Aisyahi 22010097 1a Non Reg Keperawatan Bencana
Aisyahi 22010097 1a Non Reg Keperawatan Bencana
Nim : 22010198
Kelas : 1A NON REGULER
Mk : KEPERAWATAN BENCANA
Setiap bencana pasti meninggalkan duka dan luka. Terbayang penderitaan yang dialami
masyarakat jepang, khususnya di daerah bencana (sendai, fukushima, dan sekitarnya), bencana
gempa bumi dan tsunami yang menelan korban lebih dari 10.000 jiwa ini tentunya akan
membawa perasaan pilu yang mendalam bagi seluruh keluarganya. Demikian pula kejadian
gempa bumi dan tsunami yang terjadi di aceh 6 tahun yang lalu yang menelan korban sekitar
200.000 jiwa. Tidak hanya itu, selain kehilangan sanak saudara, para korban gempa juga
kehilangan tempat tinggal. Bangunan rumah mereka hancur, dan rata dengan tanah.
Definisi bencana
Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menyebutkan bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Fase-fese bencana
Menurut barbara santamaria (1995), ada 3 fase dalam terjadinya suatu bencana, yaitu
diantaranya :
Fase preimpact.
Fase impact.
Trauma pasca bencana
Stress. Secara sederhana, stres dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana individu
terganggu keseimbangannya. Stres terjadi akibat adanya situasi dari luar ataupun dari
dalam diri yang memunculkan gangguan, dan menuntut individu berespon secara sesuai
Trauma. Secara sederhana, trauma berarti luka atau kekagetan (syok/shock). Penyebab
trauma adalah peristiwa yang sangat menekan, terjadi secara tiba-tiba dan di luar
kontrol/kendali seseorang, bahkan seringkali membahayakan kehidupan atau mengancam
jiwa
Dari aspek psikososial, bencana dapat berdampak pada:
Extreme peritraumatic stress reactions reaksi stress & trauma) gejala ini muncul pada masa
kurang dari 2 hari.
Acute stress disorder (asd)gejala ini muncul pada masa 2 s.D 30 hari/4 minggu.
Post traumatic stress disorder (ptsd)gejala ini muncul di atas 30 hari/1 bulanFase
postimoact.
Permasalaahan dalam penanggulangan bencana
1. Pra Bencana
Pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan
bencana ,pengurangan resiko bencana, pencegahan,pemaduan dalam perencanaan
pembangunan,persyaratan analisis resiko bencana.
2. Tanggap Darurat
Tahapan ini mencakup pengkajian terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya,
penentuan status keadaan darurat,penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan
dasar, pelayanan psikososial dan Kesehatan.
3. Pasca Bencana
Tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan daerah bencana, prasarana dan sarana
umum, bantuan perbaikan rumah,sosial,psikologis,pelayanan kesehatan, keamanan dan
ketertiban) dan rekontruksi (pembangunan, pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana
termasuk fungsi pelayanan Kesehat
KELOMPOK PEREMPUAN
Perubahan fisiologis pada ibu hamil seperti peningkatan sirkulasi darah,peningkatan kebutuhan
oksigen, dan lain-lain sehingga lebih rentan saat bencana dan setelah bencana.
KELOMPOK LANSIA
Perubahan kondisi fisiologis pada lansia meliputi perubahan pada muskuloskeletal, pendengaran,
penglihatan, sel, kardiovaskuler, respirasi, persyarafan, gastrointestinal, genitourinaria, vesika
urinaria, endokrin,dan kulit sehingga lansia lebih rentan terhadap bencana.
Pada siklus tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat terjadi bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana
b. Siklus Recovery
Pada siklus Recovery kegiatan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi adalah
perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang
memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca-bencana.
Pra bencana yang dilakukan mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta
peringatan dini dengan melakukan pendekatan komprehensif pada setiap fase
Pencegahan (prevension)
upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya suatu ancaman.
Misalnya : pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya banjir, biopori, penanaman
tanaman keras di lereng bukit untuk menghindari banjir dsb.
Mitigasi (mitigation)
upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya :
penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak menimbulkan kerugian besar.
Respon/recovery
merupakan persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi (atau kemungkinan akan
terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam
keadaan darurat dan identifikasi atas sumber daya yang ada unyuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:
Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah rawan
bencana dsb
Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin
mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana.
Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat
Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman.
Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat
Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-ialur evakuasi jika terJadi bencana.
Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi
dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan
tahan gempa dan sejenisnya.
CARE GIVER
Individu yang memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami disabilitas atau
ketidakmampuan dan memerlukan bantuan dikarenakan penyakit dan keterbatasan yang
meliputi keterbatasan fisik dan lingkungan.
Empathy
Salah satu karakteristik care giver yang baik adalah memiliki kemampuan empaty kepada
pasien yang memerlukan pendampingan.
Patience
Individu yang menerima pendampingan atau pelayanan biasanya tergantung pada orang
lain,hal tersebut dapat membuat mereka frustasi dan memberontak.
Realistik Outlock
Pelayanan/pendampingan sering dilakukan dalam jangka yang panjang untuk melengkapi
kebutuhan sehari hari dari pasien. Caregiver yang baik menyadari kapasitas dan tetap
terdorong untuk semangat dalam melayani dan memperhatikan pasien.
Strong Constitution
Tugas yang dilakukan caregiver berhubungan dgn aktivitas instrumentalseperti memandikan
baik itu bayi atau lansia. Seorang caregiver yang baik tidak akan merasa malu debfab tugas
yang dilakukan
Soothing Nature
Caregiver tahu bagaimana cara untuk menenangkan pasien. Menjadi voice of encouragement
adalah hal yang membuat kwalitas dari caregiver jadi lebih baik.
Reliability
Merupakan trait yang penting bagi caregiver. Individu yang menerima
pendampingan/pelayanan bergantung dan tidak bisa berpisah dari caregiver dan sering merasa
dekat dengan caregivernya. Caregiver harus berkomitmen dalam memberikan pelayanan baik
itu memberi makan dan pemberian obat.
Jenis–jenis caregiver
Caregiver Informal
Seseorang individu ( anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang memberikan perawatan
tanpa dibayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama maupun berpisah dengan
orang yang dirawat.
Caregiver Formal
Relawan atau individu yang dibayar untuk menyediakan pelayanan.
Perencanaan
Pendidikan
Pelatihan, Geladi dan Simulasi bencana
Kaji cepat bencana
Pencarian dan penyelamatan (SAR) dan evaluasi
Logistik
Keamanan pangan dan nutrisi
Dapur umum
Pengelolaan lokasi pengungsian dan huntara
Pengelolaan posko penanggulangan bencana
Kesehatan medis
Ciri-Ciri Interdisiplin
Peran dan tanggung jawab tidak kaku
Menyadari adanya tumpang tindih kompetensi dan menerapkan dalam praktek sehari-hari
Terdapat keinginan untuk memikul beban secara bersama
Menemui dan mengenanali keunikan peran masing-masing
Interdisiplin dimulai dari disiplin, yang kemudian mengembangkan permasalahan
Anggota Interdisplin : BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)
Ciri-Ciri Multidisiplin
Setiap bagian ikut berperan cukup besar
Setiap bagian beraktifitas sesuai batasan ilmunya
Konseptual dan operasioanl
Berupaya mengintegrasikan pelayanan untuk kepentingan pasien
Anggota Tim Multidisiplin : Dokter,perawat,ahli gizi,fisioterapi,pekerja social,polri
Komunikasi Multidisiplin
Menciptakan dan memelihara hubungan yang baik
Bertukar Informasi dan Bersikap Jujur
Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian
Penggunaan Bahasa yang tepat dan Bahasa tubuh serta penampilan
Memperhatikan kebutuhan pasien dan mengembangkan sikap simpati
Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran
kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi,
dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Dokter yang merujuk pasien juga harus memastikan bahwa sudah melakukan yang terbaik
untuk pasien luka bakar tersebut:
Pasien sudah tidak mengalami masalah pernafasan dan sirkulasi, artinya survey sekunder sudah
selesai dan pasien tetap stabil, transportable
Menutupi tubuh pasien yang ditransfer dengan kain kering
Crew ambulan yang tepat, berpengalaman untuk mencegah dan menanggulangi kondisi pasien
menjadi hipotermia dan kondisi gawat lain yang mungkin timbul selama transportasi.
Ambulan dilengkapi dengan alat dan obat emergency yang siap pakai termasuk oksigen.
Menggunakan kain yg direndam cairan garam justru menambah resiko hipotermia.
Sebelum mentransfer pasien, dokter yang merujuk harus memastikan bantuan ABC yang
cukup bagi pasien:
Bila pasien mengalami resiko distress nafas, lakukan intubasi sebelum pasien ditransfer. Bantu
dengan oksigen 100%
Stabilkan status sirkulasinya dengan resusitasi cairan. Berikan cairan kristaloid sesuai dengan
pedoman yang dianut (Baxter, Parkland formula) observasi tiap jam lebih bermanfaat (misal:
output urine pasien).
Pastikan akses vaskular yang cukup untuk resusitasi cairan dan pemberian analgesik .
Jelaskan pada petugas transport tentang kadar dan jumlah analgesik yang bisa diberikan selama
pemindahan pasien.
Pengertian :Resusitasi Jantung Paru atau cardiopulmonary resuscitation (CPR) Adalah Suatu
tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadan henti nafas atau henti jantung
(kematian klinis) ke fungsi optimal, untuk mencegah kematian biologis.
Tujuan BHD :Adalah memberikan bantuan dengan cepat atau mempertahan kan pasok oksigen
ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya
sambil menunggu pengobatan lanjutan. Jika pada suatu keadaan ditemukan korban dengan
penilaian dini terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas,tidak ditemukan adanya nafas dan atau
tidak ada nadi, maka penolong harus segera melakukan tindakan yangdinamakan dengan istilah
bantuan hidup dasar.
Pengertian : Pembidaian atau spinting adalah salah satu cara pertolongan pertama pada cedera/
trauma pada sistem mukuloskeletal. Pembidaian bertujuan untuk menggimmobilisasi ekstremitas
yang mengelami cidera, mengurangi rasa nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
Prosedur Pembidaian:
Melakukan informed consent.
Mempersiapkan alat dan bahan untuk pembidaian yang sesuai dengan ekstremitas yang cedera.
Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembidaian.
Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
Melakukan stabilitas manual pada tungkai yang mengalami cidera, dengan melakukan gentle
inline traction.
Melakukan padding pada tulang-tulang yang menonjol, untuk mencegah terjadinya ulkus
dekubitus.
Melakukan pemsangan bidai melewati sendi proksimal dan distal dari tulang yang patah, dan
memfiksasi menggunakan verban gulung atau verban elastis dengan metode roll on.
Mengelevasikan tungkai yang sudah terpasang bidai
Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
Kesehatan Matra Lapangan yang menjadi domain TNI – Polri yaitu Kesehatan dalam
Penanggulangan Gangguan Kamtibmas (Polri) dan Kesehatan dalam operasi dan Latihan militer
didarat (TNI-AD)
Tujuan:
Tujuan yang tercantum dalam pedoman kesehatan matra (Kepmenkes 215/2004) adalah “
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi kondisi
matra agar tetap sehat”. Bila upaya kesehatan matra telah berjalan maka tujuan dapat lebih
dioperasionalkan dengan sasaran epidemiologis menjadi “menurunkan angka kesakitan,
kecacatan dan kematian akibat kondisi matra”.
Sasaran:
Sasaran kesehatan matra adalah meningkatnya kesehatan penduduk dalam kondisi matra serta
menurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian penduduk akibat kondisi matra melalui
proses pelaksanaan kegiatan yang terorganisasi lintas program dan lintass sektor dengan
melibatkan swasta dan masyarakat memalui kemitraan yang dinamis.