TUGAS AKHIR
Oleh;
RADINAL SETYA DARMANSYAH
NIM: 112020049
Tugas Akhir ini telah disetujui serta diijinkan untuk disidangkan pada
Sidang Tugas Akhir, dengan Judul :
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetehui,
Ketua Jurusan
i
LEMBARAN PENGUJI TUGAS AKHIR
Tugas Akhir ini telah dipresentasikan dan disidangkan pada tanggal …..
Mei 2024
Menyetujui,
- - -
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
ridho dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Analisis Struktur Kolom Pada Rumah Khusus Polisi di Polsek Jampang
Tengah Bojonglopang Kecamatan Jampang Tengah”.
Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Tugas Akhir
pada pendidikan Diploma III (D3) Program Studi Teknik Sipil di Politeknik
Sukabumi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat Tugas Akhir ini
2. Bapak Hari Wibowo selaku Pembingbing Tugas Akhir yang selalu
memberikan arahan, motivasi, serta telah membekali ilmu pengetahuan yang
bermanfaat kepada penulis selama proses penyusunan Tugas Akhir ini
berlangsung.
3. Kedua orang tua saya dan keluarga yang senantiasa memberikan curahan kasih
sayangnya, yang telah berjasa tanpa memandang lelah dan letih, merupakan
penyemangat terbesar bagi penulis, yang memberikan dukungan lahir dan
batin, materil, spiritual, dan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
4. Bapak Nonda Muldani, S.T, M.Kom., selaku Direktur Politeknik Sukabumi.
5. Bapak Haki Yusdinar, S.T, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Teknik
Sipil Politeknik Sukabumi.
6. Ir.Hadi , S.T,. M.T selaku Dosen Pembimbing I atas waktu dan bimbingannya
selama penulis mengerjakan Tugas Akhir.
7. Ruslan Efendi,S.Sn., M.Ds, selaku Dosen Pembimbing II atas waktu dan
bimbingannya selama penulis mengerjakan Tugas Akhir.
8. Seluruh Dosen-dosen Pengajar dan Staff di Program Studi Teknik Sipil
Politeknik Sukabumi, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.
9. Rekan-rekan Teknik Sipil 2020 yang selalu mengulurkan tangan dan telah
iv
menjadi motivator serta tempat bertukar pikiran dalam penulisan Tugas Akhir
ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR NOTASI
𝜌 = Rasio Penulangan
db = Diameter Nominal Besi
∅ = Diameter Besi Tulangan
M = Momen
e = Eksentrisitas
Pu = Beban aksial terfaktor dengan eksentrisitas
Pn = Kuat beban aksial nominal dengan eksentrisitas tertentu
fy = Tegangan leleh baja tulangan (Mpa)
fc’ = Kuat tekan beton (Mpa)
Ast = Luas total penampang penulangan memanjang (mm 2)
Ag = Luas kotor penampang lintang kolom (mm 2)
P0 = Kuat tekan aksial nominal atau teoritis tanpa eksentrisitas
Φ = Faktor reduksi kekuatan
Mu = Momen rencana terfaktor
As’ = Tulangan baja tekan
As = Tulangan baja Tarik
Cb = Keadaan keseimbangan regangan
d = Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan Tarik (mm)
Es = Modulus elastisitas baja
β1 = Faktor reduksi beton
b = Lebar penampang balok
h = Tinggi penampang balok
a = Tinggi blok tegangan tekan persegi ekivalen
d’ = Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tekan (mm)
d’’ = Jarak dari pusat berat plastis ke pusat tulangan Tarik (mm)
ϕP = Kuat rencana
𝜌 = Rasio penulangan
Σ = Penjumlahan nilai
Mn = Momen nominal
∆ = Defleksi kolom
ix
δ = Faktor pembesar momen
k = Faktor Panjang efektif komponen struktur tekan
lu = Panjang komponen struktur tekan yang tidak ditopang
r = Jari-jari putaran (radius of gyration)
M1b = Momen ujung terfaktor pada kolom
Ψ = Kekakuan relative
Mc = Momen rencana yang diperbesar, digunakan hanya untuk merencanakan
komponen struktur tekan beton bertulang.
Pc = beban tekuk Euler
Cm’ = Faktor koreksi
E = Modulus elastisitas beton
I = Momen Inersia
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
T = Waktu getar empiris
I = Faktor keutamaan struktur
V = Beban geser dasar nominal statik ekuivalen
R = Faktor reduksi gempa
F1 = Kuat lebih dari beban dan bahan yang terkandung di dalam system
struktur.
μ = Faktor daktilitas struktur bangunan Gedung
Rm = Faktor reduksi gempa maksimum yang dapat dikerahkan oleh system
struktur yang bersangkutan
C = Faktor respon gempa
n = Banyaknya jumlah Tingkat
ξ = Koefisien untuk membatasi waktu getar struktur
Wt = Berat bangunan
Fi = Beban statik ekuivalen
zi = Ketinggian lantai Tingkat ke-i
q = Beban merata
P = Beban titik terpusat
x
Mab = Momen akhir ab
𝑀 = Momen primer
∆𝑚 = Besarnya momen koreksi akibat adanya pergeseran titik b sejauh δ ab
K = Suatu harga konstanta kekakuan
ma = Disebut momen parsil akibat perputaran sudut θ a
τ = Jumlah momen primer pada titik kumpul
ρ = Jumlah 2 kali angka kekakuan pada tiap titik kumpul
γ = Koefisien kekakuan masing-masing batang
m(0) = Momen parsil titik awal
𝑚.( ) = Momen displacement titik awal
WD = Beban mati
WL = Beban hidup
Wu = Beban terfaktor ultimate
ρmin = Rasion penulangan minimal
ρmaks = Rasion penulangan maksimal
Vu = beban geser pada beton
Smaks = Jarak Sengkang maksimum
Smin = Jarak Sengkang minimum
xi
DAFTAR ISTILAH
Aksial : Menahan Beban Lentur
Balance : Keruntuhan seimbang
Dead Load : Beban tetap/Beban mati
Deform Bar : Tulangan Baja Ulir
Deformasi : Perubahan Bentuk
Deflection : Lendutan
Durabilitas : Daya Tahan/Keawetan
Daktail : Kemampuan berdeformasi
Design Moment : Momen akhir setelah perhitungan gaya-gaya yang
gaya yang bekerja menggunakan metode takabeya.
Displacement : Perletakan momen yang terjadi disetiap tingkat
Eartquake Loads : Beban Gempa
Elastisitas : Mudah Berubah Bentuk
Finishing : Proses penyelesaian
Fixed End Moment : Momen Primer
Freebody : Pendetailan struktur yang dipecah berdasarkan
Ketergantungan fungsi.
Horizontal : Arah bidang ke samping
Inersia : Kelembaman penampang
Live Load : Beban Tidak Tetap / Beban Hidup
Load Cases : Kombinasi Tipe Pembebanan
Momen : Hasil kali gaya dengan jarak
Modulus elastisitas : Perbandingan antara tegangan dan regangan
Plain Bar : Tulangan Polos
Ratio : Satu angka yang dibandingkan dengan angka lain
Respond Spektra : Beban geser Dasar Nominal Gempa
Rigiditas : Kekakuan Beton
Statik Ekuivalen : Total Gaya Geser Rencana Gempa
Slope Deflection : Sudut Kemiringan Lendutan
Shear Force Diagram : Diagram Momen Geser
xii
Ultimate : Total kuat menahan Beban
Vertical : Arah Bidang ke Atas
Wind Load : Beban Angin
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah khusus polisi atau rumah susun rumah adalah rumah khusus yang
diperuntukan untuk rumah dinas bagi anggota polisi. Salah satu nya ialah
Pembangunan Rumah khusus polisi di Polisi Sektor Jampang Tengah
Bojonglopang yang terdiri dari dua lantai ini harus direncanakan dengan . Proses
pembangunan nya harus bisa ditinjau seluruh perencanaan struktur nya salah
satunya perencanaan kolom harus sesuai standar SK SNI T-15-1991-03 dan
PPIUG agar tidak terjadi kegagalan struktur. Perencanaan struktur kolom harus
diperhitungkan dengan teliti, agar mendapat dimensi dan penulangan yang
ekonomis dan kuat menerima beban-beban struktur lainnya.
Studi mengenai perhitungan kolom kontruksi portal telah banyak
dilakukan sebelumnya. Dari hasil beberapa penelitian tersebut dapat dipaparkan,
dalam merencanakan struktur kolom bisa menggunakan dua metode yaitu cross
dan takabeya. Namun untuk perhitungan portal bertingkat banyak, metode cross
ini sudah tidak praktis lagi, karena umpamanya pada portal bertingkat sepuluh,
diperlukan sepuluh macam perhitungan pemberesan momen akibat goyangan pada
masing-masing tingkat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana analisa perhitungan dimensi struktur kolom?
2. Bagaimana pembebanan yang terjadi pada struktur kolom?
3. Bagaimana hasil penulangan analisa struktur kolom pada bangunan rumah
khusus polisi polsek jampang tengah bojonglopang menggunakan metode
takabeya dan aplikasi SAP2000 ?
xv
5
5
6
1.4.1 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian Tugas Akhir ini antara lain
sebagai berikut :
1. Dapat dijadikan referensi bagi siapa saja yang membacanya khususnya
bagi mahasiswa yang akan mengambil topik mengenai metode takabeya
dan aplikasi SAP2000.
2. Dapat membantu dalam hal perencanaan terhadap hasil analisa yang
didapat sehingga dapat diketahui kapasitas maksimal yang dipikul oleh
kolom struktur.
3. Dapat dijadikan pengetahuan dan informasi dalam melakukan
pembangunan suatu gedung bertingkat perlu dilakukan perencanaan
sehingga bangunan bisa digunakan dengan aman.
1.5 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.5.1 Metode Penelitian
Penyusunan tugas akhir dilakukan dengan metode kuantitatif deskriptif
yaitu metode penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan
akurat mengenai data-data yang ada dengan cara mengumpulkan dan
mengklasifikasi data yang diperoleh kemudian dianalisis.
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data
2.5.2 Dalam penulisan tugas akhir ini dilakukan beberapa cara dalam
mengumpulkan data untuk penulisan tugas akhir. Beberapa cara yang
dilakukan antara lain:
1. Metode Bimbingan
Penulis melakukan bimbingan kepada dosen ahli yang terkait mengenai
masalah yang dibahas untuk mendapatkan petunjuk dalam pembuatan tugas
akhir.
2. Library Research atau Kepustakaan
Penulis melakukan studi pustaka terhadap semua sumber informasi dalam
media cetak, baik itu buku-buku atau modul dari mata kuliah yang telah
didapatkan, dan pemanfaatan media internet.
3. Observasi Lapangan
6
7
Bab ini berisi tentang latar belakang yang disertai dengan rumusan masalah,
batasan masalah dengan topik yang dibahas, tujuan dan manfaat yang diperoleh,
metode penelitian yang digunakan, serta sistematika penulisan yang sesuai dengan
ketentuan dari Lembaga Politeknik Sukabumi.
Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai landasan teori dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku seperti Pertauran Perhitungan Struktur Beton Bertulang
(SK SNI T-15-1991-03), Tata Cara Perhitungan Untuk Bangunan Gedung (SNI
03-2847-2002), Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Bangunan Gedung
(PPIUG 1983), Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-1726-2002), metode takabeya, dan aplikasi SAP 2000.
Dalam tugas akhir ini yang dijadikan bahan objek kajian yaitu struktur portal
beton bertulang pada bangunan Rumah Khusus Polsek Jampang Tengah yang
berlokasi di Jalan Raya Bojong Lopang.
7
8
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil-hasil perhitungan yang berdasar pada
perumusan masalah yang diambil yaitu mengenai perhitungan kolom struktur
pada bangunan Rumah Khusus Polsek Jampang Tengah Bojong Lopang
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan hasil dari
penelitian dan saran sebagi bahan untuk penulisan yang lebih baik kedepannya
8
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Beton
Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu
pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan
secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan
reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat
halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan
komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton
merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran
dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing,
temperatur, dan kondisi perawatan pengerasannya. [1]
9
10
10
11
11
12
3. Sifat Rangkak
Pada beton yang sedang menahan beban akan terbentuk suatu hubungan
regangan dan tegangan yang merupakan fungsi dari waktu pembebanan.
12
13
Beton menunjukkan sifat elastis murni hanya pada waktu menahan beban
singkat. Sedangkan pada beban tidak singkat, sementara beton mengalami
regangan dan tegangan akibat beban terjadi pula peningkatan regangan
sesuai dengan jangka waktu pembebanan, dan disebut sebagai deformasi
rangkak (creep). Rangkak adalah sifat dimana beton mengalami perubahan
bentuk (deformasi) permanen akibat beban tetap yang bekerja padanya.
Rangkak timbul dengan intensitas yang semakin berkurang untuk selang
waktu tertentu dan kemungkinan berakhir setelah beberapa tahun berjalan.
Pada umumnya beton dengan mutu tinggi mempunyai tingkat nilai rangkak
yang lebih kecil dibandingkan dengan mutu beton lebih rendah. Besarnya
deformasi rangkak sebanding dengan besarnya beban yang ditahan dan juga
jangka waktu pembebanan. Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan
dampak langsung terhadap kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan
timbulnya redistribusi tegangan pada beban kerja dan kemudian
mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan (defleksi).
4. Sifat Susut
Susut merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban.
Susut yang terjadi pada beton akan mengakibatkan deformasi yang bersifat
menambah deformasi rangkak. Faktor dari kualitas bahan dasar beton, rasio
terhadap jumlah semen, suhu pada pengerasan, umur beton pada saat beban
bekerja, lama pembebanan, dan nilai tegangan. Ini merupakan faktor yang
mempengaruhi besarnya rangkak dan susut.
13
14
14
15
15
16
umumnya nilai tegangan luluh baja tulangan diketahui atau ditentukan pada awal
perhitungan. [1]
Menurut SII 0136-80, dilakukan pengelompokan baja tulangan untuk beton
bertulang seperti tertera pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Jenis dan Kelas baja tulangan sesuai SII 0136-80
KUAT TARIK
BATAS MINIMUM
JENIS KELAS SIMBOL MINIMUM
N/mm² (kgf/mm²)
N/mm² (kgf/mm²)
Polos 235 382
1 BJTP24
(24) (39)
294 480
2 BJTP30
(30) (49)
Deform 235 382
1 BJTD24
(24) (39)
294 480
2 BJTD30
(30) (49)
Menurut [5] Produk tulangan baja beton sangat bervariasi, untuk itu dalam
pelaksanaan di lapangan diberlakukan beberapa toleransi terhadap penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi. Beberapa toleransi terhadap penyimpangan pada
kondisi baja yang ada di lapangan dalam Tabel 2.6 hingga 2.9.
Tabel 2.6 Penyimpangan yang diizinkan untuk panjang batang [5]
Panjang Toleransi
Minus 0 mm
Di bawah 12 meter
Plus 40 mm
Minus 0 mm
Mulai 12 meter ke atas
plus 50 mm
16
17
Tabel 2.7 Penyimpangan atau toleransi yang diijinkan untuk massa teoritis per
panjang [5]
Diameter (mm) Toleransi (%)
Kurang dari 10 mm ±7%
10 mm – 16 mm ±6%
16 mm – 28 mm ±5%
Lebih dari 28 mm ±4%
17
18
18
19
2. Bahan Agregat
Pada suatu campuran beton normal, agregat menempati 70 hingga 75%
volume beton yang mengeras. Sisanya ditempati oleh pasta semen, air yang
tersisa dari reaksi hidrasi serta rongga udara. Secara umum semakin padat
susunan agregat dalam campuran beton, maka beton yang dihasilkan akan
makin tahan lama dan ekonomis. Oleh karena itu, agar dapat dipadatkan
dengan baik, maka ukuran agregat harus dipilih sedemikian rupa sehingga
memenuhi gradasi yang disarankan. Agregat akan secara umum
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu agregat kasar dan agregat halus.
Agregat yang dapat melalui saringan No. 4 (4,75 mm) dapat diklasifikasikan
sebagai agregat ringan. Sedangkan agregat yang tertahan di saringan No. 4
diklasifikasikan sebagai agregat kasar. [6]
19
20
3. Air
Air merupakan bahan yang penting juga dalam pembuatan suatu campuran
beton. Air yang dicampur dengan semen akan membungkus agregat halus
dan agregat kasar menjadi satu kesatuan. Pencampuran semen dan air akan
menimbulkan suatu reaksi kimia yang disebut dengan istilah reaksi hidrasi.
Dalam pencampuran campuran beton, hendaknya digunakan air yang bersih
yang tidak tercampur dengan kotoran-kotoran kimia yang memungkinkan
timbulnya reaksi sampingan dari reaksi hidrasi. Hampir semua air alami
yang dapat diminum dan tidak memiliki rasa atau bau dapat digunakan
sebagai air pencampuran dalam pembuatan beton. [6]
2.4 Kolom
Kolom adalah salah satu komponen struktur vertikal yang secara khusus
difungsikan untuk memikul beban aksial tekan (dengan atau tanpa adanya momen
lentur) dan memiliki rasio tinggi/panjang terhadap dimensi terkecil sebesar 3 atau
lebih. Kolom memikul beban vertikal yang berasal dari pelat lantai atau atap dan
menyalurkannya ke pondasi. Pada struktur bangunan gedung beton bertulang,
balok, pelat dan kolom dicor secara monolit, sehingga akan menimbulkan momen
lentur pada kolom akibat kondisi tumpuan ujung. [6]
20
21
3) Kolom dengan beban biaksial, beban bekerja pada sembarang titik pada
penampang kolom, sehingga menimbulkan momen terhadap sumbu x dan
y secara simultan.
2. Berdasarkan panjangnya, kolom dapat dibedakan menjadi:
1) Kolom pendek, yaitu jenis kolom yang keruntuhannya diakibatkan oleh
hancurnya beton atau luluhnya tulangan baja di bawah kapasitas ultimit
dari kolom tersebut;
2) Kolom panjang, jenis kolom yang dalam perencanaanya harus
memperhitungkan rasio kelangsungan dan efek tekuk, sehingga
kapasitasnya berkurang dibandingkan dengan kolom pendek.
3. Berdasarkan bentuknya, kolom dapat dibedakan menjadi:
1) Kolom utama, fungsi utamanya menyangga beban utama yang berada
diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3,5
m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak begitu besar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3,5 m, maka struktur
bangunan harus dihitung;
2) Kolom praktis, fungsinya membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 m, atau
pada pertemuan pasangan bata (sudut-sudut).
4. Berdasarkan jenis tulangan sengkang yang digunakan, kolom dapat
dibedakan menjadi:
1) Kolom dengan sengkang persegi (dapat juga ditambahkan sengkang
ikat/kait) yang mengikat tulangan memanjang/vertikal dari kolom, dan
disusun dengan jarak tertentu sepanjang tinggi kolom;
2) Kolom dengan sengkang spiral untuk mengikat tulangan memanjang dan
meningkatkan daktilitas kolom. Secara umum tulangan sengkang pada
kolom, baik sengkang persegi maupun spiral berfungsi mencegah tekuk
pada tulangan memanjang dan mencegah pecahnya selimut beton akibat
tekan yang besar.
5. Berdasarkan kekangan dalam arah lateral, kolom dapat menjadi bagian dari
suatu portal yang dikekang terhadap goyangan ataupun juga dapat menjadi
21
22
bagian dari suatu portal bergoyang. Kekangan dalam arah lateral untuk
struktur beton dapat diberikan oleh dinding geser (shear wall). Pada portal
tak bergoyang, kolom memikul gaya gravitasi dan dinding geser memikul
beban lateral. Pada portal bergoyang, kolom memikul seluruh beban
gravitasi dan beban lateral.
6. Berdasarkan materialnya, kolom dapat berupa kolom beton bertulang biasa,
kolom beton prategang, atau kolom komposit (terdiri dari beton dan profil
baja). Kolom beton bertulang dengan tulangan memanjang berupa tulangan
baja merupakan bentuk kolom yang sering dijumpai pada struktur bangunan
gedung.
Bentuk dan susunan tulangan pada kolom dapat diliat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan [1]
2.5 Hubungan Beban Aksial dan Momen
Untuk menjelaskan kesepadanan statika antara beban aksial eksentris
dengan kombinasi beban aksial-momen digunakan Gambar 2.5.
22
23
Dimana :
𝑃 = Beban aksial terfaktor pada eksentrisitas yang diberikan,
𝑀 = Momen terfaktor pada penampang.
Apabila gaya dari beban 𝑃 bekerja pada penampang kolom berjarak 𝑒
terhadap sumbu seperti terlihat pada Gambar 2.5.a, akibat yang ditimbulkan akan
sama dengan apabila suatu pasangan yang terdiri dari gaya beban aksial 𝑃 pada
sumbu dan momen, 𝑀 = 𝑃 𝑒, bekerja serentak bersama-sama seperti tampak
pada Gambar 2.5.c. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila suatu
pasangan momen rencana 𝑀 dan beban rencana terfaktor 𝑃 bekerja bersama-
sama pada suatu komponen tekan, hubungannya dapat dituliskan sebagai berikut :
e= (2.5)
Dimana :
e = eksentrisitas gaya terhadap sumbu,
𝑃 = Beban aksial terfaktor pada eksentrisitas yang diberikan,
𝑀 = Momen terfaktor pada penampang.
Untuk suatu penampang tertentu, hubungan tersebut di atas bernilai konstan
dan memberikan variasi kombinasi beban lentur dan beban aksial dalam banyak
cara. Apabila dikehendaki eksentrisitas yang semakin besar, beban aksial 𝑃 harus
berkurang sampai suatu nilai sedemikian rupa sehingga kolom tetap mampu
menopang kedua beban, beban aksial 𝑃 dan momen 𝑃 𝑒. Sudah barang tentu,
besar atau jumlah pengurangan 𝑃 yang diperlukan sebanding dengan peningkatan
besarnya eksentrisitas.
Dengan demikian kekuatan suatu penampang kolom dapat diperhitungkan
terhadap banyak kemungkinan kombinasi pasangan beban aksial dan momen.
Kuat lentur penampang kolom dapat direncanakan untuk beberapa kemungkinan
kuat beban aksial yang berbeda, dengan masing-masing mempunyai pasangan
kuat momen tersendiri. [1]
2.6 Persyaratan Detail Penulangan Kolom
Pembatasan jumlah tulangan komponen balok agar penampang berperilaku
daktail dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk kolom agak sukar karena
beban aksial tekan lebih dominan sehingga keruntuhan tekan sulit dihindari.
23
24
Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang kolom dibatasi dengan rasio
penulangan 𝜌g antara 0.01 dan 0.08. Penulangan yang lazim dilakukan di antara
1,5% sampa 3% dari luas penampang kolom. Khusus untuk struktur bangunan
berlantai banyak, kadang-kadang penulangan kolom dapat mencapai 4%, namun
disarankan untuk tidak menggunkana nilai lebih dari 4% agar penulangan tidak
berdesakan terutama pada titik pertemuan balok-balok, plat, dengan kolom. Sesuai
dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.9, penulangan pokok memanjang kolom
berpengikat spiral minimum terdiri dari 6 batang, sedangkan untuk kolom
berpengikat sengkang bentuk segi empat atau lingkaran terdiri dari 4 batang, dan
untuk kolom dengan pengikat sengkang berbentuk segitiga minimal terdiri dari 3
batang tulangan.
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.6 menetapkan bahwa jarak bersih antara
batang tulangan pokok memanjang kolom berpengikat sengkang atau spiral tidak
boleh kurang dari 1,5 db atau 40 mm. Persyaratan jarak tersebut juga harus
dipertahankan di tempat-tempat sambungan lewatan batang tulagan. Tabel 2.30
A-40 pada Apendiks A dapat digunakan untuk penetapan jumlah tulangan baja
yang dapat dipasang dalam satu baris, baik untuk kolom persegi maupun bulat.
Tebal minimum selimut beton pelindung tulangan pokok memanjang untuk kolom
berpengikat spiral maupun sengkang dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.7.
ayat 1 ditetapkan tidak boleh kurang dari 40 mm.
Persyaratan detail sengkang secara rinci tercantum di dalam pasal 3.16.10
ayat 5. Semua batang tulangan pokok harus dilingkup dengan sengkang dank ait
pengikat lateral, paling sedikit dengan batang D10. Batasan minimum tersebut
diberlakukan untuk kolom dengan tulangan pokok memanjang batang D32 atau
lebih kecil, sedangkan untuk diameter tulangan pokok lebih besar lainnya,
umumnya sengkang tidak kurang dari batang D12, dan untuk kesemuanya tidak
menggunakan ukuran yang lebih besar dari batang D16 (lihat Tabel 2.30a dan
2.30b). Jarak spasi tulangan sengkang p.k.p. tidak lebih dari 16 kali diameter
tulangan pokok memanjang, 48 kali diameter tulangan sengkang, dan dimensi
lateral terkecil (lebar) kolom. Selanjutnya diisyaratkan bahwa tulangan sengkang
atau kait pengikat harus dipasang dan diatur sedemikian rupa sehingga sudut-
24
25
sudutnya tidak dibengkok dengan sudut lebih besar dari 135⁰. Sengkang dan kait
pengikat harus cukup kokoh untuk menopang batang tulangan pokok memanjang,
baik yang letaknya di pojok mauoun di sepanjang sisi arah lateral. Untuk itu
batang tulangan pokok memanjang harus di pasang dengan jarak bersih antaranya
tidak lebih dari 150 mm di sepanjang sisi kolom agar dukungan lateral dapat
berlangsung dengan baik. Gambar 2.6 memberikan pengaturan pemasangan
batang tulangan pokok memanjang, sengkang, dank ait pengikat.
25
26
(LINGKARAN)
40 mm
(SELIMUT)
SPIRAL
JUMLAH BATANG
Diameter Tulangan Pokok
(mm²) 16 18 19 20 22 25 28 29 32 35
D10 220 38013 8 8 7 7 7 6 6 - - -
260 53093 10 9 9 9 8 7 7 7 6 6
300 70686 12 11 11 10 10 9 8 8 7 7
D12 400 125664 16 15 14 14 13 12 11 11 10 9
460 166190 18 17 17 16 15 14 13 13 12 11
500 196350 20 19 18 18 17 16 15 14 13 12
D13 600 282743 24 23 23 22 21 19 18 17 16 15
660 342119 27 26 26 25 24 22 20 20 19 17
700 384845 29 27 26 26 24 23 21 21 19 18
LUAS PENAMPANG INTI
LEBAR INTI = KOLOM - 2 x
DIAMETER TULANGAN
Selimut
(PERSEGI)
SENGKANG
(SELIMUT)
JUMLAH BATANG
Diameter Tulangan Pokok
(mm²) 16 18 19 20 22 25 28 29 32 35
D10 220 48400 8 8 8 8 8 8 4 4 4 4
260 67600 12 12 8 8 8 8 8 8 8 4
300 90000 12 12 12 12 12 8 8 8 8 8
D12 400 160000 20 16 16 16 16 16 12 12 12 12
460 211600 20 20 20 20 20 16 16 16 12 12
500 250000 24 24 20 20 20 20 16 16 16 16
D13 600 360000 28 28 28 28 24 24 20 20 20 16
660 435600 32 32 32 28 28 24 24 24 20 20
700 490000 36 32 32 32 28 28 28 24 24 20
Tabel 2.30 Jumlah maksimum batang tulangan dalam satu baris penulangan
kolom spiral dan persegi [1]
26
27
27
28
∆ adalah defleksi kolom tertekuk kearah lateral pada penampang yang ditinjau.
Apabila ditinjau suatu kolom langsing yang menahan gaya aksial 𝑃 dengan
eksentrisitas e dan diagram interaksinya seperti diperlihatkan pada Gambar 2.7.
Dimana :
k = Faktor panjang efektif komponen struktur tekan,
ℓ𝑢 = Panjang komponen struktur tekan yang tidak ditopang,
r = Jari-jari putaran (radius of gyration) potongan lintang komponen
struktur tekan = √I / A ; ditetapkan 0,30h dimana h ukuran dimensi
kolom persegi pada arah bekerjanya momen; atau 0,25D, dimana D
28
29
Dimana :
k = Faktor panjang efektif komponen struktur tekan,
ℓ𝑢 = Panjang komponen struktur tekan yang tidak ditopang,
r = Jari-jari putaran (radius of gyration) potongan lintang.
Dimana 𝑀 dan 𝑀 adalah momen-momen ujung terfaktor pada kolom
yang posisinya berlawanan. Momen-momen tersebut terjadi akibat beban yang
tidak menimbulkan goyangan ke samping yang besar, dihitung dengan analisis
struktur elastis. Momen 𝑀 adalah momen ujung terfaktor yang lebih besar dan
selalu positif. Sedangkan momen 𝑀 bernilai negatif apabila komponen kolom
terlentur dan lengkungan ganda, dan positif apabila terlentur dalam lengkungan
tunggal. Untuk komponen struktur tekan tanpa pengaku lateral, atau tidak
disokong untuk tertahan kearah samping, efek kelangsingan dapat diabaikan
apabila memenuhi :
ℓ
< 22 (2.9)
Dimana :
k = Faktor panjang efektif komponen struktur tekan,
ℓ𝑢 = Panjang komponen struktur tekan yang tidak ditopang,
r = Jari-jari putaran (radius of gyration) potongan lintang.
29
30
30
27
27
28
100. Apabila nilai > 100, maka perencanaan harus menggunakan analisis
struktur orde kedua yang cukup rumit karena harus memperhitungkan efek
defleksi dan menggunakan reduksi modulus tangen beton, yang akan lebih
terjamin ketepatannya apabila menggunakan alat bantu komputer untuk
memecahkan sekumpulan persamaan secara stimulant. Akan tetapi hal demikian
jarang terjadi karena umumnya nilai batas atas maksimum rasio kelangsingan
kolom struktur bangunan beton bertulang kurang lebih adalah 70. [1]
𝛿 = ≥ 1,0 (2.13)
ɸ
Dimana :
𝛿 = Faktor pembesar untuk portal dengan pengaku yang mencerminkan
pengaruh dari kelengkungan di antara kedua ujung komponen
tekan dengan momen adalah akibat beban vertical atau beban
gravitasi,
𝐶 = Faktor yang menghubungkan diagram momen aktual dengan
diagram momen merata ekivalen,
𝑃 = Beban aksial terfaktor pada eksentrisitas yang diberikan,
𝑃 = Beban tekuk Euler.
𝛿 = ∑ ≥ 1,0 (2.14)
ɸ∑
Dimana :
𝛿 = Faktor pembesar untuk portal dengan pengaku yang mencerminkan
pengaruh dari kelengkungan di antara kedua ujung komponen
tekan dengan momen adalah akibat beban vertical atau beban
gravitasi,
𝑃 = Beban aksial terfaktor pada eksentrisitas yang diberikan,
𝑃 = Beban tekuk Euler.
Dimana Pc adalah beban tekuk Euler,
²
𝑃 = (2.15)
( ℓ )²
Dimana :
𝑃 = Beban tekuk Euler,
EI = Kekakuan lentur komponen struktur tekan,
k = Faktor panjang efektif komponen struktur tekan,
ℓ𝑢 = Panjang komponen struktur tekan yang tidak ditopang,
r = Jari-jari putaran (radius of gyration) potongan lintang.
Untuk komponen struktur ditopang tertahan kearah samping (berpangku)
dan tanpa beban transversal pada dukungan.
Dimana :
31
Apabila hasil dari analisis struktur menunjukkan bahwa di kedua ujung tidak
terdapat momen, rasio diambil sama dengan satu. Sedangkan apabila
eksentrisitas ujung yang didapat kurang dari (15+0.03h) mm, momen ujung yang
didapat dari perhitungan boleh digunakan untuk menentukan rasio .
𝐸𝐼 = (2.17)
𝐸𝐼 = , ( )
(2.18)
Dimana :
𝐸 = Modulus elastisitas beton,
𝐸 = Modulus elastisitas baja tulangan,
𝐼 = Momen inersia beton kotor (penulangan diabaikan) terhadap
sumbu berat penampang,
𝐼 = Momen inersia terhadap sumbu pusat penampang komponen
struktur,
𝛽 = Bagian dari momen rencana yang dianggap memberikan kontribusi
tetap terhadap deformasi, biasanya ditentukan sebagai nilai
banding dari momen beban mati terfaktor maksimum, nilainya
selalu positif.
Atau sebagai
Dimana :
𝐴 = Tulangan tekan,
𝑀 − 𝑀 = Total momen lentur yang dilawan,
𝐹 = Mutu baja,
(d-d’) = Lengan momen dalam.
Jumlah tulangan tarik tambahan
𝐴 = 𝐴 + 𝐴 = 𝜌 . 𝑏𝑑 + (2.25)
( )
Dimana :
𝐴 = Tulangan tarik tambahan,
𝐴 = Jumlah tarikan,
𝜌 . 𝑏𝑑 = Momen lentur yang dapat dilawan,p
𝑀 − 𝑀 = Total momen lentur yang dilawan,
𝐹 = Mutu baja,
(d-d’) = Lengan momen dalam.
Dimana :
35
𝐴 = Tulangan sengkang,
𝑉 = Sumbangan dari kekuatan tegangan geser nominal,
𝜙 = Faktor reduksi kekuatan,
𝐹 = Mutu baja.
Karena jarak ke pusat sengkang pada skema ini dianggap z, maka luas
penampang yang di perlukan per satuan panjang adalah :
= (2.27)
Dimana :
𝐴 = Tulangan sengkang,
𝑉 = Sumbangan dari kekuatan tegangan geser nominal,
𝜙 = Faktor reduksi kekuatan,
𝐹 = Mutu baja,
z = Jarak pusat ke pusat sengkang.
Besar kekuatan geser nominal yang di sumbangkan oleh beton adalah :
𝑉 = 𝜙 𝑉 . 𝑏𝑑 (2.28)
Dimana :
𝑉 = Kekuatan geser nominal,
𝜙 = Faktor reduksi kekuatan,
𝑏𝑑 = Lebar dan tinggi.
Dengan demikian, yang harus dilawan oleh sengkang adalah :
𝜙𝑉 = 𝑉 − 𝜙𝑉 = (𝑉 − 𝜙𝑉 ). 𝑏𝑑 (2.29)
Dimana :
𝑉 = Sumbangan dari kekuatan tegangan geser nominal,
𝑉 = Beban terbagi rata,
𝑉 = Kekuatan geser nominal,
𝜙 = Faktor reduksi kekuatan,
𝑏𝑑 = Lebar dan tinggi.
Luas penampang sengkang per satuan panjang adalah :
( ).
= (2.30)
𝐴 = Tulangan sengkang,
z = Jarak pusat ke pusat sengkang
36
Dimana :
𝐴 = Tulangan sengkang,
z = Jarak pusat ke pusat sengkang
𝑉 = Beban terbagi rata,
𝑉 = Kekuatan geser nominal,
𝜙 = Faktor reduksi kekuatan,
𝐹 = Mutu baja,
𝑏𝑑 = Lebar dan tinggi,
y = Jarak.
Pada rumus ini 𝑉 konstan dalam jarak y, pada beban yang terbagi rata 𝑉
berkelakuan linier sehingga bentuk distribusi 𝑉 berupa linier pula. Rumus luas
total penampang sengkang adalah :
( ).
𝐴 = (2.32)
Dimana :
𝐴 = Tulangan sengkang,
z = Jarak pusat ke pusat sengkang
𝑉 = Beban terbagi rata,
𝑉 = Kekuatan geser nominal,
𝜙 = Faktor reduksi kekuatan,
𝐹 = Mutu baja,
𝑏𝑑 = Lebar dan tinggi,
y = Jarak.
Dimana situasi ini, jarak antara sengkang harus diatur sesuai dengan 𝑉 atau
𝑉 umumnya rumus yang berlaku untuk tulangan sengkang adalah :
37
( ) .
𝐴 = (2.33)
Dimana :
𝐴 = Tulangan sengkang,
z = Jarak pusat ke pusat sengkang
𝑉 = Beban terbagi rata,
𝑉 = Kekuatan geser nominal,
𝜙 = Faktor reduksi kekuatan,
𝐹 = Mutu baja,
𝑏𝑑 = Lebar dan tinggi,
y = Jarak.
3. Ukuran daerah tekan, demikian pula dengan besar momen dan kualitas
beton yang digunakan.
SK SNI T15-1991-03 Bab 3.4 menguraikan pengaruh-pengaruh tersebut
serta teknik memperhitungkannya. Pasala 3.4.1.1 menetapkan bahwa gaya lintang
yang bekerja pada penampang yang ditinjau harus direncanakan sehingga
𝑉 ≤ 𝑉 (2.34)
Dimana :
𝑉 = Beban terbagi rata,
𝑉 = Kekuatan geser nominal ditambah sumbangan dari kekuatan
tegangan geser nominal
Menurut [2] tegangan dalam plat beton tidak boleh melebihi ketentuan
berikut ini :
38
Geser maksimum yang dipikul oleh plat beton dan tulangan adalah sebagai
berikut :
√ √
Geser = V + = 0,35 + = 0.83 MPa (2.37)
Dimana :
V = Gaya lintang,
s = Momen statis,
b = Lebar balok,
I = Momen inersia penampang.
Tegangan tarik pada tulangan fs tidak boleh melebihi kekuatan ketentuan
dibawah ini :
1. Tulangan fy 300 ←→ fs = 140 MPa
2. Tulangan fy 400 ←→ fs = 170 MPa
3. Tulangan lentur, diameter 10 mm atau kurang, untuk plat satu arah bentang
4 m ←→ fs = 0,5 fy = 0,5 x 240 = 120 MPa. Tetapi tidak boleh > 120 MPa.
2.11 Perencanaan Tulangan Sengkang
Menurut [2] Langkah-langkah dalam perencanaan tulangan sengkang adalah
sebagai berikut :
39
𝑉 = 𝑓𝑐 . 𝑏𝑤. 𝑑 (2.42)
4. 𝜙𝑉 = 0,6. 𝑉 (2.43)
𝜙 𝑉 = 𝑘𝑁/𝑚 (2.44)
Jika hasil akhir 𝑉 < 𝜙 𝑉 . Maka tidak perlu diberi tulangan geser, diberi
tulangan praktis dan jika hasilnya 𝑉 > 𝜙 𝑉 , harus diberi tulangan geser
ditempat dukungan
5. 𝑉 = − 𝑉 (2.45)
𝑉
𝑉 =0 →
𝑉
6. 𝑉 =𝑉 − (𝑑. 𝑉 ) (2.46)
. . .
𝑠 = dan 𝑠 = (2.47)
yaitu sebesar 100 kg/ m² (berdasarkan dari pasal 2.1.2.2 tentang beban pada atap
gedung poin 1).
Berdasarkan [7] beban hidup pada lantai gedung dicantumkan pada Tabel
2.33 berikut ini :
Tabel 2.33 Beban hidup pada lantai gedung [7]
Beban Hidup Pada Lantai Gedung Berat
a) Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b 200 kg/m
b) Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran, hotel, 250 kg/m
asrama dan rumah sakit
c) Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang
lain dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid, gereja, 400 kg/m
ruang pangelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
dengan tempat duduk tetap
d) Tangga, bodres tangga dan gang dari yang disebut dalam c 300 kg/m
e) Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c,d,e,f, dan g 250 kg/m
Dimana :
P = Tekanan tiup
V = Kecepatan angin (m/s)
Untuk kecepatan angin harus ditentukan oleh instansi yang berwenang
Sedangkan koefisien angin pada gedung tertutup, untuk bidang bidang luar
koefisien ( + berarti tekanan dan – berarti isapan ) adalah sebagai berikut :
1. Dinding vertikal
1) Di pihak angin : + 0,9
43
Gedung umum seperti untuk penghunian perniagaan dan 1.0 1.0 1.0
perkantoran
Monument dan bangunan monumental 1.0 1.6 1.6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi 1.4 1.0 1.6
air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan
dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi
Gedung untuk penyimpanan bahan berbahaya seperti gas, 1.6 1.0 1.6
produk minyak bumi, asam, bahan beracun
Cerobong, tangki diatas menara 1.5 1.0 1.5
2. Wilayah Kegempaan
Berdasarkan [9] Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa
seperti ditunjukan dalam Gambar 2.9, dimana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah
dengan kegempaan paling tinggi.
Dimana :
V = Beban (gaya) geser dasar nominal statik ekivalen akibat
pengaruh gempa rencana,
C = Faktor respons gempa,
I = Faktor keutamaan,
R = Faktor reduksi gempa,
W = Berat total struktur.
6. menentukan Distribusi Gaya Geser Gempa
Distribusi gaya geser gempa tiap lantai dapat diperhitungkan dengan
menggunakan persamaan berikut ini :
.
Fᵢ .𝑉 (2.55)
.
Dimana :
V = Beban (gaya) geser dasar nominal statik ekivalen akibat
pengaruh gempa rencana,
𝐹 = Beban gempa nominal statik ekivalen, pada lantai tingkat ke-1,
47
dengannya,
2.13.6 Analisa Pembebanan dengan Metode Amplop
Metode amplop merupakan metode pelimpahan beban merata pada balok
struktur berupa amplop yang terdiri dari 2 jenis bentuk plat yaitu segitiga dan
trapesium. Beban plat yang terdistribusi dalam bentuk segitiga ataupun trapesium
diekivalenkan menjadi beban merata. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
perhitungan gaya-gaya dalam pada balok tersebut.
q ek = 𝑞 𝑙𝑥 (2.57)
Dimana :
q = Berat/beban struktur,
lx = Panjang/tinggi bidang segitiga,
q ek = Beban merata ekivalen.
2. Beban merata ekivalen trapesium
49
q ek = 𝑞 ( 𝑥 − . ) (2.59)
Dimana :
q = Berat/beban struktur,
L = Panjang bidang trapesium,
x = Tinggi bidang trapezium,
q ek = Beban merata ekivalen.
Dimana :
50
I = Inersia batang,
b = Lebar dari masing-masing dimensi struktur,
h = Tinggi/panjang dari masing-masing dimensi struktur.
Perhitungan kekakuan batang ditunjukan oleh persamaan sebagai berikut :
𝐾= (2.61)
Dimana :
K = Kekakuan batang,
E = Elastisitas bahan struktur,
I = Inersia batang,
L = Panjang dari masing-masing struktur.
MAB =
1.
-MBA =
51
MAB =
2.
-MBA =
𝜓𝑎𝑏 = (2.62)
ℓ ℓ
𝜃𝑏 = + − + 𝜓𝑎𝑏 +
ℓ
2𝜃 + 𝜃 = + 3𝜓𝑎𝑏 (2.64)
∆𝑚 = 2𝜃 + 𝜃 − 3𝜓𝑎𝑏
ℓ
Dimana :
K = suatu harga konstanta kekakuan (bukan faktor kekakuan
seperti 𝐾 ). K berdimensi m³ ditentukan sembarang,
sehingga m dan 𝑚 berdimensi sebagai momen yaitu ton
meter,
𝑚 = disebut momen parsial akibat perputaran sudut θa,
54
Gambar 2.36 Portal Bertingkat Dengan Beban-Beban Yang Bekerja Pada Regel
Momen-momen displacement pada masing-masing tingkat :
Tingkat ke-I -> m1A = m2B = m3C = mIII = -6 E K ψ3 (2.71)
Tingkat ke-II -> m16 = m23 = m34 = mII = -6 E K ψ2 (2.72)
Tingkat ke-III -> m67 = m58 = mI = -6 E K ψ3 (2.73)
Jika :
𝑘
𝑘 M54
2m5 = ρ5 ; dan = τ5
𝑘
𝑘 M56
Sementara dengan jalan yang sama pada titik-titik kumpul yang lainnya juga
dapat diperoleh :
( )
𝑚 = − (2.81)
H7 H8
W
M76 M85
M67 M58
H7 H8
W
H6 H5 H4
H6 H5 H4
mI = - + {-t67} { m6 + m7 }
+ {-t58} { m5 + m8 } (2.91)
( )
+ {-γ56} {𝑚 }
( ) ( )
+ {-γ52} {𝑚 +𝑚 }
( ) ( ) ( )
=𝑚 +{-γ58} {𝑚 +𝑚 } (2.103)
( )
+ {-γ54} {𝑚 }
( )
+ {-γ56} {𝑚 }
( ) ( )
+ {-γ52} {𝑚 +𝑚 }
( ) { } ( ) ( )
𝑚 = − + {-t67} { 𝑚 +𝑚 } (2.104)
( ) ( )
+ {-t58} { 𝑚 +𝑚 }
( ) ( ) ( )
= 𝑚 + {-t67} { 𝑚 +𝑚 }
( ) ( )
+ {-t58} { 𝑚 +𝑚 } …dan seterusnya
Secara umum persamaan momen displacement dapat dituliskan sebagai berikut :
W a b e
mR hR taA ka tbB kb teE ke
A B E
dimana :
TR = 2 { kaA + kbB + ……..+ keE}
𝛾= (2.108)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Data Teknis Objek Kajian
Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, objek kajian yang dibahas adalah
analisis kolom beton pada Pembangunan Rumah Khusus Polsek Jampang Tengah
Bojonglopang Kec.Jampang, Kab.Sukabumi. Pada pelaksanaan proyek
konstruksi, khususnya konstruksi bangunan tersebut, pekerjaan struktur kolom
merupakan salah satu elemen pekerjaan struktur yang penting untuk
diperhitungkan perencanaannya. Dari beberapa pilihan struktur kolom yang ada,
dipilih portal AS-9 dengan gambar dan data seperti dibawah ini :
63
64
Mulai
Data Lapangan
Menganalisis Dimensi Balok
1. Dimensi Balok
2. Dimensi Kolom
Menganalisis Pembebanan 3. Dimensi Plat
Analisa Struktur
1. Momen Input :
2. Gaya Lintang Material
3. Gaya Normal Beban (Hidup, Mati, Gempa)
Kombinasi
RUN
Menghitung Tulangan
1. Tumpuan
2. Lapangan Kesimpulan
3. Geser Hasil
Selesai
,
f. EI =
Dimana,
Ec = Modulus elastisitas beton
Ig = Momen inersia beton kotor (penulangan diabaikan)
70
,
𝛽𝑑 =
( , , )
𝐷 = Beban Mati
𝐿 = Beban Hidup
Dimana,
Cm = faktor koreksi (kolom tanpa pengaku nilainya 1,0)
Pu = Beban rencana aksial terfaktor
i. Menghitung Momen rencana yang diperbesar
Mc = 𝛿 𝑀 (….mm)
2. Perhitungan Pemeriksaan Kolom Persegi
a. Mencari Beban aksial terfaktor (Pu)
Pu merupakan keseluruhan beban yang berda diatas kolom ditambah
dengan setengah beban bentang kanan dan setengah beban bentang kiri.
b. Mencari eksentrisitas kolom
e= (…..mm)
c. Menentukan penulangan
Syarat penulangan 𝜌 < 𝜌< 𝜌
𝜌
𝜌
K
𝜌
Luas Tulangan (AS)
d. Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang ϕ 𝑃
Mencari nilai d
Mencari nilai Cb
Mencari nilai ab
Mencari nilai fs’
71
Mencari nilai m =
,
Mencari nilai Pn
Mencari nilai ϕ 𝑃 = 0,65 𝑃 > 0,1 𝐴g fc (… . . 𝑘𝑁)
f. Pemeriksaan tegangan pada tulangan tekan
Mencari nilai a
Mencari nilai c
Mencari nilai fs’
g. Merencanakan Sengkang
Vu = ½ x Nu = ……………kN (untuk seluruh tumpuan)
Vu = 1,15 x Nu x ½ = …… kN (tumpuan diantara dua beban)
Vc = 𝑓𝑐′ 𝑥 𝑥 𝑏𝑤. 𝑑 (Lentur tanpa aksial)
Vsperlu = − 𝑉𝑐
= 0→
Vs = Vsperlu – (d.Vskritis)
. . .
Smaks = dan Smin =