Anda di halaman 1dari 25

Kode Etik Profesi

• Etika Profesi, adalah etika sosial yang menyangkut hubungan antar manusia dalam
satu lingkup profesi dan masyarakat pengguna profesi tersebut.

• Kata kode dari bahasa Latin "codex" yang berarti kumpulan. Kode berarti suatu
kumpulan peraturan dari, oleh dan untuk suatu kelompok orang yang bekerja
(berprofesi) dalam bidang tertentu.
 Pewujudan etika dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip prinsip moral yang diperlukan dan berfungsi sebagai dasar
pedoman dalam menjalankan tugas profesi, sekaligus sebagai dasar untuk menindak
anggota dalam sebuah kumpulan/ organisasi yang dianggap menyimpang dari etika

 Pedoman bertingkahlaku/ berperilaku yang berdimensi moral

 Dibuat dan digunakan dalam sebuah kumpulan/ organisasi atau komunitas tertentu

• Contoh : Advokad, dokter, Notaris, PPAT, akuntan, guru, Mediator, Auditor Hukum,
hakim dll.
Kode Etik Profesi

Kode etik, yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat
kerja.

Kode Etik Profesi menguraikan peraturan-peraturan dasar perilaku yang


dianggap perlu bagi anggota profesinya untuk melaksanakan fungsinya
secara jujur dan menjaga kepercayaan masyarakat. Prinsip-prinsip itu
dirumuskan dalam norma etik, mengenakan sanksi atas pelanggaran yang
terjadi.

Dihubungkan dengan etika suatu profesi dapat dikatakan bahwa kode etik
mencakup usaha untuk menegakkan dan menjamin etika atau perilaku yang
baik dalam menjalankan profesi, dan sebagai pedoman untuk melakukan
kebaikan, misalnya dengan adanya suatu standard profesional.

Kode etik berguna bagi pertumbuhan etika dan keyakinan etis bersama.
Kode etik menuntut usaha bersama untuk semakin mengerti dan melindungi
nilai-nilai manusiawi dan moral profesi.
Pengertian ADVOKAT

Istilah Advokat berasal dari :


- Bahasa Latin Advocare
- Bahasa Belanda Advocaat
- Bahasa Inggris advocate

Secara umum istilah pengacara / advokat dan penasehat hukum


dalam bahasa Inggris disebut lawyer atau ahli hukum

Di Inggris disebut lawyer atau Barrister dan di Amerika dikenal


sebagai Attorney at law dan secara umum disebut Lawyer
• Advokat / Pengacara adalah orang yang mewakili/ mendampingi kliennya untuk
melakukan tindakan hukum berdasarkan surat kuasa yang diberikan untuk
pembelaan (pidana) atau penuntutan/gugatan hak (perdata) pada acara
persidangan di pengadilan (Proses Ligitasi)

• Penasehat hukum adalah orang yang bertindak memberikan nasehat-nasehat


hukum dan pendapat hukum terhadap suatu tindakan atau perbuatan hukum
yang akan dan telah dilakukan kliennya (Non Litigation)

• Advokat/ Pengacara selain mendampingi dan menangani perkara di pengadilan


juga dapat mewakili dan menangani perkara diluar pengadilan berdasarkan surat
kuasa, untuk kepentingan seorang klien yang berperkara.

• Misalnya mendampingi klien atau mewakili klien menandatangani surat


perjanjian, bermusyawarah untuk perdamaian, hal ini disebut Alternative
Dispute Resolustion (ADR) dan tindakan lain atas nama klien yang bukan
merupakan proses ligitasi
Sebelum dan Sesudah UU No.18 Tahun 2003 Ttg Advokat

 Sebelum UU No.18 Tahun 2003


Ada Advokat dan Pengacara
 Pengangkatan :
Avokat diangkat oleh Menteri
Pengacara diangkat oleh Ketua PT
 Wilayah Kerja :
Advokat wilayah kerjanya seluruh wilayah Indonesia
Pengacara wilayah kerjanya di wilayah PT dimana ia berkedudukan.
 Pengawasan :
Advokat dan Pengacara diawasi oleh Pemerintah dalam hal ini Menteri
Kehakiman (dulu) melalui Pengadilan dimana seorang advokat/ pengacara
berkedudukan
 Syarat untuk diangkat Advokat harus menjadi Pengacara dahulu dan telah aktif
menangani beberapa perkara baik pidana maupun perdata dengan jumlah
tertentu.
 Syarat untuk diangkat pengacara, lulus ujian kode etik dari profesi yang dipilih,
dan lulus ujian tes yang diselenggarakan oleh PT.
 Sesudah UU No.18 Tahun 2003
Hanya ada Advokat
 Pengangkatan :
Avokat diangkat oleh Organisasi Profesi
 Wilayah Kerja :
Advokat wilayah kerjanya seluruh wilayah Indonesia
 Penindakan dan Pengawasan :
Penindakan Advokat dilakukan oleh sebuah Dewan kehormatan Organisasi
Advokat (Ps. 8)
Pelaksanaan pengawasan sehari-hari dilakukan oleh Komisi Pengawas yang
dibentuk oleh organisasi advokat (Ps. 12)
Keanggotaan Komisi Pengawas
a. Advokat senior
b. Para ahli/ akademisi
c. Masyarakat
Pengawasan bertujuan agar Advokat dalam menjalankan profesinya selalu
menjunjung tinggi kode etik profesi Advokat dan peraturan perundang-
undangan.
Syarat menjadi advokat ( Pasal 3)

1. Warga Negara Republik Indonesia


2. Bertempat tinggal di Indonesia
3. Tidak berstatus pegawai negeri atau pejabat negara
4. Berusia sekurang-kurangnya 25 tahun
5. Berijasah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum
6. Lulus ujian yang diadakan oleh organisasi advokad
7. Magang sekurang-kurangnya dua tahun terus menerus pada kantor advokat
8. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana dengan pidana
penjara lima tahun atau lebih
9. Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil dan mempunyai integritas
yang tinggi
Pengangkatan dan Wilayah Kerja
 Syarat pendidikan advokat adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi
hukum
 Telah mengikuti pendidikan khusus profesi advokat yang dilaksanakan oleh organisasi
advokat
 Advokat diangkat oleh organisasi advokat
 Salinan SK pengangkatan disampaikan kepada Mahkamah Agung dan menteri
 Status advokat adalah sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh
hukum dan peraturan perundang-undangan
 Wilayah kerja advokat adalah seluruh wilayah negara Republik indonesia
 Advokat sebelum menjalankan profesinya wajib mengucapkan sumpah menurut
agamanya di sidang terbuka Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya

Isi Sumpah Advokat


 Bahwa saya akan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara
dan Undang-Undang Dasar negara republik Indonesia
 Bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak langsung dengan
menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan
barang sesuatu kepada siapapun juga
 Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa hukum akan
bertindak jujur,adil dan bertanggungjawab berdasarkan hukum dan keadilan
Kebebasan dan Kemandirian Advokat
 Untuk terciptanya peradilan yang mandiri
(independent an impartial judiciary) maka
kebebasan profesi advokat harus dijamin dalam
undang-undang seperti halnya profesi hakim
 Seorang advokat harus mempunyai kualifikasi dan
otorisasi untuk berpraktek di pengadilan dalam
memberikan nasehat hukum dan mewakili serta
membela kliennya dalam persoalan hukum
UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat

• Advokat, orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
luar Pengadilan, yang memenuhi persyaratan berdasarkan UU.
• Jasa Hukum, memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan
kuasa, mewakili, mendapingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain
untuk kepentingan klien.
• Yang dapat diangkat sebagai Advokad, Sarjana yang berlatarbelakang
Pendidikan Tinggi Hukum, setelah mengikuti pendidikan khusus profesia
advokat yang dilaksanakan oleh organisasi advokat.
• Sebelum diangkat, mengikuti magang se kurang-kurangnya 2 tahun secara
terus menerus pada kantor advokat.
• Pengangkatan advokat dilakukan oleh organisasi profesi.
• Untuk mengisi kekosongan (dalam masa peralihan) telah dibentuk PERADI =
Perhimpunan Advokat Indonesia - organisasi yang merupakan perhimpunan
para advokat.
• Dalam perkembangannya lahir KAI = Konggres Advokad Indonesia
• Hingga saat ini terbentuk beberapa Organisasi Advokad
• Bersumpah – berjanji di depan sidang Pengadilan Tinggi.
• Wilayah kerja, meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
• Pengawasan, oleh organisasi advokat, dengan membentuk komisi pengawas,
dengan anggota : Advokat senior, ahli/ akademisi, dan masyarakat.
• Advokat, sbg penegak hukum bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan UU
• Bebas mengeluarkan pendapat/ pernyataan, bebas dalam menjalankan tugas
profesinya, tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana, dalam
menjalankan tugasnya.
• Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari
instansi pemerintah, maupun pihak lain, untuk kepentingan pembelaan kliennya
sesuai UU.
• Bantuan hukum, jasa hukum yang diberikan oleh advokat secara cuma2 kepada klien
yang tidak mampu.

• Persyaratan menjadi Advokat :


- WNI
- Tempat tinggal di Indonesia
- Tidak berstatus pegawai Negeri Sipil
- Usia min. 25 Tahun
- Berijazah Sarjana berlatar belakang Pendidikan Tinggi Hukum (Fak. Hukum,
Syariah, PT Hukum Militer, dan PT Ilmu Kepolisian).
- Lulus Ujian yang diadakan oleh organisasi profesi advokat
- Magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor advokat.
- Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil dan mempunyai integritas tinggi
• Pengawasan, tindakan teknis dan administratif terhadap advokat untuk menjaga
agar dalam menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik profesi dan
peraturan per Undang-Undangan yang berlaku.

• Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela


perkara di Pengadilan, dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan UU.

• Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara


yang menjadi tanggungjawabnya, dan tetap berpegang pada kode etik profesi
dan UU.

• Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan etikat baik untuk kepentingan klien dalam
sidang Pengadilan.

• Setiap orang yang sengaja menjalankan pekerjaan profesi dan bertindak seolah-
olah sebagi advokat, tapi bukan advokat, diancam pidana penjara maks. 5 Tahun
dan denda maks. 50 juta.

• Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh
hukum dan peraturan UU.
Organisasi Advokat
 Pada Tahun 1964 Para advokat Indonesia membentuk organisasi advokat secara
nasional di surakarta yang diberi nama PERADIN ( Persatuan Advokat Indonesia)

 Pada tahu 1969 Teguh samodra, SH mengusulkan dibentuk Lembaga Hukum di


Indonesia yang khusus untuk membela perkara-perkara rakyat kecil yang tidak
mampu dan buta hukum atas penindasan yang dilakukan penguasa

 Pada tanggal 28 Oktober 1970 DPP PERADIN mengeluarkan SK mendirikan LBH


di Jakarta dan diikuti LBH-LBH didaerah di seluruh Indonesia dan sekarang
menjadi YLBHI ( yayasan lembaga Bantuan Hukum Indonesia)

 Dalam perkembangannya telah banyak didirikan Lembaga2 Bantuan Hukum baik


yang berdiri sendiri dalam bentuk Lembaga, Yayasan atau perkumpulan, atau
berada di Fakultas2 Hukum dengan berbagai sebutan seperti LBH, LKBH dll.

 Berkembang juga organisasi profesi advokat atau pengacara di Indonesia yang


berada dalam berbagai wadah organisasi antara lain : IKADIN, IPHI, AAI,
PERADIN, SPI, HAPI. AKHI
 Pemerintah berusaha mempersatukan organisasi advokat dengan satu wadak
tunggal yaitu organisasi profesi advokat Indonesia
 Pada tanggal 7-10 Mei 1991 diadakan MUNAS Advokat Indonesia di Cipanas diikuti
6 organisasi terbentuklah POPERI (Perhimpunan Organisasi Pengacara Indonesia),
organisasi ini diharapkan menjadi pengabdi hukum dan dapat meningkatkan
pelayanan hukum bagi masyarakat
 Usaha pemersatu organisasi advokat ini justru menimbulkan perpecahan dalam
organisasi advokat dan muncul kembali organisasi advokat di indonesia karena
perbedaan prinsip dalam pelayanan hukum
 Keaneka ragaman organisasi advokat tidak menjamin kedudukan dan peran
advokat dalam menjalankan profesi di masyarakat
 Dapat merugikan bagi pencari keadilan (justitiabelen) di dalam menggunakan jasa
advokat untuk membela dan memperjuangkan kepentingan hukum
 PERADIN dan organisasi advokat lain memperjuangkan satu wadah organisasi
advokat dan undang-undang advokat.
 Diundangkan UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat, dan dibentuk PERADI,
namun kemudian terjadi perpecahan muncul lagi KAI hingga sekarang. Saat ini
sudah terpecah muncul lagi beberapa organisasi Advokat
Organisasi Advokat pasca UU no. 18 Th 2003 ttg Advokat
• Organisasi advokat merupakan satu-satunya wadah profesi advokat

 Susunan organisasi advokat ditetapkan oleh para advokat dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga

 Pimpinan organisasi advokat tidak dapat dirangkap dengan pimpinan partai politik
baik ditingkat pusat atau daerah

 Organisasi advokat menetapkan dan menjalankan kode etik profesi advokat bagi
para anggotanya

 Organisasi advokat harus memiliki buku daftar anggota

 Setiap tahun organisasi advokat melaporkan pertambahan dan atau perubahan


jumlah anggotanya kepada MA dan menteri

 Organisasi advokat menetapkan kantor advokat yang diberi kewajiban menerima


calon advokat yang akan magang

 Kantor advokat wajib memberikan pembimbingan pelatihan dan kesempatan


praktrek bagi calon advokat yang magang
Pada 29 Desember 2009, melalui Putusan MK Perkara no. 101-PUU-VII-2009 pengujian UU No.
18 Th 2003 ttg Advokat mahkamah Konstitusi pada pokoknya menyatakan :

 “Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4288)
adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dipenuhi syarat bahwa frasa “di sidang terbuka
Pengadilan Tinggi di wilayah domisili hukumnya” tidak dimaknai bahwa “Pengadilan Tinggi atas
perintah Undang-Undang wajib mengambil sumpah bagi para Advokat sebelum menjalankan
profesinya tanpa mengaitkan dengan keanggotaan Organisasi Advokat yang pada saat ini secara de
facto ada, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak Amar Putusan ini diucapkan” dan Menyatakan
apabila setelah jangka waktu dua tahun Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud Pasal 28 ayat (1)
UU Advokat belum juga terbentuk, maka perselisihan tentang organisasi Advokat yang sah
diselesaikan melalui Peradilan Umum;

 Berdasarkan putusan mahkamah konstitusi ini, maka pengadilan tinggi tidak lagi boleh menolak
mengambil sumpah calon advokat dari organisai PERADI dan KAI yang saat ini sedang berkonflik
selama jangka waktu 2 tahun.

 Sedangkan untuk terbentuknya satu organisasi Advokat (singgle Bar) MK meminta agar dua organisasi
advokat tersebut mengadakan kongres untuk melakukan peleburan, dan apabila hal tersebut tidak
berhasil maka perselisihan tentang organisasi advokat yang sah diselesaikan melalui peradilan umum.
• Konflik kewenangan pengangkatan Advokat antara PERADI dan KAI terus berlanjut.....
Yang berujung aksi di MA

• Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung (KMA) No. 73/KMA/HK.01/IX/2015 tertanggal


25 September 2015 tentang penyumpahan advokat.
Dasar pertimbangan :
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 101/PUU-VII/2009, Nomor 112/PUU-XII/2014 dan
Nomor 36/PUU-XIII/2015. Ternyata pada Putusan tersebut ditemukan kata “Organisasi
Advokat lainnya”.

Ketua Mahkamah Agung memberikan petunjuk sebagai berikut :


 [...] Advokat yang belum bersumpah atau berjanji, Ketua Pengadilan Tinggi berwenang
untuk melakukan penyumpahan terhadap Advokat yang telah memenuhi persyaratan
dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat atas permohonan
beberapa Organisasi Advokat yang mengatasnamakan Peradi dan pengurus Organisasi
Advokat lainnya hingga terbentuknya Undang-Undang Advokat yang baru;
 Setiap organisasi Advokat yang dapat mengusulkan pengambilan sumpah atau janji harus
memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam UU No. 18 tahun 2003 tentang
Advokat selain yang ditentukan dalam angka 6.
Sanksi
Ps 6

Advokat dapat dikenai tindakan dengan alasan :


a. mengabaikan atau menelantarkan kepentingan kliennya;
b. berbuat atau bertingkah laku yang tidak patut terhadap lawan atau rekan
seprofesinya;
c. bersikap, bertingkah laku, bertutur kata, atau mengeluarkan pernyataan yang
menunjukkan sikap tidak hormat terhadap hukum, peraturan perundang-undangan,
atau pengadilan;
d. berbuat hal-hal yang bertentangan dengan kewajiban, kehormatan, atau harkat dan
martabat profesinya;
e. melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dan atau perbuatan
tercela;
f. melanggar sumpah/janji Advokat dan/atau kode etik profesi Advokat.
Jenis Sanksi
Ps 7 Jenis tindakan yang dikenakan terhadap Advokat dapat berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai 12 (dua belas)
bulan;
d. pemberhentian tetap dari profesinya.

• Jenis dan tingkat perbuatan yang dapat dikenakan tindakan sanksi diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
Pemberhentian
• Advokat dapat berhenti atau diberhentikan dari profesinya oleh Organisasi Advokat.
• Advokat berhenti atau dapat diberhentikan dari profesinya secara tetap karena alasan:
a. permohonan sendiri;
b. dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan hukuman 4 (empat) tahun atau lebih; atau
c. berdasarkan keputusan Organisasi Advokat.

• Pengawasan terhadap Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.


• bertujuan agar Advokat dalam menjalankan profesinya selalu menjunjung tinggi kode etik
profesi Advokat dan peraturan perundang-undangan.
• Pelaksanaan pengawasan sehari-hari dilakukan oleh Komisi Pengawas yang dibentuk oleh
Organisasi Advokat, terdiri atas unsur Advokat senior, para ahli/akademisi, dan masyarakat
Larangan & Kewajiban
Pasal 18
• Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan perlakuan terhadap
Klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial
dan budaya.
• Advokat tidak dapat diidentikkan dengan Kliennya dalam membela perkara Klien oleh
pihak yang berwenang dan/atau Masyarakat

Pasal 19
Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya
karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang.
Pasal 25
Advokat yang menjalankan tugas dalam sidang pengadilan dalam menangani perkara pidana
wajib mengenakan atribut sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Kode Etik
Pasal 26
1. Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi Advokat, disusun kode etik profesi Advokat
oleh Organisasi Advokat.
2. Advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi Advokat dan ketentuan tentang Dewan
Kehormatan Organisasi Advokat.
3. Kode etik profesi Advokat tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
4. Pengawasan atas pelaksanaan kode etik profesi Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat.
5. Dewan Kehormatan Organisasi Advokat memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik
profesi Advokat berdasarkan tata cara Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
6. Keputusan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat tidak menghilangkan tanggung jawab
pidana apabila pelanggaran terhadap kode etik profesi Advokat mengandung unsur pidana.
7. Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan mengadili pelanggaran kode etik profesi
Advokat diatur lebih lanjut dengan Keputusan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.
Dewan Kehormatan
• Pasal 27
1. Organisasi Advokat membentuk Dewan Kehormatan Organisasi Advokat baik di tingkat
Pusat maupun di tingkat Daerah.
2. Dewan Kehormatan di tingkat Daerah mengadili pada tingkat pertama dan Dewan
Kehormatan di tingkat Pusat mengadili pada tingkat banding dan terakhir.
3. Keanggotaan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat terdiri atas unsur Advokat.
4. Dalam mengadili sebagaimana dimaksud, Dewan Kehormatan membentuk majelis yang
susunannya terdiri atas unsur Dewan Kehormatan, pakar atau tenaga ahli di bidang hukum
dan tokoh masyarakat.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan, tugas, dan kewenangan Dewan Kehormatan
Organisasi Advokat diatur dalam Kode Etik.
Peranan dan Tindakan ADVOKAT
1. Peranan Advokat dalam Pengadilan
 Kuasa hukum dari pemberi kuasa dalam suatu perkara baik dalam perkara
perdata, perkara pidana dan perkara tata usaha negara dsb
 Memberi bantuan hukum dan nasehat hukum
 Mewakili dan melakukan pembelaan terhadan klien
 Mermperjuangkan dan mempertahankan hak-hak klien

2. Tindakan advokat sebagai kuasa hukum


 Menghadap dimuka pengadilan serta badan-badan kehakiman dan instansi lain
dan berhubungan dengan pihak2 yang berperkara
 Mengajukan permohonan yang diperlukan seperti gugatan, penyitaan, sidang
ditempat , pra peradilan, penangguhan penahanan, dsb
 Menjalankan perbuatan-perbuatan atau memberikan keterangan-keterangan
yang menurut hukum diperbolehkan
 Mengupayakan perdamaian khususnya dalam perkara perdata
KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
• KEPUTUSAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG RI DAN KETUA KOMISI
YUDISIAL RI Nomor : 047/KMA/SKB/IV/2009 & 02/Skb/P.Ky/Iv/2009
Tentang Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim

• Prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim


diimplementasikan dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut :

(1) Berperilaku Adil


(2) Berperilaku Jujur
(3) Berperilaku Arif dan Bijaksana
(4) Bersikap Mandiri
(5) Berintegritas Tinggi
(6) Bertanggung Jawab
(7) Menjunjung Tinggi Harga Diri
(8) Berdisplin Tinggi
(9) Berperilaku Rendah Hati
(10) Bersikap Profesional

Anda mungkin juga menyukai