Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada
perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan kata lain pendidikan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku secara terencana pada diri
individu, kelompok ataupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai
tujuan hidup sehat (Suliha, 2006).Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau
kemampuan baik itu pengetahuan, sikap, maupun keterampilan agar tercapai hidup sehat
merupakan proses belajar baik itu individu, kelompok, masyarakat dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan
2. Agar memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi perubahan system dan
bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakatnya. Disamping itu dalam konteks
promosi ini dilakukan dengan penyuluhan, pameran, iklan layanan kesehatan, dan
sebagainya.
mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara bantuan teknik,
memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.
3. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas
dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat.
dari kelompok umur, latar belakang pendidikan, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan
menjadi 3 yakni :
1. Sasaran Primer
2. Sasaran Sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya adalah sasaran
kepada masyarakat.
3. Sasaran Tersier
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat, maupun
daerah adalah sasaran tersier. Dengan kebijakan yang dikeluarkan akan memiliki
dampak terhadap perilaku para sasaran sekunder dan sasaran primer terhadap perilaku
kesehatan.
2.1.5 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
tingkat pelayanan promotif adalah pada kelompok orang sehat, dengan tujuan agar
tingkat ini selain pada orang yang sehat juga bagi kelompok yang beresiko. Misalnya
ibu hamil, para perokok, para pekerja seks, keturunan diabetes dan sebagainya. Tujuan
utama dari pendidikan kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah kelompok-
3. Pendidikan kesehatan pada tingkat kuratif. Sasaran pendidikan kesehatan pada tingkat
ini adalah para penderita penyakit, terutama yang menderita penyakit kronis. Tujuan-
tujuan dari pendidikan kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah
kesehatan tingkat ini adalah pada kelompok penderita atau pasien yang baru sembuh
dari suatu penyakit. Tujuan utama dari pendidikan kesehatan pada tingkat ini adalah
pada tahap ini adalah pemulihan dan mencegah kecacatan akibat dari suatu penyakit
yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan kesehatan.
Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk
Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada
setiap manusia diterima atau ditangkap melalui pancaindra. Semakin banyak indra yang
digunakan untuk menerima sesuatu makan semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian dan pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain alat peraga ini
dimaksudkan untuk mengerahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu atau pesan
pesan atau pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu media. Tetapi masing-
pesan.
menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut, dapat di
Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda
asli dan paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses penerimaan
pesan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsikan
pesan atau informasi sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja
Secara umum ada tiga alat bantu atau bahan media pendidikan :
1. Alat bantu lihat (visual) yang berguna dalam membantu menstimulasi indra mata
2. Alat bantu dengar (Audio) yang berguna dalam membantu menstimulasi indra
pendengaran
3. Alat bantu lihat-dengar (AVA) yang berguna dalam membantu menstimulasi indra
menjadi 3, yaitu :
1. Media cetak : Booklet, Leaflet, Flyer, Flipchart, Rubrik, Poster dan foto.
informasi kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2010), metode dan teknik pendidikan kesehatan adalah suatu
kombinasi antara cara-cara atau metode alat-alat bantu dan media yang digunakan dalam
Metode ini digunakan apabila antara promoter kesehatan dengan sasaran atau
melalui sarana komunikasi lainnya, misal telepon. Cara paling efektif karena antara
petugas kesehatan dengan klien dapat saling berdialog, saling merespon dalam waktu
kesehatan dapat menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan dengan
masalahnya. Metode dan teknik pendidikan kesehatan yang individual ini yang
Teknik dan metode pendidikan kesehatan kelompok ini digunakan untuk sasaran
kelompok. Sasaran kelompok dibedakan menjadi 2 yaitu kelompok kecil, jika sasaran
kelompok terdiri antara 6-15 orang dan kelompok besar, jika sasaran tersebut diatas
15-50 orang. Oleh karena itu metode pendidikan kesehatan kelompok juga dibedakan
menjadi 2 yaitu :
a. Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya diskusi
kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju (snow ball),
bermain peran (role play), metode permainan simulasi (simulation game), dan
sebagainya. Untuk mengefektifkan metode ini perlu dibantu dengan alat alat
bantu dan media misalnya lembar balik (flip chart), alat peraga, slide, dan
sebagainya.
b. Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok besar, misalnya metode
ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti dengan tanya jawab, seminar, loka karya,
dan sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu dibantu pula dengan alat
bantu misalnya overhead projector, slide projector, film, sound system, dan
sebagainya.
3. Metode dan teknik pendidikan kesehatan massa, apabila sasaran pendidikan kesehatan
massa atau publik, maka metode-metode dan teknik pendidikan kesehatan tersebut
tidak akan efektif, karena itu harus digunakan metode pendidikan massa. Metode dan
teknik pendidikan kesehatan untuk massa yang sering digunakan adalah ceramah
umum misalnya dilapangan terbuka dan tempat umum, penggunaan media massa
elektronik (radio dan televisi) yang dimana penyampaian pesan melalui radio atau TV
ini dapat dirancang dengan berbagai bentuk seperti (talkshow, dialog interaktif,
simulasi), penggunaan media cetak (koran, majalah, buku, leaflet, selebaran poster,
dan sebagainya) yang dimana bentuk sajian dalam media cetak ini juga bermacam-
macam (artikel tanya jawab, komik dan sebagainya), penggunaan media diluar ruang
memiliki arti yang berbeda. Secara teoritis “kekerasan” terhadap anak (child abuse) dapat
didefenisikan sebagai peristiwa perlukaan fisik, mental, atau seksual yang umumnya
anak. semua itu diindikasikan dengan kerugian serta ancaman terhadap kesehatan dan
Pengertian kekerasan seksual juga dapat diartikan sebagai sebuah tindakan atau
dilakukan oleh pelaku terhadap korbannya dengan cara memaksa, berakibat korban
menderita secara fisik, materi, mental maupun psikis. Kejahatan kesusilaan secara umum
merupakan perbuatan yang melanggar kesusilaan yang sengaja merusak kesopanan
dimuka umum atau dengan kata lain tidak atas kemauan si korban melalui ancaman keras
Kekerasan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak dimana
orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual
(Wahyuni, 2016).
merupakan perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-
anak(baik secara fisik maupun emosional). Bentuk kekerasan terhadap anak dapat
diklasifikasikan secara fisik, kekerasan secara psikologi, kekerasan secara seksual dan
kekerasan secara sosial. Kekerasan seksual Ini terjadi karena Posisi anak yang di pandang
lemah dan tidak berdaya, serta rendahnya kontrol orang tua. (Erlinda, 2010) juga
pengetahuan, perilaku jahat antar generasi, ketegangan seksual, serta lemah hukum yang
berlaku. kekerasan seksual dapat terjadi kapan pun, di manapun dan oleh siapapun. Bisa
dalam bentuk pemerkosaan ataupun pencabulan (Sari, 2009). Perbuatan ini dilakukan
Terdapat dua bentuk aktivitas seksual pada anak yaitu aktivitas seksual kontak
dan non kontak. Aktivitas seksual kontak berupa mencium anak dengan intim, membelai
anak untuk mendapatkan kepuasan seksual, memasukkan jari kedalam vagina dan anus
anak. sedangkan aktivitas seksual non kontak berupa tindakan masturbasi dihadapan
anak, mengintip anak ketika berpakaian atau saat mandi, serta berbicara mengenai topik-
topik seksual pada anak dengan tujuan menimbulkan gairah dan rangsangan menurut
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kekerasan seksual pada
anak merupakan perbuatan yang dilakukan orang dewasa dimana anak dijadikan sebagai
pemuas kebutuhan seksual. Keterlibatan anak dalam aktivitas seksual yang dilakukan
1. Anak yang berpotensi adalah anak yang cenderung penakut, berpakaian ketat, dan
hiperaktif.
3. Adanya peluang untuk melakukan pelecehan seksual. Kondisi ini dapat terjadi
antara lain anak hanya tinggal dengan pembantu atau pamannya saja.
4. Yang terakhir adalah para pencetus dari korban dan pelaku. Anak yang biasanya
menjadi pencetus adalah yang sering dipeluk, dipangku, dan dicium tetapi berani
menolak.
1. Riwayat kekerasan seksual masa lalu yaitu adanya tindakan yang pernah dialami
orang lain.
2. Keluarga yang tidak harmonis yang menimbulkan rasa kurang kasih sayang
5. Kontrol dan pengawasan terhadap anak yang sangat kurang baik dalam bermain
6. Penggunaan media televisi, internet dan buku yang tidak terkontrol dan
layanan sosial yang rendah, angka kemiskinan yang tinggi, banyaknnya para
pengangguran, adat istiadat mengenai pola asuh anak, stress pada para pengasuh,
media massa.
2. Faktor orang tua atau situasi keluarga, yaitu riwayat orang tua dengan kekerasan
fisik atau seksual pada masa kecil, orang tua menikah pada usia dini, imaturitas
emosi, kepercayaan diri orang tua rendah, kemiskinan, kepadatan hunian (rumah
tinggal), kekerasan dalam rumah tangga, kurangnya pengetahuan orang tua tentang
stress saat kelahiran anak, kehamilannya disangkal, orang tua tunggal seperti
bercerai atau kematian, pola mendidik anak yang kurang efektif, dan kurang
3. Faktor anak yaitu prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat, dan anak dengan
tetapi dapat menggunakan bermain, penipuan, ancaman atau lainnya. Bentuk paksaan
dengan melibatkan anak dalam menjaga rahasia mereka. Sementara itu, menurut Lyness
dalam Maslihah (2006) menjelaskan bahwa kekerasan seksual pada anak meliputi
tindakan menyentuh atau mencium organ seksual anak, memperlihatkan media porno,
memperlihatkan alat kemaluan pada anak, dan tibdakan seksual pemerkosaan atau
pencabulan.
pelaku, yaitu :
1. Familial Abuse
Termasuk familial abuse adalah incest, yaitu kekerasan seksual yang terjadi antara
korban dan pelaku masih dalam hubungan darah, menjadi bagian dalam keluarga inti.
Hal ini, termasuk seseorang yang menjadi pengganti orang tua, misalnya ayah tiri,
Mayer dalam Ambarawati, (2018) menyebutkan kategori incest dalam keluarga dan
mengaitkan dengan kekerasan pada anak, yaitu kategori pertama, penganiyaan (sexual
molestation), hal ini meliputi interaksi noncoitus, petting, fondling, exhibitionism, dan
voyeurism, semual hal yang berkaitan untuk menstimulasi pelaku secara seksual.
Kategori kedua, permerkosaan (sexual assault), berupa oral dan hubungan dengan alat
kelamin, masturbasi, stimulasi oral pada penis (fellatio), serta stimulasi oral pada klitoris
(cunnilingus). Kategori terakhir yang paling fatal disebut pemerkosaan secara paksa
(forcible rape), meliputi kontak seksual. Rasa takut , kekerasan, dan ancaman menjadi
sulit bagi korban. Mayer mengatakan bahwa paling banyak ada dua kategori terakhir
Kekerasan seksual ini adalah kekerasan yang dilakukan oleh orang lain diluar
keluarga korban. Pada pola pelecehan seksual diluar keluarga, pelaku biasanya orang
dewasa yang tidak dikenal oleh sang anak dan telah membangun relasi dengan anak
tersebut, kemudian membujuk sang anak kedalam situasi dimana pelecehan seksual
tersebut dilakukan, sering dengan memberikan imbalan tertentu yang tidak didapatkan
oleh sang anak dirumahnya. Anak biasanya tetap diam karena bila hal tersebut diketahui
mereka takut akan memicu kemarahan dari orang tua mereka. Beberapa orang tua kadang
kuranh peduli tentang dimana dan dengan siapa anak-anak mereka menghabiskan
waktunya. Anak-anak yang sering bolos sekolah cenderung rentan untuk mengalami
kejadian ini dan harus diwaspadai. Kekerasan seksual dengan anak sebagai korban yang
dilakukan oleh orang dewasa dikenal sebagai pedophile, dan yang menjadi korban
tindakan-tindakan lain yang tidak dikehendaki korban, memaksa korban untuk menonton
melanggar norma hukum bentuk perkosaan atau pencabulan merupakan dua istilah yang
saling bersatu padu. Namun terdapat kesamaan makna yaitu memaksa seseorang untuk
dijadikan objek hasrat seksual. Peristiwa ini sering terjadi seperti perkosaan oleh seorang
yang lebih tua kepada yang lebih muda umurnya (anak) untuk melakukan kontak fisik
(memasukkan alat kelamin anak) atau menggunakan penetrasi seksual berbeda seperti
2. Pelecehan seksual
Dalam pelecehan seksual terhadap anak, biasanya pelaku lebih menggunakan cara-
cara halus dan tidak ekstrem namun barakibat fatal kepada kondisi psikis anak. bentuk
pelecehan seksual anak seperti meminta atau menekan seorang anak untuk melakukan
aktivitas seksual.
3. Percobaan perkosaan
Untuk memenuhi hasrat seksualnya, seringkali percobaan perkosaan pada anak sering
terjadi. Percobaan perkosaan bisa berbentuk seperti melakukan hal-hal yang tidak
4. Menampilkan pornografi
Pada bentuk ini, seorang anak dipaksa untuk memberikan paparan yang tidak senonoh
dari alat kelamin anak seperti menampilkan bentuk fisik tubuh, tak lain untuk
tidak berdaya dalam membela dirinya. Kematangan dalam berpikir dan emosi yang
belum siap membuat anak bergantung kepada orang yang dipercayainya, terutama orang
2005-2008 dalam hertinjung (2012), bahwa peristiwa kekerasan seksual pada anak biasa
terjadi ditempat-tempat yang seharusnya aman untuk anak dan dilakukan orang dewasa
yang tidak asing bagi anak. Sebanyak 38% kasus pelaku adalah tetangga 18%, teman
a. Berkembang problem kesehatan yang tidak dapat diterangkan: sering pusing, sakit
b. Mengeluh nyeri saat buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) karena
c. Adanya robekan, memar, perdarahan atau tanda penyembuhan pada tepi robekan
perlengketan rambut pubis dirasa akibat adanya cairan mani pelaku atau terdapat
demam.
f. Pelebaran anus.
g. pembesaran liang vagina pada kasus digitasi vagina (orang dewasa memasukkan
peliharaan.
d. Merasa sangat takut pada seseorang atau bagian dari rumah secara tiba-tiba, seolah
berkepanjangan bagi diri anak. proses tumbuh kembang anak menjadi terganggu. Hal ini
dilakukan penelitian oleh Hertinjung (2012) bahwa dampak kekerasan seksual pada anak
ialah anak tidak mampu menentukan batas-batas ruang personal yang wajar sehingga
anak tidak berani menjalin relasi dengan jarak intim dengan orang lain. Anak cenderung
menarik diri dan tidak percaya pada orang lain, dan biasa terjadi gangguan kecemasan
serta depresi. Internsitas diri positif anak juga mengalami hambatan, biasanya anak
berperilaku dependen.
Dampak jangka panjang bagi korban kekerasan seksual ini adalah anak berpotensi
untuk menjadi pelaku kekerasan seksual dikemudian hari. Umumnya anak mengalami
emosi yang kaku dan ketakutan.Anak membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun untuk
terbuka dengan orang lain setelah anak mengalami kejadian terebut (Tower, 2002).
Menurut Faller dalam Noviana (2015) dampak kekerasan seksual pada anak dapat
mengakibatkan :
1. Traumatis seksual
Traumatis seksual yang dimaksud adalah anak dapat “bermusuhan” atau menghindar
dari tentang seks, bermasalah dalam menentukan identitas pasangan yang seharusnya
2. Stigmatisasi
Stigmatisasi ialah dimana anak merasa dirinya sudah “buruk” dan sudah tidak bermutu.
Rasa bersalah, malu akibat tidak berdayaan yang dirasa anak tidak memiliki kekuatan
untuk mengontrol dirinya. Beberapa korban marah terhadap tubuhnya sendiri. Perasaan
ini dicerminkan dengan merusak diri seperti narkoba, mutilasi diri, hingga tindakan
3. Penghianatan
Anak akan merasa kepercayaan dirinya terhadap orang lain sebagi pelindung dan
pemelihara melemah. Hal ini membuat anak menjadi pemarah, merusak hal disekitar dan
membatasi dirinya.
4. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan dapat membuat anak melemah dan menghindar, seperti disosiasi dan
melarikan diri. Tanda perilaku terjadi seperti rasa cemas berkepanjangan terjadi masalah
a. Stres yaitu reaksi tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya
b. Kecemasan yaitu gangguan alam perasaan (cemas, takut) sebagai dampak beban
c. Depresi yaitu gangguan alam perasaan (sedih, murung, putus asa, dan ingin bunuh
diri) sebagai akibat beban kehidupan yang menimpa dirinya yaitu mengalami
d. Gangguan jiwa skizofreni akibat beban kehidupan yang dirasakan terlampau berat
kepribadian ganda, menunjukkan perilaku, perasaan dan pikiran yang tidak wajar.
6. Penyakit kelamin
Penyakit kelamin (veneral diseases) di sebut pula dengan istilah penyakit menular
seksual (sexually transmitted diseases), artinya jenis penyakit ini ditularkan melalui
perselingkuhan, homoseksual, perkosaan pada anak dan lain sejenisnya. Jenis penyakit
ini tidak saja merusak alat kelamin dan organ reproduksi tetapi juga menimbulkan
Selain itu dampak yang dialami anak-anak yang menjadi korban tindak kekerasan
berlebihan, problem dalam hal makan dan susah tidur), problema kesehatan seksual
penyakit menular seksual), mengembangkan perilaku agresif (suka menyerang) atau jadi
pemarah, atau bahkan sebaliknya menjadi pendiam dan suka menarik diri dari pergaulan,
mimpi buruk dan serba ketakutan, kehilangan nafsu makan, tumbuh dan belajar lebih
lamban, dan tidak jarang tindak kekerasan terhadap anak juga berujung kepada kematian
(suyanto, 2016).
anak amak diperlukan usaha preventif agar anak terhindar dari hal tersebut. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang seksualitas
Pada Roqib dalam (Ambarawati, 2018) menyatakan bahwa pendidikan seks yang
2. Membantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan
didepan umum seperti anak selesai mandi harus mengenakan baju kembali didalam
perempuan.
4. Mengajarkan anak untuk mengetahui nama-nama yang benar pada setiap bagian tubuh
dan fungsinya.
5. Memberikan dukungan dan suasana kondusif agar anak mau berkonsultasi kepada
orang tua.
6. Mengajarkan anak bahwa tubuhnya hanya milik dirinya dan tidak ada seorangpun
7. Sentuhan yang baik dan sentuhan yang buruk. Anak tidak selalu mengetahui sentuhan
Berikut yang harus dilakukan anak untuk menghidar dari kekerasan seksual :
1. Apabila tidak ada orang tua tidak boleh menerima barang dari orang yang tidak
dikenal.
3. Apabila ada orang mau mendekati kamu ditempat sepi tidak boleh, juga kalau ada
orang mau memegang tubuh kamu bagian dada, perut, pantat, dan celana itu tidak
boleh.
4. Kalau ada yang memaksa, maka kamu harus berteriak yang keras dan katakan “Tidak
mau”, lalu langsung lari ke tempat ramai dan teriak “Tolong” dan tidak usah takut atau
malu untuk segera lapor ke orang tua atau guru yang kita sayangi.
5. Tidak boleh ada yang memaksa kita untuk melakukan hal yang tidak kita sukai,
bahkan orang yang paling dekat sekalipun seperti orang tua, kakak, paman, kakek,
guru, teman atau orang yang tidak kita kenal. Jika anak-anak mendapatkan perlakuan
yang tidak menyenangkan, orang tua harus segera membawa mereka untuk
2. Sentuhan boleh yaitu kepala, tangan, kaki. Hal ini boleh di lakukan karena sayang dan
4. Jika ada yang ingin menyentuh “katakan tidak boleh” atau lebih baik menghindar lalu
5. Orang lain tidak boleh menyentuh tubuh, kecuali ibu dan dokter yang memeriksa
waktu sakit.
6. Jika ada orang lain mengajak pergi, memberi permen atau mainan jangan mau. Kita
7. Kalau ada orang yang mau cium-cium ditempat sepi tidak boleh, juga jika orang mau
pegang badan tidak boleh, dan jika ada yang memaksa harus teriak yang keras
“tolong”.
8. Jangan takut dan malu, cepat kasih tahu orang tua atau guru yang kita sayangi. Dan
2.3 Pengetahuan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. segenap apa yang diketahui tentang suatu
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan
terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya)
(Notoatmodjo dalam Yuliana, 2017). Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal,
termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun
tidak sengaja dan terjadi setelah melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek
Jadi dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah
berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui panca indera.
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah meningat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain
2. Memahami (Comprehension)
tentang objek yang di ketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telag paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih
ada kuantitasnya satu sama lain. kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
5. Sintesis (synthesis)
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
6. Evaluasi (Evaluation)
Cara ini telah dipakai sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebekum
memecahkan dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka akan dicoba
Prinsip cara ini yaitu orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh
seorang tanpa terlebih dahulu menguji kebenaran, baik fakta empiris atau penalaran
pengalaman dengan benar, diperlukan pikiran kritis dan logis. Sumber pengetahuan
dengan cara ini didapat dari pemimpin, baik formal maupun informal dan diperoleh
cara mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta
informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang mereka miliki semakin banyak.
2. Pekerjaan
3. Umur
dan psikologi. Pada aspek psikologi atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi
4. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang
5. Pengalaman
yang besar.
7. Informasi
yang menanyakan isi materi yang akan diukur dari responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2010).
nilai 1 untuk jawaban benar sedangkan nilai 0 untuk jawaban salah. Total skor
Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6-12 tahun yang merupakan
pengalaman inti anak (Wong, 2008). Dimana mereka belajar bertanggung jawab baik itu
dari segi perilaku ataupun hubungan sosial baik itu dengan orang tua, teman sebaya
maupun orang lain serta mendapatkan dasar pengetahuan sebagai bentuk untuk
(2011) anak usia sekolah dasar merupakan anak usia 6-12 tahun yang sudah dapat
menghitung).
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel,
organ, maupun individu yang biasa diukur dengan berat (gram, pon, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang, kesinambungan metabolic (retensi kalsium dan
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagi hasil dari interaksi dan lingkungannya (Adriana, 2011). Pertumbuhan
pematangan fungsi organ/individu (Adriana, 2011). Anak sekolah dasar akan mengalami
Masa sekolah dasar berlangsung antara usia 6-12 tahun. Masa ini sering disebut juga
masa sekolah, yaitu masa matang untuk belajar atau sekolah. Pada masa ini anak-anak
lebih mudah diarahkan, diberi tugas yang harus diselesaikan, dan cenderung mudah
untuk bejalar berbagai kebiasaan seperti makan, tidur, bangun, belajar pada waktu dan
tempatnya dibandingkan dengan masa pra sekolah. Dilihat dari karakteristik anak
terus menerus kearah kemajuan. “Anak SD merupakan anak dengan kategori banyak
mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik serta memiliki rasa
Pada fase ini pertumbuhan fisik anak tetap berlangsung. Anak menjadi lebih tinggi,
lebih berat, lebih kuat, dan juga lebih banyak belajar berbagai keterampilan. Pada masa
ini juga perkembangan kemampuan berpikir anak bergerak secara sekuensial dari
berpikir konkrit ke berpikir abstrak. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
(Jean Piaget dalam Crain, 2004) bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahapan
operasi konkrit. Pada tahap ini anak sudah mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi
belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Dalam tahap ini anak mulai berkurang
egosentrisnya dan lebih sosiosentris (mulai membentuk per-group). Akhirnya pada tahap
operasi formal anak telah mmpunyai pemikiran yang abstrak pada bentuk-bentuk yang
lebih kompleks.
Anak usia sekolah dasar menganggap kekuatan dari luar sebagai penyebab
sekolah yakni reaksi formasi, suatu mekanisme pertahaanan yang tidak disadari,
anak menganggap suatu tindakan adalah berlawanan dengan dorongan hati yang
mereka sembunyikan. Biasanya anak menyatakan bahwa mereka berani saat anak
sebaya.
Berikut ini adalah karakteristik anak usia sekolah berdasarkan motorik, mental,
yaitu:
1. Faktor Internal
b. Keluarga
c. Umur
d. Jenis kelamin
pada anak laki-laki, tetapi melewati masa puberbatas pertumbuhan anak laki-laki
lebih cepat.
e. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
f. Kelainan kromosom
2. Faktor Eksternal
a. Gizi
pertumbuhan jasmani.
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar
matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (mencuri, rokok, dll)
d. Psikologis
Hubungan anak dengan orang disekitarnya, dimana anak yang merasa tertekan
e. Endokrin
f. Sosio-ekonomi
h. Stimulasi
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisai anak, keterlibatan ibu dan anggota
i. Obat-obatan
Anak
Hasil penelitian yang dilakukan sari dan Putri Minas, (2021) membuktikan terdapat
pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video terhadap pengetahuan anak sekolah
dasar tentang empat bagian tubuh penting yang tidak boleh disentuh di koto Tangah Kota
anak dan orang tua di SD Negeri 52 Welonge Kabupaten Soppeng. Penelitian Endra,
Amalia, (2018) juga menyatakan ada pengaruh yang signifikan pemberian Pendidikan
kesehatan seksual terhadap kejadian kekerasan seksual pada anak sekolah dasar di SD
membuktikan Media video animasi lebih efektif digunakan dalam promosi kesehatan
terhadap pengetahuan dan sikap tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak di SD
Negeri 5 Kota Bengkulu. Penelitian Mira, putri marisa, (2017) membuktikan bahwa Ada