Anda di halaman 1dari 2

Eksplorasi Konsep - Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki Hadjar Dewantara

Dewi Widya Astuti , PPG MTK UPGRIS Prajab Gelombang II

Ki Hadjar Dewantara dengan prinsipnya yang kita kenal Tut Wuri Handayani yang menjadi
landasan perihal pengajaran dan pendidikan. Sungguh perjuangan yang tidak mudah sampai di titik
dapat membangun taman siswa yang merupakan gerbang menuju kemerdekaan baik aspek pendidikan
maupun aspek kebudayaan yang tentunya amat sangat terkait dengan aspek politik sebagai pagar atau
pondasi utama untuk menjaga pembangunan pendidikan ini. Gerakan transpormasi Ki Hadjar Dewantara
merupakan Gerakan untuk membebaskan diri dari jeratan penjajah dengan meluaskan pendidikan
kepada generasi muda juga generasi penerus bangsa. Pada zaman colonial kala itu dengan didirikannya
taman siswa di Yogyakarta bertujuan agar bangsa dan anak-anak Indonesia serta rakyat dapat terbebas
dari kebodohan dan menemukan kemerdekaannya sendiri.

Yogyakarta merupakan tempat pertama diselenggarakannya pendidikan nasional yaitu


perguruan taman siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922. Sejak didirikan
perguruan tersebut, nama Ki Hadjar Dewantara disebut sebagai Bapak taman siswa, Bapak pendidikan
nasional. Usaha Ki Hadjar Dewantara menyelenggarakan perguruan nasional merupakan perjuangan
yang sangat berani, karena pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda adalah
pendidikan kolonial (Setiono, 2012, p. 2).

Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922 itu tidak dimaksudkan untuk mendidik golongan
tertentu, tetapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Tujuan pokok yang hendak dicapai adalah
terlaksananya pendidikan dan pengajaran secaramerata, sekaligus menanamkan nilai-nilai persatuan di
atas perbedaan (bhinnelea tunggal ilea). Salah satu alasan mengapaTaman Siswa didirikan adalah
kenyataan bahwa pemerintah kolonial sangat kikir dan sama sekali mengabaikan bidang pendidikan
(Suastika, Ratna, & Ardhana, 2002, p. 379).

Bukan hanya didirikannya Taman siswa tetapi Usaha-usaha yang di lakukan oleh Ki Hadjar
Dewantara dalam melaksanakan cita-cita pendidkannya yaitu dengan mendirikan Perguruan
Kebangsaan "Taman Siswa" pada tanggal 3 Juli 1922 di Jogyakarta. Pada sekolah-sekolah Taman Siswa
diadakan Pembaagian-Pembagian Sebagai Berikut; 1). Taman Indriya (Taman Kanak-Kanak Taman Siswa)
bagi anak-anak yang berumur 5-6 Tahun. 2). Taman Anak (kelas I-III) bagi anak-anak berumur 6-7 Tahun
-- 9-10. 3). Taman Muda (IVVI) bagi anak-anak yang berumur 10-11 tahun -- 12-13 tahun. 4). Taman
Dewasa (SMP). 5). Taman Madya (SMA). 6). Taman Guru (Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila, 2021, p. 53)

Berawal dari perjuangan Gerakan transformasi dalam perkembangan pendidikan sebelum


kemerdekaan terlebih dahulu berjuang dalam aspek politik yakni terlibat dalam Indisce Partij yang
didalamnya terdaapat Ki Hadjar Dewantara, Dr Cipto dan Dr Douwes Dekker. Lalu pada tahun 1912
mulai pergerakan dalam tujuan pendidikan yakni mendirikan bumi putera dimana sekolah yang didirikan
pada bupati tetapi hanya untuk calon-calon pegawai saja yang di didik disana. Lalu kemudian prinsip
mengenai ingin meluaskannya pendidikan mulai semakin diperjuangan yakni Tanggal 3 Juli 1922 babak
baru perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam bidang pendidikan di mulai yaitu dengan mendirikan
Taman Siswa yang mula-mula bernama "National Onderwijs Instituut Taman Siswa" yang pertama di
Jogjakarta, sekolah ini kelak di ubah menjadi Perguruan Kebangsaan Taman Siswa" sekolah ini awalnya
di peruntukan hanya untuk taman anak dan kursus guru (Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila, 2021, p. 52).

Selain hal tersebut, Ki Hadjar Dewantara memiliki dua pandangan tentang pendidikan. pertama,
tri pusat pendidikan, yang mengatakan bahwa pendidikan yang diterima oleh peserta didik terjadi dalam
tiga ruang lingkup, yakni: lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat.
Ketiga, lingkungan tersebut memiliki pengaruh edukatif dalam pembentukan kepribadian peserta didik.

Kedua, sistem among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan bersendikan
kodrat alam dan kemerdekaan (Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila, 2021, p. 50). Prinsip Ki Hadjar
Dewantara yang selalu tersimpan adalah Tut wuri handayani yang dianggap sebagai semboyan, moto,
bahkan jiwa dan roh dalam mengembangkan pendidikan modem. Berbeda dengan pendidikan Barat,
yang seolah-olah memaksa agar anak didik memiliki kadar intelektualitas yang tinggi, Taman Siswa
mendidik dengan eara membimbing dan mengarahkan dari belakang, sambi! memberikan petunjuk-
petunjuk yang sesuai dengan kemampuannya.

Konsep dan prinsip dari Bapak Pendidikan Nasional ini dengan tujuan meluaskan pendidikan dan
keluar dari hal kebodohan untuk dapat memerdekan bangsa, pendidikan dan memerdekakan
kebudayannya tentunya selalu dan akan tetap menjadi acuan perkembangan pendidikan di Indonesia ini
sesuai dengan contoh nyatanya yang Bapak Menteri Pendidikan cetuskan yakni merdeka belajar.
Harapannya semoga dengan menerapkan prinsip leluhur menjadi bagian integral dalam pendidikan agar
mengingat perjuangan akan Namanya pendidikan di bangsa Indonesia ini.

Daftar Pustaka

etiono, T. H. (2012). Ki Hadjar Dewantara Perannya Dalam Memperjuangkan Pendidikan Nasional Tahun
1922-1959 . -, 2.

Suastika, M., Ratna, K., & Ardhana, K. (2002). Ki Hadjar Dewantara Pelopor Pendidikan Nasional .
Cakrawala Pendidikan, 379.

Zuriatin, Nurhasanah, & Nurlaila. (2021). Pandangan dan Perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam
Memajukan Pendidikan Nasional. Jurnal Pendidikan IPS, 50.

Anda mungkin juga menyukai