Anda di halaman 1dari 117

ANALISIS PELAT LANTAI DAN MANAJEMEN

KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN RUKO BARKENZ DI


JALAN SURYAKENCANA KOTA SUKABUMI

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk Kelulusan Program D-3

Oleh,

DARIN PUTRI APRILIA

NIM: 112020028

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK SUKABUMI

2023
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PELAT LANTAI DAN MANAJEMEN


KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN RUKO BARKENZ DI
JALAN SURYAKENCANA KOTA SUKABUMI

Oleh,

Darin Putri Aprilia

NIM : 112020028

Telah disetujui dan disahkan sebagai Tugas Akhir

Sukabumi, 30/31 Januari 2024

Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Hari Wibowo, ST., M,M Haki Yusdinar, ST., M.Si


NIDN: 0408017401 NIDN: 0401027101
Mengetahui :
Ketua Jurusan Program Studi
Teknik Sipil Politeknik Sukabumi

Haki Yusdinar, ST., M.Si

i
NIDN: 0401027101

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PELAT LANTAI DAN MANAJEMEN


KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN RUKO BARKENZ DI
JALAN SURYAKENCANA KOTA SUKABUMI

Oleh,

Darin Putri Aprilia

NIM : 112020028

Telah dipresentasikan dan disidangkan pada sidang Tugas Akhir

Sukabumi, 30/31 Januari 2024

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Ruslan Efendi, M.Ds Dewi Ayu Sofia, M.Eng


NIDN: 0423128003 NIDN: 0424129001
Penguji III

Hadi Kusumah, M.T


NIDN: 0418047110

ii
ABSTRAK

Analisis Pelat Lantai dan Manajemen Konstruksi Pada Bangunan

Ruko Barkenz Jalan Suryakencana Kota Sukabumi

Pada suatu bangunan bertingkat terdapat salah satu bagian struktur yang
disebut pelat lantai. Dalam aplikasinya pelat lantai disesuaikan dengan fungsi
bangunan itu sendiri, apakah merupakan bangunan publik atau hanya bangunan
rumah biasa karena perencanaan struktur yang tepat ialah yang mampu menerima
beban dari luar maupun gaya-gaya yang bekerja didalamnya, sehinga diharapkan
mampu menahan beban-beban yang dipikul dan aman untuk dipergunakan
sebagaimana fungsi bangunan itu sendiri.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode lingkungan pelat
lantai, diantarnya dengan menentukan tebal pelat lantai, diameter tulangan, hinga
metode pelaksanaan yang harus sesuai dan tepat, tanpa mengabaikan kekuatan serta
menggambarkan tulangan pelat lantai itu sendiri. Dalam tugas akhir ini akan
dilakukan analisis pelat lantai mengunakan metode lentur murni dan ditinjau pula
mengenai menajemen konstruksi untuk mengatur pelaksanaan bangunan.

Dari hasil analisis dengan mengunakan metode lentur murni dihasilkan


bahwa dengan tebal lantai 120 mm sudah cukup memenuhi syarat. Dengan
perhitungan penulangan yang didapat dari hasil tulangan tumpuan dan lapangan
arah x = ∅8 – 150 yaitu dengan luas tulangan 602,88 mm² per dua lapisan, sudah
sesuai dan aman melebihi dari kebutuhan luas tulangan arah x. Sedangkan hasil
tumpuan dan lapangan arah y = ∅8 – 150 yaitu dengan luas tulangan 602,88 mm²
per dua lapisan, sudah sesuai dan aman melebihi dari kebutuhan luas tulangan arah
y. Sedangkan hasil manajemen konstruksi didapat hanya pekerjaan pelat lantainya
saja termasuk balok dengan item pekerjaan stoot werk, pemasangan bekisting,
pembesian, dan pengecoran dapat diselesaikan dalam durasi waktu 99 hari kerja
dengan 7 tenaga kerja.

Kata kunci: Pelat Lantai, Penulangan, Manajemen Konstruksi.

iii
ABSTRACT

Floor Plate Analysis and Construction Management in Buildings

Ruko Barkenz Jalan Suryakencana Sukabumi City

In a multi-storey building there is a structural part called the floor plate. In


its application, the floor plate is adjusted to the function of the building itself,
whether it is a public building or just an ordinary house building because the correct
structural planning is one that is able to accept external loads and the forces acting
within it, so that it is expected to be able to withstand the loads carried and safe to
use according to the function of the building itself.
The aim of this research is to determine environmental methods for floor
slabs, including determining the thickness of the floor slab, the diameter of the
reinforcement, and implementation methods that must be appropriate and precise,
without ignoring the strength and describing the reinforcement of the floor slab
itself. In this final project, floor slab analysis will be carried out using the pure
flexible method and construction management will also be reviewed to regulate
building construction.
From the results of the analysis using the pure bending method, it was found
that a floor thickness of 120 mm was sufficient to meet the requirements. With the
reinforcement calculation obtained from the results of the support reinforcement
and the field in the x direction = ∅8 – 150, namely with a reinforcement area of
602.88 mm² per two layers, it is appropriate and safe to exceed the required area of
reinforcement in the x direction. Meanwhile, the results of support and field in the
y direction = ∅8 – 150, namely with a reinforcement area of 602.88 mm² per two
layers, are appropriate and safe in excess of the required area of reinforcement in
the y direction. Meanwhile, the results of construction management obtained were
that only the floor plate work, including beams with stoot werk work items,
formwork installation, steelwork and casting, could be completed within 99
working days with 7 workers.
Keywords: Floor Plates, Reinforcement, Construction Management.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan
karunianya kepada kami dan tak lupa pula kami panjatkan kepada Nabi Muhammad
SAW, serta kepada para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan judul “Analisis Pelat Lantai Dan Manajemen Konstruksi Pada
Bangunan Ruko Barkenz Kota Sukabumi”.

Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan program studi
Diploma III jurusan Teknik Sipil Politeknik Sukabumi.

Selama penyusunan Tugas Akhir, penulis mendapatkan bimbingan,


pengarahan, petunjuk dan saran serta fasilitas dari berbagai pihak hingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir tepat pada waktunya. Maka dari itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Nonda Muldani, S.T., M.Kom., selaku Direktur Politeknik


Sukabumi;
2. Bapak Haki Yusdinar, S.T, M.SI, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Sukabumi;
3. Bapak Hari Wibowo, ST, M.M, dan Bapak Haki Yusdinar, S.T, M.SI,
selaku Pembimbing Tugas Akhir yang selalu memberi arahan dan motivasi
kepada penulis ketika proses penyusunan Tugas Akhir berlangsung;
4. Para Dosen Program Studi Teknik Sipil beserta jajaran dan Staff Politeknik
Sukabumi yang telah banyak memberikan pengetahuan pada penulis selama
menimba ilmu di Politeknik Sukabumi;
5. Papah, Mamah, Teh Dewi, Teh Dian, Teh Delia, dan Bune yang selalu
memberi dukungan penuh kepada saya baik secara moril dan material;
6. Kepada Muhammad Faizal Ramadhan yang selalu mensupport dan
membantu saya selama penyusunan Tugas Akhir;
7. Kepada Susan Aprilia dan seluruh teman-teman angkatan saya yang selalu
terus memotivasi selama penyusunan Tugas Akhir ini.

v
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk dapat dijadikan pelajaran bagi penulis.

Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, bagi penulis maupun pihak lain
serta dapat dijadikan landasan bagi mahasiswa atau mahasiswi dalam menyusun
Tugas Akhir. Aamiin.

Sukabumi, November 2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii


BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................................... 2
1.3 Batasan masalah............................................................................................. 2
1.4 Tujuan dan manfaat penelitian ...................................................................... 2
1.4.1 Tujuan penelitian ........................................................................................... 2
1.4.2 Manfaat penelitian ......................................................................................... 3
1.5 Metode penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ........................................ 3
1.5.1 Metode Penelitian .......................................................................................... 3
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 3
1.6 Sistematika penulisan .................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
BAB II LANDASANTEORI .................................................................................. 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................ 4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 5
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 6
2.1 Pelat Lantai .................................................................................................... 6
2.2 Tipe Pelat Lantai ............................................................................................ 6
2.3 Fungsi Pelat Lantai ........................................................................................ 9
2.4 Kuat Tarik Beton ........................................................................................... 9
2.5 Kuat Tekan Beton .......................................................................................... 9
2.6 Baja Tulangan .............................................................................................. 10
2.7 Dasar-Dasar dan Syarat Beton Bertulang .................................................... 11
2.8 Penulangan Pelat Lantai Metode Lentur Murni........................................... 13
2.9 Lendutan ...................................................................................................... 13

vii
2.10 Retak ............................................................................................................ 13
2.11 Bentang Teoritis........................................................................................... 14
2.12 Sistem Bekerjanya Beban ............................................................................ 14
2.12.1Beban Mati (M) ........................................................................................... 15
2.12.2Beban Hidup (H) ......................................................................................... 15
2.13 Faktor Beban ................................................................................................ 15
2.14 Faktor Reduksi Kekuatan ............................................................................ 16
2.15 Persentase Tulangan Minimum dan Maksimum ......................................... 16
2.16 Syarat-Syarat Tumpuan ............................................................................... 18
2.17 Metode Lentur Murni .................................................................................. 19
2.18 Sistem Pelat Satu Arah ................................................................................ 20
2.19 Tebal Pelat Satu Arah .................................................................................. 23
2.20 Metode Sistim Penulangan Pelat Satu Arah ................................................ 23
2.21 Sistem Pelat Dua Arah ................................................................................. 24
2.22 Tebal Pelat Lantai Dua Arah ....................................................................... 25
2.23 Metode Amplop Lentur Murni .................................................................... 26
2.24 Metode Sistim Penulangan Pelat Dua Arah................................................. 29
2.25 Manajemen Kontruksi ................................................................................. 30
2.26 Fungsi Manajemen Kontruksi...................................................................... 31
2.27 Tujuan Manajemen Konstruksi.................................................................... 32
2.28 Metode Manajemen Konstruksi................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 37
3.1 Data Teknis Objek Kajian ........................................................................... 37
3.1.1 Lokasi Kajian ............................................................................................... 37
3.1.2 Spesifikasi dan Data Umum ........................................................................ 39
3.1.3 Data Teknis .................................................................................................. 39
3.2 Metode Perhitungan Pelat Satu Arah........................................................... 41
3.2.1 Menentukan Syarat Batas Penulangan ........................................................ 41
3.2.2 Menentukan Tebal Pelat Lantai ................................................................... 41
3.2.3 Pembebanan Pelat Lantai............................................................................. 41
3.2.4 Metode Sistem Penulangan Pelat Lantai ..................................................... 42

viii
3.3 Metode Perhitungan Pelat Dua Arah ........................................................... 42
3.3.1 Menentukan Syarat Batas Penulangan ........................................................ 42
3.3.2 Menentukan Tebal Pelat Lantai ................................................................... 42
3.3.3 Pembebanan Pelat Lantai............................................................................. 42
3.3.4 Metode Sistem Penulangan Pelat Lantai ..................................................... 42
3.4 Metode Manajemen Konstruksi................................................................... 43
BAB IV PEMBAHASAN HASIL KAJIAN ........................................................ 44
4.1 Data Perencanaan Pelat Lantai .................................................................... 44
4.2 Langkah-Langkah Analisis Pelat Lantai ...................................................... 45
4.2.1 Menentukan Syarat Batas ............................................................................ 45
4.2.2 Merencanakan Dimensi Balok..................................................................... 45
4.2.3 Mencari Tebal Pelat ..................................................................................... 46
4.2.4 Menghitung Beban Pada Pelat ..................................................................... 47
4.3 Menghitung Momen Pada Pelat Lantai ....................................................... 48
4.4 Mencari Tulangan Pelat ............................................................................... 48
4.4.1 Faktor Momen ............................................................................................. 48
4.4.2 Mencari Momen Lapangan Arah (x dan y) ................................................. 49
4.4.3 Mencari Momen Tumpuan Arah (x dan y) .................................................. 51
4.4.4 Rekapitulasi Tulangan ................................................................................. 53
4.5 Manajemen Konstruksi ................................................................................ 53
4.5.1. Pekerjaan Stoot Werk berdasarkan Pelat ..................................................... 54
4.5.2. Pekerjaan Balok Induk 20/30 Lantai 2, 3, dan Atap .................................... 77
4.5.3. Pekerjaan Pelat Lantai ................................................................................. 80
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 94
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 94
5.2 Saran ............................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kuat Tekan Beton................................................................................ 10
Tabel 2. 2 Konversi Mutu Beton .......................................................................... 12
Tabel 2. 3 Tegangan Leleh Baja ........................................................................... 12
Tabel 2. 4 Tulangan mínimum 𝜌min yang disyaratkan........................................ 17
Tabel 2. 5 Persentase tulangan maksimum........................................................... 17
Tabel 2. 6 Tabel minimum balok dan pelat satu arah........................................... 20
Tabel 2. 7 Syarat-syarat untuk tulangan dan pelat ................................................ 21
Tabel 2. 8 Diameter batang dalam mm² per meter lebar pelat ............................. 22
Tabel 2. 9 Metode amplop .................................................................................... 27
Tabel 4. 1 Kebutuhan Bahan Stoot Werk dihitung Berdasarkan volume Pelat Lantai
dan Balok Induk 1 m3 55
Tabel 4. 2 Kebutuhan Pekerja Stoot Werk Lantai 2 (m³) ..................................... 55
Tabel 4. 3 Kebutuhan Bahan Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai 2 (m²) .......... 56
Tabel 4. 4 Kebutuhan Pekerja Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai 2 (m²) ......... 57
Tabel 4. 5 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2 (100 kg) 58
Tabel 4. 6 Kebutuhan Bahan Bekisting Pelat Lantai 2 (m²) ................................. 59
Tabel 4. 7 Kebutuhan Pekerja Bekisting Pelat Lantai 2 (m²) ............................... 60
Tabel 4. 8 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2 (100 kg) 61
Tabel 4. 9 Kebutuhan Bahan Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai 2 (m³) ....... 62
Tabel 4. 10 Kebutuhan Pekerjaan Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai 2 (m³) 62
Tabel 4. 11 Kebutuhan Bahan Pengecoran Pelat Lantai 2 (m³) ........................... 63
Tabel 4. 12 Kebutuhan Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai 2 (m³) ...................... 64
Tabel 4. 13 Kebutuhan Bahan Stoot Werk dihitung Berdasarkan volume Pelat
Lantai dan Balok Induk 1 m3 ................................................................................ 65
Tabel 4. 14 Kebutuhan Pekerja Stoot Werk Lantai 3 (m³) ................................... 66
Tabel 4. 15 Kebutuhan Bahan Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai 3 (m²) ........ 67
Tabel 4. 16 Kebutuhan Pekerja Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai 3 (m²) ....... 67
Tabel 4. 17 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2 (100 kg)
............................................................................................................................... 69
Tabel 4. 18 Kebutuhan Bahan Bekisting Pelat Lantai 3 (m²) ............................... 70

x
Tabel 4. 19 Kebutuhan Pekerja Bekisting Pelat Lantai 3 (m²) ............................. 70
Tabel 4. 20 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2 (100 kg)
............................................................................................................................... 72
Tabel 4. 21 Kebutuhan Bahan Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai 3 (m³) ..... 72
Tabel 4. 22 Kebutuhan Pekerjaan Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai 3 (m³) 73
Tabel 4. 23 Kebutuhan Bahan Pengecoran Pelat Lantai 3 (m³) ........................... 74
Tabel 4. 24 Kebutuhan Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai 3 (m³) ...................... 74
Tabel 4. 25 Kebutuhan Bahan Stoot Werk dihitung Berdasarkan Luas Pelat dan
Balok Induk 1 m3 .................................................................................................. 76
Tabel 4. 26 Kebutuhan Pekerja Stoot Werk Lantai Atap (m³) ............................. 76
Tabel 4. 27 Kebutuhan Bahan Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai Atap (m²) .. 77
Tabel 4. 28 Kebutuhan Pekerja Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai Atap (m²) . 78
Tabel 4. 29 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai Atap (kg) 79
Tabel 4. 30 Kebutuhan Bahan Bekisting Pelat Lantai Atap (m²) ......................... 80
Tabel 4. 31 Kebutuhan Pekerja Bekisting Pelat Lantai Atap (m²) ....................... 81
Tabel 4. 32 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2 (100 kg)
............................................................................................................................... 82
Tabel 4. 33 Kebutuhan Bahan Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai Atap (m³) 83
Tabel 4. 34 Kebutuhan Pekerja Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai Atap (m³)
............................................................................................................................... 83
Tabel 4. 35 Kebutuhan Bahan Pengecoran Pelat Lantai Atap (m³)...................... 84
Tabel 4. 36 Kebutuhan Pekerjaan Pengecoran Lantai Atap (m³) ......................... 84
Tabel 4. 37 Durasi dan Jumlah Pekerja Lantai 2 .................................................. 85
Tabel 4. 38 Durasi dan Jumlah Pekerja Lantai 3 .................................................. 86
Tabel 4. 39 Durasi dan Jumlah Pekerja Lantai Atap ............................................ 86
Tabel 4. 40 Kebutuhan Bahan Pekerja Lantai 2 ................................................... 87
Tabel 4. 41 Kebutuhan Bahan Pekerja Lantai 3 ................................................... 88
Tabel 4. 42 Kebutuhan Bahan Pekerja Lantai Atap ............................................. 88
Tabel 4. 43 Bartchart Lantai 2 .............................................................................. 89
Tabel 4. 44 Bartchart Lantai 3 .............................................................................. 89
Tabel 4. 45 Bartchart Lantai Atap ........................................................................ 90
Tabel 4. 46 Critical Path Method (CPM) Lantai 2 ............................................... 92

xi
Tabel 4. 47 Critical Path Method (CPM) Lantai 3 ............................................... 92
Tabel 4. 48 Critical Path Method (CPM) Lantai Atap ......................................... 93
Tabel 4. 49 Perhitungan Float / Durasi Lantai 2 .................................................. 93
Tabel 4. 50 Perhitungan Float / Durasi Lantai 3 .................................................. 93
Tabel 4. 51 Perhitungan Float / Durasi Lantai Atap........................................ 93

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur pelat Flat Slab..................................................................... 7


Gambar 2. 2 Struktur pelat Panel Drop ................................................................. 7
Gambar 2. 3 Struktur pelat Waflle......................................................................... 8
Gambar 2. 4 Struktur pelat dua arah dengan balok ............................................... 8
Gambar 2. 5 Diagram tegangan tekan benda uji beton........................................ 10
Gambar 2. 6 Bentang Teoritis (a) ........................................................................ 14
Gambar 2. 7 Bentang Teoritis (b) ........................................................................ 14
Gambar 2. 8 Tepi Ditumpu Bebas ....................................................................... 19
Gambar 2. 9 Tepi Dengan Tumpuan Terjepit...................................................... 19
Gambar 2. 10 Tepi Dengan Tumpuan Terjepit Sebagian. [8] ............................. 19
Gambar 2. 11 Sistem pelat satu arah ................................................................... 20
Gambar 2. 12 Sistem pelat dua arah ................................................................... 24
Gambar 2. 13 Penyaluran beban ke tumpuan untuk pelat dua arah .................... 28
Gambar 2. 14 Analisis Kuadran SWOT .............................................................. 30
Gambar 3. 1 Denah Lantai 1 37
Gambar 3. 2 Denah Lantai 2................................................................................ 38
Gambar 3. 3 Denah Lantai 3................................................................................ 38
Gambar 3. 4 Denah Lantai Atap .......................................................................... 39
Gambar 4. 1 Denah Balok Pelat Lantai 2 44
Gambar 4. 2 Potongan Pelat Lantai AS 2-3 ; B-C ............................................... 45
Gambar 4. 3 Potongan arah memanjang (arah-ly) ............................................... 46
Gambar 4. 4 Potongan arah melebar (arah-lx) .................................................... 46
Gambar 4. 5 Potongan tulangan pelat lantai arah y ............................................. 53
Gambar 4. 6 Potongan tulangan pelat lantai arah x ............................................. 53
Gambar 4. 7 Network Planning ........................................................................... 91

xiv
DAFTAR ISTILAH

Agregat : Adukan antara campuran pasi, semen, kerikil, dan


air
Compression Machine : Mesin tekan
Crane : Alat berat pengangkut matrial
Defleksi : Perubahan bentuk pada balok akibat adanya
pembebanan
Deformasi : Perubahan sebuah benda dari kondisi semula ke
kondisi terkini
Dehidrasi : Proses melepas molekul air
Dimensi : Ukuran benda
Dummy : Aktifitas yang tidak mempunyai waktu
pelaksanaan dan hanya di perlukan untuk
menunjukan kaitan dengan aktifitas pendahulu
Efektifitas : Pencapaian tujuan secara tepat
Elemen : Bagian bagian dasar yang mendasari sesuatu
Earliest start : Waktu kegiatan paling cepat yang dapat di mulai
Earliest finish : Waktu kegiatan paling cepat yang dapat di
selesaikan
FAS : Paktor air semen
Faktor reduksi : Faktor pengulangan
Geranular : Material berbutir
Hidrasi : Peroses kimia antara air dan semen
Horizontal : Garis mendatar
Intensitas : Kekuatan
Interdisipliner : Pendekatan dalam pemecahan suatu masalah
Klasifikasi : Pengelompokan
Kolektif : Sesuatu hal yang dilakukan bersamaan dan dalam
jumlah banyak

xv
Konvensionsl : Peroses kegiatan yang dilakukan dengan
memanfaatkan tenaga manusia
Korosi : Perkaratan besi
Kumulatif : Bertambah/bertumpuk tumpuk
Latest start : Waktu kegiatan paling lambat yang harus di mulai
Latest finish : Waktu kegiatan yang paling lambat yang harus
diselaikan
Maksimum : Titik tertingi yang mampu dicapai
Menopang : Menahan
Mix design : Rencana campuran
Modulus elastisitas : Perbandingan antara tegangan dan regangan
Monoli : Sesuatu yang berbentuk/kokoh kuat
Momen : Hasil Kali gaya dengan jarak
Organik : Zat alami yang berasal dari alam
Parcial : Sebagian
PBI : Peraturan beton indonesia
Proporsi : Komposisi
Rasio air : Perbandingan air
Repetitif : Bersifat pengulangan
Semen portland : Salah satu semen hidraulis yang biasa dipakai
dalam kontruksi beton
SNI : Standar nasional Indonesia
Sub base : Lapisan dasar
Swelling : Bengkak/mengembung
Transversal : Potongan melintang
Vertikal : Garis tegak lurus
Visualisasai : Rekayasa dalam pembuatan gambar
Volume : Kapasitas/seberapa banyak ruang yang bisa
ditempati

xvi
DAFTAR NOTASI
A = kegiatan
dA = durasi kegiatan
i = nomor kegiatan
ly = bentang terpanjang
lx = bentang terpendek
fc’ = mutu beton
fy = mutu baja
ln = bentang bersih
h = tinggi pelat lantai
b = lebar pelat lantai
WC = berat isi beton
WU = beban yang direncanakan
WD = beban mati
WL = beban hidup
𝛽 = nilai koefisien yang didapat dari lebar bentang bersih
d = tinggi efektif
p = selimut beton (2cm)
∅ = diameter tulangan
𝜌 = rasio tulangan
k = korelasi beban
Mu = momen rencana
ϕ = koefisien susut beton
Ast = area still/luas bangunan

xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Lembar Asistensi Bimbingan dan Penulisan Tugas Akhir
Lampiran II : Data Dari Kantor Sunda Kreasi Design Contractor Consultant

xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam konstruksi bangunan bertingkat, ada salah satu bagian penting dari
struktur bangunan yaitu pelat lantai. Pelat lantai merupakan salah satu struktur yang
sering digunakan pada bangunan bertingkat. Banyak hal yang mendukung dalam
pengerjaan pelat lantai yang aman dan kuat, diantaranya pembebanan, dimensi pelat
lantai, diameter tulangan, hingga metode pelaksanaannya yang harus sesuai, tepat
waktu dan biaya.

Pada perencanaan pembangunan gedung, baik bertingkat ataupun tidak,


harus memperhatikan dari segi kekuatan, kenyamanan, ekonomis, dan pengaruh
terhadap lingkungan. Aspek-aspek tersebutlah yang harus direncanakan dan
diperhitungkan secara matang baik dari pembebanan, dimensi, dan penulangan
untuk pelat lantai itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi pada beban-beban yang
akan dipikul pada konstruksi adalah seperti beban mati, beban hidup, beban angin,
dan beban gempa. Maka dari itu dalam analisis pelat lantai ini, perhitungan untuk
menentukan besi tulangan maupun pembebanannya digunakan metode lentur
murni.
Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai
kualitas bangunan, biaya yang diperlukan, dan waktu pelaksanaan. Semua itu
penulis tuangkan dalam sebuah Tugas Akhir mengenai analisis perhitungan pelat
lantai yang sesuai dan aman digunakan dengan judul “ANALISIS PELAT
LANTAI DAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN
RUKO BARKENZ DI JL. SURYAKENCANA KOTA SUKABUMI”.

1
2

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Beban apa saja yang diperhitungkan untuk pelat lantai pada bangunan
tersebut?
2. Bagaimana perhitungan dimensi pelat lantai pada lantai 2 bangunan
tersebut?
3. Bagaimana penulangan pelat lantai pada struktur lantai bangunan tersebut?
4. Berapakah kebutuhan bahan agar pekerjaan tersebut sesuai dengan tenaga
kerjanya?
1.3 Batasan masalah
Untuk membatasi permasalahan penelitian ini lebih terarah dan tidak perlu
meluas maka perlu pembatasan masalah. Batasan–batasan masalah yang diambil
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan pembebanan pelat lantai pada bangunan ruko Barkenz;

2. Menganalisis perhitungan dimensi pelat lantai pada lantai 2;

3. Penulangan pada pelat lantai yang terpasang dengan hasil analisis Lentur
Murni berdasarkan SK-SNI-T15-1991-03;

4. Menentukan pengendalian waktu dan biaya dengan memperhitungkan


jumlah bahan dan tenaga kerja pada pekerjaan pelat lantai bangunan Ruko
Barkenz berdasarkan AHSP 2022.

1.4 Tujuan dan manfaat penelitian


1.4.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil pembebanan pelat lantai dengan metode Lentur
Murni;
2. Mengetahui pendimensian pada struktur pelat lantai;
3. Mengetahui penulangan pelat lantai menggunakan metode Lentur Murni
yang mengacu pada SK-SNI-T15-1991-03;
4. Untuk mengetahui pengendalian waktu dan biaya pada ruko Barkenz.
3

1.4.2 Manfaat penelitian


1. Akademik
1) Mengembangkan keahlian dari mata kuliah Analisa struktur terutama
struktur pelat lantai;
2) Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para civitas akademik yang
berkepentingan pada bidang serupa.
2. Instansi
Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para pelaku kepentingan terkhusus
pada bidang yang menangani proyek tersebut agar senantiasa memperhatikan
kekuatan strukturnya.
3. Masyarakat
Sebagai pengenalan penambahan pengetahuan ilmu dalam bidang
konstruksi terutama pada konstruksi bangunan.
1.5 Metode penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1 Metode Penelitian
Penyusunan tugas akhir dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif
yaitu metode penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan
akurat mengenai data-data yang ada dengan cara mengumpulkan dan
mengklasifikasi data yang diperoleh kemudian dianalisis.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penulisan tugas akhir ini dilakukan beberapa cara dalam
mengumpulkan data untuk penulisan tugas akhir. Beberapa cara yang dilakukan
antara lain:
1. Metode Bimbingan
Penulis melakukan bimbingan kepada dosen ahli yang terkait mengenai
masalah yang dibahas untuk mendapatkan petunjuk dalam pembuatan tugas
akhir.
4

2. Library Research atau Kepustakaan


Penulis melakukan studi pustaka terhadap semua sumber informasi dalam
media cetak, baik itu buku-buku atau modul dari mata kuliah yang telah
didapatkan, dan pemanfaatan media internet.
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan observasi baik secara tanya jawab maupun memperoleh
data yang berhubungan dalam proses analisis.

1.6 Sistematika penulisan


Dalam penulisannya, tugas akhir ini dikelompokan menjadi 5 bab dengan
sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, identifikasi masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian
dan pengumpulan data, kerangka berpikir, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan teori-teori yang harus sesuai dengan syarat
dan ketentuan yang berlaku seperti Standar Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Bertulang nomor: SK-SNI-T15-1991-03,
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPURG)
1987.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini penulis menguraikan mengenai uraian umum Analisa
Data, Sumber Data dilapangan, serta hal-hal yang terkait atau yang
mempunyai data tentang kajian tersebut.
5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan dibahas tentang analisis dimensi pelat lantai,
analisis pembebanan pelat lantai, analisis penulangan pelat lantai
dengan metode koefisien momen.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang diambil dari hasil
penelitian dan saran-saran penulis sebagai bahan pertimbangan
untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pelat Lantai
Pelat lantai adalah lantai yang tidak langsung terletak diatas tanah. Dengan
kata lain, pelat lantai merupakan tingkat pembatas antara lantai bawah dengan lantai
diatasnya. Dalam pembuatannya, pelat lantai disokong oleh balok-balok yang
bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Fungsi utama dari pelat lantai adalah
sebagai pemisah antara lantai pertama dengan lantai kedua, ketiga, dan seterusnya.
Dengan fungsinya yang cukup fundamental pada bangunan, pelat lantai harus
direncanakan dengan kaku, dan rata.

Pelat yang didukung sepanjang keempat sisinya dinamakan sebagai pelat


dua arah, dimana lenturan akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus.
Namun, apabila perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek yang saling tegak
lurus lebih besar dari dua, pelat dapat dianggap hanya bekerja sebagai pelat satu
arah dengan lenturan utama pada arah sisi yang lebih pendek. Struktur pelat satu
arah dapat didefinisikan sebagai pelat yang didukung pada dua tepi yang
berhadapan sehingga lenturan timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah
yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi (Istimawan, 1999).

Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh beban yang didukung, besar lendutan
yang diizinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan
konstruksi dari pelat lantai.

Pada pelat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni,
perabotan, berat lapis tegel, berat sendiri pelat) yang bekerja secara tetap dalam
waktu lama. Sedangkan beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran tidak
diperhitungkan.

2.2 Tipe Pelat Lantai

Beberapa tipe pelat lantai yang banyak digunakan pada konstruksi


diantaranya:

6
7

1. Sistem Lantai Flat Slab

Sistem Flat Slab merupakan pelat beton bertulang yang langsung ditumpu
oleh kolom-kolom tanpa adanya balok-balok. Biasanya digunakan untuk
intensitas beban yang tidak terlalu besar dan bentang yang kecil. Pada daerah
kritis disekitar kolom penumpu, biasanya diberi penebalan drop panel (kepala
kolom) untuk memperkuat pelat terhadap gaya geser, dan lentur. Flat slab tanpa
diberi drop panel disebut flat pelate. [10]

Gambar 2. 1 Struktur pelat Flat Slab

Gambar 2. 2 Struktur pelat Panel Drop

2. Sistem Waflle System (Lantai Grid)

Sistem Waflle System (Lantai Grid) mempunyai balok-balok yang saling


bersilangan dengan jarak yang relatif rapat, dengan pelat atas yang tipis.[10]
8

Gambar 2. 3 Struktur pelat Waflle


3. Sistem Pelat dan Balok

Sistem pelat lantai ini terdiri dari slab (lantai) menerus yang ditumpu oleh
balok-balok monolit, yang umumnya ditempatkan pada jarak 3,0 m hingga 6,0 m.
Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan sering dipakai untuk menunjang sistem
pelat lantai yang tidak beraturan. [10]

Gambar 2. 4 Struktur pelat dua arah dengan balok

Secara umum sistem pelat lantai dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:


1. Pelat Satu Arah
2. Pelat Dua Arah

Pelat satu arah dan pelat dua arah dapat dibedakan dari nilai rasio
perbandingan sisi panjang (Iy) dan sisi pendek (Ix) dari pelat.

Pelat satu arah, apabila : > 2,0 (2.1)

Pelat dua arah, apabila : 1,0 < < 2,0 (2.2)


9

2.3 Fungsi Pelat Lantai


Fungsi pelat lantai sebagai berikut :
1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas;
2. Sebagai tempat berpijak penghuni dilantai atas ;
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah;
4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah;
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.[9]

2.4 Kuat Tarik Beton


Kuat tarik beton adalah suatu sifat yang penting untuk mempengaruhi
perambatan ukuran dari retak dalam struktur. Sebuah balok yang diberi beban akan
mengalami deformasi, oleh sebab itu timbul momen-momen lentur sebagai
perlawanan dari material yang membentuk balok tersebut terhadap beban luar.
Nilai kuat tekan beton tidak berbanding lurus dengan kuat tarik bahan beton
setiap usaha meningkatkan kekuatan tekan hanya menimbulkan peningkatan kecil
nilai kuat tariknya. Suatu perkiraan kasar dapat dipakai, bahwa nilai kuat tarik bahan
beton normal hanya sekitar antara 9%-15% dari kuat tekanan. Jadi apabila beton
memiliki kuat tekan sebesar 25 MPa maka kuat tarik beton tersebut berkisaran
antara 2,25 MPa – 3,75 MPa.
Pada kebanyakan kasus, beton bobot ringan (light weight) mempunyai
kekuatan tarik yang lebih rendah dari pada yang dipunyai beton-beton normal.
2.5 Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas, yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh tekan
(Compression Machine).
Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum ƒc¹ dengan satuan
N/mm² atau Mega Pascal (MPa). Nilai tegangan menggunakan satuan kg/cm². Kuat
tekan beton umur 28 hari berkisar antara nilai ± 10-65 MPa untuk struktur beton
bertulang pada umumnya menggunakan beton pada kuat tekan berkisar 17-30 MPa,
sedangkan untuk beton prategang digunakan beton dengan kuat tekan lebih tinggi,
berkisar antara 30-45 MPa.
Kuat tekan masing-masing benda uji ditentukan oleh tegangan tekan
tertinggi (ƒc’) yang dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama
percobaan. Dengan demikian, ƒc’ bukanlah tegangan yang timbul pada saat benda
uji hancur melainkan tegangan maksimum pada saat regangan beton (𝜀’) mencapai
nilai ±0,002. [1]
10

Gambar 2. 5 Diagram tegangan tekan benda uji beton


Dengan mengamati kurva tegangan-regangan kuat beton umumnya kuat
tekan maksimum tercapai pada saat nilai satuan regangan tekan 𝜀’ mencapai
±0,002. Selanjutnya nilai tegangan ƒcʼ akan turun dengan bertambahnya nilai
regangan sampai benda uji hancur pada nilai 𝜀’ mencapai 0,003-0,005.
Dengan demikian kemiringan kurva pada tahap awal menggambarkan nilai
modulus elastisitas suatu bahan pada beton berbentuk lengkungan maka nilai
regangan tidak berbanding lurus dengan nilai tegangannya, sehingga bahan beton
tidak sepenuhnya bersifat elastis sedangkan nilai modulus elasitas berubah ubah
sesuai dengan kekuatannya dan tidak dapat ditetapkan melalui kemiringan kurva
[1].
Tabel 2. 1 Kuat Tekan Beton

Kuat Tekan Beton (K) Kuat Beton/fc’ (Mpa)


K 100 8,3
K 125 10,38
K 175 14,53
K 200 16,6
K 225 18,68
K 250 20,75

2.6 Baja Tulangan


Baja tulangan adalah batang baja yang berbentuk polos atau berbentuk
deform atau berbentuk bulat seperti pipa yang berfungsi untuk menahan gaya tarik
pada komponen struktur. Beton bertulang yang mengandung batang tulangan dan
direncanakan berdasarkan anggapan bahwa bahan tersebut bekerja sama dalam
11

memikul gaya-gaya dimana tulangan dalam struktur beton menyediakan gaya tarik
yang tidak dimiliki oleh beton yang mampu menahan gaya.

Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami retak retak. Untuk itu agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu
sistem setruktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang
akan menahan gaya tarik yang timbul didalam struktur. Untuk keperluan
penulangan tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis
menguntungkan, dan baja tulangan yang digunakan dapat berupa batang baja
lonjoran ataupun kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang kawat baja yang
dirangkai (dianyam) dengan teknik pengelasan [1].

Secara umum besi beton tulangan mengacu pada dua bentuk yaitu plain
bar/besi polos (∅) dan deformed bar (D) dimana besi polos adalah besi ulir atau
besi tulangan beton sirip adalah batang besi dengan bentuk permukaan khusus
berbentuk sirip melintang (puntir/sirip ikan) atau rusuk memanjang (sirip teratur /
bambu) dengan pola tertentu.

ASTM menggolongkan batang tulangan baja dengan memberi nomer, dari


nomer 3 sampai dengan nomer 18 sesuai dengan dengan spesifikasi diameter, luas
penampang, dan berat tiap satuan panjang [1].

2.7 Beton Bertulang

Beton bertulang adalah beton yang diberi tulangan dengan luas dan jumlah
tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang diisyaratkan dengan atau tanpa
prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
Bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja.[5]
Beton bertulang sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban tekan.
Beban tarik pada beton bertulang ditahan oleh baja tulangan, sedangkan beban tekan
cukup ditahan oleh beton. Beton juga tahan terhadap kebakaran dan melindungi baja
supaya awet.[5]
2.8 Dasar-Dasar dan Syarat Beton Bertulang
Adapun anggapan yang digunakan dalam menganalisis beton bertulang
yang diberi beban lentur menurut SK-SNI-T15-1991-03 adalah:
12

1. Beton tidak dapat menerima gaya tarik;


2. Perubahan bentuk berupa pertambahan panjang dan perpendekan pada
serat-serat penampang, berbanding lurus dengan jarak-jarak tiap serat
kesumbu netral;
3. Hubungan antara tegangan dan regangan baja dapat dinyatakan secara
skematis;
4. Hubungan antara tegangan dan regangan beton dapat dinyatakan secara
skematis.[1]

Tabel 2. 2 Konversi Mutu Beton

Modulus (E)
ƒcʼ =K.0,083 4700.√ƒ𝒄ʼ
Mutu Beton (K)
(MPa) (MPa)
(kg/cm²)
175 14,53 18.203
200 16,60 19.149
225 18,68 20.487
250 20,75 21.409
275 22,83 22.540
300 24,90 23.500
325 26,98 24.408
350 29,05 25.310
375 31,12 26.219
400 33.20 26.999
425 35,27 27.912
450 37,35 28.723

Tabel 2. 3 Tegangan Leleh Baja

Mutu Baja ƒy (MPa) ƒy (kg/cm²)


240 240 2400
400 400 4000
13

2.9 Penulangan Pelat Lantai Metode Lentur Murni

Bila suatu penampang beton bertulang yang dibebani lentur murni


dianalisis, pertama-tama perlu dipakai sejumlah kriteria agar penampang itu
mempunyai probabilitas keruntuhan yang layak pada keadaan batas hancur. Dasar-
dasar anggapan dan persyaratan dalam menganalisis beton bertulang yang diberi
beban lentur murni adalah:

1) Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton tidak mempunyai
kekuatan tarik;
2) Hubungan antara tegangan dan regangan baja dapat dinyatakan secara
skematis;
3) Hubungan antara tegangan dan regangan beton dapat dinyatakan secara
skematis. [2]
2.10 Lendutan
Pada suatu struktur beton harus di syaratkan mempunyai kekakuan yang
cukup tegar, agar dapat menahan deformasi terhadap lendutan tanpa menimbulkan
kerusakan atau gangguan apapun. Sebuah struktur yang lendutannya demikian
besar, dingding-dinding yang didukung akan retak (sangat rusak), atau terjadi
getaran karena orang berjalan pada lantai bangunan itu (ketidaknyamanan atau
ganguan yang tidak dapat diterima), merupakan suatu keadaan yang tidak di
izinkan.

2.11 Retak
Retak pada komponen setruktur dengan penulangan dapat mengakibatkan
korosi terhadap baja tulangan. Karena volume karat lebih besar polume baja semula,
maka pembentukan karat memungkinkan beton disekitar tulanngan akan pecah dan
lepas. Pengaratan tidak hayan mengakibatkan pengecilan penanmpang tulangan,
tetapi penampang beton pun dapat rusak.
14

2.12 Bentang Teoritis

Dalam perencanaan pelat beton bertulang yang digunakan dalam


perhitungan adalah bentang teoritis, yaitu bentang bersih L antara kedua bidang
permukaan tumpuan ditambah dengan setengah perletakan disetiap ujungnya.

Panjang bentang teoritis tergantung pada lebar balok atau dinding


pendukung. Bila lebar perletakan hampir mendekati atau kurang dari dua kali tebal
keseluruhan pelat maka bentang teoritis dianggap sama dengan jarak antara pusat
ke pusat balok-balok atau dinding. [2]

Gambar 2. 6 Bentang Teoritis (a)


1=L+h (2.3)

Gambar 2. 7 Bentang Teoritis (b)


1 = L + 100 (2.4)

Bila lebar balok lebih dari dua kali tebal keseluruhan plat, dianggap
1=L+100 mm. Jika perletakan plat beton bertulang dibuat dari dengan bantuan pada
SK SNI. Dicantumkan ketentuan untuk bentang 1=L + h. Dengan L adalah bentang
bersih dan h tebal total plat. Apabila (L + h) lebih besar dari jarak pusat ke pusat
tumpuan, maka boleh diambil jarak pusat ke pusat tersebut .[4]
2.13 Sistem Bekerjanya Beban
Sistem bekerjanya beban untuk elemen-elemen struktur gedung bertingkat
secara umum dapat dinyatakan bahwa beban pelat lantai didistribusikan terhadap
15

balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban
kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.

2.12.1 Beban Mati (M)


Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin
serta peralatan tetap yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari gedung itu.

QD = dimensi x 𝛾d

WD = 1,2

Berdasarkan SK SNI-15-1991-03 maka diketahui untuk berat jenis beban


mati harus mengunakan koefisien sebesar 1,2 sehingga WD atau berat total
keseluruhan adalah 1,2 x QD.

2.12.2 Beban Hidup (H)


Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau
pengguna suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari
gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap
tersebut.

QL = factor ruang (muatan hidup) x luas

WL = 1,6

Berdasarkan SK SNI T15-1991-03 maka diketahui untuk berat jenis beban


hidup harus mengunakan koefisIen sebesar 1,6 sehingga WL atau berat total
keseluruhan adalah 1,6 x QL.

2.14 Faktor Beban


Kepastian berkaitan dengan besar beban mati pada struktur lebih kecil dari
pada ketidakpastian sesuai dengan beban hidup. Hal demikian dapat menimbulkan
perbedaan dari besar faktor-faktor beban. Berdasarkan SK-SNI T15-1991-03
menentukan nilai-nilai faktor beban sebagai berikut:
16

Untuk beban mati WD = 1,2 x QD (2.5)

Untuk beban hidup WL = 1,6 x QL (2.6)

2.15 Faktor Reduksi Kekuatan

Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan dianggap sebagai


faktor reduksi kekuatan ϕ. Waktu reduksi kekuatan ϕ antara lain digunakan untuk
memberikan konsep keamanan lapis kedua dalam menentukan kuat rencana.

Untuk ϕ ditentukan berdasarkan SK-SNI T15-1991-03, sebagai berikut:

Untuk beban lentur tanpa gaya aksial ϕ = 0,80

Untuk gaya aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur ϕ = 0,80

Untuk gaya aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur ϕ = 0,65

Untuk gaya lintang dan torsi ϕ = 0,60

Untuk kolom bertulang simetris yang dibebani gaya aksial rendah, nilai
reduksi kekuatan boleh ditingkatkan dari 0,65 menjadi 0,80.

2.16 Persentase Tulangan Minimum dan Maksimum

Bila pada penampang terjadi retak awal, maka tegangan baja tiba-tiba akan
meningkat jauh lebih tinggi dari pada nilai yang didapat sampai 30 MPa
(300kg/cm²). Sebenarnya dengan faktor beban rata-rata sekitar 1,4 tegangan baja
ƒ
dalam masa layan dapat diperkirakan sebesar .
,

,
𝜌𝑚𝑖𝑛 = (2.10)
ƒ

Pertambahan tegangan baja yang tiba-tiba dapat mengakibatkan baja


mendadak putus. Untuk mencegahnya, penampang beton bertulang yang dibebani
lentur harus diberi sejumlah tulangan minimum tertentu. Ini dapat dinyatakan
dengan "nilai tulangan minimum" Pmin Nilai tulangan minimum ini harus dipilih
sedemikian rupa sehingga, terdapat perbedaan yang kecil antara momen lentur yang
17

dapat ditahan oleh penampang yang tak retak dan momen lentur yang dapat ditahan
oleh penampang yang retak.

Tabel 2. 4 Tulangan mínimum 𝜌min yang disyaratkan

Seluruh mutu beton ƒy = 250 MPa (2500 ƒy = 400 MPa (4000


kg/cm²) kg/cm²)

Balok 0,0056 0,0035

Alternatif 𝜌an 𝜌an

Pelat 0,0025 0,0018

Dalam rekayasa struktur, "𝜌 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚" merujuk pada beban aksial


maksimum atau gaya maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah elemen stuktural
tanpa mencapai kapasitasnya atau menyebabkan kegagalan. Ini merupakan batas
atas beban aksial yang dapat ditahan dengan aman oleh elemen tersebut.

Menentukan nilai 𝜌 maksimum sangat penting dalam proses perancangan,


karena memastikan bahwa elemen struktural dapat menampung beban tertinggi
yang diharapkan atau peristiwa ekstrem tanpa mengorbankan integritasnya. Perlu
dicatat bahwa 𝜌 maksimum dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jenis dan durasi
beban, kondisi lingkungan, dan efek dinamis yang mungkin terjadi. Oleh karena itu,
insinyur mempertimbangkan skenario beban yang berbeda dan merancang untuk
kondisi yang paling kritis untuk memastikan kinerja dan umur panjang struktur.

, . .
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 . (2.11)

Tabel 2. 5 Persentase tulangan maksimum

ƒy MPa ƒ ʼc MPa
(kg/cm²) (kg/cm²)

15 (150) 20 (200) 25 (250) 30 (300) 35 (350)

240 (2400) 0,0242 0,0323 0,0404 0,0484 0,0538

400 (4000) 0,0122 0,0163 0,0203 0,0244 0,0271


18

Dalam rekayasa struktur, "𝜌 aktual” umumnya merujuk pada beban aksial
aktual atau terapan pada elemen struktural seperti kolom atau balok. Ini mewakili
besarnya gaya aksial sebenarnya yang bekerja pada elemen tersebut akibat beban
yang diterapkan.

Beban aksial mengacu pada gaya yang bekerja sepanjang sumbu


longitudinal elemen, menyebabkan mengalami tekanan (beban aksial positif) atau
peregangan (beban aksial negatif) beban aksial aktual, yang ditanda sebagai 𝜌
aktual, ditentukan dengan mempertimbangkan semua gaya yang bekerja pada
elemen tersebut, termasuk beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban terapan
lainnya atau reaksi dari elemen sekitarnya.

, . .
𝜌= (2.12)
, .

2.17 Syarat-Syarat Tumpuan


Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan
tidak hanya pembebanan, tetapi juga ukuran dan syarat-syarat tumpuan pada tepi.
Bila pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan, maka pelat itu dikatakan “ditumpu
bebas” yang menyatakan sebuah pelat bertumpu oleh tembok bata. Bila tumpuan
mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku terhadap momen punter, maka pelat
itu “terjepit penuh” dimana pelat itu adalah monolit (menyatu) dengan balok yang
tebal.

Bila pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan, maka plat itu dikatakan
‘ditumpu bebas’ sesuai dengan yang di sajikan pada gambar 2.8 yang menyatakan
sebuah plat tertumpu oleh tembok bata. Bila tumpuan mencegah plat berotasi dan
relatif sangat kaku terhadap momen punter, maka plat itu ‘jepit penuh’ seperti
gambar 2.9 dimana plat itu adalah monolit (menyatu) dengan balok yang tebal. [4]

Bila balok tepi tidak cukup kuat untuk mencgeah rotasi sama sekali, maka
plat itu ‘terjepit sebagian’ (jepit elastis) seperti gambar 2.10 yang menyatakan pelat
jepit Sebagian pada sebuah balok tepi. [4]
19

Gambar 2. 8 Tepi Ditumpu Bebas

Gambar 2. 9 Tepi Dengan Tumpuan Terjepit

Gambar 2. 10 Tepi Dengan Tumpuan Terjepit Sebagian. [8]

2.18 Metode Lentur Murni

Metode lentur murni sendiri digunakan apabila distribusi gaya yang


dominan bekerja pada suatu penampang beton berupa momen lentur saja. Hal
pertama yang harus dilakukan dalam perhitungan metode lentur murni yaitu
menentukan syarat batas.

Syarat batas bentang pelat yang dapat dihitung dengan metode lentur murni
sendiri untuk pelat satu arah adalah apabila perbandingan sisi panjang terhadap sisi
pendek yang saling tegak lurus lebih besar dari 2, pelat dapat dianggap hanya
bekerja sebagai pelat satu dengan lenturan utama pada arah sisi yang lebih pendek.
Sehingga struktur pelat satu arah dapat didefinisikan sebagai pelat yang didukung
20

pada dua tepi yang berhadapan sedemikian sehingga lenturan timbul hanya dalam
satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi. [1]

Tabel 2. 6 Tabel minimum balok dan pelat satu arah

2.19 Sistem Pelat Satu Arah

Pelat satu arah adalah pelat yang didukung oleh balok pada dua sisi yang
berlawanan untuk memikul beban sepanjang satu arah. Pelat satu arah juga
merupakan sistema pelat dimana gaya yang bekerja pada pelat tersebut satu arah.
Jikalau bukan arah x, maka arah y.

Gambar 2. 11 Sistem pelat satu arah


Ciri-ciri pelat satu arah :

1) Lempengan satu arah didukung oleh balok hanya di 2 sisi;


2) Rasio panel bentang (Iy) lebih panjang dari panel bentang (Ix) atau lebih

besar dari 2. Dengan demikian >2

3) Tanpa tumpuan;
21

4) Penguat utama disediakan hanya dalam satu arah untuk pelat satu arah;
5) Contoh penerapan pelat satu arah, yaitu: cantilever, balkon dan teras. [11]

Syarat batas bentang pelat yang dapat dihitung dengan metode lentur murni
sendiri untuk pelat satu arah adalah apabila perbandingan sisi panjang terhadap sisi
pendek yang saling tegak lurus lebih besar dari 2, pelat dapat dianggap hanya
bekerja sebagai pelat satu dengan lenturan utama pada arah sisi yang lebih pendek.
Sehingga struktur pelat satu arah dapat didefinisikan sebagai pelat yang didukung
pada dua tepi yang berhadapan sedemikian sehingga lenturan timbul hanya dalam
satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus terhadap arah dukungan tepi. [1]

Distribusi gaya-gaya dalam pelat satu arah (menahan dalam satu arah),
sebenarnya dapat dianggap sebagai gelegar di atas beberapa tumpuan. Untuk
struktur statis tertentu, distribusi ditentukan tiga buah persamaan keseimbangan:

ΣH = 0; ΣV = 0; dan ΣM = 0

Bila syarat-syarat batas, panjang bentang dan distribusi momen diketahui


maka tulangan pelat yang diperlukan dapat dihitung. Untuk tebal pelat didapatkan
dari syarat-syarat kelangsingan yang telah ditetapkan. Setelah menentukan syarat-
syarat batas, bentang dan tebal pelat kemudian beban-beban dapat dihitung. Untuk
pelat sederhana berlaku rumus yang tercantum dalam SK-SNI T15-1991-03 :

Wu = 1,2 WD + 1,6 WL (2.13)

Suatu batas bawah yang wajar adalah jarak bersih minimal antara tulangan
40 mm. SK-SNI T15-1991-03 menentukan jarak bersih minimal yang mutlak
adalah ∅ (db) atau 25 mm.

Tabel 2. 7 Syarat-syarat untuk tulangan dan pelat

Diameter minimum yang disarankan BJTP 240 BJTP 400


Tulangan utama + tulangan pembagi ∅p8 ∅D6
jaringan atas
Tulangan pembagi jaringan bawah ∅p6 ∅D6
22

Tabel 2. 8 Diameter batang dalam mm² per meter lebar pelat

Jarak pusat
ke pusat
Diameter dalam mm
dalam mm

6 8 10 12 14 16 19 20

50 565 1005 1571 2262 3079 4022 5671 6284

100 283 503 785 1131 1539 2011 2835 3142

125 226 402 628 905 1232 1608 2268 2513

150 188 335 524 754 1026 1340 1890 2094

200 141 251 393 565 770 1005 1418 1571

250 113 201 315 452 616 804 1134 1257

Dengan menggunakan tabel dan rumus diatas dapat diketahui tulangan yang
sesuai untuk perencanaan sebuah pelat dengan sistem satu arah.

1. Momen Nominal (Mn)

Dalam rekayasa struktur, momen nominal adalah konsep penting dalam


menganalisis perilaku dan merangcang struktur yang terkena gaya lentur atau torsi.
Hal ini terutama berlaku dalam desain balok dan kolom.

Perlu dicatat bahwa momen nominal adalah nilai idealis dan tidak
memperhitungkan faktor seperti ketidaksempurnaan material, toleransi konstruksi,
atau beban dinamis. Oleh karena itu, umunnya diterapkan factor keamanan atau
margin design untuk memastikan design yang konservatif dan dapat diandakan.

Secara ringkas, momen mominal adalah ukuran dari momen lentur maksimum
yang elemen struktural dirancang untuk menahan. Ini memainkan peran penting
dalan analisis dan design balok dan kolom, membantu insinyur menentukan
material dan dimensi yang sesuai untuk memastikan integritas struktural dan
keamanan sistem secara keseluruhan. Rumus mencari Mn yaitu:
23

Mn = (2.14)

2. Resistansi Nominal (Rn)

Resistensi nominal, seperti momen nominal yang disebutkan sebelumnya,


adalah nilai idealis dan tidak mempertimbangkan faktor seperti variasi material,
toleransi konstruksi, atau beban dinamis. Oleh karena itu, factor keamanan atau
margin degisn biasanya diterapkan pada resistensi nominal untuk memastikan
design yang konservatif dan dapat diandalkan.

Secara ringkas, “Rn” dalam rekayasa struktur mengacu pada resistensi


nominal atau kekuatan nominal dari suatu elemen struktural, yang mewakili
kapasitasnya dalam menahan beban maksimal. Resistensi tersebut berdasarkan sifat
material, kode design, dan kode keamanan dan digunakan untuk memastikan
integritas struktural dan keamanan sistem secara keseluruhan. Rumusmencari Rn
yaitu:

Rn = (2.15)
. ²

2.20 Tebal Pelat Satu Arah


Persamaan yang digunakan untuk menentukan tebal pelat lantai adalah
sebagai berikut:

𝐻= 0,4 + (2.16)

Dimana: L = bentang terpanjang pelat satu arah

Fy = Merupakan mutu baja

2.21 Metode Sistim Penulangan Pelat Satu Arah

1. Menentukan Faktor Efektif

Mn =

Rn =
. ²
24

m=
, .

2. Menentukan tulangan nominal:

.
𝜌= (1 − 1 ) (2.17)

3. Pengecekan untuk nilai penulangan:

𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌 < 𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 (2.18)

4. Menentukan Luas Penampang As


As = 𝜌. 𝑏. 𝑑 (2.19)
2.22 Sistem Pelat Dua Arah

Pada pelat dua arah yang ditumpu pada keempat tepinya adalah struktur
statis tak tentu. Satu arah yang menerus pada lebih dari dua tumpuan, juga dapat
digunakan tabel untuk mempermudah analisis dan perencanaan pelat dua arah.

Gambar 2. 12 Sistem pelat dua arah


Beban lantai dipikul pada dua arah oleh empat balok pendukung sekeliling
panel pelat, dengan demikian panel menjadi suatu pelat yang melentur pada dua
arah. Dengan sendirinya penulangan untuk pelat tersebut harus menyesuaikan pula.
Apabila panjang pelat sama dengan lebarnya, perilaku keempat balok keliling
dalam menopang pelat akan sama. Sedangkan apabila panjang tidak sama dengan
lebar balok yang lebih panjang akan memikul beban lebih besar dari balok yang
pendek. [11]
25

Ciri-ciri pelat dua arah:

1) Pelat dua arah didukung oleh balok dikeempat sisinya;


2) Rasio panel bentang (Iy) lebih panjang dengan panel bentang (Ix) lebih pendek,
atau kurang dari 2, dengan demikian < 2;

3) Penguat utama disediakan dikedua arah untuk slab dua arah;


4) Pelat dua arah didistribusikan secara merata dan akan mengurangi
pembengkokan struktur;
5) Contoh penerapan pelat dua arah yaitu: lantai gedung bertingkat dimana
terdapat balok disemua sisi pelat lantai. [11]

Untuk membahas lenturan pelat dua arah, pertama-tama ditinjau perilaku


fisik suatu panel pelat segiempat yang ditumpu oleh komponen struktur sangat kaku
pada keempat sisinya, misalnya balok kaku atau dinding geser apabila sudut-
sudutnya tidak dicetak secara monolit dengan tumpuannya boleh jadi akan terangkat
karenanya. Derajat kelengkungan cekungan menunjukan besar momen yang terjadi,
semakin curam cekungan berarti semakin besar momennya. [1]

2.23 Tebal Pelat Lantai Dua Arah


Persamaan yang digunakan untuk menentukan tebal pelat lantai adalah
sebagai berikut:

ℓ =ℓ − 𝑏 + 𝑏 (2.20)

ℓ =ℓ − 𝑏 + 𝑏

Dimana:
ℓ = bentang bersih terpanjang
ℓ = bentang bersih terpendek
b = lebar balok.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tebal pelat lantai
antara lain sebagai berikut:
26

1. Nilai banding Panjang terhadap lebar bentang bersih,



β = ℓ𝑛𝑦 (2.21)
𝑛𝑥

Dimana:
𝛽 = nilai banding Panjang terhadap lebar bentang bersih
ℓ = bentang bersih terpanjang
ℓ = bentang bersih terpendek
2. Syarat ketebalan pelat dua arah
ℎ𝑚𝑖𝑛 adalah tebal pelat minimum dan juga sebagai batasan minimum tidak
boleh kurang dari pada ℎ𝑚𝑖𝑛. Sedangkan ℎ𝑚𝑎𝑘𝑠 adalah tebal pelat maksimum
dan juga sebagai batasan maksimum tidak boleh lebih dari ℎ𝑚𝑎𝑘𝑠.
,
ℎ𝑚𝑖𝑛 = ( (2.22)

,
ℎ𝑚𝑎𝑘𝑠 = (

Dimana:

h = tebal pelat
ℎ𝑚𝑖𝑛 = tebal pelat minimal
ℎ𝑚𝑎𝑘𝑠 = tebal pelat maksimal
𝑓𝑦 = tagangan leleh baja
𝐿 = bentang bersih terpanjang
2.24 Metode Amplop Lentur Murni

Dalam menganalisis pelat dengan sistem dua arah, langkah selanjutnya


adalah menghitung momen. Dalam pelat dua arah, menghitung momen dapat
menggunakan metode “amplop”. Dalam metode amplop momen terbagi menjadi
𝑚𝑙𝑥, 𝑚𝑙𝑦, 𝑚𝑡𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑡𝑦. Yang mana 𝑚𝑙𝑥 adalah momen lapangan terhadap arah
x, 𝑚𝑙𝑦 adalah momen lapangan terhadap arah y, 𝑚𝑡𝑥 adalah tumpuan terhadap arah
x, dan 𝑚𝑡𝑦 adalah momen tumpuan terhadap arah y. Dalam menghitung momen
untuk pelat dua arah, kita juga dapat mengikuti panduan pada tabel metode amplop
(tabel 2.9).
27

Tabel 2. 9 Metode amplop

Seperti pada pelat satu arah yang menerus, pemakaian tabel diataspun
dibatasi dengan beberapa syarat, seperti:

1) Beban terbagirata;
2) Perbedaa yang terbatas antara besarnya beban maksimum dan
minimum pada panel (lekukan) di pelat:

𝑊𝑈𝑚𝑖𝑛 ≥ 0,4 𝑊𝑈𝑚𝑎𝑘𝑠 (2.23)


28

3) Perbedaan yang terbatas antara beban maksimal pada panel yang


berbeda-beda:

𝑊𝑈𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 ≥ 0,8 𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑊𝑈𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 (2.24)

4) Perbedaannya terbatas pada panjang bentang yaitu bentang terpendek


≥ 0,8 𝑥 bentang terpanjang.

Gambar 2. 13 Penyaluran beban ke tumpuan untuk pelat dua arah


Bila syarat syarat batas tersebut dipenuhi, maka akan didapatkan nilai nilai
yang aman terhadap momen lentur maksimum. Dalam nilai-nilai ini juga
diperhitungkan pengaruh panel yang dibebani dan panel tak dibebani [2].

Cara penyaluran beben dari plat ke tumpuan berbeda dari pelat dua arah
dibanding dengan pelat satu arah.

Pola penyaluran beban untuk beban pelat persegi dinyatakan dalam bentuk
amplop, dengan mengambarkan garis-garis pada sudut 45˚ pada empat sudut,
sebagaimana ditujukan pada gambar diatas.

Reaksi pada perletakan berbentuk trapesium pada bagian tepi yang panjang
dengan nilai maksimum Wu lantai 𝑖𝑥 dan bentuk segitiga pada tepi yang

pendek dengan nilai minimum Wu lantai 𝑖𝑥.[2]

Pelat dua arah yang ditumpu pada keempat tepinya adalah struktur statis tak
tentu. Seperti pada pelat satu arah juga dapat digunakan tabel untuk mempermudah
analisis dan perencanaan pelat dua arah. [2]
29

Tabel tersebut menunjukan momen lentur yang bekerja pada jalur selebar 1
meter, masing-masing pada arah x dan y.

mlx adalah momen lapangan maksimum permeter lebar diarah -x;

mly adalah momen lapangan maksimum permeter lebar diarah -y;

mtx adalah momen tumpuan maksimum permeter lebar diarah -x;

mty adalah momen tumpuan maksimum permeter lebar diarah -y;

mtix adalah momen jepit tak terduga permeter lebar diarah -x;

mtiy adalah momen jepit tak terduga permeter lebar diarah -y.

2.25 Metode Sistim Penulangan Pelat Dua Arah

1. Menentukan factor efektif (factor momen)


1) Rumus menghitung tulangan:
𝑘= (2.25)
ϕ.𝑏.𝑑²

Dimana: k = Korelasi beban


Mu = Momen rencana
ϕ = Koefisien susut beton
b = Lebar efektif
d = Tinggi efektif
2) Rumus mencari tinggi efektif (arah x)
𝑑 = ℎ − 𝑝 − ∅ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (2.26)

3) Rumus mencari tinggi efektif (arah y)


𝑑 = ℎ − 𝑝 − ∅ − ∅𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (2.27)

Dimana: d = Tinggi efektif pelat


h = Tebal pelat
p = Selimut beton
∅ = Tulangan yang direncanakan
2. Pengecekan untuk nilai tulangan :

𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌 < 𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠


30

3. Menentukan luas penampang As


𝐴𝑠 = 𝜌. 𝑏. 𝑑

2.26 Manajemen Kontruksi


Manajemen konstruksi adalah ilmu mengenai teknologi industri konstruksi
dengan menerapkan fungsi manajemen agar efisiensi sumber daya dan waktu pada
pembangunan terlaksana. Manajemen konstruksi adalah perpaduan ilmu teknologi
industri konstruksi dan seni mengatur atau manajemen dalam proses pembangunan
sebuah gedung dengan menggunakan sumber daya dan waktu yang seefektif dan
seefisiensi mungkin.

Agar pemanfaatan sumber daya dan waktu dapat terukur dengan sistematis,
efektif, dan efisien, biasanya dilengkapi juga dengan analisis Strengths, Weakness,
Opportunities, Threats (SWOT).

Gambar 2. 14 Analisis Kuadran SWOT


Bisa disimpulkan bahwa manajemen konstruksi memiliki peran penting
terhadap proses pembangunan agar terkelola dengan tepat dan menghasilkan tujuan
pembangunan yang diinginkan.

Dalam proses pembangunannya, terdiri dari banyak orang yang ahli di


bidang konstruksinya masing-masing dengan peran yang berbeda dan penting untuk
menyukseskan proyek pembangunan.
31

Dapat disimpulkan bahwa menejemen adalah kemampuan untuk


memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan sekelompok
orang. Untuk itu, tujuan perlu ditetapkan terlebih dahulu, sebelum melibatkan
seklompok orang yang mempunyai kemampuan atau keahlian dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, manejemen berfungsi
untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam pencapaian tujuan dengan
batas batas tertentu [3].

Sedangkan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang memiliki tujuan


dan sasaran yang jelas, berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi
sumber daya tertentu. Terlihat bahwa ciri pokok dalam sebuah proyek adalah
sebagai berikut.

1. Memiliki tujuan dan sasaran berupa suatu produk akhir;


2. Proyek memiliki sifat sementara, yaitu telah jelas titik awal mulai dan selesai;
3. Biaya, waktu, dan mutu dalam pencapaian tujuan dan sasaran tersebut telah
ditentukan.
4. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung
menyebabkan proyek memiliki sifat nonrepetitif, atau tidak berulang.

Proyek konstruksi merupakan proyek yang berkaitan dengan pembangunan


suatu bangunan dan infrastuktur yang umumnya mencakup pekerjaan pokok yang
termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Selain itu juga melibatkan bidang
ilmu lainnya seperti teknik industri, mesin, elektro, geoteknik, dan lanskap. [3]

2.27 Fungsi Manajemen Kontruksi


Manajemen kontruksi mempunyai beberapa fungsi dan tugas dalam suatu
pembangunan proyek, antara lain:

1) Fungsi manajemen konstruksi


1. Perencanaan (planning), berfungsi menentukan pekerjaan dan bagaimana suatu
proyek dijalankan, termasuk dalam pengambilan keputusan;
2. Pengorganisasian (Organizing), sebagai mengorganisir bagian-bagian
pekerjaan untuk memudahkan karyawan;
32

3. Penempatan orang (Staffing), sebagai penempatan orang-orang yang dapat


sesuai dengan bagian pekerjaan yang sudah direncanakan;
4. Mengarahkan (Directing), berfungsi mengarahkan atau memberikan bimbingan
dan motivasi kepada pekerja dalam melaksanakan tugas;
5. Mengontrol (Controlling), bertugas untuk mengontrol pekerjaan sesuai dengan
perencanaan, menganalisa penyimpangan, dan menentukan langkah untuk
dikoreksi.
2) Tugas Manajemen Konstruksi
1. Mengawasi proyek dan memastikan jika metode konstruksi sesuai dengan
perencanaan;
2. Meminta laporan pekerjaan dari kontraktor secara tertulis;
3. Menghentikan jalannya pekerjaan apabila tak sesuai dengan kesepakatan;
4. Mengadakan rapat rutin dengan konsultan, wakil, dan kontraktor;
5. Menyampaikan program pekerjaan dengan pemilik;
6. Mengesahkan material yang akan digunakan sesuai degan kontrak;
7. Mengoordinasi proyek pembangunan dalam aspek mutu dan waktu;
8. Meninjau metode pelaksanan pekerjaan sesuai dengan syarat K3LMP. [12]

2.28 Tujuan Manajemen Konstruksi


Tujuan dari manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen
atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
optimal sesuai dengan dengan persyaratan (Spesification) untuk keperluan
pencapaian tujuan ini. Perlu diperhatian pula mengenai mutu bangunan, biaya yang
digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil yang baik selalu
diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya
(Cost Control) dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control). [13]

2.29 Metode Jaringan Kerja


Manajemen konstruksi mengacu pada bagaimana sumber daya tersedia
sehingga dapat diaplikasikan dengan baik pada suatu proyek konstruksi. Salah satu
metode yang digunakan dalam manajemen konstruksi adalah diagram jaringan kerja
atau network planning.
33

Metode jaringan kerja merupakan cara grafis untuk menggambarkan


kegiatan-kegiatan dan kejadian yang diperlukan untuk mencapai tujuan proyek.
Jaringan kerja ini nantinya akan sangat membantu dalam penentuan kegiatan-
kegiatan kritis serta akibat keterlambatan dari suatu kegiatan terhadap waktu
penyelesaian keseluruhan proyek [3].

Ada beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dahulu dalam membuat
metode jaringan kerja, yaitu:

1. Menentukan aktifitas/kegiatan
2. Menentukan durasi aktifitas/kegiatan
3. Menentukan hubungan yang logis

2.30 Aktivitas Dummy


Dummy adalah aktivitas yang tidak mempunyai waktu pelaksanaan dan
hanya diperlukan untuk menunjukan kaitan dengan aktivitas pendahulu. Dummy
diperlukan untuk menggambarkan adanya hubungan diantara dua kegiatan.
Mengingat dummy merupakan kegiatan semu maka lama kegiatan dummy adalah
nol.

2.31 Metode Jalur Kritis (CPM)


Jalur kritis atau critical path method (CPM) adalah jalur yang memiliki
rangkaian komponen-komponen kegiatan, dengan total jumlah waktu terlama dan
menunjukan kurun waktu penyelesaian proyek tercepat.

Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan
pertama sampai kegiatan terakhir pada pelaksanaan ini juga harus sampai selesai
dan tepat waktu. Jika pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila
pelaksanaanya terlambat, akan menyebabkan keterlambatan penyelesaian
keseluruhan proyek, yang disebut kegiatan kritis [3].
34

2.31.1 Waktu kegiatan

Gambar 2. 15 Waktu kegiatan network


Ket:

A = kegiatan

dA = durasi kegiatan

i = nomor kegiatan

ES = earliest start (waktu kegiatan paling cepat yang dapat


dimulai)

EF = earliest finish (waktu kegiatan paling cepat yang dapat


diselesaikan) EF = ES + d

LS = latest start (waktu kegiatan paling lanbat yang harus


dimulai) LS = LF – dA

LF = latest finish (waktu kegiatan paling lambat yang harus


diselesaikan)

2.32 Barchart
Barchart atau Diagram Batang atau Bagan Balok adalah sekumpulan
aktivitas yang ditempatkan dalam kolom vertikal, sementara waktu ditempatkan
dalam baris horizontal. Waktu mulai dan selesai setiap kegiatan beserta durasinya
ditunjukkan dengan menempatkan balok horizontal dibagian sebelah kanan dari
setiap aktivitas. Perkiraan waktu mulai dan selesai dapat ditentukan dari skala waktu
horizontal pada bagian atas bagan. Panjang dari balok menunjukkan durasi dari
aktivitas dan biasanya aktivitas-aktivitas tersebut disusun berdasarkan kronologi
pekerjaan. [3]
35

2.33 Kurva S
Kurva S adalah hasil plot dari Barchart, bertujuan untuk mempermudah
melihat kegiatan-kegiatan yang masuk dalam suatu jangka waktu pengamatan
progress pelaksanaan proyek. Definisi lain, kurva S adalah grafik yang dibuat
dengan sumbu vertikal sebagai nilai kumulatif biaya atau penyelesaian (progress)
kegiatan dan sumbu horizontal sebagai waktu. Kurva S dapat menunjukkan
kemampuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang
direpresentasikan sebagai presentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek.
Visualisasi kurva S memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan
membandingkan terhadap jadwal rencana. [3]

Gambar 2. 16 Kurva S
2.34 Metode Manajemen Konstruksi
Dalam hal ini penulis hanya menganalisis pekerjaan beton pelat lantainya
saja, langkah pertama adalah dengan mencari quantity bahan pekerjaan dari setiap
kegiatan yang ada, dengan rumus:

1. Untuk quantity StootWerk pekerjaan balok dan pelat lantai:

×2 (2.28)

2. Untuk quantity bekisting pekerjaan balok:

(𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 × 𝑝𝑎𝑛𝑔𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘) (2.29)

3. Untuk quantity pembesian pekerjaan balok:


 Tulangan Utama:
36

(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑎ℎ × 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑠𝑖) (2.30)

 Tulangan Sengkang:

(𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑠𝑖) (2.31)

4. Untuk quantity bekisting pekerjaan pelat lantai:

(𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 − 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘) (2.32)

5. Untuk quantity pembesian pekerjaan pelat lantai:

(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑎ℎ × 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑠𝑖) (2.33)

6. Untuk mengetahui kebutuhan bahan:

𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 × 𝑄𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑦 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 (2.34)

7. Untuk mengetahui jumlah dan tenaga kerja:

𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 × 𝑄𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑦 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 (2.35)

Rumus yang digunakan untuk mencari bobot pekerjaan adalah sebagai


berikut:
×
× 100% (2.36)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Data Teknis Objek Kajian


Objek kajian yang digunakan dalam pengerjaan ini Tugas Akhir ini adalah
struktur pelat lantai Pada Proyek Pembangunan Ruko Barkenz Kota Sukabumi.

Dalam sebuah pekerjaan struktur, konstruksi pelat lantai merupakan salah


satu hal yang penting dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Dalam Tugas Akhir
ini, penulis memilih menggunakan metode lentur murni untuk perhitungannya.

3.1.1 Lokasi Kajian


Objek kajian yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah proyek
pembangunan Ruko Barkenz berlokasi di jalan Suryakencana, Kel. Cikole, Kec.
Cikole, Kota Sukabumi.

Gambar 3. 1 Denah Lantai 1

37
38

Gambar 3. 2 Denah Lantai 2

Gambar 3. 3 Denah Lantai 3


39

Gambar 3. 4 Denah Lantai Atap


3.1.2 Spesifikasi dan Data Umum

1. Fungsi bangunan : Rumah Toko (3 lantai)


2. `Zona gempa : Sukabumi (Zona 4)
3. Lebar bangunan :8m
4. Panjang bangunan : 11 m
5. Tinggi bangunan : 3,78 m
6. Luas bangunan lantai 1 : 88 m2
7. Luas bangunan lantai 2 : 88 m2
8. Luas bangunan lantai 3 : 88 m2
9. Luas bangunan lantai atap : 88 m2
10. Jumlah lantai : 3 Lantai

3.1.3 Data Teknis


1. Mutu beton (fc) : K-200
2. Mutu baja (fy) : 240 MPa
3. Balok induk : 20 x 40 cm
4. Tebal pelat : 12 cm
5. Diameter Besi Rencana : D∅8
40

3.2 Langkah Perhitungan

Adapun Langkah perhitungan dari Tugas Akhir ini sebagai berikut:


3.2.1 Langkah Perhitungan Pelat Lantai

Langkah perhitungan untuk pelat lantai adalah:

MENENTUKAN SYARAT BATAS


PELAT

MERENCANAKAN DIMENSI
BALOK

MENCARI TEBAL
PELAT

MENGHITUNG BEBAN PADA


PELAT

MENGHITUNG MOMEN PADA PELAT

TIDAK
HITUNG
TULANGAN P > P maks

YA

Pmin < P < Pmaks

OK
41

3.2.2 Langkah Perhitungan Manajemen Konstruksi

Langkah perhitungan untuk manajemen konstruksi adalah:

MENGHITUNG VOLUME

MENGHITUNG QUANTITY

MENGHITUNG DURASI DAN


JUMLAH TENAGA KERJA

MENGHITUNG RENCANA
ANGGARAN BIAYA

MENGHITUNG LINTAS KRITIS


PEKERJAAN MENGGUNAKAN
METODE CPM

MEMBUAT TIME SCHEDULE

3.3 Metode Perhitungan Pelat Satu Arah


3.3.1 Menentukan Syarat Batas Penulangan
1. Batas penulangan sistem pelat satu arah (2.1)
3.3.2 Menentukan Tebal Pelat Lantai

1. Menentukan tebal pelat satu arah (2.16)


3.3.3 Pembebanan Pelat Lantai
1. Menghitung beban mati (WD) (2.5)
2. Menghitung beban hidup (WL) (2.6)
3. Menghitung beban rencana (Wu) (2.13)
42

3.3.4 Metode Sistem Penulangan Pelat Lantai

1. Menentukan faktor efektif (2.14)


2. Menentukan penulangan maksimum (2.11)
3. Menentukan penulangan minimum (2.10)
4. Menentukan tulangan nominal (2.17)
5. Pengecekan untuk nilai penulangan (2.18)
6. Menentukan Luas Penampang As (2.19)
3.4 Metode Perhitungan Pelat Dua Arah
3.4.1 Menentukan Syarat Batas Penulangan
1. Batas penulangan pelat dua arah (2.2)
3.4.2 Menentukan Tebal Pelat Lantai

1. Tebal pelat dua arah (2.20)


2. Nilai banding Panjang terhadap lebar bentang bersih (2.21)
3. Syarat ketebalan pelat dua arah (2.22)
3.4.3 Pembebanan Pelat Lantai
1. Menghitung beban mati (WD) (2.5)
2. Menghitung beban hidup (WL) (2.6)
3. Menghitung beban rencana (Wu) (2.13)

3.1.1 Metode Sistem Penulangan Pelat Lantai

1. Menentukan faktor efektif pelat dua arah (2.25)


1) Mencari tinggi efektif arah x (2.26)
2) Mencari tinggi efektif arah y (2.27)
2. Menentukan penulangan maksimum (2.11)
3. Menentukan penulangan minimum (2.10)
4. Menentukan tulangan aktual (2.12)
5. Pengecekan untuk nilai tulangan (2.18)
6. Menentukan luas penampang As (2.19)
43

3.2 Metode Manajemen Konstruksi


Dalam hal ini penulis hanya menganalisis pekerjaan beton pelat lantainya
saja, langkah pertama adalah dengan mencari quantity bahan pekerjaan dari setiap
kegiatan yang ada, dengan rumus:

1. Untuk quantity StootWerk pekerjaan balok dan pelat lantai (2.28)


2. Untuk quantity bekisting pekerjaan balok (2.29)
3. Untuk quantity pembesian pekerjaan balok
 Tulangan Utama (2.30)
 Tulangan Besi (2.31)
4. Untuk quantity bekisting pekerjaan pelat lantai (2.32)
5. Untuk quantity pembesian pekerjaan pelat lantai (2.33)
6. Untuk mengetahui kebutuhan bahan (2.34)
7. Untuk mengetahui jumlah dan tenaga kerja (2.35)
8. Untuk mencari bobot pekerjaan (2.36)
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL KAJIAN

4.1 Data Perencanaan Pelat Lantai


Struktur pelat lantai ini menggunakan material bahan mutu beton K-200 =
fc’ 16,60 Mpa dan tulangan mengggunakan fy 240 Mpa. Perhitungan dilakukan
dengan anggapan bahwa setiap pelat lantai dibatasi oleh balok induk. Adapun denah
pelat yang digunakan adalah AS 2-3 ; B-C dan ukuran pelat yang digunakan dalam
analisis ini antara lain, sebagai berikut:

Gambar 4. 1 Denah Balok Pelat Lantai 2

44
45

4.2 Langkah-Langkah Analisis Pelat Lantai


4.2.1 Menentukan Syarat Batas

Gambar 4. 2 Potongan Pelat Lantai AS 2-3 ; B-C

Syarat Batas : = = =1

Karena 1 < 2 maka dipakai sistem pelat dua arah.

4.2.2 Merencanakan Dimensi Balok

1. Menghitung Tinggi (h) dan Lebar (b) dimensi pada Balok Induk (BI) dengan
panjang L = 400 cm, dari portal AS 1-2 pada gambar denah.
Tinggi Balok Induk = 𝐿 𝑠 𝑑 𝐿

 h min = × 400 = 26,6 cm

 h max = × 400 = 33,3 cm


, ,
 h rata-rata = = 29,95 cm

Maka tinggi (h) balok yang akan diambil adalah 30 cm.

Lebar Balok Induk = ℎ 𝑠 𝑑 ℎ

 b min = × 30 = 15 cm

 b max = × 30 = 20 cm

 b rata-rata = = 17,5 cm

45
46

Maka lebar (b) balok yang diambil adalah 20 cm, sehingga dimensi yang
didapat pada Balok Induk (BI) = 20/30.

4.2.3 Mencari Tebal Pelat

Selanjutnya dalam menentukan ketebalan pelat lantai, maka digunakan


rumus sebagai berikut :

1. Potongan arah memanjang (arah-ly)

Gambar 4. 3 Potongan arah memanjang (arah-ly)

 lyn = ly - ( . 𝐵𝐼 + . 𝐵𝐼 )

= 400 – ( . 20 + 20 )

= 380 cm = 3,8 m
2. Potongan arah melebar (arah -lx)

Gambar 4. 4 Potongan arah melebar (arah-lx)

 lxn = lx - ( . 𝐵𝐼 + . 𝐵𝐼 )

= 400 - ( . 20 + . 20 )

= 380 cm = 3,8 m
47

3. Nilai banding panjang terhadap lebar bentang bersih


,
 𝛽 = = =1
,

4. Mencari ketebalan pelat lantai


. ( , )
 h min =
.

. ( , ) ,
= = = 8,11 cm
. .

. ( ,
 h maks =

. ( , ) ,
= = = 10,14 cm

, ,
 h rata-rata = = 9,125 cm ≈ 10 cm

Tebal rata-rata pelat yaitu 10 cm yang terpasang dilapangan 12 cm, maka


perhitungan berdasarkan apa yang dipasang dilapangan yaitu 12 cm.

4.2.4 Menghitung Beban Pada Pelat

Langkah selanjutnya dalam menganalisis pelat lantai adalah menghitug


beban yang bekerja pada pelat. Dalam hal ini beban pada pelat terbagi menjadi
beban mati (WD) dan beban hidup (WL) yang selanjutnya akan dibuat menjadi
beban rencana (WU), pembebanan ini mengacu pada.[4]

1. Beban Mati (WD)


 Pelat Lantai = 0,12 x 1 x 2400 = 288,0 Kg/m
 Spesi = 0,025 x 1 x 2100 = 52,5 Kg/m
 Keramik = 0,005 x 1 x 2200 = 11,0 Kg/m
 Rangka plafond + Penggantung = (7 + 11) x 1 = 18,0 Kg/m
 Utilitas = 50 = 50.0 Kg/m +

= 419,5 Kg/m

Total = 4,195 Kg/m


= 0,041 Kn/m
48

2. Beban Hidup (WL)


Muatan hidup = 250 Kg/m = 2,5 kN/m (Ruko)
3. Beban Rencana (WU)

WU = 1,2 WD + 1,6 WL

= 1,2 . 0,041 + 1,6 . 2,5 = 4,049 kN/m

4.3 Menghitung Momen Pada Pelat Lantai


Berikutnya dalam menganalisis pelat lantai dengan sistem dua arah adalah
menghitung momen pada pelat lantai. Dimana dalam menghitung momen dapat
digunakan metode “amplop”. Maka momen yang terjadi pada pelat lantai dapat
diperhitungkan dengan data-data yang diketahui pada tabel 2.9 dengan skema No.2
dimana 𝛽 = 1 maka:

Dilihat dari tabel 2.9 maka dihasilkan momen tumpuan dan lapangan (arah
x dan y) Type-2 dengan Wu = 9,034 kN/m, sebagai berikut:

 mlx = 0,001 . Wu . lx² . x = 0,001 . 4,049 . 4² . 25 = 1,619 kN/m


 mly = 0,001 . Wu . ly² . x = 0,001 . 4,049 . 4² . 25 = 1,619 kN/m
 mtx = -0,001 . Wu . lx² . x = 0,001 . 4,049 . 4² . 51 = -3,303 kN/m
 mty = -0,001 . Wu . ly² . x = 0,001 . 4,049 . 4² . 51 = -3,303 kN/m

4.4 Mencari Tulangan Pelat


Selanjutnya dalam menganalisis pelat lantai yaitu mencari tulangan pada
pelat, dengan menggunakan rumus:

4.4.1 Faktor Momen


Apabila tulangan yang digunakan adalah dengan ∅8 mm, maka:
Mencari tinggi efektif arah x (dx) = 120 - 20 - ∅8

= 96 mm
Mencari tinggi efektif arah y (dy) = 120 – 20 - 8 - ∅8

= 88 mm
49

4.4.2 Mencari Momen Lapangan Arah (x dan y)


mlx = 1,619 kN/m = 1,619 × 10 Nmm
, .
klx = = 0,219
, . .

𝑓𝑦
𝑓𝑦 − 𝑓𝑦 − 2,36 . . 𝑘
𝑓𝑐´
𝜌 𝑎𝑘𝑡 𝑙𝑥 =
𝑓𝑦
1,81 .
𝑓𝑐´
240
240 − 240 − 2,36 . . 0,219
16,60
=
240
1,18 .
16,60
3,765736
= = 0,000919
4094,457

1,4 1,4
𝜌 min = = = 0,0058
𝑓𝑦 240

0,85 . 𝑓𝑐 . 𝛽 600
𝜌 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0,75 .
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦

, . , .
= 0,75 .

= 0,031

𝜌 min < 𝜌 𝑎𝑘𝑡 < 𝜌 𝑚𝑎𝑘𝑠

Dikarenakan 𝜌 𝑎𝑘𝑡 𝑙𝑥 < 𝜌 𝑚𝑖𝑛 maka 𝜌 yang diambil adalah 𝜌 𝑚𝑖𝑛 =


0,0058

𝐴𝑠𝑙𝑥 = Luas tulangan terhadap momen lapangan arah x

𝐴𝑠𝑙𝑥 = 𝜌 𝑚𝑖𝑛 . 𝑏 . 𝑑

= 0,0058 × 1000 × 96 = 556,8 𝑚𝑚²

Digunakan tulangan ∅8 = 𝜋 . (8)²

(Rangkap) = 50,2 mm × 2
50

,
Jumlah tulangan =
,

= 5,545 ≈ 6 buah

Jarak tulangan dalam 1m =

= 166,6 mm ≈ 150 mm

As yang timbul = 12 . 𝜋 . (8)²

= 602,88 > 556,8

Maka tulangan yang diambil adalah ∅8 − 150 = 602,88 > 556,8 𝑚𝑚²

mly = 1,619 kN/m = 1,619 × 10 Nmm


, .
kly = = 0,216
, . .

𝑓𝑦
𝑓𝑦 − 𝑓𝑦 − 2,36 . . 𝑘
𝑓𝑐´
𝜌 𝑎𝑘𝑡 𝑙𝑦 =
𝑓𝑦
1,81 .
𝑓𝑐´
240
240 − 240 − 2,36 . . 0,216
16,60
=
240
1,18 .
16,60
3,713745
= = 0,000907
4094,457

Dikarenakan 𝜌 𝑎𝑘𝑡 𝑙𝑦 < 𝜌 𝑚𝑖𝑛 maka 𝜌 yang diambil adalah 𝜌 𝑚𝑖𝑛 =


0,0058

𝐴𝑠𝑙𝑦 = Luas tulangan terhadap momen lapangan arah y

𝐴𝑠𝑙𝑦 = 𝜌 𝑚𝑖𝑛 . 𝑏 . 𝑑

= 0,0058 × 1000 × 88 = 510,4 𝑚𝑚²

Digunakan tulangan ∅8 = 𝜋 . (8)²

(Rangkap) = 50,2 mm × 2
51

,
Jumlah tulangan =
,

= 5,083 ≈ 6 buah

Jarak tulangan dalam 1m =

= 166.6 mm ≈ 150 mm

As yang timbul = 12 . 𝜋 . (8)²

= 602,88 > 510,4

Maka tulangan yang diambil adalah ∅8 − 150 = 602,88 > 510,4 𝑚𝑚²

4.4.3 Mencari Momen Tumpuan Arah (x dan y)


mtx = 3,303 kN/m = 3,303 × 10 Nmm
, .
ktx = = 0,447
, . .

𝑓𝑦
𝑓𝑦 − 𝑓𝑦 − 2,36 . . 𝑘
𝑓𝑐´
𝜌 𝑎𝑘𝑡 𝑡𝑥 =
𝑓𝑦
1,81 .
𝑓𝑐´
240
240 − 240 − 2,36 . . 0,447
16,60
=
240
1,18 .
16,60
7,751093
= = 0,001893
4094,457
Dikarenakan 𝜌 𝑎𝑘𝑡 𝑡𝑥 < 𝜌 𝑚𝑖𝑛 maka 𝜌 yang diambil adalah 𝜌 𝑚𝑖𝑛 =
0,0058
𝐴𝑠𝑡𝑥 = Luas tulangan terhadap momen tumpuan arah x
𝐴𝑠𝑡𝑥 = 𝜌𝑚𝑖𝑛. 𝑏 . 𝑑
= 0,0058 × 1000 × 96 = 556,8 𝑚𝑚²
Digunakan tulangan ∅8 = 𝜋 . (8)²

(Rangkap) = 50,2 mm × 2

,
Jumlah tulangan =
,
52

= 5,545 ≈ 6 buah
Jarak tulangan dalam 1m =

= 166,6 mm ≈ 150 mm
As yang timbul = 12 . 𝜋 . (8)²

= 602,88 > 556,8


Maka tulangan yang diambil adalah ∅8 − 150 = 602,88 > 556,8 𝑚𝑚²
mty = 3,303 kN/m = 3,303 × 10 Nmm
, .
kty = = 0,533
, . .

𝑓𝑦
𝑓𝑦 − 𝑓𝑦 − 2,36 . . 𝑘
𝑓𝑐´
𝜌 𝑎𝑘𝑡 𝑡𝑦 =
𝑓𝑦
1,81 .
𝑓𝑐´
240
240 − 240 − 2,36 . . 0,533
16,60
=
240
1,18 .
16,60
9,272221
= = 0,002264
4094,457
Dikarenakan 𝜌 𝑎𝑘𝑡 𝑡𝑦 < 𝜌 𝑚𝑖𝑛 maka 𝜌 yang diambil adalah 𝜌 𝑚𝑖𝑛 =
0,0058
𝐴𝑠𝑡𝑦 = Luas tulangan terhadap momen tumpuan arah y
𝐴𝑠𝑡𝑦 = 𝜌𝑚𝑖𝑛 . 𝑏 . 𝑑
= 0,0058 × 1000 × 88 = 510,4 𝑚𝑚²
Digunakan tulangan ∅8 = 𝜋 . (8)²

(Rangkap) = 50,2 mm × 2

,
Jumlah tulangan =
.
= 5,083 ≈ 6 buah
Jarak tulangan dalam 1m =

= 166,6 mm ≈ 150 mm
53

As yang timbul = 12 . 𝜋 . (8)²

= 602,88 > 510,4


Maka tulangan yang diambil adalah ∅8 − 150 = 602,88 > 510,4 𝑚𝑚²

4.4.4 Rekapitulasi Tulangan


1) Momen Lapangan:

mlx → ∅8 − 150 = 602,88 𝑚𝑚² > 566,8 𝑚𝑚²

mly → ∅8 − 150 = 602,88 𝑚𝑚² > 510,4 𝑚𝑚²

2) Momen Tumpuan:

mtx → ∅8 − 150 = 602,88 𝑚𝑚² > 566,8 𝑚𝑚²

mty → ∅8 − 150 = 602,88 𝑚𝑚² > 510,4 𝑚𝑚²

Gambar 4. 5 Potongan tulangan pelat lantai arah y

Gambar 4. 6 Potongan tulangan pelat lantai arah x


4.5 Manajemen Konstruksi

Dalam pekerjaan pembangunan Ruko Barkenz di Jalan Suryakencana Kota


Sukabumi tentunya harus menggunakan beberapa metode pelaksanaan yang
menunjang dalam pelaksanaan. Hal ini merupakan bagian dari manajemen
konstruksi yang sangat diperhitungkan dan diperhatikan secara teliti dan seksama
54

agar dalam pelaksanaannya baik masalah biaya, waktu, bahan, dan jumlah tenaga
kerja dapat tercapai sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Dalam pelaksanaan pekerjaan beton ini hanya mencakup pekerjaan pelat


lantainya saja termasuk balok, dan ditargetkan untuk mencakup pekerjaan lantai ini
adalah 34 hari kerja sampai pengecoran selesai. Analisis bahan menerangkan
mengenai jumlah kebutuhan bahan dan jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam
pekerjaan suatu proyek pembangunan Ruko Barkenz Kota Sukabumi, maka dengan
itu dihitungkan sebagai berikut.

4.6 Pekerjaan Lantai 2


4.6.1 Pekerjaan Stoot Werk Pelat Lantai 2
1. Kebutuhan Bahan
1) Rumus perhitungan pelat beton/1 ruko:
,
- + 𝐴𝑠 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = + 4 = 4,1 𝑚′

- Panjang pelat + lebar balok = 11 + 0,2 = 11,2 m′


- Luas pelat = 4,1 × 11,2 = 45,92 m²
- Luas pelat – void tangga = 45,92 – 6,3 = 39,62 m²
- Volume pelat beton = luas pelat × tebal pelat
= 39,62 × 0,12 = 4,754 m³/lantai
Maka, volume Stoot Werk untuk lantai 2 adalah 4,754 m³
2) Mencari kebutuhan scaffolding
- Ukuran Scaffolding: P: 1,8 m

L: 1,2 m

T: 1,7 m

Luas 1 unit scaffolding yaitu, (1,8 × 1,2 = 2,16 m2) dan tinggi (1,7 m)
1M³ = = 8,4m²
,
,
= = 3,8 ≈ 4 set × 2 = 8 set/m³
,

- Kebutuhan scaffolding = 4,754 × 8 = 38,032 set ≈ 38 Set


,
- Tinggi lantai = = 2,223 Set ≈ 2 Set
,
55

Maka, jumlah set Stoot Werk untuk lantai 2:


38 × 2 = 76 Set

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan


Stoot Werk sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Kebutuhan Bahan Stoot Werk dihitung Berdasarkan volume Pelat


Lantai dan Balok Induk 1 m3

URAIAN QUANTITY JUMLAH


SATUAN
BAHAN (m³) BAHAN

4,754 76 Set
Scafolding

2. Kebutuhan Pekerja
1) Waktu yang direncanakan
Untuk Lantai 2 = 4 hari
2) Menghitung volume balok induk
Lebar balok × Tinggi balok × Panjang balok m’
0,2 × 0,3 × 84 = 5,04 m³

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan pekerja


untuk Stoot Werk sebagai berikut:

Tabel 4. 2 Kebutuhan Pekerja Stoot Werk Lantai 2 (m³)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m³)
KERJA

Pekerja 2,2 4,754 10,458 OH

Tk.Kayu
3,5 4,754 16,639 OH
Terampil
56

Kapala
Tukang
0,35 4,754 1,663 OH
Kayu

Mandor 0,12 4,754 0,570 OH

Total 29,330 OH

Jadi Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


Stoot Werk Balok Induk adalah :

29,330 : 4 = 7,332  7 Org/Hari

4.6.2 Pekerjaan Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai 2


1. Bekisting dengan Multiplek 12 mm
1) Panjang balok induk lantai 2 = 44 m′
2) Keliling bekisting balok induk:
0,3 – 0,12 = 0,18
0,18 + 0,18 = 0,36 + 0,2 = 0,56 m′
3) Mencari panjang keseluruhan:

0,56 × 130 = 72,80 m²/1 ruko

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan


pekerja untuk Bekisting Balok Induk sebagai berikut:

Tabel 4. 3 Kebutuhan Bahan Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai 2 (m²)

JUMLAH
URAIAN
KOEF. QUANTITY BAHAN SATUAN
BAHAN
(m²)

Multiplek 12
0,350 72,80 25,48 lbr
mm

Usuk kayu
0,018 72,80 1,310 M3
kls II 5-7 cm
57

0,400 72,80 29,12 Kg


Paku 5-12 cm

Waktu yang direncanakan: 5 hari

Tabel 4. 4 Kebutuhan Pekerja Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai 2 (m²)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m²)
KERJA

Pekerja 0,660 72,80 48,048 OH

Tk.Kayu 0,330 72,80 24,024 OH


Terampil

Kapala 0,033 72,80 2,402 OH


Tukang Kayu

Mandor 0,033 72,80 2,402 OH

Total 76,876 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


bekisting balok induk adalah:

76,876 : 5 = 15,375  15 Org/Hari

4.6.3 Pekerjaan Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2

1. Kebutuhan Bahan
1) Mencari panjang tulangan besi utama
Jumlah tulangan utama × panjang keseluruhan balok induk
11 × 44 = 484 m’
2) Mencari Panjang Sengkang

PL = (lebar balok – tebal selimut) = 0,20 – 0,04 = (0,16 × 2) = 0,32 m

PT = (tinggi Balok – tebal selimut) = 0,30 – 0,04 = (0,26 × 2) = 0,52 m


58

Hak = 7D = 0,7 × Ø8 = (0,056 × 2) = 0,112 m ≈ 0,1 m

Total = (0,32 + 0,52 + 0,1) = 0,940 m

3) Mencari Jarak Sengkang

1M = = = 6,7 ≈ 7 buah

1M = (jumlah buah × panjang sengkang)

= 7 × 0,940 = 6,58 m ≈ 7 m/1m balok

(panjang keseluruhan balok × jumlah sengkang)

44 × 7 = 308 buah
4) Total keseluruhan tulangan
Tulangan utama (panjang × berat besi)
Tulangan Sengkang (keliling sengkang × jumlah Sengkang×berat besi)
Kawat beton (koef × total keseluruhan tulangan)
Ø12 = 484 × 0,888 = 429,792 kg
Ø8 = 308 × 0,940 × 0,395 = 114,360 kg
Kawat beton = 0,15 × 544,152 = 81,622 kg
Maka, total keseluruhan besi dan kawat beton adalah 544,152 + 81,622
= 625,774 kg
,
= 6,257 kg

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan


pekerja untuk Pembesian Balok Induk sebagai berikut:

Waktu yang direncanakan: 4 hari

Tabel 4. 5 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2 (100 kg)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (100 kg)
KERJA

Pekerja 0,700 6,257 4,379 OH


59

Tk.Besi
0,700 6,257 4,379 OH
Terampil

Kapala
0,070 6,257 0,437 OH
Tukang Besi

Mandor 0,004 6,257 0,025 OH

Total 9,220 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pembesian balok induk adalah:

10 HK ≈ 4 Org

4.6.4 Pekerjaan Bekisting Pelat Lantai 2


1. Bekisting dengan Multiplek 12 mm
1) Mencari luas bekisting lantai 2
(𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 × 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡)
3,8 × 10,8 = 41,04 m²
(𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑘𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 − 𝑣𝑜𝑖𝑑)
41,04 – 6,3 = 34,74 m²
Maka luas bekisting lantai 2 adalah 34,74 m²

Berdasarkan perhitungan diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan


pekerja untuk Bekisting Pelat sebagai berikut:

Tabel 4. 6 Kebutuhan Bahan Bekisting Pelat Lantai 2 (m²)

URAIAN
QUANTITY JUMLAH
KOEF. SATUAN
BAHAN
(m²) BAHAN

Multiplek 12
0,350 34,74 12,159 Lbr
mm
60

Usuk kayu
0,015 34,74 0,521 M3
kls II 5-7 cm

0,400 34,74 13,896 Kg


Paku 5-12 cm

Waktu yang direncanakan: 5 hari

Tabel 4. 7 Kebutuhan Pekerja Bekisting Pelat Lantai 2 (m²)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m²)
KERJA

Pekerja 0,660 34,74 22,928 OH

Tk.Kayu
0,330 34,74 11,464 OH
Terampil

Kapala
0,033 34,74 1,146 OH
Tukang Kayu

Mandor 0,033 34,74 1,146 OH

Total 36,684 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


bekisting balok induk adalah:

36,684 : 5 = 7,336  7 Org/Hari

4.6.5 Pekerjaan Pembesian Pelat Lantai 2

1. Kebutuhan Bahan
1) Kebutuhan besi per 1m pelat lantai:
1M = = = 6,7 ≈ 7 buah

Arah, x = 7 bh
y = 8 bh
61

Total: 7 + 8 = 15 buah
2) Mencari Panjang luas pelat:
(lebar bangunan × 2) + (panjang bangunan × 2)
(4 × 2) + (11 × 2) = 30 – 6,3 (void) = 23,7 m²
3) Maka, total keseluruhan besi:
(jumlah × luas pelat × berat besi)
(15 × 23,7 × 0,395) = 140,442 × 2 (rangkap) = 280,844 kg
Kawat Beton = (koef × total keseluruhan besi)
= (0,150 × 280,844) = 42,126 kg
Maka, total keseluruhan besi dan kawat beton adalah 280,844 + 42,126
= 322,970 kg
Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan
pekerja untuk Pembesian Balok Induk sebagai berikut:

Waktu yang direncanakan: 4 hari

Tabel 4. 8 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2 (100 kg)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (100 kg)
KERJA

Pekerja 0,700 322,970 226,079 OH

Tk.Besi
0,700 322,970 226,079 OH
Terampil

Kapala Tukang
0,070 322,970 22,607 OH
Besi

Mandor 0,004 322,970 1,291 OH

Total 476,056 OH
62

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pembesian balok induk adalah:

5 HK ≈ 2 Org/hari

4.6.6 Pengecoran Beton Balok Induk 20/30 1 Semen : 2 Pasir : 3 Split

Mencari volume balok induk lantai 2:


0,18 × 0,2 × 44 = 1,584 m³/1 ruko

Disebutkan kebutuhan bahan dan pekerja untuk Pengecoran Balok Induk ini
sebagai berikut:

Tabel 4. 9 Kebutuhan Bahan Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai 2 (m³)

URAIAN
QUANTITY JUMLAH
KOEF. SATUAN
BAHAN
(m³) BAHAN

Beton Ready
1,030 1,584 1,613 M³
Mix

Waktu yang direncanakan: 2 hari

Tabel 4. 10 Kebutuhan Pekerjaan Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai 2 (m³)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m³)
KERJA

Pekerja 1,000 1,584 1,584 OH

Tk.Besi
0,250 1,584 0,396 OH
Terampil

Kapala
0,025 1,584 0,039 OH
Tukang Besi
63

Mandor 0,100 1,584 0,158 OH

Total 2,177 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pengecoran balok induk adalah:
2,177 : 2 = 1,088  1 Org/Hari

4.6.7 Pengecoran Beton Pelat Lantai 2 (1 Semen : 2 Pasir : 3 Split)

1) Kebutuhan Bahan Lantai 2

Luas = luasan pelat beton – void

= 45,92 – 6,3
= 39,62 m²

Volume = luas pelat × 0,12

= 39,62 × 0,12 = 4,754 m³

Maka, volume lantai 2 adalah 4,754 m³

Disebutkan kebutuhan bahan dan pekerja untuk Pengecoran Pelat Lantai ini
sebagai berikut:

Tabel 4. 11 Kebutuhan Bahan Pengecoran Pelat Lantai 2 (m³)

URAIAN
KOEF. QUANTITY JUMLAH SATUAN
BAHAN
(m³) BAHAN

Beton Ready
1,030 4,754 4,896 M3
Mix

Waktu yang direncanakan: 2 hari


64

Tabel 4. 12 Kebutuhan Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai 2 (m³)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m³)
KERJA

Pekerja 1,000 4,754 4,754 OH

Tk.Besi
0,250 4,754 1,188 OH
Terampil

Kapala
0,025 4,754 0,118 OH
Tukang Besi

Mandor 0,100 4,754 0,475 OH

Total 6,535 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pengecoran balok induk adalah:
6,535 : 2 = 3,267  3 Org/Hari

4.7 Pekerjaan Lantai 3


4.7.1 Pekerjaan Stoot Werk Pelat Lantai 3
1 Kebutuhan Bahan
1) Rumus perhitungan pelat beton/1 ruko:
,
- + 𝐴𝑠 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = + 4 = 4,1 𝑚′

- Panjang pelat + lebar balok = 11 + 0,2 = 11,2 m′


- Luas pelat = 4,1 × 11,2 = 45,92 m²
- Luas pelat – void tangga = 45,92 – 6,3 = 39,62 m²
- Volume pelat beton = luas pelat × tebal pelat
= 39,62 × 0,12 = 4,754 m³/lantai
Maka, volume Stoot Werk untuk lantai 3 adalah 4,754 m³
2) Mencari kebutuhan scaffolding
65

- Ukuran Scaffolding: P: 1,8 m

L: 1,2 m

T: 1,7 m

Luas 1 unit scaffolding yaitu, (1,8 × 1,2 = 2,16 m2) dan tinggi (1,7 m)
1M³ = = 8,4m²
,
,
= = 3,8 ≈ 4 set × 2 = 8 set/m³
,

- Kebutuhan scaffolding = 4,754 × 8 = 38,032 set ≈ 38 Set


,
- Tinggi lantai = = 2,223 Set ≈ 2 Set
,

Maka, jumlah set Stoot Werk untuk lantai 3:


38 × 2 = 76 Set

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan


Stoot Werk sebagai berikut:

Tabel 4. 13 Kebutuhan Bahan Stoot Werk dihitung Berdasarkan volume Pelat


Lantai dan Balok Induk 1 m3

QUANTITY JUMLAH SATUAN


URAIAN
(m³) BAHAN
BAHAN

4,754 76 Set
Scafolding

2 Kebutuhan Pekerja
1) Waktu yang direncanakan
Untuk Lantai 3 = 4 hari
2) Menghitung volume balok induk
Lebar balok × Tinggi balok × Panjang balok m’
0,2 × 0,3 × 84 = 5,04 m³

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan pekerja


untuk Stoot Werk sebagai berikut:
66

Tabel 4. 14 Kebutuhan Pekerja Stoot Werk Lantai 3 (m³)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m³)
KERJA

Pekerja 2,2 4,754 10,458 OH

Tk.Kayu 3,5 4,754 16,639 OH


Terampil

Kapala
Tukang
0,35 4,754 1,663 OH
Kayu

Mandor 0,12 4,754 0,570 OH

Total 29,330 OH

Jadi Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


Stoot Werk Balok Induk adalah :

29,330 : 4 = 7,332  7 Org/Hari

4.7.2 Pekerjaan Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai 3


1. Bekisting dengan Multiplek 12 mm
1) Panjang balok induk lantai 3 = 44 m′
2) Keliling bekisting balok induk:
0,3 – 0,12 = 0,18
0,18 + 0,18 = 0,36 + 0,2 = 0,56 m′
3) Mencari panjang keseluruhan:

0,56 × 130 = 72,80 m²/1 ruko

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan


pekerja untuk Bekisting Balok Induk sebagai berikut:
67

Tabel 4. 15 Kebutuhan Bahan Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai 3 (m²)

JUMLAH
URAIAN
KOEF. QUANTITY BAHAN SATUAN
BAHAN
(m²)

Multiplek 12
0,350 72,80 25,48 lbr
mm

Usuk kayu
0,018 72,80 1,310 M3
kls II 5-7 cm
0,400 72,80 29,12 Kg
Paku 5-12 cm

Waktu yang direncanakan: 5 hari

Tabel 4. 16 Kebutuhan Pekerja Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai 3 (m²)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m²)
KERJA

Pekerja 0,660 72,80 48,048 OH

Tk.Kayu 0,330 72,80 24,024 OH


Terampil

Kapala 0,033 72,80 2,402 OH


Tukang Kayu

Mandor 0,033 72,80 2,402 OH

Total 76,876 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


bekisting balok induk adalah:

76,876 : 5 = 15,375  15 Org/Hari


68

4.7.3 Pekerjaan Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 3

1. Kebutuhan Bahan
1) Mencari panjang tulangan besi utama
Jumlah tulangan utama × panjang keseluruhan balok induk
11 × 44 = 484 m’
2) Mencari Panjang Sengkang

PL = (lebar balok – tebal selimut) = 0,20 – 0,04 = (0,16 × 2) = 0,32 m

PT = (tinggi Balok – tebal selimut) = 0,30 – 0,04 = (0,26 × 2) = 0,52 m

Hak = 7D = 0,7 × Ø8 = (0,056 × 2) = 0,112 m ≈ 0,1 m

Total = (0,32 + 0,52 + 0,1) = 0,940 m

3) Mencari Jarak Sengkang

1M = = = 6,7 ≈ 7 buah

1M = (jumlah buah × panjang sengkang)

= 7 × 0,940 = 6,58 m ≈ 7 m/1m balok

(panjang keseluruhan balok × jumlah sengkang)

44 × 7 = 308 buah
4) Total keseluruhan tulangan
Tulangan utama (panjang × berat besi)
Tulangan Sengkang (keliling sengkang × jumlah Sengkang×berat besi)
Kawat beton (koef × total keseluruhan tulangan)
Ø12 = 484 × 0,888 = 429,792 kg
Ø8 = 308 × 0,940 × 0,395 = 114,360 kg
Kawat beton = 0,15 × 544,152 = 81,622 kg
Maka, total keseluruhan besi dan kawat beton adalah 544,152 + 81,622
= 625,774 kg
,
= 6,257 kg
69

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan


pekerja untuk Pembesian Balok Induk sebagai berikut:

Waktu yang direncanakan: 4 hari

Tabel 4. 17 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2 (100 kg)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (100 kg)
KERJA

Pekerja 0,700 6,257 4,379 OH

Tk.Besi
0,700 6,257 4,379 OH
Terampil

Kapala
0,070 6,257 0,437 OH
Tukang Besi

Mandor 0,004 6,257 0,025 OH

Total 9,220 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pembesian balok induk adalah:

10 HK ≈ 4 Org

4.7.4 Pekerjaan Bekisting Pelat Lantai 3


1. Bekisting dengan Multiplek 12 mm
1) Mencari luas bekisting lantai 3
(𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 × 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡)
3,8 × 10,8 = 41,04 m²
(𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑘𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 − 𝑣𝑜𝑖𝑑)
41,04 – 6,3 = 34,74 m²
Maka luas bekisting lantai 2 adalah 34,74 m²
70

Berdasarkan perhitungan diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan


pekerja untuk Bekisting Pelat sebagai berikut:

Tabel 4. 18 Kebutuhan Bahan Bekisting Pelat Lantai 3 (m²)

URAIAN
QUANTITY JUMLAH
KOEF. SATUAN
BAHAN
(m²) BAHAN

Multiplek 12
0,350 34,74 12,159 Lbr
mm

Usuk kayu
0,015 34,74 0,521 M3
kls II 5-7 cm

0,400 34,74 13,896 Kg


Paku 5-12 cm

Waktu yang direncanakan: 5 hari

Tabel 4. 19 Kebutuhan Pekerja Bekisting Pelat Lantai 3 (m²)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m²)
KERJA

Pekerja 0,660 34,74 22,928 OH

Tk.Kayu
0,330 34,74 11,464 OH
Terampil

Kapala
0,033 34,74 1,146 OH
Tukang Kayu

Mandor 0,033 34,74 1,146 OH

Total 36,684 OH
71

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


bekisting balok induk adalah:

36,684 : 5 = 7,336  7 Org/Hari

4.7.5 Pekerjaan Pembesian Pelat Lantai 3

1. Kebutuhan Bahan
1) Kebutuhan besi per 1m pelat lantai:

1M = = = 6,7 ≈ 7 buah

Arah, x = 7 bh

y = 8 bh

Total: 7 + 8 = 15 buah

2) Mencari Panjang luas pelat:


(lebar bangunan × 2) + (panjang bangunan × 2)
(4 × 2) + (11 × 2) = 30 – 6,3 (void) = 23,7 m²
3) Maka, total keseluruhan besi:
(jumlah × luas pelat × berat besi)
(15 × 23,7 × 0,395) = 140,442 × 2 (rangkap) = 280,844 kg
Kawat Beton = (koef × total keseluruhan besi)
= (0,150 × 280,844) = 42,126 kg
Maka, total keseluruhan besi dan kawat beton adalah 280,844 + 42,126
= 322,970 kg
Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan
pekerja untuk Pembesian Balok Induk sebagai berikut:

Waktu yang direncanakan: 4 hari


72

Tabel 4. 20 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2 (100 kg)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (100 kg)
KERJA

Pekerja 0,700 322,970 226,079 OH

Tk.Besi
0,700 322,970 226,079 OH
Terampil

Kapala Tukang
0,070 322,970 22,607 OH
Besi

Mandor 0,004 322,970 1,291 OH

Total 476,056 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pembesian balok induk adalah:

5 HK ≈ 2 Org/hari

4.7.6 Pengecoran Beton Balok Induk 20/30 1 Semen : 2 Pasir : 3 Split

Mencari volume balok induk lantai 3:


0,18 × 0,2 × 44 = 1,584 m³/1 ruko

Disebutkan kebutuhan bahan dan pekerja untuk Pengecoran Balok Induk ini
sebagai berikut:

Tabel 4. 21 Kebutuhan Bahan Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai 3 (m³)

URAIAN
QUANTITY JUMLAH
KOEF. SATUAN
BAHAN
(m³) BAHAN
73

Beton Ready
1,030 1,584 1,613 M³
Mix

Waktu yang direncanakan: 2 hari

Tabel 4. 22 Kebutuhan Pekerjaan Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai 3 (m³)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m³)
KERJA

Pekerja 1,000 1,584 1,584 OH

Tk.Besi
0,250 1,584 0,396 OH
Terampil

Kapala
0,025 1,584 0,039 OH
Tukang Besi

Mandor 0,100 1,584 0,158 OH

Total 2,177 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pengecoran balok induk adalah:
2,177 : 2 = 1,088  1 Org/Hari

4.7.7 Pengecoran Beton Pelat Lantai 3 (1 Semen : 2 Pasir : 3 Split)

1) Kebutuhan Bahan Lantai 3

Luas = luasan pelat beton – void

= 45,92 – 6,3
= 39,62 m²
74

Volume = luas pelat × 0,12

= 39,62 × 0,12 = 4,754 m³

Maka, volume lantai 2 adalah 4,754 m³

Disebutkan kebutuhan bahan dan pekerja untuk Pengecoran Pelat Lantai ini
sebagai berikut:

Tabel 4. 23 Kebutuhan Bahan Pengecoran Pelat Lantai 3 (m³)

URAIAN
KOEF. QUANTITY JUMLAH SATUAN
BAHAN
(m³) BAHAN

Beton Ready
1,030 4,754 4,896 M3
Mix

Waktu yang direncanakan: 2 hari

Tabel 4. 24 Kebutuhan Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai 3 (m³)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m³)
KERJA

Pekerja 1,000 4,754 4,754 OH

Tk.Besi
0,250 4,754 1,188 OH
Terampil

Kapala
0,025 4,754 0,118 OH
Tukang Besi

Mandor 0,100 4,754 0,475 OH

Total 6,535 OH
75

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pengecoran balok induk adalah:
6,535 : 2 = 3,267  3 Org/Hari

4.8 Pekerjaan Lantai Atap


4.8.1 Pekerjaan Stoot Werk Lantai Atap
1 Kebutuhan bahan
1) Rumus perhitungan pelat beton/1 ruko
,
- + 𝐴𝑠 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = + 4 = 4,1 𝑚′

- Panjang pelat + lebar balok = 11 + 0,2 = 11,2 m′


- Luas pelat = 4,1 × 11,2 = 45,92 m²/1 ruko
- Volume pelat beton = luas pelat × tebal pelat
= 45,92 × 0,12 = 5,510 m³
Maka, volume Stoot Werk adalah 5,510 m³/1 ruko
2) Mencari kebutuhan scaffolding

- Ukuran Scafolding: P: 1,8 m

L: 1,2 m

T: 1,7 m

Luas 1 unit scaffolding yaitu, (P×L = 2,16 m2) dan tinggi (1,7)
1M³ = = 8,4m²
,
,
= = 3,8 ≈ 4 set/1 lantai
,

- Luas kebutuhan scaffolding = 5,510 × 4 = 22,04 Set ≈ 22 Set


,
- Tinggi kebutuhan scaffolding = = 2,223 Set ≈ 2 Set
,

Maka, jumlah set Stoot Werk untuk Lantai Atap:


22 × 2 = 44 Set

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan


Stoot Werk sebagai berikut:
76

Tabel 4. 25 Kebutuhan Bahan Stoot Werk dihitung Berdasarkan Luas Pelat dan
Balok Induk 1 m3

URAIAN QUANTITY JUMLAH


SATUAN
BAHAN (m³) BAHAN

5,510 44 Set
Scafolding

2 Kebutuhan pekerja
1) Waktu yang direncanakan
Untuk Lantai Atap = 4 Hari
2) Menghitung volume balok induk
Lebar balok × Tinggi balok × Panjang balok m’
0,2 × 0,3 × 42 = 2,52 m³

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan pekerja


untuk Stoot Werk sebagai berikut:

Tabel 4. 26 Kebutuhan Pekerja Stoot Werk Lantai Atap (m³)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m³)
KERJA

Pekerja 2,2 5,510 12,122 OH

Tk.Kayu
3,5 5,510 19,285 OH
Terampil

Kapala
Tukang Kayu 0,35 5,510 1,928 OH

Mandor 0,12 5,510 0,661 OH


77

Total 33,996 OH

Jadi Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


Stoot Werk Balok Induk adalah:

33,996 : 4 = 8,499  8 Org/Hari

4.8.2 Pekerjaan Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai Atap


1. Bekisting dengan Multiplek 12 mm
1) Panjang balok induk lantai atap = 42 m′

Maka, panjang balok induk lantai atap adalah 42

Keliling bekisting balok induk:


0,3 – 0,12 = 0,18
0,18 + 0,18 = 0,36 + 0,2 = 0,56 m′
Mencari panjang keseluruhan:

0,56 × 42 = 23,52 m²/1 ruko

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan


pekerja untuk Bekisting Balok Induk sebagai berikut:

Tabel 4. 27 Kebutuhan Bahan Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai Atap (m²)

URAIAN JUMLAH
QUANTITY
KOEF. BAHAN SATUAN
BAHAN
(m²)

Multiplek 12
0,350 23,52 8,232
lbr
mm

Usuk kayu kls


0,018 23,52 0,423
M3
II 5-7 cm

0,400 23,52 9,408 Kg


Paku 5-12 cm

Waktu yang direncanakan: 5 hari


78

Tabel 4. 28 Kebutuhan Pekerja Bekisting Balok Induk 20/30 Lantai Atap (m²)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m²)
KERJA

Pekerja 0,660 23,52 15,523 OH

Tk.Kayu
0,330 23,52 7,761 OH
Terampil

Kapala
0,033 23,52 0,776 OH
Tukang Kayu

Mandor 0,033 23,52 0,776 OH

Total 24,845 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


bekisting balok induk adalah :

24,845 : 5 = 4,969  5 Org/Hari

4.8.3 Pekerjaan Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai Atap

1. Kebutuhan Bahan
1) Mencari panjang tulangan besi utama
(Jumlah tulangan utama × panjang keseluruhan balok induk)
11 × 42 = 462 m’
2) Mencari Panjang Sengkang:

PL = (lebar balok – tebal selimut) = 0,20 – 0,04 = (0,16 × 2) = 0,32 m

PT = (tinggi Balok – tebal selimut) = 0,30 – 0,04 = (0,26 × 2) = 0,52 m

Hak = 7D = 0,7 × Ø8 = (0,056 × 2) = 0,112 m ≈ 0,1 m

Total = (0,32 + 0,52 + 0,1) = 0,940 m


79

3) Mencari Jarak Sengkang:

1M = = = 6,7 ≈ 7 buah

1M = (jumlah buah × panjang sengkang)

= 7 × 0,940 = 6,58 m ≈ 7 m/1m balok


(panjang keseluruhan balok × jumlah sengkang)
42 × 7 = 294 buah
4) Total keseluruhan tulangan :
Tulangan utama (panjang × berat besi)
Tulangan Sengkang (keliling sengkang × jumlah Sengkang×berat besi)
Kawat beton (koef × total keseluruhan tulangan)
Ø12 = 462 × 0,888 = 410,256 kg
Ø8 = 294 × 0,940 × 0,395 = 109,162 kg
Kawat beton = 0,15 × 519,418 = 77,912 kg
Maka, total keseluruhan besi dan kawat beton adalah 519,418 + 77,912
= 597,330 kg
,
= 5,973 kg

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan


pekerja untuk Pembesian Balok Induk sebagai berikut:

Waktu yang direncanakan: 4 hari

Tabel 4. 29 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai Atap (kg)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (100 kg)
KERJA

Pekerja 0,700 5,973 4,181 OH

Tk.Besi
0,700 5,973 4,181 OH
Terampil
80

Kapala
0,070 5,973 0,418 OH
Tukang Besi

Mandor 0,004 5,973 0,023 OH

Total 8,803 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pembesian balok induk adalah:

10 HK ≈ 4 Org

4.8.4 Pekerjaan Bekisting Pelat Lantai Atap


1. Bekisting dengan Multiplek 12 mm
1) Mencari luas bekisting lantai Atap:
- (𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 × 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡)
3,8 × 10,8 = 41,04 m²/1 lantai
Maka, luas bekisting pelat lantai atap adalah 41,04 m 2

Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan


pekerja untuk Bekisting Pelat sebagai berikut:

Tabel 4. 30 Kebutuhan Bahan Bekisting Pelat Lantai Atap (m²)

URAIAN
QUANTITY JUMLAH
KOEF. SATUAN
BAHAN
(m²) BAHAN

Multiplek 12
0,350 41,04 14,364
Lbr
mm

Usuk kayu
0,015 41,04 0,615
M3
kls II 5-7 cm

0,400 41,04 16,416 Kg


Paku 5-12 cm

Waktu yang direncanakan: 5 hari


81

Tabel 4. 31 Kebutuhan Pekerja Bekisting Pelat Lantai Atap (m²)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m²)
KERJA

Pekerja 0,660 41,04 27,086 OH

Tk.Kayu
0,330 41,04 13,543 OH
Terampil

Kapala Tukang
0,033 41,04 1,354 OH
Kayu

Mandor 0,033 41,04 1,354 OH

Total 43,337 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


bekisting balok induk adalah:

43,337 : 5 = 8,667  9 Org/Hari

4.8.5 Pekerjaan Pembesian Pelat Lantai Atap

1. Kebutuhan Bahan
1) Kebutuhan besi per 1m pelat lantai:

1M = = = 6,7 ≈ 7 buah

Arah, x = 7 bh

y = 8 bh

Total: 7 + 8 = 15 buah

2) Mencari Panjang luas pelat:


(lebar bangunan × 2) + (panjang bangunan × 2)
82

(4 × 2) + (11 × 2) = 30 m²
3) Maka, total keseluruhan besi:
(jumlah × luas pelat × berat besi)
(15 × 30 × 0,395) = 177,750 × 2 (rangkap) = 355,5 kg
Kawat Beton = (koef × total keseluruhan besi)
= (0,150 × 355,5) = 53,325 kg
Maka, total keseluruhan besi dan kawat beton adalah 355,5 + 53,325 =
408,825 kg
Berdasarkan perhitungan hasil diatas maka disebutkan kebutuhan bahan dan
pekerja untuk Pembesian Balok Induk sebagai berikut:

Waktu yang direncanakan: 4 hari

Tabel 4. 32 Kebutuhan Pekerja Pembesian Balok Induk 20/30 Lantai 2 (100 kg)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (100 kg)
KERJA

Pekerja 0,700 408,825 286,177 OH

Tk.Besi
0,700 408,825 286,177 OH
Terampil

Kapala Tukang
0,070 408,825 28,617 OH
Besi

Mandor 0,004 408,825 1,635 OH

Total 602,606 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pembesian balok induk adalah:

6 HK ≈ 3 Org/hari
83

4.8.6 Pengecoran Beton Balok Induk 20/30 1 Semen : 2 Pasir : 3 Split

Mencari volume balok induk lantai Atap:


0,18 × 0,2 × 130 = 4,680 m³/1 ruko

Disebutkan kebutuhan bahan dan pekerja untuk Pengecoran Balok Induk ini
sebagai berikut:

Tabel 4. 33 Kebutuhan Bahan Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai Atap (m³)

URAIAN
KOEF. QUANTITY JUMLAH SATUAN
BAHAN
(m³) BAHAN

Beton Ready
1,030 4,680 4,820 M³
Mix

Waktu yang direncanakan: 2 hari

Tabel 4. 34 Kebutuhan Pekerja Pengecoran Balok Induk 20/30 Lantai Atap (m³)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m³)
KERJA

Pekerja 1,000 4,680 4,680 OH

Tk.Besi 0,250 4,680 1.170 OH


Terampil

Kapala 0,025 4,680 0.117 OH


Tukang Besi

Mandor 0,100 4,680 0,117 OH

Total 6,084 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pengecoran balok induk adalah:
84

6,084 : 2 = 3,042  3 Org/Hari

4.8.7 Pengecoran Beton Pelat Lantai Atap (1 Semen : 2 Pasir : 3 Split)

1. Kebutuhan Bahan Lantai Atap:


Volume = luasan pelat beton × tebal pelat
= 45,92 × 0,12
= 5,510 m³

Maka, total keseluruhan volume pelat beton lantai Atap adalah 5,510 m³/1 ruko

Disebutkan kebutuhan bahan dan pekerja untuk Pengecoran Balok Induk ini
sebagai berikut:

Tabel 4. 35 Kebutuhan Bahan Pengecoran Pelat Lantai Atap (m³)

URAIAN
KOEF. QUANTITY JUMLAH SATUAN
BAHAN
(m³) BAHAN

Beton Ready
1,030 5,510 5,675 M3
Mix

Waktu yang direncanakan: 2 hari

Tabel 4. 36 Kebutuhan Pekerjaan Pengecoran Lantai Atap (m³)

JUMLAH
TENAGA QUANTITY
KOEF. TENAGA SATUAN
KERJA (m³)
KERJA

Pekerja 1,000 5,510 5,510 OH

Tk.Besi 0,250 5,510 1,383 OH


Terampil

Kapala 0,025 5,510 0,137 OH


Tukang Besi
85

Mandor 0,100 5,510 0,551 OH

Total 7,581 OH

Jadi jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan


pengecoran balok induk adalah:
7,581 : 2 = 3,790  4 Org/Hari
Berikut tabel durasi dan jumlah pekerja:
Tabel 4. 37 Durasi dan Jumlah Pekerja Lantai 2

BALOK INDUK
URAIAN DURASI (HARI
No
PEKERJAAN OH HK TERPANJANG)

1 a. Kebutuhan pekerjaan
7 4 4
untuk Stoot Werk
b. Kebutuhan pekerja
15 5 5
untuk bekisting
c. Kebutuhan pekerja
4 10 10
untuk pembesian
d. Kebutuhan pekerja
1 2 2
untuk pengecoran

Jumlah 27 21
2 PELAT LANTAI
a. Kebutuhan pekerja 7 5
untuk bekisting
b. Kebutuhan pekerja 2 5
untuk pembesian
c. Kebutuhan pekerja 3 2
untuk pengecoran
Jumlah 12 12
Total Keseluruhan 39 33
86

Tabel 4. 38 Durasi dan Jumlah Pekerja Lantai 3

BALOK INDUK
URAIAN DURASI (HARI
No
PEKERJAAN OH HK TERPANJANG)

1 a. Kebutuhan pekerjaan
7 4 4
untuk Stoot Werk
b. Kebutuhan pekerja
15 5 5
untuk bekisting
c. Kebutuhan pekerja
4 10 10
untuk pembesian
d. Kebutuhan pekerja
1 2 2
untuk pengecoran

Jumlah 27 21
2 PELAT LANTAI
a. Kebutuhan pekerja 7 5
untuk bekisting
b. Kebutuhan pekerja 2 5
untuk pembesian
c. Kebutuhan pekerja 3 2
untuk pengecoran
Jumlah 12 12
Total Keseluruhan 39 33

Tabel 4. 39 Durasi dan Jumlah Pekerja Lantai Atap

BALOK INDUK
URAIAN DURASI (HARI
No
PEKERJAAN OH HK TERPANJANG)

1 a. Kebutuhan pekerjaan
7 4 4
untuk Stoot Werk
b. Kebutuhan pekerja
15 5 5
untuk bekisting
c. Kebutuhan pekerja
4 10 10
untuk pembesian
d. Kebutuhan pekerja
1 2 2
untuk pengecoran
87

Jumlah 27 21
2 PELAT LANTAI
a. Kebutuhan pekerja 7 5
untuk bekisting
b. Kebutuhan pekerja 2 5
untuk pembesian
c. Kebutuhan pekerja 3 2
untuk pengecoran
Jumlah 12 12
Total Keseluruhan 39 33

Berikut tabel kebutuhan bahan pekerja:

Tabel 4. 40 Kebutuhan Bahan Pekerja Lantai 2

JUMLAH BAHAN
No URAIAN BAHAN BALOK PELAT TOTAL SATUAN
INDUK LANTAI
1 Pekerjaan Stoot
Werk

a. Scafolding 76 76 Set
2
Pekerjaan Bekisting

a. Papan Multiplek 25,48 12,159 38 Lbr


b. Usuk Kayu Kelas
1,310 0,521 2 m³
II 5-7 cm
c. Paku 5-12 cm 29,12 13,896 43 Kg
3 Pekerjaan
Pembesian

a. Besi Polos ø12 429,792 262 692 Kg

b. Besi Polos ø8 114,360 - 115 Kg

e. Kawat Besi 81,622 39,318 121 Kg


4 Pengecoran
a. Beton Ready Mix 1,613 4,896 7 m³
88

Tabel 4. 41 Kebutuhan Bahan Pekerja Lantai 3

JUMLAH BAHAN
No URAIAN BAHAN BALOK PELAT TOTAL SATUAN
INDUK LANTAI
1 Pekerjaan Stoot
Werk

a. Scafolding 76 76 Set
2
Pekerjaan Bekisting

a. Papan Multiplek 25,48 12,159 38 Lbr

b. Usuk Kayu Kelas


1,310 0,521 2 m³
II 5-7 cm
c. Paku 5-12 cm 29,12 13,896 43 Kg
3 Pekerjaan
Pembesian

a. Besi Polos ø12 429,792 262 692 Kg

b. Besi Polos ø8 114,360 - 115 Kg

e. Kawat Besi 81,622 39,318 121 Kg


4 Pengecoran
a. Beton Ready Mix 1,613 4,896 7 m³

Tabel 4. 42 Kebutuhan Bahan Pekerja Lantai Atap

JUMLAH BAHAN
No URAIAN BAHAN BALOK PELAT TOTAL SATUAN
INDUK LANTAI
1 Pekerjaan Stoot
Werk

a. Scafolding 44 44 Set
2
Pekerjaan Bekisting

a. Papan Multiplek 8,232 14,364 23 Lbr

b. Usuk Kayu Kelas


0,423 0,615 2 m³
II 5-7 cm
c. Paku 5-12 cm 9,408 16,416 26 Kg
89

3 Pekerjaan
Pembesian

a. Besi Polos ø12 410,256 331,8 743 Kg

b. Besi Polos ø8 109,162 - 110 Kg

e. Kawat Besi 77,912 49,77 128 Kg


4 Pengecoran
a. Beton Ready Mix 4,820 5,675 11 m³

Dari hasil perhitungan keseluruhan diatas maka pada kegiatan selanjutnya


dilakukan menghitung bobot pekerjaan, menghitung bobot perminggu, menghitung
kumulatif tiap minggu dalam bentuk Kurva S dari hasil plot Bartchart. Adapuun
hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. 43 Bartchart Lantai 2


MINGGU
DURASI
NO URAIAN PEKERJAAN BOBOT % BULAN 1 BULAN 2
PEKERJAAN
1 2 3 4 5
I PEKERJAAN BALOK INDUK 20/30
Pek.Stoot Werk Scaffolding 4 47.034 4.70 11.76 30.57
pek. Bekisting dengan papan kayu terentang 5 24.823 11.17 7.45 6.21
pek. Pembesian 4 2.214 2.214
pek. Cor beton ad 1 PC : 2 PS : 3 krl 2 3.260 3.260
II PEKERJAAN PELAT LANTAI
pek. Bekisting dengan papan kayu terentang 5 11.845 11.845
pek. Pembesian 4 1.039 1.039
pek. Cor beton ad 1 PC : 2 PS : 3 krl 2 9.785 9.785
JUMLAH TOTAL 100.000 4.703 22.929 38.019 20.265 14.084
RENCANA BOBOT KUMULATIF 0 4.703 27.632 65.651 85.916 100.000

Tabel 4. 44 Bartchart Lantai 3


MINGGU
DURASI
NO URAIAN PEKERJAAN BOBOT % BULAN 1 BULAN 2
PEKERJAAN
1 2 3 4 5
I PEKERJAAN BALOK INDUK 20/30
Pek.Stoot Werk Scaffolding 4 47.034 4.70 11.76 30.57
pek. Bekisting dengan papan kayu terentang 5 24.823 11.17 7.45 6.21
pek. Pembesian 4 2.214 2.214
pek. Cor beton ad 1 PC : 2 PS : 3 krl 2 3.260 3.260
II PEKERJAAN PELAT LANTAI
pek. Bekisting dengan papan kayu terentang 5 11.845 11.845
pek. Pembesian 4 1.039 1.039
pek. Cor beton ad 1 PC : 2 PS : 3 krl 2 9.785 9.785
JUMLAH TOTAL 100.000 4.703 22.929 38.019 20.265 14.084
RENCANA BOBOT KUMULATIF 0 4.703 27.632 65.651 85.916 100.000
90

Tabel 4. 45 Bartchart Lantai Atap


MINGGU
DURASI
NO URAIAN PEKERJAAN BOBOT % BULAN 1 BULAN 2
PEKERJAAN
1 2 3 4 5
I PEKERJAAN BALOK INDUK 20/30
Pek.Stoot Werk Scaffolding 4 46.177 6.926 11.544 27.706
pek. Bekisting dengan papan kayu terentang 5 4.760 4.760
pek. Pembesian 4 2.508 2.508
pek. Cor beton ad 1 PC : 2 PS : 3 krl 2 16.823 13.459 3.365
II PEKERJAAN PELAT LANTAI
pek. Bekisting dengan papan kayu terentang 5 8.363 4.182 4.182
pek. Pembesian 4 1.561 1.561
pek. Cor beton ad 1 PC : 2 PS : 3 krl 2 19.807 19.807
JUMLAH TOTAL 100.000 6.926 16.304 31.888 20.148 24.733
RENCANA BOBOT KUMULATIF 0 6.926 23.230 55.118 75.267 100.000

Ket:

1. Kolom sisi kiri menjelaskan:


- Uraian pekerjaan stoot werk, bekisting, pembesian, sampai pengecoran;
- Durasi pekerjaan yang sudah direncanakan;
- Bobot pekerjaan.
2. Kolom sisi kanan menjelaskan:
- Jumlah orang pekerja.
3. Kolom sisi atas menjelaskan:
- Durasi pekerjaan perminggu dari minggu 1 hingga minggu ke 5, dengan
durasi 26 hari kerja setiap lantainya.
4. Kolom sisi bawah menjelasan:
- Jumlah total perminggu;
- Jumlah total bobot kumulatif pada sampai minggu ke 5 nilai bobot 100%.
91

LANTAI 2

Gambar 4. 7 Network Planning


92

Ket:
A = Pekerjaan scaffolding balok induk dan pelat lantai
B = Pekerjaan bekisting balok induk
C = Pekerjaan bekisting pelat lantai
D = Pekerjaan pembesian balok induk
E = Pekerjaan pembesian pelat lantai
F = Pekerjaan pengecoran balok induk dan pelat lantai

Tabel 4. 46 Critical Path Method (CPM) Lantai 2

DURASI KEGIATAN YANG


NO KEGIATAN SIMBOL
(HARI)
SEBELUM SESUDAH
Scaffolding Balok Induk dan
1 A 4 - B,C
Pelat Lantai
2 Bekisting Balok Induk B 5 A D
3 Bekisting Pelat Lantai C 5 A C
4 Pembesian Balok Induk D 4 B F
6 Pembesian Pelat Lantai E 5 C F
7 Pengecoran Pelat Lantai F 2 D,E -

Tabel 4. 47 Critical Path Method (CPM) Lantai 3


DURASI KEGIATAN YANG
NO KEGIATAN SIMBOL
(HARI) SEBELUM SESUDAH
Scaffolding Balok Induk dan
1 A 4 - B,C
Pelat Lantai
2 Bekisting Balok Induk B 5 A D
3 Bekisting Pelat Lantai C 5 A C
4 Pembesian Balok Induk D 4 B F
6 Pembesian Pelat Lantai E 5 C F
7 Pengecoran Pelat Lantai F 2 D,E -
93

Tabel 4. 48 Critical Path Method (CPM) Lantai Atap


DURASI KEGIATAN YANG
NO KEGIATAN SIMBOL
(HARI) SEBELUM SESUDAH
Scaffolding Balok Induk dan
1 A 4 - B,C
Pelat Lantai
2 Bekisting Balok Induk B 5 A D
3 Bekisting Pelat Lantai C 5 A C
4 Pembesian Balok Induk D 4 B F
6 Pembesian Pelat Lantai E 6 C F
7 Pengecoran Pelat Lantai F 2 D,E -

Tabel 4. 49 Perhitungan Float / Durasi Lantai 2

NO KEGIATAN DURASI ES EF LS LF TF FF IF
1 A 4 0 4 0 4 0 0 0
2 B 5 4 9 4 9 0 0 0
3 C 5 4 4 4 4 0 0 0
4 D 4 9 14 9 14 0 0 0
6 E 5 9 14 4 14 0 0 0
7 F 2 16 16 14 16 0 0 0

Tabel 4. 50 Perhitungan Float / Durasi Lantai 3


NO KEGIATAN DURASI ES EF LS LF TF FF IF
1 A 4 16 20 16 20 0 0 0
2 B 5 20 25 20 25 0 0 0
3 C 5 20 25 20 25 0 0 0
4 D 4 25 30 25 30 0 0 0
6 E 5 25 30 25 30 0 0 0
7 F 2 30 32 30 32 0 0 0

Tabel 4. 51 Perhitungan Float / Durasi Lantai Atap


NO KEGIATAN DURASI ES EF LS LF TF FF IF
1 A 4 32 36 32 36 0 0 0
2 B 5 36 41 36 41 0 0 0
3 C 5 36 41 36 41 0 0 0
4 D 4 41 47 41 47 0 0 0
6 E 5 41 47 41 47 0 0 0
7 F 2 47 49 47 49 0 0 0
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis dan perhitungan pelat lantai pada


pembangunan Ruko Barkenz sebagai berikut:

1. Diketahui beban-beban yang bekerja pada pelat lantai ini diperoleh sebagai
berikut:
1) Beban Mati (WD)
Dari hasil analisis yang sudah diperhitungkan didapat total beban
mati yang bekerja pada pelat lantai ini yaitu sebesar 4,195 Kg/m;
2) Beban Hidup (WL)
Dari hasil analisis yang sudah diperhitungkan didapat total beban
hidup yang bekerja pada pelat lantai ini yaitu sebesar 250 Kg/m.
2. Diketahui dimensi pelat lantai pada lantai 2 Ruko Barkenz dengan bentang
terpanjang 4m adalah sebagai berikut:
 h min = 8,11 cm
 h maks = 10,14 cm
 h rata-rata = 9,125 cm ≈ 10 cm

Tebal rata-rata pelat yaitu 10 cm yang terpasang dilapangan 12 cm, maka


perhitungan berdasarkan apa yang dipasang dilapangan yaitu 12 cm.

3. Dari hasil analisis dengan menggunakan metode lentur murni bahwa


tulangan yang diperhitungkan adalah sebagai berikut:
1) Momen Lapangan:

mlx → ∅8 − 150 = 602,88 𝑚𝑚² > 566,8 𝑚𝑚²

mly → ∅8 − 150 = 602,88 𝑚𝑚² > 510,4 𝑚𝑚²

94
95

2) Momen Tumpuan:

mtx → ∅8 − 150 = 602,88 𝑚𝑚² > 566,8 𝑚𝑚²

mty → ∅8 − 150 = 602,88 𝑚𝑚² > 510,4 𝑚𝑚²

4. Pada menejemen konstruksi hanya dihitung pelat lantainya saja termasuk


balok, dengan volume balok induk yang dihitung yaitu 7,848 m³, dan
volume pelat lantai yaitu 15,018 m³/1 ruko. Dalam durasi waktu pekerjaan
sampai dengan selesai dicor yaitu 99 hari kerja. Pada pekerjaan ini diawali
dengan memasang stoot werk dan bekising pada balok maupun pada pelat,
selanjutnya dipasang rangkaian pembesian pada balok dan pelat kemudian
dicor ready mix secara keseluruhan.
Untuk kebutuhan jumlah pekerja, durasi hari pekerja, dan biaya yang
dibutuhkan dilihat sebagai berikut:
1) Kebutuhan pekerja untuk balok induk dan pelat lantai pada pemasangan
stoot werk diselesaikan oleh 21 orang dengan durasi 12 hari kerja dan
biaya sebesar Rp. 87.122.000;
2) Kebutuhan pekerja untuk balok induk dan pelat lantai pada pemasangan
bekisting diselesaikan oleh 66 orang dengan durasi 30 hasil kerja dan
biaya sebesar Rp. 58.231.343;
3) Kebutuhan pekerja untuk balok induk dan pelat lantai pada pekerjaan
pembesian diselesaikan oleh 18 orang dengan durasi 45 hari kerja dan
biaya sebesar Rp. 6.396.199;
4) Kebutuhan pekerja untuk pengecoran balok induk dan pelat lantai
diselesaikan oleh 12 orang dengan durasi 12 hari kerja dan biaya
sebesar Rp. 34.253.689;
5) Maka, total jumlah keseluruhan pekerja untuk balok induk sampai pelat
lantai diselesaikan oleh 117 orang tenaga kerja dengan durasi yang
diselesaikan yaitu 99 hari kerja dengan biaya sebesar Rp. 186.003.231.
96

5.2 Saran

1. Untuk intansi

Sebelum melakukan suatu perencanaan lebih baik mempelajari dan


memahami terlebih dahulu peraturan yang berlaku khususnya SK SNI T-15-
1991-03 mengenai Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung, serta Dasar-Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang (Dipohusodo,
1994 dan Kusuma, 1993).

2. Untuk mahasiswa

Diharapkan mahasiswa mampu menganalisis dengan lebih teliti lagi dan


pantang menyerah untuk mengenal pembebanan serta penulangan struktur
bangunan gedung bertingkat sehingga hasil analisis dapat dipertanggung
jawabkan. Mengenai dimensi, tulangan, pembebanan beton, serta manajemen
konstruksi pada bangunan tersebut.

3. Untuk masyarakat

Diharapkan dengan dibuatnya Tugas Akhir ini dapat menjadi acuan dalam
perhitungan konstruksi bangunan, khususnya konstruksi pada pelat lantai.
DAFTAR PUSTAKA

[1] DIPOHUSODO, Istimawan., “Struktur Beton Bertulang: Berdasarkan SK


SNI T-15-1991-03, “Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1994.

[2] Kusuma, M.Eng., dan Vis, W.C., “Dasar-Dasar Perencanaan Beton


Berulang,” Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, Cetakan pertama, 1993.

[3] Widiasanti, M.T., dan Lenggogeni, M.T., “Manajemen Konstruksi,”


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan Pertama, Februari 2013.

[4] BSNI, SNI 03-1727-1989, Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah


dan Gedung (PPPURG), 1989.

[5] SK SNI T-15-1991-03., Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk


Bangunan Gedung, Bandung: Departemen Pekerjaan Umum.

[6] Struktur dan Non-Struktur., 21 February 2014. [Online]. Tersedia: http://dge-


construction.blogspot.com/2014/02/pembagian-struktur-
bangunan.html?m=1. Diakses tanggal: 7 November 2019.

[7] Fungsi Pelat Lantai., 09 Desember 2012. [Online]. Tersedia:


http://catatankuliahsinon.blogspot.com/2012/12/plat-lantai-floor-
plate.html?m=1. Diakses tanggal: 24 November 2019.

[8] Tipe Pelat lantai., 22 Maret 2011. [Online]. Tersedia:


http://oneeightytwocivil.blogspot.com/2011/03/sistem-pelat-lantai-struktur-
beton-ii.html. Diakses tanggal: 25 November 2019.

[9] Pelat 1 arah dan 2 arah., February 2019. [Online]. Tersedia:


https://www.arsitur.com/2019/02/perbedaan-one-way-slab-dan-two-way-
slab.html. Diakses tanggal: 16 Desember 2019.

[10] Fungsi dan Tugas Manajemen Konstruksi., 24 Maret 2017. [Online].


Tersedia:http://gemaintermulia.co.id/tip/ketahui-tugas-dan-fungsi-
manajemen konstruksi-dalam-pembangunan/

98
99

[11] Tujuan manajemen konstruksi., 5 Juni 2008. [Online]. Tersedia


http://azwaruddin.blogspot.com/2008/06/tujuan-manajemen-
konstruksi.html?m=1

[12] Sunda Kreasi Design Contractor Consultant

[13] Penulis, 2024


100

HARGA SATUAN JUMLAH HARGA


NO URAIAN PEKERJAAN SAT QUANTITY
(Rp) (Rp)
A PEKERJAAN BALOK INDUK 20/30
1 Pek.Stoot Werk Scaffolding set 196 444.500 87.122.000 46,751
2 pek. Bekisting dengan papan kayu terentang m² 153,832 244.900 37.673.457 20,216
3 pek. Pembesian kg 16,695 254.100 4.242.200 2,276
4 pek. Cor beton ad 1 PC : 2 PS : 3 krl m³ 7,988 1.478.300 11.808.660 6,337
sub jumlah 140.846.317
di bulatkan 140.846.317
B PEKERJAAN PELAT LANTAI
1 pek. Bekisting dengan papan kayu terentang m² 83,944 244.900 20.557.886 11,032
2 pek. Pembesian kg 10,106 247.700 2.503.256 1,343
4 pek. Cor beton ad 1 PC : 2 PS : 3 krl m³ 15,183 1.478.300 22.445.029 12,044
sub jumlah 45.506.171
di bulatkan 45.506.171 100,000
JUMLAH TOTAL KESELURUHAN 186.352.488

Anda mungkin juga menyukai