Anda di halaman 1dari 3

Nama Kelompok :

1. Hendrisa Adrillian (23532087)


2. Dewi Widya Astuti (23532075)
3. Ita Zuliyanti (23532090)
4. Al Anisa Dewi Mustika (23532060)
Kelas : Pemahaman Peserta Didik

Bacalah kasus-kasus berikut ini. Lalu, jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan
berdiskusi bersama kelompok. Gunakan bekal pengetahuan anda mengenai konsep yang telah
dipelajari untuk memberikan jawaban yang informatif dan solutif.
Kasus 1
Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda hendak
menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata (mean). Untuk
memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat
urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat mencari nilai rata-
rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta didik untuk mengerjakan soal yang Anda
berikan. Hasilnya, peserta didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah
yang telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk
mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu
mengerjakannya dengan benar.
1. Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan baik
pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
Jawab:
Karena langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh guru sesuai dengan kondisi
atau karakteristik dari peserta didik dan guru mengetahui gaya belajar dari peserta didik
yang diampu yaitu gaya belajar visual, sehingga peserta didik mudah memahami apa
yang diberikan oleh guru. Oleh sebab itu, peserta didik mampu mengerjakan latihan
soal kedua tanpa melihat urutan langkah pengerjaan soal karena siswa sudah paham
materi yang diberikan
2. Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas
dapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab:
Metode yang digunakan adalah diskusi, siswa diminta memahami langkah-langkah
yang telah diberikan oleh guru, selanjutnya peserta didik dapat berdiskusi dengan teman
ketika mengalami kesulitan, kegiatan belajar tersebut dapat dilakukan jika peserta didik
memiliki gaya belajar visual. Dimana mereka dapat memahami apa yang disampaikan
guru dengan membaca materi salah satunya petunjuk yang diberikan oleh guru.
Pendekatan yang digunakan oleh guru adalah pendekatan kontrutivisme. Dimana
peserta didik diminta membangun kemampuan mereka sendiri untuk menentukan mean
atau rata-rata melalui langkah-langkah menyelesaikan soal. Hal tersebut efektif dapat
membuat siswa memahami cara menentukan mean, sehingga mereka tidak perlu
melihat langkah-langkah tersebut lagi untuk menjawab soal selanjutnya.
Kasus 2
Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa berhitung
dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu setiap peserta didik
menyelesaikan tantang belajarnya.
1. Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya sesuai
dengan tahapan perkembangan usia?
Jawab:
Peserta didik tersebut berada pada Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun). Pada
tahapan ini, peserta didik cukup dewasa untuk menggunakan perkiraan atau pemikiran
logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada objek fisik. Oleh sebab itu, guru dapat
menggunakan barang-barang disekitar sebagai media pembelajaran untuk mengajarkan
perhitungan kepada peserta didik. Contoh penggunaan dua apel yang menggambarkan
1 apel untuk menggambarkan 1, 2 apel untuk menggambarkan 2 apel. Melalui benda
benda yang menarik, peserta didik dapat mudah membaca dengan lancar dengan syarat
harus dilatih secara terus-menerus.
2. Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.
Jawab:
Karena dalam usia tersebut Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun) peserta didik
lebih menggunakan perkiraan atau pemikiran secara logis, sehingga peserta didik lebih
mudah memahami ketika kita memberikan dengan contoh dalam dunia nyata. Teori
perkembangan kognitif oleh Piaget. Teori ini menyebutkan, seseorang tidak hanya
menunjukkan kaitan antara rangsangan dan respons saat belajar, tetapi juga sikap untuk
mencapai apa yang menjadi tujuan belajarnya. Ada 5 prinsip dalam dasar teori belajar
kognitif dalam proses belajar, yaitu:
1) Proses yang lebih penting daripada hasilnya.
2) Sudut pandang dan cara memahami dalam mencapai semua tujuan juga
menunjukkan sikap.
3) Pemisahan materi belajar jadi komponen yang lebih sederhana dan belajar
secara terpisah.
4) Setiap peserta didik harus menunjukkan keaktifan dalam belajar.
5) Perlu proses berpikir yang kompleks saat belajar.
Kasus 3
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks deskripsi pada
peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa
contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang ada di
Ibu Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta didiknya, Made pun mencoba
untuk memberikan contoh berbeda. Ia memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan
makanan khas di Bali.
1. Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
Jawab:
Menurut kami pertimbangan dan keputusan yang dilakukan oleh Made sudah tepat
karena sebagai guru harus dapat menyesuaikan lingkungan dan karakteristik siswa
dalam menangkap maksud dan memahami tujuan materi pembelajaran yang diberikan.
Dengan Made mengambil contoh pantai dan makanan khas Bali, Made mampu
memberikan contoh penerapan materi dengan mengusung tema dari lingkungan sekitar
dari siswanya. Sehingga siswa mampu memahami dan menerapkan materi dengan baik
dan mudah melakukan analisis karena bahan materi yang diusung dapat mereka amati
disekitar mereka.
2. Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.
Jawaban:
Pembelajaran yang dilakukan oleh Made telah menerapkan teori belajar
konstruktivisme yang dikemukakan oleh Vygotsky. Dimana dalan teori tersebut
mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa mempelajari ilmu pengetahuan
berdasarkan budaya dimana mereka tinggal. Pengetahuan berkembang melalui proses
interaksi dengan lingkungan sosial budaya mereka. Vygotsky mengungkapkan bahwa
pengaruh budaya dan lingkungan sosial sangat penting dalam mempengarui
pembentukan pengetahuan seorang anak (Agustyaningrum et al, 2022).
Selain itu, prinsip yang digunakan Made sesuai dengan prinsip Fleksibilitas.
Pembelajaran bersifat fleksibel dan lentur. Dimana dalam pelaksanaannya kurikulum
tersebut menyesuaikan kondisi daerah, waktu, kemampuan, serta latar belakang
(Setiyadi et al, 2020)

Anda mungkin juga menyukai