Transmigrasi, dengan 1 (satu) kegiatan yaitu kegiatan Daerah
Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan Transmigrasi.

3.2. Arah Kebijakan Sekretariat Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Sebagai penjabaran dari Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Setditjen


Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang telah ditetapkan pada
bagian sebelumnya, maka arah kebijakan Sekretariat Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal mencakup beberapa hal pokok sebagai
berikut:

19
1. Mewujudkan kualitas produk dokumen perencanaan,
penganggaran dan pelaporan yang tajam, terukur dan rasional;
2. Mewujudkan tata kelola keuangan dan BMN yang efektif dan
efisien;
3. Mewujudkan sistem dan tata hukum bidang percepatan
pembangunan daerah tertinggal yang resposif dan adaptif
terhadap perkembangan daerah;
4. Menjadikan SDM aparatur yang terampil. Profesional, dan
memiliki kompetensi sesuai dengan beban kerja dan tugas
fungsinya;
5. Memberikan pelayanan umum berupa penjaminan fasilitas
perkantoran berikut pemeliharaannya kepada setiap pegawai
berdasarkan standar kebutuhan dan rencana kebutuhan BMN;
6. Memberikan pelayanan maksimal terhadap seluruh pegawai
terkait pencegahan dan penanganan Covid-19 di lingkungan Ditjen
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal;
7. Meningkatkan kualitasi reformasi birokrasi dan kapasitas
organisasi yang bersih, akuntabel, efektif dan efisien.

Adapun strategi yang akan dilaksanakan oleh Sekretariat


Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
adalah sebagai berikut:

1. Penguatan koordinasi pelayanan dukungan manajemen terkait


penyusunan kebijakan, rencana, program, evaluasi dan pelaporan,
pembinaan pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara (BMN),
pembinaan hukum dan koordinasi penyusunan peraturan
perundang-undangan serta instrumen hukum, pengelolaan
urusan kepagawaian, fasilitasi pembinaan organisasi, tata laksana
dan reformasi birokasi, serta pelaksanaan urusan umum dan
kerumahtanggaan kepada Unit Kerja lingkup Direktorat Jenderal

20
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal secara cepat, tanggap
dan solutif;
2. Menjadi penghubung yang baik dengan pihak internal maupun
eksternal Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal dalam rangka penyelesaian pengurusan tematik
layanan;
3. Menjamin kebutuhan dan pemberian hak dasar pegawai berupa
Gaji dan Tunjangan Pegawai Negeri Sipil dan Honor untuk tenaga
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN), Pramubakti dan
Pengemudi;
4. Memenuhi kebutuhan operasional kantor dengan memperhatikan
kebutuhan setiap pegawai sebagaimana standar yang berlaku.

Dalam rangka menjalankan kebijakan dan strategi tersebut,


Program Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dibagi menjadi 2 (dua)
bagian:

1. Implementasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di


Tahun 2020

a. Program Pengembangan Daerah Tertentu yaitu Kegiatan


Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
PDTu;

b. Program Pembangunan Daerah Tertinggal yaitu Kegiatan


Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen PDT;

2. Implementasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di


Tahun 2021-2024

Setelah terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, maka dilakukan penggabungan 2 (dua)

21
Unit Kerja Eselon I yaitu Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah
Tertentu dengan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
menjadi Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal (Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal). Maka
mulai tahun 2021-2024 Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal hanya memiliki 1 (satu) program,
yaitu Program Dukungan Manajemen, dengan 1 kegiatan yaitu
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal;

3.3. Kerangka Regulasi

Berdasarkan hasil identifikasi isu-isu strategis serta penelusuran


terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, selengkapnya
kerangka regulasi yang diperlukan untuk melaksanakan Renstra
Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal Tahun 2020-2024 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.1
Regulasi Yang Diperlukan Untuk mendukung
Pelaksanaan Renstra Sekretariat Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Target
No. Kebutuhan Regulasi Urgensi Pembentukan Penyelesaian
(Tahun)

1. Peraturan Pemerintah Penyesuaian terhadap 2022


Nomor 78 Tahun perubahan tugas dan fungsi
2014 tentang pada direktorat jenderal yang
Percepatan membidangi pembangunan
Pembangunan daerah tertinggal
Daerah Tertinggal

2. Peraturan Presiden Menjalankan delegasi dari 2020


tentang Penetapan Pasal 6 ayat (3) Peraturan

22
Target
No. Kebutuhan Regulasi Urgensi Pembentukan Penyelesaian
(Tahun)
Daerah Tertinggal Pemerintah Nomor 78 Tahun
Tahun 2020-2024 2014 tentang Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal untuk menetapkan
regulasi penetapan daerah
tertinggal setiap 5 (lima) tahun
sekali

sumber: Renstra Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (2021)

3.4. Kerangka Kelembagaan

Pada tahun 2020, terdapat 2 (dua) Unit Kerja Eselon (UKE) I sebagai
pelaksana Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yaitu Direktorat
Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) dan Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT). Adapun secara
struktural Ditjen PDTu memiliki 6 (enam) Unit Kerja Eselon (UKE) II, yaitu
Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu,
Direktorat Pengembangan Daerah Rawan Pangan, Direktorat
Pengembangan Daerah Perbatasan, Direktorat Penanganan Daerah
Rawan Bencana, Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik, dan
Direktorat Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar. Di sisi lain
Ditjen PDT terdiri dari 6 (enam) Unit Kerja Eselon (UKE) II, yaitu
Sekretariat Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal,
Direktorat Perencanaan dan Identifikasi Dearah Tertinggal, Direktorat
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Direktorat Pengembangan
Sumber Daya dan Lingkungan Hidup, Direktorat Peningkatan Sarana dan
Prasarana dan Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal.

Setelah dilaksanakannya restrukturisasi organisasi, nomenklatur


Unit Kerja Eselon (UKE) I pelaksana Percepatan Pembangunan Daerah
23
Tertinggal dilebur menjadi 1 UKE I menjadi Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal). Begitu pula untuk Sekretariat, setelah
penggabungan menjadi Sekreatariat Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Jo Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, disebutkan bahwa
Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, evaluasi,


dan pelaporan Direktorat Jenderal;
b. koordinasi dan pembinaan pengelolaan keuangan dan barang
milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
c. pembinaan hukum dan koordinasi penyusunan peraturan
perundang-undangan dan instrumen hukum di lingkungan
Direktorat Jenderal;
d. pengelolaan urusan kepegawaian Direktorat Jenderal;
e. koordinasi dan fasilitasi pembinaan organisasi, tata laksana, dan
reformasi birokrasi Direktorat Jenderal; dan

f. pelaksanaan urusan umum dan kerumahtanggaan Direktorat


Jenderal.

Selanjutnya pada Pasal 16 dalam Peraturan Menteri Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun
2020 tentang Uraian Fungsi Organisasi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama
dan Tugas Kelompok Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, disebutkan

24
bahwa pengelompokan fungsi Sekretariat Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal terdiri atas:

a. kelompok substansi penyusunan kebijakan, rencana, program,


evaluasi, dan pelaporan;
Kelompok substansi penyusunan kebijakan, rencana,
program, evaluasi, dan pelaporan mempunyai tugas
melaksanakan pemberian pelayanan fungsional dalam
pelaksanaan koordinasi penyusunan kebijakan teknis, rencana,
program, evaluasi, dan pelaporan Direktorat Jenderal, dengan
kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan Rancangan Awal Renja;
2. Penyusunan Renja dan RKA tahun T+1;
3. Koordinasi Revisi Renja dan RKA Tahun Berjalan;
4. Pengelolaan urusan kepegawaian Direktorat Jenderal;
5. Koordinasi Program dan Kegiatan di Internal Maupun
Eksternal (Raker DPR, BM, MM, Musren, TM, DAK,dll);
6. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan;
7. Penyusunan Laporan, Pengisian Aplikasi Monev Program dan
Kegiatan;
8. Pelaksanaan survey kepuasan masyarakat penerima bantuan
pemerintah;
9. Pengumpulan dan Pengolahan Data Kegiatan Ditjen
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal;
10. Penyajian Informasi Kegiatan Ditjen Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal (poster, buku, majalan, leaflet, video);
11. Pengelolaan Media Sosial Ditjen Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal.

25
b. kelompok substansi pengelolaan keuangan dan barang milik
negara;
Kelompok substansi pengelolaan keuangan dan barang milik
negara mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan
fungsional dalam pelaksanaan koordinasi dan pembinaan
pengelolaan keuangan, dan pengelolaan sistem akuntansi dan
pelaporan keuangan dan barang milik Negara Direktorat Jenderal,
dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Koordinasi pelaksanaan anggaran tahun berjalan;
2. Koordinasi pemindahtanganan BMN;
3. Penyusunan Laporan Keuangan;
4. Penyelesaian Temuan BPK dan Audit Kinerja APIP.
c. kelompok substansi pembinaan hukum dan koordinasi
penyusunan peraturan perundang-undangan;
Kelompok substansi pembinaan hukum dan koordinasi
penyusunan peraturan perundang-undangan mempunyai tugas
melaksanakan pemberian pelayanan fungsional dalam
pelaksanaan pembinaan hukum dan koordinasi penyusunan
peraturan perundang-undangan dan instrumen hukum Direktorat
Jenderal, dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Sosialisasi, integrasi dan sinkronisasi peraturan perundang-
undangan lingkup PPDT;
2. Penyusunan Perdirjen untuk layanan ketusian setditjen;
3. Sosiasliasi penyusunan dokumen kerjasama;
4. Sosialisasi mekanisme pendampingan hukum;
5. Koordinasi PIPK;
6. Penyulihan, konsultasi, investigasi perkara, mediasi,
negoisasi dan penampingan hukum.
d. kelompok substansi pengelolaan urusan kepegawaian;
Kelompok substansi pengelolaan urusan kepegawaian
mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan fungsional
26
dalam pelaksanaan pengelolaan urusan kepegawaian Direktorat
Jenderal, dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Pembuatan database pegawai (PNS dan Non PNS), profiling
pegawai;
2. Evaluasi Kinerja secara berkala untuk peningkatan RB;
3. Pelatihan Tematik untuk pengembangan kapasitas pegawai;
4. Pengelolaan PPNPN.
e. kelompok substansi pembinaan organisasi, tata laksana dan
reformasi birokrasi.
Kelompok substansi pembinaan organisasi, tata laksana dan
reformasi birokrasi mempunyai tugas memberikan pelayanan
fungsional dalam pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi penerapan
dan pengembangan organisasi, pengembangan tata laksana, dan
penerapan reformasi birokrasi, serta pelaksanaan urusan tata
persuratan dan kearsipan Direktorat Jenderal, dengan kegiatan
sebagai berikut:
1. Sosialisasi Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG);
2. Reviu Analisa Jabatan dan penyusunan Analis Beban Kerja;
3. Reviu Bisnis Proses dan struktur kelembagaan;
4. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RB;
5. Penyusunan RTP dan pemetaan Resiko Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal;
6. Penataan, pemeliharaan dan pengembangan kearsipan.

Berikut struktur organisasi lingkup Ditjen Percepatan Pembangunan


Daerah Tertinggal sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun
2020 tentang Uraian Fungsi Organisasi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama
dan Tugas Kelompok Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi:

27
Tabel 3.2
Susunan Organisasi JPT Pratama dan Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Substansi Sub Kelompok Substansi
penyusunan kebijakan, penyusunan kebijakan teknis, rencana, program dan
rencana, program, evaluasi, anggaran
dan pelaporan
pengelolaan data dan informasi

pemantauan, evaluasi dan pelaporan

pengelolaan keuangan dan pelaksanaan anggaran


barang milik negara
pengelolaan perbendaharaan

akuntansi dan pelaporan keuangan dan barang milik


negara

pembinaan hukum dan penyuluhan dan bimbingan penerapan peraturan


koordinasi penyusunan perundang-undangan
peraturan perundang-
pelayanan pertimbangan hukum dan advokasi
undangan
hukum

penyusunan peraturan perundang-undangan

pengelolaan urusan tata usaha kepegawaian


kepegawaian
pengembangan pegawai

penilaian kinerja dan pembinaan disiplin pegawai

pembinaan organisasi, tata pembinaan organisasi


laksana dan reformasi
tata laksana dan reformasi birokrasi
birokrasi
tata persuratan dan kearsipan

Selain kelompok substansi di atas, Sekretariat Ditjen Percepatan


Pembangunan Daerah Tertinggal juga didukung oleh Bagian Umum dan
Perlengkapan serta tim kesatkeran yang fokus pada pelayanan operasional
perkantoran baik terkait Belanja Gaji Pegawai ataupun Operasional
Perkantoran seperti layanan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas

28
perkantoran, pengalokasian honor satker (KPA, PPSPM, Bendahara Gaji,
UKPBJ), layanan pimpinan, dan operasional lainnya.

29
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja

Target kinerja Setditjen melalui Program Dukungan Manajemen dan


Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal mengacu dan memberikan sumbangan kepada tercapainya
sasaran strategis bidang Pembangunan Daerah Tertinggal yang
tercantum dalam RENSTRA Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal, RESNTRA Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi. Adapun Target Kinerja Sekretariat Ditjen
PPDT Tahun 2020-2024 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Target Kinerja Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Indikator Target
Tujuan/Sasaran
No Kinerja 2020 2021 2022 2023 2024
Strategis
Utama
1 Terwujudnya Nilai SAKIP 80 80 85 90 95
Ditjen Ditjen
Percepatan Percepatan
Pembangunan Pembangunan
Daerah Daerah
Tertinggal yang Tertinggal
bersih, akuntabel
dan berkinerja
tinggi
Meningkatnya Persentase 80% 80% 84% 88% 90%
kualitas Nilai Hasil
reformasi Penilaian
birokrasi dan Mandiri

30
Indikator Target
Tujuan/Sasaran
No Kinerja 2020 2021 2022 2023 2024
Strategis
Utama
kapasitas Pelaksanaan
organisasi Ditjen Reformasi
Percepatan Birokrasi
Pembangunan (PMPRB) di
Daerah Ditjen
Tertinggal Percepatan
Pembangunan
Daerah
Tertinggal
Terselesaikannya Persentase 70% 70% 71% 72% 73%
tindak lanjut rekomendasi
temuan hasil hasil
pemeriksaan pemeriksaan
eksternal dan eksternal dan
Aparat Pengawas APIP lingkup
Internal Ditjen
Pemerintah Pembangunan
(APIP) Daerah
Tertinggal
yang
ditindaklanjuti
(Sistem
Pengendalian
Internal dan
Kepatuhan
terhadap
Perundang-
undangan)
sumber: Renstra Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (2020)

31
Sebagaimana yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya, dalam
upaya pencapaian target kinerja Sekretariat Ditjen PPDT 2020-2024,
terdapat 1 (satu) program yaitu Program Dukungan Manajemen. Terdapat
3 (tiga) sasaran program yang ekuivalen dengan sasaran strategis
kementerian yaitu 1) Terwujudnya Ditjen Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal yang bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi, 2)
Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan kapasitas organisasi
Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan 3)
Terselesaikannya tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan eksternal dan
Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). Adapun Output program ini
ada 4, yaitu:

1. Kualitas reformasi birokrasi dan kapasitas organisasi Ditjen Percepatan


Pembangunan Daerah Tertinggal yang ditingkatkan;
2. Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang bersih,
akuntabel dan berkinerja tinggi yang diwujudkan;
3. Pelayanan publik Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
yang berkualitas yang diwujudkan; dan
4. Dokumen rencana Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang
tersedia.

Program Dukungan Manajemen PPDT kemudian diterjemahkan sebagai


kegiatan berupa dukungan manajemen Unit Kerja Eselon I Ditjen
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, dengan sasaran berupa:

32
Tabel 4.2
Target Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen
Kode Sasaran Target Target Target Target Target
Kegiatan/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
Kinerja Kegiatan
01 Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan kapasitas organisasi
Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
a Persentase Nilai Hasil 80 80 84 88 90
Penilaian Mandiri
Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi
(PMPRB) di Ditjen
Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal
b Persentase Pejabat 20 30 50 65 80
Pimpinan Tinggi dan
Pejabat Administrasi
di lingkungan Ditjen
Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal yang
mengikuti
pengembangan
kompetensi per tahun
c Persentase pejabat 20 25 43 58 80
fungsional di
lingkungan Ditjen
Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal yang
mengikuti

33
Kode Sasaran Target Target Target Target Target
Kegiatan/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
Kinerja Kegiatan
pengembangan
kompetensi per tahun
02 Terwujudnya Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang
bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi
a Kesesuaian atas 4 4 4 4 4
Penyajian Laporan
Keuangan dan BMN
Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal
berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintah
(SAP) dari hasil
evaluasi Aparat
Pengawas Intern
Pemerintah (APIP)/Tim
Penilai PIPK UKE I
b Nilai SAKIP Ditjen 81 81 82 83 84
Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal
c Nilai Kinerja atas 85 85 86 87 88
Pelaksanaan Rencana
Kerja dan Anggaran
Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal
d Nilai atas Indikator 87 87 88 89 90
Kinerja Pelaksanaan
Anggaran Ditjen

34
Kode Sasaran Target Target Target Target Target
Kegiatan/Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
Kinerja Kegiatan
Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal
e Tingkat penerapan 3 3 3,1 3,2 3,4
pengendalian intern
Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal
03 Terwujudnya pelayanan publik Ditjen Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal yang berkualitas
a Tingkat kepuasan 3 3 3,1 3,2 3,4
aparatur lingkup
Ditjen Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal atas
pelayanan teknis dan
dukungan manajemen
04 Tersedianya dokumen rencana Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal
a Jumlah bahan 2 2 2 2 2
kebijakan dan regulasi
Percepatan
Pembangunan Daerah
Tertinggal yang
ditetapkan
sumber: Ditjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (2021)

35
4.2. Kerangka Pendanaan

Berikut adalah kerangka pendanaan yang dituhkan dalam upaya


peningkatan kualitas layanan dukungan manajemen dan dukungan
teknis lainnya Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal Tahun 2020-2024:

36
Tabel 4.2
Kerangka Pendanaan Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

KEGIATAN/ Alokasi Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


NO Kebutuhan 2023
URAIAN 2020 2021 2022 2024

Dukungan 44.557.252.000 55.416.994.000 60.958.693.000 64.926.477.000 69.152.523.000


Manajemen dan
1
Tugas Teknis
Lainnya
Gaji dan 20.255.392.000 25.682.693.000 25.500.000.000 27.500.000.000 28.500.000.000
A
Tunjangan
Operasional dan 6.907.869.000 12.034.772.000 12.000.000.000 13.500.000.000 15.000.000.000
B Pemeliharaan
Kantor
Penyusunan 165.252.000 1.152.125.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000
rencana program;
C
dan Penyusunan
rencana anggaran
Pelaksanaan 93.920.000 615.120.000 1.00.000.000 1.00.000.000 1.00.000.000
D pemantauan dan
evaluasi
Pengelolaan data 143.461.000 1.829.167.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000
E
dan informasi

37
KEGIATAN/ Alokasi Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
NO Kebutuhan 2023
URAIAN 2020 2021 2022 2024

Pelaksanaan 58.950.000 493.048.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000


F
Anggaran
Pengelolaan BMN 137.750.000 1.752.410.000 1.900.000.000 1.900.000.000 1.900.000.000
G

Pengelolaan 56.356.000 377.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000


H
perbendaharaan
I Pengelolaan 7.444.547.000 8.645.911.000 10.453.048.000 10.920.832.000 10.920.832.000
kepegawaian
J Pelayanan umum 1.514.870.000 465.064.000 3.555.645.000 3.555.645.000 3.971.046.000
dan perlengkapan
H Penyusunan 0 559.475.000 700.000.000 700.000.000 700.000.000
Perundang-
undangan
K Pelayanan 32.034.000 641.779.000 750.000.000 750.000.000 750.000.000
Advokasi Hukum
L Pelayanan 13.940.000 1.167.430.00 1.400.000.000 1.400.000.000 1.800.000.000
organisasi, tata
laksana, dan
reformasi
birokrasi

38
BAB V
PENUTUP

Rencana Strategis (RENSTRA) Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan


Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024, merupakan dokumen
perencanaan yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan,
Strategi, Kerangka Kelembagaan, Kerangka Regulasi, dan Kerangka
Pendanaan dalam periode tahun 2020-2024 yang mengacu pada RENSTRA
Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.

Rencana Strategis ini akan menjadi acuan utama dalam penyusunan


Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA), sehingga akan lebih
terarah dan terencana dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta
lebih efisien dalam pelaksanaannya, baik dipandang dari aspek pengelolaan
sumber pembiayaan maupun dalam percepatan waktu realisasinya.

Dengan kondisi faktor lingkungan internal dan eksternal yang terus


mengalami perubahan, Renstra ini tidak bersifat kaku dan senantiasa
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam rangka
peningkatan kapasitas, kerjasama dan loyalitas dalam pelaksanaan tugas
sesuai dengan wewenang yang diberikan, maka komitmen dari semua
aparatur dalam pelaksanaannya sangat diharapkan, sehingga visi dan misi
yang telah ditetapkan dapat terwujud. Dengan demikian, penting bagi
Sekretariat Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
untuk mengedepankan, tidak saja aspek perencanaan dokumen, tetapi juga
bagaimana fungsi pengendalian dan evaluasi digunakan secara tepat guna
mewujudkan daerah kabupaten yang memiliki keunggulan kolaboratif dan
daya saing.

39
-1-

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI


REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL


PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

NOMOR TAHUN 2021

TENTANG

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT PENYERASIAN RENCANA DAN PROGRAM


PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
TAHUN 2020-2024

DIREKTUR JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 Peraturan


Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Tahun 2020-2024, perlu menyusun Rencana
Strategis Direktorat Penyerasian Rencana dan Program
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024;
b. bahwa untuk memberikan acuan dalam penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Direktorat Penyerasian Rencana dan
Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan untuk
memberikan panduan dalam pengambilan keputusan strategis
dan arah kebijakan, serta untuk menetapkan sasaran dan target
jangka menengah, indikator capaian beserta langkah-langkah
yang akan diterapkan diperlukan sebuah dokumen perencanaan
strategis yang definitif dan komprehensif;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur
Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal tentang
Rencana Strategis Direktorat Penyerasian Rencana dan Program
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4916);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2014 tentang Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 264, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5598);
3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
4. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 119);
-2-

5. Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang Kementerian


Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 192);
6. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun
2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 663);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1256);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1396);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERCEPATAN PEMBANGUNAN
DAERAH TERTINGGAL TENTANG RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT PENYERASIAN RENCANA DAN PROGRAM
PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN
2020-2024.
KESATU : Menetapkan Rencana Strategis Direktorat Penyerasian Rencana dan
Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2020-
2024 yang selanjutnya disebut Renstra Direktorat Penyerasian
Rencana dan Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal,
sebagai dokumen perencanaan Direktorat Penyerasian Rencana dan
Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2020-
2024 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini.
KEDUA : Renstra Direktorat Penyerasian Rencana dan Program Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal berisi kondisi umum, potensi dan
permasalahan, visi, misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan dan
strategi, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, target kinerja,
dan kerangka pendanaan, yang disusun dengan mempedomani
Rencana Strategis Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2020-2024.
KETIGA : Renstra Direktorat Penyerasian Rencana dan Program Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal wajib menjadi acuan dalam:
a. penyusunan kebijakan Direktorat Penyerasian Rencana dan
Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal untuk
periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2020 sampai dengan
tahun 2024;
b. penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Direktorat Penyerasian
Rencana dan Program Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal;
c. penyusunan kebijakan strategis di lingkungan Direktorat
Penyerasian Rencana dan Program Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal;
d. penyusunan kebijakan strategis lainnya di lingkungan Direktorat
Penyerasian Rencana dan Program Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024.
-3-

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, apabila


dikemudian hari terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam
penetapannya, akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal, September 2021

DIREKTUR PENYERASIAN RENCANA


PARAF KOORDINASI
DAN PROGRAM
Sesditjen PPDT PERCEPATAN PEMBANGUNAN
Dir. PRP3DT DAERAH TERTINGGAL,
Dir. P2SBK
Dir. P2SP
Dir. P2SDAL
Dir. P2DK RAFDINAL, S.Sos, M.TP
NIP. 19731031 199303 1 002
-4-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERCEPATAN
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
NOMOR TAHUN 2021
TENTANG RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT
PENYERASIAN RENCANA DAN PROGRAM
PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL TAHUN 2020-2024

RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT PENYERASIAN RENCANA DAN PROGRAM
PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
TAHUN 2020-2024

SISTEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Kondisi Umum
1.2. Potensi dan Permasalahan
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN
2.1. Visi
2.2. Misi
2.3. Tujuan
2.4. Sasaran
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal
3.3. Kerangka Regulasi
3.4. Kerangka Kelembagaan
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. Target Kinerja
4.2. Kerangka Pendanaan
BAB V PENUTUP
-5-

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum


Percepatan pembangunan daerah tertinggal menjadi bagian dari
perwujudan tujuan nasional yang tertuang dalam Alinea Keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Percepatan pembangunan daerah
tertinggal merupakan bagian dari cita-cita nasional untuk
mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa masih dihadapkan pada berbagai tantangan, di
mana masih terdapat kesenjangan antara daerah maju dengan daerah
tertinggal, sehingga perlu dilakukan percepatan pembangunan daerah
tertinggal secara khusus, terencana, sistematis, dan berkelanjutan.
Untuk itu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
mengamanatkan perlunya prioritas pembangunan kesejahteraan
kelompok masyarakat yang hidup di wilayah tertinggal dan
keberpihakan yang besar dari Pemerintah.
Berdasarkan arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 yang tertuang dalam Peraturan
Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 yang disusun
berlandaskan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2000-2025, Visi Indonesia 2045, dan Visi Misi Presiden
2020-2024. Visi Misi Presiden 2020-2024 adalah “Terwujudnya
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong” yang diwujudkan melalui 9 (sembilan)
Misi yang dikenal sebagai Nawacita Kedua.
RPJPN Tahun 2005-2025, Visi Indonesia 2045, dan Visi Misi
Presiden menjadi landasan utama penyusunan RPJMN 2020–2024,
yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam 7 (tujuh) agenda
pembangunan yaitu: (i) memperkuat ketahanan ekonomi untuk
pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan; (ii) mengembangkan
wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan;
(iii) meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya
saing; (iv) revolusi mental dan pembangunan kebudayaan; (v)
memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi
-6-

dan pelayanan dasar; (vi) membangun lingkungan hidup,


meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim; dan (vii)
memperkuat stabilitas politik, hukum, pertahanan, dan keamanan dan
transformasi pelayanan publik.
Pembangunan kewilayahan tahun 2020-2024 menekankan
keterpaduan pembangunan dengan memperhatikan pendekatan
spasial, mengutamakan pendekatan holistik dan tematik yang
didasarkan penanganan secara menyeluruh dan terfokus pada
prioritas pembangunan dan lokasi yang paling relevan sesuai dengan
pendekatan koridor pertumbuhan dan pemerataan.
Kebijakan dan strategi pembangunan kewilayahan tahun 2020-
2024 antara lain pengembangan kebijakan dan pelaksanaan
pembangunan afirmatif untuk mempercepat pembangunan daerah
tertinggal, kecamatan lokasi prioritas perbatasan, pulau-pulau kecil
terluar dan terdepan, serta kawasan transmigrasi, melalui: (i)
perluasan akses pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan; (ii)
penyediaan sarana-prasarna dasar perumahan, air bersih dan sanitasi,
dan listrik; (iii) peningkatan konektivitas transportasi darat, sungai,
laut dan udara; (iv) pengembangan jaringan telekomunikasi dan
informasi sebagai basis ekonomi digital; (v) perluasan kerja sama dan
kemitraan dalam investasi, promosi, pemasaran, dan perdagangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal menjelaskan bahwa daerah tertinggal
adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang
berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.
Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan
kriteria: (a) perekonomian masyarakat; (b) sumber daya manusia; (c)
sarana-prasarana; (d) kemampuan keuangan daerah; (e) aksesibilitas;
dan (f) karakteristik daerah serta dapat dipertimbangkan karakteristik
daerah tertentu.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang
Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 terdapat 62 (enam
puluh dua) kabupaten yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal tahun
2020-2024. Adapun sebaran daerah tertinggal tahun 2020-2024
adalah 7 (tujuh) kabupaten di wilayah Sumatera, 14 (empat belas)
kabupaten di wilayah Nusa Tenggara, 3 (tiga) kabupaten di wilayah
Sulawesi, 8 (delapan) kabupaten di wilayah Maluku, dan 30 (tiga
puluh) kabupaten di wilayah Papua.
Berikut disampaikan capaian kinerja dalam pelaksanaan
percepatan pembangunan daerah tertinggal periode 2015-2019 sebagai
berikut:
-7-

Tabel 1.1
Capaian Target Kinerja Pembangunan Daerah Tertinggal
Tahun 2015-2019

BIDANG SATUAN TARGET CAPAIAN KETERANGAN

PEMBANGUNAN
DAERAH
TERTINGGAL
1 Mengentaskan Kab 80 62 Fungsi Kementerian
Kabupaten Desa, PDT, dan
Daerah Tertinggal Transmigrasi dalam
2 Meningkatkan % 6,9-7,1 5,33 percepatan
pertumbuhan pembangunan daerah
ekonomi di tertinggal lebih kepada
daerah tertinggal aspek koordinasi dan
integrasi kebijakan,
3 Menurunkan % 15-15,5 17,41
program, dan
persentase
pelaksanaan sehingga
penduduk miskin
pencapaian kinerja
di daerah
sangat dipengaruhi
tertinggal
oleh dukungan
4 Meningkatan Poin 62,7 61,23 program dan anggaran
Indeks K/L/D/M.
Pembangunan
Manusia (IPM) di
daerah tertinggal
sumber: Perpres 17 Tahun 2020 tentang Renstra Kemendesa PDTT Tahun 2020-2024

Dari tabel di atas terlihat bahwa target capaian kinerja


pengentasan daerah tertinggal tahun 2015-2019 yaitu sebanyak 80
kabupaten. Namun, setelah dilakukan evaluasi akhir di tahun 2019,
terdapat 62 kabupaten entas. dan 60 kabupaten tidak entas. Tidak
tercapainya jumlah kabupaten entas sesuai dengan target RPJMN
Tahun 2015-2019 secara garis besar disebabkan oleh rendahnya
perekonomian masyarakat, terbatasnya sarana prasarana, terbatasnya
aksesibilitas, kualitas sumber daya manusia yang rendah,
keterbatasan kemampuan keuangan daerah, dan karakteristik daerah.
Untuk mengetahui penyebab ketertinggalan pada kriteria-kriteria di
atas, dilakukan perbandingan capaian 6 kriteria dan 27 indikator
kabupaten tidak entas terhadap 415 kabupaten di Indonesia
menggunakan data Podes 2018, Susenas 2018, dan KKD 2016.
Berdasarkan analisis tersebut, diketahui bahwa 10 indikator yang
menjadi ketertinggalan utama pada kabupaten tidak entas adalah
sebagaimana pada tabel berikut:
-8-

Tabel 1.2
Indikator Yang Menjadi Ketertinggalan Utama
Pada Kabupaten Tidak Entas

No. KRITERIA INDIKATOR

1 Perekonomian Pengeluaran Konsumsi Perkapita


Masyarakat

2 Perekonomian Persentase Penduduk Miskin


Masyarakat

3 Sarana dan Prasarana Jumlah desa dengan jenis


permukaan jalan utama terluas
aspal

4 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah tangga Pengguna


Listrik

5 Sarana dan Prasarana Jumlah Prasarana Kesehatan Per


1000 Penduduk

6 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah Tangga Pengguna


Telepon (HP)

7 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah tangga Pengguna


Air Bersih

8 Sumber Daya Manusia Angka Harapan Hidup

9 Sumber Daya Manusia Jumlah Dokter Per 1000 Penduduk

10 Kemampuan Keuangan Kemampuan Keuangan Daerah


Daerah
sumber: Ditjen PDT (2020)

Selanjutnya berdasarkan Pasal 30 ayat (3) PP PPDT Jo. Diktum


Ketiga Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 79 Tahun 2019 tentang Penetapan Kabupaten
Daerah Tertinggal Yang Terentaskan Tahun 2015-2019, disebutkan
bahwa Daerah Tertinggal yang sudah terentaskan masih dilakukan
pembinaan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
Provinsi selama 3 (tiga) tahun sejak ditetapkan sebagai daerah yang
sudah terentaskan. Berikut rincian daerah tertinggal entas tahun
2015-2019 yaitu sebagai berikut:
-9-

Tabel 1.3
Daerah Tertinggal Yang Terentaskan
Tahun 2015-2019

No. Provinsi Kabupaten


1 Aceh Aceh Singkil
2 Lampung Lampung Barat
3 Sumatera Selatan Musi Rawas
4 Sumatera Barat Pasaman Barat
5 Bengkulu Seluma
6 Sumatera Barat Solok Selatan
7 Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan
8 Sulawesi Tengah Banggai Laut
9 Sulawesi Tenggara Boalemo
10 Sulawesi Tenggara Bombana
11 Sulawesi Tengah Buol
12 Sulawesi Tenggara Gorontalo Utara
13 Sulawesi Selatan Jeneponto
14 Sulawesi Tenggara Konawe
15 Sulawesi Tenggara Konawe Kepulauan
16 Sulawesi Tenggara Mamuju Tengah
17 Sulawesi Tengah Morowali Utara
18 Sulawesi Tengah Parigi Moutong
19 Sulawesi Tenggara Pohuwato
20 Sulawesi Barat Polewali Mandar
21 Sulawesi Tengah Toli-toli
22 Papua Biak Numfor
23 Papua Kepulauan Yapen
24 Papua Merauke
25 Papua Raja Ampat
26 Papua Sarmi
27 Nusa Tenggara Barat Bima
28 Nusa Tenggara Barat Dompu
29 Nusa Tenggara Timur Ende
30 Nusa Tenggara Barat Lombok Barat
31 Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah
32 Nusa Tenggara Barat Lombok Timur
33 Nusa Tenggara Timur Manggarai
34 Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat
35 Nusa Tenggara Timur Nagekeo
36 Nusa Tenggara Barat Sumbawa
37 Nusa Tenggara Barat Sumbawa Barat
38 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Utara
39 Maluku Buru
40 Maluku Utara Halmahera Barat
- 10 -

No. Provinsi Kabupaten


41 Maluku Utara Halmahera Selatan
42 Maluku Utara Halmahera Timur
43 Maluku Maluku Tengah
44 Maluku Utara Pulau Morotai
45 Kalimantan Barat Bengkayang
46 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara
47 Kalimantan Barat Kapuas Hulu
48 Kalimantan Barat Kayong Utara
49 Kalimantan Barat Ketapang
50 Kalimantan Barat Landak
51 Kalimantan Timur Mahakam Ulu
52 Kalimantan Barat Melawi
53 Kalimantan Utara Nunukan
54 Kalimantan Barat Sambas
55 Kalimantan Tengah Seruyan
56 Kalimantan Barat Sintang
57 Jawa Timur Bangkalan
58 Jawa Timur Bondowoso
59 Banten Lebak
60 Banten Pandeglang
61 Jawa Timur Sampang
62 Jawa Timur Situbondo

Adanya Daerah Otonom Baru (DOB) yang masuk kriteria Daerah


Tertinggal Tahun 2020-2024 yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.4
Daftar Daerah Otonom Baru
yang Menjadi Daerah Tertinggal

Daerah Otonom Daerah Induk


No. Dasar Hukum
Baru
Provinsi Kabupaten
(Kabupaten)
Papua Manokwari No. 23 Tahun 2012
1 Manokwari
Barat
Selatan
Papua Manokwari No. 24 Tahun 2012
2 Pegunungan
Barat
Arfak
sumber: Ditjen PDT (2020)

Untuk Persebaran Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 terdiri dari


7 kabupaten di Wilayah Sumatera, 14 kabupaten di Wilayah Nusa
Tenggara, 3 kabupaten di Wilayah Sulawesi, 8 kabupaten di Wilayah
- 11 -

Maluku, dan 30 kabupaten di Wilayah Papua sebagaimana disajikan


pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1.1
Peta Persebaran Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024
dan Daerah Tertinggal Entas Tahun 2015-2019

sumber: Ditjen PDT (2020)

Persebaran lokasi daerah tertinggal berdasarkan Peraturan


Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal
Tahun 2020-2024 secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.5
Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024

No. Provinsi Kabupaten


1 Sumatera Utara Nias
2 Sumatera Utara Nias Selatan
3 Sumatera Utara Nias Utara
4 Sumatera Utara Nias Barat
5 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai
6 Sumatera Selatan Musi Rawas Utara
7 Lampung Pesisir Barat
8 Nusa Tenggara Barat Lombok Utara
9 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat
10 Nusa Tenggara Timur Sumba Timur
11 Nusa Tenggara Timur Kupang
12 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Selatan
13 Nusa Tenggara Timur Belu
14 Nusa Tenggara Timur Alor
- 12 -

No. Provinsi Kabupaten


15 Nusa Tenggara Timur Lembata
16 Nusa Tenggara Timur Rote Ndao
17 Nusa Tenggara Timur Sumba Tengah
18 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Daya
19 Nusa Tenggara Timur Manggarai Timur
20 Nusa Tenggara Timur Sabu Raijua
21 Nusa Tenggara Timur Malaka
22 Sulawesi Tengah Donggala
23 Sulawesi Tengah Tojo Una-una
24 Sulawesi Tengah Sigi
25 Maluku Maluku Tenggara Barat
26 Maluku Kepulauan Aru
27 Maluku Seram Bagian Barat
28 Maluku Seram Bagian Timur
29 Maluku Maluku Barat Daya
30 Maluku Buru Selatan
31 Maluku Utara Kepulauan Sula
32 Maluku Utara Pulau Taliabu
33 Papua Barat Teluk Wondama
34 Papua Barat Teluk Bintuni
35 Papua Barat Sorong Selatan
36 Papua Barat Sorong
37 Papua Barat Tambrauw
38 Papua Barat Maybrat
39 Papua Barat Manokwari Selatan
40 Papua Barat Pegunungan Arfak
41 Papua Jayawijaya
42 Papua Nabire
43 Papua Paniai
44 Papua Puncak Jaya
45 Papua Boven Digoel
46 Papua Mappi
47 Papua Asmat
48 Papua Yahukimo
49 Papua Pegunungan Bintang
50 Papua Tolikara
51 Papua Keerom
52 Papua Waropen
53 Papua Supiori
54 Papua Mamberamo Raya
55 Papua Nduga
56 Papua Lanny Jaya
57 Papua Mamberamo Tengah
58 Papua Yalimo
- 13 -

No. Provinsi Kabupaten


59 Papua Puncak
60 Papua Dogiyai
61 Papua Intan Jaya
62 Papua Deiyai

Berdasarkan dokumen RPJMN Tahun 2020-2024, kegiatan


pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, perdesaan, dan
trasmigrasi merupakan salah satu kegiatan prioritas di dalam Prioritas
Nasional 2 (PN 2) yakni mengembangkan wilayah untuk mengurangi
kesenjangan dan menjamin pemerataan.
Lebih rinci dijelaskan bahwa kebijakan dan strategi pembangunan
kewilayahan tahun 2020-2024 antara lain pengembangan kebijakan
dan pelaksanaan pembangunan afirmatif untuk mempercepat
pembangunan daerah tertinggal, kecamatan lokasi prioritas
perbatasan, pulau-pulau kecil terluar dan terdepan, serta kawasan
transmigrasi, melalui:
a. perluasan akses pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan;
b. penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan, air bersih dan
sanitasi, dan listrik;
c. peningkatan konektivitas transportasi darat, sungai, laut dan
udara;
d. pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi sebagai basis
ekonomi digital;
e. perluasan kerjasama dan kemitraan dalam investasi, promosi,
pemasaran dan perdagangan (Gambar 2).

Gambar 1.2
POSISI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
DALAM RPJMN TAHUN 2020-2024

sumber: Bappenas (2020)


- 14 -

Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Jo Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, disebutkan bahwa Direktorat Penyerasian Rencana dan
Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Dit PRP PPDT)
memiliki tugas untuk melaksanakan penyiapan perumusan dan
koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penyerasian rencana dan
program percepatan pembangunan daerah tertinggal. Sehingga dalam
rangka pencapaian sasaran RPJMN Tahun 2020-2024 lingkup
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
berkomitmen untuk mengentaskan 25 kabupaten dari total 62
kabupaten daerah tertinggal.
Dalam upaya memenuhi target pengentasan daerah tertinggal,
perlu disusun Renstra Dit PRP PPDT Tahun 2020-2024 yang mencakup
kondisi umum, potensi dan permasalahan, visi, misi, tujuan, sasaran,
arah kebijakan dan strategi, kerangka regulasi, kerangka
kelembagaan, target kinerja, dan kerangka pendanaan serta indikasi
kegiatan prioritas Dit PRP PPDT 2020-2024, sebagai bagian kesatuan
dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal secara
nasional.
- 15 -

1.2. Potensi dan Permasalahan


a. Potensi
Secara umum, daerah tertinggal memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah terutama sektor
pertanian, perkebunan, perikanan, kerajinan, industri usaha kecil menengah (UKM), maupun potensi wisata.
Dan berikut adalah rekapitulasi potensi yang ada di 62 (enam puluh dua) Daerah Tertinggal 2020-2024 yang
dirangkum dari kabupaten dalam angka pada Badan Pusat Statistik (BPS):

Tabel 1.6
Potensi Daerah Tertinggal 2020-2024

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Sumatera Kepulauan a. Perikanan tangkap 6.939 Didominasi oleh industri kecil Pulau Nyang Nyang, Pantai
Barat Mentawai ton menengah. Terdapat IKM berbasis Pula Sikuai, Danau Rua
b. Cengkeh 1.519,6 ha Kayu, anyaman, keramik, makanan & Oinang, dan Air Terjun Bat
c. Pisang 119,93 ton minuman Soumang
d. Kelapa 7.424 ha
e. Padi 2.225 ha
Sumatera Musi Rawas a. Karet 107.427 ha Pada tahun 2015, mayoritas industri Goa Napal Licin, Danau
Selatan Utara b. Kelapa Sawit 10.420,2 ha yang terdapat di Kabupaten Musi Rayo, Air Terjun Ulu Tiku,
c. Kambing 12.470 ha Rawas berjenis industri kerajinan DAM Bukit Ulu
d. Budidaya Kolam 51.218 rumah tangga yang memiliki pekerja
ha 5-19 orang, yakni sejumlah 6
e. Padi 7.234 ha industri.
Sumatera Nias a. Karet 14.763 ha Usaha Industri Binaan Pangan, Pulau Musi, Pulau
Utara b. Perikanan Tangkap industri binaan kayu dan perabotan Onolimbu, Pantai Charlita,
1.012,69 ton rumah tangga yang tersebar di Pantai Gowaena
c. Kakao 1.450 ha seluruh kecamatan
d. Padi 13.323,4 ha
- 16 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


e. Kelapa 1.266,75 ha
Sumatera Nias Barat a. Karet 6.190 ha Didominasi oleh industri kecil Pantai Asu, Pantai Sirombu,
Utara b. Kakao 1.122 ha menengah. Terdapat IKM berbasis Pulau Hamatula, Diving
c. Perikanan Tangkap kayu, IKM Anyaman, dan IKM Pulau Bogi
161,42 ton Keramik
d. Kelapa 4.510 ha
e. Padi 4.568 ha
Sumatera Nias Selatan a. Kelapa 18.676,75 didominasi oleh Industri Kecil Pantai Lagundri, Pantai
Utara b. Padi 33.758 ha Menengah yaitu IKM Anyaman, Kayu, Sorake, Pulau Tello, dan
c. Karet 11.697,75 ha dan Logam Tari Fataele (Tari Perang)
d. Kakao 4.824 ha
e. Jagung 2.095 ha
Sumatera Nias Utara a. Perikanan Tangkap didominasi oleh industri kecil Pantai Gawu Soyo, Pantai
Utara 13.700,17 ton menengah yaitu IKM Makanan dan Turoleto, Pantai Toyolawa,
b. Padi 7.437 ha Minuman, kulit, kayu , dan anyaman Danau Megoto
c. Karet 69.855 ha
d. Kakao 2.461 ha
e. Kelapa 7.690 ha
Lampung Pesisir Barat a. Padi 20.646 ha Terdapat 28 usaha konstruksi yang Pantai Labuhan Jukung,
b. Jagung 5.643 ha tercatat beroperasi di Kabupaten Pulau Pisang, Gua Matu,
c. Kopi 5.106 ha Pesisir Barat. 13 usaha konstruksi Penangkaran Tembulih
d. Kelapa Sawit 6.159 ha diantaranya tercatat sebagai usaha
e. Kelapa 7.610 ha yang aktif melakukan kegiatan
konstruksi.
- 17 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Sulawesi Donggala a. Padi 23.413 ha Terdapat 9 perusahaan yang Pantai Tanjung Karang,
Tengah b. Jagung 11.175 ha terklasifikasi sebagai perusahaan Pantai Pusat Laut
c. Holtikultura 323 ha industri di Kabupaten Donggala. Tiga Pusentasi, Pulau Pasoso
diantaranya adalah perusahaan
industri pengolahan minyak mentah
kelapa sawit dengan jumlah produksi
sebesar 2,9 Milyar
Sulawesi Sigi a. Padi 30.512 ha Pengembangan industri yang Taman Nasional Lore Lindu
Tengah b. Kakao 27.681 ha mendukung sektor pertanian, serta (TNLL), Danau Lindu,
c. Jagung 10.105 ha kerajinan rumah tangga sebagai Vatunoniu Village, Hutan
d. Kelapa 5.986 ha pendukung sektor pariwisata Wisata Danau Lindu
Sulawesi Tojo Una-una a. Kelapa 19.868 ha Pengembangan Industri Kecil yaitu Pulau Togean, Divinh
Tengah b. Jagung 11.804 ha industri Pengolahan seperti industri Togean, dan Air Terjun
c. Kakao 10.370 ha mebel Wakai
d. Cengkeh 2.127 ha
Papua Asmat a. Ubi Kayu 85,1 ha Didominasi oleh perusahaan industri Taman Nasional Lorenz,
b. Sagu 4.143 ha kecil formal dengan kegiatan tekstil, Rawa Baki, dan Pesta
agro dan kehutanan Budaya Asmat
Papua Boven Digoel a. Karet 3.843 ha Didominasi oleh industri kecil dan Penjara Hindia Belanda
b. Talas 280 ha mikro.
Papua Deiyai Palawija, kopi, holtikultura Pulau Duamo
dan perikanan budidaya
Papua Dogiyai Palawija, kopi, peternakan Didominasi oleh industri kecil dan Danau Makamo
mikro yang bergerak di bidang
makanan dan minuman.
- 18 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Papua Intan Jaya Palawija, holtikultura Puncak Carstenzs dan Desa
Ugimba
Papua Jayawijaya a. Ubi jalar 5.032 ha Didominasi oleh industri kecil dan Lembah Baliem, Telaga
b. Kopi 1.976 ha mikro yang bergerak di bidang Biru, dan Kampung Sekan
c. Padi 25 ha makanan, minuman dan jasa reparasi
pemasangan mesin.
Papua Keerom a. Kelapa sawit 17.790 ha sektor industri minyak dan pangan Festival Budaya dan
b. Kakao 7.818 ha Kampung Wisata Yowong
c. Jagung 611 ha
d. Padi 200 ha
Papua Lanny Jaya Kopi dan palawija Didominasi oleh industri yang Paralayang dan Pendakian
berkaitan dengan pengolahan Bukit Tiom
perkebunan dan peternakan.

Papua Mamberamo Perikanan tangkap, palawija Didominasi oleh industri kecil dan Danau Bira
Raya dan holtikutura rumah tangga.
Papua Mamberamo Palawija dan buah merah pengolahan kayu dan peternakan Hutan Hujan Tropis, dan
Tengah Studi flora-fauna
Papua Mappi a. Perikanan tangkap 3.064 hanya ada industri kecil formal dan Rumah Pohon Suku
ton nonformal Koroway
b. Kelapa 811,6 ha
c. Pisang 113 ha
d. Sagu
Papua Nabire a. Ubi Kayu 2.205 ha industri kecil di sektor pangan Hiu Paus di Kwatisore,
b. Padi 4.285 ha Pantai Pulau Ahe, dan
c. Perikanan Tangkap Pantai Gedo
12.710 ton
- 19 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Papua Nduga Kopi, palawija pengolahan pertanian dan Taman Nasional Lorenz dan
pengolahan kayu Batas Batu
Papua Paniai a. Ubi Jalar 670 ha makanan dan minuman serta Danau Paniai
b. Kopi kerajinan
c. Kedelai
Papua Pegunungan a. Ubi Jalar 8.359 ha industri kecil dan mikro yang Puncak Mandala
Bintang b. Kopi 293 ha bergerak di bidang pangan
Papua Puncak a. Ubi Kayu 4.337 ha
b. Ubi Jalar
c. Babi
Papua Puncak Jaya Kopi, palawija, holtikultura industri kecil kerajinan Puncak Carstenz
Papua Supiori a. Perikanan Tangkap 4.410 Industri kecil menengah. Kegiatan Pulau Rani, Kepulauan
ton industri didominasi oleh industri Padaido dan Kepulauan
b. Kelapa 419 ha furnitur Aruri
c. Cabai 14 ha
Papua Tolikara a. Ubi Jalar 7.892 ha industri kecil di bidang pangan Danau Biuk, Cagar Alam
b. Peternakan dan Taman Nasional Lorenz,
dan Gunung Timoini
Papua Waropen a. Perikanan Tangkap industri kecil yang bergerak di sektor Pantai Batu Zaman, Pantai
10.988 ton utama pengolahan pangan Ronggaiwa, Pantai
b. Kelapa 685 ja Sarafambai, dan Pulau Nau
c. Jagung 103 ha
Papua Yahukimo a. Jagung industri kecil Wisata Alam dan Budaya
b. Buah Merah 1.156 ha
c. Kopi 144 ha
- 20 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Papua Yalimo Palawija dan hasil hutan industri pengolahan kayu
Papua Barat Sorong a. Padi 1.240 ha industri kecil yaitu industri Pulau Um, Pantai Mailan,
b. Ubi Kayu 331 ha pengolahan pangan Air Terjun Klasmis, dan
c. Holtikultura 2.849 ha Obyek Wisata Jeflio
d. Kelapa 627 ha
Papua Barat Sorong Selatan a. Ubi Kayu 46 ha industri pengolahan hasil pertanian Panta Kapal dan Air Terjun
b. Perikanan tangkap 549 Sasnek
ton
Papua Barat Maybrat a. Ubi Kayu 154 ha sektor industri olahan dan kerajinan Danau Ayamaru dan Danau
b. Holtikultura dari industri kecil dan menengah Framu
Papua Barat Tambrauw a. Kelapa 4.821 ha sektor industri olahan dan kerajinan Air Terjun Miyah, Pantai
b. Jagung 306 ha dari industri kecil dan menengah Batu Kapal, dan Taman Mini
c. Holtikultura 101 ha Sausapor
Papua Barat Teluk Bintuni a. Perikanan Tangkap sektor industri kecil dan menengah Pantai Boombara dan
b. Kelapa Sawit 7.296 ha berupa industri olahan/kerajinan Gunung Botak
c. Padi 427 ha
d. Jagung 31 Ha

Papua Barat Teluk a. Perikanan Tangkap sektor industri kecil dan menengah Taman Laut Teluk
Wondama b. Ubi Kayu 88 ha berupa industri olahan/kerajinan Cendrawasih
c. Petsai 56 ha
d. Rumput laut
Papua Barat Manokwari a. Kelapa 155 ha 5 unit usaha minuman ringan Gunung Botak, Pantai Syari,
Selatan b. Kakao 1.925 ha Pantai Dosa, Air Terjun
c. Pala 131 ha Neney, Danau Anggi Gida
Giji
- 21 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Papua Barat Pegunungan Kakao, kelapa, pinang Usaha Perkebunan Tanaman Danau Anggi Gida dan Anggi
Arfak Tahunan Giji, Rumah Kaki Seribu,
Tari Tumbuk Tanah
Nusa Alor a. Padi 7.876 ha Pulau Kepa, Air Mancur Tuti
Tenggara b. Jagung 9.116 ha Adagai, Pantai Lingal, Kolam
Timur c. Kelapa 2.965 ha Bidadari
d. Mete 8.007 ha
e. Vanili

Nusa Belu a. Padi 6.949 ha Pengembangan Industri Kecil Hasil Air Terjun Mauhalek, Fulan
Tenggara b. Jagung 14.721 ha Pertanian dan Kehutanan (IPHK), dan Fehan, Kolam Susuk,
Timur c. Perikanan Tangkap 1.513 Industri Aneka Benteng Ranu Hitu
ton
d. Sapi 69.621 ekor
e. Kopi 212 ha
Nusa Kupang a. Padi 22.743 ha Pada tahun 2016, terdapat 71 Pantai Tablolong, Air Terjun
Tenggara b. Jagung 23.851 ha industri di Kabupaten Kupang yang Tesbatan, Air Terjun Oenesu
Timur c. Kelapa 7.987 ha terdiri dari 2 industri besar sedang,
d. Sapi 586.717 ekor 27 industri kecil dan 42 industri
e. Pisang 4.567 ton kerajinan rumah tangga.
Berdasarkan sub sektornya industri
di kabupaten ini didominasi industri
kayu, bambu, rotan, rumput dan
sejenisnyatermasuk perabot rumah
tangga
- 22 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Nusa Lembata a. Padi 6.455 ha Jumlah Industri Mikro Kecil di Desa Nelayan Lamalera,
Tenggara b. Jagung 14.006 ha Kabupaten Lembata yang tercatat Tanjung Nuhamera,
Timur c. Kelapa 5.814 ha sebanyak 68 industri. IKM didominasi Lewoleba, dan Puncak Ile
d. Perikanan Tangkap 7.325 oleh industri makanan Lewotolok
ton
e. Tanaman Hutan 49.181
ha
Nusa Lombok Utara a. Padi 11.871 ha Kegiatan industri di Kabupaten Pantai Sire, Gunung
Tenggara b. Jagung 9.143 ha Lombok Utara di dominasi oleh Rinjani, Air Terjun Sendang
Barat c. Kakao 3.963 ha industri non formal dengan kegiatan Gile, Segara Anak
d. Kelapa 9.498 ha industri kimia, agro industri dan hasil
e. Jambu Mete 7.126 ha hutan

Nusa Malaka a. Palawija 22.843 ha industri kecil dan mikro dengan jenis Pantai Motadikin, Pantai
Tenggara b. Padi 7.659 ha kegiatan berupa industri hasil Wemasa, Cagar Alam
Timur pertanian dan kehutanan Maubesi, dan Bukit Cinta
Malaka
Nusa Manggarai a. Kopi 14.948 ha palig besar pada industri hasil Danau Ranameso, Pantai
Tenggara Timur b. Palawija 3.762 ha pertanian dan kehutanan Liang Bala, Danau Rana
Timur c. Kakao 3.505 ha Tonjong, dan Air Terjun Radi
d. Padi 2.127 ha Ntangis
Nusa Rote Ndao a. Padi 21.598 ha paling besar pada industri makanan, Pantai Nembrala, Pantai
Tenggara b. Jagung 4.910 ha minuman, dan sandang Boa, Bukit Mandoo, Pantai
Timur c. Bawang Merah 283 ha Oeseli
d. Perikanan Tangkap 3.361
ton
e. Perikanan Budidaya 5,49
ton
- 23 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Nusa Sabu Raijua a. Palawija 2.420 ha di dominasi industri makanan, Kelebba Maja, Benteng Ege
Tenggara b. Perikanan Budidaya minuman dan tembakau yang & Batu Gong, Pantai Rai
Timur c. Padi 1.243 ha sebagian besar berupa gulai air dan Mea, Kampung Adat Namata
industri barang dari logam, mesin dan
peralatan
Nusa Sumba Barat a. Padi 13.781 ha didominasi oleh industri kecil Pantai Nihiwatu, Pantai
Tenggara b. Jagung 8.769 ha menengah yang bergerak pada bidang Pero, Pantai Marosi, dan
Timur c. Ubi Kayu 886 ha furniture, tekstil, barang logam, Kampung Adat Praijing
d. Pepaya 1.873 ton bukan mesin dan peralatan
e. Perikanan Tangkap 2.821
ton
Nusa Sumba Barat a. Palawija 34.241 ha paling besar pada industri tekstil, Danau Weekuri, Pantai
Tenggara Daya b. Padi 27.162 ha pakaian jadi dan kulit, serta industri Mandorak, Air Terjun Pabeti
Timur c. Jambu Mete 11.093 ha barang logam, mesin dan peralatan Lakera, Pantai Watu
Maladong
Nusa Sumba Tengah a. Padi 7.354 ha di dominasi oleh agro industri dan Air Terjun Matayangu,
Tenggara b. Jagung 6.060 ha industri kerajinan yaitu kerajinan Pantai Aili, Gua Alam Liangu
Timur c. Jambu Mete 3.294 ha tenunan, anyaman dan meubeler Paniki, Kampung Adat Lai
d. Kelapa 4.549 ha Tarung
e. Kambing 12.026 ha
Nusa Sumba Timur a. Padi 20.099 ha paling besar pada industri kerajinan Pantai Talimbang, Pantai
Tenggara b. Jagung 14.284 ha yaitu kerajinan tenun ikat dan Walakiri, Bukit Tanarara,
Timur c. Perikanan Tangkap 9.108 anyaman pandan/lontar Bukit Wairnding, Pantai
ton Puru Kambera
d. Ubi Kayu 2.676 ha
e. Jambu Mete 9.464 ha
- 24 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Nusa Timor Tengah a. Padi 5.579 ha terdapat 158 industri rumah tangga Pantai Kolbano, Pantai
Tenggara Selatan b. Jagung 59.549 ha dan industri kerajinan rumah Boisae, Air Terjun Oehala,
Timur c. Jeruk Koprok 11.222 ton terbanyak berasal dari Kecamatan Gunung Mutis
d. Kemiri 4.141 ha Kota Soe
e. Sapi 190.683 ekor
Maluku Buru Selatan a. Kelapa 10.545 ha sebanyak 128 perusahaan dengan Pulau Oki, Pantai Leksula,
b. Cengkeh 5.778 ha mayoritas kegiatan furnitur dan Air Terjun Jin, dan Pantai
c. Kakao 5.069 ha industri pengolahan lainnya Wamsoba
d. Perikanan Tangkap
11.757 ton
e. Kelapa 10.545 ha

Maluku Kepulauan Aru a. Kelapa 1.328 ha didominasi oleh industri yang Pantai Batu Kora, Pantai
b. Padi 11 ha berkaitan dengan kelautan seperti Wamar, Desa Koba
c. Ketela Pohon 73 ha budidaya mutiara, budidaya ikan, Kepulauan Aru dan Pantai
d. Babi 4.376 ekor galangan kapal dan lainnya Kora Evar
Maluku Maluku Barat a. Ketela Pohon 600 ha didominasi oleh industri nonformal Danau Tihu, Pantai Nusiata
Daya b. Jagung 3.077 ha seperti sandang, dan kulit, makanan – Pulau Wetang, Air Terjun
c. Kelapa 5.299 ha dan minuman, kerajinan umum dan Regoha dan Underwater
d. Cengkeh 74,9 ha lainnya Welora-Dawelor
Maluku Maluku a. Kelapa 25.889 ha industri mikro dan industri kecil yang Pantai Matakus, Pantai
Tenggara Barat b. Ubi 917 ha bergerak dalam bidang makanan, Weluan, Batlosa-Desa
c. Petsai 113 ha minuman, tembakau, tekstil, dan Latdalam dan Mata Air
d. Kakao 11 ha lainnya Bomaki
- 25 -

Provinsi Kabupaten Potensi Pertanian Potensi Industri Potensi Pariwisata


Maluku Seram Bagian a. Cabai 1.026 ha Didominasi oleh industri kecil Wisata Bawah Laut Pulau
Barat b. Kelapa 7.673 ha menengah. Sektor utama masih Lucipara, Wisata Alam
c. Kakao 3.644 ha berupa pertanian, sehingga memiliki Pulau Osi, Air Terjun
d. Cengkeh 7.527 ha potensi untuk mengembangkan Lumoli, dan Air Terjun
industri pengolahan hasil pertanian Waisia
Maluku Seram Bagian a. Jagung 4.765 ha didominasi oleh industri kecil dan Danau Soli, Taman Laut
Timur b. Kakao 1.055 ha industri mikro yang bergerak dalam Koon, Pulau Geser dan
c. Kelapa 18.372 ha bidang makanan, minuman, furnitur Tebing Air Panas Nif
d. Cengkeh 9.807 ha dan industri pengolahan lainnya
Maluku Utara Kepulauan a. Kelapa 30.596 ha didominasi oleh industri kecil Pulau Pagama, Benteng De
Sula b. Cengkeh 3.145 ha menengah. Salah satu industri yang Verwatching, Pantai
c. Kacang Mete 3.525 ha berpotensi untuk dikembangkan Fukwew, Air Terjun Wailau
adalah industri pengolahan makanan,
antara lain pengasapan ikan julung,
aneka roti, sagu, halua kenari, dan
aneka kue

Maluku Utara Pulau Taliabu a. Kelapa 31.394 ha Wisata Bawah Laut Pulau
b. Kakao 1.179 ha Samada Besar, Pulau Seho,
c. Perikanan Tangkap Pulau Limbo, dan Pantai
231.629 ton Tikong
- 26 -

b. Permasalahan
Penyelanggaraan percepatan pembangunan daerah tertinggal tahun
2020-2024 memiliki permasalahan dan tantangan dari berbagai aspek, di
antaranya yaitu kesenjangan pembangunan antarkabupaten daerah
tertinggal. Kondisi 62 (enam puluh dua) kabupaten daerah tertinggal
tahun 2020-2024 saat ini berdasarkan capaian tahun 2019 indikator
makro Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rata-rata daerah tertinggal
yaitu 58,91 (lima puluh delapan koma sembilan satu) dan nasional yaitu
71,92 (tujuh puluh satu koma sembilan dua) sedangkan daerah tertinggal
yang telah terentaskan tahun 2019 relatif lebih baik dengan IPM sebesar
65,64 (enam puluh lima koma enam empat). Persentase Penduduk Miskin
(PPM) daerah tertinggal pada tahun 2019 yaitu 25,85% (dua puluh lima
koma delapan lima persen) jauh lebih tinggi dari angka daerah tertinggal
yang telah terentaskan tahun 2019 yaitu 14,01% (empat belas koma nol
satu persen) dan nasional yaitu 9,22% (sembilan koma dua dua persen).

Gambar 1.3
Grafik Capaian Indikator Makro Daerah Tertinggal Tahun 2019

Faktor ekonomi menjadi permasalahan di setiap wilayah daerah


tertinggal. Rendahnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita
masyarakat di daerah tertinggal yang sebagian besar masyarakatnya
bekerja di sektor pertanian. Rendahnya kemampuan sumber daya
manusia, dengan keterampilan tenaga kerja yang terbatas dalam
mengolah dan memberikan nilai tambah terhadap hasil pertanian atau
produk ungggulan daerahnya. Selain itu, karakteristik daerah di daerah
tertinggal didominasi oleh wilayah pegunungan, kepulauan, dan daerah
rawan bencana yang mengakibatkan sulitnya aksesibilitas menuju atau
keluar daerah tertinggal. Hal tersebut menjadi permasalahan pemerintah
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk dapat
memenuhi standar minimal pelayanan sarana-prasarana dasar di daerah
tertinggal. Rendahnya pendapatan asli daerah di daerah tertinggal juga
menjadi permasalahan karena pembiayaan pembangunan daerah masih
bergantung pada pemerintah pusat.
- 27 -

Berdasarkan permasalahan pembangunan di daerah tertinggal,


secara umum dapat dirumuskan isu strategis percepatan pembangunan
daerah tertinggal yakni rendahnya perekonomian masyarakat, rendahnya
aksesibilitas, kurang tersedianya sarana-prasarana, rendahnya sumber
daya manusia, rendahnya kemampuan keuangan daerah, dan berbagai
keterbatasan pada wilayah dengan karakteristik tertentu di daerah
tertinggal. Oleh karena itu, pembangunan daerah tertinggal dalam 5
tahun kedepan akan difokuskan pada penanganan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Rendahnya perekonomian masyarakat
Belum optimalnya pengelolaan potensi sumber daya lokal dalam
pengembangan perekonomian daerah tertinggal. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya kemampuan permodalan, penguasaan teknologi,
informasi pasar dan investasi dalam pengembangan produk unggulan
daerah, dan rendahnya kapasitas kelembagaan pemerintah daerah
dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya lokal.
2. Rendahnya kualitas sumber daya manusia
Kondisi ini ditandai masih rendahnya beberapa indikator terkait
dengan pembangunan sumber daya manusia dan kesejahteraan
sosial, yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sumber daya
manusia merupakan modal utama dalam pembangunan nasional.
Oleh karena itu, kualitas SDM harus terus ditingkatkan sehingga
mampu memberikan daya saing yang tinggi. Upaya tersebut dapat
dilakukan dengan pengendalian penduduk, peningkatan taraf
pendidikan, dan peningkatan derajat kesehatan dan gizi masyarakat.
Masih rendahnya IPM dan masih tingginya angka kemiskinan dan
pengangguran serta aktivitas ekonomi yang masih rendah di daerah
tertinggal mengakibatkan masih rendahnya produktivitas masyarakat
di daerah tertinggal. Untuk meningkatkan produktivitas masyarakat
di daerah tertinggal dapat dilakukan melalui pemberdayaan, baik
pemberdayaan dari aspek ekonomi, sosial, dan kelembagaan.
3. Terbatasnya sarana dan prasarana
Permasalahan yang mendasar di daerah tertinggal adalah rendahnya
tingkat ketersediaan infrastruktur sarana dan prasarana dasar publik.
Hal tersebut menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal sulit
mendapatkan akses pelayanan dasar yang layak, seperti pendidikan,
kesehatan, air bersih, infrastruktur transportasi, listrik dan
telekomunikasi. Rendahnya akses pelayanan dasar berdampak pada
rendahnya kualitas sumber daya manusia dan lemahnya
perekonomian di daerah tertinggal.
4. Rendahnya kemampuan keuangan daerah
- 28 -

Masih rendahnya angka kemandirian fiskal akibat minimnya


kapasitas pengelolaan keuangan daerah dan rendahnya kualitas
belanja daerah sehingga belum mampu mengoptimalkan pemanfaatan
sumber pendapatan asli daerah.
Regulasi yang tidak/belum memihak terhadap percepatan
pembangunan daerah tertinggal menimbulkan disharmoni antar
kebijakan, inefisiensi, dan kontra produktif, sehingga upaya akselerasi
atau percepatan pembangunan daerah tertinggal menjadi terhambat.
Oleh karena itu, perlu adanya revisi terhadap beberapa regulasi yang
tidak sejalan dengan upaya percepatan pembangunan daerah
tertinggal serta mendorong regulasi yang memberikan perlakuan
khusus/insentif terhadap investasi. Pemberian insentif terhadap
sektor swasta dan pelaku usaha merupakan kebijakan non fiskal
untuk mendorong peningkatan investasi di daerah tertinggal.
5. Rendahnya aksesibilitas
Tingginya kesenjangan antar wilayah disebabkan keterbatasan
aksesibilitas dan konektivitas antar wilayah dan jaringan jalan dan
jembatan serta jaringan transportasi yang belum menjangkau banyak
wilayah pemukiman penduduk sehingga pelayanan dasar belum
dirasakan sebagian besar masyarakat.
Daerah tertinggal yang notabene sebagian besar adalah daerah
hinterland dari pusat-pusat pertumbuhan merupakan daerah dengan
tingkat aksesibiltas rendah, karena keterbatasan infrastruktur
wilayah, terutama infrastruktur transportasi, komunikasi, dan energi.
Perkembangan daerah tertinggal rendah dan lambat karena masih
lemahnya konektivitas antarwilayah, terutama antar daerah tertinggal
dan pusat pertumbuhan wilayah.
6. Karakteristik daerah
Kurang optimalnya penanganan daerah khusus seperti masih
tingginya gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban umum di
daerah perbatasan serta pencegahan, penanganan dan rehabilitasi
bencana, pengembangan pulau kecil dan terluar serta daerah
perbatasan dan wilayah strategis. Masih rendahnya kesadaran dalam
pengelolaan sumber daya alam yang dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan sebagai akibat eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan, dan ketergantungan dalam hal pangan, energi, keuangan,
dan teknologi. Negara tidak mampu memanfaatkan kandungan
kekayaan alam yang besar, baik yang berwujud maupun bersifat non-
fisik bagi kesejahteraan rakyatnya.
- 29 -

BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN

2.1. Visi
Visi pembangunan Indonesia pada RPJMN Tahun 2020-2024 adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan
makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung
oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Visi Presiden dan Wakil Presiden
untuk dapat mencapai Visi pembangunan Indonesia adalah:
“Terwujudnya Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian, berlandaskan gotong-royong”. Adapun visi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
tahun 2020-2024 adalah: “Terwujudnya perdesaan yang memiliki
keunggulan kolaboratif dan daya saing secara berkelanjutan dalam
Mendukung Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian, Berlandaskan Gotong-Royong”.
Pengertian dari visi tersebut adalah:
a. Perdesaan adalah wilayah desa, kawasan perdesaan, dan kawasan
transmigrasi baik di daerah tertinggal maupun di daerah tidak
tertinggal yang menjadi urusan pemerintahan serta menjadi
kewenangan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi.
b. Keunggulan Kolaboratif adalah kondisi yang diharapkan agar
perdesaan memiliki kemampuan untuk membentuk kemitraan
dengan wilayah/kawasan lainnya yang efektif, bermanfaat, dan saling
menguntungkan untuk lebih meningkatkan keunggulan daya saing.
c. Berkelanjutan adalah pembangunan desa, kawasan perdesaan,
kawasan transmigrasi dan daerah tertinggal yang memiliki ketahanan
ekonomi, sosial dan ekologi yang sejalan dengan arah pembangunan
berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
d. Keunggulan Daya Saing adalah kondisi yang diharapkan agar
perdesaan di Indonesia memiliki kinerja yang lebih baik dalam
meningkatkan nilai tambah dibandingkan dengan negara lainnya baik
di tingkat regional maupun internasional.
e. Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian,
berlandaskan gotong-royong: merupakan visi Presiden dan Wakil
- 30 -

Presiden yang wajib didukung oleh visi Kementerian Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Visi percepatan pembangunan daerah tertinggal merupakan bagian
dari visi pembangunan yang dicanangkan oleh presiden maupun visi
dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi. Percepatan pembangunan daerah tertinggal hanyalah
merupakan salah satu instrumen untuk mencapai visi Presiden
maupun visi Kementerian.
2.2. Misi
Visi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Tahun 2020-2024 akan dapat dicapai melalui misi sebagai
berikut:
a. Mempercepat pembangunan desa dan perdesaan yang berkelanjutan;
b. Mengembangkan ekonomi dan investasi desa dan perdesaan, daerah
tertinggal, dan kawasan transmigrasi;
c. Menyerasikan kebijakan dan program percepatan pembangunan
daerah tertinggal;
d. Menyelenggarakan pembangunan dan pengembangan kawasan
transmigrasi;
e. Menyusun dan merumuskan pengembangan daya saing desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan kawasan transmigrasi berbasis data
dan informasi yang akurat;
f. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan pemberdayaan
masyarakat desa dan perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi;
dan
g. Meningkatkan penatakelolaan pemerintahan yang baik.
Percepatan pembangunan daerah tertinggal sebagai sebuah
instrumen dalam rangka mencapai visi Presiden maupun visi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,
maka tidak dapat berdiri sendiri, akan tapi memiliki keterkaitan dengan
beberapa visi lainnya, yaitu:
1. Meningkatkan penatakelolaan ekonomi dan investasi perdesaan
2. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia perdesaan
3. Membangun kolaborasi antara kawasan perdesaan dengan pusat-
pusat pertumbuhan dan kawasan lainnya
4. Penguatan sinergi program dan kegiatan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah
5. Meningkatkan penatakelolaan pemerintahan yang baik dan bersih
- 31 -

2.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada tahun 2020-2024 sesuai dengan visi
dan misi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, sebagai berikut:
1. Mendorong terwujudnya desa berkembang dan mandiri, serta
kolaborasi perdesaan dengan perkotaan melalui pengembangan
kawasan perdesaan secara berkelanjutan.
2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi di desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan kawasan transmigrasi.
3. Berkurangnya jumlah daerah tertinggal.
4. Terwujudnya kawasan transmigrasi sebagai satu kesatuan sistem
pengembangan dalam mendukung pertumbuhan wilayah.
5. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan dalam pengembangan
daya saing melalui kreativitas dan teknologi berbasis ilmu
pengetahuan, data dan informasi dalam pembangunan desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi.
6. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.
7. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang agile, efektif, efisien dan
terpercaya.
Berkurangnya jumlah daerah tertinggal, juga diharapkan mampu
untuk dapat mencapai tujuan lainnya secara simultan, yaitu:
1. Mendorong terwujudnya desa berkembang dan mandiri, serta
kolaborasi perdesaan dengan perkotaan melalui pengembangan
kawasan perdesaan secara berkelanjutan.
2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi di desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan kawasan transmigrasi.
3. Terwujudnya kawasan transmigrasi sebagai satu kesatuan sistem
pengembangan.
4. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan dalam pengembangan
daya saing melalui kreativitas dan teknologi berbasis ilmu
pengetahuan, data dan informasi dalam pembangunan desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan transmigrasi.
5. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.
- 32 -

6. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang agile, efektif, efisien dan


terpercaya.
2.4. Sasaran
Sasaran strategis percepatan pembangunan daerah tertinggal 2020-
2024 dalam rangka mencapai tujuan berkurangnya jumlah daerah
tertinggal, yaitu:
1. Mengentaskan 25 kabupaten dari 62 kabupaten daerah tertinggal di
tahun 2024 (Tabel 6).
2. Menurunnya penduduk miskin di daerah tertinggal sebesar 23,5-24
%.
3. Meningkatnya rata-rata IPM di daerah tertinggal menjadi 62,2-62,7.
4. Terlaksananya pembinaan kepada 62 kabupaten daerah tertinggal
entas tahun 2015-2019.

Tabel 2.1
Proyeksi Sasaran Daerah Tertinggal Entas Tahun 2020-2024

2020 2021 2022 2023 2024

Kupang* Boven Belu* Alor* Sumba


Digoel* Tengah
Nabire* Pesisir Maluku Lembata* Seram
Barat* Tenggara Bagian
Barat* Barat*
Supiori* Sumba Tojo Una- Malaka Timor Tengah
Timur* Una* Selatan
Musi Rawas Kep. Sumba Sorong Rote Ndao*
Utara* Mentawai* Barat* Selatan*
Donggala* Sigi* Keerom* Maluku Kep. Aru
Barat Daya
Kep. Sula* Teluk Manokwari Seram
Bintuni* Selatan* Bagian Timur
Lombok Teluk
Utara* Wondama
Sorong*

Keterangan :
*) 25 Kabupaten target di RPJMN 2020-2024
- 33 -

BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI,
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian


Penyelenggaraan pembangunan desa, perdesaan, kawasan
transmigrasi dan percepatan pembangunan daerah tertingal dalam RPJM
tahun 2020-2024 diarahkan untuk melaksanakan salah satu agenda
pembangunan dalam mengembangkan wilayah untuk mengurangi
kesenjangan. Arah kebijakan dan strategi Kemendesa, PDT, dan
Transmigrasi disajikan pada Tabel 8.

Tabel 3.1
Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Tahun 2020-2024

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan konektivitas intra Mengembangkan aksesibilitas dan


dan antar perdesaan infrastruktur berbasis komoditas
unggulan

Meningkatkan akses transportasi


perdesaan dengan pusat-pusat
kegiatan dan pusat pertumbuhan
ekonomi lokal/wilayah, dan akses
masyarakat terhadap fasilitas
pelayanan dasar

Keterpaduan rantai pasok dan rantai


nilai berbasis komoditas unggulan

Peningkatan kapasitas sistem, Peningkatan kapasitas sistem untuk


kelembagaan, dan sumberdaya mempercepat pembangunan
manusia perdesaan (Desa, perdesaan yang efektif dan efisien
daerah tertinggal, dan
transmigrasi) yang unggul Peningkatan kompetensi
sumberdaya manusia, yaitu
kompetensi teknis, metodologis,
sosial, dan personal dalam rangka
menyongsong revolusi industri 4.0
- 34 -

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan kapasitas kelembagaan


dari mulai desa sampai pusat

Peningkatan kapasitas masyarakat


perdesaan dalam pemanfaatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi

Mengembangkan pendidikan
berbasis keterampilan dan
kewirausahaan

Mengembangkan system
pembelajaran berbasis online
melalui model Akademi Desa 4.0

Peningkatan peran gender dalam


pembangunan perdesaan

Peningkatan kapasitas sistem, Peningkatan kapasitas sistem untuk


kelembagaan, dan sumberdaya mempercepat pembangunan
manusia perdesaan (Desa, perdesaan yang efektif dan efisien
daerah tertinggal, dan
transmigrasi) yang unggul Peningkatan kompetensi
sumberdaya manusia, yaitu
kompetensi teknis, metodologis,
sosial, dan personal dalam rangka
menyongsong revolusi industri 4.0

Peningkatan kapasitas kelembagaan


dari mulai desa sampai pusat

Peningkatan kapasitas masyarakat


perdesaan dalam pemanfaatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi

Mengembangkan pendidikan
berbasis keterampilan dan
kewirausahaan

Mengembangkan system
pembelajaran berbasis online
melalui model Akademi Desa 4.0
- 35 -

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Peningkatan peran gender dalam


pembangunan perdesaan

Peningkatan investasi produk Peningkatan iklim investasi yang


unggulan perdesaan (Desa, kondusif di perdesaan
daerah tertinggal, dan
transmigrasi) Mempermudah administrasi
perizinan usaha, penyediaan
informasi untuk lahan dan modal,
juga pemasaran dan ekspor

Fasilitasi dalam pengembangan


Bumdesa dan Bumdesa Bersama
sebagai kelembagaan ekonomi di
perdesaan

Pengembangan produk unggulan


Kawasan perdesaan berbasis
pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan dan kelautan, industri
pertanian berbasis pertanian (agro-
based industry), kepariwisataan
serta ekonomi kreatif

Pengembangan kerjasama dan


kemitraan usaha

Peningkatan start-up business


perdesaan khususnya untuk kaum
muda dan milenial

Fasilitasi pengembangan Desa


Wisata

Fasilitasi, pembinaan, maupun


pendampingan dalam
pengembangan usaha, bantuan
permodalan/kredit, kesempatan
berusaha, pemasaran dan
kewirausahaan

Pengembangan teknologi untuk


kegiatan produksi, pengolahan,
- 36 -

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Pengembangan teknologi tepat pemasaran, distribusi, dan


guna, teknologi tinggi dan pembiayaan
teknologi digital
Integrasi data dan informasi
perdesaan baik numeric maupun
spasial

Meningkatkan ketersediaan
prasarana teknologi telekomunikasi

Pengembangan e-commerce, e-
logistic dan fintech di perdesaan
melalui Desa Digital

Peningkatan keberlanjutan Menata ruang perdesaan untuk


pembangunan perdesaan melindungi lahan pertanian dan
berwawasan lingkungan menekan alih fungsi lahan produktif
dan lahan konservasi

Pembangunan perdesaan yang


ramah lingkungan, selaras dengan
alam, dan pemanfaatan pengolahan
limbah melalaui prinsip 3R (reuse,
reduce, recycle)

Menjamin pelaksanaan distribusi


lahan dan hak atas tanah bagi
petani, buruh lahan, dan nelayan

Menyiapkan kebijakan tentang


akses dan hak desa untuk mengelola
sumber daya alam berskala lokal
termasuk pengelolaan hutan negara
oleh desa berorientasi pada
keseimbangan lingkungan hidup
dan berwawasan mitigasi bencana
untuk meningkatkan produksi
pangan dan mewujudkan ketahanan
pangan

Penguatan pembangunan desa,


perdesaan dan transmigrasi dalam
mendukung ketahanan pangan
- 37 -

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI


nasional khususnya program food
estate.

Menguatkan kapasitas masyarakat


desa dan masyarakat adat dalam
mengelola dan memanfaatkan
sumber daya alam lahan dan
perairan, serta lingkungan hidup
desa termasuk desa pesisir secara
berkelanjutan

Peningkatan dan pemanfaatan Memanfaatkan modal sosial budaya


modal sosial budaya untuk untuk meningkatkan kreativitas
pembangunan perdesaan. (Desa, untuk pengembangan produk
daerah tertinggal, dan unggulan perdesaan
transmigrasi)
Peningkatan pemanfaatan modal
sosial budaya dalam rangka
meningkatkan kerekatan
masyarakat

Perlibatan pelaku seni dan budaya


untuk mendukung pengembangan
produk unggulan perdesaan (Desa,
daerah tertinggal, dan transmigrasi)

Memberi pengakuan, penghormatan,


perlindungan, dan pemajuan hak-
hak masyarakat adat

Meningkatkan kapasitas dan


partisipasi masyarakat termasuk
perempuan, anak, pemuda dan
penyandang disabilitas melalui
fasilitasi, pelatihan, dan
pendampingan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan monitoring
pembangunan desa

Peningkatan sinergitas dan Peningkatan sinergitas dan


kolaborasi pembangunan sinkronisasi program/kegiatan
perdesaan (Desa, daerah antar Kementerian Lembaga dan
Daerah (Provinsi, Kabupaten/ Kota,
dan Desa), melalui penyusunan
- 38 -

ARAH KEBIJAKAN STRATEGI


tertinggal, dan transmigrasi) Grand Design Kawasan Perdesaan
antar K/L/D/M untuk pedoman bagi seluruh
stakeholders

Penguatan mekanisme koordinasi


Pusat dan Daerah

Meningkatkan keterpaduan
perencanaan, pemrograman dan
penganggaran, monitoring dan
evaluasi

Mengembangkan kolaborasi antar


desa, antar daerah, dan antar
pemerintah-perguruan
tinggi/lembaga penelitian-
masyarakat dunia usaha

Melanjutkan pembangunan
Kawasan Perdesaan dan Kawasan
Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN)

Peningkatan kualitas Reformasi Meningkatan pengawasan dan


Birokrasi akuntabilitas aparatur

Meningkatkan dukungan
manajemen

Meningkatkan pengembangan SDM


aparatur

Meningkatkan dukungan kebijakan


strategis, inovasi serta data dan
informasi.
sumber: Renstra Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (2020)

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Bidang Percepatan Pembangunan Daerah


Tertinggal
` Arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal difokuskan pada:
1. Pengembangan perekonomian masyarakat melalui; (a) fasilitasi dalam
pengembangan prukades di daerah tertinggal sesuai dengan
komoditas utama, (b) pelatihan pemasaran dan promosi secara digital,
(c) fasilitasi akses permodalan melalui crowdfunding dan peer to peer
- 39 -

lending, (d) membuka peluang pasar ekspor, serta kegiatan


pendukung lainnya berkolaborasi bersama mitra, (e) pemberdayaan
dan pendampingan ekonomi melalui Bumdes dan Bumdesma, (f)
penguatan daya saing produk kelautan, kehutanan, perkebunan,
pertanian melalui penyediaan sarana dan prasarana, (g) pengelolaan
sumber daya alam melalui perlindungan dan pemanfaatan kawasan
konservasi dan keanekaragaman hayati berwawasan lingkungan
berkelanjutan, (h) pengembangan pariwisata berbasis alam, budaya
dan ekonomi kreatif.
2. Peningkatan SDM melalui; (a) peningkatan kualitas tenaga kesehatan
dan guru serta meningkatkan layanan yang ada dengan dukungan
teknologi di bidang terkait, (b) pemberdayaan masyarakat dengan
peningkatan sarana bidang kesehatan, (c) peningkatan kapasitas
tenaga kesehatan dalam pembinaan gizi masyarakat dan
pendayagunaan dokter, (d) peningkatan kesehatan masyarakat,
penyehatan lingkungan dan penguatan intervensi stunting, (e)
pengembangan dan perluasan kesempatan kerja dengan skema padat
karya.
3. Percepatan pembangunan sarana-prasarana/infrastruktur wilayah
untuk; (a) pemenuhan layanan dasar dan pencapaian SPM, (b)
peningkatan konektivitas dan sistem logistik antarwilayah, (c)
peningkatan infrastruktur konektivitas laut dan darat, (d)
pemanfaatan teknologi dan informasi untuk mendukung PPDT dengan
pengembangan ekonomi digital serta pemanfataan pada layanan
pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik lainnya.
4. Memperhatikan karakteristik masing-masing daerah dengan strategi
pengembangan; (a) peningkatan ketangguhan dan kemandirian
daerah tertentu melalui pengembangan sosial, ekonomi dan kawasan
sesuai karakteristik wilayah, (b) mitigasi dan rehabilitasi daerah
rawan bencana serta pengelolaan lingkungan berkelanjutan, (c)
rehabilitasi sosial dan ekonomi melalui peningkatan kapasitas
pemberdayaan masyarakat.
5. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui; (a) pengembangan
produk unggulan daerah non migas, pariwisata, fasilitasi penerapan
belanja APBD, (b) peningkatan kapasitas ASN dan penguatan
kelembagaan masyarakat desa, (c) penerapan inovasi daerah untuk
mendukung iklim investasi.
6. Pembinaan terhadap daerah tertinggal entas Tahun 2019 melalui
peningkatan daya saing dan kerja sama dalam bidang ekonomi,
- 40 -

kesehatan, dan pendidikan untuk mendukung kemajuan dan


kemandirian daerah;
7. Penanganan dan pemulihan ekonomi daerah pasca pandemi Covid-19
melalui pencegahan dan pendekatan kesehatan, pemenuhan
kebutuhan dasar dan jaring pengaman sosial, peningkatan ketahanan
sosial ekonomi masyarakat, revitalisasi ekonomi perdesaan dan
daerah tertinggal yang terintegrasi dalam program pemulihan ekonomi
daerah dan nasional.
Upaya pengentasan daerah tertinggal bersifat multidimensi, sehinggal
perlu dilakukan dengan strategi kolaboratif yang melibatkan lintas sektor
dan lintas pelaku, meliputi pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
melalui pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta dukungan
pelaku usaha/mitra termasuk keterlibatan masyarakat di tingkat desa.
Adapun strategi dan kolaborasi dalam percepatan pembangunan daerah
tertinggal dapat dilihat pada Gambar 4.
- 41 -

Gambar 3.1
Strategi dan Kolaborasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Tahun 2020-2024

Berikut adalah strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal


untuk 5 (lima) tahun ke depan:
1. Peningkatan ekonomi masyarakat melalui:
a. Peningkatan keterkaitan dan integrasi pengembangan ekonomi
wilayah dengan kawasan strategis, seperti KEK
b. Pengembangan produk unggulan
c. Pengembangan pariwisata
d. Pemberdayaan, pendampingan, dan peningkatan keterampilan
masyarakat
e. Peningkatan nilai tambah dan ekspor
2. Peningkatan sumber daya manusia melalui :
- 42 -

a. Pemanfaatan teknologi untuk kesehatan, pendidikan, dan


keterampilan
b. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pendidikan (online
dan offline)
c. Mendorong kegiatan aksi cegah stunting
d. Koordinasi K/L untuk pemihakan distribusi tenaga kesehatan
3. Peningkatan sarana dan prasarana melaui :
a. Peningkatan aksesibilitas dan sarana prasarana kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi
b. Penyediaan energi listrik
c. Air bersih, sanitasi, dan perumahan
d. Telekomounikasi
4. Peningkatan kapasitas keuangan daerah melaui :
a. Peningkatan kapasitas ASN untuk mengoptimalkan sumber daya
ekonomi daerah
b. Peningkatan APBD Non Migas seperti pertanian, perkebunan,
perikanan, wisata, dll
c. Perbaikan tata kelola keuangan daerah
d. Pemanfaatan media komunikasi dan sistem informasi dalam
menunjang efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas
5. Peningkatan aksesibilitas melalui :
a. Meningkatkan konektivitas antarwilayah, antara lain Tol Laut,
Jembatan Udara, Pelabuhan, Bandara;
b. Membangun sarana dan prasarana jalan dan jembatan
6. Peningkatan karakteristik daerah melalui :
a. Rehabilitasi dan mitigasi daerah rawan bencana
b. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
c. Pengembangan pulau kecil terluar, rawan pangan, daerah
perbatasan, dan pasca konflik
d. Pemberdayaan, pendampingan, dan pembinaan masyarakat adat
dan hutan
Dalam rangka menjalankan kebijakan dan strategi tersebut, Program
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal menjadi 2 (dua) bagian:
1. Implementasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Tahun
2020
a. Program Pengembangan Daerah Tertentu dengan 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Ditjen PDTu;
2) Kegiatan Pengembangan Daerah Rawan Pangan;
3) Kegiatan Pengembangan Daerah Perbatasan;
4) Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Bencana;
5) Kegiatan Penanganan Daerah Pasca Konflik;
- 43 -

6) Kegiatan Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar.


b. Program Pembangunan Daerah Tertinggal dengan 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Ditjen PDT;
2) Kegiatan Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal;
3) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia;
4) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan
Hidup;
5) Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana;
6) Kegiatan Pengembangan Ekonomi Lokal.
2. Implementasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di Tahun
2021-2024
Setelah terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, maka dilakukan penggabungan 2 (dua)
Unit Kerja Eselon I yaitu Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah
Tertentu dengan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
menjadi Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal (Ditjen PPDT). Maka mulai tahun 2021-2024 Direktorat
Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal memiliki 2 (dua)
program, yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen, dengan 1 kegiatan yaitu Kegiatan
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
PPDT;
2. Program Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan
Transmigrasi, dengan 1 (satu) kegiatan yaitu kegiatan Daerah
Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan Transmigrasi.
3.3. Kerangka Regulasi
Kerangka regulasi yang diperlukan dalam mencapai sasaran strategis
pembangunan bidang percepatan pembangunan daerah tertinggal pada
tahun 2020-2024 berupa regulasi yang merupakan delegasi dari
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Adapun
regulasi yang dibutuhkan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
fungsi Ditjen PPDT, baik untuk mengisi kekosongan hukum maupun
untuk melaksanakan kewenangan di bidang percepatan pembangunan
daerah tertinggal. Kerangka regulasi yang diperlukan mengacu kepada
konteks kewenangan urusan pemerintahan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
- 44 -

Berdasarkan hasil identifikasi isu-isu strategis serta penelusuran


terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, selengkapnya
kerangka regulasi yang diperlukan untuk melaksanakan Renstra
Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun
2020-2024 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.2
Regulasi Yang Diperlukan Untuk mendukung
Pelaksanaan Renstra Ditjen PPDT

Target
Kebutuhan
No. Urgensi Pembentukan Penyelesaian
Regulasi
(Tahun)

1. Peraturan Penyesuaian terhadap 2022


Pemerintah Nomor perubahan tugas dan fungsi
78 Tahun 2014 pada direktorat jenderal
tentang Percepatan yang membidangi
Pembangunan pembangunan daerah
Daerah Tertinggal tertinggal

2. Peraturan Presiden Menjalankan delegasi dari 2020


tentang Penetapan Pasal 6 ayat (3) Peraturan
Daerah Tertinggal Pemerintah Nomor 78
Tahun 2020-2024 Tahun 2014 tentang
Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal untuk
menetapkan regulasi
penetapan daerah tertinggal
setiap 5 (lima) tahun sekali

3. Peraturan Presiden Menjalankan delegasi dari 2021


tentang Strategi Pasal 10 ayat (1) Peraturan
Nasional Pemerintah Nomor 78
Percepatan Tahun 2014 tentang
Pembangunan Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal Daerah Tertinggal untuk
Tahun 2020-2024 menetapkan strategi lima
tahun ke depan

4. Peraturan Menteri Mengubah dan 2020


tentang Indikator menyesuaikan dengan
dan Sub-Indikator Pemerintah Nomor 78
Daerah Tertinggal Tahun 2014 tentang
- 45 -

Target
Kebutuhan
No. Urgensi Pembentukan Penyelesaian
Regulasi
(Tahun)
Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal

5. Peraturan Menteri Mengubah dan 2021


tentang tata cara menyesuaikan dengan
Pemantauan dan PermenDesa PDTT Nomor
Evaluasi 11 Tahun 2020 tentang
Percepatan Indikator Penetapan Daerah
Pembangunan Tertinggal
Daerah Tertinggal

6. Peraturan Menteri Menjalankan kewenangan 2020


tentang Pembinaan sesuai Pemerintah Nomor
Daerah Tertinggal 78 Tahun 2014 tentang
yang Sudah Percepatan Pembangunan
Terentaskan Daerah Tertinggal

7. Keputusan Menjalankan delegasi dari 2021-2024


Presiden mengenai Pasal 11 ayat (2) Peraturan
Rencana Aksi Pemerintah Nomor 78
Nasional Tahun 2014 tentang
Percepatan Percepatan Pembangunan
Pembangunan Daerah Tertinggal
Daerah Tertinggal
Tahun 2020 s/d
2024
sumber: Renstra Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (2020)

3.4. Kerangka Kelembagaan


Pada tahun 2020, terdapat 2 (dua) Unit Kerja Eselon (UKE) I sebagai
pelaksana Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yaitu Direktorat
Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) dan Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PDT). Adapun secara
struktural Ditjen PDTu memiliki 6 (enam) Unit Kerja Eselon (UKE) II, yaitu
Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu,
Direktorat Pengembangan Daerah Rawan Pangan, Direktorat
Pengembangan Daerah Perbatasan, Direktorat Penanganan Daerah
Rawan Bencana, Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik, dan
Direktorat Pengembangan Daerah Pulau Kecil dan Terluar. Di sisi lain
Ditjen PDT terdiri dari 6 (enam) Unit Kerja Eselon (UKE) II, yaitu
Sekretariat Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal,
- 46 -

Direktorat Perencanaan dan Identifikasi Dearah Tertinggal, Direktorat


Pengembangan Sumber Daya Manusia, Direktorat Pengembangan
Sumber Daya dan Lingkungan Hidup, Direktorat Peningkatan Sarana dan
Prasarana dan Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal.
Setelah dilaksanakannya restrukturisasi organisasi, nomenklatur
Unit Kerja Eselon (UKE) I pelaksana Percepatan Pembangunan Daerah
Tertinggal dilebur menjadi 1 UKE I menjadi Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT), sebagaimana
diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Jo
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi,
disebutkan bahwa Ditjen PPDT terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Direktorat Penyerasian
Rencana dan Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal,
Direktorat Penyerasian Pembangunan Sosial Budaya dan Kelembagaan
Daerah Tertinggal, Direktorat Penyerasian Pembangunan Sarana dan
Prasarana Daerah Tertinggal, Direktorat Penyerasian Pemanfaatan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Daerah Tertinggal, dan Direktorat
Penyerasian Pembangunan Daerah Khusus.
Adapun Direktorat Penyerasian Rencana dan Program Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyerasian rencana
dan program pembangunan sosial budaya dan kelembagaan,
penyerasian rencana dan program pembangunan sarana dan
prasarana, penyerasian rencana dan program pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan, serta penyerasian rencana dan
program pembangunan daerah khusus;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyerasian rencana dan
program pembangunan sosial budaya dan kelembagaan,
penyerasian rencana dan program pembangunan sarana dan
prasarana, penyerasian rencana dan program pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan, serta penyerasian rencana dan
program pembangunan daerah khusus;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian
rencana dan program pembangunan sosial budaya dan
kelembagaan, penyerasian rencana dan program pembangunan
sarana dan prasarana, penyerasian rencana dan program
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan, serta
penyerasian rencana dan program pembangunan daerah khusus;
dan
- 47 -

d. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.

Berikut struktur organisasi lingkup Dit PRP PPDT sebagaimana


diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2020 tentang Uraian Fungsi
Organisasi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Tugas Kelompok
Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi:
Tabel 3.3
Susunan Organisasi JPT Pratama
dan Kelompok Jabatan Fungsional

JPT Kelompok Sub Kelompok Substansi


PRATAMA Substansi
Direktorat Penyerasian penyerasian rencana dan
Penyerasian rencana dan program pembangunan sosial dan
Rencana dan program budaya
Program pembangunan
penyerasian rencana dan
Percepatan sosial budaya
program pembangunan
Pembangunan dan
kelembagaan
Daerah kelembagaan
Tertinggal
Penyerasian penyerasian rencana dan
rencana dan program pembangunan sarana
program
penyerasian rencana dan
pembangunan
program pembangunan prasarana
sarana dan
dan utilitas
prasarana
Penyerasian penyerasian rencana dan
rencana dan program pemanfaatan sumber daya
program alam
pemanfaatan
penyerasian rencana dan
sumber daya
program pengelolaan lingkungan
alam dan
lingkungan
Penyerasian penyerasian rencana dan
rencana dan program pembangunan kawasan
program perbatasan dan pulau
pembangunan kecil terluar
daerah khusus
penyerasian rencana dan
program kawasan strategis
- 48 -

Kelompok substansi penyerasian rencana dan program


pembangunan sosial budaya dan kelembagaan mempunyai tugas
melaksanakan pemberian pelayanan fungsional dalam penyiapan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan
pelaporan di bidang penyerasian rencana dan program pembangunan
sosial budaya dan kelembagaan daerah tertinggal.

Kelompok substansi penyerasian rencana dan program


pembangunan sosial budaya dan kelembagaan terdiri atas:
a. sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program
pembangunan sosial dan budaya; dan
b. sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program
pembangunan kelembagaan.

(1) Sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program


pembangunan sosial dan budaya mempunyai tugas melakukan
pemberian pelayanan fungsional dalam pelaksanaan penyiapan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan
pelaporan di bidang penyerasian rencana dan program pembangunan
sosial dan budaya daerah tertinggal.
(2) Sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program
pembangunan kelembagaan mempunyai tugas melakukan pemberian
pelayanan fungsional dalam pelaksanaan penyiapan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
penyerasian rencana dan program pembangunan kelembagaan daerah
tertinggal.

Kelompok substansi penyerasian rencana dan program pembangunan


sarana dan prasarana mempunyai tugas melaksanakan pemberian
pelayanan fungsional dalam penyiapan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
penyerasian rencana dan program pembangunan sarana dan prasarana
daerah tertinggal.

Kelompok substansi penyerasian rencana dan program pembangunan


sarana dan prasarana terdiri atas:
a. sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program
pembangunan sarana; dan
b. sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program
pembangunan prasarana dan utilitas.

(1) Sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program


pembangunan sarana mempunyai tugas melakukan pemberian
pelayanan fungsional dalam pelaksanaan penyiapan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
- 49 -

penyerasian rencana dan program pembangunan sarana daerah


tertinggal.
(2) Sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program
pembangunan prasarana dan utilitas mempunyai tugas melakukan
pemberian pelayanan fungsional dalam pelaksanaan penyiapan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan
pelaporan di bidang penyerasian rencana dan program pembangunan
prasarana dan utilitas daerah tertinggal.

Kelompok substansi penyerasian rencana dan program pemanfaatan


sumber daya alam dan lingkungan mempunyai tugas melaksanakan
pemberian pelayanan fungsional dalam penyiapan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
penyerasian rencana dan program pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan daerah tertinggal.

Kelompok substansi penyerasian rencana dan program pemanfaatan


sumber daya alam dan lingkungan terdiri atas:
a. sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program
pemanfaatan sumber daya alam; dan
b. b. sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program
pengelolaan lingkungan.

(1) Sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program


pemanfaatan sumber daya alam mempunyai tugas melakukan pemberian
pelayanan fungsional dalam pelaksanaan penyiapan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
penyerasian rencana dan program pemanfaatan sumber daya alam
daerah tertinggal.
(2) Sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program
pengelolaan lingkungan mempunyai tugas melakukan pemberian
pelayanan fungsional dalam pelaksanaan penyiapan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
penyerasian rencana dan program pengelolaan lingkungan daerah
tertinggal.

Kelompok substansi penyerasian rencana dan program pembangunan


daerah khusus mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan
fungsional dalam penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian rencana
dan program pembangunan daerah khusus di daerah tertinggal.

Kelompok substansi penyerasian rencana dan program pembangunan


daerah khusus terdiri atas:
a. sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program
pembangunan kawasan perbatasan dan pulau kecil terluar; dan
- 50 -

b. b. sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program


kawasan strategis.

(1) Sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program


pembangunan kawasan perbatasan dan pulau kecil terluar mempunyai
tugas melakukan pemberian pelayanan fungsional dalam penyiapan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi dan
pelaporan di bidang penyerasian rencana dan program pembangunan
kawasan perbatasan dan pulau kecil terluar di daerah tertinggal.
(2) Sub kelompok substansi penyerasian rencana dan program kawasan
strategis mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan fungsional
dalam penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta
evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian rencana dan program
kawasan strategis di daerah tertinggal.
- 51 -

Gambar 3.2
Proses Bisnis Direktorat Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
- 52 -

Gambar 3.3
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
- 53 -

Gambar 3.4
Struktur Organisasi dan Penanggung Jawab Kegiatan
Direktorat Penyerasian Rencana dan Program
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

DIREKTORAT
PENYERASIAN
RENCANA DAN
PROGRAM PPDT

SUB BAGIAN
TATA USAHA

KEL. SUBSTANSI PRP KEL. SUBSTANSI PRP KEL. SUBSTANSI PRP


KEL. SUBSTANSI PRP
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMANFAATAN
PEMBANGUNAN
SOSIAL BUDAYA DAN SARANA DAN SUMBER DAYA ALAM
DAERAH KHUSUS
KELEMBAGAAN PRASARANA DAN LINGKUNGAN

Evaluasi Analisis Rancangan Penetapan


RAN PPDT Indikator RAN PPDT RAN PPDT
DT (T-2) (T-1)
- 54 -

BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja


Target kinerja Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
mengacu dan memberikan sumbangan kepada tercapainya sasaran
strategis bidang Pembangunan Daerah Tertinggal yang tercantum dalam
RENSTRA Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi maupun RPJMN 2020-2024. Sasaran Strategis bidang
Pembangunan Daerah Tertinggal menurut RENSTRA Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 2020-2024,
sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1
Target Kinerja Program Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal

Indikator Target
Tujuan/Sasaran
No Kinerja 2020 2021 2022 2023 2024
Strategis
Utama
1 Berkurangnya Berkurangn 62 N/A N/A N/A 37 (25
jumlah daerah ya jumlah Kab.
tertinggal daerah Entas)
tertinggal
Menurunny 26,1 25,29 24,8 24,26 23,75
a penduduk
miskin di
daerah
tertinggal
(%)

Meningkatn 59,5 60,5 61 61,5 62,2


ya rata-rata
IPM di
daerah
tertinggal
sumber: Renstra Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (2020)

Dalam menjalankan sasaran strategis Kemendesa PDTT, Direktorat


Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal memiliki 2 (dua)
program, yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen
Program ini mendukung 3 (tiga) sasaran strategis Kemendesa
PDTT yaitu Meningkatnya pelaksanaan reformasi birokrasi, perbaikan
governance, penyederhanaan regulasi dan penguatan kelembagaan,
- 55 -

tersedianya dokumen kebijakan dan perencanaan pembangunan


perdesaan, inovasi, serta data dan informasi dan meningkatnya
pengawasan, pengendalian mutu dan akuntabilitas aparatur yang
baik serta aturan yang efektif. Output program ini berupa Layanan
Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya yang baik.

2. Program Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan


Transmigrasi.
Program ini mendukung sasaran strategis dalam rangka
mengentaskan daerah tertinggal, dengan output program berupa
Daerah Tertinggal yang diserasikan pembangunannya yang diukur
melalui 3 (tiga) indikator output program yaitu (1) terentaskannya
kabupaten yang termasuk daerah tertinggal, (2) menurunnya
penduduk miskin di daerah tertinggal dan (3) meningkatnya rata-rata
IPM di daerah tertinggal.
Berupa kegiatan penyerasian pembangunan daerah tertinggal,
yang secara teknis dilaksanakan oleh ke 5 (lima) direktorat teknis
lingkup Ditjen PPDT di bawah koordinator Direktorat Penyerasian
Rencana dan Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.
Berikut adalah sasaran kegiatan penyerasian rencana dan program
percepatan pembangunan daerah tertinggal:

Tabel 4.2
Target Kinerja Kegiatan
Penyerasian Rencana dan Program
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Sasaran Kegiatan /
Target Target Target Target
Kode Indikator Kinerja
2021 2022 2023 2024
Kegiatan
01 Tersedianya penyerasian rencana dan program
percepatan pembangunan daerah tertinggal

a Persentase afirmasi 65 70 75 80
rencana
program/kegiatan
Unit Kerja Internal
Kemendesa PDTT
yang dialokasikan di
daerah tertinggal
sesuai dengan
dokumen
Perencanaan PPDT
- 56 -

Sasaran Kegiatan /
Target Target Target Target
Kode Indikator Kinerja
2021 2022 2023 2024
Kegiatan
b Persentase afirmasi 60 70 75 80
rencana
program/kegiatan
K/L/D/M yang
dialokasikan di
daerah tertinggal
sesuai dengan
dokumen
Perencanaan PPDT

c Jumlah dokumen 1 1 1 1
hasil evaluasi
penyelenggaraan
Percepatan
Pembangunan
Daerah Tertinggal

d Jumlah bahan 5 4 5 5
kebijakan dan
regulasi Percepatan
Pembangunan
Daerah Tertinggal
yang ditetapkan
sumber: Ditjen PPDT (2021)
- 57 -

4.2. Kerangka Pendanaan


Pendanaan untuk pelaksanaan percepatan pembangunan daerah
tertinggal tahun 2020-2024 berasal dari Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, sesuai RENSTRA Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Tahun 2020-2024
disajikan pada Tabel 14 yang berdasarkan Rencana Kerja tahun 2021.

Tabel 4.3
Kerangka Pendanaan Kegiatan Penyerasian Rencana dan Program
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal

Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


NO KEGIATAN
2021 2022 2023 2024

Penyerasian
Rencana dan
Program
1 Percepatan 12.646.674.000 8.911.341.000 9.491.377.000 10.109.168.000
Pembangunan
Daerah
Tertinggal

JUMLAH 12.646.674.000 8.911.341.000 9.491.377.000 10.109.168.000


- 58 -

BAB V
PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Penyerasian Rencana dan Program


Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 disusun
dengan berpedoman pada Renstra Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dan Renstra Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, yang mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.
Renstra Direktorat Penyerasian Rencana dan Program PPDT 2020-2024
memuat Visi Misi, Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka
Kelembagaan, Kerangka Regulasi, dan Kerangka Pendanaan dalam periode
tahun 2020-2024.
Rencana Strategis ini akan menjadi acuan utama dalam penyusunan
Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA), sehingga akan lebih
terarah dan terencana dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta
lebih efisien dalam pelaksanaannya, baik dipandang dari aspek pengelolaan
sumber pembiayaan maupun dalam percepatan waktu realisasinya.
Dengan kondisi faktor lingkungan internal dan eksternal yang terus
mengalami perubahan, Renstra ini tidak bersifat kaku dan senantiasa
memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam rangka
peningkatan kapasitas, kerjasama dan loyalitas dalam pelaksanaan tugas
sesuai dengan wewenang yang diberikan, maka komitmen dari semua
aparatur dalam pelaksanaannya sangat diharapkan, sehingga visi misi
yang telah ditetapkan dapat terwujud.

DIREKTUR PENYERASIAN RENCANA


PARAF KOORDINASI DAN PROGRAM
Sesditjen PPDT PERCEPATAN PEMBANGUNAN
Dir. PRP3DT DAERAH TERTINGGAL,
Dir. P2SBK
Dir. P2SP
Dir. P2SDAL
Dir. P2DK RAFDINAL, S.Sos, M.TP
NIP. 19731031 199303 1 002
- -

RENCANA STRATEGIS

DIREKTORAT PENYERASIAN PEMANFAATAN


SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
2020 - 2024
-i-

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
mana atas berkat rahmat dan karunia-Nya Rencana Strategis (Renstra)
Direktorat Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkugan,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya
Dengan tersusunnya Rencana Strategis ini, maka Direktorat
Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan memiliki
acuan dalam penyusunan kebijakan Penyerasian Pemanfaatan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan untuk kurun waktu 4 tahun ke depan.
Selain itu Rencana Strategis ini juga dapat memberikan arah dan
sebagai pedoman strategis bagi seluruh pemangku kebijakan dan
pemangku kepentingan dalam Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Rencana
Strategis ini mulai dari pengumpulan data hingga tersusunnya Rencana
Strategis Direktorat Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi.
Kami juga menyadari Rencana Strategis ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Rencana
Strategis Direktorat Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan.

DIREKTUR
PENYERASIAN PEMANFAATAN
SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Dr. SUMARLAN, S.Pd., M.Si


NIP. 19690305 199503 1 003
- ii -

SISTEMATIKA RENCANA STRATEGIS


DIREKTORAT PENYERASIAN PEMANFAATAN
SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
TAHUN 2020-2024

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Kondisi Umum
1.2. Potensi dan Permasalahan
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN
2.1. Visi
2.2. Misi
2.3. Tujuan
2.4. Sasaran
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Penyerasian
Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
3.2. Kerangka Regulasi
3.3. Kerangka Kelembagaan
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1. Target Kinerja
4.2. Kerangka Pendanaan
BAB V PENUTUP
-1-

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum


Berdasarkan Lampiran Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 disebutkan bahwa masih adanya disparitas kualitas sumber daya
manusia antar wilayah, perbedaan kemampuan perekonomian antar
daerah, serta belum meratanya ketersediaan infrastruktur
antarwilayah serta adanya fakta mengenai kesenjangan antarwilayah.
Di samping itu masih banyaknya kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain,
hal tersebut menunjukkan bahwa pemerataan pembangunan di
Indonesia belum sepenuhnya dapat dicapai.
Pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 Jo
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2020-2024 telah ditetapkan sebanyak 62 kabupaten
tertinggal yang harus ditangani. Penetapan ini merupakan hasil
perhitungan bahwa pada periode RPJMN 2015-2019 berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2015-2019.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014
tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PP PPDT),
Daerah Tertinggal didefinisikan sebagai daerah kabupaten yang
wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan
dengan daerah lain dalam skala nasional. Secara definitif
pembangunan daerah tertinggal adalah suatu proses, upaya, dan
tindakan secara terencana untuk meningkatkan kualitas masyarakat
dan wilayah yang merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Sebagai bentuk afirmasi kebijakan pembangunan di daerah
pinggiran termasuk di dalamnya daerah tertinggal, maka perlu
dilakukan langkah-langkah percepatan. Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal mengandung arti yaitu keberpihakan dan
penajamaan terhadap pembangunan daerah tertinggal di bidang
perencanaan, pendanaan dan pembiayaan, serta penyelenggaraan
pembangunan daerah tertinggal. Adapun penetapan daerah tertinggal
didasarkan pada 6 kriteria utama yaitu ekonomi, sumber daya
manusia, infrastruktur, kapasitas keuangan daerah, aksesibilitas, dan
karakteristik daerah. Hal inilah yang mendasari diperlukannya upaya
pembangunan daerah tertinggal yang terencana dan sistematis agar
-2-

kesenjangan antara daerah tertinggal dan non tertinggal dapat


semakin dikurangi.
Berikut disampaikan capaian kinerja dalam pelaksanaan
percepatan pembangunan daerah tertinggal periode 2015-2019 yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1
Capaian Target Kinerja Pembangunan Daerah Tertinggal
Tahun 2015-2019

BIDANG SATUAN TARGET CAPAIAN KETERANGAN

PEMBANGUNAN
DAERAH
TERTINGGAL
1 Mengentaskan Kab 80 62 Fungsi Kementerian
Kabupaten Desa, PDT, dan
Daerah Tertinggal Transmigrasi dalam
2 Meningkatkan % 6,9-7,1 5,33 percepatan
pembangunan daerah
pertumbuhan tertinggal lebih kepada
ekonomi di aspek koordinasi dan
daerah integrasi kebijakan,
tertinggal program, dan
pelaksanaan sehingga
3 Menurunkan % 15-15,5 17,41 pencapaian kinerja
persentase sangat dipengaruhi
penduduk oleh dukungan
miskin di program dan anggaran
K/L/D/M.
daerah
tertinggal
Meningkatan Poin 62,7 61,23
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
di daerah
tertinggal
sumber: Permendesa nomor 17 Tahun 2020 tentang Renstra Kemendesa PDTT Tahun
2020-2024

Dari tabel di atas terlihat bahwa target capaian kinerja


pengentasan daerah tertinggal tahun 2015-2019 yaitu sebanyak 80
kabupaten. Namun, setelah dilakukan evaluasi akhir di tahun 2019,
terdapat 62 kabupaten entas. dan 60 kabupaten tidak entas. Tidak
tercapainya jumlah kabupaten entas sesuai dengan target RPJMN
Tahun 2015-2019 secara garis besar disebabkan oleh rendahnya
perekonomian masyarakat, terbatasnya sarana prasarana,
terbatasanya aksesibilitas, kualitas sumber daya manusia yang
rendah, keterbatasan kemampuan keuangan daerah, dan karakteristik
-3-

daerah. Untuk mengetahui penyebab ketertinggalan pada kriteria-


kriteria di atas, dilakukan perbandingan capaian 6 kriteria dan 27
indikator kabupaten tidak entas terhadap 415 kabupaten di Indonesia
menggunakan data Podes 2018, Susenas 2018, dan KKD 2016.
Berdasarkan analisis tersebut, diketahui bahwa 10 indikator yang
menjadi ketertinggalan utama pada kabupaten tidak entas adalah
sebagaimana pada table berikut:
Tabel 2
Indikator Yang Menjadi Ketertinggalan Utama
Pada Kabupaten Tidak Entas

No. KRITERIA INDIKATOR

1 Perekonomian Rakyat Pengeluaran Konsumsi Perkapita

2 Perekonomian Rakyat Persentase Penduduk Miskin

3 Sarana dan Prasarana Jumlah desa dengan jenis


permukaan jalan utama terluas
aspal

4 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah tangga Pengguna


Listrik

5 Sarana dan Prasarana Jumlah Prasarana Kesehatan Per


1000 Penduduk

6 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah Tangga Pengguna


Telepon (HP)

7 Sarana dan Prasarana Persentase Rumah tangga Pengguna


Air Bersih

8 Sumber Daya Manusia Angka Harapan Hidup

9 Sumber Daya Manusia Jumlah Dokter Per 1000 Penduduk

10 Kemampuan Keuangan Kemampuan Keuangan Daerah


Daerah
sumber: Ditjen PDT (2020)

Selanjutnya berdasarkan Pasal 30 ayat (3) PP PPDT Jo. Diktum


Ketiga Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 79 Tahun 2019 tentang Penetapan Kabupaten
Daerah Tertinggal Yang Terentaskan Tahun 2015-2019, disebutkan
bahwa Daerah tertinggal yang sudah terentaskan masih dilakukan
pembinaan oleh Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah
Provinsi selama 3 (tiga) tahun sejak ditetapkan sebagai daerah yang
-4-

sudah terentaskan. Berikut rincian daerah tertinggal entas tahun


2015-2019 yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Daerah Tertinggal Yang Terentaskan
Tahun 2015-2019

No. Provinsi Kabupaten


1 Aceh Aceh Singkil
2 Lampung Lampung Barat
3 Sumatera Selatan Musi Rawas
4 Sumatera Barat Pasaman Barat
5 Bengkulu Seluma
6 Sumatera Barat Solok Selatan
7 Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan
8 Sulawesi Tengah Banggai Laut
9 Sulawesi Tenggara Boalemo
10 Sulawesi Tenggara Bombana
11 Sulawesi Tengah Buol
12 Sulawesi Tenggara Gorontalo Utara
13 Sulawesi Selatan Jeneponto
14 Sulawesi Tenggara Konawe
15 Sulawesi Tenggara Konawe Kepulauan
16 Sulawesi Tenggara Mamuju Tengah
17 Sulawesi Tengah Morowali Utara
18 Sulawesi Tengah Parigi Moutong
19 Sulawesi Tenggara Pohuwato
20 Sulawesi Barat Polewali Mandar
21 Sulawesi Tengah Toli-toli
22 Papua Biak Numfor
23 Papua Kepulauan Yapen
24 Papua Merauke
25 Papua Raja Ampat
26 Papua Sarmi
27 Nusa Tenggara Barat Bima
28 Nusa Tenggara Barat Dompu
29 Nusa Tenggara Timur Ende
30 Nusa Tenggara Barat Lombok Barat
31 Nusa Tenggara Barat Lombok Tengah
32 Nusa Tenggara Barat Lombok Timur
33 Nusa Tenggara Timur Manggarai
34 Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat
35 Nusa Tenggara Timur Nagekeo
36 Nusa Tenggara Barat Sumbawa
37 Nusa Tenggara Barat Sumbawa Barat
38 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Utara
-5-

No. Provinsi Kabupaten


39 Maluku Buru
40 Maluku Utara Halmahera Barat
41 Maluku Utara Halmahera Selatan
42 Maluku Utara Halmahera Timur
43 Maluku Maluku Tengah
44 Maluku Utara Pulau Morotai
45 Kalimantan Barat Bengkayang
46 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara
47 Kalimantan Barat Kapuas Hulu
48 Kalimantan Barat Kayong Utara
49 Kalimantan Barat Ketapang
50 Kalimantan Barat Landak
51 Kalimantan Timur Mahakam Ulu
52 Kalimantan Barat Melawi
53 Kalimantan Utara Nunukan
54 Kalimantan Barat Sambas
55 Kalimantan Tengah Seruyan
56 Kalimantan Barat Sintang
57 Jawa Timur Bangkalan
58 Jawa Timur Bondowoso
59 Banten Lebak
60 Banten Pandeglang
61 Jawa Timur Sampang
62 Jawa Timur Situbondo

Adanya Daerah Otonom Baru (DOB) yang masuk kriteria Daerah


Tertinggal Tahun 2020-2024 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4
Daftar Daerah Otonom Baru
yang Menjadi Daerah Tertinggal

Daerah Induk
No. Daerah Otonom Dasar Hukum
Baru
Provinsi Kabupaten
(Kabupaten)
Papua Manokwari No. 23 Tahun 2012
1 Manokwari
Barat
Selatan
Papua Manokwari No. 24 Tahun 2012
2 Pegunungan
Barat
Arfak
sumber: Ditjen PDT (2020)

Untuk Persebaran Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024 terdiri dari


7 kabupaten di Wilayah Sumatera, 14 kabupaten di Wilayah Nusa
-6-

Tenggara, 3 kabupaten di Wilayah Sulawesi, 8 kabupaten di Wilayah


Maluku, dan 30 kabupaten di Wilayah Papua sebagaimana disajikan
pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1
Peta Persebaran Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024
dan Daerah Tertinggal entas Tahun 2015-2019

sumber: Ditjen PDT (2020)

Persebaran lokasi daerah tertinggal berdasarkan Peraturan


Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal
Tahun 2020-2024 secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5
Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024

No. Provinsi Kabupaten


1 Sumatera Utara Nias
2 Sumatera Utara Nias Selatan
3 Sumatera Utara Nias Utara
4 Sumatera Utara Nias Barat
5 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai
6 Sumatera Selatan Musi Rawas Utara
7 Lampung Pesisir Barat
8 Nusa Tenggara Barat Lombok Utara
9 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat
10 Nusa Tenggara Timur Sumba Timur
11 Nusa Tenggara Timur Kupang
12 Nusa Tenggara Timur Timor Tengah Selatan
13 Nusa Tenggara Timur Belu
-7-

No. Provinsi Kabupaten


14 Nusa Tenggara Timur Alor
15 Nusa Tenggara Timur Lembata
16 Nusa Tenggara Timur Rote Ndao
17 Nusa Tenggara Timur Sumba Tengah
18 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Daya
19 Nusa Tenggara Timur Manggarai Timur
20 Nusa Tenggara Timur Sabu Raijua
21 Nusa Tenggara Timur Malaka
22 Sulawesi Tengah Donggala
23 Sulawesi Tengah Tojo Una-una
24 Sulawesi Tengah Sigi
25 Maluku Maluku Tenggara Barat
26 Maluku Kepulauan Aru
27 Maluku Seram Bagian Barat
28 Maluku Seram Bagian Timur
29 Maluku Maluku Barat Daya
30 Maluku Buru Selatan
31 Maluku Utara Kepulauan Sula
32 Maluku Utara Pulau Taliabu
33 Papua Barat Teluk Wondama
34 Papua Barat Teluk Bintuni
35 Papua Barat Sorong Selatan
36 Papua Barat Sorong
37 Papua Barat Tambrauw
38 Papua Barat Maybrat
39 Papua Barat Manokwari Selatan
40 Papua Barat Pegunungan Arfak
41 Papua Jayawijaya
42 Papua Nabire
43 Papua Paniai
44 Papua Puncak Jaya
45 Papua Boven Digoel
46 Papua Mappi
47 Papua Asmat
48 Papua Yahukimo
49 Papua Pegunungan Bintang
50 Papua Tolikara
51 Papua Keerom
52 Papua Waropen
53 Papua Supiori
54 Papua Mamberamo Raya
55 Papua Nduga
56 Papua Lanny Jaya
57 Papua Mamberamo Tengah
-8-

No. Provinsi Kabupaten


58 Papua Yalimo
59 Papua Puncak
60 Papua Dogiyai
61 Papua Intan Jaya
62 Papua Deiyai

Berdasarkan dokumen RPJMN Tahun 2020-2024, kegiatan


pembangunan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, perdesaan, dan
trasmigrasi merupakan salah satu kegiatan prioritas di dalam Prioritas
Nasional 2 (PN 2) yakni mengembangkan wilayah untuk mengurangi
kesenjangan dan menjamin pemerataan.
Lebih rinci dijelaskan bahwa kebijakan dan strategi pembangunan
kewilayahan tahun 2020-2024 antara lain pengembangan kebijakan
dan pelaksanaan pembangunan afirmatif untuk mempercepat
pembangunan daerah tertinggal, kecamatan lokasi prioritas
perbatasan, pulau-pulau kecil terluar dan terdepan, serta kawasan
transmigrasi, melalui:
a. perluasan akses pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan;
b. penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan, air bersih dan
sanitasi, dan listrik;
c. peningkatan konektivitas transportasi darat, sungai, laut dan
udara;
d. pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi sebagai basis
ekonomi digital;
e. perluasan kerjasama dan kemitraan dalam investasi, promosi,
pemasaran dan perdagangan (Gambar 2).

Gambar 2
POSISI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
DALAM RPJMN TAHUN 2020-2024

sumber: Bappenas (2020)


-9-

Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2020 tentang


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Jo Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, disebutkan bahwa Direktorat Jenderal Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT) memiliki tugas untuk
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
penyerasian percepatan pembangunan daerah tertinggal. Sehingga
dalam rangka pencapaian sasaran RPJMN Tahun 2020-2024 lingkup
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
berkomitmen untuk mengentaskan 25 kabupaten dari total 62
kabupaten daerah tertinggal.
Dalam upaya memenuhi target pengentasan daerah tertinggal,
perlu disusun Renstra Ditjen PPDT Tahun 2020-2024 yang mencakup
kondisi umum, potensi dan permasalahan, visi, misi, tujuan, sasaran,
arah kebijakan dan strategi, kerangka regulasi, kerangka
kelembagaan, target kinerja, dan kerangka pendanaan serta indikasi
kegiatan prioritas Ditjen PPDT 2020-2024, sebagai bagian kesatuan
dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal secara
nasional.
- 10 -

1.2. Potensi dan Permasalahan


a. Potensi
Ekosistem pesisir dan keanekaragaman hayati laut, termasuk
pulau- pulau kecilnya menyimpan banyak potensi sumber daya yang
dapat dimanfaatkan sebagai modal pembangunan nasional untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya potensi secara
individual komponen pembentuk ekosistem, seperti mangrove, lamun,
terumbu karang dan ikan karang, namun secara kesatuan mereka
membentuk potensi "services' yang dapat dimanfaatkan untuk
menambah perputaran ekonomi masyarakat pesisir, yaitu dengan
pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan.
Selain menyimpan potensi yang besar, wilayah pesisir dan
pulau- pulau kecil juga menyimpan potensi bahaya yang dapat
membawa bencana apabila kita kurang bijak dalam mengelolanya.
Bencana ini tidak hanya yang terjadi secara alami, seperti gempa bumi
dan tsunami, namun juga akibat ulah manusia dalam melakukan
pembangunan seperti reklamasi atau alih fungsi lahan pesisir yang
tidak ramah lingkungan.
Sebagai negara maritim terbesar di dunia, Indonesia memiliki
kekayaan alam sangat besar dan beragam, baik berupa sumber daya
terbaharukan (perikanan, terumbu karang, padang lamun, hutan
mangrove, rumput laut, dan produk bioteknologi), sumber daya tak
terbaharukan (minyak, gas bumi, timah, bijih besi, bauksit, dan
mineral lainnya), energi kelautan (seperti pasang-surut, gelombang,
angin, Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), maupunjasa-jasa
lingkungan kelautan dan pulau-pulau kecil untuk pariwisata bahari,
transportasi laut, dan sumber keragaman hayati serta plasma nuftah.
Kekayaan alam tersebut menjadi salah satu modal dasar yang harus
dikelola dengan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia.
Indonesia juga mempunyai wilayah lamun dan mangrove yang
luas. Luas ekosistem lamun Indonesia mencapai 293.464 Hektare
(P2O-LIPI, 2018) dan luas ekosistem mangrove seluas 3,31 juta Hektare
(KLHK dan BIG, 2019). Berdasarkan dokumen Indonesian Biodiversity
Strategy and Action Plan 2015-2020, Bappenas (2016), sedikitnya
terdapat 6.158 jenis fauna perairan, 3.630 jenis adalah ikan (bersirip),
echinodermata 651 Jen1s, polychaeta/ cacing laut 527 jenis, karang
596 jenis, dan krustasea (udang dan kepiting) 754 jenis. Biota
perairan tersebut ada yang habitat air laut dan habitat air tawar.
Banyak biota perairan tersebut memiliki status terancam punah di
perairan Indonesia, sehingga pemerintah perlu memberikan perhatian
khusus, prioritas dan intervensi pengelolaan melalui upaya
perlindungan serta pelestarian.

b. Permasalahan
1. Sumber Daya Air
- 11 -

Permasalahan kuantitas sumber daya air adalah tidak


proporsionalnya ketersediaan air dibandingkan dengan jumlah
penduduk di provinsi-provinsi di Indonesia. Sebagai contoh,
sekitar 4,2% dari total ketersediaan air di Indonesia harus
dibagi untuk 56,9% total penduduk Indonesia yang tinggal di
Pulau Jawa. Sebaliknya, untuk penduduk di Maluku dan Papua
yang berjumlah sekitar 2,7% dari total penduduk Indonesia
yang dapat menikmati 31,7% total air yang tersedia. Demikian
juga untuk pengelolaan cadangan air juga masih harus
ditingkatkan, walaupun cadangan air secara nasional masih
dalam kategori aman. Namun cadangan air di pulau Jawa
sudah memasuki status langka, sedangkan pulau Bali dan
Nusa Tenggara sudah termasuk status “stress” dan karenanya
membutuhkan perhatian khusus hingga tahun 2030.

2. Lahan Kritis
Luas lahan kritis (menurut kriteria sangat kritis dan kritis) pada
tahun 2006 adalah seluas 30,19 juta hektar, kemudian dengan
berhasilnya kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, maka pada
tahun 2011 luasnya menurun menjadi 27,29 juta hektar,
bahkan semakin menurun menjadi 24,30 juta hektar pada
tahun 2013. Walaupun jumlah lahan kritis terus menurun,
tetapi jumlahnya masih cukup luas yaitu 14,006 juta hektar
pada tahun 2018. Tren penurunan lahan kritis yang telah
dicapai sampai dengan tahun 2018 ini, sesungguhnya bukan
semata-mata hasil intervensi dalam bentuk program,
melainkan adanya perubahan metode perhitungan kondisi
lahan kritis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Rinciannya
disajikan pada tabel dibawah ini.
- 12 -

Tabel 6
Tren Penurunan Lahan Kritis dari Tahun 2006 hingga Tahun 2018

Luas Lahan Kritis


No Tahun Keterangan
(Juta Ha)

1 200 30,1 ➢ Tahun 2006-2013 kriteria lahan kritis yang


6 9
digunakan adalah sangat kritis dan kritis
2 201 27,2
1 9 ➢ Sedangkan pada tahun 2018 dilakukan
3 201 24,3 penyesuaian kriteria untuk menghitung
3 0
4 201 14,0 luas lahan kritis yaitu dengan parameter
7 1 tutupan lahan, erosi dan kehilangan tanah
berdasarkan Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2014 tentang
Konservasi Tanah dan Air (KTA).

5 201 13,3 Data Direktorat KTA PDASHL (2018) mengenai


8 6
luaslahan kritis yaitu :
➢ Hutan Konservasi 880.772 Ha
➢ Hutan Lindung 2.379.371 Ha
➢ Hutan Produksi 5.109.936 Ha
➢ Kawasan lindung APL 2.234.657 Ha
➢ Kawasan Budidaya pada APL 2.763.383 Ha
Sumber : Ditjen PDASHL 2019.

3. Bencana alam
Bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia selama kurun
waktu 2008- 2016, adalah bencana yang terkait dengan
Hidrometeorologi yaitu bencana yang dipengaruhi oleh cuaca dan
aliran permukaan, meliputi bencana hidrologi (62,5%), diikuti oleh
bencana meteorologi (27,6%), bencana klimatologi (8,8%), dan
bencana geofisik (1,1%). (www.bnpb.go.id). Kemudian, sepanjang
tahun 2017, terdapat 2.341 kejadian bencana dengan rincian
sebagaimana Tabel berikut:
- 13 -

Tabel 7
Kejadian Bencana sepanjang Tahun 2017

No Jenis Kejadian Bencana Jumlah Persentase Ket


Kejadian (%)
1 Banjir 787 33,6
2 Angin Puting Beliung 716 30,6
3 Tanah Longsor 614 26,2
4 KARHUTLA 96 4,1
5 Banjir dan Tanah Longsor 76 3,2
6 Bencana lain, seperti 52 2,3
kekeringan,
gempa bumi, gelombang
pasang,abrasi, letusan
gunung berapi
Total 2.34 100,00
1
Sumber : BNPB. 2017.

Tampak pada tabel di atas bahwa kejadian bencana berupa banjir,


tanah longsor serta banjir bersama-sama dengan tanah longsor
adalah menduduki urutan terbesar yaitu 1.477 kejadian atau
63,09% dari total kejadian bencana, sedangkan sisanya adalah
akibat dari kejadian bencana-bencana yang lainnya.(www.bnpb.go.id).

4. Perubahan Tata Guna Lahan


Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia yang cukup tinggi
menjadi faktor penekanan utama terjadinya perubahan tata guna
lahan, diantaranya adalah peningkatan kebutuhan akan lahan
untuk permukiman/tempat tinggal, pembangunan infrastruktur
dan aktivitas pembangunan lainnya. Oleh karena itu, pada pola
ruang (peruntukkan ruang) dan pemanfaatan ruang di daerah
menurut RTRW-nya, seringkali terjadi perluasan (penambahan dan
peningkatan) secara terus-menerus pada peruntukkan ruang
untuk kawasan budidaya, bahkan peruntukkan ruang untuk
kawasan lindung (ruang terbuka hijau atau wilayah alami) yang
mestinya dipertahankan seringkali terjadi perubahan fungsi atau
alih fungsi menjadi kawasan budidaya. Kondisi ini menimbulkan
dampak lanjutan berupa kerusakan sumber daya alam dan
semakin luasnya daerah/wilayah rawan bencana serta
berkurangnya daya dukung dan daya tamping lingkungan. Untuk
itu, penting sekali untuk melakukan internalisasi RPDAST ke
dalam RTRW kabupaten/kota, agar tercapai harmonisasi dalam
- 14 -

pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang sesuai dengan


peraturan daerah tentang RTRW.
- 15 -

BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN

2.1. Visi
Visi pembangunan Indonesia pada RPJMN Tahun 2020-2024
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,
dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Visi Presiden dan
Wakil Presiden untuk dapat mencapai Visi pembangunan Indonesia
adalah: “Terwujudnya Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian, berlandaskan gotong-royong”. Adapun visi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal tahun 2020-2024
adalah: “Terwujudnya perdesaan yang memiliki keunggulan
kolaboratif dan daya saing secara berkelanjutan dalam Mendukung
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
Berlandaskan Gotong-Royong”.
Pengertian dari visi tersebut adalah:
a. Perdesaan adalah wilayah desa, kawasan perdesaan, dan kawasan
transmigrasi baik di daerah tertinggal maupun di daerah tidak
tertinggal yang menjadi urusan pemerintahan serta menjadi
kewenangan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi.
b. Keunggulan Kolaboratif adalah kondisi yang diharapkan agar
perdesaan memiliki kemampuan untuk membentuk kemitraan
dengan wilayah/kawasan lainnya yang efektif, bermanfaat, dan
saling menguntungkan untuk lebih meningkatkan keunggulan
daya saing.
c. Berkelanjutan adalah pembangunan desa, kawasan perdesaan,
kawasan transmigrasi dan daerah tertinggal yang memiliki
ketahanan ekonomi, sosial dan ekologi yang sejalan dengan arah
pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals
(SDGs).
d. Keunggulan Daya Saing adalah kondisi yang diharapkan agar
perdesaan di Indonesia memiliki kinerja yang lebih baik dalam
meningkatkan nilai tambah dibandingkan dengan negara lainnya
baik di tingkat regional maupun internasional. e. Indonesia maju
yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, berlandaskan
gotong-royong: merupakan visi Presiden dan Wakil Presiden yang
wajib didukung oleh visi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi.
- 16 -

Visi percepatan pembangunan daerah tertinggal merupakan bagian


dari visi pembangunan yang dicanangkan oleh presiden maupun
visi dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi. Percepatan pembangunan daerah tertinggal
hanyalah merupakan salah satu instrumen untuk mencapai visi
Presiden maupun visi Kementerian.
2.2. Misi
Visi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Tahun 2020-2024 akan dapat dicapai melalui misi
sebagai berikut:
a. Mempercepat pembangunan Desa dan Perdesaan yang
berkelanjutan;
b. Mengembangkan ekonomi dan investasi Desa dan Perdesaan,
Daerah Tertinggal, dan kawasan Transmigrasi;
c. Menyerasikan kebijakan dan program percepatan pembangunan
daerah tertinggal;
d. Menyelenggarakan pembangunan dan pengembangan kawasan
transmigrasi;
e. Menyusun dan merumuskan pengembangan daya saing Desa dan
Perdesaan, Daerah Tertinggal, dan kawasan Transmigrasi berbasis
data dan informasi yang akurat;
f. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan pemberdayaan
masyarakat desa dan perdesaan, daerah tertinggal, dan
transmigrasi; dan
g. Meningkatkan penatakelolaan pemerintahan yang baik.
Percepatan pembangunan daerah tertinggal sebagai sebuah
instrumen dalam rangka mencapai visi Presiden maupun visi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, maka tidak dapat berdiri sendiri, akan tapi memiliki
keterkaitan dengan beberapa visi lainnya, yaitu:
1. Meningkatkan penatakelolaan ekonomi dan investasi perdesaan.
2. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia perdesaan.
3. Membangun kolaborasi antara kawasan perdesaan dengan pusat-
pusat pertumbuhan dan kawasan lainnya.
4. Penguatan sinergi program dan kegiatan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
5. Meningkatkan penatakelolaan pemerintahan yang baik dan bersih.
2.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada Tahun 2020-2024 sesuai dengan
visi dan misi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, sebagai berikut:
- 17 -

1. Mendorong terwujudnya Desa Berkembang dan Mandiri, serta


kolaborasi perdesaan dengan perkotaan melalui pengembangan
Kawasan Perdesaan secara berkelanjutan.
2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi di desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan Kawasan transmigrasi.
3. Berkurangnya jumlah daerah tertinggal.
4. Terwujudnya kawasan transmigrasi sebagai satu kesatuan sistem
pengembangan dalam mendukung pertumbuhan wilayah.
5. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan dalam
pengembangan daya saing melalui kreativitas dan teknologi
berbasis ilmu pengetahuan, data dan informasi dalam
pembangunan desa dan perdesaan, daerah tertinggal, dan
transmigrasi.
6. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan
transmigrasi.
7. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang agile, efektif, efisien
dan terpercaya.
Berkurangnya jumlah daerah tertinggal, juga diharapkan mampu
untuk dapat mencapai tujuan lainnya secara simultan, yaitu:
1. Mendorong terwujudnya Desa Berkembang dan Mandiri, serta
kolaborasi perdesaan dengan perkotaan melalui pengembangan
Kawasan Perdesaan secara berkelanjutan.
2. Mendorong tumbuh dan berkembangnya investasi di desa dan
perdesaan, daerah tertinggal, dan Kawasan transmigrasi.
3. Terwujudnya Kawasan Transmigrasi Sebagai Satu Kesatuan Sistem
Pengembangan.
4. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan dalam
pengembangan daya saing melalui kreativitas dan teknologi
berbasis ilmu pengetahuan, data dan informasi dalam
pembangunan desa dan perdesaan, daerah tertinggal, dan
transmigrasi.
5. Terwujudnya sumber daya manusia yang unggul dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat desa, daerah tertinggal dan
transmigrasi.
6. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang agile, efektif, efisien
dan terpercaya.
- 18 -

2.4. Sasaran
Sasaran strategis percepatan pembangunan daerah tertinggal
2020-2024 dalam rangka mencapai tujuan berkurangnya jumlah
daerah tertinggal, yaitu:
1. Mengentaskan 25 kabupaten dari 62 kabupaten daerah tertinggal
di tahun 2024 (Tabel 6).
2. Menurunnya penduduk miskin di daerah tertinggal sebesar 23,5-
24 %.
3. Meningkatnya rata-rata IPM di daerah tertinggal menjadi 62,2-62,7.
4. Terlaksananya pembinaan kepada 62 kabupaten daerah tertinggal
entas tahun 2015-2019.
- 19 -

BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI,
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian


` Arah kebijakan Direktorat Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan difokuskan pada:
1. Pengembangan perekonomian masyarakat melalui: (a) penguatan
daya saing produk kelautan, kehutanan, perkebunan, pertanian
melalui penyediaan sarana dan prasarana, (b) pengelolaan sumber
daya alam melalui perlindungan dan pemanfaatan kawasan
konservasi dan keanekaragaman hayati berwawasan lingkungan
berkelanjutan, dan (c) pengembangan pariwisata berbasis alam,
budaya dan ekonomi kreatif.
2. Peningkatan SDM melalui pengembangan dan perluasan
kesempatan kerja dengan skema padat karya.
3. Memperhatikan karakteristik masing-masing daerah dengan
strategi penguatan mitigasi dan rehabilitasi daerah rawan bencana
serta pengelolaan lingkungan berkelanjutan serta rehabilitasi sosial
dan ekonomi melalui peningkatan kapasitas pemberdayaan
masyarakat.
4. Pembinaan terhadap daerah tertinggal entas Tahun 2019 melalui
peningkatan daya saing dan kerja sama dalam bidang ekonomi dan
pengelolaan sumber daya alam serta lingkungan untuk mendukung
kemajuan dan kemandirian daerah;
5. Penanganan dan pemulihan ekonomi daerah pasca pandemi Covid-
19 melalui pencegahan dan pendekatan kesehatan, pemenuhan
kebutuhan dasar dan jaring pengaman sosial, peningkatan
ketahanan sosial ekonomi masyarakat, revitalisasi ekonomi
perdesaan dan daerah tertinggal yang terintegrasi dalam program
pemulihan ekonomi daerah dan nasional
Berikut adalah strategi Direktorat Penyerasian Pemanfaatan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan untuk 5 (lima) tahun ke depan:
1. Peningkatan ekonomi masyarakat melalui:
a. Pengembangan produk turunan
b. Pengembangan pariwisata
c. Pemberdayaan, pendampingan, dan peningkatan keterampilan
masyarakat

2. Peningkatan sumber daya manusia melalui :


- 20 -

a. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber


daya alam terbarukan dan non terbarukan secara
berkelanjutan
b. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan dan adaptasi iklim secara berkelanjutan
3. Peningkatan karakteristik daerah melalui :
a. Rehabilitasi dan mitigasi daerah rawan bencana
b. Revitalisasi daerah lingkar tambang

Dalam rangka menjalankan kebijakan dan strategi tersebut,


implementasi Kegiatan Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
1. Implementasi Kegiatan di Tahun 2020
a. Program Pengembangan Daerah Tertentu dengan 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Bencana;
b. Program Pembangunan Daerah Tertinggal dengan 6 (enam)
kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan
Hidup;
2. Implementasi Kegiatan di Tahun 2021-2024
Setelah terbitnya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, maka dilakukan
penggabungan 2 (dua) Unit Kerja Eselon I yaitu Direktorat Jenderal
Pengembangan Daerah Tertentu dengan Direktorat Jenderal
Pembangunan Daerah Tertinggal menjadi Direktorat Jenderal
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Ditjen PPDT). Maka
mulai tahun 2021-2024 Direktorat Penyerasian Pemanfaatan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan menjalankan Program Daerah
Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan Transmigrasi,
dengan 1 (satu) kegiatan yaitu kegiatan Daerah Tertinggal,
Kawasan Perbatasan, Perdesaan dan Transmigrasi.

3.3. Kerangka Regulasi


Kerangka regulasi yang diperlukan dalam mencapai sasaran
strategis penyerasian pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
sejalan dengan pembangunan bidang percepatan pembangunan
daerah tertinggal pada tahun 2020-2024 yaitu berupa regulasi yang
merupakan delegasi dari ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi baik di lingkup Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi maupun K/L terkait yang berkenaan dengan Tugas dan
Fungsi Direktorat Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan.
- 21 -

3.4. Kerangka Kelembagaan


Sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun
2020 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Jo Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 15 Tahun 2020 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi, disebutkan bahwa Direktorat Penyerasian
Pemanfaatan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Daerah Tertinggal menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyerasian
pemanfaatan sumber daya alam terbarukan, penyerasian
pemanfaatan sumber daya alam non terbarukan, penyerasian
pengelolaan kebencanaan, penyerasian pengelolaan lingkungan
dan adaptasi iklim dan pengelolaan lingkungan daerah
tertinggal;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyerasian pemanfaatan
sumber daya alam terbarukan, penyerasian pemanfaatan
sumber daya alam non terbarukan, penyerasian pengelolaan
kebencanaan, penyerasian pengelolaan lingkungan dan
adaptasi iklim dan pengelolaan lingkungan daerah tertinggal;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyerasian
pemanfaatan sumber daya alam terbarukan, penyerasian
pemanfaatan sumber daya alam non terbarukan, penyerasian
pengelolaan kebencanaan, penyerasian pengelolaan lingkungan
dan adaptasi iklim dan pengelolaan lingkungan daerah
tertinggal; dan
d. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
- 22 -

Tabel 8
Susunan Organisasi JPT Pratama
dan Kelompok Jabatan Fungsional

JPT Kelompok Sub Kelompok Substansi


PRATAMA Substansi
Direktorat penyerasian penyerasian pemanfaatan
Penyerasian pemanfaatan potensi sumber daya alam
Pemanfaatan sumber terbarukan
Sumber daya alam
penyerasian pengendalian
Daya Alam terbarukan
sumber daya alam terbarukan
dan
Lingkungan penyerasian penyerasian pemanfaatan
Daerah pemanfaatan potensi sumber daya alam
Tertinggal sumber nonterbarukan
daya alam
penyerasian pengendalian
nonterbarukan
pemanfaatan sumber daya alam
nonterbarukan
penyerasian penyerasian mitigasi dan
pengelolaan kesiapsiagaan
kebencanaan
penyerasian penanganan
tanggap darurat dan pasca
bencana
penyerasian penyerasian adaptasi iklim
adaptasi iklim
penyerasian pengelolaan
dan
lingkungan
pengelolaan
lingkungan
- 23 -

Gambar 3
Struktur Organisasi Direktorat Penyerasian Pemanfaatan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Direktur Penyerasian
Pemanfaatan Sumber
Daya Alam dan
Lingkungan

Subbagian Tata Usaha

Kelompok Substansi
Kelompok Substansi Kelompok Substansi Kelompok Substansi
Penyerasian Pemenfaatan
Penyerasian Pemanfaatan Penyerasian Pengelolaan Penyerasian Adaptasi Iklim dan
Sumber Daya Alam Non
Sumber Daya Alam Terbarukan Kebencanaan Pengelolaan Lingkungan
Terbarukan
- 24 -

BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja


Target kinerja Direktorat Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan mengacu dan memberikan sumbangan kepada
tercapainya sasaran strategis program Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal, sasaran strategis bidang Pembangunan Daerah
Tertinggal yang tercantum dalam RENSTRA Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi maupun RPJMN
2020-2024.
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Direktorat Penyerasian
Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, serta mewujudkan
tercapainya kebijakan pada level Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertingal, dan Transmigrasi, Direktorat Penyerasian
Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan menetapkan
sasaran/program, yang merupakan kondisi yang ingin dicapai secara
nyata oleh Direktorat Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan.
Adapun untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaianya,
setiap sasaran kegiatan diukur dengan mengunakan Indikator Kinerja
Ssaran sebagaimana tabel berikut

Tabel 9
Target Kinerja Direktorat Penyerasian Pemanfaatan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Sasaran Kegiatan / Target Target Target Target


Kode
Indikator Kinerja Kegiatan 2021 2022 2023 2024
Terpenuhinya keserasian pelaksanaan pemanfaatan SDA dan pelestarian
lingkungan daerah tertinggal

1. Kordinasi

Jumlah Koordinasi dan


Sosialisasi Penyerasian
Pemanfaatan Sumber Daya
Alam Terbarukan, Sumber 1
a. Daya Alam Non Terbarukan Kegiat - - -
serta Pengelolaan an
Kebencanaan, Lingkungan
dan Adaptasi Iklim di Daerah
Tertinggal

Jumlah Kegiatan Koordinasi 3 3 3


b. Penyerasian Pemanfaatan - Kegiat Kegiat Kegiata
Sumber Daya Alam, an an n
- 25 -

Sasaran Kegiatan / Target Target Target Target


Kode
Indikator Kinerja Kegiatan 2021 2022 2023 2024
Lingkungan dan adaptasi
iklim di Daerah Tertinggal

2. Konservasi Kawasan/Rehabilitasi Ekosistem

Luas Kawasan Ekosistem


45 695 835 995
a. Mangrove yang Direhabilitasi
Hektar Hektar Hektar Hektar
Di Daerah Tertinggal

Luas Lahan yang


Direhabilitasi dalam
20 30 40
b. Penguatan Mitigasi dan -
Hektar Hektar Hektar
Kesiapsiagaan Bencana di
Daerah Tertinggal

3. Fasilitasi dan Pembinaan Masyarakat


Jumlah Masyarakat di
Daerah Tertinggal yang
Ditingkatkan Kapasitasnya
40 600 600 600
a. dalam Pengembangan
Orang Orang Orang Orang
Kawasan Ekosistem
Mangrove

Jumlah Masyarakat di
Daerah Tertinggal yang
Ditingkatkan Kapasitasnya 80
b. - - -
Dalam Pengelolaan Sampah Orang
Berbasis Komunitas

Jumlah Masyarakat yang


Ditingkatkan Kapasitasnya
Dalam Pengembangan Energi 30
c. - - -
Terbarukan di Daerah Orang
Tertinggal

Jumlah Masyarakat Di
Daerah Tertinggal Yang
Ditingkatkan Kapasitasnya 60
d. - - -
Dalam Pengembangan Orang
Perhutanan Sosial

Jumlah Masyarakat di
Daerah Tertinggal Yang
Ditingkatkan Kapasitasnya
40
e. Dalam Pengembangan - - -
Orang
Pertanian Terpadu
(intergrated farming)

Jumlah Masyarakat Di
Daerah Tertinggal yang 50
f. - - -
ditingkatkan Kapasitasnya Orang
dalam Penguatan Mitigasi
- 26 -

Sasaran Kegiatan / Target Target Target Target


Kode
Indikator Kinerja Kegiatan 2021 2022 2023 2024
dan Tanggap Darurat
Kebencanaan

Jumlah Masyarakat dan


Aparatur Pemda yang
200 220 240
g. Ditingkatkan Kapasitasnya -
Orang Orang Orang
dalam Penguatan Mitigasi
dan Kesiapsiagaam Bencana

Jumlah Masyarakat di
Daerah Tertinggal yang
120 135 150
h. Ditingkatkan Kapasitasnya -
orang orang orang
dalam Pengelolaan Kawasan
Mangrove dan Pesisir

4 Sarana Bidang Pertanian, Kehutanan dan Lingkungan Hidup

Jumlah Sarana Kawasan


Ekosistem Mangrove yang
a. 8 Unit - - -
dikembangkan di Daerah
Tertinggal

Jumlah Sarana Pemanfaatan


Perhutanan Sosial yang
b. 2 unit - - -
dikembangkan di Daerah
Tertinggal

Jumlah Sarana Pemanfaatan


Sumber Daya Alam melalui
c. Pengembangan Pertanian 1 Unit - - -
Terpadu (intergrated farming)
di Daerah Tertinggal

Jumlah Sarana Pengelolaan


Sampah Berbasis Komunitas
d. 2 unit - - -
yang dikembangkan di
Daerah Tertinggal

Jumlah Sarana Pengelolaan


Kawasan mangrove dan
e. Pesisir yang Diberikan - 3 Unit 3 Unit 3 Unit
Kepada Masyarakat Di
Daerah Tertinggal

5. Bantuan Peralatan / Sarana

Jumlah Sarana Penguatan


a. Mitigasi dan Kesiapsiagaan 2 Unit - - -
Kebencanaan yang
- 27 -

Sasaran Kegiatan / Target Target Target Target


Kode
Indikator Kinerja Kegiatan 2021 2022 2023 2024
dikembangkan di daerah
tertinggal

4.2. Kerangka Pendanaan


Pendanaan untuk pelaksanaan program/kegiatan di Direktorat
Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan tahun
2021-2024 disajikan pada Tabel 10.
- 28 -

Tabel 10
Kerangka Pendanaan Kegiatan Direktorat Penyerasian Pemanfaatan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Sasaran Kegiatan / Indikator Kinerja Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Kode
Kegiatan 2021 2022 2023 2024
Terpenuhinya keserasian pelaksanaan pemanfaatan SDA dan pelestarian lingkungan daerah tertinggal

1. Kordinasi

Jumlah Koordinasi dan Sosialisasi


Penyerasian Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Terbarukan, Sumber Daya Alam Non
a 2.933.948.000 - - -
Terbarukan serta Pengelolaan Kebencanaan,
Lingkungan dan Adaptasi Iklim di Daerah
Tertinggal

Jumlah Kegiatan Koordinasi Penyerasian


b. Pemanfaatan Sumber Daya Alam, Lingkungan - 2.511.671.000 3.700.000.000 4.650.000.000
dan adaptasi iklim di Daerah Tertinggal

2. Konservasi Kawasan/Rehabilitasi Ekosistem

Luas Kawasan Ekosistem Mangrove yang


a. 1.245.000.000 5.025.728.000 6.526.005.000 7.967.642.000
Direhabilitasi Di Daerah Tertinggal

Luas Lahan yang Direhabilitasi dalam


b. Penguatan Mitigasi dan Kesiapsiagaan - 500.000.000 600.000.000 700.000.000
Bencana di Daerah Tertinggal

3. Fasilitasi dan Pembinaan Masyarakat


- 29 -

Sasaran Kegiatan / Indikator Kinerja Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


Kode
Kegiatan 2021 2022 2023 2024
Jumlah Masyarakat di Daerah Tertinggal yang
Ditingkatkan Kapasitasnya dalam
a. 126.658.000 2.020.715.000 2.250.000.000 2.550.000.000
Pengembangan Kawasan Ekosistem Mangrove

Jumlah Masyarakat di Daerah Tertinggal yang


Ditingkatkan Kapasitasnya Dalam Pengelolaan
b. 437.182.000 - - -
Sampah Berbasis Komunitas

Jumlah Masyarakat yang Ditingkatkan


Kapasitasnya Dalam Pengembangan Energi
c. 350.000.000 - - -
Terbarukan di Daerah Tertinggal

Jumlah Masyarakat Di Daerah Tertinggal Yang


Ditingkatkan Kapasitasnya Dalam
d. 297.462.000 - - -
Pengembangan Perhutanan Sosial

Jumlah Masyarakat di Daerah Tertinggal Yang


Ditingkatkan Kapasitasnya Dalam
e. Pengembangan Pertanian Terpadu (intergrated 202.518.000 - - -
farming)

Jumlah Masyarakat Di Daerah Tertinggal yang


ditingkatkan Kapasitasnya dalam Penguatan
f. 481.180.000 - - -
Mitigasi dan Tanggap Darurat Kebencanaan

Jumlah Masyarakat dan Aparatur Pemda yang


g. Ditingkatkan Kapasitasnya dalam Penguatan - 1.025.266.000 1.500.000.000 1.700.000.000
Mitigasi dan Kesiapsiagaam Bencana
- 30 -

Sasaran Kegiatan / Indikator Kinerja Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


Kode
Kegiatan 2021 2022 2023 2024
Jumlah Masyarakat di Daerah Tertinggal yang
h. Ditingkatkan Kapasitasnya dalam Pengelolaan - 666.620.000 900.000.000 1.050.000.000
Kawasan Mangrove dan Pesisir

4 Sarana Bidang Pertanian, Kehutanan dan Lingkungan Hidup

Jumlah Sarana Kawasan Ekosistem Mangrove


a. 950.000.000 - - -
yang dikembangkan di Daerah Tertinggal

Jumlah Sarana Pemanfaatan Perhutanan


b. Sosial yang dikembangkan di Daerah 500.000.000 - - -
Tertinggal

Jumlah Sarana Pemanfaatan Sumber Daya


Alam melalui Pengembangan Pertanian
c. 300.000.000 - - -
Terpadu (intergrated farming) di Daerah
Tertinggal

Jumlah Sarana Pengelolaan Sampah Berbasis


d. Komunitas yang dikembangkan di Daerah 280.000.000 - - -
Tertinggal
Jumlah Sarana Pengelolaan Kawasan
e. mangrove dan Pesisir yang Diberikan Kepada - 750.000.000 900.000.000 1.050.000.000
Masyarakat Di Daerah Tertinggal
5 Bantuan Peralatan / Sarana
Jumlah Sarana Penguatan Mitigasi dan
a. Kesiapsiagaan Kebencanaan yang 1.296.052.000 - - -
dikembangkan di daerah tertinggal
- 31 -

BAB V
PENUTUP

Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Penyerasian Pemanfaatan


Sumber Daya Alam dan Lingkungan Tahun 2020-2024, merupakan
dokumen perencanaan yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Arah
Kebijakan, Strategi, Kerangka Kelembagaan, Kerangka Regulasi, dan
Kerangka Pendanaan dalam periode tahun 2020-2024 yang mengacu
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2020 - 2024.
Rencana Strategis ini akan menjadi acuan utama dalam
penyusunan Rencana Kerja (Renja) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA),
sehingga akan lebih terarah dan terencana dalam mencapai sasaran yang
telah ditetapkan serta lebih efisien dalam pelaksanaannya, baik
dipandang dari aspek pengelolaan sumber pembiayaan maupun dalam
percepatan waktu realisasinya.
Dengan kondisi faktor lingkungan internal dan eksternal yang
terus mengalami perubahan, Renstra ini tidak bersifat kaku dan
senantiasa memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam
rangka peningkatan kapasitas, kerjasama dan loyalitas dalam
pelaksanaan tugas sesuai dengan wewenang yang diberikan, maka
komitmen dari semua aparatur dalam pelaksanaannya sangat
diharapkan, sehingga visi dan misi yang telah ditetapkan dapat
terwujud. Dengan demikian, penting bagi Direktorat Penyerasian
Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan untuk mengedepankan,
tidak saja aspek perencanaan dokumen, tetapi juga bagaimana fungsi
pengendalian dan evaluasi digunakan secara tepat guna mewujudkan
daerah kabupaten yang memiliki keunggulan kolaboratif dan daya saing.

DIREKTUR
PARAF KOORDINASI PENYERASIAN PEMANFAATAN
Sesditjen PPDT SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Dir. PRP3DT
Dir. P2SBK
Dir. P2SP
Dir. P2SDAL
Dir. P2DK Dr. SUMARLAN, S.Pd., M.Si
NIP. 19690305 199503 1 003

Anda mungkin juga menyukai