Hukum Zakat Dan Wakaf Kel.8
Hukum Zakat Dan Wakaf Kel.8
INDONESIA
DOSEN PENGAMPUH :
A. Latar Belakang
Salah satu sisi ajaran Islam yang yang belum ditangani secara serius adalah penanggulangan
kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, shadaqah
dalam arti seluas-seluasnya. Padahal umat Islam (Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang
sangat besar dengan potensi sumber daya manusia yang melimpah. Kedudukan kewajiban zakat dalam
Islam sangat mendasar dan fundamental. Begitu mendasarnya sehingga perintah zakat dalam al-Quran
sering disertai dengan ancaman yang tegas. Zakat menempati rukun Islam ketiga setelah syahadat dan
shalat.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang mengelola Zakat Infak Sedekah (ZIS) ikut berperan dalam
program pengentasan kemiskinan nasional melalui distribusi ekonomi kuat ke ekonomi lemah. Potensi
zakat yang ada di Indonesia menurut Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bambang Sudibyo
menyebutkan bahwa potensi zakat di Indonesia ialah sebesar 286 triliun rupiah. Namun, pada 2015
yang lalu, penerimaan zakat baru terealisasi sebesar 3,7 triliun. Potensi zakat sangat besar, penelitian
pada 2011 oleh ITB mengungkap potensi di tahun 2010 adalah 217 trilun rupiah. Dengan perhitungan
PDB, potensi di tahun 2015 menjadi 286 triliun rupiah. Namun, penghimpunan zakat masih rendah,
pada 2015 baru 3,7 triliun rupiah atau 1,3 persen dari PDB. Dengan demikian, rata-rata tingkat serapan
ZIS oleh Lembaga Amil Zakat masih rendah, yaitu hanya sekitar 1,2 persen. Hal ini membuktikan
bahwa kolektivitas pengumpulan zakat masih jauh dari harapan.
Hal ini menjadikan kecenderungan muzaki kurang percaya dengan LAZ. Salah satu cara
meningkatkan kepercayaan penyaluran zakat para muzaki di Indonesia melalui lembaga amil zakat,
adalah dengan peningkatan akuntabilitas lembaga amil zakat, sehingga dana yang terkumpul dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik kepada publik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat tulisan terhadap zakat. Maka makalah
ini diberi judul “Memahami Tentang Lembaga Pengelola Zakat Dan Wakaf Di Indonesia”.
Fokus penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan seputar lembaga pengelola zakat di indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam lembaga pengelola zakat di indonesia?
2. Apa yang menjadi dasar pendirian lembaga pengelola zakat di indonesia?
3. Apa saja tujuan pendirian lembaga pengelola zakat di indonesia?
4. Apa saja kegiatan operasional lembaga pengelola zakat di Indonesia?
PEMBAHASAN
Di Indonesia, ada 2 (dua) kelembagaan pengelola zakat yang diakui pemerintah, yaitu
Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Kedua-duanya telah mendapat payung
hukum dari pemerintah.1Seperti Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat. Pengelolaan Zakat menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2011 adalah suatu kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengorganisasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat. Menurut Undang- undang tersebut bahwa lembaga yang berwenang
melakukan kegiatan itu adalah lembaga pengelola zakat yang formal dan berbadan hukum yaitu
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan pemerintah.
1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
BAZNAS merupakan lembaga amil zakat dibentuk oleh pemerintah dari tingkat pusat sampai
dengan tingkat daerah yang bertugas untuk melakukan pengelolaan zakat, infak, sedekah secara
nasional. BAZNAS merupakan lembaga non struktural yang bertanggungjawab kepada Presiden
melalui Menteri. Sumber pendanaan untuk kegiatan operasional BAZNAS bersumber dari
anggaran APBN dan hak amil. Dalam melaksanakan tugasnya BAZNAS menyelenggarakan
fungsinya sebagai berikut (Kemenag, 2015 :339) :
a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
b. Pelaksanaan Pengumpulan, Pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian,dan pendayagunaan zakat
d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolan zakat
Terdapat beberapa peran pemerintah dalam pengelolaan zakat dan wakaf, yaitu:
1 Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.39-40.
b. peran sebagai motivator yakni melaksanakan berbagai program sosialisasi dan
orientasi baik secara langsung maupun melakukan kerjasama dengan berbagai
pihak terkait.
c. sebagai fasilitator yakni menyiapkan berbagai fasilitas penunjang operasional
zakat baik perangkat lunak maupun perangkat keras. Pemerintah berupaya
menfasilitasi pengelolaan zakat dan wakaf agar dapat melaksanakan pengelolaan
secara optimal.
d. sebagai koordinator yakni mengkoordinasikan semua lembaga pengelola zakat dan
wakaf di semua tingkatan serta melaksanakan pemantauan dan pengawasan
terhadap lembaga-lembaga tersebut.
2. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
LAZ merupakan lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu tugas
BAZNAS dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Pembentukan lembaga
amil zakat harus mendapat izin dari menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri dan mendapat
rekomendasi dari BAZNAS, memiliki pengawas syariah, dalam melaksanakan tugasnya lembaga
amil zakat harus memiliki kemampuan teknis, administratif dan keuangan. Sumber pendanaan
untuk kegiatan operasional lembaga berasal dari hak amil baik berasal dari dana zakat, infak, dan
sedekah (Kemenag, 2015 : 337).
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, ZIS harus dikelola secara
melembaga sesuai dengan syariat islam, amanah, kemanfaatan, keadilan hukum, terintegrasi, dan
akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan evektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat. Kemudian, BAZNAS maupun LAZ wajib melaporkan kegiatan pengelolaan zakat, infak,
dan dana sosial keagamaan lainnya kepada menteri secara berkala sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas dana yang telah dikelola.
3
Pada masa awal reformasi yaitu masa pemerintahan BJ Habibie, tepatnya tanggal 23
September 1999 di-sahkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Zakat. Menurut Din Syamsuddin, lahirnya UU tersebut tidak terlepas dari politik umat
Islam yang disertai adanya kesadaran agama yang tinggi.16 Undang-Undang Pengelolaan Zakat
tersebut ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 tahun 1999 tentang
Pelaksanaan UU No.38 tahun 1999 dan Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor
D/291 tahun 2000 tentang Pedoman.Teknis Pengelolaan Zakat. Sebelumnya, pada tahun 1997 juga
keluar Keputusan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 1998, yang memberi wewenang kepada
masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk
melakukan pengumpulan dana maupun menerima dan menyalurkan ZIS. Undang-Undang
Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat terdiri atas 10 Bab dan 25 pasal
dengan rincian sebagai berikut:
2 Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafndo Persada, 1995), hlm. 250-251
3 Anonimous, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam dilengkapi Keputusan Menham, Petunjuk
Teknis, PP RI No. 10 , UU RI No.38 T. 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, UU RI No. 41 Tentang Pengelolaan Zakat , UU RI No.12 T. 2006 Tentang Kewarganegaraan
Pada prinsipnya, bentuk struktur organisasi di atas, menggambarkan bahwa LAZ tidak saja
sebagai organisasi pengelola zakat yang bersifat voluntir dan konvensional, tetapi dikelola secara
profesional dengan prinsip-prinsip manajemen modern. Hal tersebut tercermin pada struktur
organisasi LAZ Dompet Dhuafa, pada gambar 4.2 di bawah ini:
• Penghimpunan Zakat
A. Kesimpulan
1. Di Indonesia, ada 2 (dua) kelembagaan pengelola zakat yang diakui pemerintah, yaitu Badan Amil
Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Kedua-duanya telah mendapat payung hukum dari
pemerintah, Seperti Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan lembaga amil zakat dibentuk oleh pemerintah dari
tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah yang bertugas untuk melakukan pengelolaan zakat,
infak, sedekah secara nasional sedangkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan lembaga yang
dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu tugas BAZNAS dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
2. Dasar Pendirian Lembaga Pengelola Zakat Di Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat terdiri atas 10
Bab dan 25 pasal dengan rincian sebagai berikut:
3. Selanjutnya untuk pengelolaan operasi zakat dilakukan oleh LAZ di Indonesia dapat dilihat dari
bhal berikut:
a. Struktur organisasi lembaga amil zakat
b. Penghimpunan zakat
c. Pendistribusian dan pendayagunaan zakat
4. Tujuan Pendirian Lembaga Pengelola Zakat Di Indonesia
Tujuan Didirikan Lembaga Zakat (Holil, 2019) adalah untuk meningkatkan pelayanan dalam
menunaikan zakat, sesuai dengan tuntutan zaman, meningkatnya fungsi dan peranan pranata
keagamaan dalamupaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, dan
meningkatnya hasil daya guna dan daya guna zakat.
B. Saran
Menyadari bahwa tim penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya tim penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan. Dan tim penulis meminta kritik serta saran untuk
membangun makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanany Naseh, “Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia” dalam Mttktnldimah, Vol. XV,
No. 26 Janiiiiri-Juni 2009.
A. Kevin Reinhart, “Islamic Law As Islamic Ethics” dalam Te Journal of Religious Ethics, Vol. 11,
No. 2 Fall, 1983Hermanto Harun, “Menelisik Fleksibilitas Syari’ah Liberal, Versus
Konservatif” dalam Al-Risalah, Jurnal Kajian Hukum dan Sosial Kemasyarakatan. Vol 9,
Nomor 1, Juni 2009.
Masykuri Abdillah, “Epistemologi Fikih Siyasah” dalam Ahkam Jurnal Ilmu Syariah Vol. XII,
No. 1 Januari 2012.
Sepky Mardian, “Pengelolaan Zakat di Indonesia: Perspektif Sejarah dan Regulasi” dalam Jurnal
Hukum Islam dan Ekonomi, STAIN Malikulsaleh, Aceh, Volume I, No. 2, Juli-September
2012, ISSN 2302-9978.
Syafrin, Nirwan. “Konstruk Epistemologi Islam: Telaah Bidang Fiqh dan Ushul Fiqh” dalam Jurnal
Tsaqafah Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan IslamVol 5 No. 1 Zulqa’dah 1429
Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Darussalam Gontor Indonesia