BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin maju menjadi tantangan baru dalam segala
aspek bidang, terutama dalam dunia kerja. Salah satunya adalah teknologi informasi yang
menyajikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat, akurat dan lengkap. Majunya
perkembangan sistem informasi memberikan manfaat serta kemudahan dalam memenuhi
kebutuhan manusia terutama dalam perolehan informasi yang cepat dan akurat melalui sistem
yang terintegrasi (Anam dan Muharram, 2018). Bagi sebuah instansi pemerintahan
pemanfaatan teknogi informasi semakin dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan sektor
dan untuk mendukung peran pemerintah dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan
pelayanan publik yang efektif serta efisien.
Instansi yang memiliki data yang banyak tentu membutuhkan teknologi sistem
informasi untuk melakukan pengolahan data. Salah satu instansi yang membutuhkan
pengolahan data yang cepat adalah Kantor Urusan Agama (KUA) (Agustian, 2022). KUA
merupakan salah satu instansi yang berada di bawah naungan Kementrian Agama Republik
Indonesia. Beberapa peran KUA di dalam masyarakat yaitu melayani pendaftaran
pernikahan, rujuk dan perceraian atau mengacu pada ketentuan undang-undang No. 1 tahun
1974 tentang perkawinan Pasal 2 Ayat 2 yang berbunyi “tiap-tiap perkawinan dicatat menurut
peraturan perundang-undang yang berlaku (Sagi et al., 2021).
Berdasarkan observasi Kantor Urusan Agama (KUA) Air Dingin Marpoyan bertugas
melayani masyarakat dalam pencatatan nikah, rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat,
wakaf, baitul maal dan ibadah social. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam proses
administrasi dan pendaftaran pernikanan ataupun perceraian di KUA Air Dingin masih
dilakukan secara manual, yaitu dengan mendatangi KUA secara langsung. Pemohon
mendatangi KUA untuk mendapatkan informasi, mengisi formulir dengan tulis tangan yang
sering menyebabkan kesalahan dalam pengisian. Hal tersebut membuat pemohon harus
mendatangi KUA beberapa kali dan proses tersebut tidaklah efisien dan efisien.
Tidak hanya proses pendaftaran yang dilakukan secara manual, sistem absensi petugas
KUA Air Dingin juga masih dilakukan secara manual, yaitu dengan cara melakukan tanda
tangan langsung pada sebuah buku atau lembar absensi yang telah tersedia, sehingga
rekapitulasi absensi petugas dan keterangan jam masuk serta keluar petugas tidak tercatat
dengan jelas. Kondisi tersebut berdampak pada kesalahan pencatatan data, lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk proses rekapitulasi kehadiran, kehilangan absensi hingga rendahnya
produktivitas petugas yang disebabkan oleh kemungkinan adanya petugas yang bekerja tidak
optimal berdasarkan jam kerja.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka diperlukan sebuah sistem informasi
aplikasi berbasis web yang dapat diakses pemohon secara online untuk dapat
mempersingkat waktu pendaftaran, memudahkan peserta dalam mendaftar ataupun
mendapatkan informasi lengkap secara online serta memudahkan petugas KUA dalam
pengelolaan absensi yang terintegrasi. Sistem tersebut nantinya diharapkan dapat
memudahkan pemohon melakukan pendaftaran secara online dan mempermudah petugas
dalam pengelolaan data baik itu absensi ataupun pencatatan pernikahan secara cepat dan
tepat. Untuk mewujudkan sistem berjalan sesuai dengan harapan dan keperluan dari KUA
Air Dingin, maka peneliti merancang dokumen Software Requirement Specification (SRS)
untuk mengetahui kebutuhan KUA.
Dalam mengembangkan sebuah software ada beberapa tahapan umum yang harus dilalui
yaitu planning, analisis, design, coding, testing, dan implementasi. Pada tahap analisis,
developer melakukan analisa terhadap kebutuhan software yang akan dibuat berdasarkan
data maupun informasi yang diperoleh. Dalam proses analisa ini, akan dihasilkan sebuah
dokumentasi yang disebut Software Requirement Specification (SRS). SRS adalah
dokumen resmi berisi apa yang harus diterapkan oleh developer dalam software yang akan
dibangun (Rawis et al., 2021). Dokumen SRS berisi penjelasan lengkap mengenai maksud
dan tujuan dari sistem yang dikembangkan serta lingkungan di mana produk akan di
oprasikan (Rouse, 2016). Dokumen SRS yang ditulis dengan benar akan membantu
memenuhi tujuan pembuatan perangkat lunak dan mengurangi resiko kesalahan pada
produk yang dihasilkan. SRS dapat digunakan sebagai acuan pada saat pengujian dilakukan
sehingga hasil akan sesuai apa yang dibutuhkan. Dan ketika kita membutuhkan sebuah
pedoman bila terdapat perbedaan pendapat antara calon pemakai atau pengembang sistem
SRS ini dapat digunakan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Proses pendaftaran pernikahan ataupun perceraiakan masih dilakukan secara
manual sehingga tidak efektif dan efisien bagi pendaftar dan petugas pencatatan di
KUA Air Dingin
 2. Proses absensi yang masih dilakukan secara manual yang berdampak pada lamanya
waktu rekapitulasi absensi oleh petugas, kehilangan data dan rendahnya
produktivitas petugas KUA Air Dingin.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana rancangan aplikasi
absensi dan pendaftaran pernikahan menggunakan metode SRS di KUA Air Dingin.

1.4 Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan tidak meluas dan menyimpang dari maksud dan tujuan
penelitian, maka peneliti membuat batasan masalah yaitu dalam penelitian ini peneliti hanya
merancang aplikasi absensi dan pen daftaran pernikahan menggunakan metode SRS,
sehingga hasil akhirnya hanyalah berupa rancangan bukan berupa aplikasi yang telah
terintegrasi.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu dan merekomendasaikan kepada
pengembang mengenai kebutuhan sistem yang dibutuhkan KUA Air Dingin berdasarkan
dokumen SRS.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui sistem seperti apa yang dibutuhkan oleh KUA Air Dingin untuk
kebutuhan sistem informasi yang dibutuhkan.
2. Mempermudah pengembang dalam membuat sistem sesuai berdasarkan kebutuhan
KUA Air Dingin berdasarkan SRS yang telah dibuat.